• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Salam, Redaksi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Salam, Redaksi."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pembaca yang budiman,

Pujis syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat Rahmat-Nya, Jurnal Ecolab volume 8 No. 2 Tahun 2014 telah hadir kembali dihadapan anda.

Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat berimplikasi terhadap meningkatnya pembangunan ekonomi disemua sektor, seperti: sektor industri, transportasi, pertaninan, pertambangan, dan sektor lainnya guna memenuhi kebutuhan manusia. Peningkatan tersebut ternyata menimbulkan efek samping berupa terkurasnya sumberdaya alam dan menimbulkan pencemaran lingkungan melalui air, tanah dan udara. Oleh karenanya, untuk melindungi kehidupan manusia maupun mahluk hidup yang lain, berbagai usaha pencegahan, penelitian dan pemantauan pencemaran perlu terus dilakukan untuk melihat kondisi masa kini dan kecenderungan di masa depan.

Jurnal Ecolab yang terbit pada edisi ini berisi 5 (lima) tulisan dengan judul-judul sebagai berikut:

1. Studi Kandungan Logam Berat dan Mikroba pada Air Minum Isi Ulang

2. Penaatan Perusahaan Tambang Batubara di Kalimantan Timur Terhadap Peraturan Air Limbah Pertambangan

3. Pemantauan Kualitas Air Laut akibat Tumpahan Pasir Nikel di Perairan Teluk Buli, Halmahera

4. Pemantauan Senyawa Dichlorodiphenyltrichloroethane ( DDT ) dan Turunannya di Daerah Cianjur, Jawa Barat

5. Karakterisasi Pasir Berlapis Oksida Besi Sebagai Adsorben untuk Penyisihan Besi dalam Air Tanah

Tulisan-tulisan pada edisi ini dapat mencerminkan sekilas aspek tersebut diatas yang memperlihatkan aspek terhadap air, nikel, pestisida dan logam berat.

Kami mengharapkan peran aktif semua pemangku kepentingan yang tertarik dibidang lingkungan untuk menyumbangkan tulisan ataupun kajian ilmiah untuk edisi Jurnal Ecolab selanjutnya.

Salam, Redaksi.

(3)

Jurnal Kualitas Lingkungan Hidup Volume 8, Nomor 2, Juli 2014

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i Daftar Isi ... iii Studi Kandungan Logam Berat dan Mikroba pada Air Minum Isi Ulang ... 53

Harsojo dan Darsono

Penaatan Perusahaan Tambang Batubara di Kalimantan Timur Terhadap

Peraturan Air Limbah Pertambangan ... 61

Alfrida E. Suoth dan Ernawita Nazir

Pemantauan Kualitas Air Laut akibat Tumpahan Pasir Nikel di Perairan Teluk Buli,

Halmahera ... 69

Asiah dan Arum Prajanti

Pemantauan Senyawa Dichlorodiphenyltrichloroethane ( DDT ) dan Turunannya

di Daerah Cianjur, Jawa Barat ... 78

Yunesfi Syofyan dan Yuriska Andiri

Karakterisasi Pasir Berlapis Oksida Besi Sebagai Adsorben untuk Penyisihan Besi

dalam Air Tanah ... 85

Vera Barlianti, Muryanto, dan Eka Triwahyuni

(4)

STUDI KANDUNGAN LOGAM BERAT DAN MIKROBA PADA AIR MINUM ISI ULANG

STUDY OF HEAVY METALS AND MICROBES CONTENT IN REFILL DRINKING WATER

Harsojo dan Darsono1

(Diterima tanggal 30-10-2013; Disetujui tanggal 02-01-2014)

ABSTRAK

Air minum merupakan kebutuhan setiap makluk hidup untuk mempertahankan kesehatannya. Kegunaan air untuk tubuh antara lain dalam proses pencernaan, metabolisme, untuk mengatur kesetimbangan suhu supaya tubuh tidak sampai kering. Tujuan penelitian ini mempelajari kandungan logam berat dan mikroba yang terdapat dalam air minum isi ulang yang dijual di beberapa tempat. Logam berat dianalisa dengan metode Nyala Udara Asitelen pada Serapan Atom Absorpsi sedang untuk analisa kandungan mikroba digunakan metode Angka Lempeng Total.Hasil penelitian menunjukkan kandungan logam timah hitam (Pb) didapatkan di depo Jakarta Utara dan Timur masing- masing sebesar 0,002 dan 0,001 ppm, sedang logam kadmium (Cd) tidak ditemukan di semua sampel yang diteliti.

Kandungan logam berat tersebut masih dibawah ambang batas PERMENKES dan SNI. Jumlah bakteri aerob berkisar antara 3,00 x 102 dan 8,45 x 103 cfu/ml dan masih dibawah ambang batas SNI, sedang jumlah bakteri koli berkisar antara 0 dan 6,50 x 103 cfu/ml. Jumlah bakteri koli berada diatas ambang batas PERMENKES dan SNI.

Salmonella tidak ditemukan pada semua sampel yang diteliti.

Kata kunci: Air minum isi ulang, logam berat, mikroba, Salmonella, SSA, SNI, PERMENKES.

ABSTRACT

Drinking water are necessary for every living organism to maintain there health. Water for the body uses, among others, in the process of digestion, metabolism, regulating body temperature and equilibrium so that the body is not set until dry. The purpose of this research was to obtain the heavy metals and microbes content in the refill of drinking water sold in some places in Jakarta.The heavy metals were analyzed using the Air Acetylene Method by using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS), while analysis of microbes is carried out using Total Plate Count (TPC). The resuls showed lead (Pb) metals were found at depo North and East Jakarta totaling 0.002 and 0.001 ppm, respectively. The cadmium metal was not detected in all samples. Those heavy metals were still under the limit accoding to Ministry of Health, Republic of Indonesia and Indonesian Nasional Standart (SNI).The total aerob bacteria were varied from 3.00 x102 up to 8.45 x 103 cfu/ml and this amount were also under the limit according to SNI. The total coliform bacteria were varied from 0 up to 6.50 x 103 cfu/ml. This total coliforms were above the treshold of Ministry of Health, Republic of Indonesia and SNI. No Salmonella was detected in all samples observed.

Keywords: refill of drinking water, heavy metal, microbes, AAS, Salmonella, SNI, Ministry of Health Regulation.

PENDAHULUAN

Air di alam erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari karena air merupakan elemen yang penting bukan hanya untuk manusia tetapi juga untuk mahkluk hidup lainnya. Kualitas air untuk keperluan manusia

terbagi dalam beberapa kelas, seperti keperluan untuk minum, masak, cuci dan lain-lain.

Pemanfaatan air yang digunakan untuk air minum harus mempunyai kualitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan air untuk

1 PAIR-BATAN,Jl. Lebak Bulus Raya 49 Ps Jumat,Jakarta Selatan12070 email:apu.harsojo@yahoo.com

(5)

keperluan lainnya. Air merupakan cairan yang tidak mempunyai rasa, warna maupun bau dan tidak mengandung zat berbahaya serta pada suhu kamar air masih berbentuk cair [1]. Di kota-kota besar pasokan air bersih berkurang sampai 40% yang disebabkan oleh pencemaran dan kurang baiknya fasilitas air yang ada.

Pencemaran air oleh logam-logam berbahaya maupun mikroba dapat memberikan dampak yang kurang menguntungkan untuk kesehatan.

Adanya bermacam-macam kasus pencemaran pernah dilaporkan di negara maju maupun negara berkembang. Logam yang terkandung dalam air seperti di sungai biasanya berasal dari buangan air limbah, erosi, dan dari udara secara langsung [2].

Adanya penjualan akua gallon menunjukkan bahwa kebutuhan akan air minum meningkat dan lebih praktis karena tidak perlu dimasak.

Akan tetapi, mahalnya air minum gallon menyebabkan menjamurnya penjual air minum isi ulang yang dapat ditemukan dimana-mana dengan harga sangat bervariasi dan dapat mencapai 1/3 dari harga air minum kemasan sehingga dapat lebih terjangkau oleh masyarakat luas [3, 4]. Pada awal dibukanya penjualan air minum isi ulang tentunya filter yang digunakan masih berfungsi dengan baik dan tentunya ada suatu saat filter tersebut harus diganti. Pada umumnya pemilik air minum isi ulang belum tentu mengindahkannya sehingga akan menurunkan kualitas air yang dijualnya.

Menurut Deddy [4], belum adanya standarisasi dalam peraturan untuk proses pengolahan air minum maka kualitas air minum isi ulang masing menjadi perdebatan. Oleh karena itu depot air minum isi ulang dapat saja airnya tercemar logam berat yang salah

satu kemungkinan berasal dari pencemaran lingkungan oleh industri seperti kadmium, timah hitam dan lain-lain. Air yang tercemar logam berat akan masuk ke dalam pencernaan dan terakumulasi dalam hati dan ginjal.

Pengaruh logam kadmium pada tubuh dapat mengakibatkan naiknya tekanan darah [5].

Di samping itu logam kadmium mudah larut dalam air. Terakumulasinya logam berat dalam organ tubuh dapat menyebabkan kerusakan reproduksi, anemi dan lain-lain [2].

Menurunnya kualitas air yang ada akan menyebabkan berjangkitnya penyakit seperti diare, tifus cholera dan lain-lain. Air merupakan media yang paling mudah untuk penyebaran penyakit. Hasil temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menunjukkan adanya cemaran mikroba yang telah melebihi ambang batas SNI pada air minum kemasan [6]. Hal ini dapat disebabkan adanya kandungan plastik pada kemasan yang dapat mencemari air. Menurut Deddy [4], dari beberapa laporan menyebutkan sering ditemukan bakteri patogen pada air minum sehingga menyebabkan waterborne disease.

Di Indonseia kasus keracunan atau waterborne disease belum lengkap datanya, oleh karenanya kasus keracunan dapat digambarkan sebagai fenomena gunung es. Setiap tahun terjadi peningkatan kasus keracunan dan penyebabnya jarang diketahui. Bakteri Escherichia coli yang biasa dikenal sebagai flora normal dalam tubuh manusia sekarang telah diketahui adanya strain baru seperti E.

coli 0157:H7 yang dianggap sebagai suatu agen infeksi karena bersifat toksigenik dan dapat bersumber dari air [7].

Pada tulisan ini menggunakan PERMENKES 2010 [8] tentang persyaratan kualitas air

(6)

minum sebagai pembanding utama dan SNI tahun 2000 tentang Air Mineral Alami sebagai pembanding tambahan [9].

Tujuan penelitian ini untuk memberikan informasi mengenai kandungan logam berat dan mikroba yang ada di dalam air minum isi ulang di beberapa penjual di daerah Jakarta. Informasi diperlukan untuk menjaga keamanan air minum isi ulang yang mulai banyak bermunculan.

METODOLOGI

Bahan sampel berupa air minum isi ulang yang digunakan dalam pemeriksaan analisa logam berat maupun mikrobiologi diperoleh dari beberapa depo penjual air minum isi ulang di Jakarta seperti Jakarta Pusat (A), Jakarta Selatan (B), Jakarta Utara (C), Jakarta Barat (D) dan Jakarta Timur (E). Pada setiap depo yang diambil sampel airnya tidak diketahui dengan pasti sumber mata airnya tetapi ada yang diketahui berasal dari gunung Salak Kabupaten Bogor, gungung Puncar, gunung Manglayang, Bogor dan ada yang yang berasal dari Sukabumi. Sistem pemrosesan dilakukan dengan menggunakan filter RO (reverse omosis), sedang untuk sterilisasinya digunakan sinar UV untuk membunuh bakteri dan virus. Jumlah sampel air minum isi ulang sebanyak 1000 ml yang diteliti sebanyak 3 kali dari masing-masing depo penjual. Analisa Logam Berat dilakukan dengan menggunakan metode Serapan Absorpsi Atom (SAA) merek Varian 775 tahun 1979 seperti pada penelitian Harsojo dan Sofni [10]. Penentuan jumlah total bakteri aerob dilakukan dengan cara mengambil sampel air sebanyak 25 ml dan kemudian dimasukkan dalam air pepton 0,1%

steril dan selanjutnya dilakukan pengenceran

bertingkat. Sejumlah 0,1 ml larutan suspensi tadi ditanam ke media lempeng agar yang berisi agar Nutrien, selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar (±30O C). Penentuan jumlah bakteri koli dilakukan seperti pada penentuan jumlah bakteri aerob, tetapi media yang digunakan adalah Mac Conkey Agar dan inkubasi dilakukan pada suhu 37O C selama 24-48 jam. Penentuan jumlah Staphylococcus sp dilakukan seperti penentuan jumlah bakteri aerob dan media yang digunakan adalah Baird Parker Medium yang ditambahkan suplemen Egg Yolk Tellurite Emulsion. Inkubasi juga dilakukan pada suhu 37O C selama 24-48 jam. Semua pemeriksaan mikroba menggunakan metode oles pada permukaan agar. Pemeriksaan Salmonella dilakukan dengan cara sampel diambil sebanyak 25 ml dan dimasukkan ke dalam 225 ml media Tetrathionate Broth. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37O C selama 24 jam kemudian digoreskan pada media selektif Salmonella Shigella Agar dan diinkubasi kembali selama 24 jam pada suhu 37O C. Koloni bakteri terduga Salmonelladisimpan dalam media agar miring untuk selanjutnya dilakukan uji biokimia ke arah Salmonella dan dilanjutkan dengan uji serologi untuk penentuan serotipe seperti pada penelitian Harsojo dan Kadir [11]

dan Sri Poernomo [12].

Gambar 1. Diagram analisa sampel air minum isi ulang

Uji logam berat Uji mikrobiologi : 1. total bakteri aerob 2. bakteri koli

3. bakteri Staphylococcus spp Sampel air minum isi ulang

(7)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh logam berat terhadap kesehatan tidak akan langsung kelihatan karena akan terakumulasi dalam tubuh, sedangkan cemaran bakteri akan memberikan pengaruh yang lebih cepat terhadap tubuh antara lain diare. Diare dapat disebabkan oleh bakteri patogen misalnya E. coli, Salmonella dan lain sebagainya [2, 13].

Kandungan logam berat dalam air minum isi ulang dapat dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1 terlihat kandungan logam berat dalam air minum isi ulang yang dijual di beberapa depo penjual air minum isi ulang. Kandungan logam berat timah hitam (Pb) ditemukan di depo yang berlokasi di Jakarta Utara (C) dan Jakarta Timur (E) masing-masing sebesar 0,002 dan 0,001 ppm. Bila dibandingkan dengan standar yang dikeluarkan oleh PERMENKES maupun Standar Nasional Indonesia (SNI) [8,9] terlihat bahwa kandungan logam berat Pb masih di bawah ambang batas

yang diizinkan. Logam berat timah hitam (Pb) tersebut belum diketahui manfaatnya untuk organisme akan tetapi logam tersebut termasuk beracun yang berpengaruh negatif

Gambar 2. Diagram analisa mikrobiologi

Sampel air minum isi ulang

Diencerkan dengan air pepton 0,1%

Ditanam pada berbagai macam media

Diinkubasi 37o

Pengamatan

pada semua organ. Gangguan tersebut terjadi pada enzim oksidase yang mengakibatkan menghambat sistem metabolisme sel antara lain menghambat sintesa Hb dalam sumsum tulang.Timah hitam (Pb) ini diabsorpsi melalui saluran pencernaan dan didistribusikan ke dalam jaringan lain melalui darah dan diekresikan melalui tinja/feses, keringat, dan air susu ibu serta akan didepositkan dalam rambut dn kuku. Umumnya eksresi timah hitam (Pb) dari tubuh sangat kecil meskipun intakenya tiap hari naik, oleh karena itu dapat menaikkan kandungan timah hitam dalam tubuh [2].

Logam kadmium (Cd) dikenal sebagai logam beracun setelah logam merkuri. Logam tersebut masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan pernafasan. Kadmium dapat terakumulasi dalam tubuh khususnya hati dan ginjal. Kandungan logam kadmium (Cd) dalam air minum isi ulang dapat dilihat pada Tabel 1. Terlihat pada Tabel 1 di semua depo penjual air minum isi ulang (A-E) yang diambil sampelnya tidak mengandung logam

Tabel 1. Kandungan Logam Berat dalam Air Minum Isi Ulang (ppm)

Lokasi sampel Logam berat Pb Cd

A ttd ttd

B ttd ttd

C 0,002 ttd

D ttd ttd

E 0,001 ttd

PERMENKES[8] 0,01 0,003

SNI [9] 0,01 0,0053

ttd = tidak terdeteksi

(8)

kadmium. Hal ini menunjukkan bahwa air minum isi ulang aman dari kandungan logam kadmium. Tidak terdeteksinya logam kadmium pada semua sampel yang diteliti disebabkan kadar kadmium terlalu kecil sehingga tidak terdeteksi oleh alat atau kemungkinan semua sampel tidak mengandung garam-garam kadmium yang larut dalam air disekitar tempat pengambilan air untuk isi ulang. Hasil yang diperoleh ini seperti hasil penelitian sebelumnya pada tahun 1988 yang tidak menemukan kandungan logam kadmium dalam sumber air minum di DKI Jakarta [14]. Adanya logam berat timah hitam dalam air minum isi ulang walaupun tidak melebihi ambang batas dimungkinkan berasal dari sumber air yang tidak mengandung logam berat. Hal ini dapat dilihat bahwa depo air minum isi ulang yang terdapat di Jakarta Pusat (A), Jakarta Selatan (B) dan Jakarta Barat (D) tidak terdeteksi adanya kandungan timah hitam (Pb). Di samping itu juga terlihat ada beberapa sumber mata air yang mengandung bakteri koli seperti di depo Jakarta Selatan (B), Jakarta Utara (C) dan Jakarta Timur (E).

Oleh karenanya sumber mata air memegang peranan penting dalam pemanfaatan airnya sebagai air minum isi ulang.

Kandungan bakteri aerob dalam air minum isi ulang dapat dilihat pada Tabel 2.

Jumlah bakteri aerob yang terdapat dari beberapa penjual air minum isi ulang bervariasi antara 3,00 x 102 dan 8,45 x 103 cfu/ml. Kandungan bakteri aerob tertinggi didapatkan dari Jakarta Pusat (A) dan terendah dari Jakarta Barat (D). Bila dibandingkan dengan SNI [9] maka semua depo penjual air minum isi ulang (A-E) yang berada di Jakarta masih aman dikonsumsi dan memenuhi persyaratan air minum. Pada PERMENKES No. 492/MENKES/PER/IV/2010 belum diatur mengenai jumlah bakteri aerob.

Jumlah bakteri koli dalam air minum isi ulang dapat dilihat pada Tabel 3. Keberadaan bakteri koli dalam air minum tidak diharapkan karena bakteri koli merupakan parameter ada tidaknya materi kotoran/fekal yang bersinggungan materi air [15,16]. Keuntungan menggunakan bakteri koli sebagai indikator adalah karena bakteri tersebut tahan terhadap proses pengolahan dan selama proses penyimpanan [17,18,19]. Oleh karena itu mendeteksi bak- teri koli sangat penting karena akan diketahui apakah bahan yang diteliti tersebut masih laik dikonsumsi atau tidak. Adanya bakteri koli dalam materi dimungkinkan akan terdapat bakteri patogen lainnya yang dapat memba- hayakan untuk konsumen [11, 18].

Pada Tabel tersebut terlihat pada depo Jakarta Pusat (A) dan Jakarta Barat (D) air minum isi ulang tidak didapatkan bakteri koli. Bakteri koli didapatkan dari depo di Jakarta Selatan (B), Jakarta Utara (C) dan Jakarta Timur (E), masing-masing sebesar 3,25 x 103; 1,50 x 102 dan 6,50 x 103 cfu/ml. Jumlah bakteri tertinggi didapatkan di depo Jakarta Timur (E). Menurut PERMENKES maupun SNI [8,9], bakteri koli tidak diperbolehkan ada dalam air minum, oleh karena itu yang memenuhi persyaratan

Lokasi

sampel Jumlah

bakteri aerob SNI [9]

A 8,45 x 103

1 x 105

B 6,95 x 103

C 7,00 x 102

D 3,00 x 102

E 3,35 x 103

Tabel 2. Kandungan bakteri aerob dalam air minum isi ulang (cfu/ml)

(9)

PERMENKES maupun SNI tersebut hanya yang berasal dari depo Jakarta Pusat (A) dan Jakarta Barat (D), sedang lainnya tidak memenuhi persyaratan PERMENKES maupun SNI [8,9].

dipermukaan kulit dan dapat menghasilkan racun sehingga menimbulkan intoksikasi dan paling banyak dilaporkan di Amerika Serikat.

Keracunan yang terjadi di Amerika Serikat oleh bakteri Staphylococcussp mencapai 20 sampai 30% [16].Perlu dilakukan penelitian lanjutan/rutinmengenai kandungan logam berat dan bakteri berbahaya yang berasal dari berbagai sumber mata air yang digunakan sebagai air minum isi ulang. Hal ini perlu mendapat perhatian dari pihak terkait karena lingkungan saat ini telah terpolusi oleh ber- bagai macam hal yang merugikan manusia.

Pengangkutan air minum juga berperan dalam kandungan bakteri maupun logam berat. Pipa untuk menyalurkan air dari mobil tangki ke depo selama dalam perjalanan mudah tercemar dan akan terbawa hingga ke depo. Di samp- ing itu filter yang digunakan oleh depo harus diganti setelah beberapa ribu liter air akan tetapi kemungkinan tidak dilakukan, sehingga fungsinya telah berubah.

Lokasi

sampel Jumlah

bakteri koli PERMENKES[8] SNI [9]

A ttd

0 0

B 3,25 x 103 C 1,50 x 102

D ttd

E 6,50 x 103

Tabel 3. Kandungan bakteri koli dalam air minum isi ulang (cfu/ml)

ttd = tidak terdeteksi

Adanya bakteri koli perlu diwapadai karena dapat menyebabkan penyakit diare. Penyakit diare sering dianggap sepele dan kenyataannya menyebabkan kematian anak-anak. Jumlah anak yang meninggal karena diare setiap tahun lebih banyak dibandingkan dengan gabungan jumlah anak yang meninggal akibat AIDS, malaria maupun tuberkulosis. Kasus diare ini salah satu penyebabnya adalah air yang tercemar oleh berbagai mikroorganisme seperti rotavirus, E. coli, Salmonella, Shigella dan Campylobacter [20].

Kandungan bakteri Staphylococcusspdalam air minum isi ulang dapat dilihat pada Tabel 4.

Terlihat pada semua depo penjual air minum isi ulang mengandung bakteri Staphylococcus spkecuali di depo Jakarta Pusat (A) yang tidak terdeteksi adanya bakteri Staphylococcus sp.

Walaupun di persyaratan PERMENKES[8]

maupun SNI [9] tidak dicantumkan ambang batas Staphylococcussp yang diizinkan, tentunya akan lebih baik bila kandungan bakteri Staphylococcussp tersebut seminimal mungkin. Bakteri ini termasuk flora normal

Lokasi

sampel Jumlah bakteri Staphylococcussp

A ttd

B 8,45 x 103

C 7,70 x 103

D 8,00 x 103

E 4,70 x 103 Tabel 4. Kandungan bakteri Staphylococcus spdalam air minum isi ulang (cfu/ml)

Pada semua sampel air minum isi ulang yang diteliti tidak ditemukan adanya bakteri Salmonella. Hal ini menunjukkan bahwa air minum isi ulang tidak mengandung Salmonella, akan tetapi belum aman untuk dikonsumsi karena pada beberapa depo penjual air minum isi ulang ditemukan adanya bakteri koli yang telah melebihi ambang

(10)

batas PERMENKES maupun SNI [8,9]. Oleh karena itu sebelum air minum tersebut akan digunakan disarankan untuk dimasak terlebih dahulu sehingga diharapkan bakteri koli yang ada dalam air minum tersebut akan mati. Ke- jadian Luar Biasa (KLB) di Indonesia yang disebabkan oleh Staphylococcusspmaupun Salmonella jarang dilaporkan atau hampir dikatakan tidak ada. Persentase jumlah yang dilaporkan jauh lebih kecil daripada kenyataan yang ada [21, 22].

SIMPULAN

Air minum isi ulang yang laik dikonsumsi berasal dari Jakarta Pusat dan (A) dan Barat (D), sedang lainnya belum aman dikonsumsi dengan adanya kandungan bakteri koli walaupun kandungan timah hitam dan kadmium serta bakteri aerob maupun bakteri Staphylococcusspdibawah ambang batas yang diizinkan. Tidak ditemukannya Salmonella pada semua sampel yang diteliti.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Slamet JS. Kesehatan Lingkungan.

Bandung: Gajah Mada University Press;1994.

(2) Darmono. Logam dalam sistem biologi makhluk hidup. Penerbit Universitas Indonesia; 1995.

(3) Widiyanti NLPM, Ristiati NP. Analisis kualitatif bakteri koliform pada depo air minum isi ulang di kota Singaraja Bali. Jurnal Ekologi Kesehatan; 2004 April 3 (1): 64-73.

(4) Deddy M, Marpaung, Marsono D. Uji kualitas air minum isi ulang di keca- matan Sukolilo Ditinjau dari perilaku dan pemeliharaan alat, Jurnal Teknik POMITS 2 (2) ; 2013. p. 166-170.

(5) Anonim, Kumpulan jurnal: Mengenali air, menjaga kualitas produk. Jakarta;

Penerbit Wacana Mitra, Edisi 89, 2004.

(6) Anonim, Air minum kemasan ada yang tercemar, Harian; KOMPAS, 28 Oktober 2010. p.12.

(7) Enie AB. Mikrobiologi pangan standar pangan dan keamanan pangan dalam menghadapi era perdagangan global.

dibawakan pada “DIPA-OXOID Microbiology Seminar”. Jakarta; 21 Oktober 2003.

(8) Permenkes No 492/MENKES/PER/

IV/2010. Persyaratan Kualitas air Minum. Jakarta; April 2010.

(9) Standar Nasional Indonesia. Air min- eral alami. Jakarta; 2000.

(10) Harsojo, Sofni MC. Kandungan m i k r o b a p a t o g e n , r e s i d u insektisidaorganofosfat dan logam berat dalam sayuran. J. Lingkungan Ecolab 2011 Juli;3(2):88-95.

(11) Harsojo, Kadir I. Penggunaan formalin dan boraks serta kontaminasi bakteri pada otak-otak, J. Iptek Nuklir Ganendra 2013 Januari;16 (1): 9-17.

(12) Sri Poernomo. Salmonella pada ayam di rumah potong dan lingkungannya di Wilayah Jakarta dan sekitarnya.

Sem. Nas. Teknologi Veteriner untuk Meningkatkan Kesehatan Hewan dan Pengamanan Bahan Pangan Asal Ternak, Balitvet, Bogor; 1994:338- 345.

(13) H a r i y a d i R D . “ E . c o l i ” Enterohemoragik, Bakteri penyebab diare, Harian KOMPAS; Juni 2014.p.13.

(14) Supriyanto I, Lubis A. Kandungan logam berat dalam sumber air minum di DKI Jakarta. Bul. Penel. Kesehatan;

1988 16 (2): 20-26

(11)

(15) Supardi I, Sukamto. Mikrobiologi dalam pengolahan dan keamanan pangan. Penerbit Alumni Bandung;

1999.

(16) Harsojo, Irawati Z. Kontaminasi awal dan dekontaminasi bakteri patogen pada jeroan sapi dengan iradiasi gamma. J. Iptek Nuklir Ganendra 2011Juli;14 (2): 96-101.

(17) Pierson MD, Smoot MC. Indicator microorganisms and microbiological criteria, Food Microbiology.

Fundamentals and Frontiers, 2ndedition (Doyle PM, Beuchat, LR and Montville TJ editor) Press Washington; 2001:80.

(18) Suriawiria U. Mikrobiologi air dan dasar-dasar pengolahan buangan secara biologis, cet. ke 3 Penerbit Alumni Bandung; 2003.

(19) Harsojo. Pengaruh iradiasi, penyimpanan dan sensitivitas bakteri patogen terhadap iradiasi gamma pada kornet ikan, Sainteks 2006 Desember;

XIV (1):12-19.

(20) Anonim. Jangan sepelekan Diare, KOMPAS 14 Februari 2007: 70.

(21) Rahayu WP. Kebijakan keamanan pangan. Dibawakan pada Seminar dan diskusi Ilmiah : Mutu & Keamanan Pangan. IPB Bogor; Juni 2004.

(12)

PENAATAN PERUSAHAAN TAMBANG BATUBARA DI KALIMANTAN TIMUR TERHADAP PERATURAN AIR LIMBAH PERTAMBANGAN COAL MINING COMPANY COMPLIANCE IN EAST KALIMANTAN TO

WASTE WATER REGULATIONS OF MINING

Alfrida E. Suoth dan Ernawita Nazir1

(Diterima tanggal 30-11-2013; Disetujui tanggal 02-01-2014)

1 Pusarpedal-KLH Kawasan Puspiptek Gedung 210 Jalan Raya Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan. Email : idasuoth@gmail.com

ABSTRAK

Indonesia memiliki cadangan batubara yang tersebar di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera, sedangkan dalam jumlah kecil, batu bara berada di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua dan Sulawesi. Seperti halnya aktifitas pertam- bangan lain di Indonesia, Pertambangan batubara juga telah menimbulkan dampak kerusakan lingkungan hidup yang cukup besar, baik itu air, tanah, udara, dan hutan. Pemantauan air limbah pada area pertambangan batubara dilakukan untuk mengetahui tingkat ketaatan industri terhadap baku mutu air limbah pertambangan yang dibuang ke lingkungan. Pemantauan dilakukan terhadap 6 (enam) perusahaan tambang batubara (kode A-F) yang berada di Kalimantan Timur- Indonesia. Contoh uji berupa air limbah yang berasal dari kegiatan penambangan dan pen- golahan batubara. Pengukuran parameter dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Hasil analisis yang didapat dibandingkan dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003 tentang baku mutu air limbah pertambangan batubara. Berdasarkan pengukuran pH air limbah kegiatan pertambangan dan kegiatan pengolahan batubara, pH berada pada kisaran 4,2 – 10 , sehingga nilai pH telah melebihi baku mutu yang dipersyaratkan dalam Kepmen-LH No. 113 Tahun 2003, yaitu 6 – 9. Konsentrasi parameter besi (Fe) ditemukan 76 mg/L di lokasi E-2, nilai ini melebihi baku mutu yang dipersyaratkan, yaitu: 7 mg/L. Total Suspended Solid (TSS) di lokasi E-2 kon- sentrasinya 5304 mg/L, melebihi baku mutu yaitu: 400 mg/L. Konsentrasi mangan (Mn) masih memenuhi baku mutu disemua lokasi. Konsentrasi sulfat terdeteksi dalam kisaran 23 – 551 mg/L, sedangkan parameter sulfida dan sianida secara umum nilainya masih di bawah limit deteksi metode.

Kata kunci: pemantauan, batu bara, baku mutu, kriteria mutu air, logam berat

ABSTRACT

Indonesia has coal resources spread across the island of Kalimantan and Sumatra, while small amounts of coal in West Java, Central Java, Papua and Sulawesi. As with other mining activities in Indonesia, coal mining has also caused environmental damage is large enough in water, soil, air, and forests. Monitoring of waste water in the coal mining area was conducted to determine the level of adherence to the industry quality standard mining waste water discharged into the environment. Monitoring carried out on six (6) coal mining company (code A-F) which are in East-Kalimantan, Indonesia. The wastewater of the coal mining industries and its processingactivities were taken for analysis. Measurement parameters done in the field and in the laboratory. The results of the analysis were compared with the Minister of Environment Decree No. 113 of 2003 on wastewater quality standard coal mining. By measuring the pH of water and mining waste coal processing activities, the pH in the range 4.2 to 10, therefore the pH value has exceeded the quality standard required by the Decree-LH No. 113 In 2003, the 6 – 9. Concentration parameters of iron (Fe) found 76 mg / L at location E-2, this value exceeds the required quality standards, 7 mg / L. Total Suspended Solid (TSS) at the location of the E-2 concentration is 5304 mg / L, which exceeded the quality standard: 400 mg / L. The concentration of manganese (Mn) still meets the quality standards at all locations. The concentration of sulfate was detected in the range of 23-551 mg / L, whereas the parameters sulfide and cyanide in general its value is still below the detection limit of the method.

Keywords: monitoring, coal, quality standard, water criteria, heavy metals.

(13)

PENDAHULUAN

Pengendalian pencemaran lingkungan merupakan salah satu bentuk implementasi mandatori dari Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup [1]. Untuk memenuhi mandat UU No. 32 tahun 2009, Pusarpedal sebagai unit teknis Kementrian Lingkungan Hidup, melakukan pemantauan di lokasi pertambangan batubara dengan tujuan mengetahui kualitas air limbah usaha/kegiatan pertambangan batubara yang berada di Kalimantan Timur serta menyediakan data yang dapat digunakan untuk menentukan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup berkelanjutan yang terkait dengan pertambangan batubara.

Batubara adalah bahan bakar hidrokarbon padat yang terbentuk dari tetumbuhan dalam lingkungan bebas oksigen dan terkena pengaruh panas serta tekanan yang berlangsung lama[2].

Batubara merupakan salah satu bahan galian strategis yang sekaligus menjadi sumber daya energi yang sangat besar. Kegiatan pertambangan di Indonesia berkembang secara signifikan pada awal tahun 1970-an yang dipicu oleh masuknya investor pertambangan dunia dan semakin berkembangnya tenaga ahli pertambangan Indonesia[3].

Indonesia mempunyai potensi sumberdaya batu bara sangat melimpah, terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan). Daerah-daerah lainnya yang juga dapat dijumpai batubara adalah di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi. Sistem penambangan batubara yang

ada di Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka. Sistim tambang terbuka dilakukan dengan cara penebangan atau pembukaan hutan yang diikuti pengangkatan ataupun pembuangan lapisan atas tanah (top soil). Proses penambangan batubara terdiri atas beberapa tahap sebagai berikut[4]:

Tahap 1. Pengupasan Lapisan Tanah Penutup(Overburden).

Pada tahap ini lapisan tanah bagian atas dikupasyaitu tanah sebelum lapisan batubaratermasuk lapisan topsoil.

Tahap 2. Proses Pengambilan Batubara / Coal Getting.

Setelah lapisan batubara terbuka,langsung dilakukan pengambilan batubara(coal getting) Tahap 3. Penumpukan Batubara di Lokasi Pelabuhan Muat.

Batubara yang diangkut dari lokasi tambang dibongkar di lokasi pelabuhan muat yang disebut ROM (Row Of Material) Stockpile.

Tahap 4.Proses penghancuran batubara (crushing) dan /atau Pencucian Batubara (Washing).

Penghancuran batubara sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan. Apabila diperlukan, dapat dilakukan pencucian batubara untuk memperbaiki/meningkatkan kualitas batubara tersebut.

Tahap 5. Pemuatan Batubara ke Dalam Tongkang.

Sized coal (batubara curah) diambil lalu dimasukkan kedalam tongkang yang menggunakan loading conveyor lalu siap untuk pengiriman antar pulau atau transshipment ke mother vessel.

(14)

Gambar 1. Kondisi Area Pertambangan Sebelum dan Sesudah di lakukan Kegiatan Pertambangan[5]

Tahap 6. Menuju ke Alat Angkut Utama Tongkang yang sudah siap akan di tarik oleh kapal tunda (Tug Boat) menuju kapal angkut utama (Mother Vessel). Setelah proses loading selesai kapal siap di berangkatkan ke pulau dan atau negara tujuan.

kegiatan tahap 1 (pengupasan lapisan tanah/

overburden) pada proses pertambangan batubara memungkinkan terbentuknya air asam tambang. Air asam tambang atau AAT adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan rembesan atau aliran air yang terjadi akibat adanya reaksi antara air permukaan, baik air limpasan hujan maupun genangan air, dengan lapisan batuan yang mengandung mineral belerang. Mineral belerang yang paling umum ditemukan adalah Pyrite (FeS)[6].

Pertambangan batubara mempunyai dua sisi, yaitu sebagai pemicu kemakmuran

ekonomi dan sisi lainnya sebagai sesuatu yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan diantaranya adalah masalah kerusakan struktur tanah dan tata air, menurunnya kualitas perairan serta menurunnya kualitas udara. Terkait dengan kerusakan lahan, telah terjadi indikasi daerah- daerah bekas pertambangan akan terbentuk lubang-lubang bekas tambang yang tidak dapat lagi di tutup atau dikembalikan seperti semula.

METODOLOGI

Waktu dan tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di laboratorium Air Pusat Sarana Pengendalian Dampak Lingkungan (Pusarpedal), Jalan Raya Puspiptek Gedung 210, Serpong, Tangerang Selatan 15314. Waktu penelitian dilakukan selama 6 (enam) bulan terhitung sejak Maret 2012 sampai dengan Agustus 2012.

(15)

Lokasi Pengambilan Contoh Uji

Pengambilan contoh uji dilakukan pada 6 (enam) pertambangan batubara yang berlokasi di Kalimantan Timur. Pengambilan

contoh uji meliputi air limbah dari kegiatan penambangan batubara. Lokasi pengambilan contoh uji dapat dilihat pada gambar 2 dan 3 berikut ini.

Gambar 3. Lokasi pengambilan contoh uji di Kalimantan Timur (lokasi B-F) Gambar 2. Lokasi pengambilan contoh uji di Kalimantan Timur (lokasi A)

(16)

Parameter

Contoh uji air limbah yang berasal dari kegiatan pertambangan batubara diambil guna mengetahui kandungan logam total dan parameter anorganik lainnya. Parameter yang dianalisa adalah: Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Cadmium (Cd), Timbal (Pb), Seng (Zn), Chromium (Cr), Selenium (Se), Arsen (As), Nikel (Ni), Cobal (Co), Merkuri (Hg) dan parameter lainya yaitu pH, Temperatur, Daya Hantar Listrik (DHL), Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS), Sulfat (SO4), Sulfida (S=), Total Nitrogen, Amoniak (NH3N), dan total Sianida (CN).

Pengambilan Contoh Uji Air Limbah Pemilihan titik sampling dilakukan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut :

1. Titik penaatan/titik sampling pemantauan dari perusahaan pertambangan;

2. Pond/kolam penampungan air limbah pertambangan

3. Kegiatan sekitar pertambangan batubara 4. Berdasarkan kondisi yang dianggap

perlu untuk pemantauan;

Contoh uji air limbah berasal dari limbah kegiatan pertambangan yang sudah diolah maupun yang belum diolah. Pengambilan contoh uji air limbah mengacu ke SNI 6989.59.2008[7].

Metode Analisis

Analisis Air limbah pertambangan dilakukan oleh Laboratorium Air Pusarpedal dengan menggunakan metode yang tertera di bawah ini :

Tabel 1. Metode Analisis Air Limbah

Parameter Metode

pH SNI 06-6989-11-2004

Temperatur, suhu Standard Methods-APHA 2550-2005 Daya Hantar Listrik, DHL SNI 06-6989-1-2004

Total padatan terlarut, TDS SNI 06-6989.27-2005 Total Suspended Solid, TSS SNI 06-6989-3-2004

Sulfida Standard Methods-APHA 4500-S2-

.D.3a-2005

Sulfat SNI 19-6964.5-2003

Sianida SNI 19-6964.6-2003

Total Nitrogen JIS K.0102-45.2-2002

Amoniak, NH3N Standard Methods-APHA

4500NH3-F,2005

Besi, Fe Standard Methods-APHA 3111B-2005 Mangan, Mn Standard Methods-APHA 3111B-2005 Merkuri, Hg Standard Methods-APHA 3112B-2005 Tembaga, Cu Standard Methods-APHA 3111B-2005

(17)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisa air limbah yang berasal dari 6 perusahaan tambang batubara yang berada di Kalimantan Timur dibandingkan dengan Kepmen-LH tentang bakumutu air limbah bagi usaha atau kegiatan pertambangan batubara yang mengatur airlimbah yang berasal dari kegiatan penambangan dan pengolahan/

pencucian batubara.

Pengukuran pH yang dilakukan di lokasi pertambangan yang berada di propinsi Kalimantan Timur menunjukkan masih ada air limbah yang belum memenuhi kriteria Kepmen-LH yang dipersyaratkan yaitu 6 – 9. Nilai pH bersifat asam/rendah masih ditemukan di Outlet B-1 (4,2) dan run off B-3 (4,8) namun di lokasi preeplant B-2 di peroleh nilai pH sudah normal (7,0). Air

Lokasi pH TSS (mg/L) Fe (mg/L) Mn(mg/L)

A-1 7,7 36 1,1 0,43

A-2 7,5 10 0,26 0,78

A-3 7,3 2 0,18 0,55

A-4 7,0 17 0,68 1,1

A-5 8,2 26 1 3,5

A-6 6,9 5 0,14 1,5

A-7 6,9 24 1,1 1,4

B-1 4,2 10 1,1 2,9

B-2 7,0 23 1,6 0,23

B-3 4,8 16 1,7 1,4

C-1 6,0 36 0,44 0,010

C-2 7,0 5 0,77 0,034

C-3 7,4 9 0,41 0,025

D-1 10 44 0,31 0,038

D-2 7,2 28 0,49 0,15

E-1 7,8 70 2,1 0,25

E-2 7,2 5304 76 0,71

E-3 7,1 68 3,6 0,28

E-4 6,8 10 0,95 0,58

F 10 90 1,8 0,25

Bakumutu*) 6-9 400 7 4

*) Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 113 tahun 2003

Tabel 2. Data Hasil Analisis Air Limbah Pertambangan Batubara Kaltim

limbah dengan nilai pH yang rendah/asam akan semakin memudahkan logam-logam yang terkandung didalamnya untuk melarut sehingga mengakibatkan kandungan logam dalam contoh uji tersebut meningkat.

pH diatas 9 menandakan contoh uji cenderung bersifat basa, pH 10 ditemukan di pertambangan D-1 yang merupakan pond penampungan air yang berasal dari limpasan kegiatan crusher demikian jugadi lokasi F nilai pH terukur 10. Ada berbagai macam pengolahan air limbah pertambangan, salah satu pengolahan yang mudah dan praktis adalah dengan penambahan kapur. Penambahan kapur perlu di perhitungkan perbandingannya dengan volume air limbah agar supaya bisa diperoleh keseimbangan proses reaksi antara air limbah dan kapur, diharapkan nilai pH

(18)

setelah pengolahan berada pada rentang yang di persyaratkan Kepmen-LH.

Konduktivitas (Daya Hantar Listrik/DHL) adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik. Oleh karena itu semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, semakin tinggi pula nilai DHL. Nilai DHL pada semua lokasi sampling air limbah berada pada kisaran 219- 2445 µS/cm sedangkan nilai TDS berada pada range 33-1235 mg/L, Nilai DHL berbandinglangsungdengan nilai TDS.

Konsentrasi besi dalam air limbah pertambangan yang di persyaratkan adalah 7 mg/L, hampir semua air limbah yang berasal dari lokasi sampling Kaltim berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan kecuali untuk lokasi E-2 (76 mg/L). Kondisi air limbah di lokasi E-2 berwarna keruh dan berlumpur, keadaan ini juga mengakibatkan nilai TSS 5304 mg/L. Logam dapat terikat dengan suspended solid dan apabila perairan dalam kondisi asam maka logam tersebut dapat terlepas ikatannya dan bisa mengakibatkan konsentrasi logam meningkat.

Mangan dalam air limbah pertambangan di Provinsi Kaltim berada di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. TSS yang

dipersyaratkan dalam kepmen-LH adalah 400 mg/L. Konsentrasi TSS diatas baku mutu (5304 mg/L) terdeteksi di lokasi E-2.

Nilai TSS yang tinggi diakibatkan terikutnya/

terbawanya lapisan tanah yang sudah dalam kondisi terbuka akibat aktifitas pertambangan oleh air hujan. Kegiatan pengolahan/pencucian batubara adalah proses peremukan, pencucian, pemekatan dan atau penghilangan batuan/

mineral pengotor atau senyawa belerang dari batubara tanpa mengubah sifat kimianya [2].

Tujuan pencucian batubara guna mengurangi sulfur batubara akibatnya sulfur akan terlarut kedalam air limbah.

Nilai TSS berkorelasi secara langsung dengan kekeruhan. TSS yang tinggi sangat menggangu perikanan bila nantinya akan di buang ke lingkungan terutama ke sungai, dapat mengganggu kehidupan biota perairan.

Kekeruhan yang tinggi mengakibatkan terganggunya sistem osmoregulasi, misalnya pernafasan dan daya lihat organisme akuatik [8].

Parameter anorganik yang dianalisa yaitu sulfida, sulfat, sianida, total nitrogen dan amoniak.

Secara umum nilainya rendah bahkan ada yang dibawah limit deteksi metode, hal ini berbeda

Gambar 4. Grafik Konsentrasi Besi dan Mangan Air Limbah Kegiatan Penambangan dan Kegiatan Pengolahan Batubara di Kalimantan Timur

(19)

dengan parameter sulfat yang di semua lokasi terdeteksi, namun ada juga contoh uji yang tidak bisa di analisa dikarenakan kekeruhan yang sangat tinggi. Konsentrasi sulfat berkisar 23 – 551 mg/L di lokasi pertambangan di provinsi Kaltim.

Logam Hg, Cu, Cd, Pb, Zn, Cr, Se, As, Ni dan Co dalam air limbah yang berasal dari kegiatan pertambangan maupun kegiatan pengolahan batubara secara umum nilainya kecil bahkan ada yang dibawah limit deteksi metode.

SIMPULAN

1. Hasil analisis air limbah pertambangan dari 6 (enam) lokasi pertambangan di Kalimantan Timur dibandingkan dengan KepMn LH No.113 tahun 2003 lampiran 1, adalah :

a. Parameter pH melebihi baku mutu di perusahaan B yaitu titik B-1 dan B-2 serta perusahaan F.

b. P a r a m e t e r F e d a n T S S melebihi Kepmen-LH di lokasi pertambangan E-2.

c. Parameter Mangan di seluruh pertambangan yang dipantau masih memenuhi Kepmen-LH No. 113 tahun 2003.

2. Parameter lingkungan dalam air limbah pertambangan di lokasi A, C, D masih memenuhi KepMn LH 113 tahun 2003 lampiran 1.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari Ka.bidang Laboratorium Rujukan dan Pengujian:

ibu Novy Farhani. Terima kasih juga atas kerjasama tim sampling pengkajian industri strategis dan tim analisis laboratorium air Pusarpedal- KLH.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 2009.

(2) K e p u t u s a n M e n t e r i N e g a r a Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha dan Atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara. 2003.

(3) Standar Nasional Indonesia. Metode pengambilan air limbah, SNI 6989.59.

2008.

(4) American Public Health Association (APHA). Standard Methode for the Examination of water and wastewater 21st edition. American Public Health Association Washington DC, 2005.

(5) Andi Baso Tancung dan M.Ghufran H.Kordi K. Pengelolaan Kualitas Air Dalam Budi daya Perairan, Rineka Cipta. 2005.

(6) Badan Standarisasi Nasional.

Kumpulan SNI (Standar Nasional Indonesia) untuk air dan air limbah.

Badan Standarisasi Nasional. Jakarta, 2004.

(7) Hefni Effendi. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius- Jakarta. 2003.

(8) Heryando Palar. Pencemaran dan Toxicologi Logam Berat. Rineka Cipta. 2004.

(9) H.R Mulyanto. Ilmu Lingkungan.

Graha Ilmu. Jakarta. 2007.

(10) Japanese Standard Assosiation,.

JIS Handbook Environmental Technology, 2002.

(11) Morton Lippmann, Environmental Toxicants, Wiley Interscience, second edition, 2000.

(20)

ABSTRAK

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil nikel terbesar di dunia sehingga pengelolaan hasil tambang nikel termasuk transportasi atau pengangkutan nikel dari dalam ke luar wilayah Indonesia perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan kerugian baik materi, sosial maupun lingkungan. Pemantauan ini bertujuan untuk melihat kualitas air laut di wilayah Teluk Buli, Halmahera sebagai akibat dari tumpahan pasir nikel yang diangkut oleh kapal yang mengalami pembebanan lebih sehingga menyebabkan kapal tenggelam di perairan tersebut. Metode yang digunakan dalam pemantauan ini adalah metode survei dan pengambilan sampel secara langsung. Lokasi dan titik pemantauan berdasarkan dugaan pencemaran tumpahan pasir nikel yang menyebar sesuai pola sirkulasi arus laut, yaitu di lokasi tumpahan, beberapa meter dari sumber tumpahan dan titik kontrol. Sampel dianalisis di laboratorium Pusarpedal dengan parameter : pH, Oksigen Terlaurt (DO), Total Padatan Tersuspensi (TSS), Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Nikel (Ni) dan Timbal (Pb). Hasil pemantauan air laut dibandingkan dengan nilai baku mutu perundang-undangan lingkungan hidup Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 : 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, lampiran III (untuk Biota Laut). Hasil pemantauan menunjukkan bahwa pada semua lokasi pemantauan nilai parameter pH, DO, TSS, Cu, Cd, Ni dan Pb masih dibawah baku mutu yang dipersyaratkan. Sedangkan kadar Zn pada semua lokasi pemantauan, termasuk titik kontrol menunjukkan nilai diatas baku mutu, yaitu pada kisaran 0,062 – 0,069 mg/L. Kadar merkuri ditemukan diatas baku mutu pada tiga lokasi yang relative dekat dengan tumpahan pasir nikel tersebut dengan kisaran 0,0019 – 0,0081 mg/L. Sedangkan pada titik kontrol konsentrasi Hg < 0,0005 mg/L Kata kunci: Pemantauan, tumpahan, pasir nikel, kualitas air laut, baku mutu air laut,

ABSTRACT

Indonesia is one of the country's largest nickel producer in the world therefore management of mining nickel in- cluding nickel transportation from Indonesia to the outside Indonesian territory should be taken to minimize loss of material, social and environmental. Sea water quality in the Gulf of Buli -Halmahera needs to be monitored as a result of nickel sand spill from drowning a ship. Environmental sampling was done at the location that was suspected to be pollution, such as, the region of spills, the region of spread according to the currents of sea water, and the background area as control. Parameter pH, Dissolved Oxygen (DO), Total Suspended Solid (TSS), Cup- per (Cu), Cadmium (Cd), Nickel (Ni) and Lead (Pb) were analyzed in a laboratory of Pusarpedal and the result compared with environmental quality standard based on the Environmental Minitry decree No. 51:2004 about Sea Water Quality Standard, attachment III (Sea Biota). The result of monitoring in all location showed that concentra- tion level of pH, DO, TSS, Cu, Cd, Ni and Pb below environmental quality standard, except Zn in the range 0.062 - 0.069 mg/L. Concentration of Mercury found above environmental quality standard in three locations close to the sand nickel spill. Mercury concentration around the sand nickel spill were found 0.0019 - 0.0081 mg/L, while in the control point was below 0.0005 mg/L.

Keywords: Monitoring, nickel sand, spill, sea water quality, marine water quality standards,

PEMANTAUAN KUALITAS AIR LAUT AKIBAT TUMPAHAN PASIR NIKEL DI PERAIRAN TELUK BULI, HALMAHERA

SEA WATER QUALITY MONITORING OF NICKEL SAND SPILL CONTAMINANTS IN THE GULF OF BULI, HALMAHERA

Asiah dan Arum Prajanti1

(Diterima tanggal 23-09-2013; Disetujui tanggal 02-01-2014)

1 Pusarpedal- KLH Kawasan Puspiptek, Serpong – TangerangEmail : asiah1312@yahoo.com.

(21)

PENDAHULUAN

Pertambangan pada hakekatnya merupakan upaya pengembangan sumberdaya alam mineral dan energi yang potensial untuk dimanfaatkan secara hemat dan optimal bagi kepentingan dan kemakmuran rakyat, melalui serangkaian kegiatan eksplorasi, pengusahaan dan pemanfaatan hasil tambang.

Upaya tersebut bertumpu pada pendayagunaan berbagai sumberdaya, terutama sumberdaya energi dan mineral, didukung sumberdaya energi manusia yang berkualitas, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen.

Nikel adalah salah satu logam yang paling penting dan memiliki banyak aplikasi dalam industri. Ada banyak jenis produk nikel seperti logam halus, bubuk, spons, dan lain-lain. 62%

dari logam nikel digunakan dalam baja tahan karat, 13% dikonsumsi sebagai superalloy dan paduan nir-besi karena sifatnya yang tahan korosi dan tahan suhu tinggi [1].

Permintaan bijih nikel di dunia pun semakin meningkat terutama untuk negara-negara Eropa dan Asia. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil nikel terbesar. Potensi bijih nikel di Indonesia sudah diketahui sejak lama, terutama di wilayah Kabupaten Halmahera yang terletak di Provinsi Maluku Utara. Salah satu potensi yang diminati dari Kabupaten Halmahera adalah kandungan sumber daya alam diantaranya, yaitu: nikel, minyak bumi, emas, batubara, pasir besi, asbes, dan lain-lain [2]. Pengelolaan sumber daya alam dari bahan tambang sebagai salah satu komoditi unggulan devisa negara masih perlu ditata dan dikelola secara terpadu dengan

memperhatikan berbagai aspek sehingga diharapkan dapat lebih optimal, misalnya dalam hal transportasi atau pengangkutan hasil tambang dari dalam ke luar wilayah Indonesia perlu diperhatikan agar tidak menyebabkan kerugian baik materi, sosial maupun lingkungan akibat dari kegiatan pertambangan tersebut.

Lautan merupakan kekayaan alam yang sering dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber kehidupannya. Namun di sisi lain, laut juga digunakan sebagai sarana transportasi.

Transportasi laut dianggap efektif untuk pengangkutan beberapa hasil tambang, termasuk jalur ekspor impor.

Selama ini, proses pengangkutan pasir nikel, sebagai bahan dasar nikel, dari wilayah Indonesia yaitu dari perairan Teluk Buli Halmahera ke luar negeri menggunakan transportasi kapal laut. Sejak beberapa tahun yang lalu proses pengangkutan nikel telah melebihi batas berat yang diijinkan untuk sebuah kapal pengangkut. Akibatnya pada tahun 2012 terjadi kecelakaan kapal pengangkut nikel yang tenggelam di perairan tersebut. Dengan tenggelamnya kapal pengangkut pasir nikel diduga terjadi kebocoran atau tumpahan muatan kapal ke perairan Teluk Buli. Hal ini dikhawatirkan menjadi sumber pencemaran lingkungan.

Bahan tambang yang terlarut dalam perairan dapat menyebabkan pencemaran terhadap kehidupan ekosistem dalam perairan tersebut.

Dampak dari pencemaran yang akan terjadi pada lingkungan pesisir dan laut antara lain akan mempengaruhi kondisi terumbu karang, larva ikan, moluska, bentos serta kerugian

(22)

sosial ekonomi berupa penurunan tangkapan ikan di wilayah melautnya nelayan tradisional.

Berdasarkan kejadian tersebut di atas, merujuk pada tupoksi Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), maka dilakukan pemantauan terhadap kualitas air laut di sekitar tenggelamnya kapal pengangkut pasir nikel. Tujuan dilakukannya pemantauan kualitas lingkungan di perairan Teluk Buli, Halmahera Timur adalah untuk mengetahui kualitas air laut sehubungan dugaan terjadinya pencemaran lingkungan di wilayah tumpahan pasir nikel yang berasal dari kapal pengangkut pasir nikel yang karam.

METODOLOGI

Pemantauan dilakukan di wilayah perairan yang diduga terkena dampak lingkungan.

Lokasi dan titik pemantauan ditentukan berdasarkan wilayah dugaan pencemaran tumpahan pasir nikel yang menyebar sesuai pola sirkulasi arus laut, yaitu di lokasi dekat tumpahan, beberapa meter dari sumber tumpahan dan titik kontrol. Pengambilan sampel tersebut berdasarkan pergerakan arus laut yang mempengaruhi karakteristik perairan.

Arus laut di kedalaman yang lebih dalam lebih banyak dipengaruhi oleh keadaan pasang surut dan sifat-sifat fisik lainnya seperti perbedaan suhu, salinitas dan tekanan [3]. Fluktuasi muka

laut (pasut) merupakan hasil penjalaran dari massa air yang berpengaruh di pesisir pantai [4].

Pengambilan data primer dilakukan dengan survei lapangan, pengambilan sampel dan pengujian air laut di laboratorium serta pengolahan data hasil analisis. Pengambilan sampel dan analisis air laut dilakukan oleh laboratorium Pusarpedal – Deputi VII- KLH.

Jumlah lokasi pengambilan sampel sebanyak 8 titik di perairan Teluk Buli, Halmahera Timur dengan mempertimbangkan lokasi dekat dengan tumpahan dan beberapa lokasi yang jauh dari tumpahan pasir nikel.

Pengambilan data sekunder dilakukan dengan pengumpulan data pendukung di wilayah perairan, peta, ataupun literatur.

Metode pemantauan lebih menekankan pada keterwakilan sampel yang diambil dengan pengujian kuantitatif. Metode ini menjelaskan dan mendeskripsikan tentang kualitas perairan laut, seberapa besar perbedaan kadar analit yang terukur dari satu titik ke titik lainnya, dan juga nilai dari unsur yang paling dominan yang terdapat lokasi pengambilan sampel.

Paramter pengujian air laut meliputi pH, kekeruhan, Oksigen Terlarut (DO), Total Padatan Tersuspensi (TSS), Tembaga (Cu), Kadmium (Cd), Nikel (Ni) dan Timbal (Pb).

(23)

Gambar. 1 Lokasi pengambilan sampel air laut di Teluk Buli-Halmahera

Gambar 2. Titik pengambilan sampel air dan titik kontrol (titik A) di sekitar tumpahan pasir nikel

(24)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pemantauan ini jumlah titik pengambilan sampel adalah 8 (delapan) titik termasuk titik kontrol. Lokasi A merupakan titik kontrol dengan tujuan untuk mengetahui kualitas perairan secara alami atau tidak terkena dampak tumpahan pasir nikel. Dari hasil pengukuran pH, DO dan TSS menunjukkan bahwa nilai untuk seluruh lokasi pengambilan sampel masih dibawah nilai baku mutu perundang-undangan lingkungan hidup

Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.

51 : 2004 tentang Baku Mutu Air Laut, lampiran III (Untuk Biota Laut) [5]. Secara lengkap, hasil pengujian parameter lapangan dan beberapa parameter fisik terhadap 8 (delapan) lokasi air laut yang dianalisis di Laboratorium Pusarpedal, dapat dilihat pada tabel 1. Sedangkan hasil pengujian kadar logam berat pada lokasi pemantauan dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Hasil analisis sampel air laut di wilayah perairan Teluk Buli, Halmahera

No PARAMETER Satuan METODE ANALISIS BAKU

MUTU

LOKASI SAMPLING

(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H)

1 pH SNI 06-6989.11-2004 6-9 8.3 8.3 8.3 8.3 8.3 8.32 8.34 8.25

2 Temperatur (oC) SNI 06-6989.23 - 2005 alamiah 31.7 31.8 32.5 31.0 30.5 31.7 31.8 32.5

3 Oksigen Terlarut, DO (mg/L) SNI 06-6989.14-2004 >5 5.65 5.57 5.49 5.02 5.41 5.65 5.57 5.49

4 Daya Hantar listrik, DHL (µS/cm) SNI 06-6989.1-2004 - 27800 27650 27650 27850 27950 27800 27650 27650

5 Total Padatan Terlarut, TDS (mg/L) SNI 06-6989.27 - 2005 - 18375 18275 18285 18390 18470 18375 18275 18285

6 Salinitas (o/oo)) Elektrometri alamiah 19.2 18.9 19 19.20 19.20 19.2 18.9 19.0

7 Kekeruhan (NTU) SNI 06-6989.25-2005 - 0.90 0.95 1.07 1.72 0.95 0.90 0.95 1.07

8 Total Padatan Tersuspensi, TSS (mg/L) SNI 06-6989.3-2004 20 < 1 < 1 < 1 1 < 1 < 1 < 1 < 1

No PARAMETER Satuan METODE ANALISIS BAKU

MUTU

LOKASI SAMPLING

(A) (B) (C) (D) (E) (F) (G) (H)

1 Tembaga, Cu 0.008 < 0.005 < 0.005 0.0053 0.0054 0.0052 < 0.005 0.0071 0.0052

2 Cadmium, Cd USEPA modifikasi 0.001 < 0.0005 < 0.0005 < 0.0005 < 0.0005 < 0.0005 < 0.0005 < 0.0005 < 0.0005

3 Seng, Zn 0.05 0.069 0.069 0.066 0.065 0.064 0.062 0.064 0.068

4 Nikel, Ni (mg/L) 0.05 0.0054 < 0.005 < 0.005 0.0053 < 0.005 < 0.005 < 0.005 0.0066

5 Timbal, Pb 0.008 < 0.005 < 0.005 < 0.005 < 0.005 < 0.005 < 0.005 < 0.005 < 0.005

6 Merkuri , Hg SNI 19-6964.2 2003 0.001 < 0.0005 0.0019 < 0.0005 0.0045 < 0.0005 0.0081 < 0.0005 < 0.0005

Tabel 2. Hasil analisis logam berat pada sampel air laut di wilayah perairan Teluk Buli, Halmahera.

Keterangan

Lokasi titik sampling menggunakan GPS :

(A) N 0o42' 46.2",E128026' 58.2" (kontrol); (B) N 0044' 13.6", E 128024' 27.9";

(C) N 0044' 3.0", E 128023' 58.4"; (D) N 0o 44' 0.1", E 128o 23' 44.9";

(E) N 0o 44' 2.7", E 128023' 34.7"; (F) N 0043' 51.3", E 128023' 15.2";

(G) N 0043' 44.2", E 128022' 59.5"; (H) N 0043' 37.1" , E 128022' 23.8"

(Sumber data: Laboratorium Pusarpedal-KLH)

(25)

Nilai pH pada semua lokasi termasuk titik kontrol adalah berkisar 8, hal ini sesuai dengan kondisi alami pH air laut secara alami yang cenderung basa yaitu sampai 8. Selain itu pH yang bersifat basa ini mungkin terpengaruh oleh sedimen dan pasir nikel yang terdapat pada daerah pemantauan yang memiliki sifat basa. Bahan yang mungkin memberikan efek basa pada lokasi tersebut adalah ore. Nickel ore adalah bijih nikel, yaitu mineral atau agregat mineral yang mengandung nikel. Bijih nikel yang dibutuhkan dalam proses penambangan ini adalah bijih yang mempunyai sifat basa, sehingga limbah cair yang dihasilkan oleh penambangan bijih nikel ini bersifat basa.

TSS pada lokasi pemantauan dan kontrol nilainya masih dibawah ambang batas sesuai peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Nilai TSS tersebut kecil kemungkinan karena perusahaan tambang nikel tersebut sudah melakukan pengelolaan bahan tambang sehingga kelarutan partikelnya rendah dan memiliki berat jenis yang tinggi. Dengan kondisi seperti ini maka jika pasir nikel berada pada suatu perairan atau tumpah ke perairan maka partikel akan relatif cepat mengendap di dasar perairan, sehingga menyebabkan TSS nya sangat rendah. Hal ini terbukti dengan nilai TSS di lokasi pemantauan sangat rendah yaitu 1 mg/L.

Logam berat yang mencemari lingkungan, sebagian besar disebarkan melalui jalur air.

Proses ini akan lebih cepat bila memasuki tubuh manusia melalui rantai makanan. Logam berat terakumulasi pada jaringan hewan dan tumbuhan, jika dikonsumsi manusia sebagai rantai makanan tertinggi maka akumulasi akan terjadi pada tubuh manusia. Sangatlah sukar untuk membersihkan lingkungan yang

tercemar oleh logam berat tersebut. Oleh karena itu untuk mengontrol pencemaran lingkungan akibat logam berat, perlu dibatasi kandungan maksimum logam berat dalam suatu limbah yang diperbolehkan dibuang di badan air [6].

Kandungan logam berat Zn pada perairan tersebut jika dilihat dari semua lokasi termasuk kontrol, konsentrasinya sedikit melebihi baku mutu. Hal ini menunjukkan bahwa secara alami kandungan Zn sudah cukup tinggi.

Suatu perairan atau batuan jika terdapat kandungan hasil tambang yang cukup besar, maka beberapa logam ikutannya akan tinggi juga[6]. Hampir 70% keberadaan Zn di dunia dihasilkan dari penambangan. Logam Zn sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan sebagai ion, Zn bebas memiliki toksisitas tinggi [7]. Seng (Zn) mempunyai dampak negatif bagi kesehatan terutama jika kadarnya sudah melebihi ambang batas.

Konsumsi Zn berlebih dapat mengakibatkan defisiensi mineral lain. Intake Zn 150-450 mg/ hari mengakibatkan penurunan kadar Cu, pengubahan fungsi Fe, pengurangan imunitas tubuh, serta pengurangan kadar high density lipoprotein (HDL). Satu kasus yang dilaporkan karena seseorang mengonsumsi 4 g Zn-glukonat (570 mg unsur Zn) yang setelah 30 menit berakibat mual dan muntah.

Pemberian dosis tunggal sebesar 225-500 mg Zn bisa mengakibatkan muntah, sedangkan pemberian suplemen dengan dosis 50-150 mg/ hari mengakibatkan sakit pada alat pencernaan. Konsumsi Zn lebih dari 50 mg/

hari selama beberapa minggu bisa menggangu ketersediaan biologi Cu, sedangkan konsumsi Zn yang tinggi bisa mempengaruhi sintesis ikatan Cu protein atau metalotionin dalam

(26)

usus. Konsumsi Zn berlebih akan menggangu metabolisme mineral lain, khususnya Fe dan Cu [8].

Konsentrasi merkuri (Hg) di perairan pada titik B, D dan F melebihi baku mutu. Hal tersebut mungkin disebabkan lokasi tersebut cukup dekat dengan tumpahan pasir nikel. Merkuri termasuk polutan yang berbahaya bagi kesehatan manusia, sehingga keberadaannya di lingkungan harus diperhatikan. Semua bentuk merkuri baik dalam bentuk metil maupun dalam bentuk alkil yang masuk ke dalam tubuh mausia secara terus menerus akan menyebabkan kerusakan permanen pada otak, hati dan ginjal [9]. Perairan yang telah tercemar logam berat merkuri bukan hanya membahayakan komunitas biota yang hidup dalam perairan tersebut, tetapi juga akan membahayakan kesehatan manusia. Hal ini karena sifat logam berat yang persisten pada lingkungan, bersifat toksik pada konsentrasi tinggi dan cenderung terakumulasi pada biota [10]. Senyawa metil merkuri yang masuk ke dalam rantai makanan, terakumulasi pada ikan dan biota sungai.

Merkuri pada ikan dan biota perairan membahayakan kehidupan manusia karena adanya rantai makanan. Logam berat seperti Hg terakumulasi dalam mikro-organisme yang hidup di air (sungai, danau, laut) melalui proses metabolisme. Bahan-bahan yang mengandung logam berat yang terbuang kedalam perairan dimakan oleh mikro- organisme tersebut dan secara kimiawi terubah menjadi senyawa yang sangat berbahaya.

Mikro-organisme dimakan ikan sehingga logam berat tersebut terakumulasi dalam jaringan tubuh ikan. Ikan kecil menjadi rantai makanan ikan besar dan akhirnya dikonsumsi

oleh manusia. Berdasarkan penelitian, konsentrasi Merkuri yang terakumulasi dalam tubuh ikan diperkirakan 40-50 ribu kali lipat dibandingkan konsentrasi merkuri dalam air yang terkontaminasi [11].

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tingginya konsentrasi Hg dan Zn kemungkinan disebabkan telah terjadi peluruhan mineral logam dari tumpahan pasir nikel tersebut masuk ke dalam perairan Teluk Buli.

Konsentrasi nikel di semua lokasi masih dibawah ambang batas yang dipersyaratkan.

Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan tambang nikel yang bersangkutan, telah melakukan proses pengikatan nikel secara sempurna sehingga hanya sedikit yang dapat larut dalam air.

Pencemaran di perairan ini disamping berasal dari tumpahan pasir nikel, kemungkinan dari kegiatan pengoperasian kapal, adanya kebocoran bahan bakar minyak dari instalasi permesinan, pipa-pipa, tangki-tangki, tumpahan lain, atau adanya bekas cucian, yang akhirnya tercampur dalam air. Pencemaran akibat kecelakaan kapal banyak terjadi di perairan laut karena adanya tumpahan- tumpahan muatan minyak, muatan bahan cair beracun sebagai akibat terjadinya kecelakaan kapal seperti tubrukan, kandas, kebakaran, dan sebagainya.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, tumpahan pasir nikel diperairan tersebut tidak begitu mempengaruhi kualitas air, namun menyebabkan kerusakan pada ekosistem dasar laut . Dengan kapasitas pasir nikel yang cukup besar menutupi dasar lautan, maka akan menyebabkan kehidupan organisme dasar sungai akan musnah sebagian. Sembiring

Referensi

Dokumen terkait

Tingkat awareness petugas terkait dengan Tuberkulosis sudah tinggi yaitu 86,5 % memiliki health awareness tinggi.Tingkat stigma petugas 65,4% masih memiliki

Diduga rendahnya kinerja pegawai di Sekretariat Daerah Kota Semarang tersebut dikarenakan rendahnya kesempatan pengembangan karir, pemberdayaan pegawai dan budaya kerja

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau

Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tidak hanya dilakukan untuk pihak internal saja tetapi juga dilaksanakan untuk pihak eksternal dengan adanya Program BRIncubator

Pertanahan Kabupaten Kebumen 12 tanah yang dikuasai oleh TNI AD seluas sekitar 250 hektar merupakan tanah negara (belum didaftar) terletak di Pesisir Selatan (Urut Sewu) sepanjang

Jelas ZEE mewujudkan konflik, tetapi di sebalik konflik, wujud manfaat yang besar dalam bentuk material mahupun ruang untuk meningkatkan kefahaman dan hubungan antara dua buah

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka Peraturan Bupati Aceh Timur Nomor 32 Tahun 2014 tentang Alokasi Dana Gampong dan Alokasi Bagian Dari Hasil Pajak Daerah dan

Pada tikus yang diberi obat pencahar parafin cair, efek kerjanya terlihat setelah 6 jam pasca pemberian obat dimana terjadi perubahan konsistensi feses tikus