PEKERJAAN :
STUDI KOMPARATIF WADUK-WADUK DI DAS CISANGGARUNG
BUKU III G
EXECUTIVE SUMMARY
TAHUN ANGGARAN 2007
Nomor Kontrak : KU.08.08/BBWS.02.08.A2/02/01
Tanggal 30 Mei 2007
KATA PENGANTAR
Pekerjaan “Studi Komparatif Waduk-Waduk di DAS Cisanggarung” dilaksanakan berdasarkan Surat Perjanjian (Kontrak) No: KU.08.08/BBWS.02.08.A2/02/01 tanggal 30 Mei 2007 antara Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung cq.
PPK-02 : Perencanaan dan Program dengan PT Gracia Widyakarsa sebagai pelaksana pekerjaan. Pelaksanaan pekerjaan ini didasarkan atas Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK) No: KU.08.08/BBWS.02.08.A2/02/87, tanggal 30 Mei 2007. Untuk memenuhi Kontrak Pekerjaan tersebut diatas produk pekerjaan yang harus disajikan adalah “Laporan Akhir, yang terdiri dari:
1. Buku I : Laporan Akhir 2. Buku II : Laporan Utama
A. Pra Disain Waduk Cileuweung B. Pra Disain Waduk Cimulya 3. Buku III : Laporan Penunjang
A. Laporan Hidrologi & Hidrometri B. Laporan Pengukuran
C. Geologi & Mekanika Tanah D. RAB dan Dokumen Tender
E. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan F. Gambar
Gambar Perencanaan Kalkir A1
Gambar perencanaan A1
Gambar Perencanaan A3 G. Ringkasan Eksekutif
Buku ini adalah Buku III Bagian G: ”Ringkasan Eksekutif”, yang berisi tentang ringkasan hasil studi komparatif waduk – waduk di DAS Cisanggarung.
Demikian Laporan ini kami buat, mohon diperiksa adanya. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian pekerjaan ini.
Cirebon, 25 November 2007 Ketua Tim
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Maksud dan tujuan ... 2
1.3. Sasaran dan Manfaat ... 3
1.4. Lokasi Wilayah Kajian ... 3
1.5. Ruang Lingkup... 5
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SUNGAI CISANGGARUNG... 9
2.1. Wilayah Administrasi ... 9
2.2. Topografi... 9
2.3. Jenis Tanah dan Tata Guna Lahan ... 10
2.3.1. Jenis Tanah ... 10
2.3.2. Tata Guna Lahan ... 10
2.4. Geologi Regional ... 12
2.4.1. Morfologi... 12
2.4.2. Hidrogeologi Regional ... 12
2.4.3. Kondisi Stratigrafi ... 12
2.4.4. Geologi Struktur ... 13
2.5. Klimatologi ... 14
2.6. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat... 15
2.6.1. Kabupaten Kuningan ... 15
2.6.2. Kabupaten Brebes... 16
2.6.3. Kabupaten Cirebon ... 17
BAB IV PENENTUAN WADUK TERPILIH ... 19
3.1. Kriteria Penilaian ... 19
3.1.1. Aspek Teknis ... 19
3.1.2. Aspek Non Teknis ... 20
3.2. Hasil Penilaian ... 20
BAB IV PRA DISAIN WADUK CILEUWEUNG ... 25
4.1. Tipe Bendungan ... 25
4.2. Stabilitas Bendungan ... 28
4.3. Bangunan Pengelak... 37
4.3.1. Cofferdam ... 37
4.3.2. Terowongan Pengelak ... 38
4.4. Spillway ... 39
4.5. Bangunan Outlet ... 42
4.6. Pembangkit Listrik... 42
4.7. Instrumentasi... 43
BAB V PRA DISAIN WADUK CIMULYA ... 45
5.1. Tipe Bendungan ... 45
5.2. Stabilitas Bendungan ... 47
5.3. Bangunan Pengelak... 56
5.3.1. Cofferdam ... 56
5.3.2. Terowongan Pengelak ... 57
5.4. Spillway ... 58
5.5. Bangunan outlet ... 60
5.6. Pembangkit Listrik... 61
5.7. Instrumentasi... 62
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI... 64
6.1. Kesimpulan ... 64
6.2. Rekomendasi... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2-1. Proporsi Jenis Lahan Dirinci Menurut Lahan Sawah dan Bukan Sawah... 10
Tabel 2-2. Rincian Penggunaan Lahan Sawah dan Bukan Sawah di Kabupaten Brebes dan Kuningan Tahun 2005... 11
Tabel 2-3. Rincian Luasan Areal Lahan Sawah Menurut Frekuensi Panen, di Kabupaten Brebes dan Kuningan Tahun 2005 ... 11
Tabel 2-4. Data Klimatologi di WS Cisanggarung per Tahun ... 14
Tabel 2-5. Penyebaran curah hujan di tiap daerah ... 15
Tabel 3-1. Hasil Penilaian untuk Menentukan Waduk Prioritas ... 20
Tabel 3-2. Hasil Analisa Parameter ekonomi... 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1-1. Peta Lokasi dan Wilayah Studi... 4
Gambar 4-1. Lokasi Quarry Area di Waduk Cileuweung ... 25
Gambar 4-2. Lokasi Borrow area di Waduk Cileuweung ... 26
Gambar 4-3. Potongan Memanjang Main Dam... 27
Gambar 4-4. Potongan Memanjang Saddle Dam ... 28
Gambar 4-5. Grafik hubungan antara periode ulang (T) dan koefisien gempa (k) ... 34
Gambar 4-6. Hasil analisa rembesan ... 37
Gambar 4-7. Hasil analisis Hydroulik Terowongan Pengelak dengan HEC-HMS berdasarkan Q25... 38
Gambar 4-8. Bentuk Melintang Terowongan Pengelak ... 39
Gambar 4-9. Spillway Tampak Atas... 40
Gambar 4-10. Spillway Tampak Samping... 41
Gambar 4-11. Hasil analisis Hydroulik Spillway dengan HEC-HMS berdasarkan PMF . 41 Gambar 4-12. Hasil analisis Hydroulik Spillway dengan HEC-HMS berdasarkan Q100.. 41
Gambar 4-13. Skema Pembangkit listrik ... 42
Gambar 5-2. Lokasi Quarry Area di Waduk Cimulya... 45
Gambar 5-1. Lokasi Borrow area di Waduk Cimulya ... 46
Gambar 5-3. Grafik hubungan antara periode ulang (T) dan koefisien gempa (k) ... 52
Gambar 5-4. Hasil analisa rembesan ... 56
Gambar 5-5. Hasil analisis Hydroulik Terowongan Pengelak dengan HEC-HMS berdasarkan Q25... 56
Gambar 5-6. Bentuk Melintang Terowongan Pengelak ... 58
Gambar 5-7. Spillway Tampak Atas... 59
Gambar 5-8. Spillway Tampak Samping... 59
Gambar 5-9. Hasil analisis HEC-HMS berdasarkan PMF ... 60
Gambar 5-10. Hasil analisis HEC-HMS berdasarkan Q100... 60
Gambar 5-11. Skema Pembangkit listrik ... 61
1. BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jumlah potensi sumber daya air tahunan di wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung pada tahun 2000 adalah sebesar ± 8,00 milyar m3selama musim hujan (periode Oktober - April) dan menurun sampai tinggal 20 % pada musim kemarau (periode April - Oktober).
Tingginya fluktuasi potensi sumber daya air antara musim hujan dan musim kemarau menandakan telah menurunnya daerah resapan air di wilayah ini baik segi luasannya maupun fungsinya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya peningkatan alih fungsi lahan di daerah resapan untuk keperluan pengembangan fisik prasarana, pemukiman, dan lahan usaha pertanian masyarakat yang kurang mempertimbangkan kelestarian lingkungan.
Sehubungan dengan perkembangan kondisi-kondisi di atas dan seiring dengan perubahan kebijakan Pemerintah Pusat maupun daerah yang terkait dengan pengelolaan sumber daya air, maka diperlukan tindak lanjut dalam rangka pemanfaatan potensi sumber daya air yang telah dilakukan tinjauan / studi sebelumnya dalam Master Plan Pengembangan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Cisanggarung. Kegiatan tindak lanjut tersebut adalah studi identifikasi komparatif terhadap calon-calon waduk di DAS Cisanggarung yang dapat diberdayakan untuk kebutuhan irigasi, rumah tangga, industri dan lain-lain. Beberapa lokasi calon waduk di DAS Cisanggarung antara lain :
1. Waduk Seuseupan di Sungai Cijurey
2. Waduk Cihirup (Cipanundan) di Sungai Cipanundan 3. Waduk Masigit di Sungai Ciberes
4. Waduk Maneungteung di Sungai Cisanggarung 5. Waduk Gunungkarung di Sungai Cisanggarung
6. Waduk Cihowe di Sungai Leuwiliang anak Sungai Cisanggarung 7. Waduk Peucang di Sungai Cihowe anak Sungai Cijangkelok
8. Waduk Dukuhbadag di Sungai Cijangkelok 9. Waduk Cileuweung di Sungai Cikaro 10. Waduk Ciwaru di Sungai Citaal 11. Waduk Ciniru di Sungai Cipedak
12. Waduk Cimulya di Sungai Cisrigading, anak Sungai Cijangkelok 13. Waduk Cimara di Sungai Cijangkelok
14. Waduk Cigalagah di Sungai Cigalagah 15. Waduk Haur Kuning di Sungai Citambeng
Dari 15 (lima belas) calon waduk tersebut di atas terdapat beberapa calon waduk yang sudah dilakukan studinya yaitu : Waduk Cipanundan, Waduk Cimara, dan Waduk Ciniru.
Untuk Waduk Cipanundan sudah dilakukan studi sampai dengan taraf desain pada tahun 2005 dan AMDAL dari Waduk Cipanundan juga saat ini sedang dilaksanakan, Sementara Waduk Ciniru dihentikan studinya atas permintaan dari warga masyarakat Ciniru sendiri pada tahun 2004 sedangkan Waduk Cimara dari hasil studi yang diiaksanakan pada tahun 2004 tidak layak secara ekonomi.
Proyek Induk Pengembangan Wilayah Sungai Cimanuk - Cisanggarung ( Sekarang Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk-Cisanggarung) dibentuk dengan tujuan untuk meningkatkan pelestarian dan pemanfaatan potensi sumber air serta pengendalian banjir di daerah aliran Sungai Cisanggarung, untuk mencapai tujuan tersebut pada saat ini dilakukan studi komparatif beberapa lokasi waduk yang berpeluang untuk dikembangkan.
1.2. Maksud dan tujuan
Maksud dari pekerjaan ini adalah mengkaji calon-calon waduk yang berpeluang untuk mengatasi kekurangan air di Wilayah Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon bagian timur dan Kabupaten Brebes.
Tujuan pekerjaan seperti tersebut di atas diharapkan diperoleh hasil kajian mengenai calon- calon waduk yang berpeluang mengatasi kekurangan air untuk dapat diterapkan pada masa kini dan masa mendatang.
1.3. Sasaran dan Manfaat
Sasaran dan Manfaat dari pekerjaan ini adalah meningkatkan produktivitas pertanian di wilayah Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon bagian Utara-Timur dengan manfaat dapat memenuhi kebutuhan air untuk keperluan irigasi dan pertanian, rumah tangga dan bahkan industri serta pariwisata.
1.4. Lokasi Wilayah Kajian
Lokasi Studi di DAS Cisanggarung dan sebagian di DAS Pantura Cirebon-Indramayu bagian timur (Gambar 1-1).
Gambar 1-1. Peta Lokasi dan Wilayah Studi
1.5. Ruang Lingkup
Lingkup pekerjaan ini adalah adalah sebagai berikut :
A. Inventarisasi dan pengumpulan data-data yang akan digunakan untuk studi. Data tersebut antara lain berupa :
1) Peta topografi skala 1:25000 dan 1:50000 2) Peta Geologi
3) Peta Hidrologi
4) Data lain seperti data tata ruang kabupaten yang menjadi sasaran, data kebutuhan air untuk keperluan irigasi dan Iain-lain.
B. Melakukan survey / identifikasi pada lokasi calon waduk yang belum pernah dilakukan study sebelumnya. Hasil survey / identifikasi dan pemetaan harus memberikan gambaran secara jelas hal-hal sebagai berikut :
1) Calon waduk yang terpilih 2) Volume tampungan
3) Luas areal rencana genangan 4) Panjang as Dam
5) Ketinggian Dam 6) Ketersediaan material 7) Jalan masuk
C. Analisis hidrologi untuk mengetahui potensi air permukaan pada lokasi calon waduk dengan memperhitungkan :
1) Base flow
2) Analisis debit rencana ( maksimum ) 3) Besarnya debit andalan
4) Besarnya tingkat evaporasi 5) Potensi air tahunan
6) Kebutuhan air irigasi
D. Analisis hidrolika, termasuk studi tetak tipe pelimpah ( spillway) berdasarkan data hidrologi.
E. Melakukan pengukuran dan pemetaan topografi pada lokasi calon--calon waduk yang terpilih.
F. Melakukan penyelidikan, geologi / mekanika tanah pada lokasi-lokasi rencana bendungan. Pekerjaan geologi dan mekanika tanah ini meliputi :
1) Analisis data peta geologi pada lokasi as dam-dam daerah genangan.
2) Analisis terhadap patahan / sesar yang terjadi.
3) Pemboran inti 4) SPT
5) Undisturbed sampling 6) Uji Permeabilitas lapangan 7) Test pit
8) Analisis laboratorium.
G. Melakukan analisis terhadap calon waduk berupa :
1) Menentukan beberapa alternatif lokasi as dam dengan berbagai pertimbangan.
2) Memperkirakan type dam yang sesuai dengan geologi / mekanika tanah.
3) Menentukan optimasi diameter terowong pengelak dan cofferdam.
4) Menentukan volume waduk dan tinggi bendungan berdasarkan kebutuhan air yang harus ditampung.
5) Memperkirakan letak dan jenis instrumentasi dalam tubuh bendungan.
6) Memperkirakan acces road dan haul road.
H. Analisis kebutuhan air seluruh sektor pengguna ( irigasi & DMI ) pada saat ini dan kebutuhan untuk 20 tahun mendatang.
I. Analisis ekonomi, menentukan IRR dan BCR, dll J. Penggambaran Basic desain calon waduk terpilih
K. Pembuatan laporan-laporan yang disampaikan dalam tahapan-tahapan sebagai berikut :
Pelaporan yang perlu diserahkan oleh Konsultan meliputi : 1) Laporan Bulanan
Laporan bulanan berisikan kemajuan pekerjaan pada bulan yang lalu dan rencana kerja pada bulan berikutnya (yang akan datang), laporan dibuat setiap bulan sebanyak 5 (lima) buku dan diserahkan kepada Direksi paling lambat setiap tanggal 3 pada bulan berikutnya.
2) Laporan Prosedur Mutu Kontrak
Laporan ini memuat rencana kerja secara detail dari awal pekerjaan hingga akhir pekerjaan dengan disertai check list dalam bentuk tabel. Laporan ini
merupakan media evaluasi dan monitoring yang efektif mengenai realisasi pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini harus diserahkan paling lambat 3 minggu setelah SPMK diterbitkan, laporan dibuat rangkap 10 (sepuluh).
3) Laporan Pendahuluan, berisi kerangka kerja yang -akan disampaikan dalam studi perencanaan umum dan berisi rencana pengumpu(an data serta sumber data.
Laporan Pendahuluan harus disampaikan kepada Direksi pada akhir bulan kesatu, laporan dibuat rangkap 10 (sepuluh).
4) Laporan Kriteria Perencanaan.
5) Interim/Sela, berisi semua hasil studi yang telah dilaksanakan, rencana kegiatan selanjutnya dan masalah yang ada serta saran dan kesimpulan, laporan dibuat rangkap 10 (sepuluh).
6) Laporan akhir sementara, berisi semua hasil studi yang sudah disetujui oleh Direksi dan harus diserahkan kepada Direksi untuk dikoreksi paling lambat pertengahan bulan keempat, laporan dibuat rangkap 10 (sepuluh).
7) Laporan akhir, harus diserahkan kepada Direksi paling lambat pada akhir bulan keempat, laporan dibuat rangkap 10 (sepuluh) terdiri dari Laporan Utama dan Laporan Penunjang.
8) Laporan penunjang terdiri dari : a Laporan hidrologi dan hidrometri b Laporan geologi dan mekanika tanah c Laporan pengukuran
d Laporan pedoman O & P bendungan
e Rencana anggaran biaya dan dokumen tender f Gambar kalkir A1
g Gambar perencanaan A1 dan A3 h Laporan Eksekutif
i Soft copy laporan dan gambar.
L. Diskusi minimal harus dilaksanakan sebanyak tiga tahap. Tahapan diskusi adalah sebagai berikut :
1) Diskusi Tahap Pertama Kick of meeting dan rencana mutu desain/ kontrak.
2) Melaporkan / mempresentasikan Laporan Pendahuluan dan kegiatan survey / identifikasi calon waduk serta permasalahan dalam inventarisasi pengumpulan data.
3) Diskusi Tahap Kedua mempresentasikan Laporan Interim dan melaporkan hasil analisis geologi dan penyelidikan mekanika tanah, dengan mengundang stake holder terkait di Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Brebes.
4) Diskusi Tahap Ketiga melaporkan / mempresentasikan hasil analisis hidrotogi dan perencanaan struktur bendungan dan Laporan Akhir Sementara.
5) Diskusi sosialisasi dilaksanakan di daerah wilayah studi.
2. BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH SUNGAI CISANGGARUNG
2.1. Wilayah Administrasi
Secara umum lokasi rencana studi komparatif waduk-waduk di DAS Cisanggarung secara geografi masuk dalam Wilayah Daerah Aliran Sungai Cisanggarung yang terletak pada titik koordinat 105o20' - 108o 47' Bujur Timur dan 6o 45' - 7o12' Lintang Selatan. Secara administratif berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Kabupaten Cirebon
Sebelah Timur : Kabupaten Brebes (Jawa Tengah)
Sebelah Selatan : Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Cilacap (Jawa Barat) Sebelah Barat : Kabupaten Majalengka
2.2. Topografi
Permukaan tanah Wilayah Daerah Aliran Sungai Cisanggarung relatif datar dengan variasi berbukit-bukit terutama Kuningan bagian Barat dan bagian Selatan yang mempunyai ketinggian berkisar 700 meter di atas permukaan laut, sampai ke dataran yang agak rendah seperti wilayah Kuningan bagian Timur dengan ketinggian antara 120 meter sampai dengan 222 meter di atas permukaan laut. Kondisi wilayah Wilayah Daerah Aliran Sungai Cisanggarung yang berada di kaki gunung Ciremai (lebih dari 3.000 meter di atas permukaan laut) sangat bervariasi yaitu dengan ketinggian antara 25 - 2.000 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar Wilayah Daerah Aliran Sungai Cisanggarung berada pada ketinggian antara 500 - 1.000 meter di atas permukaan laut yang mencapai 58,90%, sedangkan wilayah dengan ketinggian di atas 1.000 dpl hanya 6,08%. Kondisi itupun menyebabkan Wilayah Daerah Aliran Sungai Cisanggarung mempunyai kemiringan yang bervariasi. Untuk DAS Cisanggarung memiliki variasi ketinggian, sebagai berikut:
ketinggian 25-100 meter diatas dpl seluas 10.915,47 ha (9,26%), ketinggian 100-500 meter dpl seluas 69.414,92 ha (58,90%), ketinggian 500-1000 meter dpl seluas 30.538,15 ha
(25,91%) dan ketinggian lebih dari 1000 meter dpl seluas 6.989,01 ha (5,93%). Gambar 2-1 memperlihatkan kondisi topografi daerah studi.
2.3. Jenis Tanah dan Tata Guna Lahan
2.3.1. Jenis Tanah
Kondisi tanah di DAS Cisanggarung sangat dipengaruhi oleh fisiografi dan kondisi geologi daerah setempat. Kondisi tanah terbagi menjadi 7 (tujuh) unit tanah, sebagai berikut (Gambar 2-2):
1. Lithosol 2. Regosol 3. Latosol.
4. Andosol 5. Podsolik 6. Grumosol 7. Alluvial
2.3.2. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di DAS Cisanggarung yang meliputi Kabupaten Brebes dan Kuningan dapat dikelompokkan kedalam 2 golongan, yaitu lahan sawah dan lahan bukan sawah.
Lahan sawah meliputi sawah pengairan teknis, sawah pengairan 1/2 teknis, sawh pengairan sederhana, sawah pengairan desa / non PU, sawah tadah hujan, sawah pasang surut, dan lebak /polder / lainnya. Sedangkan lahan bukan sawah meliputi bangunan &
pekarangan, tegal, ladang/huma, padang rumput, lahan sementara tidak diusahakan, hutan rakyat, hutan negara, perkebunan negara lainnya, rawa-rawa, tambak, dan kolam.
Tabel 2-1 dan 2-2 berikut ini menyajikan tataguna lahan pada Kabupaten Kuningan dan Brebes menurut data tahun 2005.
Tabel 2-1. Proporsi Jenis Lahan Dirinci Menurut Lahan Sawah dan Bukan Sawah
No. Jenis Lahan
Brebes Kuningan
Luas (Ha) Persen Luas (Ha) Persen
1. Luas lahan sawah 63.127 38.08% 29.374 27.31%
2. Luas lahan bukan sawah 102.646 61.92% 78.173 72.69%
3. Jumlah 165.773 100.00% 107.547 100.00%
Tabel 2-2. Rincian Penggunaan Lahan Sawah dan Bukan Sawah di Kabupaten Brebes dan Kuningan Tahun 2005
No Jenis Penggunaan Lahan Brebes Kuningan
Luas (Ha) Persen Luas (Ha) Persen) I Penggunaan Lahan Sawah
1.1 Pengairan Teknis 30.997 18.70% 4.702 4.37%
1.2 Pengairan 1/2 teknis 10.336 6.24% 9.224 8.58%
1.3 Pengairan Sederhana 5.879 3.55% 2.936 2.73%
1.4 Pengairan desa / Non PU 1.910 1.15% 4.217 3.92%
1.5 Tadah hujan 13.881 8.37% 8.471 7.88%
1.6 Pasang surut 0 0.00% 0 0.00%
1.7 Lebak /Polder / lainnya 124 0.07% 0 0.00%
SUB – JUMLAH 63.127 38.08% 29.550 27.48%
II Penggunaan Lahan Bukan Sawah
2.1 Bangunan & Pekarangan 19,066 11.50% 19.917 18.52%
2.2 Tegal 17,839 10.76% 11.447 10.64%
2.3 Ladang/Huma 0 0.00% 4.737 4.40%
2.4 Padang Rumput 0 0.00% 2.77 2.58%
2.5 Sementara tidak diusahakan 0 0.00% 0 0.00%
2.6 Hutan rakyat 4,037 2.44% 6.86 6.38%
2.7 Hutan Negara 48,451 29.23% 25.718 23.91%
2.8 Perkebunan Negara 1,184 0.71% 2.434 2.26%
2.9 Lainnya 4,387 2.65% 3.084 2.87%
2.10 Rawa-rawa 0 0.00% 0 0.00%
2.11 Tambak 7,639 4.61% 0 0.00%
2.12 Kolam 7 0.00% 0.535 0.50%
SUB – JUMLAH 102,610 61.90% 77.502 72.06%
JUMLAH TOTAL 165.773 100.00% 107.547 100.00%
Data luasan panen memberikan gambaran tentang kemakmuran dan kecukupan irigasi dalam suatu wilayah. Apabila terdapat proporsi yang besar untuk panen padi dua kali atau lebih maka dapat diindikasikan daerah tersebut memiliki tingkat kecukupan air yang tinggi, dengan kata lain jaringan irigasinyapun baik. Peta Tata Guna Lahan di DAS Cisanggarung di sajikan pada Gambar 2-3.
Berikut ini jumlah areal sawah dirinci menurut frekuensi panen padi.
Tabel 2-3. Rincian Luasan Areal Lahan Sawah Menurut Frekuensi Panen, di Kabupaten Brebes dan Kuningan Tahun 2005
No Jenis Penggunaan Lahan Brebes Kuningan
Luas (Ha) Persen Luas (Ha) Persen)
1 1 kali panen 38.472 60,94% 7.165 6,66%
2 2 kali atau lebih 21.699 34,37% 22.385 20,81%
3 Sementara tidak diusahakan 2.956 4,68% 0 0,00%
Jumlah Lahan Sawah 63.127 100,00% 29.550 27,48%
2.4. Geologi Regional
2.4.1. Morfologi
Geomorfologi Daerah Aliran Sungai Cisanggarung terbagi menjadi 3 (tiga) unit. Unit tersebut meliputi satuan dataran pantai utara yang berupa endapan alluvial. Endapan ini menutupi perlapisan horizontal batupasir tufaan dan batulempung yang berumur Kuarter.
Satuan kedua berupa daerah Perbukitan Serayu Utara atau Zona Bogor. Perbukitan ini tersusun batuan yang berumur Tersier seperti Formasi Halang, Rambat dan lain-lain.
Satuan ini mengalami proses endogen yang berupa sesar dan perlapisan batuan. Satuan ketiga berupa Gunungapi Kuater. Satuan ini akbit adanya proses aktivitas Gunungapi Ciremai yang ada sebelah barat daerah penelitian.
2.4.2. Hidrogeologi Regional
Berdasar Peta Hidrogeologi yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Depatemen Energi dan Sumber Daya Mineral skala 1 : 250.000, ditilik dari jenis batuan pembentuk dikaitkan dengan kesarangannya, terdapat beberapa kelompok akuifer, yakni :
Akuifer dengan aliran melalui ruang antar butir
Akuifer dengan aliran melalui celah dan ruang antar butir
Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran.
Akuifer dengan produktivitas rendah dan airtanah langka
2.4.3. Kondisi Stratigrafi
Berdasarkan peta geologi yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Depatemen Energi dan Sumber Daya Mineral skala 1 : 100.000 dan pengamatan lapangan, daerah aliran sungai Cisanggarung secara geologi terbagi menjadi beberapa formasi. Stratigrafi daerah Cisanggarung dari muda sampai tua sebagai berikut :
1. Batuan berumur Holosen
Lempung, lanau, pasir, kerakal (Qa)
Endapan vulkanik muda, lava (Qyl)
Endapan vulkanik tua, lava(Qvl)
2. Batuan berumur Pleistosen
Endapan vulkanik tak teruraikan, breksi, lahar, lava (Qvu)
Endapan erupsi dari ciremai muda, lahar (Qvc)
Endapan lahar sepanjang kali cipeda, fragmen andesit masuk pasir dalam (Qlc)
Endapan erupsi gunung ceremai tua, breksi, lava, tufa (Qpc) 3. Batuan berumur Pliosen
Formasi gintung (Qpg) tersusun atas konglomerat, batupasir, batulempung, breksi
Formasi Kaliwangu (Qpk) tersusun atas batulempung, batupasir, konglomerat, batugamping
Formasi Ciherang (Tpch) tersusun atas breksi, batupasir dan konglomerat
Formasi Cijulang (Tpcl) tersusun atas konglomerat dan batupasir
Formasi Kalibiuk (Tpb) tersusun atas batulempung, napal, batupasir, konglomerat
Formasi Kumbang (Tpk) tersusun atas breksi, lava, tufa, batupasir dan konglomerat.
4. Batuan berumur Miosen
Formasi Halang (Tmh) tersusun atas breksi, tufa, konglomerat, batupasir dan terumbu karang
Formasi Lawak (Tml) tersusun atas napal, batugamping, batupasir, batulempung
Formasi Rambatan (Tmr) tersusun atas batupasir, konglomerat, napal dan serpihan batu
Formasi Pemali (Tmp) tersusun atas napal dan batulempung 5. Batuan berumur Eosen
Sills dan dike, dari batuan andesit dan basal
Batuan beku tak teruraikan 2.4.4. Geologi Struktur
Geologi struktur berdasarkan peta geologi tersebut terdiri atas sesar naik, sesar geser, perlipatan (antiklin dan sinklin). Sesar naik relative ke arah barat-timur. Sesar geser ada dua yaitu sesar geser sinistral relative ke arah barat laut – tenggara dan sesar geser dekstral relative ke arah barat daya – timur laut. Perlipatan (antiklin dan sinklin) mempunyai dua pola yaitu pola meratus yang mempunyai arah barat daya – timur laut dan pola jawa yang mempunyai arah barat – timur. Sesar naik yang relative besar terletak di sebelah utara DAS
yang memotong Sungai Cisanggarung, Sungai Ciberes, Sungai Cijurangjero dan Sungai Bangkaderes. Sesar tersebut menyebabkan blok hanging wall naik yaitu pada Formasi Halang (Tmh). Peta Geologi di DAS Cisanggarung dapat dilihat pada Gambar 2-4.
2.5. Klimatologi
1. Stasiun Pengamatan
Berdasarkan hasil inventarisasi stasiun hujan meteorologi DAS & stasiun penakar hujan pada daerah studi terdapat 20 stasiun meteorologi, 53 stasiun penakar hujan, dan 34 stasiun pengukur muka air sungai. (Gambar 2-5)
2. Iklim
Suhu udara di DAS Cisanggarung berkisar antara 23oC dan 33,07oC dengan suhu udara rata – rata tahunan 27,05oC. Tempat – tempat yang berdekatan dengan pantai mempunyai suhu lebih tinggi dibandingkan di daerah bukit dengan kelembaban udara berkisar antara 74,06% dan 83,71% dengan rata – rata suhu tahunan 78,81%.
Tabel 2-4. Data Klimatologi di WS Cisanggarung per Tahun
Tahun Wind Speed
Air
Press. TEMPERATURE (oC) Humi dity Radia tion Rain fall Rain days
knots mbar Rata2 Maks Min % % mm days
1991 04,07 1012 26,97 33,06 22,65 76,35 73,83 2709 161
1992 03,87 1012 26,67 32,36 22,90 81,81 67,33 3148 219
1993 03,47 1012 26,87 32,92 22,97 79,73 69,83 3066 196
1994 04,08 1012 27,04 33,25 22,73 74,06 72,25 2435 140
1995 03,38 1011 26,84 32,72 23,23 81,17 67,83 2625 171
1996 03,69 1011 26,84 32,85 22,88 80,94 69,83 2701 143
1997 03,80 1012 27,07 33,73 22,35 75,56 76,58 2331 109
1998 03,01 1011 27,38 33,22 23,72 83,71 64,58 3317 196
1999 03,67 1010 27,14 32,87 23,01 78,69 62,00 3104 156
2000 03,95 1010 27,19 32,93 23,07 78,42 57,25 2420 150
2001 03,85 1010 26,99 32,58 23,25 79,23 59,50 3129 157
2002 03,84 1011 27,61 34,38 23,36 76,06 42,80 1824 112
2003 03,46 1011 27,56 33,71 23,03 76,31 - 1992 137
Rerata 03,72 1011 27,05 33,07 23,01 78,81 65,30 2734 159
Sumber : Stasiun Jatiwangi
3. Curah Hujan
Musim hujan, yang biasanya berlangsung antara bulan Oktober sampai April, mencapai 85,1% dari tabel hujan tahunan.
Curah hujan pada daerah bagian barat dan selatan terutama daerah lereng gunung Ciremai berkisar antara 3.000 mm - 4.000 mm per tahun sedangkan pada daerah yang semakin datar di bagian timur dan utara berkisar antara 2.000 mm - 3.000 mm per tahun.
Tabel 2-5. Penyebaran curah hujan di tiap daerah No Curah Hujan
(mm/thn) Kecamatan
1 2.000 - 2.500 Cibingbin, Luragung, Cidahu, Cigugur, Garwangi,
Ciawigebang, Kadugede, Kuningan, Kramatmulya, Jalaksana, Selajambe, Subang, Lebakwangi, Ciniru
2 2.500 - 3.000 Luragung, Ciwaru, Lebakwangi, Subang, Ciniru, Darma, Kuningan, Kramatmulya
3 > 3.000 Kramatmulya, Ciawigebang, Jalaksana, Cilimus, Mandirancan, Pasawahan
Sumber : Dinas Sumber Daya Air dan Pertambangan Kab. Kuningan
2.6. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Informasi kondisi sosial ekonomi untuk daerah studi terletak di 3 (tiga) kabupaten yaitu Kab. Kuningan, Cirebon dan Brebes, maka kondisi sosial masyarakat akan ditinjau berdasarkan lokasi administrasi, serta mengacu pada komponen sosial ekonomi. Acuan yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi sosial ekonomi berdasar SK Kepala Bapedal No. Kep.-299/11/1996. sebagai berikut :
Demografi :
Struktur Penduduk
Proses Penduduk
Tenaga Kerja
Ekonomi :
Ekonomi Rumah Tangga
Ekonomi Sumber daya alam
Perekonomian lokal dan regional.
2.6.1. Kabupaten Kuningan
Jumlah Penduduk Kabupaten Kuningan Tahun 2006 tercatat 1.089.620 jiwa, terdiri dari laki-laki 542.645 jiwa dan perempuan 546.975 jiwa. Kepadatan penduduk pada tahun 2006 tercatat 975 jiwa/km2dengan luas daerah 1.117,95 km2.
Selanjutnya tinjauan kependudukan juga dapat dilihat dari jumlah rumah tangga. Kajian jumlah penduduk dari sisi rumah tangga dimaksudkan untuk melihat komposisi ayah ibu dan anak dalam rumah tangga. Semakin besar jumlah rasio anak dalam rumah tangga makin besar potensi perkembangan penduduk dan beban orang tua pada kehidupan rumah tangga. Jumlah rumah tangga pada tahun 2006 sejumlah 291.904 KK dan kepadatan per rumahtangga sebesar 3,73 KK/km2. Secara umum dapat dikatakan bahwa beban rumah tangga dilihat dari rasio jumlah anggota keluarga relatif baik. Rata-rata 4 anggota keluarga dalam satu KK. Jumlah rumah tangga dalam wilayah secara umum juga menunjukkan jumlah penduduk. Jumlah rumah tangga terbesar yang berarti juga jumlah penduduk besar terdapat pada kecamatan : Kalimanggis dan Sindangagung. Namun kedua wilayah ini juga merupakan kecamatan dengan luasan yang terbesar diantara kecamatan dalam Kabupaten Kuningan.
Diskripsi kependudukan tidaklah cukup dilihat dari jumlah saja, sisi kualitas juga perlu diperhatikan. Diskripsi kualitas penduduk dapat memberikan gambaran potensi mobilitas sosial dan ketenaga kerjaan serta juga potensi sumber daya manusia dalam satu wilayah.
Jumlah murid sekolah pada tahun 2006/2007 untuk TK (6.021 murid), SD (106.989 murid), SLTP (35.170 murid), SLTA (12.929 murid), SMK (11.199 murid). Data yang ada menunjukkan bahwa jenjang pendidikan Taman Kanak-kanak sampai dengan SLTP sudah terdapat pada semua kecamatan, namun tidak semua Kecamatan memiliki SLTA.
2.6.2. Kabupaten Brebes
Jumlah Penduduk di Kabupaten Brebes seluruhnya 1.727.708 jiwa (Kabupaten Brebes Dalam Angka 2005) yang tersebar di 17 kecamatan terdiri dari 862.649 laki – laki dan 865.059 perempuan. Dari jumlah penduduk yang ada sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani 29.96%, buruh tani 41.44%, nelayan 0.24%, buruh bangunan 6.32%, buruh industri 3.49%, pedagang 7.84%, pengangkutan 1.18%, PNS/TNI/POLRI 3.42%, Pensiunan 0.65%, Pengusaha dan Jasa 5.46%.
Jumlah penduduk di kecamatan Tanjung sebesar 91.717 jiwa yang terdiri dari 45.580 jiwa penduduk laki-laki dan 46.137 jiwa penduduk perempuan. Kepadatan penduduk kecamatan Tanjung adalah 1.345 jiwa/Km2, lebih padat dibandingkan dengan kepadatan Kabupaten Brebes, yaitu 1.884 jiwa/Km2. Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Brebes pada tahun yang sama sebesar 0,38% dengan jumlah KK 26.425 KK.
Kondisi sosial masyarakat digambarkan dalam indikator pendidikan dan jumlah KK menurut pentahapan kesejahteraan. Kualitas pendidikan masyarakat dicerminkan dari jumlah tamatan jenjang pendidikan. Makin besar jumlah penduduk yang menamatkan pendidikan tinggi maka makin sejahtera masyarakat dalam wilayah itu. Makin tinggi pendidikan mendorong produktivitas penduduk, pendidikan yang tinggi juga mencerkinkan kemampuan penduduk untuk membiayai pendidikan keluarganya. Di kabupaten Brebes jumlah murid pada tahun 2005 untuk SI (14.293 murid), D3 (11.114 murid), tamat SMU (97.170 murid), tamat SLTP (165.144 murid), tamat SD (492.224 murid), tidak/blm tamat SD (383.678 murid), tidak/blm pernah sekolah (177.698). Data yang ada menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang menamatkan jenjang pendidikan tinggi (D3 dan S1) berkisar 1,87% dari jumlah penduduk Kabupaten Brebes. Mayoritas penduduk Kabupaten Brebes berpendidikan SLTP dan Tamat SD.
2.6.3. Kabupaten Cirebon
Kabupaten Cirebon adalah salah satu di antara kabupaten–kabupaten di Propinsi Jawa Barat yang mempunyai jumlah penduduk cukup besar. Penduduk Kabupaten Cirebon berdasarkan hasil regristrasi penduduk tahun 2005 adalah sebanyak 2.029.953 jiwa dan dengan luas wilayah administratif 990,36 km2 maka rata-rata kepadatan penduduk di wilayah Kabupaten Cirebon adalah sebesar 2.049 jiwa per km2. Dari total penduduk sebanyak 2.029.953 jiwa, 1.015.281 jiwa diantaranya adalah perempuan sehingga sex rasionya adalah 100,86
Persebaran penduduk Kabupaten Cirebon per Kecamatan hingga pada tahun 2005 masih menunjukkan kondisi kurang merata seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Astanajapura yaitu sebanyak 95.471 jiwa dengan sebaran/distribusi penduduknya sebesar 4,70% dan yang terkecil adalah Kecamatan Pasaleman dengan jumlah penduduk hanya 26.031 jiwa (sebaran penduduk sebesar 1,28%).
Dari total jumlah keluarga 534.407 (data BKKBN), 141.822 keluarga adalah termasuk Keluarga Pra Sejahtera dengan 99.839 keluarga mengalami kesulitan ekonomi yang serius.
Kepadatan penduduk di masing-masing Kecamatan juga menunjukkan ketidakmerataan.
Hal ini disebabkan kondisi dan potensi masing-masing wilayah kecamatan yang tidak sama. Makin padatnya penduduk cenderung di pusat kota kecamatan dan daerah perkotaan,
dimana banyak terdapat kegiatan– kegiatan ekonomi masyarakat di perbagai bidang usaha yang dapat memberikan lapangan pekerjaan seperti perdagangan, industri, pengangkutan, pertanian, pertambangan, pemerintahan, jasa-jasa , dan lain-lain.
Penyebaran Sekolah Dasar di Kabupaten Cirebon sudah cukup merata dan proporsional dengan jumlah penduduk secara umum. Jumlah siswa baru sangat dominan pada Sekolah Dasar Negeri, sedangkan siswa yang putus sekolah untuk tingkat SLTP masih sangat tinggi dan ini perlu segera diantisipasi apalagi bila dikaitkan dengan program wajib belajar 9 tahun.
Sarana Kesehatan di Kabupaten Cirebon mengalami kenaikan disbanding dengan tahun sebelumnya yaitu terdapat 6 Rumah Sakit Umum (termasuk RS Paru-paru), 53 Puskesmas Umum, 63 Puskesmas Pembantu, 44 Puskesmas Keliling, 137 Balai Pengobatan, 7 Klinik Bersalin dan 71 Apotek. Selain sarana kesehatan, Kabupaten Cirebon juga memiliki personel kesehatan sebanyak 168 dokter umum , 32 dokter gigi, 570 perawat umum, 34 perawat gigi dan 553 bidan.
Penderita rawat jalan di puskesmas selama tahun 2005 sebanyak 154.393 dengan pengunjung terbanyak adalah penderita diare (termasuk diduga kolera). Cakupan imunisasi bayi di Kabupaten Cirebon, untuk DPT sebanyak 125.657 (3 kali imunisasi), Polio sebanyak 127.006 (4 kali imunisasi), BCG sebanyak 42.058 dan Campak sebanyak 43.006 bayi. Realisasi peserta KB mengalami peningkatan dari 249.119 akseptor aktif baru pada tahun 2004 menjadi 252.023 akseptor aktif baru pada tahun 2005
Sebanyak 99,71 persen penduduk Kabupaten Cirebon memeluk agama Islam, pemeluk agama Kristen Protestan 0,16 persen, pemeluk agama Katolik 0,09 persen, pemeluk agama Hindu 0,02 persen, dan pemeluk agama Budha 0,02 persen. Sedangkan untuk tempat peribadatan, terdapat 687 masjid, 5.517 langgar/musholla, 6 geraja Katholik, dan 3 lainnya (pura, klenteng dan vihara).
Peta kepadatan penduduk di DAS Cisanggarung diperlihat pada Gambar 2-6.
3. BAB IV PENENTUAN WADUK TERPILIH
3.1. Kriteria Penilaian
Dari kelima belas lokasi waduk dipilih dua lokasi waduk yang paling potensial untuk dikembangkan lebih dahulu. Pemilihan dilakukan dengan melakukan penilaian (skoring) berdasarkan kriteria yang meliputi beberapa aspek, yaitu aspek teknis dan non teknis.
3.1.1. Aspek Teknis
Kriteria penilaian aspek teknis untuk studi waduk-waduk di Cisanggarung terbagi menjadi tiga komponen yaitu :
(1) Komponen Geologi
No. Aspek Nilai Skor & Kriteria
1 3 5
1 Geologi pondasi Perlu perbaikan Sedang Baik
2 Ketersediaan material Kurang Cukup Berlimpah
3 Jarak Jauh Menengah Dekat
(2) Komponen Hidrologi
No. Aspek Nilai Skor & Kriteria
1 3 5
1 Ketersediaan air relatif
(W%) W < 4 4 < W < 7,5 W > 7,5
2 Debit banjir rencana
spesifik (qT) <2,25 m3/dt-km2 2,25<qT<5
m3/dt-km2 >5 m3/dt-km2 3 Laju erosi-sedimentasi
spesifik (Es) >75 t/ha 12,5<Es<75 t/ha <12,5 t/ha (3) Komponen Karakteristik Waduk
No. Aspek Nilai Skor & Kriteria
1 3 5
1 Lokasi dam J>2.000 m 500<J<2.000 m J<500 m 2 Luas genangan relatif, A% <5 1<P<5 <1
3.1.2. Aspek Non Teknis
Kriteria penilaian aspek non teknis untuk studi waduk-waduk di Cisanggarung terbagi menjadi dua komponen yaitu :
(1) Komponen Sosial - Ekonomi
No. Aspek Nilai Skor & Kriteria
1 3 5
1
Kemudahan
Pembebasan Lahan, K . berdasarkan guna lahan yang dibebaskan
> 2,5 1< K < 25 < 1
2 Dukungan masyarakat Kecil (<25%) Sedang (25-75%) Besar (>75%) 3 Jumlah penduduk yang
dipindahkan (KK) >1.000 KK 100<KK<1.000 < 100 KK
(2) Komponen Biaya dan Benefit
No. Aspek Nilai Skor & Kriteria
1 3 5
1 EIRR < 10,00% 10,00 < E < 25,00% > 25,00%
2 Produksi Tenaga Listrik /
th < 1 GWh 1 GWh<P<10 GWh >10 GWh
3.2. Hasil Penilaian
Berdasarkan penilaian dan pembobotan kelima aspek, yang terdiri dari 13 komponen parameter, diperoleh urutan prioritas sebagai berikut:
Tabel 3-1. Hasil Penilaian untuk Menentukan Waduk Prioritas
No. Waduk Skor x Bobot Ranking
1 Cimulya 3,98 1
2 Cileuweung 3.83 2
3 Cihirup 3.55 3
4 Ciniru 3.45 4
5 Haur Kuning 3.38 5
6 Cigalagah 3.38 5
7 Cimara 3.38 5
8 Dukuhbadag 3.15 8
9 Gunung Karung 2.98 9
10 Ciwaru 2.75 10
11 Cihowe 2.58 11
12 Peucang 2.55 12
13 Seuseupan 2.33 13
14 Masigit 2.10 14
15 Manungteung 2.08 15
Rincian penilaian masing-masing aspek serta parameternya disajikan dalam lampiran Tabel L2-8 s/d Tabel L2-9.
Berdasarkan Tabel 4-1 di atas dapat diketahui bahwa urutan pertama adalah Waduk Cileuweung dan Waduk Cimulya, diikuti oleh Waduk Cihirup, Waduk Ciniru dan Waduk Haur Kuning.
Berdasarkan parameter ekonomi, sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 4-2, Waduk Cileuweung dan Waduk Cimulya juga menduduki posisi paling bagus.
Penjabaran lebih lanjut dari hasil skoring dan analisis ekonomi, berdasarkan urutan ranking adalah sbb.:
1) Waduk Cimulya
Waduk Cimulya secara teknis tidak ada masalah (skor 28 dari 40). Bahan dasarnya batu lempung, morfologi terlihat tidak terlalu terjal – terjal dan tidak ada sesar aktif.
Demikian juga secara social tidak ada masalah (skor 13 dari 15), masyarakat juga sangat mendukung dibangunnya Waduk Cimulya. Parameter ekonomi juga sangat bagus.
Tabel 3-2. Hasil Analisa Parameter ekonomi
No. Nama Waduk NPV (Rp.
Juta) EIRR B-C ratio
1 Seuseupan 36.415 10,38% 1,04
2 Cihirup 10.439 10,40% 1,05
3 Masigit -101.443 8,50% 0,84
4 Maneungteng 800.205 14,75% 1,55
5 Gunung Karung 1.497.872 23,98% 2,87
6 Cihowe 43.840 20,00% 2,04
7 Peucang 752.962 17,46% 1,91
8 Dukuh Badag 504.399 17,60% 1,93
9 Cileuweung 1.237.057 40,50% 6,16
10 Ciwaru 636.460 17,60% 1,94
11 Ciniru 1.864.527 36,00% 5,13
12 Cimulya 1.911.860 38,25% 5,64
13 Cimara -22.269 9,25% 0,92
14 Haur Kuning 609.990 26,00% 3,42
15 Cigalagah -111.829 5,90% 0,60
2) Waduk Cileuweung
Waduk Cileuweung secara teknis tidak ada masalah (skor 28 dari 40). Kondisi Geologinya tidak ada masalah dan penduduk sangat setuju untuk dibangunnya Waduk Cileuweung. Parameter ekonomi juga sangat bagus.
3) Waduk Cihirup
Waduk Cihirup secara teknis termasuk dalam kondisi baik (skor 28 dari 40). Geologi pondasinya baik. Kondisi sosialnya bagus (skor 15 dari 15) banyak masyarakat yang mendukung tetapi kondisi ekonominya cukup mahal (skor 4 dari 10).
4) Waduk Ciniru
Waduk Ciniru secara teknis termasuk dalam kondisi sedang (skor 24 dari 40), sedang kondisi sosialnya termasuk dalam kondisi sedang (skor 7 dari 15) tetapi ada masalah dengan penduduknya (sakit hati) dan kondisi ekonominya sangat bagus (skor 8 dari 10).
5) Waduk Haurkuning
Waduk Haurkuning secara teknis termasuk dalam kondisi baik (skor 26 dari 40), sedang kondisi sosialnya termasuk dalam kondisi baik (skor 11 dari 15) dan kondisi ekonominya cukup mahal (skor 5 dari 10).
6) Waduk Cigalagah
Waduk Cigalagah secara teknis termasuk dalam kondisi baik (skor 30 dari 40), sedang kondisi socialnya termasuk dalam kondisi sangat baik (skor 15 dari 15) dan kondisi ekonominya sangat mahal (skor 1 dari 10).
7) Waduk Cimara
Waduk Cimara secara teknis tidak ada masalah (skor 32 dari 40), Sedang kondisi socialnya sangat bagus (skor 13 dari 15) banyak masyarakat yang mendukung tetapi kondisi ekonominya sangat mahal/jelek (skor 1 dari 10).
8) Waduk Dukuh Badag
Waduk Dukuh Badag secara teknis termasuk dalam kondisi sangat bagus (skor 28 dari 40), Sedang kondisi socialnya termasuk dalam kondisi sedang (skor 7 dari 15) dan kondisi ekonominya termasuk dalam kondisi cukup mahal (skor 6 dari 10).
9) Waduk Gunung Karung
Waduk Gunung Karung secara teknis ada masalah (skor 24 dari 40). Kondisi geologinya tidak baik karena ada batuan lempung. Kondisi socialnya termasuk dalam kondisi tidak baik (skor 5 dari 15) sangat banyak penduduk yang dipindahkan sekitar + 2000 KK, sedangkan kondisi ekonomi sangat baik (skor 8 dari 10).
10) Waduk Ciwaru
Waduk Ciwaru secara teknis termasuk dalam kondisi sedang (skor 24 dari 40), Sedang kondisi socialnya termasuk dalam kondisi sedang (skor 7 dari 15) dan kondisi ekonominya termasuk dalam kondisi baik (skor 8 dari 10).
11) Waduk Cihowe
Waduk Cihowe secara teknis termasuk dalam kondisi jelek (skor 20 dari 40), Sedang kondisi socialnya sangat bagus (skor 11 dari 15) banyak masyarakat yang mendukung tetapi kondisi ekonominya sangat mahal (skor 4 dari 10).
12) Waduk Peucang
Waduk Peucang secara teknis termasuk dalam kondisi sedang (skor 24 dari 40), di Waduk Peucang sekitar jarak 300 m, ada daerah kompeksi, ada batuan lempung, banyak sekali longsoran – longsorannya, daerahnya kurang stabil karena ada sesar aktif Sedang kondisi sosialnya cukup bagus (skor 9 dari 15) dan kondisi ekonominya termasuk dalam kondisi sedang (skor 6 dari 10).
13) Waduk Seuseupan
Waduk Seuseupan secara teknis termasuk dalam kondisi sedang (skor 22 dari 40).
Geologi pondasi kurang baik, perlu perbaikan. Di tengah Waduk Seuseupan terdapat aluvial yang cukup tebal sekitar 8 m. Sedang kondisi socialnya termasuk dalam kondisi sedang (skor 7 dari 15) dan kondisi ekonominya cukup mahal (skor 6 dari 10).
14) Waduk Masigit
Waduk Masigit secara teknis termasuk dalam kondisi sedang (skor 24 dari 40), kondisi geologinya sangat jelek. Demikian kondisi socialnya termasuk dalam kondisi sedang (skor 9 dari 15) dan kondisi ekonominya sangat mahal (skor 4 dari 10).
15) Waduk Maneungteung
Waduk Maneungteung secara teknis termasuk dalam kondisi jelek (skor 18 dari 40), Sedang kondisi socialnya jelek (skor 5 dari 15) banyak penduduk yang dipindahkan sekitar + 4.100 KK, kondisi geologinya ada sesar tetapi bukan sesar aktif, batuan
lapisannya selang seling dan arah kemiringan batuannya relatif tegak yaitu di daerah side damnya dan kondisi ekonominya sangat bagus (skor 8 dari 10).
4. BAB IV PRA DISAIN WADUK CILEUWEUNG
4.1. Tipe Bendungan
Tipe bendungan ditentukan berdasarkan hal – hal sebagai berikut :
Ketersediaan / kualitas dan kuantitas material timbunan/urugan yang tersedia
Tinggi tubuh bendungan
Kondisi geologi lapisan tanah pondasi
Kondisi waktu pelaksanaan konstruksi
Berdasarkan pertimbangan stabilitas urugan dan pondasi, maka tipe Bendungan Cileuweung dipilih Modified homogeneous earthfill dam dengan kemiringan 3:1 di bagian hulu dan 2,5:1 di bagian hilir. Ketersediaan material, yang berupa tanah urug (earthfill) cukup tersedia untuk mendukung pembangunan bendungan tipe ini sedangkan untuk filter (pasir dan kerikil) diambil dari endapan pasir/kerikil di Sungai Cijangkelok.
Quarry area untuk rip-rap diambil cukup jauh yaitu sekitar 3 km dari damsite, terletak di Desa Karangkencana (Gambar 4-1). Rip-rap berupa batugamping. Borrow area berada di sebelah kiri abutment (Gambar 4-2).
Malahayu
CIMARA CIANGIR
CIMULYA
CIPONDOK Penanggapan
JABRANTI CIWARU
Ciku
Waduk Malahayu
MARGACINA SUKASARI BAOK
CITUNDUN
KARANGKANCANA
SUMBERJAYA
CILEUYA
Blandongan
ATALA
SEGONG
MARGAMUKTI
Kertasari RI
CISAAT
GIN
Bandungsari GALAHERANG
CIBINGBIN
CILIMUSARI
Cipajang DUKUHBADAG
CILAYUNG
RANDUSARI
TANJUNGKERTA ANDAMUI
LEBAKHERANG
GARAJATI CIKADUWETAN
CITENJO
Sindangheula SUKARAPIH
CIRAHAYU
KARANGBARU
KADUAGUNG WILANAGARA
DUKUHPICUNG
SUKAMAJU CIPETIR
GARAHAJI
SUMURWIRU TARIKOLOT MEKARWANGI
SAGARANTEN
KAW UNGSARI ARA
LEBAKW ANGI
LURAGUNGLANDEUH
WALAHARCAGEUR CIGEDANG EUMBEUY
Cilumping
SUKAHARJA
BUNGURBERES
Capar Wanoja
Sumpinghayu
Ciputih
Windu Sakti Windusari
Cijeruk
Pasir Panjang WADUK CILEUWEUNG
WADUK CIWARU
WADUK DUKUH BADAG WADUK GUNUNG KARUNG
Gambar 4-1. Lokasi Quarry Area di Waduk Cileuweung
KP. WANA ASIH +100.000 +105.000
+95.000
+120.000 +115.000
+125.000 +130.000 +135.000
+140.000
K.C
ACABAN
K. CIKARO 110.00
115.00
120.00
+90.0 00
Gambar 4-2. Lokasi Borrow area di Waduk Cileuweung
Kelemahan dari bendungan tipe Modified homogeneous earthfill dam untuk lokasi Bendungan Cileuweung adalah besarnya volume tanah urug yang diperlukan sangat besar, karena lokasi bendungan sempit dan penampang jurang yang melebar tiba-tiba ke arah hulu dan hilir.
Berikut ini adalah data waduk, main dam dan saddle dam yang akan dibangun di Waduk Cileuweung :
Waduk (Reservoir)
• Luas Daerah Aliran Sungai : 23,07 km2
• Tinggi hujan maksimum (1996-2006) : 4.400 mm
• PMP Cileuweung : 31,21 mm
• Inflow tahunan 20% kering : 81.39 x 106 m3
• Volume Tampungan Kotor : 32.000.000 m3
• Volume Tampungan Efektif : 30.000.000 m3
• Volume Tampungan Mati : 2.000.000 m3
• Elevasi Muka Air Normal : + 105 m
• Elevasi Muka Air Banjir : + 121 m
• Luas Genangan pada MAN : 220 ha
• PMF : 255,7 m3/det,
Bendungan Utama (Main Dam)
• Tipe Bendungan : Modified homogeneous
earthfill dam
• Filter : Vertical blanket /
chimney drain
• Tinggi maksimum (dari pondasi terdalam) : 49 m Lokasi Borrow Area
• Elevasi Mercu : + 125,00 m
• Panjang : 232,57 m
• Lebar Puncak : 10,00 m
• Kemiringan Hulu : 1 V: 3,0 H
• Kemiringan Hilir : 1 V: 2,5 H
Saddle Dam
• Tipe Bendungan : Modified homogeneous
earthfill dam
• Filter : Vertical blanket /
chimney drain
• Tinggi Maksimum (dari pondasi terdalam) : 16,75 m
• Elevasi Mercu : + 125,00 m
• Panjang : 122,10 m
• Lebar Puncak : 10,00 m
• Kemiringan Hulu : 1 V: 3,0 H
• Kemiringan Hilir : 1 V: 2,5 H
Gambar 4-3. Potongan Memanjang Main Dam
Gambar 4-4. Potongan Memanjang Saddle Dam
4.2. Stabilitas Bendungan
Bendungan tipe urugan mengalami kegagalan terutama diakibatkan oleh perencanaan yang tidak tepat, kesalahan investigasi, kerusakan dalam konstruksi dan pemeliharaan yang tidak baik. Penyebab kegagalan bendungan tipe urugan dapat di kelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu :
1) Kegagalan hidroulik 2) Kegagalan rembesan 3) Kegagalan struktur
(1) Kegagalan hidroulik dapat terjadi karena salah satu atau beberapa penyebab berikut :
Over tapping (limpasan)
Erosi bagian hilir (Downstream foce)
Erosi bagian depan (Upstream foce)
Erosi bagian tumit hilir
(2) Kegagalan rembesan dapat terjadi oleh beberapa sebab berikut :
Pipng melalui tubuh bendungan
Piping melalui pondasi
Rembesan konduit (Conduit Leakage)
Sloughing of downstream toe
(3) Kegagalan struktur bendungan tipe urugan biasanya terjadi akibat kegagalan tegangan geser yang menyebabkan keruntuhan (slinding) timbunan atau pondasi.
Ada empat jenis kegagalan lereng (slope) yaitu :
Kegagalan lereng depan pada saat konstruksi (Fs > 1,5)
Kegagalan lereng belakang ketika terjadi rembesan tunak (Fs > 1,5)
Kegagalan lereng/depan ketika terjaadi drawdown (Fs > 1,5)
Kegagalan lereng dengan memperhitungkan gempa (Fs > 1)
Stabilitas lereng dapat dirumuskan sebagai berikut :
Kegagalan lereng depan pada saat konstruksi (Fs > 1,5)
T cL N
Fs tan
Kegagalan lereng belakang ketika terjadi rembesan tunak (Fs > 1,5)
T cL N
Fs tan
Kegagalan lereng/depan ketika terjaadi drawdown (Fs > 1,5)
T
La . c U N Fs tan
Kegagalan lereng dengan memperhitungkan gempa (Fs > 1)
hN T
cL hT U N Fs tan
Dimana :
Fs = Angka keamanan terhadap sliding
= Sudut geser dalam tanah
N = komponen normal gaya berat terhadap bidang geser
= W cos
U = Tekanan air pori
= u.b sec c = Kohesi
L = Panjang bidang geser
= b sin
T = Komponen tangensial gaya berat terhadap bidang geser
= W sin
Karakteristik Bahan Bendungan
Karakteristik material yang akan digunakan dalam analisis stabilitas tubuh bendungan adalah sebagai berikut :
a Bahan Timbunan Bendungan
No Parameter Satuan Nilai
1 Average Specific Gravitiy (Gs) kN/m3 27,2
2 Average Natural Moisture Content (W) % 12,6
3 Dry Density (γd) kN/m3 18,7
4 Wet Density (γt) kN/m3 21,1
5 Saturated Density (γwet) kN/m3 21,9
6 Effective Internal Friction Angle (Φ) o 25,0
7 Effective Cohesion (C) kN/m2 10,0
b Bahan Vertical Chimney Drainage
No Parameter Satuan Nilai
1 Average Specific Gravitiy (Gs) kN/m3 25,6
2 Average Natural Moisture Content (W) % 1,60
3 Dry Density (γd) kN/m3 20,8
4 Wet Density (γt) kN/m3 21,1
5 Saturated Density (γwet) kN/m3 22,7
6 Effective Internal Friction Angle (Φ) o 35,0
7 Effective Cohesion (C) kN/m2 0,00
c Material Pondasi Dasar
No Parameter Satuan Nilai
1 Average Specific Gravitiy (Gs) kN/m3 25,4
2 Average Natural Moisture Content (W) % 1,00
3 Dry Density (γd) kN/m3 19,2
4 Wet Density (γt) kN/m3 19,4
5 Saturated Density (γwet) kN/m3 21,6
6 Effective Internal Friction Angle (Φ) o 37,0
7 Effective Cohesion (C) kN/m2 0,00
Hasil Analisis
Analisa stabilitas lereng dilakukan dengan menggunakan software Geoslope, hasilnya dirangkum sebagai berikut :
No Kondisi Fs Syarat
A Tanpa memperhitungkan gempa
1 Lereng hulu waduk kosong 1,817 > 1,5
2 Lereng hilir waduk kosong 1,631 > 1,5
3 Lereng hulu waduk penuh 1,982 > 1,5
No Kondisi Fs Syarat
4 Lereng hilir waduk penuh 1,632 > 1,5
5 Lereng hulu draw down 1,003 > 1,0
B Dengan memperhitungkan gempa
1 Lereng hulu waduk kosong 1,563 > 1,0
2 Lereng hilir waduk kosong 1,508 > 1,0
3 Lereng hulu draw down 1,589 > 1,0
A. Tanpa memperhitungkan gempa 1. Lereng hulu waduk kosong
1.900 1
.90
0
2.000 2
.000 2.10
0 2.100
2.200 2.2002.300
2.300 1.817
JARAK
-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280
ELEVASI
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70
2. Lereng hilir waduk kosong
1.700 1.700
1.8
00 1.8001.900
1.
900 2.000
2.00
0
2.100 2.10
0
2.20
0
1.631
JARAK
-20 -10 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270 280 290 300
ELEVASI
-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55