METODE PENELITIAN KUANTITATIF METODE PENELITIAN KUANTITATIF
Materi 2 Klas B
Pengampu:
Dr. L.V.Ratna Devi S., M.Si.
Sosiologi, FISIP, UNS Materi 2
Klas B
Pengampu:
Dr. L.V.Ratna Devi S., M.Si.
Sosiologi, FISIP, UNS
Abad Paradigma
Patton---Paradigma
adalah sebuah pandangan dunia, suatu perspektif umum, suatu cara menjabarkan kompleksitas realitas dunia. Paradigma
bersifat normatif, mengatakan pada penggunanya apa yang dilakukan tanpa berkepanjangan.
Penyelidikan-penyelidikan baik ilmu sosial maupun eksak, telah melalui sejumlah “abad paradigma”, yaitu:
Suatu periode dimana seperangkat keyakinan dasar membimbing penyelidikan dalam cara yang berbeda.
Periode-periode tersebut adalah:
1. Pra positivisme 2. Positivisme
3. Post positivisme
Abad Pra Positivisme
Pra positivisme --- Aristoteles---David Hume.
adalah : yang pertama dan yang paling tidak menarik dari pandangan perspektif modern
para ilmuwan dalam posisi sebagai pengamat pasif.
Menurut mereka apa yang terjadi di dalam alam terjadi secara
alamiah. Usaha manusia untuk mempelajari alam dipandang sebagai suatu intervensi dan tidak alami, karena merusak apa yang dipelajari.
Cara berpikirnya; jika mereka mencoba pemikiran-pemikiran tertentu, mereka akan melihat apakah pemikiran-pemikiran mereka itu
berlaku.
Jika mereka mencoba pemikiran-pemikiran baru dan menunggu apakah pemikiran itu berjalan atau tidak, bila mereka sudah mulai menjadi pengamat yang aktif, ilmu mulai beranjak ke periode
positivisme
Abad Positivisme
Augus Comte--- pengaruh filsafat positivisme terhadap ilmu sosial---tentang bagaimana seharusnya ilmu sosial
mengembangkan metode penyelidikannya.
Dalam meletakkan dasar-dasar ilmu sosial yang baru, Comte memulai dengan sebuah analisis tentang tipe-tipe pemikiran:
Pemikiran orang-orang primitif:
Mereka mengira bahwa seluruh gejala alam disebabkan oleh perbuatan langsung makluk supranatural.
(lama-lama berkembang menjadi pemikiran politeisme) Pemikiran politeisme ---pemikiran monoteisme
(dianggap tidak memberikan (filsafat rasionalisme Kepuasan dalam cara berpikir) (membantah pemikiran teologis)
Jalan pikiran rasionalisme menyatakan bahwa Tuhan tidak berdiri secara langsung di balik setiap fenomena.
Jalan pikiran metafisis, menyatakan bahwa Tuhan adalah sebab pertama atau suatu Makluk Abstrak.
Jalan pikiran ini juga tidak dapat memberi kepuasan
Maka comte mengembangkan konsep tentang, yang dipandang sebagai cara intelektual melihat dunia.
Comte berpendapat bahwavpikiran harus memusatkan perhatian pada pengamatan dan klasifikasi terhadap fenomena.
Comte percaya bahwa pemikiran teologis dan metafisis adalah kebenaran yang khayal.
Lebih menguntungkan bila orang langsun mengarahkan ke pemikiran
pada alur-alur pemikiran yang provilic, yang disebut dengan pengamatan dan klasifikasi data, dan disebut juga sebagai pemikiran positivistik.
Jadi sejumlah fenomena dijelaskan secara teologis, metafisis dan positivistik
Positivisme mempunyai pengaruh besar dalam metode
keilmuan., yang terdiri dari pokok-pokok pikiran sebagai berikut:
1. Positivisme percaya bahwa metode dan prosedur ilmu kealaman cocok untuk ilmu-ilmu sosial
2. Berkeyakinan bahwa hanya gejala-gejala yang dapat diamati, dalam arti dengan indera dapat dianggap sahih sebagai
bahan pengetahuan.
3. Pengetahuan ilmiah bermuara pada akumulasi pembuktian fakta-fakta. Fakta ini memberikan umpan balik pada teori 4. Teri keilmuan dipandang sebagai sesuatu yang memberikan
pelana bagi penelitian empiris dalam arti bahwa hipotesis ditarik darin teori-teori keilmuan itu, kemudian diuji dalam kenyataan empiris.
5. Positivisme memandang pengertian nilai (value) sebagai berikut:
a. Nilai akan melemahkan obyektivitas keilmuan, dengan demkian merendahkan kesahihan.
b. Harus ada pembedaan tajam dan jelasantara persoalan keilmuan dengan pernyataan dan hal-hal yang normatif c. Hal yang normatif tidak dapat dibuktikan ,karenanya tidak
termasuk ilmu pengetahuan.