• Tidak ada hasil yang ditemukan

Meminimalkan Dampak Eksploitasi Udang Windu (Penaeus monodon, Fabricus 1798) dengan Penentuan Ukuran Tangkap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Meminimalkan Dampak Eksploitasi Udang Windu (Penaeus monodon, Fabricus 1798) dengan Penentuan Ukuran Tangkap"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

50

Meminimalkan Dampak Eksploitasi Udang Windu (Penaeus monodon, Fabricus 1798) dengan Penentuan Ukuran Tangkap

The Minimizing Exploitation Impact of Tiger Prawn (Penaeus monodon, Fabricus 1798) With Captured Size Determination

Andri Warsa1*); Amran Ronny Syam1 ; Duranta Diandria Kembaren2

1Balai Riset Pemulihan Sumber Daya Ikan Jatiluhur

2 Balai Penelitian Perikanan Laut

*email: [email protected]

Diterima : Mei Disetujui : September

ABSTRAK

Udang Windu (Penaeus monodon, Fabricus 1798) merupakan hasil tangkapan udang dominan di perairan Tarakan, Kalimantan Utara. Aktivitas penangkapan ini berlangsung sepanjang tahun dan telah menunjukkan tingkat eksploitasi berlebih. Oleh karena itu perlu adanya suatu upaya untuk meminimalkan atau mengurangi dampak ekploitasi sehingga pemanfaatannya sumber daya udang tersebut dapat berkelanjutan. Penentuan ukuran layak tangkap merupakan salah satu upaya pengeloaan sumber daya di suatu perairan. Tujuan penulisan ini adalah menentukan ukuran layak tangkap sebagai upaya meninimalkan dampak eksploitasi udang windu untuk pengelolaan berkelanjutan di perairan Tarakan, Kalimantan Utara. Data parameter populasi udang galah yang digunakan merupakan hasil publikasi jurnal terakreditasi tahun 2013 dan 2018. Contoh udang windu merupakan hasil tangkapan nelayan dengan menggunakan pukat hela yang di daratkan di Sentra Pendaratan udang di kelurahan Lingkas Ujung (2012) dan Selumit Pantai (2016), Tarakan, Kalimantan Utara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang kepasas udang pertama kali tertangkap (Lc) adalah 33,6 mm dan ukuran tersebut lebih kecil dari ukuran pertama kali matang gonad (Lm) yaitu 40,7 mm. Ukuran panjang kerapas optimal udang galah yang boleh diekploitasi (Lc-opt) adalah 47-50 mm. Ukuran tersebut lebih besar dari nilai Lm dan juga memberikan keuntungan ekonomi yang optimal.

Kata kunci: Udang windu, ekploitasi, Tarakan

ABSTRACT

The Tiger prawn (Penaeus monodon, Fabricus 1798) was dominantly captured at Tarakan waters, North Borneo. The captured activity in this area was done annually and shown over the exploitation rate. Its need an effort to minimizing exploitation impact for sustainability management. Legal size determination is one effort for resources management.

The aim of this paper was to the determination of legal size as an effort for sustainability management of tiger prawn at Tarakan Waters, North Borneo. Population parameters of tiger prawn were used in this paper from the article was published in 2013 and 2018. Tiger Prawn samples collected from fishermen captured was landed at Lingkas Ujung (2012) and Selimit Pantai (2016) landing site, Tarakan, North Borneo. Result of the research shown length at first captured (Lc) of tiger prawn is 33.6 mm and smaller than a length at first mature (Lm) is 40.7 mm. The tiger prawn size (Lc_opt) for exploitation 47-50 mm. it was bigger than Lm and give optimal economic value.

Key word: Tiger prawn, exploitation, Tarakan

(2)

51 PENDAHULUAN

Udang windu (Penaeus monodon, Fabricus 1798) merupakan jenis udang dominan tertangkap di perairan Tarakan selain udang jerbung (Penaeus merguiensis), udang dogol (Metapenaeus ensis dan M.

brevicomis) dan udang krosok (Parapenaeopsis spp.) (Kembaren & Nurdin, 2013). Penangkapan berlangsung sepanjang tahun menggunakan pukat hela dengan mesh size 1,5 inci dan kantong sebesar 1,0 inci (Chodrijah & Faizah, 2018). Tekanan penangkapan akan berdampak pada perubahan ukuran, reproduksi serta kelimpahan ikan sehingga pengaturan penangkapan diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan (Heino & Dieckmann, 2009; Paterson & Chapman, 2009).

Pengelolaan perikanan merupakan upaya pemanfaatan yang berkelanjutan dari sumberdaya ikan pada suatu badan air (Kolding & Zwieten, 2014). Pengelolaan perikanan dengan penetapan waktu dan lokasi penangkapan sering tidak efektif disebabkan adanya hasil tangkapan ikan yang ukuran kecil (Clarke, J., Bailey, D. M & Wright, P. J, 2015).

Penangkapan yang dilakukan pada ukuran juvenil akan berakibat pada penurunan produktivitas serta ukuran ikan (Dunlop, E.S., Feiner, Z.S. dan Hook, T.O, 2018). Upaya pengelolaan sebelum adanya aturan pembatasan upaya atau jumlah sumberdaya yang boleh dieksploitasi adalah dengan penentuan ukuran layak tangkap (Davies, T.E., Beanjara, N., & Tregenza, T., 2009) dan merupakan upaya pengelolaan perikanan berkelanjutan (Garcia, S.M., Rice, J. & Charles, A, 2016). Penentuan ukuran layak tangkap bertujuan membatasi eksploitasi sebelum mencapai fase reproduksi sehingga mencapai nilai ekonomi optimal dan juga menjamin keberlajutan sumber daya ikan (Chen-Yi, T., Kuan-Ting, C., & Chih- hao, H, 2018; Zhou et al., 2010). Hasil penelusuran pustaka menunjukkan bahwa

penetapan ukuran layak tangkap (Lc) dilakukan hanya berdasarkan ukuran pertama kali matang gonad (Lm) (Lc > Lm) (Lima &

Andrade, 2018; Nugroho, D., Patria, M. P., Supriatna, J., & Adrianto, L., 2017). Pada penelitian ini mempertimbangkan aspek reproduksi dan parameter pertumbuhan, mortalitas ikan serta aspek ekonomi dalam penentuan ukuran layak tangkap untuk pengelolaan perikanan. Hal ini diperlukan agar pemanfataan sumberdaya dapat optimal berkelanjutan dengan meminimalkan dampak negatif dari eksploitasi dengan memberikan simulasi ukuran tangkap pada berbagai mortalitas tangkapan. Tujuan penelitian ini adalah penentuan ukuran layak tangkap (Lc_opt) sebagai upaya untuk mengurangi dampak negatif eksploitasi udang windu di perairan Tarakan, Kalimanatan Utara.

BAHAN DAN METODE Pengumpulan data

Data yang digunakan dalam analisis merupakan data hasil penelitian diperairan Tarakan, Propinsi Kalimatan Utara yang pada tahun 2012 dan 2016. Contoh udang diperoleh dari hasil tangkapan yang didaratkan disentra Pendaratan udang di kelurahan Lingkas Ujung dan Selumit Pantai, Tarakan, Kalimantan Utara. Ukuran layak tangkap (Lc_opt) dapat ditentukan berdasarkan parameter populasi (Froese, 2004). Parameter populasi yang terdiri dari panjang asimtotik (Loo, cm); konstanta pertumbuhan (k, per tahun), laju mortalitas alami (M) dan penangkapan (F), dan tingkat eksploitasi (Z, per tahun) (Kembaren &

Nurdin, 2013), sedangkan aspek reproduksi yaitu ukuran ikan pertama kali matang gonad (Lm) dan hubungan panjang kerapas dan berat udang (Chodrijah & Faizah, 2018).

Data yang sama juga ditelusur sebagai data pembanding yang diperoleh dari populasi udang windu perairan Aceh timur (Hedianto, D. A., Syryandari, A., & Tjahjo, D. W. H,

(3)

52 2017; Suryandari et al., 2015) yang merupakan hasil peneltian 2015.

Analisis data

Ukuran udang windu pertama kali tertangkap dihitung dengan pendekatan dari Beverton & Holt (1957) dengan persamaan sebagai berikut:

Lc = L̅ − k(L

− L̅)/Z Keterangan:

Lc = Panjang total ikan pertama kali tertangkap (mm) = Panjang total ikan rata-rata

yang tertangkap (mm) k = Konstanta pertumbuhan

(per tahun)

L = Panjang infinity (mm) Z = Laju kematian total ikan

(per tahun)

Pendekatan yang digunakan untuk mengurangi dampak eksploitasi udang windu berdasarkan Froese, R., Winker, H., Gascuel, D., Sumaila, U. R., & Pauly, D (2016) dengan langkah sebagai berikut:

1. Panjang optimum (Lc_opt) untuk eksploitasi udang windu dihitung dengan menggunakan persamaan:

L(copt)= Loo(2 + 3F/M) (1 + F/M)(3 + M/K)

2. Hasil tangkapan per rekruitmen (yield per rekruitmen, Y’/R) sebagai fungsi dari panjang udang pertama kali tertangkap tertangkap (Lc) dihitung dengan persamaan:

Y′

R = F/M

1+F/M ((1 − Lc/Loo)M/K(1 − 3(1−Lc/Loo) 1+M/K(1+F/M)1 +

3(1−Lc/Loo)2

1+M/K(1+F/M)2 (1−Lc/Loo)3

1+M/K(1+F/M)3 )

3. Biomassa per rekruitmen (Bo’/R) dihitung dengan menggunakan persamaan:

Bo

R = (1 − Lc/Loo)M/K(1 −3(1 − Lc/Loo) 1 + 1

M/K

+(3(1 − Lc/Loo)2 1 + 2

M/K

(1 − Lc Loo)3 1 + 3

M/K )

4. Biaya pada suatu upaya penangkapan setara dengan nilai laju mortalitas tangkapan. Pehitungan nilai ekonomi (P=profit) dihitung pada skenario biaya pengakapan adalah F/M (skenario 1);

F/M=2 (skenario 2); F/M=3 (skenario 3) dan F/M=4 ((skenario 4) dengan persamaan:

𝑃 = (𝐹 𝑀⁄ 𝑥 𝑌 𝑌 𝑝𝑜𝑡)/(𝐹 𝑀𝑜 ) − (𝑌 𝑌 𝑝𝑜𝑡)

HASIL DAN PEMBAHASAAN

Ukuran panjang kerapas udang windu yang tertangkap di perairan Tarakan berkisar 21,9-63,0 mm. Udang Windu yang tertangkap di Tarakan mempunyai ukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan perairan Aceh Timur yaitu 10-82 mm (Hedianto, D.

A., Syryandari, A., & Tjahjo, D. W. H., 2017). Ukuran udang windu yang dominan tertangkap lebih kecil jika dibandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad (Lc < Lm) dengan proporsi > 50% dari populasi udang yang tertangkap. Aspek biologi udang galah di perairan Tarakan, Kalimantan Utara dan Aceh Timur sebagai data pembanding disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Beberapa aspek biologi udang windu di Tarakan dan Aceh Timur

Parameter Tarakan 1,2 Aceh timur

3,4

Loo (mm) 84,8 86,6

K (per tahun) 1,6 0,94

M (per tahun) 1,85 1,31 F (per tahun) 2,32 2.78 Z (per tahun) 4,17 4,09 E (per tahun) 0,56 0,68

a 0,0029 0,0030

b 2,5894 2,5090

Lm (mm) 40,69 49,3

Lc (mm) 33,6 28,7

Lr (mm) 17,0 17,3

Sumber: 1Kembaren & Nurdin, 2013

2Chodriyah & Faizih, 2018, Hedianto, D. A., Syryandari, A., & Tjahjo, D. W. H., 2017

4Suryandari et al., 2015

Udang windu di perairan Tarakan telah mengalami eksploitasi berlebih dengan

(4)

53 laju eksploitasi (E) 0,52 per tahun. Nilai E ini lebih kecil jika dibandingkan dengan perairan Aceh Timur yaitu 0,68 per tahun.

Laju eksploitasi berlebih untuk udang windu juga terjadi dibeberapa perarain lainnya yaitu Pesisir timur, India (Rao, G. S., Subramaniam, V. T., Rajamani, M., Manickam, P. E. S., & G. Maheswarudu., 1993), Sungai Andoni, Nigeria (Komi, G. W., Francis, A., & Aleleye-Wokoma, I. P., 2013), Teluk Bengal, Banglades (Mustafa, M. G., Ali, M. S., & Azadi, M. A., 2006).

Gambar 1. Rasio Lc-opt terhadap Loo (-) dan rasio Lc_max dan Loo sebagai fungsi dari F/M (---)

Froese, R., Winker, H., Gascuel, D., Sumaila, U. R., & Pauly, D (2016) mengusulkan tiga aturan dalam pengelolaan sumberdaya ikan yang berkelanjutan yaitu laju mortalitas penangkapan tidak melebihi laju mortalitas alami; penangkapan tidak mengurangi populasi lebih dari setengah populasi sumberdaya yang tidak dieksploitasi; dan biota harus bereproduksi terlebih dahulu sebelum di tangkap (Lc>Lm).

Oleh karena itu penentuan ukuran rata-rata untuk eksploitasi sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatif terhadap sumber daya (Froese, R., Branch, T. A., Proel, A., Quaas, M., Sainsbury, K., & Zimmerman, C., 2011). Pada upaya penangkapan berkelanjutan yaitu pada mortalitas penangkapan (F) sama dengan 0,5 M sampai dengan M, nilai Lc_opt lebih besar jika

dibandingkan dengan Lc_max yaitu 6,8- 14,4% (Gambar 1). Perbedaan persentase tersebut akan menurun dengan bertambahnya nilai mortalitas tangkapan. Tekanan penangkapan udang windu maksimal yaitu ketika nilai F=M, dengan nilai Lc_opt adalah 55,5 % dari Loo (47 mm). Nilai Lc-opt ini lebih besar jika dibandingkan nilai Lm. Nilai F/M udang windu di Tarakan pada tahun 2013 adalah 1,25 dengan nilai Lc adalah 52 mm (62% dari Loo). Nilai Lc-opt untuk udang windu di Tarakan dengan nilai F=M dan F=0,5 M masing-masing adalah 49 dan 46 mm. Ukuran layak tangkap udang di perairan Kaimana Papua Barat adalah 68%

dari panjang infinity atau 35 mm (Tirtadanu

& Panggabean, 2018).

A A

B

B

Gambar 2. A. rasio antara hasil tangkapan terhadap hasil tangkapan maksimal secara teori dan B. biomassa per recruitmen terhadap biomassa awal (tidak dieksploitasi) sebagai fungsi dari F/M.

(5)

54 Eksploitasi sumber daya perikanan pada ukuran optimal akan berdampak pada keberlanjutan keberadaan juvenil dan ikan dewasa pada suatu ekologi perairan (Froese, R., Stern-Pirlot, A., Winker, H & Gascuel, D., 2008). Penangkapan udang yang dilakukan pada Lc_max dan Lc_opt akan memberikan hasil tangkapan maksimal yang sama pada suatu upaya (F) (Gambar 2A).

Hasil tangkapan udang pada pada ukuran kerapas Lc= 33,6 mm lebih kecil jika dibandingkan dengan eksploitasi pada ukuran Lc_max atau Lc_opt. Nilai F0,1 yang merupakan batasan dalam pengelolaan sumber daya ikan (Pauly, 1984; Gulland &

Boerema, 1973) berada di bawah nilai F=M dan pada kondisi B=0,5 Bo. Lc_opt udang windu pada F0,1 di perairan Tarakan adalah 59% dari Loo dengan hasil tangkapan per rekruitmen 77,5% dari tangkapan optimal teori sedangkan pada F= M nilai Lc_opt adalah 60% dari Loo dengan hasil tangkapn 80% dari tangkapan optimal teori. Pada nilai F=0,5 M akan memberikan hasil tangkapan sebesar 77,2% dari hasil F=M. Hal ini mengindikasikan bahwa penguran upaya pengakapan sebesar 0,5 (F=0,5) tidak mengurangi hasil tangkapan setengah dari upaya F=M. Jika penangkapan dilakukan pada F=1,254 M dengan Lc=33,6 mm tidak memberikan hasil tangkapan optimal jika di bandingkan dengan F=0,5 M sampai dengan F=M pada Lc_opt. Hasil tangkapan udang paling rendah terjadi pada skenario tanpa pengaturan ukuran penangkapan (5% dari Loo). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pengelolaan sumberdaya di Mediaterania berdasarkan pada penentuan Lc_opt yang memberikan hasil tangkapan yang optimal serta kelestarian (Colloca et al., 2011).

Untuk udang Windu di perairan Tarakan dengan Lc=33,6 cm dengan mortalitas penangkapan F=1,254 M, maka biomassa per rekruitmen yang tersisa sebesar 25% dari biomassa yang tidak dieksploitasi.

Jika Nilai F dikurangi menjadi F=0,5 M dan ukuran yang boleh ditangkap adalah Lc_opt maka biomassa per rekruitmen adalah 61%

dari biomassa optimal (Gambar 2B).

Skenario ini akan memberikan hasil tangkapan yang lebih tinggi dengan biaya operasional penangkapan yang lebih rendah.

Pada skenario tidak ada pembatasan ukuran dengan F=M maka biomassa per rekruitmen sebesar 20%. Hasil analisa diatas menunjukkan bahwa jika nilai mortalitas tangkapan lebih kecil dari mortalitas alami (F<M) dan ukuran udang windu yang boleh diekslpoitasi ditentukan berdasarkan nilai Lc_opt akan mengurangi dampak negatif eksploitasi. Penentuan ukuran layak tangkap sangat penting dalam mempertahankan potensi dan stabilitas reproduksi dari suatu populasi yang berdampak pada kelestaran sumberdaya (Chen-Yi, T., Kuan-Ting, C., &

Chih-hao, H., 2018). Pengelolaan berdasarkan penetapan ukuran eksploitasi juga dilakukan untuk sumberdaya udang windu di perairan Pantai Tenggara India (Rajakumaran & Vaseeharan, 2014).

Ukuran udang windu betina pertama kali matang gonad di perairan Tarakan lebih kecil jika dibandingkan dengan Aceh timur dan Perairan Bagamoyo, Tanzania yaitu 43 mm (Teikwa & Mgaya, 2003) serta peraian Biscayne, Florida yaitu 47 mm (Zink, I. C., Jackson, T.L., Browder, A., 2018).

Fekunditas berhubungan dengan panjang maupun berat udang. Berat udang yang siap memijah di Tarakan ketika tidak ada penangkapan (unexploited) adalah 268 g.

Ketika terjadi eksploitasi pada F=0,5 M pada Lc_opt maka berat udang yang siap memijah adalah 219 g atau sebesar 82% dari tanpa eksploitasi. Namun ketika ekploitasi udang sesuai dengan penelitian 2015 maka akan terjadi penurunan bobot udang yang siap memijah menjadi 80 g atau 33% dari bobot tanpa eksploitasi. Fekunditas udang galah berkorelasi dengan berat (Teikwa & Mgaya, 2003) sehingga jika induk yang ada

(6)

55 diperairan berukuran besar maka jumlah benih yang dihasilkan lebih banyak.

Penangkapan yang dilakukan pada Lc < Lm berdampak pada penurunan stok udang di peraian panatai utara Jawa Tengah (Saputra, S. W., Solichin, A., Taufani, W. T., Rudiyanti, S., & Widyorini, N., 2019).

Selektivitas ukuran sering menjadi dasar dalam pengelolaan dimana membatasi eksploitasi sebelum mencapai ukuran siap bereproduksi atau untuk mencapai ukuran optimal secara ekonomi (Gwinn & Allen, 2010; Zhou et a., 2010).

Penangkapan yang dilakukan pada ukuran lebih besar dari Lm akan menjamin proporsi yang besar dari biomassa stok yang matang gonad. Hasil tangkapan per rekruitmen akan maksimal (Wolff, M., Taylor, M. H., &

Tesfaye, G., 2015). Penangkapan ikan yang dilakukan pada ukuran lebih besar dari ukuran pertama kali matang gonad akan menekan laju kematian ikan serta eksploitasi berlebih pada saat matang gonad (Hunter, A., Speirs, D. C., & Haeth, M. R., 2015; van Overzee & Rijnsdorp, 2015). Struktur ukuran dari suatu stok ikan berperan penting dalam kelestarian populasi (Chen-Yi, T., Kuan- Ting, C., & Chih-hao, H., 2018).

Simulai nilai keuntungan dilakukan pada skenario F/M=1 sampai dengan F/M=4 pada nilai Lc_opt dan Li. Hasil simulasi menunjukkan bahwa nilai keuntungan terbesar diperoleh pada saat F/M=4 dengan ukuran pertama kali tertangkap adalah Lc- opt. Jika Lc_opt tidak ditetapkan nilai ekonomi yang diperoleh menjadi lebih kecil.

Pada F= M dan Lc=Lc_opt maka profit yang diperoleh pada masing-masing skenario penangkapan adalah 0%, 35, 50 dan 57% dari biaya penangkapan.

Keuntungan merupakan alasan aktivitas penangkapan komersial suatu biota yang dihitung berdasarkan selisih antara biaya operasional dengan nilai jual hasil tangkapan (Sumaila UR, Cheung W, Dyck A, Gueye K, Huang L., 2012). Biaya yang dikeluarkan dengan sama dengan Mortalitas tangkapan F.

Nilai pada ekploitasi pada Lc_opt akan

memberikan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan L0,05. Lc yang diperoleh pada F= M adalah 45 mm ukuran eksploitasi dengan keuntungan optimal (Gambar 3).

Gambar 3. Nilai ekonomi pada skenario F/M=1 sampai dengan F/M=4 pada panjang pertama kali tertangkap adalah Lc_opt (-) dan tidak ada penetapan ukuran (---)

Ukuran ikan yang ditangkap akan menentukan keuntungan yang diperoleh pada suatu eksploitasi (Law, R., Plank, M. J., &

Kolding, J., 2014). Pengaturan ukuran pada suatu eksploitasi sumber daya ikan akan memberikan hasil optimal karena menurunkan mortalitas alami sehingga biomassa yang dapat dieksploitasi menjadi besar (Speirs, D. C., Greenstreet., & Heath, M. R.., 2016). Nilai ekonomi yang diperoleh akan menurun jika ekploitasi dilakukan pada lebih kecil atau lebih besar dari Lc_opt.

Ukuran pertama kali tertangkap pada kelompok umur ikan mencapai biomassa maksimal disebut dengan panjang optimal (Lc_opt) akan memberikan peningkatan nilai ekonomi (Colloca et al., 2011). Hal ini berkaitan dengan pertambahan ukuran udang serta penurunan populasi akibat dari mortalitas alami (King, 2007).

SIMPULAN

Dampak penangkapan udang windu di Tarakan dapat dilakukan dengan pengaturan

(7)

56 ukuran yang boleh dieksploitasi sehingga perlu adanya perubahan ukuran layak tangkap untuk eksploitasi. Panjang kerapas udang yang boleh ditangkap di perairan Tarakan pada F=0,5 M dan F=M masing-masing adalah 47 dan 50 mm. Eksploitasi udang windu pada panjang optimal dapat mengurangi dampak negatif terhadap populasi udang windu serta memberikan nilai ekonomi optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Beverton, R. J. H., & Holt, S. J. (1957). On the dynamics of exploited fish population. pp:544. Chapman & Hall, Great Britain.

Chen-Yi, T., Kuan-Ting, C., & Chih-hao, H.

(2018). Fishing and temperature effects on the size structure of exploited fish stock. Scientific Report, 8, 1-10

Chodrijah, U., & Faizah, R. (2018). Beberapa aspek biologi udang windu (Penaeus monodon Fabricus, 1789) di perairan Tarakan, Kalimantan Utara. Bawal, 10(1), 49-55

Clarke, J., Bailey, D. M & Wright, P. J.

(2015). Evaluating the effectiveness of a seasonal spawning area closure. ICES Journal of Marine Science, 72(9):

2627-2637

Colloca, F., Cardinale, M., Maynou, F., Giannoulaki, M., Scarcella, G., Jenko, K., Bellido, J. M., & Fiorentino, F.

(2011). Rebuilding Mediterranean fisheries: a new paradigm for ecological sustainability. Fish and Fisheries, 14(1): 89-109

Davies, T.E., Beanjara, N., & Tregenza, T.

(2009). A socio-economic perspective on gear-based management in an artisanal fishery in south-west Madagascar. Fisheries Management and Ecology, 16, 279-289

Dunlop, E.S., Feiner, Z.S. dan Hook, T.O.

(2018). Potential for fisheries-induced evolution in the Laurentian Great

Lakes. Journal of Greta Lakes Research, 44,735-747

Froese, R. (2004). Keep it simple: three indicators to deal with overfishing. Fish and Fisheries, 5, 86-91

Froese, R., Stern-Pirlot, A., Winker, H &

Gascuel, D. (2008). Size matters: Hoe single-species management can contribute to ecosystem-based fisheries management. Fisheries Research, 92, 231-241

Froese, R., Branch, T. A., Proel, A., Quaas, M., Sainsbury, K., & Zimmerman, C.

(2011). Generic harvest control rules for European fisheries. Fish and Fisheries, 12, 340-351

Froese, R., Winker, H., Gascuel, D., Sumaila, U. R., & Pauly, D. (2016). Minimizing the impact of fishing. Fish and Fisheries, 17(3), 785-802.

Garcia, S.M., Rice, J. & Charles, A., (2016).

Bridging fisheries management and biodiversity conservation norms:

potential and challenges of balancing harvest in ecosystem based frameworks. ICES Journal of Marine Sciences, 73(6), 1659-1667 Gwinn, D.

C., & Allen, M. S. (2010). Exploring population-level effects of Fishery closures during spawning: An example using Largemouth Bass. Transactions of the American Fisheries Society, 139, 626-634

Gulland, J. A., & Boerema, K. (1973).

Scientific advice on the catch levels.

Fihery Bulettin, 71(2), 325-335

Hedianto, D. A., Syryandari, A., & Tjahjo, D.

W. H. (2017). Dinamika populasi dan status pemanfaatan udang windu Penaeus monodon (Fabricus, 1789) di perairan Aceh Timur, Provinsi Aceh.

Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 22(2), 71-82

Heino, M., & Dieckmann, U. (2009).

Fisheries-induced evolution. In:

Encyclopedia of Life Sciences (ELS).

(8)

57 John Wiley & Sons Ltd: Chichester. 1-

7: DOI:

10.1002/9780470015902.a0021213 Hunter, A., Speirs, D. C., & Haeth, M. R.

(2015). Fishery-induced changes to age and length dependent maturation schedules of three demersal fish species in the Firth of Clyde. Fisheries Research, 170, 14-23

Paterson, J.A., & Chapman, L.J. (2009).

Fishing down and fishing hard:

Ecological change in the Nile perch of Lake Nabugabo, Uganda. Ecology of Freshwater Fish, 18(3), 380-394

Kembaren, D. D., & Nurdin, E. (2013).

Dinamika populasi dan tingkat pemanfaatan udang windu (Penaeus monodon) di perairan Tarakan, Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 19(4), 221-226 Kolding, J., & van Zwieten, P. A. M. (2014).

Sustainable fishing of inland waters. J.

Limnol, 73 (s1), 128-144

Komi, G. W., Francis, A., & Aleleye- Wokoma, I. P. (2013). Mortality and exploitation of Penaeus monodon in the Andoni River, Nigeria. Journal of Natural Science Research 3(15), 58-67 Law, R., Plank, M. J., & Kolding, J. (2014).

Balanced exploitation and coexistensi of interacting, size-structured, fish species. Fish and Fisheries 17(2), 281- 302

Lima, S.A.O. & Andrade, H.A., 2018. Gillnet selectivity for forage fish with emphasis on Manjuba (Opisthonema oglinum) in an estuary in the Northeast of Brazil. Bi. Inst. Pesca 44(3), 1-12 Nugroho, D., Patria, M. P., Supriatna, J., &

Adrianto, L., 2017. The sestimates spawning potential ratio of three dominant demersal fish species landed in Tegal, north coast of Central Java, Indonesia. Biodiversitas, 18(2), 844- 849

Mustafa, M. G., Ali, M. S., & Azadi, M. A.

(2006). Some aspect of population dynamics of three penaeid shrimps (Penaeus monodon, Penaeus semisulcatus and Metapenaeus monoceros) from the bay of Bengal, Bangladesh. The Chittagong University Journal of Science, 30(1), 97-102.

Pauly, D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters: a manual for use with programmable calculators. (p. 325).

Manila: ICLARM Studies and Reviews 8.

Rajakumaran, P & Vaseeharan, B. 2014.

Survey on Penaeidae shrimp diversity and exploitation in South East Coast of India. Fisheries and Aquaculture Journal 5(3), 1-8

Rao, G. S., Subramaniam, V. T., Rajamani, M., Manickam, P. E. S., & G.

Maheswarudu. (1993). Stock assessment of Penaeus spp. off the east coast of India. Indian Journal of Fisheries, 40(1,2), 1-19.

Saputra, S. W., Solichin, A., Taufani, W. T., Rudiyanti, S., & Widyorini, N. 2019.

Growth parameter, mortality, recruitment pattern, and exploitation rate of white shrimps Penaeus indicus in northern coastal waters of Western Central Java, Indonesia. Biodibersitas 20(5), 1318-1324

Speirs, D. C., Greenstreet., & Heath, M. R.

(2016). Modelling the effects of fishing on the North Sea fish community size composition. Ecological Modelling, 321, 35-45

Sumaila UR, Cheung W, Dyck A, Gueye K, Huang L. (2012) Benefits of Rebuilding Global Marine Fisheries Outweigh Costs. PLoS ONE,7(7), 1-12

Suryandari, A., Tjahjo, D.W.H., Nurfiarini,A., Fahmi, Z., Hedianto, D.

A., Romdon, S., & Kuslani, H. (2015).

Penelitian Kawasan Konservasi Induk UdangWindu (Penaeus monodon) di

(9)

58 PantaiTimur Aceh, Kabupaten Aceh Timur (p. 95). Laporan Tahunan.Purwakarta: Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber daya Ikan.

Tirtadanu, Panggabean A. S., 2018 Catch rate and population parameters of banana prawn Penaeus merguiensis in Kaimana waters, West Papua, Indonesia. AACL Bioflux 11(4),1378-1387.

van Overzee, H. M. J., & Rijnsdorp, A. D.

(2015). Effect of fishing during the spawning period: implications for sustainable management. Review in Fish Biology and Fisheries, 25(1), 65- 83

Wolff, M., Taylor, M. H., & Tesfaye, G.

(2015). Implications of using small meshed gillnets for the sustainability of fish populations: a theoretical

exploration based on three case studies.

Fisheries Management and Ecology, 22, 379-387

Zhou, S., Anthony, D. M., Punt, A. E., Richardson, A. J., Gibbs, M., Fulton, E.

A., Pascoe, S., Bulman, C., Bayliss, P., Siansbury, K., & Miles, E. L. (2010).

Ecosystem-based fisheries management requires a change to the selective fishing philosophy. Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America, 107(21), 9485-9489

Zink, I. C., Jackson, T.L., Browder, A. 2018.

A note on the occurance of non-native tiger prawn (Penaeus monodon Fabricius, 1798) in Biscayne Bay, FL, USA and review of South Florida sighting aand species identification.

BioInvasions Records 7(3), 297-302

Gambar

Gambar 1. Rasio Lc-opt terhadap L oo  (-) dan rasio  Lc_max  dan  L oo   sebagai  fungsi  dari  F/M (---)
Gambar  3.  Nilai  ekonomi  pada  skenario  F/M=1  sampai  dengan  F/M=4 pada  panjang  pertama  kali  tertangkap  adalah  Lc_opt  (-)  dan  tidak  ada  penetapan  ukuran (---)

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan Oleh Mahasiswa Dalam Rangka Implementasi Undang- Undang No.. 19 Tahun 2002 Tentang

[r]

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “

Taggart yang terdiri dari perencanaan (plan), pelaksanaan dan observasi (action and observation), dan refleksi (reflection) yang diterapkan. Model tersebut diterapkan

Salah satu Fakultas yang menerapkannya adalah Fakultas Ekonomi Dan ilmu sosial Dengan adanya sis- tem SIASY di Fakultas Ekonomi Dan Ilmu SosiaL untuk pengurusan surat keteran- gan

JUDUL:PERAN INHIBITOR HMG-CoA REDUKTASE DALAM PENURUNAN INTERLEUKIN-6 TERHADAP HASIL AKHIR KLINIS PENDERITA KONTUSIO SEREBRI..

Usulan Teknis dinyatakan memenuhi syarat (lulus) apabila mendapat nilai minimal 70 (tujuh puluh), peserta yang dinyatakan lulus akan dilanjutkan pada proses penilaian penawaran

Berdasarkan dari grafik di atas tersebut dapat diuraikan bahwa pada kondisi baseline (A) persentase kemampuan anak dalam membaca permulaan skor tertinggi 25%, hal tersebut