TEORI PROPERTY RIGHTS
PENGANTAR EKONOMI KELEMBAGAAN (ESL224)
Departemen Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan (ESL) Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Koordinator :
Dr. Ir. Aceng Hidayat, M.T
• Property merupakan hak atas sesuatu, bisa tangible atau intangible (bukan sesuatu itu sendiri), yang mengandung kekuatan klaim yang dapat ditegakan (enforceable) atau dihormati oleh pihak lain.
• Hak tersebut dapat meliputi : hak untuk mengakses, memanfaatkan (utilize), mengelola atas sesuatu, mengubah atau mentransfer sebagian atau seluruh hak atas sesuatu tersebut pada pihak lain. Transfer bisa dalam bentuk menjual, menghibahkan, menyewakan, meminjamkan dll.
• Bromley (1989) mendefinisikan propety right sebagai hak untuk mendapatkan aliran laba/keuntungan secara aman (secure) karena orang lain respek terhadap aliran laba tersebut (terkait dengan transaksi).
TEORI PROPERTY RIGHTS (1)
Furubotn dan Richter (2000) melacak teori kepemilikan dan bermuara pada dua teori, yaitu teori kepemilikan individu dan teori kepemilikan sosial.
Teori kepemilikan individu merupakan penopang utama doktrin hak-hak alamiah (natural rights) dari ekonomi klasik yang mengarah pada lahirnya private property right/individualistis.
Sedangkan teori kepemilikan sosial mendorong lahirnya commons property atau state property yang dianut secara ekstrim oleh negara-negara sosialis.
TEORI PROPERTY RIGHTS (2)
Caporapo dan Levine (1992) menjelaskan dua teori yang berbeda mengenai property rights:
1) Aliran positivis menganggap hak-hak kepemilikan lahir melalui sistem politik. Sistem politik/kekuasaan mendesain hak kepemilikan dan menegakannya melalui pengadilan hukum.
2) Aliran alamiah yang mengatakan bahwa hak kepemilikan melekat pada seseorang sejak lahir. Kelahiran individu disertai dengan kelahiran atas hak-haknya yang tidak bisa dipisahkan. Ditegakan atau tidak melalui prose pengadilan hukum, hak bawaan lahir sejatinya harus ada.
• Property
merupakan
hak
yang
harus
ditegakan/dihormati oleh pihak lain.
• Karena itu, property merupakan institusi/lembaga/
aturan
main,
yang
dalam
penegakannya
memerlukan badan/lembaga pemerintah/adat/
lembaga lain yang berwenang menjamin tegaknya
hak-hak tersebut
PROPERTY RIGHTS SEBAGAI
KELEMBAGAAN
Property sangat penting dalam ekonomi karena berkaitan dengan kepastian pengusaan faktor-faktor produksi. Terutama terhadap faktor produksi/sesuatu yang bersifat langka.
Faktor-faktor produksi harus mendapat prioritas utama untuk memperoleh kepastian. Kalau tidak, proses produksi akan terganggu dan menyebabkan perekonomian macet.
Terbukti, kepastian penguasaan atas lahan dan tenaga kerja sebagai faktor produksi utama telah mendapatkan perhatian penting dalam sejarah ekonomi dari masa ke masa.
Semakin tinggi kepastian tersebut, biaya transaksi semakin rendah
KARAKTERISTIK ROPERTY RIGHTS
1. Ekslusivitas: pemanfaatan, nilai manfaat dari
sesuatu dan biaya penegakan, secara ekslusif
jatuh ke tangan pemilik termasuk keuntungan
yang diperoleh dari transfer hak kepemilikan
tersebut
2. Transferability: seluruh hak kepemilikan dapat
dipindahkan dari satu pemilik ke pemilik yang lain
secara suka rela melalui jual beli, sewa, hibah dll
3. Enforceability: hak kepemilikan bisa ditegakan,
dihormati
dan
dijamin
dari
praktek
perampasan/pembeslahan pihak lain.
REZIM PROPERTY (1)
1. Rezime kepemilikan individu/pribadi (private property regime), yakni kepemilikan pribadi atas sesuatu dimana hak atas sesuatu tersebut melekat pada pemiliknya, sehingga aturan berkenaan dengan sesuatu tersebut ditetapkan sendiri dan hanya berlaku untuk pemiliknya.
2. Rezim kepemilikan bersama (common property regime), yakni kepemilikan oleh sekelompok orang tertentu dimana hak, kewajiban dan aturan ditetapkan dan berlaku untuk anggota kelompok tersebut
3. Rezim kepemilkan oleh negara, hak kepemilikan dan aturan-aturannya ditetapkan oleh negara, individu tidak boleh memilikinya
4. Rezim akses terbuka, tidak ada aturan yang mengatur mengenai hak dan kewajiban
REZIM ROPERTY RIGHTS (2)
Tipe Pemilik Pemilik/pemegang akses
Hak Kewajiban
Kepemilikan private Individu
Akses, pemanfaatan, kontrol Mencegah pemanfaatan yang merugikan sosial Kepemilikan Bersama Kolektif Akses, pemanfaatan, kontrol (pengecualian kepada non pemilik) Merawat, mengatur tingkat pemanfaatan
Kepemilikan Negara Negara/warga negara
Akses, pemanfaatan, kontrol (menentukan aturan) Menjaga tujuan/manfaat sosial Akses terbuka
(tanpa kepemilikan) Tidak ada Pemanfaatan Tidak ada
HAK KEPEMILIKAN DAN SISTEM EKONOMI
KAPITALIS
Sistem ekonomi kapitalis menyerahkan seluruh kemepilikan kepada swasta. Sistem ekonomi ini percaya, kepemilikan swasta yang diatur oleh mekanisme pasar akan menghasilkan pencapaian ekonomi yang efisien.
Argumentasinya: Setiap pemilik mempunyai kepastian atas kepemilikannya sehingga menjadi insentif untuk melakukan aktivitas transaksi.
Faktanya : pencapaian pemerataan akan terhambat karena adanya perbedaan akses, eksternalitas, informasi yang tidak merata, dll sehingga aset hanya akan menumpuk pada segelintir orang.
Setiap individu memiliki insentif untuk mengambil manfaat atas sumberdaya langka yang ada pada domain publik sehingga akan menyebabkan sumberdaya tersebut over used.
HAK KEPEMILIKAN DAN SISTEM EKONOMI
SOSIALIS
Sistem sosialis menyerahkan hak kepemilikan kepada negara dimana negara berhak memiliki dan mengelola seluruh sumberdaya yang ada.
Penganut sistem ini yakin bahwa dengan menyerahkan hak kepemilikan pada negara efisiensi distribusi akan mudah dicapai.
Faktanya, efisiensi itu sulit dicapai karena :
Pertama: ekonomi dikendalikan oleh birokrat yang umumnya tidak reponsif terhadap kebutuhan masyarakat,
Kedua: penempatan kaum usahawan pada perusahaan publik kurang termotivasi (kurang insentif) untuk mencari keuntungan;
Ketiga: kontrol negara atas faktor produksi menyebabkan kekuasaan politik berada ditangan orang yang titunjuk negara;
Keempat: ketiadaan pasar menempatkan perencanaan ekonomi secara terpusat dimana supply, demand, preferensi konsumen ditentukan oleh negara.
HAK KEPEMILIKAN DALAM SISTEM
EKONOMI CAMPURAN
Sistem ekonomi campuran, menjamin keberadaan kepemilikan pribadi tapi negara juga berhak memiliki dan mengelola sumberdaya strategis yang menyangkut kepentingan umum, seperti sumberdya air, lahan, laut, hutan dll.
Sistem ini muncul karena baik kapitalis maupun sosialis memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing.
Sistem campuran ini dikenal dengan welfare economic system/social market economy dimana peran kelembagaan sangat dominan dalam mendistribusikan kesejahteraan pada masyarakat.
Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial, namun kepemilikan dapat pula diserahkan kepada negara manakala pasar tidak responsif atau mengalami kegagalan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial.
Penyerahan kepemilikan pada swasta pada saat pasar tidak reponsif atas sumberdaya tersebut hanya akan menimbulkan kesejangangan kesejahteraan. Disinilah peran negara diperlukan untuk mengintroduksi kelembagaan sebagai pengganti pasar yang mengalami kegagalan.
PROPERTY RIGHTS DAN EKONOMI
KELEMBAGAAN
Masih ingat eksternalitas?
Keberadaanya diakui oleh ekonomi klasik/neoklasik, namun pasar tidak dapat menyelesaikannya sehingga diperlukan intervensi pemerintah.
Ronald Coase menolak kehadiran intervensi pemerintah dalam menyelesaikan persoalan eksternalitas. Menurutnya,
eksternalitas dapat diselesaikan melalui mekanisme pasar asalkan hak kepemilikan telah diatur dengan baik.
Artinya, semua komoditas dan jasa telah memiliki status kepemilikan yang jelas. Contoh: jika industri akan membuang limbah ke sungai maka ia harus membayar/memberikan kompensasi kepada pihak yang dirugikan. Hal ini dapat dilakukan jika hak masyarakat atas jasa lingkungan sungai telah mendapatkan pengakuan. Peran pemerintah mempertegas/menjamin hak-hak masyarakat atas jasa lingkungan tersebut
Kriteria AS Jerman Jepang
Institusi Politik Demokrasi liberal Demokrasi sosial Demokrasi pembangunan,
birokrasi kuat, reciprocal consent antara negara pasar
Institusi Ekonomi Desentralisasi, pasar terbuka, pasar modal yang tdk terkonsentrasi, tradisi antitrust,
kepemilikan swasta, tidak ada ruang bagi BUMN Pasar yang terorganisir, pasar modal terpusat pada bank, ada kepemilikan negara untuk SD ekonomi strategis
Pasar terpimpin, sulit melakukan penetrasi ke pasar, jaringan
bisnis ketat (jika ada perusahaan yang kurang efisien pemerintah turun tangan). Kebijakan
pemerintah mempengaruhi pasar, negara mengadakan
kordinasi integratif dengan pihak swasta. Ada kepemilikan negara Ideologi Ekonomi Dominan Kebebasan usaha (free enterprise liberalism) Kemitraan sosial (social partnership) Technonationalism
(paham/keyakinan bahwa negara harus dikelola oleh para
teknokrat)
Perbandingan Kelembagaan Kapitalis
antara AS, Jerman dan Jepang
DINAMIKA PROPERTY RIGHTS
o Dinamis: mengalami perubahan seriring dengan perubahan
sistem politik, sosial, budaya dan teknologi.
o Ketika jumlah manusia masih sedikit sementara
sumberdaya masih melimpah tidak perlu adanya kepemilikan, tidak perlu adanya aturan main yang mengatur kepemilikan
o Kepemilikan bersama yang secara tradisional hidup dan
efektif menjaga keseimbangan pemanfaatan sumberdaya alam mengalami tekanan hebat seiring dengan meningkatkan jumlah populasi manusia sehingga kepemilikan individu menjadi alternatif yang dipilih
PERUBAHAN PROPERTY RIGHTS
Barang Kepemilikan privat dan beberapa kepemilikan lain Commons pool Barang publik murniCommon Property Regime Kelompok Terbuka: Keanggotaan Sukarela Kelompok tertutup : Keanggotaan wajib (compulsary) Barang bersama terbatas (commons or club goods Barang diproduksi dengan kepemilika n private Barang diproduksi dengan kepemilika n publik Kepemilika n publik Kepemilika n masyaraka t
PROPERTY RIGHTS DAN EFISIENSI EKONOMI
Efisiensi: upaya untuk memperoleh output yang lebih banyak dengan input yang sama
Dapat ditempuh melalui tiga cara:
1. Meningkatkan spesialisasi tenaga kerja
2. Meningkatkan kapasitas dan inovasi teknologi 3. Meningkatkan kepastian status kepemilikan
1. Pemberian status/perlindungan hak kepemilikan atas temuan teknologi atau produksi barang baru berimplikasi terhadap peningkatan produktifitas dan efisiensi ekonomi 2. Ketidakjelasan kepemilikan terhadap SDA menyebabkan
terjadinya kecenderungan eksploitasi besar-besaran yang dalam jangka panjang akan menurunkan efisiensi ekonomi