• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAMPAK POSITIF PEMBELAJARAN PPKN TERHADAP PENGUATAN KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BISSAPPU KAB. BANTAENG KEC.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS DAMPAK POSITIF PEMBELAJARAN PPKN TERHADAP PENGUATAN KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BISSAPPU KAB. BANTAENG KEC."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi salah Satu syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

OLEH

FERIAL ARFAN SURANTA 10543007114

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2019

(2)

ii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS. Ar Ra’d: 11)

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya” (QS. An Najm: 39)

PERSEMBAHAN:

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena kepada- Nyalah kami menyembah dan kepada-Nyalah kami memohon pertolongan.

Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada:

Bapak dan Ibuku yang selalu memberikan motivasi dalam hidupku

Kakak-kakkakku yang selalu memberikan inspirasi dalam hidupku, Teman-teman PPKN B 2014 terima kasih atas doa dan dukungannya.

(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

(7)

vii

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Andi Sugiarti, dan pembimbing II Jumiati Nur,

Penelitian ini bertujuan (1) untuk mengetahui dampak positif pembelajaran PPKn terhadap penguatan karakter pada siswa SMP NEGERI 4 Bissappu (2) untuk mengetahui hambatan apasaja yang ada dalam proses dampak positif pembelajaran PPKn terhadap penguatan karakter pada siswa SMP NEGERI 4 Bissappu (3) untuk mengetahui solusi yang dapat diberikan terhadap hambatan dalam proses dampak positif pembelajaran PPKn terhadap penguatan karakter pada siswa SMP NEGERI 4 Bissappu.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 4 Bissappu. Adapun informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian yaitu kapala sekolah, guru PPKN & guru BK serta siswa SMP NEGERI 4 Bissappu. Adapun fokus penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam proposal ini adalah bagaimana perencanaan, pelaksanaan dan penyelesaian implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta pencapaian karakter yang diinginkan seperti disiplin, santun, kerja keras, bertanggung jawab dan jujur pada kelas SMP NEGERI 4 Bissappu.Sumber data yang digunakan yaitu sumber data primer berupa hasil wawancara dan sumber data sekunder berupa dokumen-dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa (1) dampak positif pembelajaran PPKn terhadap penguatan karakter pada siswa SMP NEGERI 4 Bissappu.

dilaksanakan oleh guru melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (2) adapun factor penghambat yang dialami guru dalam pendidikan karakter yaitu seperti, kurangnya kesadaran siswa dalam: menaati peraturan, motivasi siswa untuk belajar dan kesadaran siswa terhadap tugas dan tanggung jawab (3) upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi hambatan tersebut yaitu dengan cara, memberi teladan untuk disiplin waktu dan menaati peraturan, memberi perhatian yang sama kepada semua siswa serta memberi hukuman kepada siswa yang melanggar peraturan.

Kata kunci: Dampak Positif Pembelajaran PPKn, Pendidikan Karakter, Penguatan Karakter Kewarganegaraan

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal ini dengan baik, sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Sholawat serta salam tetap tercurah kepada keharibaan pemimpin sang Ilahi Rabbi Nabi Besar Muhammad SAW, Sang revolusioner sejati, Sosok pemimpin yang terpercaya, jujur, dan berakhlak karimah yang telah bersusah payah mengeluarkan manusia dari kungkungan kebiadaban, sehingga sampai saat ini manusia mampu memposisikan diri sebagai warga negara yang senantiasa beriman dan bertaqwa dijalan Allah SWT.

Dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis, proposal ini lahir dan tampil sebagai manifestasi dari suatu usaha yang tak mengenal lelah dan pantang menyerah. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa mulai dari penyusunan, hingga selesai proposal ini ditulis, tidak sedikit hambatan dan tantangan yang dialami penulis. Namun, hambatan dan tantangan tersebut dapat diatasi berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, tidak berlebihan kalau sekiranya pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi- tingginya dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM. Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

(9)

ix

Kewarganegaraan (PPKn) sekaligus sebagai Penasehat Akademik dan Dosen Pembimbing II yang telah dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya memberikan arahan selama proses penyusunan proposal ini.

4. Dr. Andi Sugiati, M.Pd Selaku Dosen Pembimbing I yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan membimbing penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

5. Dra. Jumiati Nur, M.Pd. Selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Seminar PPKn yang telah memberikan ilmu dan pengalaman selama perkuliahan sebagai bekal dimasa sekarang dan masa yang akan datang.

6. Teristimewa Kedua Orang Tua saya tercinta , Ayahanda Komisi dan Ibunda Kartini atas segala doa dan dukungan tak terhingga yang selalu tercurah untuk keberhasilan ananda.

7. Teman teman seperjuanganku khususnya teman kelas PPKn B Angkatan 2014 yang selalu memberi motivasi dan dukungan dalam pembuatan proposal ini.

8. Serta semua pihak yang telah ikut serta memberikan bantuannya, yang tidak sempat disebutkan namanya satu per satu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas amal ibadah dan bantuan yang diberikan dengan tulus ikhlas serta limpahan rahmat dan karunia-Nya senantiasa tercurah kepada kita. Amin .

(10)

x

Sebagai seseorang yang masih dalam taraf belajar, tentu saja proposal ini masih banyak kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis dengan hati terbuka menerima segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif, guna perbaikan dan peningkatan kualitas penulis dimasa yang akan datang, karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan.

Mudah-mudahan proposal ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Amin.

Makassar, September 2019

Penulis

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSEMBAHAN... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

SURAT PERJANJIAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 6

A. Kajian Pustaka ... 6

1. Pengertian Penguatan ... 6

2. Pengertian Karakter ... 7

(12)

xii

3. Perbedaan Pengertian Karakter dan Pengertian Perbedaan ... 8

4. Contoh Program Pendidikan Karakter ... 11

5. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa ... 13

6. Pendidikan Karakter Yang Berhasil ... 16

7. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan .. 18

8. Sejarah PPKn di Inddonesia ... 19

9. Tujuan Pembelajaran PPKN ... 20

10. Karakteristik Pembelajaran PPKn ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Pikir ... 27

D. Defenisi Operasional ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 30

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 31

E. Instrumen Penelitian ... 33

F. Teknik Pengumpulan Data ... 33

G. Teknik Analisis Data ... 35

H. Teknik Keabsahan Data ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 39

(13)

xiii

A. Kesimpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Populasi Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin ... 31

3.2 Absen kelas VII SMP Negeri 4 Bissappu ... 32

3.4 Klasifikasi Data Pengumpulan Data ... 34

4.1 Profil Sekolah ... 39

4.2 Nama-nama pimpinan sekolah SMP Negeri 4 Bissappu ... 41

4.3 Daftar Guru Dan Tenaga Honorer SMP Negeri 4 Bissappu ... 42

4.4 Jumlah Siswa berdasarkan Jenis Kelamin... 43

(15)

xv

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Hasil penelitian relevan dan tidak relevan 2. Pedoman observasi

3. Pedoman Wawancara 4. Daftar data Informan

5. Catatan Harian Kegiatan Penelitian 6. Dokumentasi

7. Persuratan

(17)

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 menjelaskan fungsi Pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa; dan tujuan pendidikan nasional untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Implikasi dari Undang- Undang tersebut bahwa, pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Atas (SMA) harus diselenggarakan secara terprogram dan sistematis mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan nasional.

Bila kita melihat Undang-Undang Bab II Pasal 3 No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mana pendidikan bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dan Pasal 1 UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. Berangkat dari undang-undang ini, dapat kita temukan bahwa garis besar dari tujuan

1

(18)

2

pendidikan nasional adalah selain mencerdaskan peserta, juga terciptanya karakter peserta yang beriman, mandiri, dan berahklak mulia. Bila demikian, dengan melihat potret-potret dunia pendidikan saat ini, bisa dikatakan sistem pendidikan nasional sudah gagal memenuhi tujuan undang-undang di atas.

Namun pada kenyataan yang ada di pendidikan masih banyak siswa sering kali di temukan merokok di area sekolah, masih banyak yang terdapat siswa terlambat memasuki kelas, tidak menhormati guru di dalam kelas, serta masih banyak penyakit menyimpan, sehingga biasanya tujuan dari pendidikan karakter ini tidak tidak begitu berhasil karena masih banyaknya siswa yang melanggar peraturan-peraturan di sekolah. Hal ini menyebabkan mutu pendidikan sulit untuk meningkat.

Terlepas dari semua faktor yang ada, sebesar apa pun dampaknya, kurangnya pendidikan karakter telah membuat peserta didik dan sekaligus bangsa seakan kehilangan martabatnya. Memang dari satu sisi pendidikan nasional berhasil mencerdaskan anak bangsa, akan tetapi hal itu tidak cukup, mengingat keberhasilan seseorang tidak hanya diukur dari kecerdasannya, tetapi juga sikap dan karakternya. Sikap dan karakter merupakan suatu yang tidak kalah penting dari kecerdasan bagi anak-anak, bahkan sebagian orang menganggapnya lebih penting. Buktinya terdapat sebagian orang yang gagal ketika di sekolah, akan tetapi di masa tuanya mereka begitu berhasil disebabkan pendidikan karakter yang dialaminya. Sebut saja Albert Einstein, siapa yang menyangka kalau penemu teori “relativitas” ini dikeluarkan dari sekolah semasa kecilnya, tetapi saat sekarang, siapa yang tidak mengakui

(19)

keberhasilannya dan masuk dalam daftar orang berpengaruh di dunia. Di sinilah pentingnya mengutamankan pendidikan karakter, keberhasilan seseorang bahkan suatu bangsa bukan hanya dengan dibekali kecerdasan yang mempuni, akan tetapi juga pembentukan karakter yang berjiwa mandiri, penuh tanggung jawab, dan berahklak mulia seperti yang tercantum dalam undang-undang.

Membangun karakter yang mandiri dan bijaksana harus melibatkan kerja sama dan dukungan dari semua kompenan bangsa, dalam hal ini lembaga pendidikan memiliki peran besar untuk menjadi motor penggerak dengan menyosialisasikan pendidikan karakter tersebut, dibarengi dengan segenap upaya sekolah agar memasukkan nilai-nilai moral dalam setiap mata pelajarannya. Tidak cukup dengan itu, kita membutuhkan cara yang tepat untuk mendidik para anak bangsa.

Cara itu dapat melalui dua kategori. Pertama, secara formal, yaitu dengan memasukkan bahan pelajaran yang dapat menunjang karakter anak, seperti mata pelajaran budi pekerti atau akhlak sebagai pedoman bagi peserta didik.

Dan secara tegas memberi punishment kepada siswa yang terbukti melanggar dan penghargaan bagi yang berprestasi. Kedua hal ini tidak bisa dipisahkan, maka tidak akan efektif bila hanya menjalankan salah satunya. Dengan catatan punishment tersebut adalah punishment yang tidak memberi dampak psikologis bagi siswa, seperti dengan menggunakan kekerasan yang keterlaluan.

(20)

4

Kedua, secara informal, yaitu pendidikan karakter dilaksanakan melalui membiasakan kebiasaan-kebiasaan yang positif pada siswa, seperti menjadwalkan kerohanian, upacara kebangsaan dan pramuka dan lain sebagainya. Strategi yang keduan ini sangat diperlukan mengingat aktivitas siswa tidak selalu berada di sekolah. Oleh sebab itu, perlunya pendidikan dengan kebiasaan-kebiasaan seperti di atas.

Dengan dibarengi upaya mencerdaskan peserta didik, bukan mustahil tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam undang-undang akan tercapai. Dan menjadi solusi yang mujarab untuk mengatasi dinamika pendidikan nasional.

Bertitik tolak dari apa yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS DAMPAK POSITIF PEMBELAJARAN PPKN TERHADAP PENGUATAN KARAKTER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 BISSAPPU”.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana pembelajaran PPKn memberi dampak positif terhadap penguatan karakter pada siswa kelas VII SMP NEGERI 1 BISSAPPU”

C. Tujuan Penelitian

“Untuk mengetahui dampak positif pembelajaran PPKn terhadap penguatan karakter pada siswa kelas VII SMP NEGERI 1 BISSAPPU”

(21)

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai Analisis dampak positif pembelajaran PPKn terhadap penguatan karakter pada siswa.

2. Manfaat praktis

a. Menambah wawasan penulis tentang ruang lingkup pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan Pendidikan dan pembelajaran dalam upaya meningkatkan dampak positif pembelajaran pada pelajaran PPKn terhadap penguatan karakter pada siswa.

b. Dapat mengembangkan profesionalitas guru karena guru mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang di kelolanya dan membantu siswa meningkatkan dampak positif pembelajaran pada pelajaran PPKn terhadap penguatan karakter pada siswa.

c. Membantu siswa dalam hal pembentukan karakter yang berjiwa mandiri, penuh tanggung jawab, dan berahklak.

(22)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Pengertian penguatan.

Penguatan adalah respon terhadap suatu perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kemb ali perilaku itu. Dalam rangka pengelolaan kelas, dikenal penguatan positif dan penguatan negatif. Penguatan positif adalah penguatan yang bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak menyenangkan. Misalnya dalam penguatan negatif, guru memberikan sindiran kepada siswa yang tidak memperhatikan saat guru tersebut menerangkan suatu materi pelajaran. Manfaat penguatan bagi siswa, antara lain.

1. Meningkatnya perhatian dalam belajar.

2. Membangkitkan dan memelihara perilaku.

3. Menumbuhkan rasa percaya diri.

4. Memelihara suasana belajar yang kondusif.

Menurut Moh. Uzer Usman, penguatan (reinforcement) adalah

“segala bentuk respon, apakah bersifat verbal maupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan maupun koreksi.”

Keterampilan memberikan penguatan merupakan keterampilan yang harus dikuasai oleh guru karena penguatan yang diberikan kepada siswa akan

(23)

membangkitkan semangat dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Semangat siswa yang tinggi akan meningkatkan daya tangkap ilmu sehingga nantinya tujuan yang ingin dicapai oleh guru dapat diraih dengan baik.

Penguatan harus dilakukan secara merata kepada siswa yang baik ataupun kurang baik perilakunya. Guru tidak boleh membeda-bedakan dalam memberikan penguatan.

2. Pengertian Karakter

Menurut Koesoema (2010:3) mengemukakan pengertian pendidikan karakter bahwa:

“Karakter merupakan struktur antropologis manusia, di sanalah manusia menghayati kebebasan dan menghayati keterbatasan dirinya. Dalam hal ini karakter bukan hanya sekedar tindakan saja, melainkan merupakan suatu hasil dan proses. Untuk itu suatu pribadi diharapkan semakin menghayati kebebasannya, sehingga ia dapat bertanggung jawab atas tindakannya silabus.org, baik untuk dirinya sendiri sebagai pribadi atau perkembangan dengan orang lain dan hidupnya”

Sedangkan menurut Kertajaya (2010) mengemukakan bahwa:

“menurutnya karakter ialah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang itu bertindak, bersikap, berucap dan merespon sesuatu.”

Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,budaya,dan ada tistiadat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen

(24)

8

pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai- nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatanko-kurikuler, pemberdayaan sarana, prasarana, dan, pembiayaan, dan, ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah. “Pendidikan karakter yang utuh dan menyeluruh tidak sekedar membentuk anak-anak muda menjadi pribadi yang cerdas dan baik, melainkan juga membentuk mereka menjadi pelaku baik bagi perubahan dalam hidupnya sendiri, yang pada gilirannya akan menyumbangkan perubahan dalam tatanan sosial kemasyarakatan menjadi lebih adil, baik, dan manusiawi.”(Doni Koesoema A.Ed)

3. Perbedaan Pengertian Karakter Dengan Pengertian Kepribadian.

a. Karakter / watak merupakan sifat batin yang akan memengaruhi segenap pikiran, perilaku, budi pekerti, dan tabiat yang ada pada manusia maupun pada makhluk hidup lainnya.

Menurut Soemarno Soedarsono,

”karakter adalah sebuah nilai yang telah terpatri di dalam diri seseorang melalui pengalaman, pendidikan, pengorbanan, dan percobaan, serta juga pengaruh lingkungan yang kemudian dipadukan dengan nilai nilai yang terdapat pada diri seseorang dan menjadi nilai intrinsik yang dinyatakan di dalam sistem daya juang yang kemudian melandasari sikap dan perilaku, serta pemikiran seseorang.”

(25)

Saat setiap manusia belajar untuk mengatasi dan memperbaiki kelemahannya, serta memunculkan kebiasaan positif yang baru, inilah yang disebut dengan Karakter. Misalnya, seorang dengan kepribadian Sanguin yang sangat suka bercanda dan terkesan tidak serius, lalu sadar dan belajar sehingga mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus, itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).

Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus dibangun dan dikembangkan secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu proses yang tidak instan.

Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.Banyak kami perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter Anda tidaklah demikian. Karakter Anda selalu merupakan hasil pilihan Anda.Ketahuilah bahwa Anda mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan

(26)

10

menjadikan Anda seorang pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang Anda hargai dalam kehidupan ini.Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. Anda memiliki kontrol penuh atas karakter Anda, artinya Anda tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter Anda yang buruk karena Anda yang bertanggung jawab penuh.

Mengembangkan karakter adalah tanggung jawab pribadi Anda.

b. Kepribadian adalah hadiah dari Tuhan Sang Pencipta saat manusia dilahirkan dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan sosial dan masing- masing pribadi. Kepribadian manusia secara umum ada 4, yaitu :

1). Koleris : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.

2). Sanguinis : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang- senang.

3). Phlegmatis : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.

4). Melankolis : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.

(27)

Menurut Theodore M. Newcomb

“kepribadian ialah suatu kelompok sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar belakang dari perilakunya. Hal ini berarti bahwa kepribadian itu bertujuan untuk menunjukkan kelompok dari tingkah- tingkah seorang indivindu untuk dapat berbuat, mengetahui, berfikir dan merasakan dengan secara khsusu jika ia berhubungan dengan orang lain atau juga pada saat ia menghadapi suatu masalah/keadaan.”

4. Contoh Program Pendidikan karakter.

a). Lingkungan Sekolah:

1). Training Guru

Terkait dengan program pendidikan karakter disekolah, bagaimana menjalankan dan melaksanakan pendidikan karakter disekolah, serta bagaimana cara menyusun program dan melaksanakannya, dari gagasan ke tindakan.

Program ini membekali dan memberikan wawasan pada guru tentang psikologi anak, cara mendidik anak dengan memahami mekanisme pikiran anak dan 3 faktor kunci untuk menciptakan anak sukses, serta kiat praktis dalam memahami dan mengatasi anak yang “bermasalah” dengan perilakunya.

2) Program Bimbingan Mental

Program bimbingan mental ini terbagi menjadi dua sesi program :

(1) Sesi Workshop Therapy, yang dirancang khusus untuk siswa usia 12 -18 tahun. Workshop ini bertujuan mengubah serta membimbing mental anak usia remaja. Workshop ini bekerja sebagai “mesin perubahan instant” maksudnya setelah mengikuti

(28)

12

program ini anak didik akan berubah seketika menjadi anak yang lebih positif.

(2) Sesi Seminar Khusus Orangtua Siswa, membantu orangtua mengenali anaknya dan memperlakukan anak dengan lebih baik, agar anak lebih sukses dalam kehidupannya. Dalam seminar ini orangtua akan mempelajari pengetahuan dasar yang sangat bagus untuk mempelajari berbagai teori psikologi anak dan keluarga.

Memahami konsep menangani anak di rumah dan di sekolah, serta lebih mudah mengerti dan memahami jalan pikiran anak, pasangan dan orang lain.

b). Lingkungan Keluarga

1) Membangun Karakter Anak Sejak Usia Dini.

Karakter akan terbentuk sebagai hasil pemahaman tiga (3):

hubungan yang pasti dialami setiap manusia (triangle relationship), yaitu:

(a). Hubungan dengan diri sendiri (intrapersonal),

(b). Dengan lingkungan (hubungan sosial dan alam sekitar), dan (c). Hubungan dengan Tuhan YME (spiritual).

Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan pemaknaan/pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negatif akan berimbas pada perlakuan yang negatif dan pemahaman yang positif akan

(29)

memperlakukan dunianya dengan positif. Untuk itu, Tumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri, membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu mereka lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya, tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus, dan seterusnya.

Biasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Ingat pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Seperti kata pepatah bergaul dengan penjual minyak wangi akan ikut wangi, bergaul dengan penjual ikan akan ikut amis. Seperti itulah, lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. Dan yang tidak bisa diabaikan adalah membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial.

5. Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa.

Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi perkembangan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan sendi-sendi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan norma-norma sosial di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. "Dari mana asalmu tidak penting,

(30)

14

ukuran tubuhmu juga tidak penting, ukuran Otakmu cukup penting, ukuran hatimu itulah yang sangat penting” karena otak (pikiran) dan kalbu hati yang paling kuat menggerak seseorang itu ”bertutur kata dan bertindak”.

Simak, telaah, dan renungkan dalam hati apakah telah memadai ”wahana”

pembelajaran memberikan peluang bagi peserta didik untuk multi kecerdasan yang mampu mengembangkan sikap-sikap: kejujuran, integritas, komitmen, kedisipilinan, visioner, dan kemandirian. Sejarah memberikan pelajaran yang amat berharga, betapa perbedaan, pertentangan, dan pertukaran pikiran itulah sesungguhnya yang mengantarkan kita ke gerbang kemerdekaan. Melalui perdebatan tersebut kita banyak belajar, bagaimana toleransi dan keterbukaan para Pendiri Republik ini dalam menerima pendapat, dan berbagai kritik saat itu.

Melalui pertukaran pikiran itu kita juga bisa mencermati, betapa kuat keinginan para Pemimpin Bangsa itu untuk bersatu di dalam satu identitas kebangsaan, sehingga perbedaan-perbedaan tidak menjadi persoalan bagi mereka.

Karena itu pendidikan karakter harus digali dari landasan nilai Pancasila, dan landasan konstitusional UUD 1945. Sejarah Indonesia memperlihatkan bahwa pada tahun 1928, ikrar “Sumpah Pemuda”

menegaskan tekad untuk membangun nasional Indonesia. Mereka bersumpah untuk berbangsa, bertanah air, dan berbahasa satu yaitu Indonesia. Ketika merdeka dipilihnya bentuk negara kesatuan. Kedua peristiwa sejarah ini menunjukan suatu kebutuhan yang secara sosio-politis

(31)

merefleksi keberadaan watak pluralisme tersebut. Kenyataan sejarah dan sosial budaya tersebut lebih diperkuat lagi melalui arti simbol “Bhineka Tunggal Ika” pada lambang negara Indonesia.

Dari mana memulai dibelajarkannya nilai-nilai karakter bangsa, dari pendidikan informal, dan secara pararel berlanjut pada pendidikan formal dan nonformal. Tantangan saat ini dan ke depan bagaimana kita mampu menempatkan pendidikan karakter sebagai sesuatu kekuatan bangsa. Oleh karena itu kebijakan dan implementasi pendidikan yang berbasis karakter menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka membangun bangsa ini. Hal ini tentunya juga menuntut adanya dukungan yang kondusif dari pranata politik, sosial, dan, budaya bangsa“Pendidikan Karakter Untuk Membangun Keberadaban Bangsa” adalah kearifan dari keaneragaman nilai dan budaya kehidupan bermasyarakat. Kearifan itu segera muncul, jika seseorang membuka diri untuk menjalani kehidupan bersama dengan melihat realitas plural yang terjadi. Oleh karena itu pendidikan harus diletakan pada posisi yang tepat, apalagi ketika menghadapi konflik yang berbasis pada ras, suku dan keagamaan.

Pendidikan karakter bukanlah sekedar wacana tetapi realitas implementasinya, bukan hanya sekedar kata-kata tetapi tindakan dan bukan simbol atau slogan, tetapi keberpihak yang cerdas untuk membangun keberadaban bangsa Indonesia. Pembiasaan berperilaku santun dan damai adalah refreksi dari tekad kita sekali merdeka, tetap merdeka.

(32)

16

6. Pendidikan Karakter yang Berhasil.

Keberhasilan program pendidikan karakter dapat diketahui melalui pencapaian indikator oleh peserta didik sebagaimana tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan SMP, yang antara lain meliputi sebagai berikut:

1. Mengamalkan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan remaja.

2. Memahami kekurangan dan kelebihan dirisendiri.

3. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungan yang lebih luas.

4. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi dalam lingkup nasional.

5. Menunjukkan sikap percaya diri.

6. Mencari dan menerapkan informasi dari lingkungan sekitar dan sumber-sumber lain secara logis, kritis,dankreatif.5

7. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif.

8. Menunjukkan kemampuan belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

9. Menunjukkan kemampuan menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

10. Mendeskripsikan gejala alam dan social.

11. Memanfaatkan lingkungan secara bertanggungjawab.

(33)

12. Menerapkan nilai-nilai kebersamaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara kesatuan Republik Indonesia.

13. Menghargai karyaseni dan budayanasional.

14. Menghargai tugas pekerjaan dan memiliki kemampuan untuk berkarya.

15. Menerapkan hidup bersih, sehat, bugar, aman, dan memanfaatkan - waktu luang dengan baik.

16. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dansantun.

17. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat; Menghargai adanya perbedaan pendapat.

18. Menunjukkan kegemaran membaca dan menulis naskah pendek sederhana.

19. Menunjukkan keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan - menulis dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris sederhana.

20. Menguasai pengetahuan yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan menengah.

21. Memiliki jiwa kewirausahaan.

22. Menunjukkan sikap percaya diri.

Pada tataran sekolah, kriteria pencapaian pendidikan karakter adalah terbentuknya budaya sekolah, yaitu perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh semua warga

(34)

18

sekolah, dan masyarakat sekitar sekolah harus berlandaskan nilai-nilai tersebut.

7. Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan a. Hakekat Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Hakikat pndidikan kewarganegaraan merupakan sebuah metode pendidikan yang bersumber pada nilai nilai Pancasila sebagai kepribadian bangsa demi meningkatkan serta melestarikan keluhuran moral dan perilaku masyarakat yang bersumber pada budaya bangsa yang ada sejak dahulu kala. Dengan hal tersebut diharapkan dapat mencerminkan jati diri yang terwujud dalam berbagai tingkah laku di dalam kehidupan keseharian masyarakat. Hakikat pendidikan kewarganegaraan sebagai sebuah mata pelajaran ialah memiliki sebuah tujuan penting dalam membentuk jati diri individu yang hidup dalam kehidupan masyarakat yang majemuk. Baik dalam kemajemukan suku, agama, ras dan budaya serta bahasa demi membangun karakter bangsa sebagai bangsa yang cerdas, cakap dan memiliki karakter yang berlandaskan UUD 1945 dan Pancasila sebagai filsafat bangsa. Menurut Kurikulum 2013;

b. Pancasila, sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa;

c. UUD 1945 sebagai hukum dasar yang menjadi landasan konstitusional kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

d. Bhinneka Tunggal Ika, sebagai wujud keberagaman kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam keberagaman yang kohesif dan utuh;

(35)

e. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara Indonesia

8. Sejarah PPKn Di Indonesia

Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia dimulai pada tahun 1957 saat pemerintahan Sukarno atau yang lebih dikenal dengan istilah civics. Penerapan Civics sebagai pelajaran di sekolah-sekolah dimulai pada tahun 1961 dan kemudian berganti nama menjadi pendidikan Kewargaan negara pada tahun 1968.

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan resmi masuk dalam kurikulum sekolah di Indonesia pada tahun 1968. Saat terjadi pergantian tahun ajaran yang awalnya Januari – Desember dan diubah menjadi Juli – Juni pada tahun 1975, nama pendidikan kewarganegaraan diubah oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia menjadi Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Nama mata pelajaran PMP diubah lagi pada tahun 1994 menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn). Pada masa Reformasi PPKn diubah menjadi PKn dengan menghilangkan kata Pancasila yang dianggap sebagai produk Orde Baru.

“Djahiri (1994/1995:10) menyebutkan bahwa pendidikan kewarganegaraan memiliki dua tujuan yang utama, yakni tujua secara umum juga khusus. Tujuan umum, pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan untuk memberi dukungan supaya pencapaian Pendidikan Nasional mencapai sebuh keberhsilan dan ajeg (tetap).Tujuan khusus, pendidikan

(36)

20

kewarganegaraan secara khusus bertujuan untuk membentuk moral yang diharapkan dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.’

“Branson (1999:7) berpendapat tujuan pedidikan kewarganegaraa (civic education) ialah keikut sertaan yang memiliki tanggung jawab serta mutu yang berkualitas dalam kehidupan masyarakat maupun politik baik secara lokal, negara bagian, dan nasional.”

“Menurut Depdiknas (2006:49), pendidikan kewarganegaraan memiliki tujuan sebagai sebuah pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi, berikut diantaranya: Memiliki pemikiran yang kritis dan kreatif serta rasional dalam menghadapi adanya isu Kewarganegaraan. Ikut serta dengan cerdas dan bijak juga bertanggung jawab, dalam bertindak secara sadar dalam setiap kegiatan, baik dalam bermasyarakat dan berbangsa maupun bernegara. Maju kearah yang lebih positif dan demokratis demi mewujudkan individu yang berdasar pada nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat di masyarakat supaya dapat hidup rukun dan berdampingan sebagai upaya menjaga keutuhan NKRI. Memiliki hubungan yang baik dengan bangsa lain dan berpartisipasi dalam menjaga ketertiban dunia secara langsung melalui teknologi informasi di era globalisasi saat ini.

9. Tujuan Pembelajaran PPKn

a. Tujuan Pembelajaran Ppkn Menurut UU

Tujuannya pendidikan kewarganegaraan (PPKn) dalam UU adalah untuk bisa menumbuhkan pengetahuan atau wawasan serta juga

(37)

kesadaran dalam bernegara, sikap dan juga perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan bangsa, wawasan nusantara, serta juga ketahanan nasional di dalam diri para tiap-tiap calon-calon penerus bangsa yang sedang juga yang mengkaji dan juga yang akan menguasai imu pengetahuaan serta teknologi dan juga seni.

b. Tujuan Pembelajaran Ppkn Menurut K13

Ada pandangan bahwa nomenklatur Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 hendak menghidupkan kembali Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) di era Orde Baru ke dalam kebijakan Kurikulum 2013. Pada bagian lain, pemunculan kembali nomenklatur ini merupakan reaksi terhadap kondisi kebangsaan yang makin tidak menentu sehubungan dengan perilaku kehidupan berbangsa dan bernegara yang terasa jauh dari nilai-nilai Pancasila. Melalui program Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara‖ yang diusung oleh MPR sejak 2009, maka materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Kurikulum 2013 memuat program tersebut. Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara‖ meliputi Pancasila, 6 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi materi pokok Pendidikan Kewarganegaraan (lihat Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 2013 Penjelasan Pasal 77I, 77J dan 77K masing-masing ayat (1) Huruf b sebagaimana dilampirkan dalam makalah ini).

(38)

22

”Branson (1999:7) menyatakan bahwa pendidikan kewarganegaraan (civic education) bertujuan untuk partisipasi yang bermutu serta bertanggung jawab di dalam kehidupan berpolitik dan bermasyarakat baik di tingkat lokal, negara bagian, maupun nasional.”

“Somantri (2001:279) mengungkapkan sebuah tujuan pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan secara umum yaitu demi mendidik warga negara supaya menjadi seorang warga negara yang baik. Yang dapat Terlukis dengan “warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis, dan Pancasila sejati”.

“Maftuh dan Sapriya (2005:30) berpendapat bahwa, pendidikan kewarganegaraan yang dikembangkan oleh negara memiliki sebuah tujuan supaya setiap warga negara menjadi seorang warga negara yang baik (to be good citizens). Yang dapat diartikan sebagai seorang warga negara yang mempunyai civics inteliegence yakni kecerdasan dalam kewarganegaraan secara intelektual, sosial dan emosional serta kecerdasan kewargaan secara spiritual. Yang tentunya mempunyai civics responsibility;yakni rasa bangga serta bertanggung jawab dalam bernegara serta mampu ikutserta di dalam kehidupan masyarakat.”

“Depdiknas Pembelajaran materi Pedidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) ialan bertujuan guna memberikan kompetensi sebagaimana berikut ini:

(1) Memiliki kemampuan untuk berpikir secara kritis dan rasional serta kreatif berkenaan mengenai isu tentang Kewarganegaraan.

(39)

(2) Berperanserta secara cerdas serta memiliki tanggung jawab, maupun berperilaku secara sadar didalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

(3) Agar dapat berkembang secara positif juga demokratis demi membentuk individu yang berkarakter Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia supaya tercipta kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik bersama-sama dengan bangsa- bangsa lainnya.

(4) Dalam berhubungan dengan bangsa lain dalam berbagai peraturan dunia yang secara langsung memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.”

10. Karakteristik Pembelajaran Ppkn

Sejalan dengan uraian pada hakikat bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan maka berikut ini akan diuraikan pula tentang karakteristik atau ciri-ciri/sifat umum bidang studi Pendidikan Kewarganegaraan. Melalui matapelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menuntut lahirnya warga negara dan warga masyarakat yang Pancasila, beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang mengetahui dan memahami dengan baik hak-hak dan kewajibannya yang didasari oleh kesadaran dan tanggungjawabnya sebagai warga negara. Dapat membuat keputusan secara cepat dan tepat, baik bagi dirinya maupun bagi orang lain. Warga negara yang yang dimaksud adalah warga negara dan warga masyarakat yang juga mandiri, bertanggungjawab, mampu berfikir kritis

(40)

24

dan kreatif atau yang secara umum oleh Lawrence Senesh seperti yang dikemukakan oleh Murphy dengan sebutan desitable socio-civic behavior atau warga negara yang mampu tink globally while act locally kata Rene Dubois.

Pendidikan kewarganegaraan sebagai muatan kurikuler termasuk dalam kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.

Sebagaimana lazimnya suatu bidang setudi yan diajarkan di sekolah, materi keilmuan mata pelajaran PKn mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) dan nilai (value) berupa watak kewarganegaraan. Sejalan dengan ide pokok mata pelajaran PKKn yang ingin membentuk warga negara yang ideal yaitu yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip PPKn.

Dilihat dari standar kompetensi pembelajaran, ”pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri beragam dari segi agama, bahasa, usia, suku bangsa untuk warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang dilandasai oleh Pancasila dan UUD 1945” (Depdiknas , 2003).

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan degan hubungan antara warganegara dengan negara serta Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN) agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(41)

Pelajaran PKKn mencakup dimensi pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai kewarganegaraan. Mata pelajaran PKKn merupakan bidang kajian interdisipliner, artinya materi keilmuan kewarganegaraan dijabarkan dari anatara lain: disiplin ilmu, politik, hukum, sejarah, ekonomi, moral dan filsafat. Dengan memperhatikan visi dan misi mata pelajaran PKn yaitu membentuk warganegara yang baik, maka selain mencakup dimensi penegetahuan, mata pelajaran PKn ditandai dengan pemberian penekanan pada dimensi sikap dan keterampilan berpartisipasi dalam kehidupan berbagsa dan bernegara serta keterampilan menentukan posisi diri, keterampilan hidup dan sebagainya.

Warganegara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan serta nilai-nilai kewarganegaraan akan menjadi seorang warganegara yang memiliki rasa percaya diri, kemudian warga negara yang memahami dan menguasai pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan, dan nilai-nilai kewarganegaraan akan menjadi seorang warga negara yang berpengetahuan dan berkepribadian.

B. Penelitian yang Relevan

Untuk mengetahui sejauh mana keaslian dan faktualitas penelitian ini, maka penelti mengadakan telaah pustaka dari peneliti-peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan judul dan permasalahan dengan mempertimbangkan kedekatan variabel-variabel yang digunakan. Adapun telaah pustaka yang di gunakan yakni : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Alfajrin Dharma Pertiwi dalam skripsi yang

berjudul “Pengaruh prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan terhadap

(42)

26

moralitas siswa SMP Negeri 2 Patuk gunungkidul”. Program studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas ilmu sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Candra Arif dalam skripsi yang berjudul

“Hubungan motivasi berprestasi dan kontiniutas belajar dengan prestasi belajar PPKn” Program studi Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas ilmu sosial Universitas Yogyakarta.

Dalam usaha untuk mencapai prestasih belajar pendidikan kewarganegaraan yang diinginka, hal-hal yang mempengaruhi proses belajar perlu mendapat perhatian yang serius. Bukan hanya metode mengajar dari guru terhadap kondisi peserta yang sadar akan belajar, karena ini sangat menentukan hasil belajar siswa tersebut.

Di samping itu keispan intelektual peserta didik dalam menerima materi pelajaran yang perlu dimiliki. Keberadaan motivasi prestasi pada diri siswa perlu ada, karena tidak sedikit perta didik yang gagal dalam pelajaran tertentu disebabkan oleh keinginan atau dorongan untuk mengetahui pelajaran tidak dimiliki oleh siswa tersebut.Dengan demikian dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi seorang anak turut menentukan prestasih yang ingin di capai. Makin tinggi motivasinya untuk berprestasi, maka akan baik hasil belajarnya. Dengan kaa lain prestasih belajarnya akan makin tinggi. Dengan motivasi berprestasi yang timbul dari dalam diri anak, maka pengaruh positif pada peningkatan prestasi belajar anak didik pada umumnya dan prestasi belajar khususnya.

(43)

C. Kerangka Pikir

Pendidikan Karakter juga sering diasosiasikan dengan istilah apa yang disebut dengan temperamen yang lebih memberi penekanan pada definisi psikososial yang dihubungkan dengan pendidikan dan konteks lingkungan.

Sedangkan karakter dilihat dari sudut pandang behaviorial lebih menekankan pada unsur somatopsikis yang dimiliki seseorang sejak lahir. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa proses perkembangan pendidikan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor yang khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang juga disebut faktor bawaan (nature) dan lingkungan (nurture) dimana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan masyarakat dan individu untuk mempengaruhinya. Sedangkan faktor lingkungan merupakan faktor yang berada pada jangkauan masyarakat dan ndividu. Jadi usaha pengembangan atau pendidikan karakter seseorang dapat dilakukan oleh masyarakat atau individu sebagai bagian dari lingkungan melalui rekayasa faktor lingkungan.

Namun pada kenyataan yang ada di lapangan masih banyak siswa sering kali di temukan merokok di area sekolah, masih banyak yang terdapat siswa terlambat memasuki kelas, tidak menhormati guru di dalam kelas, serta masih banyak penyakit menyimpan, sehingga biasanya tujuan dari pendidikan karakter ini tidak tidak begitu berhasil karena masih banyaknya siswa yang melanggar peraturan-peraturan di sekolah. Hal ini menyebabkan mutu pendidikan sulit untuk meningkat.

(44)

28

Oleh karena itu, disinilah peran pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai salah satu mata pelajaran dalam lingkup pendidikan formal yang berperan sebagai wadah pembentuk moral peserta didik.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dapat membentuk siswa menjadi warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Dengan adanya pembelajaran PPKn ini yang juga merupakan salah satu bagian dari pendidikan karakter diharapkan bisa membentuk standar moral peserta didik yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir D. Defenisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya multitafsir terhadap variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian ini, dikembangkan operasional variabel sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini adalah suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam lingkup pendidikan formal.

PPKN

AKTIFITAS SISWA AKTIFITAS GURU

PEMBETUKAN KARAKTER

(45)

2. PKn adalah salah satu mata pelajaran di sekolah yang berperan sebagai wadah pembentuk moral peserta didik di era globalisasi yang kian hari semakin merosot sesuai dengan perkembangan zaman saat ini.

3. Karakter adalah jawaban mutlak untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik didalam masyarakat. Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,budaya,dan ada tistiadat.

(46)

30 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dalam penelitian ini peneliti akan menggambarkan tentang analisis dampak positif pembelajaran ppkn terhadap penguatan karakter pada siswa.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP 4 Bissappu, Kelurahan Bonto Jaya, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2019.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Adapun data yang diperoleh dari sumber data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti, yang diperoleh melalui wawancara secara intensif terhadap beberapa informan yang ditetapkan sebagai subjek penelitian.

(47)

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen, catatan- catatan, laporan-laporan, maupun arsip-arsip resmi.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah wakil Kepala sekolah, Guru Bk, Guru PPKn, dan juga Siswa Sekolah, SMP 4 Bissappu.

Tabel 3.1 Populasi Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin NO

Responden

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

1 ARJ L

2 AS L

3 IH L

4 SK P

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,2002:109), sedangkan menurut Sugiyono (2009:81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilikioleh populasi tersebut.

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah proporsional random sampling yaitu dari jumlah populasi ditentukan jumlah sampel sebagai obyek penelitian, pengambilan sampel dilakukan secara merata di sekolah sehingga

(48)

32

semua responden mempunyai kesempatan yang sama sebagai sampel penelitian.

Sampel yang diambil adalah Kepala Sekolah, Guru BK, Guru PKn dan juga Siswa di SMP Negeri 4 Bissappu. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Purposive yang dimana peneliti menentukan pengembilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga di harapkan dapat menjawab permasalahan penelitian.Sehingga sampel dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 1 orang wakil kepa;a sekolah, 1 orang guru BK, 1 orang guru PKn, dan 3 orang siswa SMP Negeri 4 Bissappu.

Tabel : 3.2 absen kelas VII SMP Negeri 4 Bissappu

No Responden Jenis kelamin

Laki-laki Perempuan

1 AKBAR L

2 BASMAWATI P

3 DETI P

4 DIRA P

5 FADEL NUR L

6 FAIS ALMUHAJIRIN L

7 FITRI SAGINA P

8 KIKI P

9 MUH. ARIS MUNANDAR L

10 NURLINDA P

(49)

11 NURWAHYUNI P

12 SAHRUL L

13 SERLI P

14 TIWI P

15 YUSRAN L

16 ZULKIFLI L

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang. Instrumen pokok dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan informan dan mampu memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Sedangkan instrumen penunjang penelitian ini adalah pedoman observasi dan wawancara.

F. Teknik Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan memantau kegiatan siswa maupun guru yang ada dalam lingkungan sekolah SMA Jaya Negara Makassar lebih spesifik lagi dalam proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas khususnya pada saat mata pelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan.

2. Wawancara

(50)

34

Peneliti akan melakukan wawancara mendalam terkait dengan judul penelitian di SMA Jaya Negara Makassar sehingga nantinya peneliti dapat benar-benar memperoleh data yang diperlukan..

3. Dokumentasi

Pada tahap dokumentasi peneliti melakukan pengamatan terhadap benda mati seperti foto (gambar), film, sumber tertulis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan implementasi pendidikan karakter melalui pembelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan.

Tabel 3.3 Klasifikasi Data Pengumpulan Data

NO Teknik Pengumpulan Data Aspek yang ingin dicapai

1 Observasi 1. Pendataan guru mata pelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan.

2. Proses Pelaksanaan Kegiatan belajar mengajar mata Pelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan.

3. Proses pembuatan RPP mata pelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan.

4. Karakter-karakter siswa.

2 Wawancara 1. Peran guru mata pelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan

(51)

dalam implementasi pendidikan karakter.

2. Isi RPP mata pelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan 3. Implementasi Pendidikan Karakter

melalui mata Pelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan.

3 Dokumentasi 1. Profil Sekolah

2. Foto Kegiatan belajar mengajar dan aktifitas sehari-hari siswa di sekolah baik di dalam maupun di luar kelas 3. Sarana dan Prasarana Sekolah 4. Data Jumlah guru, staf dan guru

G. Tekni Analisis Data

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan peneliti untuk menganalisis data yaitu:

1. Peneliti berupaya mengamati objek terkait dengan subjek studinya semenjak mencatat di lapangan. Berbagai data dicatat dengan pandangan bahwa catatan-catatan itu akan menjadi bahan, tema atau kerangka laporannya.

2. Peneliti mengkategorikan semua data yang telah ia peroleh di lapangan.

(52)

36

3. Berbagai data yang telah dikelompokkan menjadi bahan untuk di analisis secara lebih mendalam.

H. Tekhnik Keabsahan Data

Keabsahan suatu data dapat di analisis dengan tekhnik pemeriksaan yang didasarkan atas criteria tertentu. Menurut Lexy J. Moleong (2009: 327) mengatakan bahwa ada empat criteria dalam tekhnik pemeriksaan data, yaitu kreadibilitas (derajat kepercayaan), keteralihan, kebergantungan, dan kepastian.

Untuk mengecek keabsahan data pada penelitian ini menggunakan kreadibiltas. Criteria ini dipergunakan untuk membuktikan bahwa data atau informasi yang diperoleh benar-benar mengandung nilai kebenaran. Adapun tekhnik yang dilakukan antara lain :

1. Pengamatan secara seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran nyata tentang implementasi pendidikan karakter melalui mata pelajaran Pedidikan Pancasila dan kewarganegaraan di SMA Negeri 4 Bissappu.

2. Trianggulasi

Trianggulasi merupakan suatu tekhnik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang diperoleh dari sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang ditemukan sehingga informasi yang didapat memperoleh kebenaran.

(53)

a. Trianggulasi sumber, adalah untuk menguji kredibilitas data yang di lakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.

b. Trianggulasi tehnik, adalah untuk menguji krebilitas data yang di lakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan tehnik yang berbeda,yaitu yang awalnya menggunakan tehnik observasi, maka di lakukan lagi tehnik pengumpulan data dengan tehnik wawancara kepada sumber data yang sama dan juga melakukan tehnik dokumentasi.

c. Trianggulasi waktu, adalah untuk melakukan pengecekan data dengan cara wawancara dalam waktu dan situasi yang berbeda.

d. Trianggulasi Peneliti, adalah membandingkan hasil pekerjaan seorang peneliti dengan penelitian lainya (peneliti yang berbeda) tidak lain untuk mengecek kembali tingkat kepercayaan data.

3. Mengadakan memberhack

Memberhack dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data. Memberhack dilakukan setiap akhir kegiatan wawancara. Dalam hal ini, peneliti berusaha mengulang kembali garis besar hasil wawancara berdasarkan catatan yang dilakukan peneliti agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data.

Dapat disimpulkan bahwa dalam mengecek keabsahan suatu data peneliti akan melakukan pengamatan secara terus menerus kepada subjek dan objek

(54)

38

penelitian demi mendapatkan data yang akurat selain itu Triangulasi digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data.

Triangulasi juga membagi teknik yang perlu di perhatikan oleh peneliti agar dapat terstruktur secara sistimatis dan peneliti juga harus memperhatikan susunan mulai dari Triangulasi sumber sampai Triangulasi peneliti dan yang terakhir untuk mengecek keabsahan data yaitu menggunakan tekhnik memberheck yaitu dengan mengulang kembali garis besar hasil wawancara agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh sumber data.

(55)

39 A. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 1. Sejarah singkat SMP Negeri 4 Bissappu

Sejarah SMP Negeri 4 Bissappu di dirikan sebagai wujud keperihatinan terhadap warga masyarakat di lingkungan sekitar terutama warga Bonto Jaya, dimana kondisi masyarakat pada umumnya menengah kebawah, sehingga anak- anak mereka yang banyak putus sekolah, atau tidak lagi melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Dengan dasar itulah sehingga keluarga besar masyarakat bonto jaya, campagaloe, kecamatan bissappu, kabupaten bantaeng berinisiatif untuk mendirikan sekolah menengah pertama (SMP) agar biasa menampung dan menerima siswa tamatan SD atau siswa yang putus sekolah karena kondisi ekonomi orang tua. Sekolah ini diberi nama SMP Negeri 4 Bissappu

Profil SMP Negeri 4 Bissappu yaitu:

Tabel 4.1 Profil Sekolah

1 Nama Sekolah SMP Negeri 4 Bissappu

24 NPSN 607246560

3 Jenjang Pendidikan SMP

4 Status Sekolah Negeri

5 Alamat Sekolah Campagaloe

RT / RW 0 / 0

Kode Pos 924451

Kelurahan Bonto Jaya

Kecamatan Kec. Bissappu

Kabupaten/Kota Kab. Bantaeng

Provinsi Prov. Sulawesi Selatan

(56)

40

Negara Indonesia

6 Posisi Geografis Lintang

Bujur (Sumber: SMP Negeri 4 Bissappu, Tahun 2019)

2. Fasilitas Sekolah

Untuk memenuhi kebutuhan dalam proses belajar mengajar SMP Jaya Negara Makassar dilengkapi berbagai fasilitas antara lain :

a. Gedung ruang belajar ada 6 b. Ruangan kepala sekolah 1 c. Ruangan tata usaha 1 d. Ruangan para guru 1

e. Ruangan lab. Computer 1 f. Ruangan perpustakaan 1 g. Kamar kecil (toilet) 4 h. Kantin 2

3. Visi dan Misi Sekolah

a. Visi Sekolah SMP Negeri 4 Bissappu

1.) Terbinanya peserta didik yang beriman, berakhlak muliah, cerdas, kreatif dan berwawasan lingkungan.

b. Misi Sekolah SMP Negeri 4 Bissappu

1.) Menciptakan kehidupan yang agamais dalam upaya meningkatkan imtaq kepada TYME.

2.) Melaksanakan bimbingan kerohanian dan pembelajaran yang efektif, kreatif, humanis, serta berkelanjutan.

(57)

3.) Melaksanakan peningkatan kualitas sumbetr daya tenaga pendidik dan kependidikan.

4.) Melaksanakan sholat dhuhur berjamaah, latihan ceramah dan bekti sosial.

4. Profil Sekolah

SMP Negeri 4 Bissappu merupakan salah satu sekolah menengah pertama negeri yang terletak di Kelurahan Bonto Jaya, Kecamatan Bissappu, Kabupaten Bantaeng, Provinsi Sulawesi Selatan. Profil SMP Negeri 4 Bissappu mencakup daftar pendidik dan tenaga kependidikan, peserta didik serta sarana dan prasarana sekolah.

a. Daftar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Table 4.4 Nama-nama pimpinan sekolah SMP Negeri 4 Bissappu

No Nama/Nip L/P

Tempat tanggal lahir

Jabatan Alamat Ijazah

terakhir Ket.

1.

Abd. Rahman Jarre, S.Pd.

MM. L Bantaeng ,

24-4-1970

Kepala

Sekolah Bantaeng Bahasa

Indonesia /S2 PTY/GTY

2.

Idar Laila,

S.Pd P Bantaeng ,

2-07-1984

Wakil kepala sekolah

Gowa Sastra

Daerah/S1 PTY/GTY

3. Sohra, S.Pdi P

Bantaeng , 15-10- 1989

Kepala Laborato rium

Makassa r

Agama Islam/S1

Guru Honorer sekolah

(58)

42

Table 4.3 Daftar Guru Dan Tenaga Honorer SMP Negeri 4 Bissappu

No. Nama/Nip L/P

Mata Pelajaran yang Diajarkan

1. Abd. Rahman Jarre, S.Pd. MM.

L Bahasa Indonesia 2

Idar Laila, S.Pd

P Sastra Daerah

3.

Sohra, S.Pdi

P Agama islam

4. Ratnawati. R, S.Pd, M.Pd

P Bahasa Inggris 5.

Saharuddin, S.Pd

L Biologi

6.

Anwar, S. Pd

L Matematika

7.

St. Hajar. S. Pd

P Ekonomi

8.

Ahmad Sufardi, S.Pd

L Fisika

9.

Mukhsinah Saleh,S.Pd

P Sosiologi

10.

Inche Hairul,S.Pd

L Matematika

11. Wahyuni, S.Pd P Sejarah

12. Suherman, S.Pd L Geografi

13. Abdul Jabbar, Spd L Bahasa Inggris 14. Rusdi Efendi, S. Pd L Bahasa Indonesia

(59)

b. Data Peserta Didik SMP Negeri 4 Bissappu

Tabel 4.4 Jumlah Siswa berdasarkan Jenis Kelamin

Laki-laki Perempuan Total

26 30 56

c. Sarana dan Prasarana SMP Negeri 4 Bissappu 1. BP/BK

2. KT

3. Laboratorium IPA 4. Laboratorium Komputer 5. Ruang Osis

6. Perpustakaan 7. Ruang Guru 8. WC Guru PA 9. WC Guru PI 10. WC murid PA 11. WC murid PI 12. Ruang Kelas 13. Mushollah 14. Ruang ozi

(60)

44

B. HASIL PENELITIAN

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 yang isinya adalah “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Saat ini telah banyak sekolah yang menerapkan pendidikan karakter melalui berbagai macam cara salah satunya yang paling banyak dilakukan adalah dengan memadukan antara pembentukan karakter dengan pembelajaran.

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu konsep pendidikan yang berfungsi untuk membentuk siswa sebagai warga Negara yang mempunyai karakter.

Keterkaitan pendidikan kewarganegaraan terhadap pengembangan karakter dikemukakan oleh Samsuri (2011:20) yang menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan memiliki dimensi-dimensi yang tidak bisa dilepaskan dari aspek pembentukan karakter dan moralitas publik warga Negara. Pendidikan kewarganegaraan membantu peserta didik untuk

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Penelitian berdasarkan Jenis Kelamin   NO   Responden  Jenis Kelamin  Laki-laki  Perempuan  1  ARJ  L  2  AS  L  3  IH  L  4  SK  P  2
Tabel : 3.2  absen kelas VII SMP Negeri 4 Bissappu
Tabel 3.3 Klasifikasi Data Pengumpulan Data
Tabel 4.1 Profil Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian dilakukan dengan tujuan untuk: (1) Mengidentifikasi jenis tumbuhan paku yang dapat ditemukan di kawasan Gunung Wilis desa

Hal ini berarti bahwa variabel kepercayaan diri dan konformitas dapat dijadikan prediktor untuk memprediksikan kecurangan akademik, namun generalisasi dari

Upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam mata pelajaran perlu adanya suatu strategi pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran dan mengubah model

Hasil KLT tersebut dapat diketahui bahwa ekstrak etanol biji sirsak ( Annona muricata L.) positif mengandung senyawa golongan alkaloid dan negatif mengandung

Sedangkan beberapa saran yang diberikan adalah sebagai berikut: peninjauan kembali atas pemisahan tanggung jawab dari setiap divisi dalam perusahaan untuk mencegah penyalahgunaan

Berdasarkan Keputusan Panitia Seleksi Penerimaan Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) Dosen dan Tenaga Kependidikan tentang Hasil Seleksi Kompetensi Dasar dan Seleksi

Prosiding Seminar Nasional “Inovasi Teknologi Pertanian Spesifik Lokasi”, Banjarbaru 6-7 Agustus 2014 | 567 oleh cairan rumen, disebabkan peningkatan aktivitas bakteri

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,