Mengenal
Sifat Material (1)
oleh:
Sudaryatno Sudirham
Open Course
Perkembangan Konsep Atom
Elektron Sebagai Partikel dan Gelombang
Persamaan Gelombang Schrödinger
Aplikasi Persamaan Schrödinger
Konfigurasi Elektron Dalam Atom
Ikatan Atom dan Susunan Atom
Cakupan Bahasan
Perkembangan pengetahuan tentang material dilandasi oleh konsep atom yang tumbuh semakin rumit dibandingkan dengan konsep
awalnya yang sangat sederhana.
Perkembangan Konsep Atom
∼ ± ± 460 SM 460 SM Democritus Democritus
1897 Thomson Thomson Akhir
Akhir abad abad 19 19 Persoalan Persoalan radiasi radiasi benda benda hitam hitam 1880 Kirchhoff
1901 Max Planck Planck E
osc= h × ××× f h = 6,626 × ××× 10−−−−34 joule-sec 1905 Albert Einstein
efek photolistrik
φ10 φ2 φ3
E
maksf
metal 1 metal 2 metal 3
Dijelaskan:
gelombang cahaya seperti partikel; disebut
photon
1803 Dalton berat atom
atom bukan partikel terkecil
atom bukan partikel terkecil elektron elektron
1906- 1906 - 1908 1908 Rutherford Rutherford Inti Inti atom (+) dikelilingi oleh elektron atom (+) dikelilingi oleh elektron (- ( -) )
Perkembangan Konsep Atom
1913 Niels Bohr
LYMAN
BALMER
PASCHEN
tingkatenergi
1 2 3 4 5
1923 Compton photon dari sinar-X mengalami perubahan momentum saat berbenturan dengan elektron valensi.
1924 Louis de Broglie partikel sub-atom dapat dipandang sebagai gelombang 1926 Erwin Schrödinger mekanika kuantum
1927 Davisson dan Germer berkas elektron didefraksi oleh sebuah kristal 1927 Heisenberg uncertainty Principle
∆px∆x ≥ h ∆E∆t ≥ h1930 Born intensitas gelombang
I =Ψ*ΨPerkembangan Konsep Atom
Model Atom Bohr
Model atom Bohr berbasis pada model yang diberikan oleh Rutherford:
Partikel bermuatan positif terkonsentrasi di inti atom, dan elektron berada di sekeliling inti atom.
Perbedaan penting antara kedua model atom:
Model atom Rutherford: elektron berada di sekeliling inti atom dengan cara yang tidak menentu
Model atom Bohr: elektron-elektron berada pada lingkaran-lingkaran orbit yang diskrit; energi elektron adalah diskrit.
Model atom Bohr dikemukakan dengan menggunakan pendekatan
mekanika klasik .
Perkembangan Konsep Atom, Model Atom Bohr
C 10
60 ,
1 ×
−19−
= e
2 2
r F
c= Ze
Ze r
F
cr F
cmv
2
= r
mv Ze
2 2
=
r Ze E
kmv
2 2
2 2
=
=
k
p
E
r
E Ze 2
2
−
=
−
=
k k
p
total
E
r E Ze
E
E = + = − = −
2
2
Gagasan Bohr :
orbit elektron adalah diskrit; ada hubungan linier antara energi dan frekuensi seperti halnya apa
yang dikemukakan oleh Planck dan Einstein
nhf
∆ E =
)
22 ( r m
n h
f = π
∆
Perkembangan Konsep Atom, Model Atom Bohr
Dalam model atom Bohr :
energi dan momentum sudut elektron dalam orbit terkuantisasi
Setiap orbit ditandai dengan dua macam bilangan kuantum:
bilangan kuantum prinsipal, n bilangan kuantum sekunder, l
Perkembangan Konsep Atom, Model Atom Bohr
Jari Jari
Jari Jari- -- -Jari Atom Bohr Jari Atom Bohr Jari Atom Bohr Jari Atom Bohr
2 2
2 2
4 mZe h r n
= π
Z k n r
2
=
1k
1= 0 , 528 × 10
−8cm
Untuk atom hidrogen pada ground state, di mana n = 1 dan Z = 1, maka r = 0,528 Å
Perkembangan Konsep Atom, Model Atom Bohr
Tingkat-Tingkat Energi Atom Hidrogen
eV 6 , 13 2
2 2
2
4 2 2
n h
n
e
E
nπ mZ = −
−
=
-16 0
0 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5
n :
−13,6
−3,4
−1,51
energitotal[ eV]
ground state
≈ 10,2 eV
≈ 1,89 eV
bilangan kuantum prinsipal
2
6 , 13 En =− n
Perkembangan Konsep Atom, Model Atom Bohr
Spektrum Atom Hidrogen
IR 6,7,8,…
5 Pfund
IR 5,6,7,…
4 Brackett
IR 4,5,6,…
3 Paschen
tampak 3,4,5,…
2 Balmer
UV 2,3,4,…
1 Lyman
Radiasi n
2n
1Deret
1 2 3 4 5
deret Lyman
deret Balmer
deret Paschen
T in g k a t E n e rg i
Perkembangan Konsep Atom, Model Atom Bohr
Gelombang Tunggal
) cos( ω − θ
= A t
u u = Ae
j(ωt−θ)) ( t kx
Ae j
u = ω −
λ π
= 2 / k
bilangan gelombang Kecepatan rambat gelombang dicari dengan melihat perubahan posisi amplitudo
= 0
− ω t kx
k x ω t
= ω = λ
=
= f
k dt
v f dx Kecepatan ini disebut kecepatan fasa
Elektron Elektron Elektron
Elektron Sebagai Sebagai Sebagai Gelombang Sebagai Gelombang Gelombang Gelombang
Paket gelombang adalah gelombang komposit yang merupakan jumlah dari n gelombang sinus Paket Gelombang
∑
ω −=
n
x k t j
n
e
n nA
u
( )) (
0 ] ) ( ) [(
0
) (
0 ] ) (
) [(
0 )
(
0 0
0 0 0
0
j t k x
n
x k t n j
x k t j n
x k k t n j
n
x k t j n
e A A e
A
e A A e
e A A u
n n
n n
n n
− ω
∆
− ω
∆
− ω
−
− ω
− ω
− ω
=
=
=
∑
∑
∑
dengan k
0, ω
0, A
0, berturut-turut adalah nilai tengah dari bilangan gelombang, frekuensi dan amplitudo
Elektron Elektron Elektron
Elektron Sebagai Sebagai Sebagai Gelombang Sebagai Gelombang Gelombang Gelombang
Bilangan gelombang: k
∆
+
≤
≤
∆
− 2 0 2
0
k k k k
k
Perbedaan nilai k antara gelombang-gelombang yang membentuk paket gelombang tersebut sangat kecil → dianggap kontinyu demikian juga selang ∆k sempit sehingga A
n/ A
0≈ 1. Dengan demikian maka
) (
0 )
( 0 ] ) ( )
[( 0 0 0 0
) ,
( j t k x
x k t j n
x k t
j A e S x t A e
e
u ∆ωn − ∆ n ω − = ω −
=
∑
Pada suatu t tertentu, misalnya pada t = 0 persamaan bentuk amplitudo gelombang menjadi
0 ) (
) 0
0 , ( ) 0 ,
(x S x A e A
A
n
x k
j n
=
=
∑
− ∆Karena perubahan nilai k dianggap kontinyu maka
x k k x
d e
e x
S
k
k
x k j n
x k
j n 2sin( /2)
) 0 , (
2 /
2 /
) ) (
( ∆
=
∆
=
=
∑
+∆∫
∆
−
∆
−
∆
−
variasi ∆k sempit
Elektron Elektron Elektron
Elektron Sebagai Sebagai Sebagai Gelombang Sebagai Gelombang Gelombang Gelombang
Persamaan gelombang komposit untuk t = 0 menjadi
x jk
t A e
x k
u x 0 0
0
/2) sin(
2 −
=
= ∆
Persamaan ini menunjukkan bahwa amplitudo gelombang komposit ini terselubung oleh fungsi
x k x x
S 2sin( /2) )
( ∆
=
-1 0 1
-0 .934 -0 .30 6 0 .322
selubung
∆x
x k x /2) sin(
2 ∆
) /2) cos(
sin(
2 A0 k0x x
k x∆
lebar paket gelombang
x k
∆
× π
=
∆ 2 ∆ kx∆ = 2π
Elektron Elektron Elektron
Elektron Sebagai Sebagai Sebagai Gelombang Sebagai Gelombang Gelombang Gelombang
Persamaan gelombang
Kecepatan Gelombang
) (
0 )
( 0 ] ) ( )
[( 0 0 0 0
) ,
( j t k x
x k t j n
x k t
j A e S x t A e
e
u ∆ωn − ∆ n ω − = ω −
=
∑
kecepatan fasa:
vf =ω0/ k0kecepatan group: Amplitudo gelombang akan mempunyai bentuk yang sama bila S(x,t) = konstan. Hal ini terjadi jika (∆ω)t = (∆k)x untuk setiap n
k k
t vg x
∂ ω
= ∂
∆ ω
= ∆
∂
= ∂
Kecepatan group ini merupakan kecepatan rambat paket gelombang
Elektron Elektron Elektron
Elektron Sebagai Sebagai Sebagai Gelombang Sebagai Gelombang Gelombang Gelombang
Panjang gelombang de Broglie, Momentum, Kecepatan
Panjang gelombang
λ = hpkonstanta Planck momentum elektron
mvg
= h λ
ω π =
= ω
= h
h 2 hf Eph
Einstein : energi photon
2 ω
2
=h
= g
k
E mv = λ
λ
= π
= h
k
mvg 2
h h
k mv
p = g = h
= λ λ
= π
=
= m
h m
m v k
ve g h h 2
Momentum Kecepatan
Elektron Elektron Elektron
Elektron Sebagai Sebagai Sebagai Gelombang Sebagai Gelombang Gelombang Gelombang
de Broglie: energi elektron
Elektron Sebagai Partikel dan Elektron Sebagai Gelombang
Elektron dapat dipandang sebagai gelombang tidaklah berarti bahwa elektron adalah gelombang; akan tetapi kita dapat mempelajari gerakan elektron dengan menggunakan
persamaan diferensial yang sama bentuknya dengan persamaan diferensial untuk gelombang.
Elektron sebagai partikel:
massa tertentu, m.
Elektron sebagai partikel:
Etotal = Ep+ Ek= Ep+ mve2/2.
Elektron sebagai partikel:
p = mve2
Dalam memandang elektron sebagai gelombang, kita tidak dapat menentukan momentum dan posisi elektron secara simultan dengan masing-masing mempunyai tingkat ketelitian yang kita inginkan secara bebas. Kita dibatasi oleh
prinsip ketidakpastian Heisenberg: ∆p∆x ≥ h. Demikian pula halnya dengan energi dan waktu: ∆E∆t ≥ h .
Elektron sebagai gelombang massa nol, tetapi λ = h/mve. Elektron sebagai gelombang:
Etotal = hf = ħω.
Elektron sebagai gelombang:
p = ħk = h/λ.
Elektron Elektron Elektron
Elektron Sebagai Sebagai Sebagai Gelombang Sebagai Gelombang Gelombang Gelombang
H = Hamiltonian
Elektron sebagai partikel memiliki energi
= energi kinetik + energi potensial
) 2 (
) 2 (
2 2
x m V
x p mv V
E = + = +
) 2 (
) , (
2
x m V
x p p H
E ≡ = +
Turunan H(p,x) terhadap p memberikan turunan x terhadap t.
Turunan H(p,x) terhadap x memberikan turunan p terhadap t.
dt ve = dx
=
dt dp dt
mdv x
F = =
= ( )
Persamaan Persamaan Persamaan
Persamaan Schr Schr Schrö Schr ö ö ödinger dinger dinger dinger
m p p
x p
H =
∂
∂ ( , )
x x V x
x p H
∂
−∂
∂ =
− ∂ ( , ) ( )
E merupakan
fungsi p dan x
Gelombang :
[( ) ( ) ] 0 j( 0t k0x)n
x k t
j A e
e
u ∆ωn − ∆ n ω −
=
∑
) ω ( 0 ] ) ( ) ω [(
0 0
0 0
ω
ω ω j t k x
n
x k t n j
e A e
t j
u ∆ n − ∆ n −
=
∂
∂
∑
1 /
, sempit selang
Dalam ∆k ωn ω0 ≈
jEu u
j
t u = ω =
∂
∂ (h 0) h
t u j
Eu ∂
− ∂
= h
j t
E ∂
− ∂
≡ h
Operator momentum
) (
0 ] ) ( ) [(
0 0
0 0t k x j
n
x k t n j
e A k e
jk k x
u ∆ωn − ∆ n ω −
−
∂ =
∂
∑
1 /
, sempit selang
Dalam ∆k kn k0 ≈
jpu u
k j
xu = − = −
∂
∂ (h 0) h
xu j
pu ∂
= h ∂
j x
p ∂
≡ h ∂
Operator energi
u merupakan fungsi t dan x Turunan u terhadap t: Turunan u terhadap x:
Persamaan Persamaan Persamaan
Persamaan Schr Schr Schrö Schr ö ö ödinger dinger dinger dinger
) 2 (
) , (
2
x m V
x p p H
E ≡ = +
j t
E ∂
− ∂
≡ h
j x
p ∂
≡ h ∂
Hamiltonian:
x x =
j t x
x V
m ∂
Ψ
= ∂ Ψ
∂ − Ψ
∂ h
h ( )
2 2
2 2
j t z
y x
m V ∂
Ψ
= ∂ Ψ
− Ψ
∇ h
h ( , , )
2
2 2
Ψ
= Ψ E x
p H ( , )
Jika H(p,x) dan E dioperasikan pada fungsi gelombang Ψ maka diperoleh
Operator:
j t x
x V
m ∂
Ψ
− ∂
= Ψ
∂ + Ψ
− h ∂ h
) 2 2 (
2 2
Inilah persamaan Schrödinger
tiga dimensi satu dimensi
Persamaan Persamaan Persamaan
Persamaan Schr Schr Schrö Schr ö ö ödinger dinger dinger dinger
Persamaan Schrödinger Bebas Waktu
) ( ) ( )
,
( x t = ψ x T t Ψ
(
( ))
( ) 0) (
2 2
2 2
= ψ
−
∂ + ψ
∂ E V x x
x x m
h
Aplikasi persamaan Schrödinger dalam banyak hal hanya berkaitan dengan energi potensial, yaitu besaran yang
hanya merupakan fungsi posisi
t E t T t j T x
x x V
x m
x ( ) tetapan sembarang
) ( ) 1
( ) ) (
( 2
) ( 1
2 2 2
∂ =
= ∂
− ψ
∂ ψ
∂
ψ h h
(
( , , ))
02
2 2
= Ψ
− + Ψ
∇ E V x y z m
h Ψ
−
= Ψ
∂ − Ψ
∂ V x E
m x ( )
2 2
2
h2
Satu dimensi Tiga dimensi
Oleh karena itu jika persamaan tersebut diupayakan tidak merupakan fungsi yang bebas waktu agar penanganannya menjadi lebih sederhana
Jika kita nyatakan: maka dapat diperoleh
sehingga
Persamaan Persamaan Persamaan
Persamaan Schr Schr Schrö Schr ö ö ödinger dinger dinger dinger
Fungsi Gelombang
dz dy
*Ψdx Ψ
2 2
0
* sin( /2)
∆
= Ψ
Ψ x
k A x
Persamaan Schrödinger adalah persamaan diferensial parsial dengan ψ adalah fungsi gelombang dengan pengertian bahwa
adalah probabilitas keberadaan elektron pada waktu tertentu dalam volume dx dy dz di sekitar titik (x, y, z)
Jadi persamaan Schrödinger tidak menentukan posisi elektron melainkan
memberikan probabilitas bahwa ia akan ditemukan di sekitar posisi tertentu. Kita juga tidak dapat mengatakan secara pasti bagaimana elektron bergerak sebagai fungsi waktu karena posisi dan momentum elektron dibatasi oleh prinsip
ketidakpastian Heisenberg
Contoh kasus satu dimensi pada suatu t = 0
Persamaan Persamaan Persamaan
Persamaan Schr Schr Schrö Schr ö ö ödinger dinger dinger dinger
Elektron sebagai suatu yang nyata harus ada di suatu tempat.
Oleh karena itu fungsi gelombang (untuk satu dimensi) harus memenuhi:
Persyaratan Fungsi Gelombang
*Ψ =1
∫
−∞∞Ψ dxFungsi gelombang , harus kontinyu sebab jika terjadi ketidak-kontinyuan hal itu dapat ditafsirkan sebagai rusaknya elektron, suatu hal yang tidak dapat diterima.
Turunan fungsi gelombang terhadap posisi,juga harus kontinyu, karena turunan fungsi gelombang terhadap posisi terkait dengan momentum elektron Oleh karena itu persyaratan ini dapat diartikan sebagai persayaratan kekontinyuan momentum.
Fungsi gelombang harus bernilai tunggal dan terbatas sebab jika tidak akan berarti ada lebih dari satu kemungkinan keberadaan elektron.
Fungsi gelombang tidak boleh sama dengan nol di semua posisi sebab kemungkinan keberadaan elektron haruslah nyata, betapapun kecilnya.
Persamaan Persamaan Persamaan
Persamaan Schr Schr Schrö Schr ö ö ödinger dinger dinger dinger
Elektron Bebas
0 ) ) (
(
2 2
2 2
= ψ
∂ + ψ
∂ E x
x x m
h
Aesx
ψ )(x =
0 ) 2 (
2
2 2 2
2
=
ψ
+
=
+ s E x
EAe m e
m As
sx
sx h
h
harus berlaku untuk semua x
Aplikasi Persamaan Schrödinger
=0 ) (x V
2 0
2 2
= + E m s
h
2 2
dengan 2
2 ,
h h
j mE j mE
s = ± = ± α α =
x j x
j Ae
Ae
x = α + − α
ψ )(
2
2 h k = α = mE
m E k
2
2
h2
= m
E p 2
2
=
solusi
Energi elektron bebas mvg
= h λ
k mv
p= g =h
Persamaan gelombang elektron bebas
x
Aej α
x
Ae−j α
Re Im
Elektron bebas adalah elektron yang tidak mendapat pengaruh medan listrik sehingga energi potensialnya nol,
V(x) = 0
Elektron di Sumur Potensial yang Dalam
0 L
I II III
ψ1 V=0ψ2 ψ3
V=∞ V=∞
x
Daerah I dan daerah III adalah daerah- daerah dengan V = ∞,
daerah II, 0 < x < L, V = 0
sin L sin L
4 ) ( )
( 2 22 2 2
* 2
= π
= π ψ
ψ n
K n x
B x
x
2
2 h
= mE α
=
Probabilitas ditemukannya elektron
kx jB sin 2 2
=
L k nπ
=
Energi elektron
2 2 2
2 2 2
L 2
L 2
= π
= π n
m m
E n h h
n x j jB
e jB e
x
x jk x jk
sin L 2 2
2 )
( 2 2
2
2
2 π
=
− +
=
ψ −
x j x
j B e
e B
x = α + − α
ψ2( ) 2 2
Fungsi gelombang
Elektron yang berada di daerah II terjebak dalam “sumur potensial”
Sumur potensial ini dalam karena di daerah I dan II V = ∞
Aplikasi Persamaan Schrödinger
2 2
8mL E = h
2 2
8 4
mL E = h
2 2
8 9
mL E = h
0 4
0 3.16
ψ*ψ
ψ
0 L b).n = 2
0 4
0 3.16
0 x L
ψ ψ*ψ
a). n = 1
0 4
0 3.16
ψ*ψ
ψ
0 L c). n = 3
2 2 2
2 2 2
L L 2
2
=
= π nπ
m m
E n h h
Energi elektron
Probabilitas ditemukan elektron
n x B sin L 4 22 2
* π
= ψ ψ
n x jB sin L
2 2 π
= ψ
Fungsi gelombang
Fungsi gelombang, probabilitas ditemukannya elektron, dan energi elektron, tergantung dari lebar sumur, L
Aplikasi Persamaan Schrödinger
Pengaruh lebar sumur pada tingkat-tingkat energi
2 2 2
2 2 2
L L 2
2
=
= π nπ
m m
E n h h
0 L 0 L’
n = 3
n = 2 n = 1 V
V’
Makin lebar sumur potensial, makin kecil perbedaan antara
tingkat-tingkat energi
Aplikasi Persamaan Schrödinger
Elektron di Sumur Potensial yang Dangkal
Probabilitas keberadaan elektron tergantung dari kedalaman sumur
0 L
a
d) ψ*ψ
0 L
c) ψ*ψ E
0 L
b) ψ*ψ E
0 L
a) ψ*ψ V
E
Makin dangkal sumur, kemungkinan keberadaan elektron di luar sumur makin besar
Jika diding sumur tipis, elektron bisa
“menembus”
dinding potensial
Aplikasi Persamaan Schrödinger
x
z
y Lx Ly
Lz
Sumur tiga dimensi
2 2 0
2 2
2 2
2 2
= ψ
+
∂ ψ + ∂
∂ ψ + ∂
∂ ψ
∂ E
z y
m x h
) ( ) ( ) ( ) , ,
(x y z = X x Y y Z z ψ
) 0 ( ) ( 1 ) ( ) ( 1 ) ( ) ( 1
2 2
2 2
2 2
2 2
=
+
∂ + ∂
∂ + ∂
∂
∂ E
z z Z z y Z
y Y y x Y
x X x X m h
mE z
z Z z y Z
y Y y x Y
x X x
X 2 2
2 2
2 2
2 ( ) 2
) ( 1 ) ( ) ( 1 ) ( ) ( 1
− h
∂ = + ∂
∂ + ∂
∂
∂
Ex
m x
x X x
X 2 2
2 ( ) 2
) ( 1
− h
∂ =
∂
Ey
m y
y Y y
Y 2 2
2 ( ) 2
) ( 1
− h
∂ =
∂
Ez
m z
z Z z
Z 2 2
2 ( ) 2
) ( 1
− h
∂ =
∂
0 ) 2 (
) (
2 2
2
=
∂ +
∂ m E X x
x x X
h x
Arah sumbu-x
Persamaan ini adalah persamaan satu dimensi yang memberikan energi elektron:
2 2
L
2
= πn E hm
2 x 2 2
L 8m
h Ex = nx
2 y 2 2
L 8m
h
Ey = ny 2
z 2 2
L 8m
h Ez = nz Untuk tiga dimensi diperoleh:
Tiga nilai energi sesuai arah sumbu
Aplikasi Persamaan Schrödinger
Persamaan Schrödinger
dalam Koordinat Bola
persamaan Schrödinger dalam
koordinat bola
r r e
V
0 2
) 4
( = − πε
4 0 sin
1 cot
1 2
2 0
2 2
2 2 2 2
2 2 2 2
2 2
=
ψ
+ πε
+
ϕ
∂ ψ
∂ + θ
θ
∂ Ψ
∂ + θ
θ
∂ ψ + ∂
Ψ + ∂
∂ ψ
∂
r E e
r r
dr r r r
m h θ r
ϕ
x
y z elektron
inti atom
inti atom berimpit dengan titik awal koordinat
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
) ( ) ( ) ( R ) , ,
( θ ϕ = Θ θ Φ ϕ
ψ r r
0 sin
1 cot
1 2 4
R R 2 R R
2 2
2 2 2
2 2
2 0 2 2
2 2 2
=
ϕ
∂ Φ
∂ θ + Φ
θ
∂ Θ
∂ Θ + θ θ
∂ Θ
∂ + Θ
+ πε
+
∂
∂ +
∂
r m r E e
dr r r
r m
h h
mengandung r tidak mengandung r
salah satu kondisi yang akan memenuhi persamaan ini adalah jika keduanya = 0
Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Bola
Jika kita nyatakan: kita peroleh persamaan yang berbentuk
Persamaan yang mengandung r saja
0 R 4
R
2 0
2
πε =
∂ +
∂
h me
r R 2 R 0
2 2
2
=
∂ +
∂
h mE r
4 0 R
R 2 R R
2
2 0 2 2
2 2 2
=
+ πε
+
∂
∂ +
∂ r
r E e
dr r r
r m h
fungsi gelombang R hanya merupakan fungsi r → simetri bola
kalikan dengan R r/ 2 R 0
4 R
2 R
2 0
2 2
2 2
=
+ πε
+
∂ + ∂
∂
∂
r E e
r r r
m h
kalikan dengan dan kelompokkan suku-suku yang berkoefisien konstan
/ 2
2mr h
0 2 R
R R 4
2 R
2 2
2 2
0 2
=
+
∂ + ∂
+ πε
∂
∂
h h
mE r
me r r
Ini harus berlaku untuk semua nilai r Salah satu kemungkinan:
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
2 0 2 0
4 2
2 0 2 2 4
2 0
2 2
8 32
2 4 E
h me me
me
E m =
− ε ε =
− π
=
− πε
−
= h h
h
Inilah nilai E yang harus dipenuhi agar R1 merupakan solusi dari kedua persamaan Energi elektron pada status ini diperoleh
dengan masukkan nilai-nilai e, m, dan h J
10 18 ,
2 18
0
× −
−
=
E E0 = −13,6 eV
esr
A1 R =1
salah satu solusi:
2 0
2
4πε h
−
= me
s 2 0
2
2 + =
h s mE 0
R 4
R
2 0
2
πε =
∂ +
∂
h me
r R 2 R 0
2 2
2
=
∂ +
∂
h mE r
Probabilitas keberadaan elektron dapat dicari dengan menghitung probabilitas keberadaan elektron dalam suatu “volume dinding” bola yang mempunyai jari-jari r dan tebal dinding ∆r.
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
sr
e r r A r e
P1 = 4π 2∆ R1 2 = 1* 2 2
probabilitas maksimum ada di sekitar suatu nilai r0 sedangkan di luar r0 probabilitas
ditemukannya elektron dengan cepat menurun keberadaan elektron terkonsentrasi di sekitar jari-jari r0 saja
Inilah struktur atom hidrogen yang memiliki hanya satu elektron di sekitar inti atomnya dan inilah yang disebut status dasar atau ground state
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Pe1
r [Å]
r0 Pe
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
Adakah Solusi Yang Lain?
(
2 2)
/ 0R2 = A −B r e−r r
solusi yang lain:
(
3 3 3 2)
/ 0R3 = A −B r+C r e−r r
Solusi secara umum:
R n = Ln (r) e −r /r02 2
8mL E = h
2 2
8 4
mL E = h
2 2
8 9
mL E = h
0 4
0 3.16
ψ*ψ
ψ
0 L b).n = 2
0 4
0 3.16
0 x L
ψ ψ*ψ
a). n = 1
0 4
0 3.16
ψ*ψ
ψ
0 L c). n = 3
Kita ingat:
Energi Elektron terkait jumlah titik simpul fungsi gelombang
- 0 , 2 0 0 , 2 0 , 4 0 , 6 0 , 8 1
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
R1
R3 R2
r[Å]
R
bertitik simpul dua
bertitik simpul tiga
polinom
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
probabilitas keberadaan elektron
2 2
R
4
nen
r r
P = π ∆
- 0 , 2 0 0 , 2 0 , 4 0 , 6 0 , 8 1 1 , 2
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4
Pe1
Pe2
Pe3
r[Å]
Pe
-16 0
0 1 2 3 4 5 6
1 2 3 4 5 n
−13,6
−3,4
−1,51
energitotal[ eV]
ground state
≈ 10,2 eV
≈ 1,89 eV bilangan kuantum prinsipal Tingkat-Tingkat Energi
Atom Hidrogen
eV 6 , 13 2
2 2
2 4 2 2
n h
n e
En π mZ = −
−
=
6 , 13
n2
−
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
Momentum Sudut
Momentum sudut juga terkuantisasi
( )
22
= l l + 1 h L
bilangan bulat positif
....
3, 2, , 1 ,
= 0 l
l : menentukan besar momentum sudut, dan
m
l: menentukan komponen z atau arah momentum sudut Nilai l dan m
lyang mungkin : l = 0 ⇒ m
l= 0
1 , 0
1 ⇒ = ±
= m
ll
2 , 1 , 0
2 ⇒ = ± ±
= m
ll dst.
Momentum sudut ditentukan oleh dua macam bilangan bulat:
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
l disebut bilangan kuantum momentum sudut, atau bilangan kuantum azimuthal
m
ladalah bilangan kuantum magnetik
11 9
7 5
3 1
degenerasi
h g
f d p
s simbol
5 4
3 2
1 0
bilangan kuantum l
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
Ada tiga bilangan kuantum.
(1) bilangan kuantum utama, n, yang menentukan tingkat energi;
(2) bilangan kuantum momentum sudut, atau bilangan kuantum azimuthal, l;
(3) bilangan kuantum magnetik, m
l. Bilangan Kuantum
0 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5 n :
−13,6
−3,4
−1,51
energi total [ eV ]
Bohr
bilangan kuantum utama
2s, 2p
1s
3s, 3p, 3d
lebih cermat
(4) Spin Elektron: ± ½ dikemukakan oleh Uhlenbeck
Persamaan Schrödinger, Dalam Koordinat Bola
Konfigurasi Elektron Dalam Atom Netral
Kandungan elektron setiap tingkat energi
60 32
14 10
6 2
4
28 18
10 6
2 3
10 8
6 2
2
2 2
2 1
f d
p s
Jumlah s/d tingkat Jumlah
tiap tingkat status momentum sudut
n
Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Bola
Orbital
inti atom
inti atom 1s
2s
y z
x
Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Bola
H: 1s
1; He: 1s
2Li: 1s
22s
1; Be: 1s
22s
2; B: 1s
22s
22p
1; C: 1s
22s
22p
2; N: 1s
22s
22p
3; O: 1s
22s
22p
4; F: 1s
22s
22p
5;
Ne: 1s
22s
22p
6...dst
Penulisan konfigurasi elektron unsur-unsur
Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Bola
Diagram Tingkat Energi
e n e r g i
tingkat 4s sedikit lebih rendah dari 3d
Persamaan Schrödinger dalam Koordinat Bola
Pengisian Elektron Pada Orbital
H: pengisian 1s;
He: pemenuhan 1s;
Li: pengisian 2s;
Be: pemenuhan 2s;
B: pengisian 2p
xdengan 1 elektron;
C: pengisian 2p
ydengan 1 elektron;
N: pengisian 2p
zdengan 1 elektron;
O: pemenuhan 2p
x; F: pemenuhan 2p
y; Ne: pemenuhan 2p
z.
↑
↑
↑↑
↑↓↑↓
↑↓↑↓
↑↓
↑↓
↑↓
↑↓ ↑↑↑↑
↑↓
↑↓
↑↓
↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓
↑↓↑↓
↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↑↑↑
↑↓
↑↓
↑↓
↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↑↑↑ ↑↑↑↑
↑↓
↑↓
↑↓
↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↑↑↑ ↑↑↑↑↑↑↑↑ ↑↑↑↑↑↑↑↑
↑↓
↑↓
↑↓
↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↑↑↑↑↑↑↑ ↑↑↑↑↑↑↑↑
↑↓↑↓
↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↑↑↑↑↑↑↑
↑↓
↑↓
↑↓
↑↓ ↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓ ↑↓↑↓↑↓↑↓