• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DAFTAR ISI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

xi DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...

HALAMAN PENGESAHAN ...

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPANTINGAN AKADEMIS ... ...

ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

i ii iii iv v

vi vii viii ix xi xiii xiv xv BAB I PENDAHULUAN ...

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Batasan Masalah ...

D. Tujuan Penelitian ...

E. Manfaat Penelitian ...

1 1 2 2 2 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...

A. Konstruktivisme ...

B. Skema Kognitif...

C. Perubahan Skema Kognitif………...

D. Deskripsi Materi Gaya Gesek………...

3 3 9 4 6 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...

A. Jenis Penelitian…...

B. Partisipan Penelitian...

11 11 11

(13)

xii

C. Desain Penelitian...

D. Waktu Penelitian………...

E. Metode Pengumpulan Data………...

F. Instrumen Pengumpulan Data………...

G. Metode Analisis Data………

12 12 12 12 13 BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ...

A. Data. ...

B. Analisis Data dan Pembahasan...

1. Skema/pemahaman awal tentang gaya gesek……….

2. Perubahan pemahaman secara asimilasi……….

3. Perubahan pemahaman secara akomodasi………..

16 16 16 16 23 27 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...

A. Kesimpulan ...

B. Saran ...

40 40 40 DAFTAR PUSTAKA... 42

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 : Proses perubahan pemahaman Partisipan A secara asimilasi.... 23 Tabel 4.2 : Proses perubahan pemahaman Partisipan B secara asimilasi…. 24 Tabel 4.3 : Proses perubahan pemahaman Partisipan C secara asimilasi... 25 Tabel 4.4 : Proses perubahan pemahaman Partisipan A secara akomodasi. 27 Tabel 4.5 : Proses perubahan pemahaman Partisipan B secara akomodasi. 29 Tabel 4.6 : Proses perubahan pemahaman Partisipan C secara akomodasi. 30 Tabel 4.7 : Proses perubahan pemahaman Partisipan D secara akomodasi. 34 Tabel 4.8 : Proses perubahan pemahaman Partisipan E secara akomodasi. 37

(15)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 : Diagram proses perubahan skema kognitif…... 4

Gambar 2.2 : Benda diam di atas bidang yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek statisnya ke kiri …... 8 Gambar 2.3 : Benda bergerak di atas bidang yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek kinetisnya ke kiri. Benda bergerak ke kanan dengan percepatan a………... 9 Gambar 2.4 : Benda diam di atas bidang miring yang diberi gaya ke kiri, arah gaya gesek statisnya ke kanan... 9 Gambar 2.5 : Benda bergerak di atas bidang miring yang diberi gaya ke kiri, arah gaya gesek kinetisnya ke kanan dengan percepatan a yang arahnya ke kiri... 10

Gambar 4.6 : Skema awal partisipan A tentang gaya gesek………... 15

Gambar 4.7 : Skema awal partisipan B tentang gaya gesek………... 17

Gambar 4.8 : Skema awal partisipan C tentang gaya gesek………... 18

Gambar 4.9: Skema awal partisipan D tentang gaya gesek………... 20

Gambar 4.10 : Skema awal partisipan E tentang gaya gesek………... 21

(16)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Soal tes konseptual dan jawaban ... 43

Lampiran 2 : Analisa hasil tes konseptual... 63

Lampiran 3 : Transkrip wawancara Partisipan A…... 65

Lampiran 4 : Transkrip wawancara Partisipan B…... 72

Lampiran 5 : Transkrip wawancara Partisipan C…... 79

Lampiran 6 : Transkrip wawancara Partisipan D…... 86

Lampiran 7 : Transkrip wawancara Partisipan E…... 91

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Fisika merupakan ilmu yang mempelajari fenomena alam yang sistematis (Gedgrave. 2009). Dalam mempelajari fisika, seseorang melibatkan indera pengamatan dan pikirannya untuk membangun proses pemahaman melalui proses kognitif. Saat menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di sekolah, peneliti menemui beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam membangun pemahaman tentang fenomena fisika. Teori kognitif Piaget menjelaskan bahwa pemahaman seseorang tersusun dalam skema sederhana yang berkembang ke skemata yang rumit melalui asimilasi dan akomodasi (Hergenhahn & Olson. 2009).

Sebelumnya telah dilakukan penelitian serupa oleh Akpinar dan Tan dengan metode membaca teks untuk menghilangkan miskonsepsi siswa pada materi relativitas. Keterampilan membaca tiap siswa yang berbeda menyebabkan metode tersebut hanya mampu mengungkap pemahaman siswa, belum bisa menghilangkan miskonsepsinya. Untuk mengungkap pemahaman siswa dilakukan dengan analisis kualitatif dari transkrip wawancara (Akpinar

& Tan. 2011). Penelitian ini mengungkapkan skema kognitif/pemahaman siswa dan perubahannya pada materi gaya gesek, melalui tes konseptual dan analisis kualitatif dari transkrip wawancara.

(18)

2 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka permasalahan yang akan dikaji adalah:

1. Bagaimana skema kognitif awal siswa tentang Gaya Gesek?

2. Bagaimana perubahan skema kognitif siswa tentang Gaya Gesek secara asimilasi dan akomodasi?

C. Batasan Masalah

Dari latar belakang penelitian ini, terdapat beberapa masalah yang terkait dengan skema kognitif siswa. Pada penelitian ini, masalah dibatasi pada:

1. Penelitian akan dilakukan pada 5 siswa kelas X 2. Materi pembelajaran fisika tentang Gaya Gesek.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui skema kognitif awal siswa tentang Gaya Gesek.

2. Mengetahui perubahan skema kognitif siswa tentang Gaya Gesek secara asimilasi dan akomodasi

(19)

3 E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pendidikan

a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia dengan meningkatnya keefektifan pembelajaran fisika.

b. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam memilih strategi mengajar yang menarik.

2. Bagi Peneliti

a. Peneliti dapat memahami cara mengubah pemahaman siswa, sehingga kelak dapat menjadi pendidik yang dapat memfasilitasi dengan baik saat menemukan kesalahan dalam pemahaman siswa

(20)

3 BAB II

DASAR TEORI

A. Konstruktivisme

Menurut Resnick, konstruktivisme adalah teori yang menjelaskan bahwa pemahaman baru seseorang dibangun melalui interaksi antara pengetahuan yang telah dimiliki dengan pengalaman baru (Richardson, 2003: 1624).

Pembelajaran konstruktivisme menyiratkan bahwa guru di kelas mengembangkan situasi yang mendidik yang menekankan kebutuhan untuk mendorong partisipasi siswa yang lebih besar (Larochelle & Bednarz, 2006).

B. Skema Kognitif

Skema adalah istilah yang sangat penting dalam teori Piaget. Suatu skema dapat dianggap sebagai elemen dalam struktur kognitif seseorang (Hergenhahn & Olson, 2009: 314). Piaget mendefinisikan skema sebagai:

a cohesive, repeatable action sequence possessing component actions that are tightly interconnected and governed by a core meaning

(Piaget,1956:42).

Skema merupakan struktur mental seseorang dimana ia secara intelektual beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Skema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan kognitif seseorang (Suparno, 2001: 21).

Skema kognitif adalah skemata yang dimiliki seseorang pada saat tertentu untuk berinteraksi dengan lingkungan fisik. Struktur kognitif berasal dari

(21)

4 pengalaman kumulatif dan kematangan biologis (Hergenhahn & Olson, 2009:

488).

C. Perubahan Skema Kognitif

Jumlah skemata yang dimiliki seseorang pada waktu tertentu merupakan cognitive structure (struktur kognitif) orang tersebut. Bagaimana seseorang berinteraksi dengan lingkungannya akan bergantung pada jenis struktur kognitif yang ada. Melalui proses interaksi dengan lingkungannya, seseorang dapat mengalami perubahan struktur kognitifnya melalui dua proses, yaitu asimilasi dan akomodasi. Melalui proses interaksi dengan lingkungan pula pemahaman seseorang mengalami disekuilibrium (tidak seimbang). Maka proses asimilasi dan akomodasi dilakukan untuk menyeimbangkan pemahaman yang dimiliki hingga mencapai keseimbangan (ekuilibrium).

Perubahan skema kognitif secara ringkas dapat dilihat dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1. Diagram proses perubahan skema kognitif

1. Asimilasi

Menurut Hergenhahn & Olson, proses merespon lingkungan sesuai dengan struktur kognitif seseorang dinamakan assimilation (asimilasi),

(22)

5 yakni jenis pencocokan atau penyesuaian antara struktur kognitif dengan lingkungan fisik. Proses asimilasi ini berjalan terus menerus. Menurut Wadsworth dalam (Suparno, 1997: 31) asimilasi tidak menyebabkan perubahan atau pergantian skema, melainkan mengembangkan skema.

Asimilasi merupakan proses dimana seseorang memasukkan pengetahuan dari lingkungan ke dalam pikiran, yang dari bukti itu dapat mengubah pemikirannya menjadi lebih sesuai (Joubish & Khurram, 2011). Misalnya seorang anak memahami gaya adalah suatu tarikan atau dorongan. Kemudian saat anak itu melihat akibat dari suatu gaya yang menyebabkan benda bergerak, maka skema kognitif awalnya berkembang menjadi gaya adalah suatu tarikan atau dorongan yang mengakibatkan benda bergerak.

2. Akomodasi

Accommodation (akomodasi) adalah proses memodifikasi struktur kognitif (Hergenhahn & Olson, 2009: 315). Akomodasi adalah membentuk skema baru yang cocok dengan pengalaman yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan pengalaman tersebut (Woolfolk, 2009). Misalnya seorang anak memahami bahwa benda yang didorong dan belum bergerak tidak ada gaya geseknya.

Namun saat dia menyadari ketika dia mendorong benda ada suatu gaya yang melawan dorongannya. Kemudian dia menyadari bahwa terdapat gaya gesek ketika benda didorong meskipun belum bergerak.

(23)

6 Penelitian ini akan mengidentifikasi proses asimilasi, dan akomodasi ekuilibrasi dalam perubahan skema, misalnya partisipan yang kurang lengkap menyebutkan hal-hal yang mempengaruhi nilai gaya gesek, kemudian melakukan proses asimilasi untuk melengkapi skemanya. Selain itu ketika partisipan menemukan ketidaksesuaian dalam pemahamannya, partisipan akan memodifikasi skemanya melalui proses akomodasi.

D. Deskripsi Materi Gaya Gesek

Gaya adalah suatu jenis dorongan atau tarikan pada sebuah benda yang menyebabkan benda bergerak atau mengalami deformasi (Giancoli, 1996: 87). Dalam kehidupan sehari-hari terdapat beberapa contoh gaya, misalnya gaya berat, gaya normal, gaya gesek, dan gaya lain yang biasanya dikerjakan oleh otot seperti gaya dorong atau gaya tarik.

Gaya berat sebuah benda adalah gaya gravitasional yang dilakukan oleh bumi padanya. Arah gaya berat adalah arah dari gaya gravitasional, yaitu menuju ke pusat bumi (Halliday, 1988). Jika sebuah benda bermassa (m) dibiarkan jatuh bebas, percepatannya adalah percepatan gravitasi (g) dan gaya yang bekerja padanya adalah gaya berat (W). Mengikuti Hukum Newton kedua, nilai gaya berat dapat dituliskan

W = mg (1)

Selain ada gaya berat yang mengarah ke pusat bumi, terdapat sebuah gaya tekan benda terhadap bidang yang disebut gaya kontak. Akibat aksi

(24)

7 yang diberikan gaya kontak, maka ada gaya lain yang merupakan reaksi dari gaya kontak. Gaya lain tersebut adalah gaya normal.

Gaya normal adalah gaya reaksi terhadap gaya aksi berupa gaya tekan benda terhadap bidang. Besar gaya normal sama dengan besar gaya tekan benda terhadap bidang. Arah gaya normal adalah tegak lurus bidang.

Gaya gesek adalah gaya yang timbul akibat dua buah permukaan benda yang saling bersentuhan. Arah gaya gesek adalah berlawanan dengan arah kecenderungan gerak benda.

Ada 2 macam gaya gesek, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis. Gaya gesek statis (fs) adalah gaya gesek pada benda yang diam hingga hampir bergerak. Gaya gesek kinetis (fk) adalah gaya gesek pada benda yang sedang bergerak.

Perbandingan antara besar gaya gesek statis maksimum dengan besar gaya normal disebut koefisien gesek statis (µs) antara kedua permukaan tersebut seperti pada persamaan (2).

fs ≤ µs N (2)

Perbandingan antara besar gaya gesek kinetis dengan gaya normal disebut koefisien gesek kinetis (µk) seperti pada persamaan (3).

fk = µk N (3)

Baik μs dan μk adalah konstanta tak berdimensi yang merupakan perbandingan (besar) dua buah gaya, yaitu perbandingan besarnya gaya gesek statis atau kinetis dengan besar gaya normal. Harga μs dan μk

bergantung pada sifat kedua permukaan yang bersentuhan. Gaya gesek

(25)

8 statis selalu lebih besar dibanding gaya gesek kinetis. Nilai koefisien gesek diantara 0 hingga 1. Nol untuk licin sempurna dan 1 untuk kasar sempurna.

Pada saat benda berada di atas bidang datar, saat diberi gaya namun benda belum bergerak hingga akan bergerak, terdapat gaya gesek statis yang arahnya berlawanan dengan gaya yang diberikan, seperti pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Benda diam di atas bidang yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek statisnya ke kiri.

Sedangkan saat berada di atas bidang datar, saat diberi gaya hingga bergerak, terdapat gaya gesek kinetis yang arahnya berlawanan dengan gaya yang diberikan, seperti pada gambar 2.3.

Gambar 2.3. Benda bergerak di atas bidang yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek kinetisnya ke kiri. Benda bergerak ke kanan dengan percepatan a.

(26)

9 Pada saat benda berada di atas bidang miring, saat diberi gaya namun benda belum bergerak hingga akan bergerak, terdapat gaya gesek statis yang arahnya berlawanan dengan arah gaya yang diberikan, seperti pada gambar 2.4. Namun karena nilai gaya gesek statis dan gaya gesek kinetis tergantung pada nilai gaya normal (N) dan nilai gaya normal dipengaruhi kemiringan bidang, maka nilai fs dan fk memperhatikan sudut kemiringan bidang juga.

Gambar 2.4. Benda diam di atas bidang miring yang diberi gaya ke kanan, arah gaya gesek statisnya ke kiri

dengan, Wx : komponen gaya berat yang searah sumbu X Wy : komponen gaya berat searah sumbu Y, dimana

Wy = W cos , dan Wy = N

Berdasarkan gambar 2.4 dan dari persamaan (2) maka nilai gaya gesek statis (fs),

(4)

Pada saat benda berada di atas bidang miring, saat diberi gaya ke kanan hingga benda bergerak, terdapat gaya gesek kinetis yang arahnya berlawanan dengan arah gaya yang diberikan, dengan percepatan sebesar a yang arahnya ke kanan seperti pada gambar 2.5.

(27)

10 Gambar 2.5. Benda bergerak di atas bidang miring yang diberi gaya ke kanan arah gaya gesek kinetisnya ke kiri dengan percepatan a yang arahnya ke kanan

Nilai gaya gesek kinetis seperti pada gambar 2.5 dapat dituliskan

(5)

(28)

11 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Prastowo (2011: 22) metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata- kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian ini dikatakan penelitian kualitatif karena penelitian ini bertujuan hanya untuk menggambarkan skema kognitif awal partisipan dan perubahannya secara asimilasi dan akomodasi.

B. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah lima orang siswa SMA kelas X.

Partisipan terdiri dari empat orang perempuan dan satu orang laki-laki. Proses perekrutan partisipan dilakukan dengan penawaran sukarela dari peneliti.

Pemilihan kelima partisipan dilakukan dengan convenience sampling, yaitu suatu kelompok individual yang secara convenient siap untuk diteliti (Suparno, 2014: 45). Peneliti sudah mengenal kelima partisipan sejak mengikuti kegiatan PPL di sekolah mereka. Pentingnya dipilih partisipan yang sudah dikenal karena penelitian ini membutuhkan keterbukaan dari partisipan.

(29)

12 C. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan suatu penelitian yang mendetail dari subyek, keadaan, atau kejadian khusus. Studi kasus mudah untuk dilakukan dan juga tidak perlu menggeneralisasikan apapun (Suparno,2014).

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-April 2016 di Yogyakarta.

E. Metode Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan dua metode pengumpulan data, pertama dengan metode tes konseptual untuk mengetahui pemahaman awal partisipan. Kedua, metode wawancara yang bersifat bebas dan klinis. Wawancara dilakukan untuk memfasilitasi perubahan pemahaman melalui ilustrasi, pertanyaan, dan contoh dalam kehidupan. Kegiatan wawancara antara peneliti dan partisipan direkam menggunakan recorder supaya data yang diperlukan tidak hilang.

Sebelum wawancara dengan kelima partisipan dilakukan latihan sebanyak tiga kali dengan orang yang berbeda, untuk melatih kemampuan peneliti dalam memberikan pertanyaan.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya ada dua, yaitu tes konseptual dan wawancara.

(30)

13 1. Tes konseptual

Soal disusun berdasarkan indikator-indikator pada materi gaya gesek.

Untuk menjamin validitas, membuat kisi-kisi soal terlebih dahulu sebelum membuat soal. Kisi-kisi tersebut dikonsultasikan dengan dosen pembimbing supaya soal yang dibuat sudah benar-benar baik. Soal dibuat dalam bentuk pilihan ganda untuk membantu partisipan untuk sedikit mengingat kembali materi gaya gesek, selain itu untuk mengecoh partisipan dalam memilih jawaban. Soal konseptual disajikan dalam Lampiran 1.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan berdasarkan hasil tes konseptual. Peneliti menyusun daftar pertanyaan dan menyiapkan ilustrasi maupun contoh untuk membantu partisipan mengubah pemahamannya. Wawancara ini bertujuan untuk mengungkap lebih jelas pemahaman awal yang dimiliki partisipan, dan memfasilitasi perubahan pemahaman yang masih salah melalui pertanyaan, ilustrasi dan contoh.

G. Metode Analisis Data

Berdasarkan hasil tes konseptual, dikumpulkan jawaban dari kelima partisipan. Kemudian dilihat pada soal mana saja yang terbanyak tidak mampu dijawab partisipan. Dari sini dapat diperoleh gambaran persoalan pemahaman dari kelima partisipan. Untuk bagian soal yang tidak mampu

(31)

14 dijawab partisipan, ketika wawancara lebih ditekankan untuk mengubah pemahaman partisipan.

Data hasil wawancara yang direkam menggunakan recorder selanjutnya dianalisis untuk mengungkapkan perubahan skema kognitif partisipan tentang gaya gesek dengan prosedur sebagai berikut:

1. Transkrip hasil wawancara

Hasil rekaman wawancara ditulis menjadi bentuk dialog tertulis untuk mempermudah identifikasi pemahaman siswa. Transkrip wawancara terlampir (Lampiran 3,4,5,6 dan 7).

2. Mencermati transkrip wawancara yang dilengkapi dengan catatan siswa

3. Mengidentifikasi dimana terjadinya perubahan pemahaman secara asimilasi dan akomodasi

4. Mengambil/mengutip dialog yang memuat terjadinya perubahan pemahaman secara asimilasi dan akomodasi

(32)

15 BAB IV

DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Data

Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara terlampir (Lampiran 3, 4, 5, 6, dan 7).

B. Analisis Data dan Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti berhasil mengungkapkan skema awal, serta adanya perubahan pemahaman kelima partisipan melalui proses asimilasi maupun akomodasi.

1. Skema/pemahaman awal tentang gaya gesek a. Partisipan A

Skema awal partisipan A digambarkan dalam Gambar 4.6.

Gambar 4.6. Skema awal partisipan A tentang gaya gesek

(33)

16 Partisipan A awalnya memahami bahwa gaya adalah sesuatu yang bekerja pada benda. Definisi gaya disini masih kurang lengkap perlu ditambahkan akibat gaya sesuai dengan teori di halaman 6. Partisipan juga hanya menyebutkan gaya gesek untuk contoh gaya karena sudah lupa. Padahal sangat banyak contoh gaya dalam kehidupan sehari-hari.

Pemahaman partisipan tentang syarat terjadinya gaya gesek sudah benar, yaitu ketika dua benda saling bersentuhan seperti pada teori di halaman 7. Nilai gaya gesek dipengaruhi oleh massa dan kasar/halus permukaan juga sudah benar, hanya perlu dilengkapi bahwa kasar/halus permukaan disebut koefisien gesek. Ketika benda berada di bidang miring, partisipan memahami bahwa kemiringan bidang tidak mempengaruhi nilai gaya gesek, padahal kemiringan bidang mempengaruhi gaya normal sehingga nilai gaya gesek juga berubah seperti pada halaman 9. Partisipan juga meyakini bahwa benda yang didorong dan bergerak yang ada gaya geseknya. Ketika benda belum bergerak tidak ada gaya geseknya, padahal ada gaya gesek statis yang bekerja.

b. Partisipan B

Skema awal partisipan B disajikan dalam Gambar 4.7.

(34)

17 Gambar 4.7. Skema awal partisipan B tentang gaya gesek

Partisipan B memahami gaya adalah tarikan atau dorongan. Sama seperti partisipan A, seharusnya definisi gaya dilengkapi dengan akibat dari gaya. Contoh gaya yang diketahui partisipan B hanya gaya dorong dari sekian banyaknya contoh gaya yang ada. Ketika diberi pertanyaan tentang contoh gaya di soal konseptual yang sudah dikerjakan, partisipan baru mengingat kembali contoh gaya yang lain, yaitu gaya gesek, gaya apung, dan gaya tolak menolak.

Menurut partisipan B, gaya gesek terjadi saat dua benda saling bersentuhan. Pernyataan ini sudah tepat sesuai dengan teori di halaman 6. Nilai gaya gesek dipengaruhi oleh massa dan permukaan. Pemahaman ini perlu penjelasan dari partisipan tentang permukaan, dan seharusnya mengarah ke koefisien gesek.

(35)

18 c. Partisipan C

Skema awal partisipan C digambarkan pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Skema awal partisipan C tentang gaya gesek

Partisipan C sudah mengetahui bahwa gaya dapat mengakibatkan benda bergerak. Pernyataan ini sudah benar mengenai definisi gaya, hanya partisipan menggunakan kata-katanya sendiri. Partisipan juga dapat menyebutkan contoh gaya yang ia ketahui, yaitu gaya dorong, gaya tarik, gaya gesek, gaya apung, gaya tolak menolak, dan gaya melingkar. Namun terdapat kesalahan pada gaya melingkar, karena gaya yang ada gaya sentripetal dan gerak melingkar, untuk gaya melingkar tidak ada.

Partisipan mengetahui bahwa gaya gesek terjadi saat dua benda bergesekan. Pada bagian ini perlu dijelaskan lagi oleh partisipan tentang

(36)

19 bergesekan. Menurut partisipan, nilai gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan, massa, permukaan, dan gaya dorong. Besaran yang disebutkan masih ada yang salah, yaitu luas permukaan dan gaya dorong tidak mempengaruhi nilai gaya gesek. Selain itu perlu penjelasan di bagian permukaan yang mempengaruhi nilai gaya gesek. Partisipan juga mengalami kesalahan pada arah gaya gesek yang searah dengan arah gerak benda. Seharusnya arah gaya gesek berlawanan dengan arah gerak benda yang disebutkan pada teori di halaman 7. Sama seperti kedua partisipan sebelumnya, partisipan C juga meyakini bahwa benda yang belum bergerak saat didorong tidak ada gaya geseknya, padahal terdapat gaya gesek statis.

d. Partisipan D

Skema awal partisipan D digambarkan pada gambar 4.9.

(37)

20 Gambar 4.9. Skema awal partisipan D tentang gaya gesek

Berdasarkan skema awal di atas terlihat bahwa partisipan D sudah memahami definisi gaya dan juga dapat menyebutkan beberapa contoh gaya, dapat dilihat dalam percakapan di halaman 86. Partisipan juga sudah memahami syarat terjadinya gaya gesek. Namun untuk besaran yang mempengaruhi nilai gaya gesek masih terdapat kesalahan pada luas permukaan. Selain itu kasar/halus permukaan harusnya diganti menjadi koefisien gesek. Sama seperti partisipan lainnya, partisipan D juga meyakini bahwa benda yang belum bergerak saat didorong tidak ada gaya geseknya, padahal ada gaya gesek statis yang bekerja.

(38)

21 e. Partisipan E

Skema awal partisipan E digambarkan pada gambar 4.10.

Gambar 4.10. Skema awal partisipan E tentang gaya gesek

Partisipan E mengalami kesalahan pemahaman tentang definisi gaya. Gerak benda merupakan akibat dari gaya. Namun partisipan dapat menyebutkan contoh beberapa gaya dengan benar. Partisipan sudah memahami syarat terjadinya gaya gesek. Nilai gaya gesek dipengaruhi oleh massa dan kasar/halus permukaan juga sudah benar. Hanya saja di bagian kasar/halus permukaan perlu diarahkan ke koefisien gesek. Sama dengan partisipan lainnya, partisipan E juga meyakini bahwa benda yang belum bergerak ketika didorong tidak ada gaya geseknya, padahal terdapat gaya gesek statis.

(39)

22 Secara keseluruhan, terlihat bahwa kelima partisipan sudah mengetahui syarat terjadinya gaya gesek. Namun masih kurang menguasai pada bagian besaran apa saja yang mempengaruhi nilai gaya gesek, arah gaya gesek, hingga jenis gaya gesek. Kelima partisipan semuanya beranggapan bahwa benda yang diberi gaya dan belum bergerak tidak ada gaya gesek. Disini terjadi kesalahan, karena ketika benda diberi gaya dan belum bergerak terdapat gaya gesek statis. Selain itu kelima partisipan juga belum memahami tentang gaya lainnya yang berhubungan dengan gaya gesek, seperti gaya berat dan gaya normal.

Begitu juga tentang menghitung gaya gesek kelima partisipan belum memiliki skema awal. Terbukti ketika diberi pertanyaan tentang bagaimana cara menghitung gaya gesek, kelima partisipan lupa dan ada yang tidak tahu. Dapat dilihat dalam percakapan di halaman 68, 76, 83, 88, dan 94.

Disini berarti pembelajaran fisika di sekolah tentang gaya gesek belum benar-benar berhasil. Konsep tentang gaya gesek belum sepenuhnya dipahami oleh partisipan. Padahal dalam pembelajaran fisika konsep gaya gesek sangat penting dan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

(40)

23 2. Proses perubahan pemahaman secara asimilasi

a. Partisipan A

Proses perubahan pemahaman secara asimilasi pada partisipan A disajikan dalam tabel 4.1.

Tabel 4.1. Proses perubahan pemahaman Partisipan A secara asimilasi P : Peneliti, R : Partisipan

Pemahaman Siswa Keterangan

Gaya adalah sesuatu yang bekerja pada suatu benda.

P : Menurut kamu gaya itu apa?

R : sesuatu yang bekerja pada suatu benda

P : Ada akibat dari gaya ga?

R : ada P : Apa?

R : Bendanya jadi bergerak P : Jadi gaya itu apa?

R : Sesuatu yang bekerja pada suatu benda yang mengakibatkan benda bergerak

Pernyataan ini masih kurang untuk definisi gaya. Maka peneliti memberikan pertanyaan tentang akibat dari gaya untuk membantu partisipan mengembangkan pemahamannya (asimilasi)

Pemahaman awal partisipan A mengenai pengertian gaya masih perlu dilengkapi. Maka peneliti memberikan pertanyaan tentang akibat dari gaya, sehingga partisipan A dapat mengembangkan pemahamannya tentang pengertian gaya. Pada bagian ini terjadi proses asimilasi, karena perubahan pemahaman partisipan A hanya berkembang dan tidak terdapat perubahan struktur konsepnya.

(41)

24 b. Partisipan B

Proses perubahan pemahaman secara asimilasi pada partisipan B disajikan dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Proses perubahan pemahaman Partisipan B secara asimilasi P : Peneliti, R : Partisipan

Pemahaman Siswa Keterangan

Terdapat dua jenis gaya gesek, yaitu gaya gesek statis dan gaya gesek saat benda yang bergerak ketika diberi gaya

P :Gaya gesek itu bisa terjadi berapa kali?

R : dua kali, waktu benda diberi gaya masih diam, dan waktu diberi gaya kemudian bergerak

P : Apa istilah buat dua gaya gesek itu?

R : Gaya gesek statis sama satu lagi lupa

P : Statis untuk yang diam atau bergerak bendanya?

R : yang diam

P : Kalau kita bergerak gitu ada energi apa ya namanya?

R : energi kinetik

P : kalau benda diberi gaya kemudian bergerak, ada gaya gesek apa?

R : gaya gesek kinetik

Pernyataan ini menunjukkan partisipan sudah mengetahui jenis gaya gesek, namun untuk istilah gaya gesek kinetis belum dipahami partisipan.

Maka peneliti memberikan pertanyaan tentang energi kinetik untuk mengarahkan partisipan untuk mengembangkan pemahamannya (asimilasi)

Partisipan B awalnya sudah mengetahui bahwa gaya gesek dapat terjadi dua kali, yaitu saat benda diam ketika didorong dan saat benda bergerak saat didorong. Namun partisipan hanya mengetahui istilah gaya gesek statis, untuk gaya gesek kinetik belum diketahui. Maka peneliti

(42)

25 memberikan pertanyaan mengenai energi kinetik untuk mengarahkan partisipan ke gaya gesek kinetik. Ternyata partisipan berhasil memahami bahwa ketika benda bergerak saat didorong terdapat gaya gesek kinetik.

Berarti disini terjadi perubahan pemahaman secara asimilasi.

c. Partisipan C

Proses perubahan pemahaman secara asimilasi pada partisipan C disajikan dalam tabel 4.3.

Tabel 4.3. Proses perubahan pemahaman Partisipan C secara asimilasi P : Peneliti, R : Partisipan

Pemahaman Siswa Keterangan

P : Terus maksudnya permukaan mempengaruhi gaya gesek gimana?

R : ya kasar/halus permukaannya gitu

P : istilahnya apa itu?

R : lupa

P : Pernah denger koefisien gesek?

R : pernah tapi lupa

P : kalau di pemuaian itu kan, kecepatan memuai benda tergantung sama koefisien muai bendanya. Jadi misalnya besi sama aluminium kan beda bahan terus koefisien muainya beda.

Kira- kira kalau di koefisien gesek gimana?

R : Oh iya, koefisien gesek itu tingkat kasar/halusnya permukaan

P : Kalau dorong lemari di karpet sama di lantai, mana yang lebih besar gaya geseknya?

R : yang di karpet lebih besar karena lebih kasar

Pernyataan ini menunjukkan bahwa partisipan sudah memahami, tapi belum bisa menyebutkan koefisien gesek

Untuk mengarahkan partisipan memahami koefisien gesek, diberi contoh tentang koefisien pemuaian

Pada bagian ini ditunjukkan partisipan sudah mengembangkan pemahamannya tentang koefisien gesek (asimilasi)

(43)

26 Partisipan cukup memahami bahwa permukaan yang kasar/halus mempengaruhi nilai gaya gesek. Namun partisipan belum mengetahui tentang koefisien gesek. Maka peneliti memberi bantuan analogi pada koefisien pemuaian. Ternyata partisipan terbantu dengan analogi tersebut untuk mengetahui definisi koefisien gesek yang dibuktikan dengan pernyataan, “oh iya, koefisien gesek itu tingkat kasar/halus permukaan.”

Perubahan pemahaman dari belum mengetahui definisi koefisien gesek menjadi mengetahui definisi koefisien gesek ini terjadi proses asimilasi.

d. Partisipan D

Tidak terjadi perubahan pemahaman secara asimilasi e. Partisipan E

Tidak terjadi perubahan pemahaman secara asimilasi

Proses asimilasi terjadi ketika partisipan diberi pertanyaan tentang kelanjutan dari penjelasan yang telah ia berikan, misalnya tentang akibat dari gaya. Selain itu proses asimilasi juga terjadi saat partisipan diberi analogi tentang istilah yang hamper serupa misalnya energi kinetik, koefisien pemuaian. Pada proses asimilasi partisipan tidak mengubah skema awalnya, namun hanya mengembangkan dan melengkapinya saja.

Proses asimilasi dialami oleh partisipan A tentang definisi gaya, partisipan B tentang jenis gaya gesek, dan partisipan C tentang koefisien gesek.

(44)

27 3. Proses perubahan pemahaman secara akomodasi

a. Partisipan A

Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan A disajikan dalam tabel 4.4.

Tabel 4.4 Proses perubahan pemahaman Partisipan A secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan

No Pemahaman Siswa Keterangan

1 Ketika benda didorong dan belum bergerak tidak ada gaya gesek yang bekerja.

P : Kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak, ada gaya geseknya ga?

R : Ga ada

P : Tadi gaya gesek terjadinya kapan?

R : Waktu kedua benda

bersentuhan terus dikasih gaya P :Kalau kita kasih gaya ke bendanya, tapi bendanya belum gerak ada gaya geseknya ga?

R : berarti ada

P :Jadi kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak, ada gaya geseknya ga?

R : Ada

Pernyataan ini salah, benda yang didorong meskipun belum bergerak terdapat gaya gesek statis.

Peneliti memberikan pertanyaan kapan terjadinya gaya gesek untuk mengubah pemahaman tersebut

(akomodasi).

2 Ketika benda didorong di bidang miring, kemiringan bidang tidak mempengaruhi gaya gesek.

P : Kira-kira ada pengaruh kemiringan bidangnya ga ke gaya geseknya?

R : Ga ada

P : Tadi gimana cara menghitung gaya gesek?

R : Koefisien permukaan dikali gaya normal

P : Kalau di bidang datar dan di bidang miring gaya normalnya sama ga?

R : Beda

Pernyataan ini salah, kemiringan bidang

mempengaruhi gaya normal pada benda yang didorong.

Gaya normal mempengaruhi nilai gaya gesek.

Peneliti memberikan

pertanyaan untuk membantu partisipan mengubah pemahamannya.

(45)

28 P : Apa bedanya?

R : Oh ada h nya, ketinggian

P : Berarti gaya normal dipengaruhi ketinggian ya?

R : Iya

P : Kalau mejanya didorong di bidang datar yang tingginya 5m, sama meja yang di tangga yang tingginya 5m berarti gaya normalnya sama ya?

R : Beda

P : Kenapa beda?

R : Soalnya yang di tangga miring, jadi lebih susah dorongnya

P : Jadi yang mempengaruhi gaya gesek ketinggian atau kemiringan?

R : Kemiringan

Partisipan mengubah

pemahamannya (akomodasi) tetapi menjadi salah,

ketinggian tidak

mempengaruhi gaya normal.

Maka peneliti mengajukan pertanyaan lagi

Melalui pertanyaan ini partisipan menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya, sehingga mengubah pemahamannya (akomodasi).

Partisipan A awalnya memahami bahwa benda yang didorong dan belum bergerak tidak terdapat gaya geseknya. Kemudian, setelah peneliti mengingatkan partisipan tentang kapan terjadinya gaya gesek terjadilah proses akomodasi. Melalui pertanyaan yang diberikan, partisipan A baru menyadari bahwa terdapat gaya gesek meskipun benda belum bergerak.

Disini terdapat perubahan struktur konsep, yaitu dari tidak ada gaya gesek menjadi ada, maka terjadi perubahan pemahaman secara akomodasi disini.

Partisipan A memahami bahwa gaya gesek benda yang berada di bidang datar dan bidang miring sama. Padahal ketika benda berada di bidang miring, nilai gaya normal benda berubah karena ada kemiringan

(46)

29 bidang. Karena nilai gaya normal berubah, berarti nilai gaya gesek juga berubah. Ketika diingatkan kembali tentang cara menghitung gaya gesek, partisipan baru menyadari bahwa gaya normal benda di bidang miring dan bidang datar berbeda. Namun penyebab perbedaan nilai gaya normal tersebut adalah ketinggian. Disini terjadi proses akomodasi namun masih terdapat kekeliruan, karena gaya normal tidak dipengaruhi ketinggian, tetapi kemiringan bidang. Kemudian ketika diberi ilustrasi tentang benda yang berada di ketinggian sama, namun berada di bidang datar dan bidang miring, partisipan baru menyadari bahwa gaya normal bukan dipengaruhi ketinggian, melainkan kemiringan bidang. Sehingga terjadi proses perubahan pemahaman secara akomodasi disini.

b. Partisipan B

Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan B disajikan dalam tabel 4.5.

Tabel 4.5. Proses perubahan pemahaman Partisipan B secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan

No Pemahaman Siswa Keterangan

1 Ketika benda didorong dan masih diam, belum ada gaya geseknya.

P : Kalau misalnya kamu dorong hp ini tapi belum gerak ada gaya geseknya ga?

R : Ga ada, kan cuma saling bersentuhan aja, harusnya dikasih gaya

Pernyataan ini salah, benda yang didorong meskipun belum bergerak terdapat gaya gesek statis. Partisipan juga belum memahami bahwa ketika mendorong hp sudah memberikan sebuah gaya dorong.

Peneliti memberikan

pertanyaan tentang gaya yang

(47)

30 P : Harus dikasih gaya ya? Tadi hp

nya kamu apain?

R : Kudorong. Oh iya ada gayanya P : Jadi gimana?

R : Berarti ada gaya geseknya

diberikan ke benda yang diam tersebut untuk membantu partisipan mengubah

pemahamannya (akomodasi).

Partisipan B awalnya memahami bahwa benda yang didorong meskipun belum bergerak tidak ada gaya geseknya. Partisipan beranggapan bahwa benda tersebut hanya bersentuhan dan belum diberi gaya, padahal ada gaya dorong yang diberikan tangan. Untuk membantu partisipan mengubah pemahamannya yang salah tersebut, peneliti memberikan pertanyaan konfirmasi tentang gaya yang diberi oleh tangan. Kemudian partisipan B mengakomodasi pemahamannya tersebut yang terbukti dari pernyataan, “oh iya ada gaya geseknya.” Disini pemahaman partisipan B berubah dari yang awalnya tidak ada gaya gesek menjadi ada gaya gesek.

c. Partisipan C

Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan C disajikan dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6. Proses perubahan pemahaman Partisipan C secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan

No Pemahaman Siswa Keterangan

1 Gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan, massa, dan gaya

Pernyataan ini kurang tepat, luas permukaan dan gaya

(48)

31 dorong

P : Kalau hp kecil sama hp besar didorong di atas meja, mana yang lebih besar gaya geseknya?

R : yang hp besar, karena luas permukaannya, massanya lebih besar, dan membutuhkan gaya dorong yang lebih besar P : Berarti luas permukaan mempengaruhi gaya gesek ya?

R : Iya

P : Kalau sepatumu yang ukurannya 37, sama sepatunya Lala yang ukurannya 40, kalau jalan di jalan licin berarti kamu lebih mudah kepleset dong dibanding Lala?

R : Ya nggak lah, kan badannya Lala lebih besar

P : Tapi kan luas permukaan sepatu Lala lebih besar, katanya luas permukaan mempengaruhi gaya gesek, jadi gimana?

R : Iya ya, berarti luas permukaan tidak mempengaruhi gaya gesek

P : Terus jadinya gaya gesek dipengaruhi sama apa?

R : Massa, permukaan, sama gaya dorong

P :Oh kalau gaya dorong makin besar berarti gaya geseknya makin besar ya?

R : Iya

P : Berarti kalau kamu sama Lala sama-sama dorong lemari yang sama gaya gesek di tempat Lala lebih besar?

R : Eh gaya geseknya sama

ding,tapi kalau pas bergerak punya Lala lebih gampang gerak

P : Jadi gaya dorongnya mempengaruhi gaya gesek ga?

R : Tidak

dorong tidak mempengaruhi gaya gesek

Berdasarkan ilustrasi ini peneliti memberikan ilustrasi untuk membantu partisipan memodifikasi pemahamannya

Dari pertanyaan ini partisipan menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya hingga akhirnya mengubah

pemahamannya (akomodasi)

Pernyataan ini masih kurang tepat karena gaya dorong tidak mempengaruhi gaya gesek, dan perlu penjelasan di bagian permukaan

Dari pertanyaan ini partisipan menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya hingga akhirnya mengubah

pemahamannya (akomodasi)

2 Arah gaya gesek searah dengan Pernyataan ini tidak tepat, arah

(49)

32 gerak benda

P : Arah gaya gesek searah atau berlawanan dengan arah gerak bendanya?

R : searah

P : Kalau pas lagi ngerem mobil gitu arah gaya geseknya kemana?

R : arah gaya geseknya ke belakang

P : arah gerak bannya?

R : ke depan, eh enggak ding, arah gaya gesek tu berlawanan sama arah gerak bendanya

P : Bukan searah sama arah gerak bendanya?

R : Bukan.

gaya gesek selalu berlawanan dengan arah kecenderungan gerak benda, maka peneliti memberikan pertanyaan

Berdasarkan pertanyaan ini partisipan menemukan ketidaksesuaian pada pemahamannya, sehingga ia mengubah pemahamannya (akomodasi).

3 Gaya gesek hanya terjadi jika benda didorong, kemudian bergerak P : Kalau kamu dorong lemari, tapi lemarinya belum gerak, ada gaya geseknya?

R : tidak ada

P : Kalau lemarinya gerak, ada gaya geseknya?

R : ada

P : Menurutmu ada gaya yang arahnya berlawanan sama arah doronganmu ga?

R : ada, makanya dorongnya susah P : gaya apa itu?

R : apa ya?

P : Tadi gaya gesek arahnya kemana?

R : berlawanan sama arah gerak benda. Oiya, ada gaya geseknya P : Jadi benda didorong meskipun belum gerak ada gaya geseknya ga?

R : ada

Pernyataan ini tidak tepat, benda yang didorong

meskipun tidak bergerak juga terdapat gaya geseknya, peneliti mengajukan

pertanyaan tentang arah gaya gesek

Dari pertanyaan ini partisipan mulai menemukan

ketidaksesuaian dalam pemahamannya, sehingga mengubah pemahamannya (akomodasi)

(50)

33 Pemahaman awal partisipan C tentang besaran yang mempengaruhi nilai gaya gesek masih terdapat kesalahan. Luas permukaan dan gaya dorong tidak mempengaruhi nilai gaya gesek. Selain itu perlu perubahan dari permukaan menjadi koefisien gesek. Pada bagian ini peneliti memberikan ilustrasi satu per satu untuk setiap kesalahan, supaya partisipan juga tidak bingung ketika memodifikasi pemahaman awalnya. Ketika diberi ilustrasi tentang sepatu partisipan C dengan sepatu Lala, partisipan menemukan ketidaksesuaian dalam pemahamannya, dilihat dari pernyataannya, “iya ya, berarti luas permukaan tidak mempengaruhi nilai gaya gesek.” Pada bagian ini terdapat perubahan struktur konsep, dari luas permukaan mempengaruhi nilai gaya gesek ke luas permukaan tidak mempengaruhi nilai gaya gesek, maka disini terjadi proses akomodasi.

Selanjutnya ilustrasi tentang dua orang dengan kekuatan berbeda yang mendorong lemari yang sama diberikan untuk membantu partisipan mengubah pemahamannya tentang gaya dorong yang mempengaruhi nilai gaya gesek. Peneliti berhasil membuat partisipan mengubah skemanya, dari gaya dorong mempengaruhi nilai gesek menjadi gaya dorong tidak mempengaruhi nilai gaya gesek, berarti disini terjadi proses akomodasi juga. Partisipan awalnya mengetahui bahwa arah gaya gesek searah dengan arah gerak benda. Untuk memperbaiki kekeliruan pemahaman ini, peneliti member ilustrasi saat melakukan pengereman mobil. Partisipan

(51)

34 diminta untuk membayangkan kemana arah ban mobil bergerak, dan arah gaya gesek yang bekerja saat pengereman mobil tersebut. Kemudian proses akomodasi terjadi disini saat partisipan menyatakan bahwa arah gaya gesek berlawanan dengan arah gerak benda.

Menurut partisipan, gaya gesek hanya ada saat benda bergerak ketika diberi gaya. Pada benda yang tidak bergerak saat diberi gaya tidak terdapat gaya geseknya. Dibantu dengan pertanyaan dari peneliti tentang gaya yang melawan gaya dorong yang diberikan dan pertanyaan tentang arah gaya gesek, partisipan mengubah skemanya. Yang sebelumnya tidak ada gaya gesek pada benda yang tidak bergerak menjadi ada gaya gesek yang bekerja pada benda diam meskipun diberi gaya. Hanya saja partisipan belum bisa menyatakan nama untuk kedua jenis gaya gesek tersebut.

d. Partisipan D

Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan D disajikan dalam tabel 4.7.

Tabel 4.7. Proses perubahan pemahaman Partisipan D secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan

No Pemahaman Siswa Keterangan

1 Nilai gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan

P : Kalau misalnya botol minum yang massanya 1kg dan galon yang isinya tinggal sedikit, terus

massanya tinggal 1kg juga, kalau

Pernyataan ini salah, nilai gaya gesek tidak dipengaruhi luas permukaan.

(52)

35 sama-sama didorong di lantai

mana yang lebih besar gaya geseknya?

R : lebih besar yang galon

P : Sekarang kalau misalnya ada kardus kulkas sama kardus tv yang masing-masing kamu isi batu bata 5kg. Kalau kamu dorong di lantai gaya geseknya beda ga?

R : gaya geseknya sama

P : Berarti gaya gesek dipengaruhi sama apa?

R : massa

P : bukan luas permukaannya?

R : bukan

Kemudian peneliti memberi ilustrasi lain untuk membantu partisipan mengubah

pemahamannya (akomodasi)

2 Ketika benda didorong dan masih diam, belum ada gaya geseknya.

P : misalnya minuman ini didorong tapi masih diam, ada gaya

geseknya ga?

R : ga ada

P : kalau kamu naik motor terus kamu ngerem, motornya kan bisa berhenti, ada gaya geseknya ga?

R : ada

P :terus kalau motornya sampai berhenti gitu ada gaya geseknya?

R :ada

P : terus kalau minuman ini didorong tapi belum gerak ada gaya geseknya ga?

R : oh iya, ada gaya geseknya

Pernyataan ini salah, benda yang didorong meskipun belum bergerak terdapat gaya gesek statis.

Peneliti memberi pertanyaan tentang pengereman pada motor utuk mengarahkan partisipan untuk mengubah pemahamannya (akomodasi)

Partisipan D awalnya memahami gaya gesek dipengaruhi oleh luas permukaan. Hal ini terlihat ketika partisipan diberi ilustrasi tentang galon dan botol minum yang luas permukaannya berbeda namun massanya sama, partisipan mengatakan bahwa nilai gaya gesek

(53)

36 keduanya berbeda. Padahal seharusnya gaya geseknya sama karena nilai massa dan berada di permukaan yang sama. Maka peneliti memberikan ilustrasi lagi mengenai kardus tv dan kardus kulkas yang diisi batu bata dengan massa yang sama. Disini partisipan mengakomodasi pemahamannya tersebut terlihat dari jawaban partisipan yang mengatakan bahwa gaya gesek di kedua kardus sama.

Sama seperti partisipan lainnya, partisipan D awalnya memahami bahwa benda diam ketika diberi gaya tidak ada gaya geseknya. Untuk membantu partisipan memperbaiki pemahamannya tersebut, peneliti memberikan ilustrasi tentang pengereman saat mengendarai sepeda motor. Partisipan memahami bahwa saat sepeda motor yang awalnya bergerak kemudian berhenti saat direm terdapat gaya geseknya.

Kemudian partisipan menyadari bahwa peristiwa mendorong benda yang belum bergerak tersebut merupakan kebalikan dari peristiwa pengereman sepeda motor. Sehingga partisipan mengakomodasi pemahamannya menjadi ketika benda diam saat didorong terdapat gaya geseknya.

e. Partisipan E

Proses perubahan pemahaman secara akomodasi pada partisipan E disajikan dalam tabel 4.8.

(54)

37 Tabel 4.8. Proses perubahan pemahaman Partisipan E secara akomodasi P : Peneliti, R : Partisipan

No Pemahaman Siswa Keterangan

1 Gaya adalah gerak benda.

P : Apa itu gaya?

R : Gaya itu gerak benda

P : Benda itu gerak karena apa ya?

R : didorong misalnya P : Jadi gaya itu gimana?

R : Oh gaya itu tarikan atau dorongan

P : Akibat dari gaya apa?

R : bendanya bergerak P : Jadi gaya itu apa?

R : dorongan atau tarikan yang menyebabkan benda bergerak.

Pernyataan ini salah, gerak benda adalah akibat dari gaya. Maka peneliti

memberi pertanyaan tentang benda yang bergerak untuk mengarahkan partisipan mengubah pemahamannya (akomodasi).

2 Ketika benda didorong dan belum bergerak tidak ada gaya gesek yang bekerja.

P : Kalau misalnya kamu dorong lemari, terus lemarinya belum jalan, ada gaya geseknya ga?

R : ga ada

P : Tadi gaya gesek terjadinya kapan?

R : Pas dua benda bersentuhan terus ada gaya dari luar

P : Kalau kamu dorong lemari gitu yang bersentuhan apanya?

R : Lemari sama lantai, terus tanganku sama lemari

P : Terus tanganmu tadi ngasih apa?

R : Ngasih gaya

P : Berarti ada gaya geseknya ga?

R : iya ya, ada gaya geseknya

Pernyataan ini salah, benda yang didorong meskipun belum bergerak terdapat gaya gesek statis.

Maka peneliti memberi pertanyaan tentang kapan terjadinya gaya gesek untuk mengarahkan partisipan untuk mengubah pemahamannya (akomodasi).

(55)

38 Pemahaman awal partisipan E tentang pengertian gaya masih salah, partisipan menganggap gaya adalah gerak benda, padahal gerak benda merupakan akibat dari gaya. Kemudian peneliti memberikan pertanyaan tentang penyebab benda yang bergerak tersebut untuk mengarahkan partisipan untuk memperbaiki pemahamannya. Partisipan pun akhirnya memahami bahwa benda bergerak karena diberi dorongan, dan dorongan merupakan gaya. Partisipan pun mengakomodasi pemahamannya tentang pengertian gaya menjadi suatu dorongan atau tarikan yang mengakibatkan benda bergerak.

Partisipan E juga awalnya memahami benda yang diam saat didorong tidak terdapat gaya geseknya. Peneliti pun mengingatkan partisipan kembali tentang kapan terjadinya gaya gesek. Melalui pertanyaan tentang permukaan yang saling bersentuhan dan tangan yang memberikan gaya, akhirnya partisipan dapat mengakomodasi pemahamannya.

Proses akomodasi terjadi saat partisipan diberi pertanyaan tajam yang mudah dibayangkan oleh partisipan. Selain itu partisipan dengan mudah mengalami konflik kognitif dalam pemahamannya saat diberi ilustrasi konkret yang menyimpang dengan pemahamannya. Proses akomodasi dialami oleh: partisipan A tentang nilai gaya gesek yang dipengaruhi kemiringan bidang, partisipan C dan D tentang nilai gaya

(56)

39 gesek yang tidak dipengaruhi luas permukaan, dan partisipan A,B,C,D,E tentang gaya gesek yang terjadi saat benda belum bergerak ketika didorong.

Hal positif yang dapat diambil dari penelitian ini adalah untuk guru sangat penting untuk memahami skema awal siswa. Apabila guru menemui kekeliruan dalam pemahaman siswa, guru dapat mengajukan pertanyaan yang tajam dan memberikan ilustrasi, sekalipun ilustrasi yang menyimpang dari pemahaman siswa. Pertanyaan dan ilustrasi ini sangat baik untuk menuntun siswa memperbaiki pemahamannya.

(57)

40 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemahaman awal kelima partisipan tentang gaya gesek sudah benar untuk syarat terjadinya gaya gesek. Lima partisipan memiliki kesalahan pemahaman tentang: besaran yang mempengaruhi nilai gaya gesek, arah gaya gesek, jenis gaya gesek, gaya lain yang berhubungan dengan gaya gesek, dan menghitung nilai gaya gesek.

2. Proses asimilasi dialami oleh partisipan A tentang definisi gaya, partisipan B tentang jenis gaya gesek, dan partisipan C tentang koefisien gesek.

3. Proses akomodasi dialami oleh: partisipan A tentang nilai gaya gesek yang dipengaruhi kemiringan bidang, partisipan C dan D tentang nilai gaya gesek yang tidak dipengaruhi luas permukaan, dan partisipan A,B,C,D,E tentang gaya gesek yang terjadi saat benda belum bergerak ketika didorong.

B. SARAN

Berdasarkan penelitian ini, peneliti memberi saran:

1. Untuk pembelajaran fisika di sekolah, sebaiknya guru benar-benar memahami pemahaman awal yang dimiliki siswa, ketika guru menemukan kekeliruan pemahaman siswa, guru dapat memberikan pertanyaan tajam

(58)

41 maupun ilustrasi konkret untuk memungkinkan terjadinya perubahan pemahaman, sehingga siswa memiliki pemahaman yang benar

2. Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya peneliti harus lebih sering berlatih dalam wawancara, supaya terlatih dalam memberikan pertanyaan tajam dan ilustrasi konkret.

3. Untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan materi fisika lainnya seperti optik, listrik, dan materi fisika lainnya dengan menggunakan metode yang sama dalam penelitian ini.

4. Untuk penelitian berikutnya dapat menggunakan jumlah partisipan yang lebih banyak.

(59)

42

DAFTAR PUSTAKA

Akpinar, M., Tan, M. “Developing, Implementing, and Testing a Conceptual Change Text About Relativity.” Western Journal of Educational Science (WAJES), ISSN: 1308-8971: 139-144

Gedgrave, I. 2009. Modern Teaching of Physics. United Kingdom: Global Media Giancoli, D. 1997. Fisika edisi keempat. Jakarta: Erlangga

Halliday, D., Resnick, R. 1988. Fisika edisi ketiga jilid 1. Jakarta: Erlangga Hergenhahn, B., Olson, M . 2009. Theories of Learning edisi ketujuh. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Joubish, M., Khurram, M. “Cognitive Development in Piaget’s Work and its Implications for Teacher.”World Applied Science Journal 12(8) : 1260-1265 Larochelle, M., Bednarz, N. 2006. Constructivism and Education: beyond

epistemological correctness. New York: Cambridge University Press

Piaget, Jean. 1956. The Origins of Intelligence in Children. New York: International Universities Press

Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Richardson, V.. “Constructivist Pedagogy.” Teacher College Record 105(2003):

1623-1640

Suparno, Paul. 2001. Teori Perkembangan Kognitif Piaget. Yogyakarta: Kanisius Suparno, Paul. 2014. Metode Penelitian Pendidikan IPA. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma

Woolfolk, A. 2009. Educational Psychology edisi kesepuluh. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

(60)

LAMPIRAN 1

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

Referensi

Dokumen terkait

Kinerja pemberian kredit yang baik akan mendorong pertumbuhan pendapatan bank ke arah yang positif yang berpengaruh terhadap peningkatan profitabilitas (ROA) industri

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian terhadap implementasi metode Simple Multi Attribute Technique Exploiting Rank ( SMARTER ) dalam sistem pendukung keputusan untuk

Perlakuan 3 yaitu akan silase yang terdiri atas 500 g jerami padi yang dicampur dengan 50 g tepung jagung dibasahi dengan urea 2% kemudian ditambahkan 100 mL inokulum

Produk dari penelitian pengembangan adalah bahan ajar berupa Lembar Kegiatan Siswa (LKS) matematika bergambar kartun dengan pendekatan kontekstual untuk kelas

The Effect Of Project Based Learning And Students ’ Perceived Learning Discipline Toward The Writing Competency Of The Eleventh Grade Students Of Sman 5 Mataram... In

Contohnya, pada saat siswa belajar mengenai pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dan diberikan suatu permasalahan dalam bentuk soal cerita, strategi

Film yang dirilis 15 Agustus 2012 di 8 negara, yakni USA, Hong Kong, Singapore, Taiwan, Jepang, German, Perancis, dan Korea Selatan, serta hak siar yang sudah

(Seratus delapan puluh lima juta rupiah), Pokja 1 Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2012 berdasarkan Surat Keputusan Bupati Rokan Hulu Nomor