KARYA ILMIAH TERAPAN
ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA OVERHEATING MESIN INDUK PADA MV. SEGARA MAS
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Diploma III Pelayaran
MUHAMAD HARDIANSYAH NIT: 03.15.137.142/T AHLI TEKNIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III
POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA TAHUN 2019
i
ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA OVERHEATING MESIN INDUK PADA MV. SEGARA MAS
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Diploma III
MUHAMAD HARDIANSYAH NIT: 03.15.137.142/T AHLI TEKNIKA TINGKAT III
PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA
TAHUN 2019
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Muhamad Hardiansyah
Nomor Induk Taruna : 03.15.137.1.42/T
Program Diklat : Ahli Teknika Tingkat III
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah Terapan yang saya tulis dengan judul :
ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA OVERHEATING MESIN INDUK PADA MV. SEGARA MAS
merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema dan yang saya nyatakan sebagai kutipan.
Jika pernyataan di atas terbukti tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.
Surabaya,
Muhamad Hardiansyah NIT: 03.15.137.1.42/T
iii
PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN
Judul : ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA OVERHEATING MESIN INDUK PADA MV. SEGARA MAS
Nama Taruna : MUHAMAD HARDIANSYAH
NIT : 03.15.137.1.42
Program Diklat : Ahli Teknika Tingkat III
Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan Surabaya,
Menyetujui:
Pembimbing I
Antonius Edy Kristiyono, M.Pd, M.Mar.E Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19690531 200312 1 001
Pembimbing II
Raditya Huda Pranowo, S.Pd, M.M Penata Muda Tk. I (III/b) NIP. 19880925 201012 1 007
Mengetahui:
Ketua Jurusan Teknika
Monika Retno Gunarti, S.SIT, M.Pd Penata Muda Tk. (III/c) NIP. 19760528 200912 2 002
iv
ANALISIS PENYEBAB TERJADINYA OVERHEATING MESIN INDUK PADA MV. SEGARA MAS
Disusun dan Diajukan Oleh:
MUHAMAD HARDIANSYAH NIT. 03.15.137.1.42/T Ahli Teknika Tingkat III
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Pada Tanggal
Menyetujui : Penguji I
Antonius Edy Kristiyono, M.Pd, M.Mar.E Penata Tk. I (III/d)
NIP. 19690531 200312 1 001
Penguji II
Drs. Suharto, M.T.
Pembina Tk. I (IV/b) NIP. 19661219 199403 1 001
Penguji III
Raditya Huda Pranowo, S.Pd, M.M Penata Muda Tk. I (III/b) NIP. 19880925 201012 1 007
Mengetahui : Ketua Jurusan Teknika
Monika Retno Gunarti, S.SIT, M.Pd Penata Muda Tk. (III/c) NIP. 19760528 200912 2 002
v
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah, Sang Maha Pencipta dan Pengatur Alam Semesta, berkat ridhonya, penulis akhirnya mampu menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Terapan yang berjudul : ANALISIS TERJADINYA OVERHEATING MESIN INDUK PADA MV. SEGARA MAS.
Penulis sangat menyadari bahwa di dalam karya ilmiah terapan ini masih banyak terdapat kekurangan, baik dalam hal penyajian materi maupun teknik penulisannya. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Capt. Heru Susanto, M.M selaku Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya, sebagai pelindung dan pembina dalam penyelesaian karya ilmiah terapan ini
2. Ibu Monika Retno Gunarti, S.SIT, M.Pd selaku ketua jurusan teknika
3. Bapak Antonius Edy Kristiyono, M.Pd, M.Mar.E selaku pembimbing I dan Bapak Raditya Huda Pranowo, S.Pd, M.M selaku pembimbing II
4. Dosen di Politeknik Pelayaran Surabaya yang telah mengarahkan 5. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan serta bimbingan 6. Rekan-rekan yang telah memberikan bantuan serta semangat.
Karya ilmiah ini tentu masih ada kekurangan didalamnya, oleh karena itu segala kritikan dan saran yang membangun akan penulis terima dengan baik.
Semoga Karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
SURABAYA,
Muhamad Hardiansyah NIT. 03.15.137.1.42
vi ABSTRAK
MUHAMAD HARDIANSYAH. Analisis penyebab terjadinya overheating mesin induk pada MV. Segara Mas. Dibimbing oleh Bapak Antonius Edy Kristiyono, M.Pd, M.Mar.E dan Bapak Raditya Huda Pranowo, S.Pd, M.M.
Kerja sebuah mesin induk sangat dipengaruhi oleh sistem pendingin, khususnya didalam dunia perkapalan dimana jam kerja mesin induk digunakan secara maksimum oleh operator untuk melakukan aktifitas kerjanya, hal ini tidak menutup kemungkinan mesin induk sering kali mengalami overheating (terlalu panas). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab mesin induk mengalami overheating serta bagaimana cara mengatasinya.
Berdasarkan teori–teori yang telah dikumpulkan maka ada beberapa penyebab terjadinya penurunan tekanan kerja tersebut, diantaranya adalah kotornya saringan pada saluran pendingin serta adanya gangguan pada sistem pendinginan.
Sehingga diperlukan perawatan dan perbaikan secara berkala agar dapat menghindari hal tersebut.
Penelitian ini akan dilaksanakan untuk praktik dilapangan selama 12 bulan. Sumber data yang diperoleh langsung dengan cara observasi dokumen serta literatur-literatur yang berkaitan dengan judul proposal ini.
Kata kunci : overheating.
vi
ABSTRACT
MUHAMAD HARDIANSYAH. Analysis of the causes of overheating on the main engine of MV. Segara Mas. Guided by Antonius Edy Kristiyono, M.Pd, M.Mar.E and Mr. Raditya Huda Pranowo, S.Pd, MM.
The work of a diesel engine is strongly influenced by the cooling system, especially in the shipping world where the engine working hours are used maximally by the operator to perform its work activities, in addition it is also influenced by weather and condition of the area that does not close the possibility of a problem in the tools used Such as diesel engines that are often overheated.
This research will be conducted for field practice for 12 months. Source of data obtained directly by means of document observation and the literature related to the title of this proposal.
Based on the theories that have been collected then there are several causes of the decrease in the working pressure, such as the dirty filter in the cooling channel and the existence of interference on the cooling system. The purpose of this study is to find out how the machine overheating and cavitation can occur and how to overcome them.
The results obtained from this study indicate that rust is caused by oxidation in the cooling system. Heat and humid speed up the rusting process, this is also due to the lack of additivies (anti-rust contained in the coolant conditioner).
Keywords : overheating
vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Penelitian Sebelumnya .... ... 5
2.2 Landasan Teori ... 6
2.3 Kerangka Penelitian ... 17
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 18
3.1 Lokasi Penelitian ... 18
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 18
3.4 Pemilihan Informan ... 19
3.5 Metode Pengumpulan Data ... 20
3.6. Teknik Analisis Data ... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 24
4.2 Analisa Hasil Penelitian ... 26
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 28
viii BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ... 42 5.2 Saran ... 43 Daftar Pustaka
ix
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1 Review Penelitian Sebelumnya ... 5
x
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1 Sistem pendinginan langsung (terbuka) ... 9
2.2 Sistem pendinginan tidak langsung (tertutup) ... 10
2.3 L.O cooler & F.W cooler ... 12
2.4 Sea water circuit ... 13
2.5 Fresh water circuit ... 13
2.6 Plate heat exchanger ... 13
2.7 Tube heat exchanger ... 13
2.8 Kavitasi pada impeler ... 14
2.9 Electrical Corrosion ... 15
2.10 Karat pada logam ... 15
3.1 Hubungan Interaktif Alur Analisis Data Penelitian ... 21
4.1 Gambar Foto kapal MV. Segara Mas ... 25
4.2 Fresh water cooler ... 31
4.3 Penggantian pipa yang bocor ... 34
4.4 Pengisian L.O sump tank ME ... 35
4.5 Filter minyak lumas ... 36
4.6 Pompa minyak lumas ... 37
4.7 Pembersihan fresh water cooler ... 38
4.8 Pompa air laut ... 39
4.9 Impeller ... 40
4.10 Penggantian shaft dan bearing ... 40
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja sebuah mesin induk sangat dipengaruhi oleh sistem pendingin serta pelumasan, dimana jam kerja mesin digunakan secara maksimum oleh operator untuk melakukan aktifitas kerjanya. Disamping itu juga dipengaruhi oleh jam kerja dari bagian-bagian mesin yang tidak menutup kemungkinan terjadi suatu masalah seperti mesin induk yang sering kali mengalami overheating.
Dalam pengoperasian mesin induk sering terjadi gangguan sistem pendingin maupun pelumas pada mesin induk, untuk itu perwira dan crew di atas kapal dituntut agar tanggap dalam menjaga kelancaran operasinya, sehingga dalam pelayaran kapal tidak sering mengalami gangguan, yaitu tekanan air pendingin menurun dan penyerapan panas pada fresh water cooler tidak memenuhi standar sehingga menyebabkan temperature air pendingin pada mesin induk sangat tinggi.
Untuk kelancaran jalannya sebuah motor diesel yang digunakan sebagai tenaga penggerak di kapal maka membutuhkan pendinginan, pelumasan yang sempurna. Karena dalam ruangan pembakaran sebuah motor diesel akan menghasilkan suhu yang sangat tinggi pada waktu pembakaran yang berkisar 1200 °C sampai 1600 °C, sehingga bagian-bagian motor menjadi sangat panas karena gas pembakaran tersebut.
Pembakaran yang terjadi di dalam mesin akan menghasilkan panas.
Akibat dari proses pembakaran yang terjadi secara berulang-ulang maka akan terjadi kenaikan suhu pada liner, piston, katup, dan beberapa bagian yang bergerak lainnya. Sebagian terjadi proses pendinginan dari minyak lumas, terutama yang membasahi bagian dinding silinder dan sebagian kecil minyak akan menguap dan akhirnya ikut terbakar bersama bahan bakar. Oleh karena itu perlu mendapat pendinginan yang cukup agar temperaturnya tetap pada batas normal yang telah ditentukan sesuai ketentuan buku manual dan supaya operasi mesin dapat berjalan dengan baik.
2
Dengan memperhatikan sistem pendingin air tawar pada mesin induk yang ada di atas kapal, kapal dapat beroperasi dengan baik meskipun kapal berlayar dalam jangka yang lama. Berdasarkan hal tersebut di atas maka perlu dilakukan penanganan terhadap gangguan-gangguan yang timbul pada sistem pendingin maupun sistem pelumas saat kapal sedang beroperasi. Oleh karena itu para crew yang bekerja diatas kapal harus mengerti sebab-sebab timbulnya gangguan tersebut dan cara mengatasinya. Dengan demikian para crew kapal dapat mengerti apabila dalam pengoperasian kapal terjadi gangguan sistem pendingin air tawar pada mesin induk yang menyebabkan temperatur air pendingin semakin tinggi.
Sistem pendinginan yang tidak terkontrol dengan baik dapat menggangu kelancaran operasional mesin, menurunkan performa dan bisa membuat fatal pada mesin. Overheating juga bisa muncul karena kurangnya perhatian pada sistem pendinginan mesin disamping sebab-sebab lainnya yang menstimulasinya. Memperhatikan pembacaan skala dari level air pendingin pada dash board atau panel kontrol merupakan tindakan preventif perawatan mesin bersama-sama pemilihan air pendingin yang bermutu baik.
Adapun prinsip kerja dari sistem pendingin mesin adalah mensirkulasikan cairan pendingin keseluruh bagian engine untuk menyerap panas yang dihasilkan oleh pembakaran dan gesekan dengan memanfaatkan perpindahan panas. Jika mesin mengalami overheating (terlalu panas), maka kinerjanya pun akan terganggu dan akibatnya yaitu ausnya bagian mesin yang bergerak, mesin tersebut akan low power, usia engine akan lebih pendek, engine akan mudah rusak dan konsumsi bahan bakar akan lebih banyak atau boros.
Untuk itu semua alasan tersebut diatas maka penulis mengambil Karya Ilmiah Terapan (KIT) ini dengan judul : “PENYEBAB TERJADINYA OVERHEATING MESIN INDUK PADA MV. SEGARA MAS”
3
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
a. Apa penyebab overheating pada mesin induk ?
b. Bagaimana cara mengatasi overheating pada mesin induk ?.
1.3 Batasan Masalah
Agar dalam penulisan ini lebih jelas dan terarah serta lebih mengarah kepada pokok permasalahan, maka diperlukan adanya pembatasan masalah.
Oleh karena itu karya tulis ini hanya menjelaskan penyebab terjadinya overheating pada mesin induk dan cara mengatasi overheating tersebut.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk menjelaskan arah dan tujuan dari perancangan ini, penulis merancangkan tujuannya sebagai berikut :
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab overheating (terlalu panas) pada mesin induk serta cara mengatasinya. Adapun maksud dari pembuatan Karya Ilmiah Terapan (KIT) ini adalah disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan pelatihan pelaut.
1.5 Manfaat Penelitian
Dengan adanya karya tulis diharapkan dapat diambil manfaatnya antara lain :
a. Secara teoritis
1) Bagi peneliti dan pembaca, karya ilmiah ini merupakan pengetahuan yang sangat berguna dan tentunya sebagai bahan pembelajaran lebih lanjut mengenai overheating pada mesin induk.
2) Bagi akademisi merupakan suatu proses kemajuan dalam pembelajaran secara ilmiah agar lebih maju dan berkualitas.
4
b. Secara Praktis
1) Bagi penulis, karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai pedoman buku ketika menghadapi situasi overheating pada mesin induk di kapal.
2) Bagi pembaca dapat dijadikan sebagai informasi dan acuan untuk melakukan tindakan yang berhubungan dengan masalah overheating pada mesin induk.
3) Bagi lembaga pendidikan, karya ini dapat menjadi sumber bacaan maupun referensi bagi semua pihak yang membutuhkannya dalam bidang / lembaga pendidikan.
4) Bagi perusahaan pelayaran, dari hasil penelitian ini diharapkan perusahaan dapat memberikan informasi dalam hal overheating mesin induk terhadap pengetahuan ke awak kapal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada tinjauan pustaka ini tentang sumber teori yang kemudian akan menjadi dasar dari pada penelitian. Hal ini penting karena pembaca akan dapat memahami mengapa masalah atau tema yang diangkat dalam penelitiannya.
Disamping itu, tinjauan pustaka juga bermaksud untuk menunjukkan bagaimana masalah tersebut dapat dikaitkan dengan hasil penelitian dengan pengetahuan yang lebih luas. Pada tinjauan pustaka ini penulis memaparkan tentang analisis penyebab terjadinya overheating pada mesin induk.
2.1 Review Penelitian Sebelumnya
Dalam hal ini penulis akan melampirkan review penelitian dari orang yang telah meneliti tentang tingginya suhu air tawar pendingin mesin induk.
Tabel 1.1 Review Penelitian Sebelumnya
Nama Judul Hasil
Lukman Hamidi (2015)
Tingginya Suhu Air Tawar Pendingin Mesin Induk
Pada umumnya pendingin yang dipasang pada kapal dirancang untuk mendinginkan mesin supaya kinerja mesin dapat berjalan dengan efisien dan bekerja selama berjam-jam dan berhari-hari lamanya. Air merupakan media pendingin yang baik dan tujuan dipasangnya pendingin untuk mengurangi panas yang berlebihan pada mesin induk demi menghindari gangguan fungsional mesin atau kerusakan pada mesin. Jika energi panas itu berlebihan maka mesin tidak dapat bekerja secara maksimal bahkan mengakibatkan mesin menjadi mati atau rusak.
6
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian Analisis
Menurut Gorys Keraf, analisa adalah sebuah proses untuk memecahkan sesuatu ke dalam bagian-bagian yang saling berkaitan satu sama lainnya atau perhatian terhadap sesuatu (benda, fakta, fenomena) sampai mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, serta mengenal kaitan antar bagian tersebut dalam keseluruhan.
Menurut Komarrudin mengatakan bahwa analisis merupakan suatu kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga dapat mengenal tanda-tanda dari setiap komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam suatu keseluruhan yang terpadu.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian dari analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dan sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan sebagainya).
Berdasarkan penjelasan di atas tentang analisis maka dapat disimpulkan bahwa analisis adalah suatu kegiatan penyelidikan guna untuk memecahkan atau menguraikan suatu peristiwa menjadi hipotesis-hipotesis yang mempunyai keterkaitan antara hepotesis satu dengan lainnnya.
2.2.2 Pengertian Mesin Induk
Menurut Roy (1968), mesin induk merupakan mesin atau instalasi mesin dalam kapal yang berfungsi menghasilkan tenaga untuk menggerakkan kapal.
Menurut Supomo, mesin induk adalah sebagai tenaga penggerak utama yang berfungsi untuk mengubah tenaga mekanik menjadi tenaga pendorong bagi propeller kapal agar kapal dapat bergerak, dimana dalam pengoperasiannya mesin induk selalu dalam kondisi running secara terus menerus.
Mesin induk juga dapat dijabarkan sebagai jenis khusus dari mesin pembakaran dalam, sesuai dengan namanya mesin pembakaran
7
dalam adalah mesin panas yang didalamnya energi kimia dilepas dari pembakaran dilepaskan didalam silinder mesin, sedangkan golongan lain dari mesin panas.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mesin induk merupakan suatu mesin penggerak utama pada kapal yang digunakan sebagai penggerak baling-baling kapal melalui proses pembakaran bahan bakar di dalamnya.
Untuk mempertahankan kondisi mesin agar tetap mampu beroperasi maksimal tentunya mesin induk akan dibantu dengan beberapa sistem pendukung lainnya. Sistem pendukung tersebut antara lain :
a. Sistem bahan bakar
Sistem bahan bakar adalah sistem yang digunakan untuk mensuplai bahan bakar yang diperlukan motor induk. Pada umumnya :
1) Mesin diesel kecepatan rendah dapat beroperasi dengan hampir setiap bahan bakar cair dari minyak tanah (kerosine) sampai minyak bunker.
2) Mesin diesel kecepatan tinggi modern, karena singkatnya selang waktu yang tersedia untuk pembakaran pada setiap daur memerlukan minyak bakar yang lebih khusus dan lebih ringan.
b. Sistem pelumas
Minyak pelumas pada suatu sistem permesinan berfungsi untuk memperkecil gesekan-gesekan pada permukaan komponen- komponen yang bergerak dan bersinggungan. Selain itu minyak pelumas juga berfungsi sebagai media pendinginan pada beberapa mesin.
c. Sistem pendingin
Untuk menghilangkan energi panas yang berlebihan harus menggunakan media pendingin (cooler) untuk menghindari gangguan fungsional mesin atau kerusakan pada mesin. Untuk itu, sistem pendingin harus dipasang pada kapal. Ada dua sistem
8
pendingin yang digunakan di kapal untuk tujuan pendinginan yaitu sistem pendingin air laut dan sistem pendingin air tawar.
2.2.3 Pengertian Overheating
Menurut Nuruzzaman (2003), overheating yaitu motor bekerja pada temperatur melebihi temperatur kerja dan sangat berbahaya terhadap komponen-komponen motor. Jika suhu atau temperatur komponen pada mesin induk melebihi batas normal, maka mengakibatkan kurang optimalnya sistem kerja dari mesin induk itu sendiri.
Menurut Apinion, Rio (2015) overheating dalam pengertiannya yang sederhana adalah suhu kendaraan yang terlampau tinggi melewati batas normal, sehingga mesin bekerja tidak optimal, mesin akan cepat aus, serta bahan bakar yang digunakan akan jauh lebih banyak sehingga menimbulkan kerugian pada pihak tertentu.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa overheating adalah suatu mesin yang bekerja dengan suhu atau temperatur melebihi dari batas normal suatu mesin. Jika mesin mengalami kejadian tersebut di atas, maka dapat menyebabkan mesin yang bekerja secara tidak optimal.
Temperatur tinggi sangat berbahaya pada sebuah proses, karena panas yang dihasilkannya dapat merusak peralatan. Maka dari itu dibuat sebuah sistem pendingin yang dapat menjaga temperatur agar temperatur panas yang dihasilkan tidak berlebihan. Temperature tinggi (overheating) terjadi apabila :
a. Suatu sistem pendingin tidak bekerja dengan sesuai ketentuan yang ditentukan
b. Mesin yang didinginkan terlalu panas
c. Putaran mesin melebihi setingan RPM yang ditentukan.
9
2.2.4 Pendinginan Mesin Induk dan Mesin Bantu
Pendinginan dimaksudkan untuk menjaga kestabilan suhu pada bagian mesin sehingga tidak terjadi kenaikan suhu yang terlalu tinggi sebagai akibat dari pembakaran bahan bakar didalam silinder liner dan gesekan yang terjadi. Pendinginan juga dimaksudkan untuk mengurangi resiko terjadinya kerusakan dan keausan.
Pada kapal dengan penggerak motor bakar, pendingin air dialirkan melalui dan menyelubungi dinding silinder, kepala silinder serta bagian-bagian lain yang perlu didinginkan. Air pendingin akan menyerap panas dari semua bagian tersebut, kemudian mengalir meninggalkan blok mesin menuju cooler atau alat pendingin yang menurunkan kembali temperaturnya. Sistem pendingin air pada mesin induk maupun mesin bantu ada 2 macam, yaitu :
a. Sistem Pendinginan Langsung (Terbuka)
Sistem pendinginan langsung adalah sistem pendinginan yang menggunakan satu media pendingin saja yakni dengan media pendingin air laut. Proses pendinginannya dengan cara air laut diambil dari sea chest melalui filter dengan pompa air laut, kemudian air laut disirkulasikan ke seluruh bagian-bagian mesin yang membutuhkan pendinginan Berikut ini dapat dilihat skema gambar dari sistem pendinginan secara langsung (tertutup) :
Gambar 2.1 Sistem pendinginan langsung (terbuka)
10
Sumber : http://www.bppp-tegal.com/web/index.php/artikel/97- artikel/artikel-permesinan-kapal-perikanan/163-sistem-pendinginan-
motor-diesel Keterangan :
1. Saringan laut (sea chest) 6. Tangki pendingin 2. Katup / valve 7. Thermometer
3. Saringan 8. Mesin induk
4. Pompa 9. Pipa buang
5. Katup pengaman
b. Sistem Pendinginan Tidak Langsung (tertutup)
Sistem pendinginan tidak langsung menggunakan dua media pendingin, yang digunakan adalah air tawar dan air laut. Air tawar dipergunakan untuk mendinginkan bagian-bagian mesin, sedangkan air laut digunakan untuk mendinginkan air tawar, setelah itu air laut langsung dibuang keluar kapal dan air tawar bersirkulasi dalam siklus tertutup.
Gambar 2.2 Sistem pendinginan tidak langsung (tertutup)
Sumber : http://www.bppp-
tegal.com/web/index.php/artikel/97-artikel/artikel-permesinan-kapal- perikanan/163-sistem-pendinginan-motor-diesel
11
Keterangan :
A. Bak persediaan air tawar E. Saringan-saringan B. Bejana pendingin F. Saluran buang air laut C. Pompa untuk air tawar G. Sea chest low
D. Pompa untuk air laut H. Sea chest high
Jika pendinginan dan pelumasan mesin tidak sempurna atau berhenti sama sekali, motor akan tetap berjalan dan akan berhenti bila bagian–bagian yang seharusnya mendapat pendinginan atau pelumasan rusak (tidak berfungsi lagi) yang akibatnya dapat memberikan kerugian yang sangat besar misalnya terjadi kerusakan pada silinder liner, piston, katup dan lain sebagainya.
2.2.5 Cara Kerja Sistem Pendingin
Secara umum, semua yang berbau dengan mesin akan didinginkan dengan menggunakan LO Cooler, Engine, Cylinder Jacket, Intercooler. Ada dua sistem pendinginan yang digunakan pada umumnya, yaitu:
a. Sistem Pendingin Air Laut (Sea Water Cooling System)
Merupakan sistem pendingin terpisah dalam pengertian masing-masing bagian yang didinginkan disediakan cooler sendiri- sendiri, fluida pendinginnya langsung dengan air laut. Kerugian pada sistem ini memerlukan material komponen yang tahan korosi, biaya maintenance lebih besar, bila terjadi salah satu komponen mengalami kerusakan akan menyebabkan komponen yang lain akan terganggu fungsinya. Kelebihan sistem jenis ini, maintenance lebih mudah dan biaya awal lebih murah.
12
Gambar 2.3 L.O cooler & F.W cooler
Sumber : Engine room MV. Hilir Mas b. Sistem Pendingin Terpusat (Central Cooling System)
Sistem pendingin ini didesain dengan hanya mempunyai satu heat exchanger yang didinginkan dengan air laut, sedangkan untuk cooler yang lain termasuk jacket water, minyak pelumas, udara bilas, didinginkan dengan air tawar yang bersuhu rendah. Sistem pendingin jenis ini sangat kecil peralatan yang berhubungan langsung dengan air laut sehingga masalah korosi dapat dikurangi.
Ada dua sirkuit pada sistem pendingin yaitu:
1) Sea water circuit dimana pendingin dengan menggunakan fluida air laut yang mendinginkan central cooler, sirkuit ini disuplai dengan pompa sea water pump, air laut diambil dari sea chest pada sisi kapal, output aliran ini akan langsung dibuang keluar melalui overboard.
2) Fresh water circuit digunakan untuk mendinginkan jacket water cooler, dimana fresh water dialirkan oleh jacket water pump, dan sisa-sisa penguapannya diolah pada deaerating tank untuk dimanfaatkan kembali untuk pendinginan.
13
Sumber : Engine room MV.Segara Mas
Ada beberapa keunikan pada komponen-komponen sistem pendingin pada engine kapal sebab panas engine dialirkan ke air timbang ke udara. Engine kapal menggunakan heat exchanger model tube (pipa) maupun plat. Dasar aliran air pendinginnya sama dengan engine lainnya. Heat exchanger berfungsi untuk menggantikan radiator. Pada dasarnya heat exchanger berbentuk kotak / tabung didalamnya diisi pipa-pipa air pendingin tergantung jenis coolernya yang mengalir didalam tabung yang dikelilingi air laut. Ada juga yang berbentuk kotak yang dalamnya berisi plat-plat dan rubber. Air laut menyerap panas yang terdapat pada air pendingin.
Engine room MV. Segara Mas
Gambar 2.4 Sea water circuit Gambar 2.5 Fresh water circuit
Gambar 2.6 Plate Heat Exchanger
Sumber :
Gambar 2.7 Tube Heat exchanger
Sumber :
https://id.wikipedia.org/wiki/Penukar_panas
14
2.2.6 Fungsi Air Pendingin dalam Mencegah Kerusakan
Tanpa pemilihan dan perawatan yang baik pada coolant, maka akan muncul gangguan pada sistem pendingin. Untuk itu peranan additives yang terdapat didalam coolant berfungsi untuk mengurangi kemungkinan gangguan kerusakan yang akan bertujuan pada overheting. Kerusakan itu berupa :
a. Pitting dan cavitation-Erosion
Adanya gelembung-gelembung udara pada saluran masuk pompa air, hal ini menyebabkan terjadinya kavitasi, kavitasi menyebabkan terjadinya kerusakan-kerusakan pada komponen, suara yang abnormal, dan mengurangi jumlah aliran air pendingin.
Fenomena kavitasi dapat dicegah dengan cara meningkatkan tekanan air pada sistem pendingin.
Gambar 2.8 Kavitasi pada impeller
Sumber : http://funny-mytho.blogspot.co.id/2010/12/kavitasi-dan- pencegahannya.html
b. Electrical Corrosion
Arus listrik yang mengalir pada area tertentu (kecil) yang bukan seharusnya adalah salah satu penyebab pitting-corrosion.
Pitting adalah salah satu jenis corrosion yang paling merusak.
Setelah pitting dalam tahap pembentukan dalam jangka waktu tertentu, maka sudah tidak ada cara lagi untuk mengetahuinya sebelum terjadi lubang. Karena 1 (satu) ampere arus listrik yang mengalir selama 30 (tiga puluh) jam akan melepaskan 1 (satu) ons besi. Arus listrik yang mengalir terpusat pada area yang kecil
15
sangatlah merusak. Akan tetapi, mencegah terjadinya kebocoran arus listrik adalah satu-satunya cara untuk menghindari hal ini.
Gambar 2.9 Electrical corrosion
Sumber : http://activerain.com/blogsview/2731408/don-t-get-- heated-up--over-electrical-corrosion
c. Karat (Rust)
Karat disebabkan oleh oksidasi didalam cooling system.
Panas dan lembab mempercepat proses ini. Karat meninggalkan zat sisa, yaitu endapan kotoran. Akibatnya akan mempercepat terjadinya keausan dan mengurangi efisiensi coolant dalam mentransfer panas. Karat dapat disebabkan juga oleh kurangnya additives (anti-rust yang terdapat pada coolant conditioner).
Additives berguna untuk mencegah karat sebab air sangat korosif terhadap logam.
Gambar 2.10 Karat pada logam
Sumber : http://funny-mytho.blogspot.co.id/2010/12/kavitasi-dan- pencegahannya.html
16
2.2.7 Gangguan Pada Sistem Pendingin a. Terjadi overcooling (mesin dingin)
Terjadinya overcooling dapat diamati pada temperatur air pendingin yang selalu rendah (jauh dibawah tempeartur kerja idealnya). Jika hal ini terjadi berarti overcooling. Dari neraca panas hal ini berarti terjadi kenaikan kerugian karena pendinginan (cooling loos). Dengan adanya kenaikan cooling loos ini berarti daya mekanis yang dihasilkan sudah pasti berkurang. Tetapi pada mesin tidak terasa betul, yang lebih terasa adalah adanya kenaikan pemakaian bahan bakarnya. Jadi overcooling sepertinya tidak berakibat menurunnya daya mekanis mesin yang dihasilkan melainkan menaiknya konsumsi bahan bakar yang diperlukan mesin.
b. Terjadi Overheating
Terjadinya overheating dapat diamati pada temperatur air pendingin yang terlalu tinggi (jauh diatas temperatur kerjanya).
Jika hal ini terjadi berarti overheating. Tetapi dengan kenaikan temperatur mesin yang diamati pada air pendingin ini selanjutnya akan menyebabkan beberapa komponen mesin mengalami perubahan bentuk yang berlebihan akibat pemuaian seperti piston pada silinder, akibat lanjutan yang dapat dirasakan adalah kerugian akibat gesekan, secara prinsip penyebab dari overheating adalah aliran dari air pendingin dan minyak lumas yang mengalami gangguan.
17
2.3 Kerangka Penelitian
Kerusakan pada pompa Disebabkan :
Gangguan pada sistem pendingin dan pelumasan
Tindakan :
1. Pembersihan pada (saringan) 2. Perbaikan pada pompa-pompa 3. Pemeriksaan pada pipa-pipa Saran :
Dilakukan pengecekan serta pembersihan secara berkala
Penyebab Overheating Pada Mesin Induk
Filter & cooler kotor Menyebabkan :
1. Mesin tidak bekerja optimal 2. Sistem gerak pada mesin cepat aus 3. Level air tawar pendingin dan minyak
lumas cepat berkurang
Kebocoran pada pipa instalasi
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Dalam kesempatan penelitian ini dilakukan pendekatan secara analisis kualitatif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang bertujuan memahami situasi, peristiwa, peran, interaksi dan kelompok. Menyimpulkan bahwa metode penelitian kualitatif adalah suatu proses investigasi. Metode ini digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, sebagai eksperimen dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambil sampel sumber, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat induktif / kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna.
Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif secara umum dikelompokkan ke dalam dua jenis cara, yaitu teknik yang bersifat interaktif dan non-interaktif. Metode interaktif meliputi interview dan observasi berperan serta, sedangkan metode non-interaktif meliputi observasi tak berperan serta, teknik kuesioner, mencatat dokumen dan partisipasi tak berperan.
3.2 Lokasi Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat yang digunakan untuk melaksanakan penelitian ini yaitu pada saat penulis melaksanakan praktek layar di atas kapal.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini yaitu selama penulis melaksanakan praktek berlayar diatas kapal MV. Segara Mas selama 12 bulan pada semester 5 sampai semester 6.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Pada bagian ini akan dipaparkan tentang jenis data, sumber data, dan teknik pengumpulan data berdasarkan data, fakta, serta informasi yang pernah dilakukan selama melaksakan praktek berlayar. Paparan tersebut sebagai berikut:
19
3.3.1 Jenis Data a. Data Primer
Menurut Umar, data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan oleh peneliti sebagai obyek penulisan, Dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan langsung yang diambil saat sedang melaksanakan pengecekan terkait penyebab terjadinya overheating mesin induk, data yang diambil atau diperoleh langsung oleh crew kapal khususnya yang berada di dalam kamar mesin.
b. Data Sekunder
Menurut Sugiyono, data sekunder adalah data yang tidak langsung diberikan kepada peneliti, misalnya penelitian harus melalui orang lain atau mencari melalui dokumen. Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian, selain itu peneliti mempergunakan data yang diperoleh dari internet dan juga dokumen yang mendukung.
3.3.2 Sumber Data
Data-data yang dikumpulkan nanti berasal dari hasil wawancara dengan beberapa informan, juga melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada obyek penelitian serta dari buku, buku petunjuk (instruction manual book) diatas kapal, dan internet.
3.4 Pemilihan Informan
Dalam pengumpulan data informan, seluruh crew kapal terutama di bagian mesin dan informan lain diharapkan bisa memberikan informasi pada saat praktek berlayar di atas kapal juga dapat memberikan data yang diperlukan dari dosen pembimbing karya ilmiah ini.
20
3.5 Metode Pengumpulan Data
Data dan informasi yang diperlukan untuk penulisan proposal penelitian ini dikumpulkan melalui :
1. Metode lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan peninjauan langsung pada obyek yang diteliti.
Data dan informasi dikumpulkan melalui : a) Observasi
Mengadakan pengamatan secara langsung dilapangan dimana penulis melaksanakan praktek laut. Didalam suatu penelitia, selain menggunakan metode pokok digunakan juga metode pelengkap yang saling mengisi dan melengkapi. Observasi adalah metode pelengkap, teknik observasi digunakan dengan maksud untuk mendapatkanatau mengumpulkan data secara langsung mengenai gejala-gejala tertentu dengan melakukan pengamatan tertentu serta mencatat data yang berkaitan dengan pokok masalah yang diteliti. Obesrevasi yang penulis lakukan adalah dengan mengadakan pengamatan langsung sewaktu penulis saat melaksanakan praktek laut, mengamati cara- cara kerja prosedur darurat terkhusus pada masalah overheating mesin induk kapal. Setelah itu oleh para perwira jaga akan melakukan pengecekan pengecekan prinsip dan tindakan yang harus diambil saat terjadi situasi berbahaya bila terdapat kesalahan.
Disamping itu observasi adalah pengumpulan data secara langsung dan sangat penting dalam penelitian deskriptif.
b) Wawancara
Mengadakan tanya jawab secara langsung dengan perwira dikapal dan para Dosen di lingkungan Politeknik Pelayaran Surabaya.
2. Tinjauan Perpustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari literature, buku-buku dan tulisan-tulisan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas untuk memperoleh landasan teori yang akan digunakan dalam membahas masalah yang diteliti.
21
3.6 Teknik Analisis Data
Miles dan Hubermen (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru.
Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing / verification).
Kegiatan yang dilakukan setelah memulai langkah-langkah untuk menganalisa yaitu untuk mengadakan penelitian di kapal untuk mengetahui situasi dengan bekal pengetahuan yang didapatkan dari studi ke perpustakaan. Data yang telah diperoleh diolah sesuai dengan teori dan metode yang telah tetapkan dari awal sebelum melakukan pengumpulan data. Data yang telah kita olah kemudian kita analisa hasil yang diperoleh.
Kegiatan analisis data secara garis besar dalam bagian ini adalah mengurangi data dari tiap kasus secara terpisah ke dalam unit-unit yang dapat di kelola, mencari pola, menemukan apa yang penting dari tiap kasus sehingga dapat di pelajari untuk dijadikan data awal.
Gambar 3.1 Hubungan Interaktif Alur Analisis Data Penelitian
Sumber: http://linguistikid.blogspot.co.id/2016/07/analisis-ideologi- kualitas-terjemahan-istilah-blogspot.html
22
1. Data Collecting
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk pengumpulan data. Instrumen sebagai alat bantu dalam menggunakan metode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan sebainya.
Instrumen penelitian merupakann sesuatu yang amat penting dan strategis kedudukannya didalam keseluruhan kegiatan penelitian.
Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapai tujuan. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
2. Data Reduction
Melakukan reduksi data dapat diartikan sebagai upaya merangkum dan memlilih hal-hal pokok serta memfokuskan diri pada data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pada kenyataannya, data temuan di lapangan bisa sangat beragam dan heterogen, sehingga perlu dilakukan pemilahan dan penyusunan secara sistematis agar diperoleh data yang dibutuhkan.
3. Data Display
Setelah data di reduksi, tahap berikutnya adalah melakukan display atau penyajian data sehimgga temuan dapat digambarkan secara utuh, menyuluruh sehingga bagian-bagian pokoknya terlihat jelas untuk memudahkan pemaknaan.
4. Conclusion and Verification
Tahapan berikutnya dari analisa data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Berdasarkan reduksi dan display data temuan peneliti dapat menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan
23
dalam penelitian kualitatif, pada dasarnya masih bersifat sementara karena data hasil temuan harus di verifikasi dan di cek keabsahannya melalui berbagai teknik. Verifikasi yang dilakukan bertujuan untuk mempertajam pemaknaan temuan, sehingga diperoleh kesimpulan yang benar-benar menggambarkan realita.
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, Gorys. 2014. Pengertian Analisis : Apa itu Analisis ?.
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-analisa-menurut-ahli/. Diakses pada 17 Mei 2017.
Lutfi, Jauhari. 2014. Sistem pendinginan dikapal. http://www.bppp-
tegal.com/web/index.php/artikel/97-artikel/artikel-permesinan-kapal-
perikanan/163-sistem-pendinginan-motor-diesel. Diakses pada 17 Mei 2017.
Umar, Sunadi. 2016. http://www.pacificmarine.net/engineering/heat-
exchangers/keel-coolers-spiral-tube.html. Diakses pada 17 Mei 2017.
Komarrudin. 2014. Pengertian Analisis : Apa itu Analisis ?.
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-analisa-menurut-ahli/. Diakses pada 17 Mei 2017.
Wikipedia. 2017. Alat penukar panas.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penukar_panas. Diakses pada 17 Mei 2017.
Smith, Rob. 2012. http://activerain.com/blogsview/2731408/don-t-get--heated-up- -over-electrical-corrosion. Diakses pada 17 Mei 2017.
Lasantha. 2010. Kavitasi dan Pencegahannya. http://funny-
mytho.blogspot.co.id/2010/12/kavitasi-dan-pencegahannya.html. Buku ajar teknik dasar pompa. Diakses pada 17 Mei 2017.
Habibie, J.G. Motor Diesel Kapal.
Drs. Sumanto. 2004. Dasar-dasar mesin pendingin. ANDI : ANDI OFFSET.
Hamidi, Lukman. 2015. Tingginya suhu air tawar pendingin mesin induk.
Pustaka: Perpustakaan Poltekpel Surabaya.
Supomo, Heri. Analisa Kondisi Mesin Induk Kapal.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-Master-10789-Paper.pdf. Diakses pada 17 Juli 2017.
Santoso, Budi. Penyebab dan Cara Mengatasi Overheat pada Motor.
http://otomotif.liputan6.com/read/2286752/penyebab-dan-cara-mengatasi- overheat-pada-motor. Diakses pada 17 Juli 2017.
Nuruzzaman. 2003. SISTEM PENDINGINAN MOTOR DIESEL.
http://www.bppp-tegal.com/v1/index.php?option=com_content&view=
article&id=228:sistem-pendinginan-motor-diesel&catid=44:artikel&Itemid
=85. Diakses pada 17 Juli 2017.
Apinion, Rio. 2015. Penyebab dan Cara Mengatasi Overheat pada Motor.
http://otomotif.liputan6.com/read/2286752/penyebab-dan-cara-mengatasi- overheat-pada-motor. Diakses pada tanggal 18 Juli 2017.
Umar. 2003. Metodologi Penelitian. http://zorayapelu.blogspot.co.id/2009/04/
method-of-qualitative.html. Diakses pada 17 Juli 2017.
Sugiono. 2005. Metodologi Penelitian. http://zorayapelu.blogspot.co.id/2009/04/
method-of-qualitative.html. Diakses pada 17 Juli 2017.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). http://kbbi.web.id/analisis. Diakses pada tanggal 18 Juli 2017.
Miles dan Hubermen. 1984. Analisis data penelitian kualitatif model Miles dan Huberman. http://sangit26.blogspot.co.id/2011/07/analisis-data-penelitian- kualitatif.html. Diakses pada tanggal 18 Juli 2017.
Foto MV. Segara Mas. 2018. https://goo.gl/images/U4LFnG. Diakses pada tanggal 20 Desember 2018.