• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASTI HARDIANTI AZIS K11114043

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ASTI HARDIANTI AZIS K11114043"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI OTOT SKELETAL (MUSCULOSKELETAL DISORDERS) PADA PEKERJA

BONGKAR MUAT DI PELABUHAN SOEKARNO HATTA MAKASSAR TAHUN 2018

ASTI HARDIANTI AZIS K11114043

Skripsi Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv RINGKASAN

Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat Keselamatan dan Kesehatan Kerja Makassar, Mei 2018

ASTI HARDIANTI AZIS

“FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN NYERI OTOT SKELETAL (MUSCULOSKELETAL DISORDERS) PADA PEKERJA BONGKAR MUAT DI PELABUHAN SOEKARNO HATTA MAKASSAR TAHUN 2018”

(xiii, 82 Halaman, 11 Tabel, 2 gambar, 7 Lampiran)

Pekerja bongkar muat merupakan salah satu pekerjaan yang dilakukan secara manual handling. Kondisi tersebut memungkinkan munculnya penyakit akibat kerja yaitu musculoskeletal disorders. Lebih dari 60% tenaga kerja bongkar muat mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Musculoskeletal disorders biasanya mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Faktor risiko yang dapat menyebabkan atau musculoskeletal disorders adalah faktor pekerja dan pekerjaannya (umur, masa kerja, berat beban, sikap kerja) dan juga lingkungan kerja.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Jenis penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Populasi penelitian yaitu tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar yang berjumlah 350 orang dengan sampel yang diambil berdasarkan metode accidental sampling sebanyak 78 orang. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, Nordic Body Map dan Rapid Entire Body Assessment (REBA) dan observasi. Analisis data adalah univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi keluhan musculoskeletal disorders dirasakan oleh 51 pekerja (65,4%). Adapun hasil uji statistik menunjukkan bahwa variabel umur (p=0,001<0,05), variabel masa kerja (p=0,001<0,05), variabel berat beban (p=0,023<0,05) dan variabel sikap kerja (p=0,000<0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa umur, masa kerja, berat beban dan sikap kerja mempunyai hubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders.

Penelitian ini menyarankan kepada pihak Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat untuk melakukan safety briefing sebelum bekerja dan menggunakan waktu istirahatnya dengan baik.

Kata kunci : Musculoskeletal Disorders, Tenaga Kerja Bongkar Muat Daftar pustaka : 56 (1982-2017)

(5)

v SUMMARY

Hasanuddin University Public Health Faculty Occupational Health and Safety

Makassar, May 2018

ASTI HARDIANTI AZIS

“FACTOR ASSOCIATED WITH MUSCULOSKELETAL DISORDERS COMPLAINT OF DOCKWORKERS AT SOEKARNO HATTA PORT OF MAKASSAR”

(xiii, 82 Pages, 11 Tables, 2 Pictures, 7 Appendix)

Loading and unloading workers is one of work done by manually handling. This condition allows the onset of occupational disease that is musculoskeletal disorders. More than 60% of dockworkers experiences musculoskeletal disorders. Musculoskeletal disorders usually began to be feel from very mild to very painful complaints. Risk factor can cause musculoskeletal disorders is work and workers factor (age, working period, weight of items and body position) and work environment.

This research aims to identify factors associated with the incidence of musculoskeletal disorders of dockworkers in Soekarno Hatta Port of Makassar. This research is an observational analytic with cross sectional study. Populations of this research were dockworkers with amount 350 persons. Accidental sampling technique was used to choose samples which resulted in a sample of 78 workers.

Data collected by questionnaire, Nordic Body Map, Rapid Entire Body Assessment (REBA) and observation. Data analysis using analysis univariat and bivariate by chi-square test

The results of the research indicate the prevalence of musculoskeletal disorders felt by 51 workers (65,4%). Statistical test result show that age variable (p=0,001<0,05), working period variable (p=0,001<0,05), weight of items variable (p=0,023<0,05) and body position variable (p=0,000<0,05). So, it can be cocluded that age, working period, weight of items and body position has correlation with musculoskeletal disorders.

This research recommends company to do safety briefing before work and also to workers to use their rest time well.

Keywords : Musculoskeletal Disorders, Dockworkers References : 56 (1982-2017)

(6)

vi

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, syukur yang tak akan pernah terhingga penulis haturkan kepada ALLAH SWT atas segala rahmat, berkah dan karunia-Nya sehingga skripsi dengan judul “Faktor yang Berhubungan dengan Keluhan Nyeri Otot Skeletal (Musculoskeletal Disorders) pada Pekerja Bongkar Muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar Tahun 2018” dapat terselesaikan dengan baik. Teriring salam serta sholawat kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa kita ke alam penuh dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Proses penyusunan skripsi ini tentunya tidak luput dari peran orang-orang tercinta maka pada kesempatan ini perkenankanlah saya menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada orang tua saya tercinta, Ayahanda Abdul Azis dan Ibunda Andi Yanti yang jasa-jasanya tidak akan pernah bisa terbalaskan oleh apapun, kepada kakak serta adik tersayang Ardiansyah Azis dan Atalariksyah Azis yang tak henti-hentinya mendoakan penulis hingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Dengan segala kerendahan hati, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ibu Dr. dr. Syamsiar S. Russeng, MS selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr.

dr. Masyita Muis, MS selaku pembimbing II yang sangat banyak meluangkan

(7)

vii

waktu tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan dan motivasi dalam peyusunan skripsi.

2. Bapak Prof. Dr. drg. Zulkifli, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin, atas ijin penelitian yang telah diberikan.

3. Bapak dr. M. Furqaan Naiem, M.Sc, Ph.D selaku ketua jurusan Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran selama penyusunan skripso.

4. Dosen Penguji, Ibu Andi Wahyuni, SKM., M.Kes., Bapak Muh. Yusri Abadi, SKM., M.Kes dan Ibu Dr. Suriah, SKM., M.Kes., yang telah memberikan bimbingan, saran, arahan, serta motivasi sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Kesehatan Mayarakat atas bekal ilmu pengetahuan yang telah diberikan selama di bangku kuliah.

6. Bapak/ibu staff jurusan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang penuh dedikasi menjalankan fungsinya dengan baik pada saat pengurusan administratif.

7. Bapak Abdurrahman selaku sekertaris Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat dan seluruh staff Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat yang telah memberikan izin dan sangat membantu selama proses penelitian ini berlangsung.

8. Seluruh tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar yang telah bersedia menjadi responden atas kerja samanya selama proses penelitian ini berlangsung

(8)

viii

9. Teman-teman “Perkumpulan”, “Keep Istiqamah” serta Tri dan Feby yang selalu menemani dan memberi semangat kepada penulis.

10. Ulfah, Suri, Fachreza, Andis, Dhila, Suryaman yang senantiasa menemani dan memberi semangat selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

11. Seluruh Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Periode 2017/2018 khususnya Departemen Kewirausahaan yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Rekan-rekan seperjuangan teman PBL Posko Balang Baru, Teman KKN Desa Toddotoa, OHSS, teman sejurusan K3 dan Angkatan 2014 (Vampir) senantiasa memberikan semangat dan dorongan dalam penyelesaian skripsi ini.

Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata, segala puji bagi Allah dan semoga Allah SWT melimpahkan Rahmat-Nya kepada kita.

Wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, Mei 2018

Penulis

(9)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

RINGKASAN ... iv

SUMMARY ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Muculoskeletal Disorders ... 11

B. Tinjauan Umum Umur ... 26

C. Tinjauan Umum Masa Kerja ... 27

D. Tinjauan Umum Berat Beban ... 28

E. Tinjauan Umum Sikap Kerja ... 29

F. Tinjauan Umum Tenaga Kerja Bongkar muat (TKBM) ... 34

G. Kerangka Teori ... 35

BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti ... 37

B. Kerangka Konsep ... 39

C. Hipotesis ... 39

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif ... 40

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 43

(10)

x

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 43

D. Pengumpulan Data ... 45

E. Instrumen Penelitian ... 46

F. Pengolahan dan Penyajian Data ... 48

G. Analisis Data ... 49

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi ... 50

B. Hasil Penelitian ... 52

C. Pembahasan ... 65

D. Keterbatasan Penelitian ... 79

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 82 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan Total Skor Individu ... 16

Tabel 1.2 Tabel Level Risiko dan Tindakan ... 34

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur ... 53

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 54

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Umur, Masa Kerja, Berat beban, Sikap Kerja dan Keluhan MSDS ... 55

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Keluhan MSDs ... 57

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kesakitan MSDs ... 58

Tabel 5.6 Hubungan Umur dengan Keluhan MSDs ... 60

Tabel 5.7 Hubungan Masa Kerja dengan Keluhan MSDs ... 61

Tabel 5.8 Hubungan Berat Beban dengan Keluhan MSDs ... 62

Tabel 5.9 Hubungan Sikap Kerja dengan Keluhan MSDs ... 64

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Kerangka Teori ... 36 Gambar 1.2 Kerangka Konsep ... 39

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Master Tabel

Lampiran 3. Hasil Analisis Penelitian Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dekan FKM Unhas

Lampiran 6. Surat Izin Penelitian dari Kepala UPT P2T BKPMD Provinsi Sulsel Lampiran 7. Riwayat Hidup

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pada zaman modern saat ini, penggunaan teknologi dalam berbagai bidang semakin meningkat. Hal ini didukung oleh semakin banyak industri yang menggunakan teknologi dalam setiap proses yang dilakukannya.

Negara Indonesia sebagai salah satu negara yang padat karya pun tak lepas dari penggunaan teknologi. Namun, penggunaan teknologi pada sektor industri di Indonesia itu saja tidak cukup. Tidak dapat dipungkiri bahwa masih terdapat beberapa proses yang memerlukan tenaga manusia dalam penanganannya atau (manual handling).

Penanganan material secara manual dengan mengandalkan tenaga manusia sangat memungkinkan munculnya permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja, mengingat kapasitas manusia dalam melakukan suatu pekerjaan sangat terbatas. Maka dari itu, perlunya untuk meningkatkan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk menekan angka kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja dan juga untuk meningkatkan produktivitas kerja. Sebagaimana yang termasuk dalam Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 86 ayat 1 menyebutkan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja.

Aspek kesehatan kerja yang mungkin muncul akibat dari penanganan material secara manual dan perlu untuk diperhatikan salah satunya adalah

(15)

penyakit akibat kerja (PAK). PAK merupakan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja (Peraturan Menteri Tenaga Kerja dam Transmigrasi No. 1 Tahun 1981). PAK disebabkan oleh sejumlah faktor, namun ada sebagian yang berasal dari tempat kerja dan penyakit gaya hidup yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor risiko gaya hidup. Selain itu pekerja juga berisiko terkena cidera akibat kecelakaan kerja (Anies, 2005).

Salah satu tempat kerja yang memiliki potensi besar untuk pekerjanya mengalami penyakit akibat kerja ialah pelabuhan.

Menurut Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan/atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penumpang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar moda transportasi. Salah satu kegiatan di pelabuhan yang mempunyai risiko besar terkena PAK ialah kegiatan bongkar muat barang yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat dengan cara manual handling. PAK yang mungkin dapat dirasakan oleh para tenaga kerja bongkar muat ialah keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders).

Menurut NIOSH (1997) musculoskeletal disorders adalah sekumpulan kondisi patologis yang mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem muskuloskeletal yang meliputi beberapa bagian seperti syaraf,

(16)

tendon, otot dan struktur penunjang contohnya discus intervertebral.

Musculoskeletal disorders juga biasa disbeut dengan cidera pada sistem muskuloskeletal. Musculoskeletal disorders ini bersifat kronis karena disebabkan terjadinya kerusakan pada tendon, otot, ligamen, sendi, saraf, kartilago atau spinal disc biasanya menyebabkan munculnya rasa tidak nyaman, nyeri, gatal serta pelemahan fungsi. Keluhan ini dipicu oleh berbagai faktor, salah satunya adalah faktor pekerjaan seperti contohnya peregangan otot yang berlebih, postur tubuh pada saat bekerja yang tidak alamiah, gerakan repetitif dan lingkungan disekitar tempat kerja seperti getaran, tekanan dan mikroklimat (Tarwaka, 2013).

Studi tentang musculoskeletal disorders pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan dari hasil studi yang didapatkan menunjukkan bahwa keluhan otot skeletal yang paling banyak dialami oleh para pekerja ialah pada bagian pinggang dan bahu. Aktivitas kerja yang berulang dan terus menerus dilakukan dengan postur kerja yang salah dapat mengakibatkan musculoskeletal disorders. Gangguan pada sistem muskuloskeletal ini hampir tidak pernah terjadi secara langsung namun merupakan suatu akumulasi dari gejala-gejala kecil maupun besar yang berlangsung secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama. Hal ini bisa terjadi dalam hitungan hari, bulan bahkan tahun tergantung dari berat ringannya trauma sehingga akan terbentuk cidera yang cukup besar yang kemudian diekspresikan sebagai rasa sakit atau kesemutan, nyeri tekan, pembengkakan dan gerakan yang terhambat atau terjadinya kelemahan

(17)

jaringan anggota tubuh yang terkena trauma. Trauma jaringan dapat timbul akibat kronitas atau berulang-ulang proses penyebabnya (Nursatya, 2008).

Prevalensi penyakit musculoskeletal disorders di Indonesia berdasarkan pernah didiagnosis oleh tenaga kesehatan yaitu 11,9% dan berdasarkan diagnosis atau gejala yaitu 24,7%. Sedangkan, di provinsi Lampung angka prevalensi penyakit muculoskeletal disorders bedasarkan diagnosis dan gejala yaitu 18,9%. Prevalensi penyakit muculoskeletal disorders tertinggi berdasarkan pekerjaan adalah pada petani, nelayan dan buruh yaitu sebanyak 31,2% (Riskesdas, 2013)

Musculoskeletal disorders pada buruh angkut umumnya disebabkan oleh beberapa faktor seperti umur, sikap kerja, masa kerja, lama kerja, berat beban dan juga faktor lingkungan. Lebih dari 60% pekerja merasakan keluhan musculoskeletal disorders di leher, punggung dan kaki. Pekerja yang lebih dari 15 tahun bekerja mempunyai keluhan pada tangan dan pergelangan tangan baik kiri maupun kanan sebesar 33,3%, pada siku kiri dan kanan sebesar 33,3% pada kiri dan kanan sebesar 66,7% (Octarisya, 2009). The National Institute for Occupational Safety and Health di tahun 1990 memperkirakan 15%-20% pekerja di Amerika berisiko menderita MSDs. The National Safety Council (NSC) melaporkan, kurang lebih 960.000 kasus musculoskeletal disorders di kalangan pekerja Amerika tahun 1992 (NIOSH, 1997).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Randang (2017) mengatakan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan keluhan

(18)

musculoskeletal disorders pada nelayan yang ada di Desa Talikuran, karena rata-rata usia nelayan di Desa Talikuran diatas 30 tahun sehingga sangat rentan untuk mengalami keluhan otot seiring berkurangnya kekuatan otot akibat bertambahnya usia. Berdasarkan teori Oborne (1995) bahwa keluhan otot skeletal biasanya dialami pada usia 35 tahun serta tingkat keluhan akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rotulung (2015) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dan keluhan musculoskeletal disorders. Jadi, semakin lama seseorang bekerja atau semakin lama seseorang terpapar dengan faktor risiko musculoskeletal disorders maka semakin besar pula risiko untuk mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurhikmah (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja furnitur di Kecamatan Benda, Tangerang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sultan Bedu (2013) didapatkan bahwa ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders pada cleaning service di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun 2013 dengan hasil sebanyak 85 responden dengan sikap kerja tidak ergonomis terdapat 52 responden mengalami gangguan musculoskeletal disorders berat (61,2%) dan gangguan musculoskeletal disorders ringan terdapat 33 responden (38,8%) sedangkan dari 25 responden dengan sikap kerja ergonomis terdapat 2 responden

(19)

mengalami gangguan musculoskeletal disorders berat (8,0%) dan 23 responden mengalami gangguan musculoskeletal disorders (92,0%).

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud antara lain fisik, mental ataupun sosial. Seorang pekerja, seperti para pekerja bongkar muat barang pelabuhan, mempunyai beban fisik lebih banyak daripada beban mental maupun sosial dikarenakan pekerjaannya lebih fokus pada kegiatan bongkar muat suatu barang yang diimpor dari luar ke pelabuhan setempat (Suma’mur, 2009). Hasil penelitian pada kategori yang mengalami MSDs dengan berat beban (>40 kg) yaitu 41 orang (89,1%) sedangkan untuk kategori tidak berat (≤ 40kg) yaitu 20 orang (57,1%) responden yang mengalami keluhan musculoskeletal disorders. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan musculoskeletal disorders dengan berat beban pada pekerja manual handling di Pelabuhan Makassar (Masliah, 2014).

Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar merupakan salah satu pelabuhan yang didalamnya mempekerjakan tenaga kerja bongkar muat (TKBM).

TKBM merupakan tenaga kerja yang berpotensi mengalami penyakit yang terkait dengan pekerjaan yaitu keluhan musculoskeletal disorders karena melakukan pekerjannya secara manual handling. Pada observasi awal yang dilakukan ke Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar ditemukan ada tenaga kerja bongkar muat yang mengeluhkan nyeri pada bagian punggungnya.

Proses kerja bongkar muat barang dari dan ke kapal yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat semua dilakukan secara manual mulai dari

(20)

mengangkat barang dari kontainer atau truk di darat kemudian di pindahkan ke kantong kemudian kantong tersebut diangkat menggunakan katrol dan dari kantong diangkat kembali oleh tenaga kerja bongkar muat ke atas kapal dan disusun diatas palka. Pada saat mengangkat barang, para pekerja tidak memerhatikan posisi tubuhnya seperti membungkukan badan pada saat akan mengambil barang, biasanya ada yang tidak memakai alas kaki, tidak merapatkan kaki pada barang yang hendak diangkat, memutar pinggang ketika mengangkat beban yang berat, membawa barang melebihi kepala.

Meskipun tidak semua kegiatan bongkar muat dilakukan secara manual handling, namun sebagian besar prosesnya tetap menggunakan tenaga manusia sehingga dapat menimbulkan keluhan-keluhan di punggung belakang dan dapat mengakibatkan cidera. Selain itu, kondisi lingkungan kerja para TKBM tidak kondusif karena mereka melakukan kegiatan bongkar muat di dermaga terbuka dan banyak dari mereka yang tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) saat melakukan kegiatan bongkar muat.

Berdasarkan permasalahan diatas tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada pekerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar”.

(21)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan permasalahan penilitian yaitu sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara umur dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar?

2. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar?

3. Apakah ada hubungan antara berat beban dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar?

4. Apakah ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini dapat uraikan sebagai berikut:

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor yang berhubungan dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

(22)

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui hubungan antara umur dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

b. Mengetahui hubungan antara masa kerja dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

c. Mengetahui hubungan antara berat beban dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

d. Mengetahui hubungan antara sikap kerja dengan keluhan nyeri otot skeletal (musculoskeletal disorders) pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada tenaga kerja bongkar muat Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar sehingga dapat meningkatkan pengetahuan para tenaga kerja bongkar muat tentang pentingnya mencegah keluhan musculoskeletal disorders, agar dapat meningkatkan produktivitas kerja secara optimal.

(23)

2. Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk menambah wawasan dan meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi bahaya ergonomi secara nyata dan mampu memberikan rekomendasi tindakan pengendalian sebagai sarana menerapkan teori yang diperoleh di bangku kuliah serta dapat digunakan sebagai sarana dalam mengembangkan ilmu yang diperoleh pada masa perkuliahan serta pengetahuan dalam bidang Kesehatan Masyarakat.

3. Manfaat Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai media promosi, bahan masukan dan sumber informasi bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap risiko ergonomi dan musculoskeletal disorders.

(24)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Musculoskeletal Disorders (MSDs) 1. Definisi Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah sekumpulan gejala atau gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh darah. MSDs pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur dan rasa terbakar (OSHA, 2000).

Keluhan sistem musculoskeletal pada umumnya terjadi karena kontraksi otot yang berlebihan akibat pemberian beban kerja yang terlalu berat dengan durasi pembebanan yang panjang. Sebaliknya, keluhan otot kemungkinan tidak terjadi apabila kontraksi otot hanya berkisar antara 15-20% dari kekuatan otot maksimum. Namun, apabila kontraksi otot melebihi 20%, maka peredaran darah ke otot berkurang menurut tingkat kontraksi yang dipengaruhi oleh besarnya tenaga yang diperlukan. Suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan sebagai akibatnya terjadi penimbunan asam laktat yang menyebabkan timbulnya rasa nyeri otot (Tarwaka, 2010).

Gangguan MSDs yang dirasakan oleh pekerja tidak hanya merugikan dirinya sendiri namun juga merugikaan pengusaha maupun perusahaan tempat ia bekerja. Pekerja yang mengalami keluhan MSDs

(25)

berarti sama halnya ia mengalami gangguan kesehatan dalam tubuhnya yang apabila tidak segera diobati dan tidak dicegah dapat menjadi lebih parah. Bila kesehatan para pekerja terganggu maka pekerja menjadi tidak poduktif sehingga tidak dapat bekerja serta tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan, bagi perusahaan sendiri akan mengalami kerugian akibat dari hilangnya waktu kerja dan menurunnya produktivitas serta kualitas dari karyawan, sehingga proses kerja adan terhambat dan menjadi tidak maksimal, selain itu juga perusahaan harus mengeluarkan banyak biaya untuk pengobatan dan kerugian lainnya yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan timbulnya keluhan MSDs.

Secara garis besar keluhan otot dapat dibedakan menjadi dua (Tarwaka, 2010), yaitu :

a. Keluhan sementara (reversible), yaitu keluhan otot yang terjadi saat otot menerima beban statis, namun demikian keluhan tersebut akan segera hilang apabila pembebanan dihentikan.

b. Keluhan menetap (persistent), yaitu keluhan otot yang bersifat menetap, walaupun pembebanan kerja telah dihentikan, namun rasa sakit pada otot masih terus berlanjut.

2. Jenis-jenis Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Ada beberapa jenis MSDs (Levy et al, 2005 dalam Handayani, 2011), yaitu:

(26)

a. Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah gangguan tekanan pada saraf yang mempengaruhi saraf tengah, salah satu dari tiga saraf yang menyuplai tangan dengan kemampuan sensorik dan motorik. CTS pada pergelangan tangan merupakan terowongan yang tebentuk oleh carpal, tulang pada tiga sisi dan ligamen yang melintanginya.

b. Hand-Arm Vibration Syndrome (HAVS) adalah gangguan pada pembuluh darah dan saraf pada jari yang disebabkan oleh getaran alat atau bagian/permukaan benda yang bergetar dan menyebar langsung ke tangan. Dikenal juga sebagai getaran yang menyebabkan white finger, traumatic vasopatic disease.

c. Low Back Pain Syndrome (LBP) merupakan bentuk umum dari sebagian besar kondisi patologis yang mempengaruhi tulang, tendon, saraf, ligament, intervetebral disc dari lumbar spine (tulang belakang).

d. Peripheral Nerve Entrapment Syndrome adalah penjepitan syaraf pada tangan atau kaki (saraf sensorik, motorik dan autonomic).

e. Peripheral Neuropathy adalah gejala permulaan yang tersembunyi dan membahayakan dari dysesthesias dan ketidakmampuan dalam menerima sensasi.

f. Tendinitsi dan Tenosynovitis. Tendinitis merupakan peradangan pada tendon, adanya struktur ikatan yang melekat pada masing- masing bagian ujung dari otot ke tulang. Tenosynovitsi

(27)

merupakan peradangan tendon yang juga melibatkan synovium (perlindungan tendon dan pelumasnya).

3. Tahapan Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Gejala yang menunjukkan tingkat keparahan MSDs (Oborne, 1995) dapat dilihat dari tingkatan sebagai berikut:

a. Tahap pertama

Timbulnya rasa nyeri dan kelelahan saat bekerja tetapi setelah beristirahat akan pulih kembali dan tidak mengganggu kapasitas kerja

b. Tahap kedua

Rasa nyeri tetap ada setelah semalaman dan mengganggu waktu istirahat

c. Tahap ketiga

Rasa nyeri tetap ada walaupun telah istirahat yang cukup, nyeri ketika melakukan pekerjaan yang berulang, tidur menjadi terganggu, kesulitan menjalankan pekerjaan yang akhirnya mengakibatkan terjadinya inkapasitas.

4. Gejala Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Menurut Suma’mur (1996), gejala-gejala MSDs yang biasa dirasakan oleh seseorang adalah:

a. Leher dan punggung terasa kaku.

b. Bahu terasa nyeri, kaku ataupun kehilangan fleksibelitas.

c. Tangan dan kaki terasa nyeri seperti tertusuk.

(28)

d. Siku ataupun mata kaki mengalami sakit, bengkak dan kaku.

e. Tangan dan pergelangan tangan merasakan gejala sakit atau nyeri f. disertai bengkak.

g. Mati rasa, terasa dingin, rasa terbakar ataupun tidak kuat.

h. Jari menjadi kehilangan mobilitasnya, kaku dan kehilangan kekuatan

i. Serta kehilangan kepekaan.

j. Kaki dan tumit merasakan kesemutan, dingin, kaku ataupun sensasi rasa panas.

Metode Nordic Body Map (NBM) merupakan metode penilaian yang sangat subjektif artinya keberhasilan aplikasi metode ini sangat tergantung dari kondisi dan situasi yang dialami pekerja pada saat dilakukannya Untuk memperoleh gambaran gejala MSDs dapat menggunakan metode Nordic Body Map. Penelitian dan juga tergantung dari keahlian dan pengalaman observer yang bersangkutan.

Kuesioner Nordic Body Map ini telah secara luas digunakan oleh para ahli ergonomi untuk menilai tingkat keparahan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan mempunyai validitas dan reabilitas yang cukup (Tarwaka, 2010).

Kuesioner Nordic Body Map merupakan salah satu bentuk kuesioner checklist ergonomi. Berntuk lain dari checklist ergonomi adalah checklist International Labour Organizatation (ILO). Namun kuesioner Nordic Body Map adalah kuesioner yang paling sering

(29)

digunakan untuk mengetahui ketidaknyamanan pada para pekerja, dan kuesioner ini paling sering digunakan karena sudah terstandarisasi dan tersusun rapi. Kuesioner ini menggunakan gambar tubuh manusia yang sudah dibagi menjadi 9 bagian utama, yaitu leher, bahu, punggung bagian atas, siku, punggung bagian bawah, pergelangan tangan/tangan, pinggang/pantat, lutut dan tumit/kaki (Kroemer et al, 2001). Klasifikasi subjektivitas tingkat resiko otot skeletal berdasarkan total skor individu yaitu:

Tabel 1.1

Klasifikasi Tingkat Risiko MSDs Berdasarkan Total Skor Individu Total Skor Individu Tingkat Risiko MSDs

28-49 Rendah

50-70 Sedang

71-91 Tinggi

92-112 Sangat Tinggi

Sumber: Tarwaka (2010)

5. Faktor Risiko Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Hubungan sebab dan akibat faktor penyebab timbulnya keluhan MSDs belum diketahui secara pasti dan sulit untuk dijelaskan, karena banyak faktor yang mungkin dapat mempengaruhinya yaitu faktor pekerjaan, faktor invidu dan faktor lingkungan.

a. Faktor Pekerjaan 1) Beban

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang

(30)

direkomendasikan adalah 23-25 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki–laki dewasa sebesar 15–

20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

Pembebanan fisik pada pekerjaan dapat mempengaruhi terjadinya kesakitan pada muskuloskeletal. Pembebeanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang tidak melebihi 30-40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam 8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan jam kerja yang berlaku. Semakin berat beban maka semakin singkat waktu pekerjaan (Suma’mur, 2009).

2) Lama Kerja

Penentuan lama kerja dapat diartikan sebagai teknik pengukuran kerja untuk mencatat jangka waktu dan perbandingan kerja mengenai suatu unsur pekerjaan tertentu yang dilaksanakan dalam keadaan tertentu pula serta untuk menganalisa keterangan itu hingga ditemukan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan pada tingkat prestasi tertentu (Zulfikar, 2010).

Lamanya seseorang bekerja sehari secara baik pada umumnya 6-8 jam dan sisanya untuk istirahat.

Memperpanjang waktu kerja dari itu biasanya disertai penurunan efisiensi, timbulnya kelelahan dan penyakit akibat

(31)

kerja. Secara fisiologis istirahat sangat perlu untuk mempertahankan kapasitas kerja. Insiden tertinggi untuk terjadinya keluhan sakit pada pinggang pekerja ada kaitannya dengan penambahan waktu kerja dan lamanya masa kerja seseorang (Hasyim, 1999 dalam Syafitri, 2010).

3) Masa Kerja

Masa kerja adalah faktor yang berkaitan dengan lamanya seseorang bekerja di suatu tempat. Terkait dengan hal tersebut, MSDs membutuhkan waktu yang lama untuk berkembang dan bermanifestasi. Jadi, semakin lama waktu bekerja atau semakin lama seseorang terpajan faktor risiko MSDs maka semakin besar pula risiko untuk mengalami MSDs (Guo, 2004 dalam Maijunidah, 2010).

b. Faktor Individu

1) Sikap kerja atau postur tubuh

Postur tubuh dapat didefinisikan sebagai orientasi relatif dari bagian tubuh terhadap ruang. Untuk melakukan orientasi tubuh tersebut selama beberapa rentang waktu dibutuhkan kerja otot untuk meyangga atau menggerakkan tubuh. Postur dapat diartikan sebagai konfigurasi dari tubuh manusia yang meliputi kepala, punggung dan tulang belakang (Pheasant, 1991 dalam Handayani, 2011).

(32)

a) Statis

Postur statis merupakan postur saat kerja fisik dalam posisi yang sama dimana pergerakan yang terjadi sangat minimal. Kondisi ini memberikan peningkatan beban pada otot dan tendon yang menyebabkan kelelahan.

Aliran darah yang membawa nutrisi dan oksigen, serta pengangkutan sisa metabolisme pada otot terhalang.

Gerakan yang dipertahankan >10 detik dinyatakan sebagai postur statis (Cohen et al, 1997 dalam Bukhori, 2010)

b) Dinamis

Stress akan meningkat ketika posisi tubuh menjauhi posisi normal tersebut. Pekerjaan yang dilakukan secara dinamis menjadi berbahaya ketika tubuh melakukan pergerakan yang terlalu ekstrim sehingga energi yang dikeluarkan otot menjadi lebih besar atau tubuh menahan beban yang cukup besar sehingga timbul hentakan tenaga yang tiba-tiba dan hal tersebut dapat menimbulkan cedera. Perbedaan antara postur statis dan dinamis juga dapat dilihat darikerja otot, aliran darah, oksigen dan energi yang dikeluarkan pada kedua jenis postur tersebut.

Adapun jenis bentuk postur tubuh terdiri atas postur netral dan postur janggal. Postur netral adalah postur

(33)

ketika seseorang sedang melakukan proses pekerjaannya sesuai dengan struktur anatomi tubuh seseorang dan tidak terjadi penekanan atau pergeseran tubuh pada bagian penting tubuh serta tidak menimbulkan keluhan.

Sedangkan, postur janggal adalah postur yang disebabkan oleh keterbatasan tubuh seseorang untuk membawa beban dalam jangka waktu yang lama dan dapat menyebabkan keluhan yang merugikan tubuh seperti rasa nyeri, kelelahan otot dan lain-lain (Pheasant, 1991 dalam Handayani 2011).

2) Usia

Usia adalah lama hidup responden atau seseorang yang dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir. Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi disaat seseorang berusia 30 tahun (Handayani, 2011). Pada usia 30 tahun terjadi degenerasi yang berupa kerusakan jaringan, penggantian jaringan menjadi jaringan parut, pengurangan cairan. Hal tersebut menyebabkan stabilitas pada tulang dan otot menjadi berkurang. Jadi, semakin tua seseorang maka semakin tinggi risiko orang tersebut mengalami penurunan elastisitas pada tulang yang akan menjadi pemicu timbulnya gejala MSDs (Karuniasih, 2009).

(34)

3) Jenis Kelamin

Walaupun masih ada perbedaan pendapat dari beberapa ahli tentang pengaruh jenis kelamin terhadap risiko keluhan otot skeletal, namun beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat risiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria.

4) Kebiasaan Merokok

Semakin lama dan semakin tinggi frekuensi merokok, semakin tinggi pula tingkat keluhan yang dirasakan.

Pengaruh kebiasaan merokok ini masih diperdebatkan, namun beberapa penelitian menunjukan bahwa perokok lebih memiliki kemungkinan menderita masalah punggung daripada bukan perokok. Efeknya adalahhubungan dosis dan lebih kuat dari 26pada yang diharapkan dari efek batuk.

Risiko meningkat sekitar 20% untuk setiap 10 batang rokok perhari (Tarwaka, et al, 2004).

Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Annuals of Rheumatic Diseases (Croasmun, 2003) terhadap 13.000 perokok dan non perokok dengan rentang umur antara 16 s.d 64 tahun, dilaporkan bahwa perokok memiliki risiko 50 % lebih besar untuk merasakan MSDs. Hal ini dikarenakan efek

(35)

rokok akan menciptakan respon rasa sakit atau sebagai permulaan rasa sakit, mengganggu penyerapan kalsium pada tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena osteoporosis, menghambat penyembuhan luka patah tulang serta menghambat degenerasi tulang.

5) Indeks Massa Tubuh (IMT)

Walaupun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan, dan massa tubuh merupakan faktor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan sistem muskuloskeletal.

Bagi pasien yang gemuk (obesitas dengan massa tubuh > 29 kg) mempunyai risiko 2,5 lebih tinggi dibanding dengan yang kurus (massa tubuh <20 kg), khususnya untuk otot kaki (Tarwaka, 2004).

Indeks masa tubuh dapat digunakan sebagai indikator kondisi status gizi pekerja. Dihitung dengan rumus Berat Badan (BB)2/Tinggi Badan (TB). Kaitan IMT dengan MSDs adalah semakin gemuk seseorang maka bertambah besar risikonya untuk mengalami MSDs.Hal ini dikarenakan seseorang dengan kelebihan berat badan akan berusaha untuk menyangga berat badan dari depan dengan mengontraksikan otot punggung bawah. Bila hal ini berlanjut terusmenerus maka akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf

(36)

tulang belakang yang mengakibatkan hernia nucleus pulposus (Tan HC dan Horn SE, 1998 dalam Zulfikar, 2010).

6) Kekuatan Fisik

Kejadian MSDs dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor individu, salah satunya adalah kekuatan fisik individu tersebut. Menurut Tarwaka et al (2004), kekuatan atau kemampuan kerja fisik adalah suatu kemampuanfungsional seseorang untuk mampu melakukan pekerjaan tertentu yang memerlukan aktivitas otot pada periode waktu tertentu.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, namun penelitian lainnya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara kekuatan fisik dengan keluhan otot skeletal. Chaffin and Park (1973) yang dilaporkan National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) menemukan adanya peningkatan keluhan punggung pada pekerja yang melakukan tugas yang menuntut kekuatan melebihi batas kekuatan otot pekerja. Bagi pekerja yang kekuatan ototnya rendah, risiko terjadinya keluhan tiga kali lipat dari yang mempunyai kekuatan tinggi (Bukhori, 2010).

(37)

c. Faktor Lingkungan

1) Suhu dan Kelembapan

Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang terlampau besar menyebabkan sebagian besar energi yang ada dalam tubuh akan termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot (Tarwaka, et al, 2004).

Sebagai bahan pertimbangan dimana Indonesia merupakan daerah tropis yang mempunyai suhu udara lebih panas dengan kelembapan yang jauh lebih tinggi, maka rekomendasi dari NIOSH tersebut perlu dikoreksi apabila ditempatkan di daerah tropis. Temperatur yang normal untuk orang Indonesia adalah 22,5-260C dengan kelembapan udara sebesar 40-75% (Tarwaka, et al, 2004).

(38)

2) Getaran

Vibrasi/getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot bertambah. Kontraksi statis ini menyebabkan peredaran darah tidak lancar, penimbunan asam laktat meningkat dan akhirnya timbul rasa nyeri otot (Suma’mur, 1982). Paparan vibrasi pada seluruh tubuh merupakan faktor risiko yang dapat berkontribusi untuk menyebabkan cidera, khususnya di tulang belakang dan leher serta punggung bagian bawah. Paparan jangka panjang akan menyebabkan MSDs, diketahui gejala yang semakin progresif dimulai mati rasa atau perubahan warna pada ujung beberap jari tangan. Kemudian akan terjadi penurunan rasa dan ketangkasan tangan (Budiono, 2004).

6. Tindakan Pengendalian Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Pengendalian pada umumnya terbagi menjadi tiga (Cohen, et al, 1997):

a. Mengurangi atau mengeliminasi kondisi yang berpotensi bahaya menggunakan pengendalian teknik.

b. Mengubah dalam praktek kerja dan kebijkan manajemen yang sering disebut pengendalian administratif.

c. Menggunakan alat pelindung diri.

(39)

Agar tidak mengalami risiko MSDs pada saat melakukan pekerjaan, maka ada beberapa hal yang harus dihindari. Hal tersebut adalah :

a. Jangan memutar atau membungkukkan badan ke samping.

b. Jangan menggerakkan, mendorong atau menarik secara sembarangan, karena dapat meningkatkan risiko cidera.

c. Jangan ragu meminta tolong pada orang.

d. Apabila jangkauan tidak cukup, jangan memindahkan barang.

e. Apabila barang yang hendak dipindahkan terlalu berat, jangan melanjutkan.

f. Lakukan senam/peregangan otot sebelum bekerja.

B. Tinjauan Umum Umur

Umur adalah variabel yang selalu diperlihatkan di dalam penyeledikan-penyeledikan epidemiologi. Pada umumnya usia yang telah lanjut kemampuan fisiknya juga menurun. Proses menjadi tua akan disertai kurangnya kemampuan kerja oleh karena perubahan-perubahan pada fungsi- fungsi tubuh, sistem kardiovaskuler dan hormonal (Suma’mur, 2009).

Semakin tua umur seseorang, maka kebutuhan energi semakin menurun. Hal ini pula yang menyebabkan terjadinya perubahan pada fungsi alat-alat tubuh, seperti sistem kardiovaskuler dan sistem hormonal tubuh.

Pada umumnya pada usia lanjut, kemampuan kerja otot semakin menurun terutama pada pekerja berat. Pada umumnya diketahui bahwa beberapa kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi

(40)

menurun sesudah usia 40 tahun. Makin tua usia, makin sukar seseorang untuk beradaptasi dan makin cepat menjadi lelah, demikian pula makin pendek waktu tidurnya makin sukar untuk tidur (Suma’mur, 2009).

Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu pada usia 25-65 tahun. Keluhan biasanya akan mulai dirasakan pada usia 35 tahun dan akan semakin meningkat semakin bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga risiko terjadinya keluhan otot akan semakin meningkat (Tarwaka, 2004).

C. Tinjauan Umum Masa Kerja

Masa kerja adalah lama seseorang bekerja dihitung dari pertama masuk hingga saat penelitian berlangsung. Semakin lama masa kerja seseorang, semakin lama terkena paparan ditempat kerja sehingga semakin tinggi risiko terjadinya penyakit akibat kerja (Septiawan dalam Agung, 2017). Semakin lama masa kerja dapat dikatakan semakin tinggi pula kemampuan kerja yang dimiliki, semakin efisien badan dan jiwa bekerja, sehingga beban kerja relatif sedikit. Masa kerja merupakan lamanya bekerja seseorang dari pertama bekerja hingga dilakukannya penelitian pada sampel penelitian baik dari hari ke hari atau seumur hidup (Tarwaka, et al, 2004).

Menurut Tulus (1992) masa kerja merupakan kurun waktu atau lamanya tenaga kerja bekerja disuatu tempat. Masa kerja dapat memberikan pengaruh positif pada kinerja apabila dengan semakin lamanya masa kerja personal semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya.

(41)

Sebaliknya dapat memberikan pengaruh positif apabila dengan semakin lama masa kerja akan timbul perasaan terbiasa dengan keadaan dan menganggap mudah pekerjaan serta akan menimbulkan kebosanan.

Akumulasi dari suatu pekerjaan yang adalah semakin lama dapat menimbulkan berbagai gangguan atau keluhan secara fisiologis bagi tenaga kerja disuatu tempat kerja.

Masa kerja merupakan akumulasi waktu tenaga kerja yang telah memegang pekerjaannya. Tenaga kerja yang memiliki masa kerja yang lebih lama akan semakin banyak menyimpan informasi dan keterampilan dalam bekerja. Masa kerja yang lebih lama cenderung lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan berdasarkan pengalaman yang dimiliki, emosi yang ebih stabil sehingga lancer dan mantap dalam bekerja.

Namun masa kerja yang semakin lama juga dapat memberikan pengaruh negatif apabila semakin lama bekerja akan menimbulkan kelelahan dan kebosanan (Suma’mur, 2009).

D. Tinjauan Umum Berat Beban

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan adalah 23-25 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

Berdasarkan studi oleh European Campaign on Musculoskeletal Disorders terhadap 235 juta pekerja di beberapa negara Eropa pada tahun

(42)

2008, diperoleh 18% pekerja telah mengalami MSDs diakibatkan pekerjaan memindahkan benda berat dari kontainer setiap harinya.

E. Tinjauan Umum Sikap Kerja

Sikap kerja merupakan posisi kerja saat melakukan aktivitas pekerjaan.

Posisi kerja dengan sikap yang salah dapat meningkatkan energi yang dibutuhkan, sehingga sikap kerja harus sesuai dengan posisi kerja. Posisi kerja yang kurang benar ini dapat menyebabkan perpindahan dari otot ke jaringan rangka tidak efisien sehingga mudah mengalami kelelahan dalam bekerja. Posisi kerja tersebut merupakan aktivitas dari pengulangan atau waktu lama dalam posisi menggapai, berputar, memiringkan badan, berlutut, memegang dalam posisi statis dan menjepit dnegan tangan. Dalam melakukan aktivitas tersebut, dilibatkan beberapa anggota tubuh seperti bahu, punggung dan lutut karena daerah tersebut yang rentan mengalami cedera (Oktaria, 2015).

Menurut Nurmianto (2008), sikap kerja merupakan suatu tindakan yang diambil tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan. Terdapat 4 macam sikap dalam bekerja, yaitu :

1. Sikap Kerja Duduk

Mengerjakan pekerjaan dengan sikap kerja duduk yang terlalu lama dan sikap kerja yang salah dapat mengakibatkan otot rangka (skeletal) termasuk tulang belakang sering merasakan nyeri dan cepat lelah. Menurut Suma’mur (2014) keuntungan bekerja dengan sikap kerja duduk ini adalah kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya

(43)

postur-postur tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.

Menurut Suma’mur (2014) pekerjaan sejauh mungkin harus dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah : a. Kurangnya kelelahan pada kaki

b. Terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah c. Berkurangnya pemakaian energy

d. Kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah

Akan tetapi sikap dalam bekerja sambil duduk juga mempunyai kerugian-kerugian,yaitu:

a. Melembeknya otot-otot perut b. Melengkungnya punggung

c. Tidak baik bagi alat-alat dalam, khususnya peralatan pencernaan, jika posisi dilakukan secara membungkuk

2. Sikap Kerja Berdiri

Sikap kerja berdiri merupakan sikap siaga baik dalam hal fisik dan mental, sehingga aktivitas kerja yang dilakukan lebih cepat, kuat dan teliti namun bekerja dengan sikap kerja berdiri secara terus menerus sdapat menimbulkan penumpukan darah dan beragam cairan tubuh pada kaki (Santoso, 2004).

3. Sikap Kerja Membungkuk

Dipandang dari segi otot, sikap kerja duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk, sedangkan dipandang dari segi tulang

(44)

penentuan sikap yang baik adalah sikap kerja duduk yang agak tegak agar punggung tidak bungkuk sehingga otot perut tidak selalu berada pada keadaan yang lemas. Oleh karena itu, sangat dianjurkan dalam bekerja menerapkan sikap kerja duduk yang tegak dan harus diselingi dengan istirahat dalam bentuk sedikit membungku (Suma’mur, 2014).

4. Sikap Kerja Dinamis

Sikap kerja dinamis merupakan sikap kerja yang berubah-ubah seperti duduk, berdiri, membungkuk, tegap dalam satu waktu pada saat bekerja. Sikap kerja dinamis dianggap lebih baik dari pada sikap statis (tegang) telah banyak dilakukan di sebagian industry, ternyata mempunyai keuntungan biomekanis tersendiri. Tekanan pada otot yang berlebih semakin berkurang sehingga keluhan yang terjadi pada otot rangka (skeletal) dan nyeri pada bagian tulang belakang juga digunakan sebagai intervensi ergonomi.Oleh karena itu penerapan sikap kerja dinamis dapat memberikan keuntungan bagi sebagian besar tenaga kerja (Suma’mur, 2014).

Menurut Tarwaka dalam Wulandari (2016) ada beberapa cara yang telah diperkenalkan dalam melakukan evaluasi ergonomi untuk mengetahui sikap kerja yang berhubungan antara tekanan fisik dengan risiko keluhan otot rangka (skelet). Berikut beberapa metode observasi postur tubuh yang berkaitan dengan risiko gangguan sistem musculoskeletal antara lain:

(45)

1. Rapid Upper Limb Assessment (RULA)

Sebuah metode yang menganalisa segmen tubuh namun metode RULA ini merupakan target postur tubuh untuk mengestimasi terjadinya risiko terjadinya keluhan dan 10 cedera otot skeletal.

Metode RULA ini digunakan sebagai metode untuk mengetahui sikap kerja bisa berhubungan dengan keluhan musculoskeletal, khususnya pada anggota tubuh bagian atas (upper limb disorders). Metode RULA merupakan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh risiko pekerja yang terpengaruh oleh faktor-faktor penyebab cedera seperti; postur tubuh, kontaksi otot statis, gerakan repetitif dan pengerahan tenaga dan pembebanan.

2. Rapid Entire Body Assessment (REBA)

Rapid Entire Body Assessment adalah sebuah metode yang dikembangkan dalam bidang ergonomi dan dapat digunakan secara cepat untuk menilai posisi kerja atau postur leher, punggung, lengan, pergelangan tangan, dan kaki seorang operator. Selain itu metode ini juga dipengaruhi oleh faktor coupling, beban eksternal yang ditopang oleh tubuh serta aktivitas pekerja. Metode tersebut dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur seorang pekerja.

Penilaian menggunakan metode REBA yang telah dilakukan oleh Dr. Sue Hignett dan Dr. Lynn McAtamney melalui tahapan – tahapan sebagai berikut:

(46)

a. Tahap 1: Pengambilan data postur pekerja dengan menggunakan bantuan video atau foto. Untuk mendapatkan gambaran sikap (postur) pekerja dan leher, punggung, lengan, pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci dilakukan dengan merekam atau 11 memotret postur tubuh pekerja. Hal ini dilakukan supaya peneliti mendapatkan data postur tubuh secara detail (valid), sehingga dari hasil rekaman dan hasil foto bisa didapatkan data akurat untuk tahap perhitungan serta analisis selanjutnya.

b.

Tahap 2: Penentuan sudut-sudut dari bagian tubuh pekerja.

Setelah dilakukan tahap pertama, selanjutnya dilakukan perhitungan besar sudut dari masing-masing segmen tubuh yang meliputi punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah, pergelangan tangan, dan kaki. Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua kelompok, yaitu grup A dan B. Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher, dan kaki. Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Dari data sudut segmen tubuh pada masing – masing grup dapat diketahui skornya, kemudian dengan skor tersebut digunakan untuk melihat tabel A untuk grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor untuk masing–

masing tabel.

(47)

Tabel 1.2

Tabel level risiko dan tindakan Action

Level REBA Score Risk Level Action

0 1 Negligible Non necessary

1 2-3 Low Maybe necessary

2 4-7 Medium Necessary

3 8-10 High Necessary soon

4 11-15 Very high Necessary now

Sumber: Jurnal Applied Ergonomics 2000

F. Tinjauan Umum Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM)

Menurut peraturan menteri perhubungan Nomor 35 KM tahun 2007 Tentang Perhitungan Tarif pelayanan jasa bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan “Tenaga Kerja Bongkar Muat adalah semua tenaga kerja yang terdaftar pada pelabuhan setempat yang melakukan pekerjaan bongkar muat di pelabuhan.”

Adapun ruang lingkup pelaksanaan bongkar muat yang dilalukan oleh tenaga kerja bongkar muat (TKBM) meliputi kegiatan:

1. Stevedoring adalah pekerjaan membongkar barang dari/ kapal ke dermaga/tongkang/ truk atau memuat barang dari dermaga/ tongkang/

truk ke dalam kapalsampai dengan tersusun dalam palka dengan menggunakan Derek kapal atau Derek darat.

2. Cargodoring adalah pekerjaan membongkar barang dari tali/ jala-jala di dermaga dan mengangkut dari dermaga ke gudang/ lapangan penumpukan selanjutnya menyusun di gudang/lapangan penumpukan barang atau sebaliknya.

(48)

3. Receiving/delivery adalah pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat penumpukan di gudang/ lapangan penumpukan dan menyerahkan.

Tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar melakukan pekerjaan “bongkar barang” dari atas kapal ke pelabuhan dan pekerjaan “muat barang” dari pelabuhan ke atas kapal dengan cara manual (manual handling). Aktivitas manual handling mencakup aktivitas mengangkat, menarik, mendorong, meluncurkan, menggelindingkan, menumpuk, membawa dan menahan. Dari beberapa aktvitas manual handling yang dilakukan oleh tenaga kerja bongkar muat semua memiliki potensi terhadap pekerjanya untui mengalami keluhan MSDs.

G. Kerangka Teori

Berdasarkan penjelasan diatas yang disertai beberapa teori-teori maka dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berisiko terjadinya keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja terbagi atas faktor risiko indivu, faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Kerangka teori tersebut adalah sebagai berikut:

(49)

Gambar 1.1 Kerangka Teori

Sumber: modifikasi dari Tarwaka (2004) dan Suma’mur (2009).

Faktor Individu:

Jenis Kelamin Umur

Kebiasaan Merokok Indeks Massa Tubuh

Sikap Kerja Kekuatan Fisik Faktor Pekerjaan:

Lama Kerja Masa Kerja

Beban

Faktor Lingkungan:

Getaran Suhu dan Kelembaban

Keluhan Musculoskeletal Disorders

(50)

37 BAB III

KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel yang Diteliti

Musculoskeletal disorders merupakan salah satu gangguan yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik atau tidak sesuai prosedur yang ditentukan. Faktor risiko musculoskeletal disorders yang paling sering terjadi diakibatkan oleh sikap kerja yang salah seperti mengangkat, posisi tubuh membungkuk, dan getaran seluruh tubuh yang dirasakan oleh pekerja.

Penelitian ini akan meneliti faktor yang berhubungan dengan keluhan musculoskeletal disorders pada tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar. Variabel dependen pada penelitian ini adalah keluhan nyeri punggung bawah dan variabel independennya adalah sebagai berikut:

1. Umur

Pada umumnya diketahui bahwa beberapa kapasitas fisik seperti penglihatan, pendengaran, dan kecepatan reaksi menurun sesudah usia 40 tahun. Makin tua usia, makin sukar seseorang untuk beradaptasi dan makin cepat menjadi lelah, demikian pula makin pendek waktu tidurnya makin sukar untuk tidur (Suma’mur, 2009).

2. Masa kerja

Masa kerja adalah akumulasi waktu dimana pekerja mulai bekerja samapi satuan waktu tertentu. Masa kerja menunjukkan seberapa lama seseorang bekerja dan terkena paparan di tempat kerja. Sehingga dapat

(51)

dikatakan, semakin lama masa kerja seseorang maka semakin lama pula ia terkena paparan di tempat kerja sehinggi risiko terjadinya penyakit akibat kerja semakin tinggi (Ahmad, 2014).

3. Berat beban

Beban merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya gangguan otot rangka. Berat beban yang direkomendasikan adalah 23- 25 kg, sedangkan menurut Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 15-20 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.

4. Sikap kerja

Sikap kerja adalah posisi tubuh manusia secara keseluruhan. Pada saat bekerja posisi tubuh (sikap) tiap pekerja berbeda yaitu sikap kerja yang merupakan posisi tubuh pada saat pekerja melakukan aktivitasnya. Menurut Suma’mur (2009), ergonomik adalah penerapan ilmu-ilmu biologis bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian satu sama lain secara optimal dari manusia terhadap pekerjannya, yang manfaatnya diukur dengan efisiensi, produktivitas, dan kesejahteraan tenaga kerja.

5. Musculoskeletal Disorders (MSDs)

Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah sekumpulan gejala atau gangguan yang berkaitan dengan jaringan otot, tendon, ligament, kartilago, sistem saraf, struktur tulang, dan pembuluh darah. MSDs

(52)

pada awalnya menyebabkan sakit, nyeri, mati rasa, kesemutan, bengkak, kekakuan, gemetar, gangguan tidur dan rasa terbakar (OSHA, 2000).

B. Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori yang telah dijelaskan diatas, maka lahirlah kerangka konsep. Peneliti mengambil beberapa variabel dari kerangka teori berdasarkan urgensi, realistis serta kemampuan peneliti. Kerangka konsep ini terdiri dari variabel independer (umur, masa kerja, berat beban dan sikap kerja) dan variabel dependen (keluhan musculoskeletal disorders).

Gambar 1.2 Kerangka Konsep

Ket:

: Variabel Independen

: Variabel Dependen

: Arah Hubungan C. Hipotesis

1. Hipotesis Nol (Ho)

a. Tidak ada hubungan antara umur dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

MASA KERJA BERAT BEBAN

SIKAP KERJA

KELUHAN MUSCULOSKELETAL

DISORDERS UMUR

(53)

b. Tidak ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

c. Tidak ada hubungan antara berat beban dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

d. Tidak ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

2. Hipotesis Alternatif (Ha)

a. Ada hubungan antara umur dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

b. Ada hubungan antara masa kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

c. Ada hubungan antara berat beban dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

d. Ada hubungan antara sikap kerja dengan keluhan musculoskeletal disorders (MSDs).

D. Definisi Operasional dan Kriteria Obyektif 1. Umur

Umur dalam penelitian ini adalah usia pekerja yang dihitung dari tanggal pekerja dilahirkan sampai ulang tahun terakhir, dinyatakan dalam tahun.

Kriteria obyektif: (Suma’mur, 2009)

a. Pekerja Tua : Jika umur responden ≥ 40 tahun

(54)

b. Pekerja Muda : Jika umur responden < 40 tahun 2. Masa kerja

Masa kerja adalah lamanya responden bekerja sebagai tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar hingga pada saat pengambilan data berlangsung.

Kriteria obyektif: (Nasry Noor, 2008)

a. Baru : Bila pekerja bekerja selama < 5 tahun b. Lama : Bila pekerja bekerja selama ≥ 5 tahun 3. Berat beban

Berat beban adalah besarnya massa dari beban yang dibawa oleh tenaga kerja bongkar muat selama perkerjaan berlangsung.

Kriteria objektif : ILO (International Labour Organization) dalam Tarwaka, 2004

a. Berisiko : apabila berat beban ≥ 40 Kg b. Tidak berisiko : apabila berat beban < 40 Kg

4. Sikap kerja

Sikap kerja dalam penelitian ini adalah posisi tubuh saat pekerja melakukan aktivitas mengangkat barang. Alat ukur yang digunakan adalah lembar survei Repaid Entire Body Assessment (REBA).

Kriteria obyektif: (Firdaus, 2011)

a. Ergonomis : jika hasil kalkulasi lembar penilaian REBA berada pada level aksi 0, 1 dan 2.

(55)

b. Tidak Ergonomis : jika hasil kalkulasi lembar penilaian REBA berada pada level aksi 3 dan 4.

5. Keluhan Musculoskeleteal Disorders

Musculoskeletal Disorders (MSDs) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keluhan gerak atau fungsi gerak pada bagian otot- otot skeletal, berupa rasa sakit atau nyeri di otot, pegal-pegal dan kram yang dirasakan oleh responden yang dapat diukur dengan alat ukur yaitu Nordic Body Map (NBM).

Kriteria Objektif : (Tarwaka et al, 2004)

a. Ada keluhan : jika responden memiliki satu keluhan atau lebih yang menetap dalam kurun waktu 7 hari terakhir saat penelitian dilakukan.

b. Tidak ada keluhan : jika responden tidak memiliki keluhan atau ada bagian tubuh yang dikeluhkan tetapi tidak dalam kurun waktu 7 hari terakhir saat penelitian dilakukan.

(56)

43 BAB IV

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

Penelitian dengan pendekatan cross sectional adalah salah satu desain penelitian observasional dimana peneliti hanya melakukan observasi dan melakukan pengukuran variabel pada saat itu juga atau satu saat tertentu saja.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini berlangsung di Pelabuhan Soekarno Hatta jalan Nusantara Kota Makassar pada bulan Februari-April 2017.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan dari subjek penelitian yang memiliki karakteristik tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga kerja bongkar muat di Pelabuhan Soekarno Hatta Kota Makassar yaitu sebanyak 350 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan suatu teknik pengambilan sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah tenaga kerja bongkar muat regu laut di Pelabuhan

(57)

Soekarno Hatta Makassar. Besar sampel ditentukan dengan menggunakan rumus Lameshow:

Keterangan:

n = Besar sampel

N = Besar populasi = 350

z = Nilai standar distribusi normal = 95% (1,96) p = Proporsi target populasi = 0,5

d = Tingkat ketepatan yang digunakan yaitu 0,1 Nilai = 0,05 jadi =

= 1 0,025 = 0,975

Berdasarkan rumus di atas, maka besar sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :

n = 75

Referensi

Dokumen terkait

Paru-paru merupakan target organ utama dari paraquat dan efek toksik yang dihasilkan dapat menyebabkan kematian walaupun toksisitas melalui inhalasi terbilang jarang 7..

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah bagaimana tingkat efektifitas model pembelajaran CORE

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah uji coba model sosialisasi nilai toleransi menggunakan strategi Role Playing kombinasi Debat dapat meningkatkan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan interferensi nyeri dengan kecemasan pada pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi diperoleh bahwa dari 42,3% responden

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa data warehouse adalah sekumpulan informasi yang didapatkan dari berbagai sistem operasi dalam suatu perusahaan dan

Formulir Pengalihan Unit Penyertaan yang telah lengkap dan diterima secara baik (in complete application) sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak

Jawa Tengah Jawa Tengah 5278/CPOB/A/XII/18 Tablet dan Tablet Salut Nonbetalaktam 13-Dec-18 13-Dec-23 Produksi Umum Produk Jadi Kimia 4769/CPOB/A/VII/16 Tablet Biasa Antibiotik

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan strategi pengembangan Sumber Daya Insani (SDI) yang meliputi pelatihan dan pengembangan pegawai dalam peningkatan excellent