1 BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di dalam setiap profesi yang ada di dunia ini memiliki tingkat pencapaian jabatan yang berbeda- beda. Untuk mencapai sebuah tingkatan jabatan tertentu tidak jarang dibutuhkan kemampuan yang lebih dan mengorbankan beberapa aspek dalam kehidupan. Salah satu profesi yang membutuhkan tahapan jabatan adalah dosen. Dosen adalah sebutan lain bagi guru yang mengajar di perguruan tinggi. Murid untuk para dosen sendiri disebut mahasiswa yang merupakan status pelajar tingkat tertinggi di jenjang pendidikan. Menurut Undang-undang RI No. 14 Tahun 2005 dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Menurut Permenpan RB 2013 ada empat tahapan penting dalam jabatan fungsional akademik dosen yaitu: (1) Asisten Ahli, (2) Lektor, (3) Lektor Kepala, (4) Guru Besar. Untuk dapat menempati pangkat dan jabatan berikutnya dibutuhkan Angka Kredit Dosen yang merupakan sistem penilaian kinerja dosen dalam kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Menurut Peraturan Rektor Universitas Andalas (2014: 4) Angka Kredit Dosen merupakan hasil penjumlahan nilai- nilai dari beberapa kegiatan yang telah dilakukan dosen, angka kredit tersebut diperlukan untuk kenaikan pangkat atau jabatan. Diharapkan dengan adanya tahapan jenjang jabatan ini membuat dosen bekerja lebih keras dalam menunjukkan prestasi dan kualitas secara optimal sehingga dapat diakui oleh pemerintah.
Dengan adanya jabatan fungsional akademik dosen secara tidak langsung menjadi evaluasi para dosen atas kinerjanya selama ini. Ada beberapa tujuan evaluasi dosen menurut Liche (2005) yaitu untuk meningkatkan kualitas pengajaran dan mengembangkan diri dosen, tujuan lainnya yaitu untuk meningkatkan kepuasan terhadap kinerja dosen baik kepuasan mahasiswa maupun kepuasan dosen itu sendiri, untuk memenuhi visi misi fakultas dan universitas sehingga penilaian masyarakat akan fakultas dan universitas akan meningkat. Menurut Juran (1989) kualitas yang dimiliki seseorang dapat menentukan besarnya kemampuan untuk mencapai tujuan maka penting bagi staf pengajar terutama dosen untuk meningkatkan kualitas agar dapat memenuhi tujuan program fakultas dan universitas.
2
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan terkait dengan jabatan fungsional akademik dosen sebagai bahan perbandingan dan kajian yaitu penelitian Anjani (2014) di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan kenaikan jabatan fungsional akademik dosen. Pada penelitian tersebut terdapat perbedaan dengan penelitian penulis karena penelitian sebelumnya hanya dilakukan pada satu fakultas di sebuah universitas tanpa kualifikasi tertentu untuk subyek penelitian, sedangkan penelitian ini memberikan kualifikasi untuk subyek penelitian yaitu dosen yang memiliki gelar S3 namun belum menduduki jabatan fungsional akademik sebagai Guru Besar. Penelitian lainnya yang dilakukan Effiyaldi (2014) telah mengidentifikasi pengaruh pelatihan pengembangan dan jabatan fungsional akademik terhadap motivasi berprestasi dosen, penelitian tersebut menggunakan dua variabel yang berbeda untuk mengetahui motivasi berprestasi dosen sedangkan pada penelitian ini ingin melihat faktor-faktor apa saja yang menghambat dosen yang memiliki gelar S3 untuk mencapai jabatan fungsional akademik dosen.
Hambatan lain yang ada di salah satu Perguruan Tinggi Solo (Solopos, 2 Agustus 2017) yaitu syarat menulis jurnal Internasional terindeks Scopus yang dianggap tidak mudah karena belum terbiasa dan adanya persaingan dengan dosen lain di seluruh dunia. Terkait dengan hambatan yang dihadapi oleh Perguruan Tinggi di Solo tersebut maka pihak universitas memberikan solusi dengan adanya pelatihan penulisan jurnal Internasional.
Sementara di Universitas Lambung Mangkurat saat ini memiliki 31 Guru Besar dan masih membutuhkan 68 Guru Besar lagi, dan yang menjadi hambatan bagi dosen di ULM adalah membuat jurnal dalam bahasa Inggris. Dalam mengatasi kendala tersebut Universitas Lambung Mangkurat berusaha mendorong para dosen agar dapat membuat jurnal dalam bahasa Inggris.
Universitas Lambung Mangkurat bekerja sama dengan beberapa universitas lainnya untuk dapat membantu para dosen membuat jurnal dalam Bahasa Inggris sehingga jumlah Guru Besar di universitas ini tiap tahun dapat bertambah sesuai target yang dibutuhkan (Jawa Pos, 23 Maret 2016).
Perguruan Tinggi yang akan menjadi objek penelitian ini adalah UKSW yang merupakan salah satu universitas swasta tertua di Jawa Tengah tepatnya di kota Salatiga. Menurut data bulan
3
Oktober 2017 yang diperoleh dari Lembaga Penjaminan Mutu dan Audit Internal Univesitas Kristen Satya Wacana dari total 344 dosen yang terdapat di Universitas Kristen Satya Wacana, terdapat tiga variasi berdasarkan jenjang pendidikan, 83 dosen bergelar S3, 255 dosen bergelar S2, enam dosen bergelar S1. Lalu terdapat pula variasi berdasarkan jabatan fungsional akademik, yaitu Asisten Ahli sebanyak 113 dosen, Lektor sebanyak 106 dosen, Lektor Kepala sebanyak 75 dosen, Guru Besar sebanyak 15 dosen, dan 35 dosen belum memiliki jabatan fungsional akademik. Dengan jumlah dosen yang terbilang banyak tetapi jumlah Guru Besar di Universitas Kristen Satya Wacana masih rendah yaitu hanya 15 dosen, sedangkan dosen bergelar S3 lainnya yang seharusnya sudah bisa mengajukan kenaikan jabatan fungsional akademik menjadi Guru Besar namun masih berada di jabatan Asisten Ahli sebanyak sembilan dosen, Lektor 26 dosen, dan Lektor Kepala 33 dosen. Hal ini menjadi menarik karena jika dilihat dari Pasal 48 ayat 3 UU No.14 Tahun 2005 seharusnya dosen bergelar S3 sudah memenuhi kualifikasi untuk menduduki jabatan fungsional akademik sebagai Guru Besar sehingga penulis ingin meneliti tentang hambatan apa saja yang dialami oleh dosen dengan gelar S3 namun belum memperoleh jabatan fungsional akademik tertinggi sebagai Guru Besar.
Rumusan Masalah dan Persoalan Penelitian
Dengan adanya penjelasan latar belakang di atas dirumusan masalah penelitian yaitu “faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pencapaian jabatan fungsional akademik dosen bergelar S3 di Universitas Kristen Satya Wacana” sehingga dengan adanya rumusan masalah tersebut maka muncul pesoalan penelitian yaitu:
1. Apa saja faktor-faktor yang menghambat tingkat pencapaian jabatan fungsional akademik dosen bergelar S3 di Universitas Kristen Satya Wacana?
2. Apa solusi yang dibutuhkan untuk mengatasi hambatan tingkat pencapaian jabatan fungsional akademik dosen bergelar S3 di Universitas Kristen Satya Wacana?
Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menghambat tingkat pencapaian dan solusi untuk mengatasi hambatan jabatan fungsional akademik dosen yang memiliki gelar S3 di Universitas Kristen Satya Wacana.
4 Manfaat Penelitian
Bagi Universitas
Memberikan informasi yang dapat membantu pihak universitas untuk mengkaji ulang setiap peraturan yang sudah ada dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dosen sehingga dapat membantu dosen dalam pencapaian jabatan fungsional dosen.
Bagi Fakultas
Memberikan informasi kepada setiap fakultas mengenai faktor-faktor yang menghambat tingkat pencapaian jabatan fungsional akademik dosen Universitas Kristen Satya Wacana sehingga dapat menjadi acuan apa saja yang harus dilakukan fakultas agar dapat membantu dosen bergelar S3 mencapai jabatan fungsional akademik mereka secara maksimal untuk dapat meningkatkan kualitas para dosen Universitas Kristen Satya Wacana.
Bagi Dosen
Memberikan gambaran kepada dosen tentang apa saja yang menjadi faktor-faktor yang kurang atau mempengaruhi tingkat pencapaian jabatan fungsional akademik mereka sehingga dosen bisa mengukur kemampuan diri sendiri dan dapat memperbaikinya di masa yang akan datang.
Bagi Teori
Memberikan acuan untuk penelitian di masa yang akan datang khususnya dalam bidang manajemen sumber daya manusia mengenai faktor-faktor yang berperan dalam pencapaian jabatan fungsional akademik dosen berbagai Universitas di Indonesia sehingga dapat meningkatkan kualitas Perguruan Tinggi Indonesia.
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini diuraikan teori-teori yang relevan untuk penelitian yang berhubungan dengan jabatan fungsional akademik dosen seperti dasar hukum jabatan fungsional akademik dosen, pengertian jabatan fungsional akademik dosen, pengertian angka kredit, serta angka kredit yang harus dipenuhi untuk kenaikan pangkat maupun jabatan.
Motivasi
Menurut Makmun (2004) motivasi merupakan hasil dari keadaan yang kompleks sehingga memberikan dorongan kepada individu untuk menuju sebuah tujuan secara sadar maupun tidak.
Menurut Azwar (2000:15) mengatakan bahwa motivasi adalah pembangkit tenaga yang dapat bekerja secara optimal sehingga dapat mencapai tujuan sesuai rencana.
Dari kedua pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa motivasi adalah dorongan dalam diri individu yang digunakan untuk mencapai sebuah tujuan.
Evaluasi Kinerja
Menurut Handoko (1997: 135) evaluasi kinerja merupakan suatu proses untuk menilai prestasi kerja karyawan yang dimaksudkan untuk memperbaiki keputusan personalia serta memberikan umpan balik kepada karyawan atas kinerja mereka.
Menurut Szilagyi & Wallace (1983: 360) evaluasi kinerja merupakan proses dimana sebuah organisasi mendapatkan umpan balik dari karyawan untuk menempatkan fungsi audit dan kontrol.
Dari kedua pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa evaluasi kinerja merupakan sebuah proses dalam mendapatkan umpan balik dari pekerja sehingga dapat menilai prestasi kerja serta dapat menempatkan fungsi audit dan kontrol.
Jabatan Fungsional Akademik Dosen
Dalam Peraturan Pemerintah No 15 Tahun 1994 disebutkan bahwa jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak seorang pegawai dalam rangka suatu satuan organisasi.
6
Menurut Zuardi (2009) jabatan fungsional akademik dosen merupakan sebuah kedudukan yang menggambarkan hak, kewajiban, dan tugas seorang dosen yang didasarkan pada keahlian tertentu dan untuk mendapatkan kenaikan pangkat atau jabatan tersebut diperlukan angka kredit kumulatif.
Dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa jabatan fungsional akademik dosen merupakan status fungsional dosen dalam organisasi yang dapat menjelaskan apa saja tugas, tanggung jawab, wewenang seorang dosen. Dalam kenaikan pangkat atau jabatan fungsional akademik dosen diperlukan angka kredit kumulatif sebagai dasar penilaiannya.
Angka Kredit Kumulatif
Di dalam Permenpan RB No 16 Tahun 2009 dikatakan bahwa angka kredit adalah satuan nilai dari butir kegiatan dan atau akumulasi nilai butir-butir kegiatan yang harus dicapai oleh seorang dosen dalam rangka pembinaan karir kepangkatan dan jabatan. Dalam Permenpan RB 17 Tahun 2013 pasal 7 disebutkan bahwa kegiatan yang dinilai angka kreditnya terdiri dari dua unsur yaitu unsur utama dan unsur penunjang. Unsur utama terdiri dari kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan dan pengajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat sedangkan unsur penunjang meliputi keanggotaan dalam suatu panitia / badan perguruan tinggi / badan lembaga pemerintah, menjadi anggota profesi Dosen, mewakili perguruan tinggi / lembaga pemerintah, menjadi anggota delegasi nasional ke pertemuan internasional, berperan serta aktif dalam pertemuan ilmiah, mendapat penghargaan, menulis buku pelajaran SLTA ke bawah yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional, mempunyai prestasi di bidang olahraga / humaniora, dan keanggotaan dalam Tim Penilai jabatan fungsional akademik dosen.
Table 1.0. Syarat Angka Kredit Kumulatif untuk Kenaikan Jabatan No Jenjang Jabatan Jenjang Pangkat/ Golongan
Ruang
Syarat Angka Kredit 1 Asisten Ahli Penata Muda Tk. I, III/b 150
2 Lektor Penata, III/c 200
Penata Tk. I. III/d 300
3 Lektor Kepala Pembina, IV/a 400
Pembina Tk. I, IV/b 550 Pembina Utama Muda, IV/c 700 4 Guru Besar Pembina Utama Madya, IV/d 850
7
Pembina Utama, IV/e 1050
Syarat Kenaikan Jabatan Dosen Secara Reguler
Di dalam kenaikan jabatan fungsional dosen terdapat dua macam kenaikan yaitu kenaikan reguler dan kenaikan loncat jabatan atau naik dua tingkat lebih tinggi. Pada bab ini kita akan membahas kenaikan jabatan secara reguler, berikut merupakan syarat kenaikan regular menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 92 Tahun 2014.
Asisten Ahli ke Lektor
1. Sekurang-kurangnya telah dua tahun dari jabatan Asisten Ahli 2. Berpendidikan minimal Magister (S2)
3. Memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan baik secara kumulatif atau perbidangnya 4. Memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan pada jurnal nasional sebagai penulis pertama 5. Telah disetujui Senat PT yang dibuktikan dengan Berita Acara Pertimbangan Senat PT/
Kriterium
Lektor ke Lektor Kepala
1. Sekurang-kurangnya telah dua tahun dalam jabatan Lektor 2. Berpendidikan minimal Magister (S2)
3. Memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan baik secara kumulatif atau perbidangnya
4. Memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi dikti sebagai penulis pertama bagi yang berpendidikan Doktor (S3)
5. Memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan dalam jurnal internasional sebagai penulis pertama bagi yang berpendidikan Magister (S2)
6. Telah disetujui oleh Senat PT yang dibuktikan dengan Berita Acara Pertimbangan Senat PT/Kriterium
Lektor Kepala ke Guru Besar
1. Sekurang-kurangnya telah dua tahun dari jabatan Lektor Kepala 2. Berpendidikan Doktor (S3)
3. Memenuhi angka kredit yang dipersyaratkan baik secara kumulatif atau perbidangnya
4. Memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan pada Jurnal Internasional bereputasi sebagai penulis pertama
8
5. Telah disetujui oleh Senat PT yang dibuktikan dengan Berita Acara Pertimbangan Senat PT/Kriterium
6. Minimal telah tiga tahun dalam gelar Doktornya, dimungkinkan kurang dari tiga tahun bagi dosen yang memiliki karya ilmiah yang dipublikasikan pada Jurnal Internasional bereputasi yang diperoleh setelah gelar Doktornya
7. Memiliki pengalaman mengajar sebagai dosen tetap minimal 10 tahun
Faktor-faktor yang Menghambat Pelaksanaan Kenaikan Jabatan Fungsional Akademik dan Solusi
Menurut penelitian sebelumya yang dilakukan oleh Anjani (2014) ada dua faktor yang menghambat pelaksanaan kenaikan jabatan fungsional akademik di Fakultas Hukum Universitas Lampung, yaitu:
1. Peraturan Pemerintah
adanya beberapa syarat-syarat baru yang diberikan untuk mendapat kenaikan jabatan yang membuat beberapa dosen merasa kesulitan untuk memenuhi syarat tersebut.
2. Sumber Daya Manusia
- Kurangnya sumber daya manusia yang mendukung untuk proses pengumpulan berkas untuk kenaikan jabatan.
- Kurangnya pemahaman peraturan tentang kenaikan jabatan fungsional akademik.
- Kurangnya motivasi dari dosen untuk mengurus kenaikan jabatan fungsional akademik.
Dari faktor-faktor penghambat yang telah diuraikan dari penelitian sebelumnya, maka solusi yang diberikan Anjani (2014) kepada pihak universitas adalah:
1. Memberikan sosialisasi mengenai peraturan jabatan fungsional akademik dosen 2. Menyarankan kepada dosen untuk aktif ikut serta di dalam setiap sosialisasi yang ada.
3. Memberikan sumber daya manusia khusus untuk mengurus administrasi jabatan fungsional.
9 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan dengan metode kualitatif deskriptif yang digunakan untuk menggali lebih dalam tentang faktor-faktor apa saja yang menyebabkan dosen dengan gelar S3 belum mendapat jabatan fungsional akademik sebagai Guru Besar. Menurut Sulistyo-Basuki (2010:110), penelitian deskriptif dilakukan untuk mencari gambaran yang tepat dari segala sesuatu seperti aktivitas, objek, proses, dan manusia.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah Universitas Kristen Satya Wacana yang terletak di Jl. Diponegoro no 52-60 kota Salatiga, Jawa Tengah. Penelitian dilakukan bulan Mei sampai Juli 2018. Subyeknya adalah dosen dengan gelar S3 namun belum memiliki jabatan fungsional dosen sebagai Guru Besar.
Langkah-langkah Penelitian
Jenis data dalam penelitian ini ada dua yaitu data sekunder yang didapat dari Lembaga Penjaminan Mutu dan Audit Internal Univesitas Kristen Satya Wacana serta data primer yang dilakukan dengan cara mewawancarai dosen Universitas Kristen Satya Wacana.
Setelah data sekunder yang merupakan daftar jabatan fungsional akademik dosen beserta gelar Universitas Kristen Satya Wacana didapat melalui Lembaga Penjaminan Mutu dan Audit Internal, dilakukan penyaringan data dengan cara mengambil dosen yang sudah memiliki gelar S3 dengan jabatan fungsional akademik sebagai Asisten Ahli, Lektor, dan Lektor Kepala. Dosen yang memiliki gelar S3 dan jabatan fungsional akademik sebagai Guru Besar tidak termasuk ke dalam subyek penelitian karena Guru Besar merupakan tingkat tertinggi dalam Undang-undang No 14 Tahun 2005 pasal 49 ayat 1. Setelah dilakukan penyaringan data ditemukan bahwa ada 68 dosen dengan gelar S3 yang berada pada jabatan fungsional akademik sebagai Asisten Ahli sebanyak 9 dosen, Lektor 26 dosen, dan Lektor Kepala 33 dosen. Data primer dalam penelitian ini merupakan wawancara kepada dosen untuk menemukan faktor-faktor yang menghambat proses kenaikan jabatan fungsional akademik. Setelah rangkaian data terkumpul maka akan dilakukan analisis data dengan cara memilah data sesuai dengan masalah penelitian dan melakukan wawancara kepada responden, hasil wawancara ditulis dalam bentuk poin-poin untuk mempersingkat waktu. Setelah didapatkan poin-poin tersebut maka dilakukan penarikan kesimpulan untuk menjawab masalah penelitian.
10
Metode sampling yang digunakan adalah disproportionate stratified random sampling, metode ini digunakan karena populasi pada penelitian memiliki strata namun jumlahnya kurang proposional (Sugiyono 2001: 59). Ada tiga strata dalam penelitian ini yaitu Asisten Ahli, Lektor, dan Lektor Kepala. Asisten Ahli yang memiliki populasi delapan dosen diambil semua untuk menjadi sampel karena kelompok Asisten Ahli jumlahnya terlalu kecil jika dibandingkan dengan kelompok Lektor dan Lektor Kepala. Kelompok Asisten Ahli yang pada mulanya berjumlah sembilan dosen berkurang menjadi delapan dosen dikarenakan seorang dosen sudah dinyatakan pensiun dalam waktu dekat ini. Maka jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Asisten Ahli 8 orang 2. Lektor 10 orang
3. Lektor Kepala 10 orang
11
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menguraikan tentang profil responden, hambatan administratif, hambatan non administratif, serta solusi yang diberikan berdasarkan beberapa hambatan.
Profil Responden
Terdapat 28 dosen yang dipilih menjadi responden dari 14 fakultas yang ada. Dosen yang menjadi responden merupakan dosen yang telah memiliki gelar pendidikan S3 namun belum menduduki jabatan fungsional akademik sebagai Guru Besar. Dosen-dosen tersebut merupakan dosen yang memiliki jabatan fungsional akademik sebagai Asisten Ahli, Lektor, dan Lektor Kepala.
Table 2.0. Profil Responden
No. Fakultas
Jabatan Fungsional
Akademik TOTAL
Asisten Ahli
Lektor Lektor Kepala 1. Fakultas Keguruan & Ilmu
Pendidikan
1 2 1 4
2. Fakultas Bahasa & Sastra 1 1 - 2
3. Fakultas Ekonomika & Bisnis 1 1 3 5
4. Fakultas Hukum 1 1 1 3
5. Fakultas Biologi - - 3 3
6. Fakultas Pertanian & Bisnis 2 2 - 4 7. Fakultas Teknik Elektronika
& Komputer
- - - -
8. Fakultas Sains & Matematika - 1 1 2
9. Fakultas Teologi 1 - 1 2
10. Fakultas Psikologi - 1 - 1
11. Fakultas Ilmu Sosial & Ilmu Komunikasi
1 1 - 2
12. Fakultas Seni Pertunjukan - - - -
13. Fakultas Teknologi Informasi - - - -
14. Fakultas Ilmu Kesehatan - - - -
TOTAL 8 10 10 28
Hasil Penelitian
Menurut hasil wawancara yang dilakukan kepada dosen ada beberapa alasan yang menghambat dalam pengurusan kenaikan jabatan fungsional akademik, hambatan-hambatan tersebut merupakan hambatan administratif maupun hambatan non administratif. Berikut adalah pernyataan para dosen berdasarkan jabatan fungsional akademik yang dimiliki.
12 Hambatan Administratif
Hambatan administratif di bawah ini merupakan pernyataan dosen mengenai hambatan yang dianggap sebagai penghambat proses kenaikan jabatan fungsional akademik dan berkaitan dengan proses administrasi.
Table 3.0. Hambatan Administratif
No. Pernyataan
Jabatan Fungsional Akademik
JUMLAH Asisten
Ahli N = 8
Lektor N = 10
Lektor Kepala N = 10
1. Peraturan yang berubah berkali-kali. 3 5 1 9
2. Perbedaan penafsiran peraturan antara pemerintah dan LPMAI.
- 1 - 1
3. Jurnal yang tidak masuk perhitungan angka kredit kumulatif karena tidak terindeks scopus sehingga tidak dapat mengajukan kenaikan loncat jabatan.
1 - - 1
4. Pengajuan JAFA terhambat karena perpindahan homebase tanpa pemberitahuan kepada dosen yang bersangkutan.
1 - - 1
5. Saat pengajuan JAFA terdapat indikasi plagiat pada dosen lain sehingga berkas dikembalikan dan harus diurus kembali.
- 1 - 1
6. Status dosen tetap yang belum dimiliki karena masalah usia.
- 1 - 1
7. Kesulitan syarat jurnal Internasional terindeks scopus.
- - 2 2
8. Menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu.
1 2 3 6
9. Kehilangan dokumen untuk syarat pengajuan jabatan fungsional akademik.
1 - - 1
10. Belum bisa melakukan penelitian secara mandiri.
- 1 - 1
11. Tidak ada lembaga resmi yang ditunjuk untuk mengurus administrasi JAFA setiap fakultas.
1 3 - 4
Sumber: data primer bulan Mei – Juli 2018
13
Menurut tabel 3.0. terdapat 11 variasi hambatan administratif yang dirasakan oleh dosen Universitas Kristen Satya Wacana. Variasi hambatan administratif lebih banyak dikemukakan oleh dosen dengan jabatan fungsional akademik sebagai Lektor. Menurut tabel di atas dapat dikatakan bahwa hambatan administratif yang dirasakan oleh ketiga jabatan fungsional akademik adalah alasan eksternal yang merupakan adanya perubahan peraturan berkali-kali yang menghambat proses kenaikan jabatan fungsional akademik sehingga mengakibatkan dokumen harus dikembalikan dan diurus kembali sesuai dengan aturan yang berlaku pada masa itu.
Hambatan administratif selanjutnya yang dirasakan oleh ketiga jabatan fungsional akademik di atas merupakan alasan internal yaitu pendidikan yang harus diselesaikan dan ditempuh dalam waktu yang cukup lama. Sesuai dengan syarat kenaikan setiap jabatan ada angka kredit kumulatif pendidikan yang harus dipenuhi khususnya untuk jabatan fungsional akademik Guru Besar harus berpendidikan Doktor. Kurangnya sumber daya manusia yang dikhususkan untuk mengurus administrasi jabatan fungsional akademik dianggap beberapa dosen menghambat karena mengurus administrasi menghabiskan cukup banyak waktu.
Hambatan administratif selanjutnya yang dirasakan hanya oleh dosen dengan jabatan sebagai Lektor Kepala ada hambatan kesulitan syarat menulis jurnal Internasional terindeks scopus dikarenakan itu merupakan salah satu syarat untuk dapat mengajukan kenaikan jabatan fungsional dosen sebagai Guru Besar. Hambatan administratif lainnya merupakan hambatan organisasi yang merupakan adanya perbedaan penafsiran peraturan antara aturan pemerintah dengan LPMAI karena aturan tertulis yang ada dirasa kurang spesifik sehingga menimbulkan beberapa pemahaman yang berbeda. Hambatan lainnya merupakan hambatan internal yang dirasakan beberapa dosen yaitu mengenai penelitian, masih ada dosen yang sampai saat ini belum mengajukan kenaikan jabatan fungsional akademik ke tingkat selanjutnya karena merasa belum bisa melakukan penelitian secara mandiri. Hambatan lainnya yang dimiliki oleh beberapa dosen merupakan hambatan status dosen yang memiliki latar belakang personal.
Hambatan non Administratif
Selain hambatan administratif, terdapat hambatan lain yang dirasakan oleh dosen sehingga penulis menggolongkan ke dalam hambatan non administratif dikarenakan hambatan tersebut tidak berkaitan dengan proses administrasi.
14
Table 4.0. Hambatan non Administratif
No. Pernyataan
Jabatan Fungsional Akademik
JUMLAH Asisten
Ahli N = 8
Lektor N = 10
Lektor Kepala N = 10 1. Adanya anggapan pribadi bahwa bobot
akademik tidak bisa diukur secara kuantitatif.
1 - - 1
2. Terdapat anggapan bahwa menjadi dosen hanya membutuhkan pengakuan dari mahasiswa bukan dari pemerintah.
1 - - 1
3. Kurangnya dukungan dari pihak universitas dan fakultas dalam mengurus JAFA.
1 - - 1
4. Kurangnya waktu untuk mengurus JAFA karena kegiatan lain yang dilakukan diluar kegiatan akademik.
1 1 2 4
5. Sistem pengajaran di UKSW yang menggunakan periode 3 semester membuat dosen kekurangan waktu.
1 1 2 4
6. Jabatan fungsional akademik sebagai Guru Besar memiliki tanggung jawab yang besar sehingga dosen merasa belum layak.
- - 3 3
7. Jabatan struktural yang dimiliki dosen tanpa adanya bantuan asisten membuat pekerjaan menumpuk.
- 2 2 4
Sumber: data primer bulan Mei – Juli 2018
Menurut tabel 4.0. terdapat tujuh variasi hambatan non administratif. Pada hambatan non administratif lebih banyak disumbangkan oleh pendapat dari dosen dengan jabatan fungsional akademik sebagai Lektor Kepala, sedangkan pada tabel ini dosen dengan jabatan fungsional akademik sebagai Lektor tidak memberikan jawaban yang bervariasi. Hambatan non administratif yang dirasakan oleh ketiga jabatan fungsional akademik yaitu kurangnya waktu untuk mengurus JAFA karena ada beberapa dosen yang memiliki kegiatan lain diluar kegiatan akademik. Keterbatasan waktu juga dirasakan oleh dosen yang menduduki jabatan struktural tanpa asisten sehingga membuat pekerjaan menumpuk. Alasan lain yang membuat beberapa dosen kekurangan waktu untuk mengurus jabatan fungsional akademik adalah sistem pengajaran
15
di UKSW yang memiliki periode tiga semester dalam satu tahun. Hambatan non administratif lainnya yang dirasakan dosen dengan gelar Lektor Kepala adalah dengan adanya anggapan bahwa memiliki jabatan fungsional akademik sebagai Guru Besar artinya memiliki tanggung jawab yang besar sehingga dosen masih merasa belum layak untuk mengajukan jabatan fungsional akademik ke tingkatan Guru Besar. Hambatan lainnya merupakan kurangnya motivasi dan alasan pribadi yang dimiliki oleh dosen.
Solusi Hambatan Administratif dan Hambatan non Administratif
Setelah menjelaskan tentang hambatan-hambatan yang dosen hadapi dalam proses pengurusan kenaikan jabatan fungsional akademik, kemudian ada beberapa solusi yang diberikan oleh beberapa dosen sebagai berikut:
Table 5.0. Solusi Hambatan Administratif dan Hambatan non Administratif
No. Pernyataan
Jabatan Fungsional Akademik
JUMLAH Asisten
Ahli N = 8
Lektor N = 10
Lektor Kepala N = 10 1. Penetapan peraturan yang jelas tanpa
perubahan, jika ada perubahan peraturan maka setiap perubahan peraturan tersebut harus disosialisakan kepada setiap dosen.
3 5 1 9
2. Diperlukan tenaga administratif khusus untuk mengurus JAFA di setiap fakultas yang ada, untuk mempermudah dosen dalam mengurus administrasi.
1 3 - 4
3. Diperlukan adanya tambahan tenaga pengajar untuk menggantikan dosen dalam periode tri semester sehingga dosen dapat fokus mengurus kenaikan jabatan fungsional akademik.
1 - 2 3
Sumber: data primer bulan Mei – Juli 2018
Solusi pada tabel 5.0. merupakan solusi dari hambatan administratif maupun hambatan non administratif. Pada tabel ini dapat dilihat bahwa dosen dengan jabatan Lektor lebih banyak
16
memberi masukan solusi untuk mengatasi hambatan yang berupa hambatan administratif, sedangkan dosen dengan jabatan Asisten Ahli memberikan solusi baik untuk hambatan administratif maupun non administratif, untuk dosen dengan jabatan Lektor Kepala tidak memberikan solusi mengenai tambahan tenaga administrasi dikarenakan dosen dengan jabatan Lektor Kepala tidak ada yang mengeluhkan tentang kurangnya tenaga administrasi.
17 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dalam pencapaian jabatan fungsional akademik terdapat hambatan-hambatan yang dikategorikan menjadi hambatan administratif dan hambatan non administratif. Hambatan administratif adalah hambatan yang berhubungan dengan proses administrasi dalam pengajuan kenaikan jabatan fungsional akademik dosen sedangkan hambatan non administratif merupakan hambatan yang tidak memiliki hubungan dengan proses administrasi yang ada. Pada hambatan administratif terdapat 11 macam variasi hambatan dan beberapa diantaranya yang dianggap sebagai hambatan yang paling sering ditemui adalah:
1. Peraturan pemerintah mengenai jabatan fungsional akademik yang beberapa kali mengalami perubahan sehingga berkas yang diajukan harus dikembalikan dan diurus kembali sesuai peraturan yang berlaku pada saat itu.
2. Menyelesaikan pendidikan yang merupakan salah satu syarat kenaikan jabatan fungsional akademik dan masuk dalam penghitungan angka kredit kumulatif dosen.
3. Belum adanya lembaga resmi yang ditunjuk untuk mengurus administrasi jabatan fungsional akademik sehingga beberapa dosen merasa kesulitan karena pengurusan administrasi membutuhkan cukup banyak waktu.
4. Perbedaan penafsiran peraturan pemerintah dengan LPMAI turut menyebabkan pengembalian berkas dan harus diurus ulang yang merupakan akibat kurangnya sosialisi peraturan yang ada.
5. Kesulitan syarat jurnal Internasional terindeks scopus, hambatan tersebut dirasakan oleh dosen dengan jabatan Lektor Kepala karena syarat tersebut merupakan salah satu syarat yang wajib dipenuhi untuk mendapatkan kenaikan pangkat sebagai Guru Besar.
Hambatan lain yang dimiliki merupakan hambatan non administratif, dari tujuh variasi hambatan non administratif yang menjadi hambatan bagi beberapa dosen adalah:
1. Kurangnya waktu untuk mengurus administrasi JAFA karena beberapa dosen memiliki kegiatan lain di luar kegiatan akademik.
18
2. Selain menjadi dosen yang mengajar, beberapa dosen juga memiliki jabatan struktural namun belum ada bantuan dari asisten sehingga pekerjaan menumpuk kdan kekurangan waktu untuk mengurus administrasi JAFA.
3. Sistem pengajaran di UKSW yang menggunakan periode 3 semester dikeluhkan oleh beberapa dosen menjadi salah satu alasan yang membuat dosen kekurangan waktu untuk mengurus JAFA karena disibukkan persiapan mengajar untuk semester baru yang memiliki jarak waktu cukup dekat.
4. Belum merasa layak menjadi Guru Besar, hambatan ini hanya dirasakan dosen dengan jabatan sebagai Lektor Kepala. Beberapa dosen mengungkapkan bahwa menjadi Guru Besar bukan hanya sebagai jabatan namun juga memiliki tanggung jawab yang besar.
Implikasi Teoritis
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat teori-teori yang mendukung teori lama Anjani (2014) di fakultas Hukum Universitas Lampung bahwa faktor-faktor yang menghambat pencapaian jabatan fungsional akademik dosen adalah faktor peraturan pemerintah yang berubah-ubah, hambatan berupa faktor sumber daya manusia seperti kurangnya sumber daya manusia yang mendukung untuk proses pengumpulan berkas untuk kenaikan jabatan, kurangnya pemahaman peraturan tentang kenaikan jabatan fungsional akademik, kurangnya motivasi dari dosen untuk mengurus kenaikan jabatan fungsional akademik. Teori lainnya merupakan kesulitan jurnal Internasional yang dialami oleh dosen dengan jabatan sebagai Lektor Kepala yang mendukung teori di Perguruan Tinggi Solo dan Universitas Lambung Mangkurat.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa teori temuan baru mengenai hambatan-hambatan jabatan fungsional akademik dosen seperti:
1. Menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu.
2. Kurangnya waktu karena kegiatan di luar kegiatan akademik.
3. Kurangnya waktu karena memiliki jabatan struktural namun tidak memiliki asisten.
4. Kurangnya waktu karena system pengajaran UKSW 3 semester yang membuat waktu mengajar menjadi padat.
5. Belum merasa layak untuk menjadi Guru Besar.
19 Saran
1. Pihak universitas perlu mengadakan sosialisasi peraturan pemerintah kepada dosen setiap adanya perubahan peraturan.
2. Perlu adanya penambahan tenaga kerja pada bidang administrasi untuk mengurus segala keperluan dosen dalam kenaikan jabatan fungsional akademik.
3. Menyediakan asisten tambahan untuk para dosen yang memiliki jabatan struktural sehingga dosen dapat meluangkan waktu untuk mengurus kenaikan jabatan fungsional akademik.
4. Mengkaji ulang sistem pengajaran tri semester dengan cara membuat kebijakan baru untuk setiap dosen aktif mengajar di semester tertentu dan berhenti sementara mengajar di semester lain (on/off) atau menambahkan pegawai baru sebagai dosen pengganti untuk mengajar sementara.
5. Perlu adanya revisi peraturan pemerintah mengenai jabatan fungsional dosen secara keseluruhan sehingga peraturan tidak berubah-ubah.
6. Untuk dosen diharapkan dapat memotivasi diri sendiri agar minat dalam mengurus jabatan fungsional tidak berkurang, diperlukan juga bantuan dari sesama dosen untuk dapat memberikan dorongan motivasi kepada dosen yang belum memiliki kenaikan jabatan fungsional.
Kelemahan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Mendatang
Karena kesibukan yang dimiliki oleh beberapa responden menyebabkan waktu yang dimiliki untuk wawancara terbatas sehingga berpengaruh pada kualitas jawaban yang hanya menyebutkan faktor penghambat secara umum namun tidak memberikan jawaban secara detail. Karena keterbatasan waktu penelitian ini belum dapat dilakukan triangulasi sehingga keabsahan data masih kurang.
Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian mengenai faktor apa saja yang membuat dosen dapat mencapai kenaikan jabatan fungsional akademik lebih cepat secara regular maupun kenaikan jabatan fungsional akademik dua tingkat lebih tinggi.
20 DAFTAR PUSTAKA
(n.d.). Retrieved from www.kopertis8.org:
http://www.kopertis8.org/attachments/article/1258/0.PERATURAN-P-TACA-KENAIKAN-JAB.- ON-LINE..pdf
OKEZONE NEWS. (2017, August 2). Retrieved July 19, 2018, from
https://news.okezone.com/read/2017/08/02/65/1748564/terkendala-jurnal-internasional- kampus-susah-cetak-guru-besar,
Anjani, S. D. (2014). Pelaksanaan Kenaikan Jabatan Fungsional Dosen di Fakultas Hukum Universitas Lampung. JURNAL HIMA HAN, 1-14.
Asik Belajar. (n.d.). Retrieved November 10, 2018, from Belajar Tanpa Batas .com:
https://asikbelajar.com/pendapat-ahli-tentang-penilaian-kinerja/
Asyari, Y. (2016, March 25). Jawa Pos. Retrieved July 19, 2018, from jawapos.com:
https://www.jawapos.com/jpg-today/25/03/2016/jurnal-bahasa-inggris-jadi-kendala- kurangnya-guru-besar
Effiyaldi. (2014). Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan dan Jabatan Fungsional terhadap Motivasi Berprestasi Dosen Perguruan Tinggi Swasta. Jurnal Dinamika Manajemen, 1-9.
Galih, G. P. (2016, 11 4). Dunia Dosen Indonesia. Retrieved 4 2018, from
https://www.duniadosen.com/masih-bingung-tentang-jenjang-jabatan-dan-pangkat-dosen/
Hisam, S. (2018, September 3). Dosen Pendidikan. Retrieved November 10, 2018, from
https://www.dosenpendidikan.com/22-pengertian-motivasi-menurut-para-ahli-terlengkap/
Kebudayaan, M. P. (2014). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Penilaian Angka Kredit Jabatan Fungsional Dosen. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 92 Tahun 2014, 1-16.
LPMAI UKSW. (n.d.). Retrieved July 19, 2017, from ppma.uksw.edu.
Pusat, P. (n.d.). Pengangkatan Pegawai Negeri Sipi dalam Jabatan Struktural. Peraturan Pemerintah no 15 tahun 1994, 2.
RB, M. (2013). Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya. Permenpan RB no 17 tahun 2013, 1-35.
21 LAMPIRAN
Pertanyaan:
1. Hambatan apa saja yang Bapak / Ibu rasakan dalam mengurus kenaikan JAFA?
2. Solusi apa yang Bapak / Ibu dapat berikan terkait dengan hambatan yang dirasakan?
Hasil Wawancara Dosen Universitas Kristen Satya Wacana Asisten Ahli
Dosen 1:
Menyelesaikan pendidikan dan melanjutkan fikaris ke Kupang sehingga belum ada waktu untuk mengurus JAFA.
Dosen 2:
Perubahan peraturan berkali-kali yang menyebabkan berkas dikembalikan dan harus diurus kembali.
Dosen 3:
Peraturan yang berubah-ubah menyebabkan berkas yang sudah diserahkan harus dikembalikan dan diurus kembali.
Dosen 4:
Tidak termotivasi mengurus JAFA karena menurut beliau dosen diakui oleh mahasiswa dan fakultas tidak diakui oleh institusi maupun negara, menurut beliau bobot akademik tidak bisa diukur dengan JAFA (tidak dapat diukur secara kuantitatif).
Kurangnya perhatian dari pihak universitas dan fakultas dalam mengurus JAFA, hanya diurus pribadi oleh dosen bersangkutan sedangkan penilaian dosen tersebut juga berdampak pada penilaian universitas dan fakultas.
Belum ada pihak yang mewakili setiap fakultas untuk mengurus teknik administratif sedangkan pengurusan administratif menguras waktu dan tenaga.
Dosen 5:
Pengajuan JAFA terhambat karena perpindahan homebase tanpa pemberitahuan kepada dosen yang bersangkutan sehingga harus menunggu sampai pengembalian homebase namun proses pengembalian memakan waktu yang cukup lama.
Dosen 6:
Jurnal yang tidak masuk perhitungan angka kredit kumulatif karena tidak terindeks scopus sehingga tidak dapat loncat jabatan.
Sistem pengajaran tri semester di UKSW menyebabkan kekurangan waktu untuk mengurus JAFA.
22 Dosen 7:
Peraturan yang berubah-ubah sehingga harus mengurus kembali berkas yang sudah diajukan.
Dosen 8:
Kehilangan dokumen untuk syarat pengajuan JAFA.
Kurangnya waktu untuk mengurus JAFA karena memiliki kegiatan lain diluar kegiatan akademik.
Lektor:
Dosen 1:
Status dosen tetap yang belum dimiliki karena masalah usia (sebelumnya merupakan dosen kampus lain dan saat pindah ke UKSW belum menjadi dosen tetap) sehingga menghambat proses pengajuan JAFA. Diangkat menjadi dosen tetap tahun 2016 saat sudah memiliki gelar S3 dan saat ini sedang menunggu sampai bulan Oktober 2018 untuk dapat mengajukan kenaikan JAFA.
Dosen 2:
Menyelesaikan studi S3 dan menunggu untuk dapat mengajukan kenaikan JAFA.
Sistem pengajaran di UKSW yang menggunakan periode 3 semester yang membuat jarak antar semester begitu dekat sehingga membuat dosen tidak dapat menyiapkan syarat-syarat kenaikan pangkat JAFA.
Dosen 3:
Tahun 2013 belum mempunyai karya ilmiah yang sesuai sehingga belum bisa mengajukan JAFA, saat akan mengajukan kenaikan JAFA ternyata ada perubahan peraturan.
Dosen 4:
Adanya perubahan peraturan sehingga berkas dikembalikan dan harus diurus sesuai peraturan yang terbaru.
Administrasi yang harus diurus sendiri tanpa ada bantuan dari lembaga khusus.
Dosen 5:
Peraturan pemerintah mengenai kenaikan JAFA yang berubah-ubah.
Tidak ada lembaga resmi untuk mengurus administrasi kenaikan JAFA.
Dosen 6:
Adanya perubahan peraturan mengenai pengabdian masyarakat yang harus menyertakan foto sehingga berkas dikembalikan.
Adanya perbedaan penafsiran mengenai peraturan kenaikan JAFA antara LPMAI dengan pemerintah.
23 Dosen 7:
Tidak memiliki waktu untuk mengurus JAFA karena sibuk dengan jabatan struktural yang dimiliki.
Dosen 8:
Saat pengajuan JAFA terdapat dosen dalam satu angkatan yang terindikasi plagiat sehingga berkas semua dosen pada saat itu dikembalikan dan harus diurus kembali.
Dosen 9:
Menyelesaikan pendidikan terlebih dahulu.
Kurangnya waktu yang dimiliki karena kegiatan lain diluar kegiatan akademik.
Dosen 10:
Belum bisa melakukan penelitian secara mandiri.
Lektor Kepala:
Dosen 1:
Belum mengajukan kenaikan JAFA karena masih belum merasa pantas untuk mmandiri Guru Besar.
Dosen 2:
Tidak ada alasan khusus, hanya baru sempat mengumpulkan syarat-syarat JAFA tahun ini untuk mengajukan kenaikan jabatan Guru Besar.
Dosen 3:
Sistem pengajaran di UKSW yang menggunakan periode 3 semester yang membuat jarak antar semester begitu dekat sehingga membuat dosen tidak dapat menyiapkan syarat-syarat kenaikan pangkat JAFA dikarenakan harus mengajar dan menyiapkan materi pengajaran dalam waktu yang dekat.
Beberapa dosen selain memiliki jabatan fungsional juga memiliki jabatan struktural tanpa adanya bantuan asisten yang membantu sehingga membuat pekerjaan dosen menumpuk dan tidak dapat mengurus JAFA.
Dosen 4:
Peraturan berubah-ubah menyebabkan berkas harus diurus kembali.
Dosen 5:
Menyelesaikan pendidikan S3 terlebih dahulu.
24
Sistem pengajaran tri semester membuat waktu dosen terbatas untuk mengurus JAFA.
Dosen 6:
Menyelesaikan pendidikan S3 terlebih dahulu.
Belum merasa pantas memiliki jabatan fungsional sebagai Guru Besar.
Dosen 7:
Kesulitan syarat jurnal Internasional terindeks scopus.
Dosen 8:
Belum merasa pantas menjadi Guru Besar karena merasa Guru Besar bukan hanya jabatan semata namun juga harus aktif menulis dan memberikan contoh yang baik kepada dosen-dosen lain.
Adanya kegiatan lain diluar kegiatan sebagai dosen yang membuat waktu yang dimiliki terbatas.
Dosen 9:
Kesulitan syarat jurnal Internasional.
Jabatan struktural yang dimiliki dosen tanpa bantuan asisten membuat pekerjaan menumpuk.
Dosen 10:
Kurangnya waktu untuk mengurus JAFA karena kegiatan lain diluar kegiatan akademik.
Solusi
1. Peraturan pemerintah harus dikaji ulang sehingga tidak mengalami banyak perubahan, jika ada perubahan peraturan maka perlu diadakan sosialisasi mengenai perubahan peraturan secara mendetail.
2. Perlu adanya tenaga administrasi khusus untuk mengurus syarat berkas kenaikan jabatan fungsional dosen.
3. Sistem on/off dosen perlu dilakukan sehingga dosen memiliki waktu khusus untuk mengurus kenaikan jabatan fungsional dosen atau perlu adanya tenaga pengajar pengganti sementara.