• Tidak ada hasil yang ditemukan

Raushan Fikr Vol. 6 No. 1 Januari 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Raushan Fikr Vol. 6 No. 1 Januari 2017"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

DOMINASI ARSITEKTUR TIONGHOA MASJID CHENG HOO

Vita Sari Dwi Saputri

Institut Agama Islam Negeri Purwokerto E-mail: [email protected]

HP. 085875481171

Abstrak

Dominasi warna pada bangunan Masjid Cheng Hoo yaitu warna merah, filosofi warna merah pada masyarakat Tionghoa melambangkan antusiasme, semangat dan keberuntungan tidak bertentangan dengan Islam. Dominasi ornament-ornamen dalam Masjid Cheng Hoo seperti bunga melati yang yang ada pada jendela dan langit-langit atap masjid yang dimaksudkan untuk menambah variasi pada atap masjid yang berjumlah delapan yang dianggap angka keberuntungan pada masyarakat Tionghoa. Dominasi bentuk atau wujud tulisan maupun bangunannya terdapat lafadz Allah pada pintu masjid yang dibuat seperti bentuk seperti huruf Cina dan asmaul husna dan asma Allah yang dibuat seperti huruf kanji di bagian langit-langit masjid bagian dalam. Model atap, pilar dan bagian-bagian lain yang sangat bervariasiada yang njawani, kearab-araban, dan mandarin.

Kata Kunci: Masjid Cheng Hoo, Warna, Ornament, Wujud dan Bentuk

A. Pendahuluan

Dominasi terjadi di dalam masyarakat ketika salah satu dari kelom- pok bekuasa di dalam masyarkat tersebut dan disitulah timbul konflk Antara individu dengan kelompok. Individu yang berkuasa di dalam kelompok yang secara otoriter memerintah mereka untuk memerintah suatu hal. Dengan adanya konflik tersebut membutuhkan solusi untuk bisa menyelesaikan masalah itu, agar beberapa kelompok merasa dihargai atau diberi hak untuk menyampaikan beberapa pemikiran dari mereka. Cara mengatasi hal tersebut adalah dengan cara diskusi atau bermusyawarah.

Arsitektur mewujud dalam bentuk dari bangunan yang dirancang sesuai konsep yang sudah dimusyawarahkan dalam kelompok tersebut.

Arsitektur dibuat dalam pengaruh kekuasaan- kekuasaan yang dimi lilki seseorang dapat muncul melalui wacan maupun materi pada domi nasi sebuah arsitektur bisa muncul karena pemilik modal yang me ngua-

(2)

sai sehingga dapat diterima masyarakat. Semua bangunan mempu- nyai arsitektur yang berbeda-beda terutama dalam Arsitektur Masjid Cheng Hoo. Dan Masjid Cheng Hoo memiliki arsitektur tersendiri dan mempunyai bentuk yang unik dari ornament-ornamen Tionghoa di masjid tersebut.

Dengan demikian dominasi Arsitektur Tionghoa di masjid Cheng Hoo menjadikan saya tertarik untuk memilih judul tersebut untuk dikaji secara mendalam.

B. Pembahasan 1. Arsitektur

Arsitektur secara bahasa dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan sebuah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya selain itu dengan kata lain metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan.1 Secara luas arsitektur disebut semua proses analisis dan perencanaan semua keutuhan fisik bangunan, misalnya pengorganisasian peran- cangan bangunan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancang perkotaan, arsitektur lansekap hingga ke level mikro yaitu rancang interior/eksterior, rancang asesoris dan pernak-pernik pelengkap. Berdasarkan kamus umum, kata arsitektur berarti seni dan ilmu membangun bangunan. Menurut asal kata, yaitu Archi=

kepala, dan techton= tukang, maka architecture adalah karya kepala tukang.2

Kemudian muncul teori mengenai arsitektur diantaranya arsitektur vernakuler yang tumbuh dari arsitektur rakyat, yang lahir dari masyarakat etnik dan berjangkar pada tradisi etnik. Dengan demikian Asitektur tersebut sejalan dengan paham kosmologi, pandangan hidup, gaya hidup dan memiliki tampilan khas sebagai cerminan dan jati diri yang dapat dikembangkan secara inovatif kreatif dalam pendekatan sinkretis ataupun eklektis. Modernisasi dan kemajuan teknologi serta interaksi social ekonomi menuntut kehadiran Arsitektur yang mampu berdialog dengan tuntunan baru. Meminjam istilah Christopher Alexander bahwa arsitektur itu mempunyai bahasa, maka bahasa arsitektur vernakular erat sekali hubungannya dengan aspek-aspek tradisi. Tradisi memberikan suatu jaminan untuk melanjutkan kesinambungan tatanan sebuah arsitektur melalui sistem persepsi ruang yang tercipta, bahan dan

(3)

jenis konstruksinya. Ruang, bentuk dan konstruksi dipahami sebagai suatu warisan yang akan mengalami perubahan secara perlahan melalui suatu kebiasaan.3

Indonesia sendiri merupakan komplek kepulauan terbesar didunia dengan Budaya Pluralistik yang memiliki berbagai system budaya dan seni yang bermacam-macam. Dalam budaya masyarakat setempat dijadikan sebagai sebuah jati diri atau kepribadian oleh warganya. Dari berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia yang pluralistik akan memberikan sebuah sumbangan terhadap variasi inovasi Arsitektur. Asitektur dibangun untuk mampu menjawab kebutuhan manusia dan mengangkat derajat hidupnya menjadi lebih baik, sehingga tidak dapat dilepaskan dari perkembangan kebudayaan. Dalam setiap bangunan memiliki pola- pola yang berbeda-beda dikarenakan dalam setiap pola bangunan memiliki makna tersendiri dan kegunaan dari bangunan itu. Dengan adanya sebuah teori Arsitektur maka akan memudahkan para arsitek untuk membuat suatu racangan yang maksimal dalam setiap pekerjaanya. Arsitektur itu sendiri adalah buah daripada Budaya (Mario Salvadori/ Ruskin – 1947: 12). 4

Arsitektur memiliki aspek-aspek diantaranya keindahan/ este- tika (Venusitas), kekuatan (Firmitas), dan kegunaan (Fungsi).5 Hampir setiap bangunan dalam kurun waktu tertentu akan mengalami perubahan baik langsung maupun tidak langsung, berubah akibat adanya proses adaptasi untuk menghadapi perubahan kebutuhan di tiap-tiap generasi ataupun karena faktor alam. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan peradaban, perubahan spirit zaman dan perubahan dari era lama ke era baru, misalnya dari era pertanian ke era industri, sehingga kemapanan secara ekonomis tentu berubah dan pada akhirnya berujung pada sebuah kebutuhan perubahan yang berimbas pada bangunan. Ciri khas dalam setiap bangunan dipengaruhi oleh budaya yang dibawa oleh perseorangan. Dalam Arsitektur Vernakuler mengandung kesepakatan yang menanggapi secara positif terhadap iklim disamping terhadap ruang waktu dan budaya. Arsitektur ini juga memberikan prinsip dan simbol masa lalu untuk dapat ditransformasikan kedalam bentuk-bentuk yang akan bermanfaat bagi perubahan-perubahan tatanan social masa kini. Kesempatan ini memberikan peluang besar bagi para arsitek untuk mencermati potensi yang dipunyai untuk berkontribusi dalam modernisasi arsitektur.

(4)

Dalam kajian Arsitektur Tioghoa yang diterapkan dalam sebuah bangunan masjid yang memberikan sebuah karya yang sangat mengesankan, unik dan mempunyai nilai estetika yang sangat tinggi.

Hal ini perlu perhatian khusus karena dalam setiap kebudayaan yang dikolaborasikan dengan kebudayaan lain dalam bentuk bangunan, cukup memberikan gambaran bahwasannya budaya satu sama lain bisa bersamaan untuk mewujudkan karya yang menajupkan tanpa ada pro dan kontra didalamnya dan mencerminkan sebuah kerukunan antar sesamanya.

Arsitektur Indonesia dalam menyikapi arus globalisasi yang se- dang melanda dunia ini. Budaya, tradisi, vernakulernya yang cukup berpotensial untuk dapat dikembangkan guna menganggulangi pengaruh negatif dari luar. Dalam hl ini vernakuler tradisional memberikan daya tarik dan selera untuk masyarakat yang mempu- nyai hubungan harmonis terhadap lingkungan setempat dan tidak harus larut dengan pengaruh arsitektur barat yang terlalu berorientasi pada penampilan fisiknya. Karena Indonesia sendiri merupakan Negara yang yang sangat kaya akan warisan dan jejak sejarah yang panjang sehingga tidak harus begitu saja larut dalam perkembangan arsitektur barat. Harapan yang disampaikan dalam Arsiektur Vernakuler, Arsitektur Indonesia harus mampu eksis dalam evolusinya tetap memiliki jati diri.

Dengan adanya Arsitektur Vernkuler, dapat digunakan untuk mengetahi perkembangan arsitektur Indonesia dengan berbagai macam budaya,etnis yang dijadikan sebagai jati diri dalam setiap bangunan yang mempunyai nilai estetika, dan kegunaan yang beragam. Dari nilai-nilai tersebut dapat diwujudkan dengan seberapa jauh pemahaman arsitek terhadap teori arsitektur itu sendiri. Maka akan dengan mudah arsitektur dapat dikatakan memiliki nilai estetika yang patut untuk dipertimbangan.

2. Sekilas Masjid Cheng Hoo

Masjid Cheng Hoo terletak di Selagangeng, Mrebet, Kabupaten Purbalingga. Hanya sekitar 3 km dari Pasar Bobotsari Purbalingga dan sekitar 12 km dari Purbalingga kota. Setelah memasuki area Masjid, rupanya bangunan Masjid Nampak begitu elegan. Dengan arsitektur ala Tionghoa dan dilengkapi dengan ornament-ornamen khas Cina seperti lampion dan pilar-pilar Masjid berwarna merah,

(5)

serta jendela-jedela dengan ornament segi delapan, membuat Masjid ini terkesan unik namun tidak meninggalkan nilai-nilai keislaman didalamnya karena terdapat uga pada dinding dalam Masjid asmaul husna dan asma Allah yang dibuat seperti hurup kanji.

Awal berdirinya Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo meru- pakan prakarsa dari PITI di mana piti adalah organisasi wadah ber- him punnya orang-orang tionghoa muslim yang lahir pada 14 April 1961 di Jakarta, PITI merupakan singkatan dari Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, didirikannya PITI dengan tujuan mengem- bangkan dakwah di kalangan orang-orang tionghoa muslim di Indo nesia. Masjid Cheng Hoo dibangun atas inisiatif bapak Herry Susetyo, beliau adalah seorang mualaf yang masuk islam pada tahun 2003 dan ia ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang Kabupaten Purbalingga Pembina Iman Tauhid Islam dan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, ide membangun masjid sebagai tempat ibadah dan pembinaan iman tauhid para anggotanya sekaligus juga bagi seluruh kaum muslimin tanpa melihat paham golongan, sekte, komunitas dari mana mereka berasal.

Masjid Jami PITI Kabupaten Purbalingga dibangun dengan rancangan bangunan yang sedikit unik dan istimewa, dengan gaya arsitektur Jawa, Arab dan Cina, sehingga terjadi satu akulturasi budaya mengemuka dalam wujud bagunan masjid yang elok dari sisi arsitekturnya seperti model atap, pilar dan bagian-bagian lain yang sangat bervariasi ada yang njawani, kearab-araban, dan mandarin.

Mengenai lokasi masjid melaui proses tukar guling dengan masjid An-Naba dengan kesepakatan Antara dua belah pihak. Sebelum pembangunan Masjid dialakukan terlebih dahulu survey ke Surabaya pada minggu keempat Januari 2005 untuk menyiapkan suatu rancangan tentang profil masjid yang menampung bermacam-macam unsur kultur dan budaya dalam satu rekaan dan paduan yang penuh dengan keharonisan yang merupakan simbol-simbol kehidupan untuk bisa diimplementasikan dalam kehidupan keseharian.6 Setelah itu pada bulan Februari tahun 2005 dimulai pengerjaan pembangunan masjid yang berlokasi di Grumbul Mejingklak RT 03 RW 04 Desa Selaganggeng Purbalingga dengan upacara peletakan batu pertama yang dihadiri oleh ketua DPP PITI dengan didampingi Bupati Purbalingga pada saat itu dengan semangat yang menggebu- gebu. Namun, keadaan tersebut hanya bertahan dengan hitungan bulan tidak sampai mencapai hitungan tahun karena terkendalanya

(6)

pendanaan. Dengan berjalannya waktu ada seorang yang terpanggil untuk membantu menyelesaikan pembangunan Masjid beliau adalah H. Achmad Zaky Arslan Junaid pemilik sekaligus Ketua Umum Kospin Jasa Pekalongan yang jaringan usahanya meliputi seluruh wilayah Indonesia. Masjid Cheng Hoo dibangun di atas tanah wakaf seluas 50 ubin yang dalam pengembangannya telah mencapai 100 ubin dan dapat diselesaikan paling lambat pada akhir Juni 2011 dengan bantuan dari berbagai pihak. Dan selanjutnya tanggal 5 Juli 2011 akan diresmikan penggunaannya dalam satu upacara protokoler.

Nama masjid Jami PITI dimbil dari nama tokoh legendaris Laksamana Muhammad Cheng Hoo yang telah malang melintang mengarungi samudera dan melintasi kawasan Nusantara. Dan satu diantaraya adalah berada di Semarang sebagai tempat persinggaan, ia membangun tempat yang sekarang ini dikenal menjadi Klenteng Sam Poo Kong. Adapun nama Masjid Jami PITI Purbalingga Muhammad Cheng Hoo ditetapkan berdasarkan Surat Kospin Jasa Pekalongan yang ditanda tangani langsung oleh ketua umumnya HA. Zaky Arslan Djunaid yang disampaikan kepada ketua DPC PITI Kabupaten Purbalingga tertanggal 13 Mei 2011 Nomor: 023/Sekr- JS/G/V/2011 perihal nama Masjid Bobotsari.7

Arsitektur secara bahasa dalam KBBI merupakan sebuah seni dan ilmu merancang serta membuat konstruksi bangunan, jembatan, dan sebagainya selain itu dengan kata lain metode dan gaya rancangan suatu konstruksi bangunan. Dalam setiap bentuk arsitektur itu sendiri adalah buah dari budaya yang dibawa oleh pemilik bangunan atau masyarakat dilingkungannya. Arsitektur itu sendiri timbul dari masyarakat yang mempunyai beragam budaya, yang dijadikan sebagai jati diri oleh masyarakat untuk mendapatkan posisi didalam masyarakat itu sendiri. Di Indonesia sendiri perkembangan arsitektur sangatlah berkembang pesat dengan keragamaan agama, etnis, dan budaya yang ada pada masyarakat yang berkontribusi di dalamnya.

Di dalam masjid Cheng Hoo sendiri yang kebetulan dibangun oleh mualaf yang berasal dari agama Cina yang ingin mendirikan sebuah masjid yang dikolaborasikan dengan arsitektur Tionghoa, namun tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman didalamnya.

(7)

3. Makna Dominasi dalam Masjid Cheng Hoo a. Dominasi Warna

Dalam arsitektur Masjid Cheng Hoo terdapat berbagai hal seperti dinding yang berwarna merah, masjid di dominasi dengan warna merah, filosofi warna merah pada masyarakat Tionghoa melam- bangkan antusiasme, semangat dan keberuntungan. Warna merah pada masjid Cheng Hoo meliputi dinding, tiang penyangga masjid. Senada dengan lantai dan karpet merahnya, semakin membuat ruangan masjid ini seakan-akan menyala.

b. Dominasi Ornament

Di teras masjid sebelum pintu masuk terdapat bedug yang ber- ukuran tidak terlalu besar sebagai pelengkap masjid ini, lengkap dengan hiasan dan ornamennya. Sentuhan nuansa Tiongkok hadir dalam lampu-lampu lampion merah yang terdapat di teras masjid. Bentuk dari atap luar masjid Cheng Hoo sama persis dengan bentuk atap klenteng seperti undak-undakan dan sisi atap melengkung keatas seperti bentuk pagoda. Kemudian pada bagian atas pintu masuk, terdapat sambutan papan nama masjid Cheng Hoo yang ditulis dengan bahasa mandarin. Bentuk pintu masuk masjid terbuat dari kayu diukir rapi dengan gaya Tiongkok, namun ukirannya membentuk lafadz Allah.8

Dan dinding masjid juga dilengkapi dengan ornament-ornamen kaligrafi arab yang membuat masjid semakin unik. Apalagi ditambah dengan lampu hias berukuran cukup besar, yang membuat ruangan masjid ini menjadi indah. Beberapa lampion di dalam masjid juga dihiasi dengan lafadz Allah dan Muhammad.

Di dalam jendela masjid berbentuk segi delapan dengan kaca hias warna kombinasi yang menyala dan terdapat motif bunga me- lati yang melambangkan kesucian dan kesederhanaan. sedang- kan pada jendela masjid berbentuk segi delapan dan terda- pat kaca dengan bentuk melati yang maknanya adalah angka keberuntungan dan masyarakat Cina percaya hal itu akan mem- bawa nasib baik, terutama untuk masjid dan para pe ngunjung maupun pengurusnya yang di kombinasikan dengan bentuk jendela, jumlah tiang penyangga masjid dan rata-rata berjumlah delapan.

(8)

c. Dominasi Bentuk/ Wujud Tulisan

Saat pertama kali masuk masjid Cheng Hoo kita akan dibuat terkesan dengan kubah masjid yang berbentuk segi delapan, juga dilengkapi ukiran melingkar yang berbentuk lafadz Allah., Sementara itu, rangka atap bagian dalam masjid disusun rapi dengan gaya khas rumah Jawa (usuk). Jika dilihat dari sisi sosial, konsep kontruksi dari masjid Cheng Hoo dikonsep untuk semakin menyatukan masyarakat serta untuk menambah daya tarik wisata di Kabupaten Purbalingga tentunya juga untuk beribadah. Disini dapat dilihat bahwa arsitektur yang berasal dari dua bahkan tiga kebudayaan yang berbeda dapat dikolaborasikan di dalam sebuah bangunan masjid yang menciptakan suatu karya yang sangat diminati oleh masyarakat bahkan wisatawan.

C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal penting. Pertama, Dominasi warna yang terdapat dalam bangunan Masjid Cheng Hoo didominasi dengan warna merah, filosofi warna merah pada masyarakat Tionghoa melambangkan antusiasme, semangat dan keberuntungan tidak bertentangan dengan Islam. Kedua, Dominasi ornament-ornamen yang adapada Masjid Cheng Hoo seperti bunga melati yang yang ada pada jendela dan langit-langit atap masjid yang dimaksudkan untuk menambah variasi pada atap masjid yang berjumlah delapan yang dianggap angka keberuntungan pada masyarakat Tionghoa. Ketiga, Dominasi bentuk atau wujud tulisan maupun bangunannya terdapat lafadz Allah pada pintu masjid yang dibuat seperti bentuk seperti huruf Cina dan asmaul husna dan asma Allah yang dibuat seperti huruf kanji di bagian langit-langit masjid bagian dalam. Model atap, pilar dan bagian-bagian lain yang sangat bervariasi ada yang njawani, kearab-araban, dan mandarin.

Endnotes:

1 www.wikipedia.com//diakses pada tanggal 22 Oktober 2016

2 Wiranto “Arsitektur Vernakuler Indonesia” (1999: 15-20)

3 Gatot Suharjanto “ comtech”. vol. 2, NO.2 Desember 2011 : 592-602 diakses pada tanggal 30 Oktober 2016

4 Wiranto” Dimensi Teknik Arsitektur” vol. 27, NO. 2, DESEMBER 1999: 15-20

5 Vitruvius “ De Architectura” diakses pada tanggal 22 Oktober 2016

6 Untung Supardjo,”Sekilas Sejarah Berdirinya Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga”, (Purbalingga: 2016), hal 5-7.

(9)

7 Untung Supardjo,Sekilas Sejarah Berdirinya Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga, (Purbalingga: 2016), hal 11

8 Dinda Wulan Afriani, “ejournal.iainpurwokerto.ac.id” vol.12, No.1, Januari-Juni 2014.

Diakses pada tanggal 15 November 2016.

DAFTAR PUSTAKA

Afriani, Dinda Wulan. ejournal.iainpurwokerto.ac.id. vol.12, No.1, Januari- Juni 2014. Diakses pada tanggal 15 November 2016.

Suharjanto, Gatot.2011. comtech. vol. 2, NO.2 Desember 2011 : 592-602 diakses pada tanggal 30 Oktober 2016.

Dwi, Vita Sari.2016. Dominasi Arsitektur Tionghoa di Masjid Cheng Hoo.

Purbalingga.dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober 2016.

Untung Supardjo, Sekilas Sejarah Berdirinya Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga, Purbalingga: 2016.

Untung Supardjo, Sekilas Sejarah Berdirinya Masjid Jami PITI Muhammad Cheng Hoo Kabupaten Purbalingga, Purbalingga: 2016.

Vitruvius. De Architectura. diakses pada tanggal 22 Oktober 2016.

www.wikipedia.com// diakses pada tanggal 22 Oktober 2016.

Wiranto.1999. “Arsitektur Vernakuler Indonesia”

Wiranto” Dimensi Teknik Arsitektur” vol. 27, NO. 2, Desember 1999.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengamatan panitia pelaksana terhadap kinerja peserta selama pelatihan tergolong tinggi dengan rerata skor 4,77 (menurut skala Likert). Nilai tersebut

Marheni (2005: 4) mengatakan, dalam kaitan dengan karya seni terutama seni suara, belakangan ini tumbuh dan berkembang jenis te mbang Bali yang dikenal dengan lagu pop

Strategi penyelesaian konflik yang dilakukan antara Zarri Bano dan Sikander adalah strategi menang-kalah dengan cara tawar menawar. Konflik yang terjadi antara

Pertama , Pesan dakwah pementasan wayang kulit lakon ”ma’rifat dewa ruci” oleh dalang Ki Enthus Susmono adalah: a] Dari segi bahasa (signing) penyampaian isi

Hasil dapatan kajian itu telah menunjukkan bahawa kewujudan masalah dalam aspek yang dikaji iaitu masalah pembelajaran, masalah kurang mahir dalam Bahasa Inggeris, masalah

Metode ekstraksi minyak menggunakan metode dry rendering dengan parameter yang diamati berupa rendemen, angka iod, bilangan penyabunan, kadar lemak dan sensori.. Data

Esensi dakwah Islam adalah menyampaikan pesan dalam upaya membangun kehidupan manusia secara utuh, baik sebagai individu ataupun masyarakat untuk memperoleh

Bahwa Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Kolaka telah meralat dan mencabut pengumuman KPU Kabupaten Kolaka Nomor 206/PP.05.3- PU/7401/KPU-Kab/X/2017 tentang seleksi tertulis calon