• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEARIFAN LOKAL DALAM LEGENDA AIR TERJUN JANJI DI DESA MARBUN, KECAMATAN BAKTIRAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI DI SUSUN OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEARIFAN LOKAL DALAM LEGENDA AIR TERJUN JANJI DI DESA MARBUN, KECAMATAN BAKTIRAJA, KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN SKRIPSI DI SUSUN OLEH:"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

KEARIFAN LOKAL DALAM LEGENDA AIR TERJUN JANJI DI DESA MARBUN, KECAMATAN BAKTIRAJA,

KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

SKRIPSI DI SUSUN OLEH:

KRISTINA NABABAN NIM : 160703019

PROGRAM STUDI SASTRA BATAK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas perlindungan-Nya sehingga penulis mampu mengerjakan skripsi ini.

Judul skripsi ini adalah Kearifan Lokal Dalam Legenda Air Terjun Janji Di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Alasan penulis memilih judul skripsi ini karena cukup unik dan belum pernah diangkat menjadi skripsi.

Penulis mengharapkan skripsi ini berguna bagi siapapun yang membaca skripsi ini, penulis juga memaparkan apa-apa saja pembahasan dan sistematika penulisan :

Bab I merupakan pendahuluan. Pada bab ini, diuraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, serta manfaat penelitian.

Bab II merupakan tinjauan pustaka, yang mencakup kepustakaan yang relevan dan teori yang digunakan.

Bab III merupakan metode penelitian, yang terdiri dari : metode dasar, lokasi penelitian, sumber data penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data.

(5)

Bab IV merupakan pembahasan tentang masalah yang ada pada rumusan masalah.

Bab V berisi kesimpulan dan saran.

Penulis mengetahui bahwa skripsi ini masih jauh dari yang diharapkan. Oleh karena itu, penulis menerima saran dan kritik dari siapapun yang membaca untuk memperbaiki skripsi ini.

Medan, januari 2021

Penulis

Kristina Nababan

NIM:160703019

(6)

HATA PATUJOLO

Mauliate ma dipasahat panurat tu amanta Debata pardenggan basa di siala asi dohot holong ni rohana mangaramoti jala manghaholongi sude jolma na tinompana gabe boi panurat pasaehon skripsi on.

Judul skripsi on ima Kearifan Lokal Dalam Legenda Air Terjun Janji Di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Dipillit panurat pe judul on alana judul on nunga maol ni jumpangan na asli ceritana, dohot disiala judul on dope diteliti.

Disangkapi rohani panurat do nian sai anggiat ma skripsi on marlapatan di angka na manjaha dohot mamboto di angka kajian na pinangke ni panurat na lao pasaehon skripsi on. Asa pamurahon parbinotoan taringot tu skripsi on sialana ni dibahen panurat ma bindu-binduna, songonon ma partordingna :

Bindu parjolo ima pendahuluan, bindu on dipatorang ma latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dohot manfaat penelitian.

Bindu paduahon ima tinjauan pustaka, di bagas bindu on ima kepustakan na relevan dohot teorina dipangke.

Bindu patoluhon ima metode penelitian, di bagas bindu on ima metode dasar, inganan penelitian, dohot sara papunguhon data.

(7)

Bindu paopathon ima pembahasan, di bagas bindu on dipatorang ma sude angka masalah na adong di rumusan masalah.

Bindu palimahon ima panimpuli dohot angka poda.

Tangkas do diboto panurat na godang dope na hurang denggan di skripsi on.

Disialan ni ma mardongan serep ni roha panurat paimahon angka poda dohot pangajarion sian na manjalaha laho paulihon skripsi on.

Medan, Januari 2021

Penulis,

Kristina Nababan

NIM : 160703019

(8)

htpTjolo

mUliatEmdipsht\pNrt\Tamn\tdEbtpr\de^gn

\bsdisialasidohto\holo^nirohnm<rmotim^hholo^I jlo\mntonmo\pgbeboIpNrt\psaehnos\h\rpi\sia no\jdL\s\h\rpi\siano\ImhEarifn\lokl\dlm\lEgE n\daari\tre\jN\jn\jididEsmr\bN\hEsmtn\bh\ti rjhBpteEne\hM\b^hsN\Dtn\dipli\lti\pNtrt\pEJd L\ano\alnJdL\ano\N<malo\nijM\p<n\as\liseri tndohto\disialJdL\ano\dopeditelitidis^hpirohni pNrt\donian\sIa^giat\ms\k\rpi\siano\mr\lp tn\dia^knmn\jhdohto\dohto\mm\botodia^kkjian

\npin^kenipNrt\nlaopsaehno\s\k\rpi\siaon\as pMrhno\pr\binotoan\tri<to\Ts\k\rpi\siano\s ialnnidibhn\epNrt\mbni\Dbni\Dnso<onno\mpr\

tro\di^nbni\Dpr\joloImpne\dHLan\bni\Dano\dip tor^mltr\belk^mslh\RMsn\mslh\TJan\peneliti an\dohto\mn\pat\penelitian\bni\DpDahno\Imt ni\jUan\pS\thdibgs\bni\DanoImkepS\tkan\n relepn\dohto\teaorindip^kebni\DptoLhno\Immetodepe nelitian\dibgs\bni\Dano\Immetodedsr\I<nn\pene litian\dohto\srn\pP>hno\dtbni\Dpaopt\hno\

(9)

Impme\bhsn\dibgs\bni\Danodiptor^mSdea^kmslh

\nado^diRMsn\mslh\bni\Dplimhno\Impnamo\Pdi dohto\a^kpodt^ks\dodibotopNrt\ngod^dopenHr^de^gn

\dis\k\rpi\siano\disialn\nimmr\do<n\serpe\nir ohpNrt\pImhno\a^kpoddohto\p<jriano\sian\n mn\jlhlhopUlihno\s\k\rpi\si\

medn\jNaR2021 peNLs\

k\Rs\Tnnbbn\

Nm\160703019

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas seluruh berkat serta kasih karunia yang sudah dilimpahkan-Nya sehingga penulis bisa menuntaskan penyusunan skripsi ini.

Pada peluang ini, penulis mau mengantarkan perkataan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas motivasi, pemikiran, semangat, dorongan, dan arahan serta tutorial yang sudah diberikan kepada penulis dalam menuntskan skripsi ini. Oleh sebab itu dalam peluang ini penulis mau mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :

1) Bapak Dr. Budi Agustono,M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara, Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, Wakil Dekan III, dan seluruh pegawai di lingkungan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

2) Bapak Drs. Warisman Sinaga, M.Hum., sebagai Ketua Jurusan Program Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.Bapak Drs.

Flansius Tampubolon, M.Hum., sebagai Sekretaris Program Studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universita Sumatera Utara.

3) Bapak Drs. Sumurung Simorangkir, SH., M.Pd., selaku pembimbing I yang sudah membagikan banyak pemikiran, anjuran, arahan, serta motivasi dan

(11)

mempertaruhkan waktu serta tenaga untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4) Bapak Dra. Asriaty R Purba, M.Hum., selaku pembimbing II yang sudah membagikan banyak pemikiran, anjuran, arahan, serta motivasi dan mempertaruhkan waktu serta tenaga untuk penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5) Bapak/Ibu dosen Program Studi Sastra Batak tanpa terkecuali, bapak/ibu dosen di area Fakultas Ilmu Budaya yang membagikan pengajaran serta tutorial kepada penulis mulai dari dini hingga akhir perkuliahan.

6) Abangda Risdo Saragih,S.S selaku alumni dan staf pegawai administrasi yang sudah menolong serta memperlancar urusan administrasi sepanjang penulis kuliah di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

7) Terimakasih kepada ayah dan ibu R. Nababan dan M. Sihombing yang penulis hormati dan sangat sayangi. Terimakasih yang terhinga penulis ucapkan atas pengorbanannya mulai dari penulis kecil hingga sekarang, terimakasih atas dasar segala pengorbanan baik material maupun non material dan segala doa, dukungan, nasehat, motivasi yang diberikan kepada penulis.

8) Saudara-saudara penulis (Rikki Nababan dan Hara Esa Nababan) sebagai orang-orang yang sangat penulis sayangi, penulis mengucapkan terimakasih atas doa, dukungan, dan yang senantiasa memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

(12)

9) Begitu juga kepada seluruh informan yang ada di Desa Marbun Toruan, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan informasi tentang skripsi ini.

10) Sahabat-sahabatku stambuk 2016 penulis ucapkan terima kasih untuk selalu ada baik suka dan duka dalam penyelesaian skripsi penulis.

11) Kepada sahabat-sahabatku Tio Mina Sianturi, Cristin Rayani Panggabean, Mita Nasra Simbolon, Dahlia Simamora, Mey Anjelia Sembiring, Lestika Siringo ringo, Roma Sihite, dan Benhard Marpaung terima kasih penulis ucapkan atas semua nasehat dan semua cinta kalian kepada penulis.

Medan, Januari 2021 Penuis,

Kristina Nababan NIM. 160703019

(13)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

HATA PATUJOLO... iii

UCAPAN TERIMA KASIH... vii

DAFTAR ISI... x

ABSTRAK... xii

BAB I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 6

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 8

2.1 Kepustakaan yang Relevan... 8

2.2 Pengertia Sastra ... 10

2.3 Pengertian Sejarah... 11

2.1.3 Pengertian Legenda…... 12

2.2 Teori yang Digunakan ... 13

2.2.1 Teori Tradisi Lisan... 13

2.2.2 Teori Kearifan Lokal... 18

BAB III. METODE PENELITIAN... 25

3.1 Metode Dasar... 25

3.2 Lokasi Penelitian... 27

3.3 Sumber Data Penelitian... 31

3.4 Instrumen Penelitian... 31

3.5 Metode Pengumpulan Data... 32

3.6 Metode Analisis Data... 22

(14)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

4.1 Sejarah Dan Pengembangan Legenda Air Terjun Janji Di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan... 34

4.1.1 Sejarah Legenda Air Terjun Janji... 34

4.1.2 Perkembangan Legenda Air Terjun Janji... 37

4.2 Nilai-Nilai Kearifan Lokal Yang Terdapat Dalam Legenda Air Terjun Janji Di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan ... 42

4.2.1 Kearifan Kejujuran... 42

4.2.2 Kearifan Komitmen... 43

4.2.3 Kearifan Kesetiakawanan... 43

4.2.4 Kearifan Kerja Keras... 43

4.2.5 Kesopansantunan... 44

4.2.6 Rasa Syukur... 44

4.2.7 Disipin... 44

4.2.8 Kesehatan... 45

4.2.9 Peduli Lingkungan... 45

4.3 Pandangan Masyarakat Batak Toba Tentang Air Terjun Janji... 46

(15)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

5.1 Kesimpulan ... 47

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA... 50

Lampiran 1 Sinopsis Cerita... 52

Lampiran 2 Gambar Air Terjun Janji... 55

Lampiran 3 Daftar Informan... 58

Lampiran... 62

(16)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Kearifan Lokal Dalam Legenda Air Terjun Janji Di Desa Marbun Toruan, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan”.

Riset ini bertujuan untuk mendiskripsikan nilai-nilai kearifan lokal dalam Legenda Air Terjun Janji, mendiskripsikan sejarah dan perkembangan Legenda Air Terjun Janji, dan mendiskripsikan bagaimana pandanga masayarakat tentang Legenda Air Terjun Janji. Teori yang digunakan untuk menganalisis informasi teori kearifan lokal yang dikemukakan oleh Robet Sibarani. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Hasil penelitian yakni Kearifan Lokal Dalam Legenda Air Terjun Janji dengan 4 nilai-nilai Kearifan Lokal yaitu: (1) Kearifan Kejujuran, (2) Kearifan Komitmen, (3) Karifan Kesetiakawanan Sosial, Bersahabat Dan Kepedulian, dan (4) Kearifan Kerja Keras. Ada juga sejarah dan perkembangan Air Terjun Janji, serta pandangan masyarakat tentang Legenda Air Terjun Janji.

Kata kunci : Kearifan Lokal, Legenda, Air Terjun Janji.

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang dihuni oleh berbagai suku, golongan, dan lapisan masyarakat. Mengingat hal itu tentu menghasilkan berbagai budaya, adat istiadat, dan karya sastra yang berbeda. Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan antara karya sastra satu dengan karya sastra yang lainya.

Jika membahas mengenai Sumatera Utara, maka secara spontan akan muncul di benak yaitu “Batak” mengapa demikian, karena Batak adalah suatu etnik yang mendominasi kebudayaan Sumatera Utara. Batak memiliki sub-Etnik yaitu, Batak Toba, Karo, Pakpak, Simalungun,dan Angkola Mandailing.

Salah satu sub etnik Batak yang besar ialah Batak Toba. Batak Toba pada umumnya bermukim diwilayah pulau samosir dan sekitarnya . asal mula etnis Batak berasal dari Gunung Pusuk Buhit yang terdapat di sebelah barat Pulau Samosir , hal ini tidak terlepas dari folklor yang diketahui. Konon di antara leluhur dari tujuh marga (Silaban, Lumbantoruan, Nababan, Hutasoit, Purba, Manalu dan Debataraja) etnis Batak Toba berimigrasi dari Pusuk Buhit ke Ulu Darat dan Terus ke Tipang .

(18)

Etnis Batak Toba mempunyai banyak peninggalan tradisi di berbagai daerah salah satunya adalah di Humbang Hasundutan. Peninggalan sejarah tersebut dijadikan sebagai suatu objek budaya dan kerap dikatakan dengan istilah situs-situs. Namun di sini penulis hanya fokus pada Legenda Air Terjun Janji di Kecamatan Baktiraja yaitu di Desa Marbun. Hal ini dikarenakan di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan membutuhkan publisitas.

Ketika leluhur etnis Batak Toba berimigrasi dari Taiwan terus ke Selatan yaitu ke Filippina , Sulawesi, dan kemudian di indikasikan juga ke Sumatera (x) mereka membawa serta berbagai unsur budaya yang diantaranya terindifikasi sebagai budaya megalitik . Megalitik yaitu kebudayaan yang banyak terfokus pada pemujaan terhadap arwah nenek moyang selain aspek animisme dan dinamisme yang menyertainya. Unsur budaya ini juga ditemukan diwilayah Pulau Samosir dan sekitarnya.

Sumatera Utara memiliki beragam etnis yang kaya akan budaya. Setiap etnis memiliki ciri khas dan kebudayaan masing-masing. Adapun etnis tersebut adalah Batak Toba, Batak Karo, Batak Simalungun, Batak Pakpak Dairi, Batak Angkola Mandailing, Nias, dan juga Melayu dan masih banyak lagi etnis-etnis yang mendiami wilayah Sumatera Utara. Setiap etnis-etnis ini memiliki tradisi lisan berupa cerita rakyat diwariskan secara turun temurun hingga sampai saat ini. Pada prinsipnya nilai budaya suatu etnis yang ada di Sumatera Utara dapat dilihat dari kebudayaan daerah yang memiliki ciri khas tertentu. Sebagian kebudayaan daerah itu dapat diketahui melalui cerita rakyat.

(19)

Cerita rakyat merupakan suatu konvensi tersendiri dikalangan masyarakat pemiliknya, karena dianggap sebagai refleksi dari kehidupan baik dari segi moral, edukasi, ritual, dan struktur sosialnya. Namun seperti diketahui pada umumnya cerita rakyat yang ada pada berbagai etnis di Indonesia tidak diketahui siapa pengarangnya.

Secara garis besar sastra terbagi atas dua bagian yaitu sastra lisan dan sastra tulisan. Sastra lisan dalam penyampaiannya adalah disampaikan dari mulut ke mulut yang merupakan warisan budaya yang turun-temurun dan mempunyai nilai-nilai luhur yang perlu dikembangkan, misalnya mitos, dongeng, cerita rakyat (turi-turian), mantra (tabas), dan lain-lainnya.

Kajian sastra lisan dapat memfokuskan pada dua golongan besar, yaitu : 1) Sastra lisan primer, yaitu sastra lisan dari sumber asli. Misalnya dari pendongeng

atau pencerita.

2) Sastra lisan sekunder, yaitu sastra lisan yang telah disampaikan menggunakan alat elektronik.

Sastra lisan adalah karya yang penyebarannya dari mulut ke mulut secara turun-temurun. Oleh karena penyebarannya dari mulut ke mulut, banyak sastra lisan yang memudar karena tidak dapat bertahan. Seperti Legenda Air Terjun Janji merupakan salah satu diantara banyaknya sastra lisan di kalangan masyarakat Batak Toba. Legenda Air Terjun Janji yang memiliki ketinggian sekitar 50 meter dan debit air yang cukup besar, sehingga sangat jarang manusia dapat mandi persis di titik jatuhnya air. Legenda Air Terjun Janji ini merupakan tempat para raja berikrar janji sebelum mereka berangkat perang. Perjanjian raja-raja yang akhirnya membentuk

(20)

peradaban masyarakat Batak di sekitar Danau Toba. Legenda Air Terjun Janji ini dipercaya dapat mengabulkan janji. Konon katanya, dahulu ada 3 (tiga) kerajaan yaitu Marbun, Sinambela, dan Manullang, yang dibawah naungan Raja Sisingamangaraja yang tinggal di Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasubdutan.

Ketiga Raja Batak itu dulunya tidak pernah bertengkar. Namun ketika ketiga Raja Batak itu diberikan kekusaan untuk memimpi sebagian wilayah Baktiraja oleh Raja Sisingamngaraja, seketika persaudaraan itu pun retak karena keegoisan. Ketiga Raja Batak itupun memperebutkan wilayah perbabatasan dan yang jadi faktor utama perdebatan antara ketiga Raja Batak. Namun, ketika perdebataan antara ketiga Raja Batak itu memanas, tiba-tiba Belanda datang menyerang wilayah mereka.Kemudian, mereka pun memutuskan mengadakan sebuah perjanjian damai satu dengan yang lainnya. Setelah perjanjian itu disepakati bersama, air terjun ini pun muncul dengan sendirinya.

Pada kesempatan ini penulis akan mengangkat kembali Legenda Air Terjun Janji, untuk dijelaskan mengenai sejarah, nilai-nilai kearifan lokal, dan pandangan masyarakat sekitar tentang Legenda Air Terjun Janji. Penelitian terhadap cerita ini sangat minim meskipun ahli budaya pernah meneliti tentang Legenda Air Terjun Janji di Desa Marbun, namun hanya sebatas deskripsi cerita saja tidak mengkaji tentang sejarah, nilai-nilai kearifan lokal, dan pandangan masyarakat mengenai Legenda Air Terjun Janji tersebut.

Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji sejarah, nilai-nilai kearifan lokal, dan pandangan masyarakat tentang Legenda Air

(21)

Terjun Janji di Desa Marbun. Penulis akan mengkaji Legenda Air Terjun Janji dari segi kearifan lokalnya, supaya penulis mengetahui nilai-nilai kearifan lokal dan pandangan masyarakat terhadap Legenda Air Terjun Janji di Desa Marbun.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan masalah sangat penting untuk pembuatan proposal skripsi ini, karena dengan adanya perumusan masalah maka deskripsi masalah akan terarah sehingga hasilnya dapat dipahami dan dimengeri oleh pembaca. Masalah merupakan suatu bentuk pertanyaan yang memerlukan penyelesaian atau pemecahan terhadap masalah tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1) Bagaimana sejarah dan pengembangan pada Legenda Air Terjun Janji pada masyarakat Batak Toba di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan?

2) Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam Legenda Air Terjun Janji pada masyarakat Batak Toba di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan?

3) Bagaimana pandangan masyarakat Batak Toba tentang Legenda Air Terjun Janji di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan?

(22)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penulis merumuskan beberapa tujuan umum yang ingin dicapai didalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Mendeskripsikan sejarah dan pengembangan pada Legenda Air Terjun Janji pada masyarakat Batak Toba di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

2) Mendeskripsikan nilai-nilai kearifan lokal apa yang terdapat dalam Legenda Air Terjun Janji pada masyarakat Batak Toba di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

3) Mendeskripsikan pandangan masyarakat Batak Toba tentang Legenda Air Terjun Janjidi Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

1.4 Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Praktis

Manfaat bagi masyarakat berkenaan dengan memungkinkan hasil penelitian ini dapat diterapkan dalam masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam membangun dan tetap melestarikan Legenda Air Terjun Janji pada masyarakat Batak Toba di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

(23)

1.4.2 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis bagi semua pihak yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya:

1) Sebagai referensi kepustakaan khususnya mengenai Legenda Air Terjun Janji pada masyarakat Batak Toba.

2) Memotivasi masyarakat baik orang tua dan pemuda untuk menjaga dan melestarikan kearifan lokal Legenda Air Terjun Janji.

3) Sebagai dokumentasi kearifan lokal Legenda Air Terjun Janji pada Program studi Sastra Batak Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan Yang Relevan

Kajian pustaka paparan atau konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian. Paparan atau konsep-konsep tersebut bersumber dari pendapat para ahli, pengalaman penelitian, dokumentasi, dan nalar peneliti yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

Penulisan skripsi ini merujuk ke beberapa buku pendukung yang relevan.

Buku-buku yang digunakan sebagai berikut:

1) Ratna (2004) yang berjudul Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Buku ini menjelaskan tentang pemahaman teori dan cara kerja teori dalam menganalisis objek. Kontribusi buku tersebut dalam penulisan skripsi ini adalah membantu penulis dalam memahami teori, sehingga memudahkan penulis dalam menganalisis Legenda Air Terjun Janji.

2) Sibarani ( 2014) yang berjudul “Kearifan Lokal (hakikat, peran, dan metode tradisi lisan),” dalam buku ini dinyatakan bahwa tradisi tidak sekedar penuturan, melainkan konsep pewarisan sebuah budaya dan bagian dari diri kita sendiri sebagai makhluk sosial. Menurut (Pudentia, 2010) tradisi lisan tidak hanya kelisanan yang membutuhkan tuturan seperti peribahasa, dongeng, legenda, mantra, dan pantun, tetapi juga bagaimana kelisanan itu diwariskan secara epistemologi dan suatu tradisi lisan yang hidup bagi setiap etnik di Indonesia

(25)

yang berisi nilai dan norma budaya dalam mengatasi dan menjawab persoalan sosial yang dihadapi masyarakat. Dalam hal ini, tradisi lisan menjadi sumber kearifan lokal untuk mengatur tatanan kehidupan secara arif atau bijaksana.

Kearifan lokal adalah nilai budaya lokal yang dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif. Kontribusi buku tersebut dalam penulisan skripsi ini adalah membantu penulis dalam memahami kearifan lokal, sehingga memudahkan penulis dalam menganalisis Legenda Air Terjun Janji.

3) Sibarani ( 2014) yang berjudul “Kearifan Lokal Gotong-royong Pada Upacara Adat Etnik Batak Toba,”. Buku ini menjelaskan konsep gotong-royong yang terdapat dalam perumpamaan Batak Toba sebagai memori kolektif, bahkan sebagai penyimpan kegotong-royongan dalam masyarakat Batak Toba.

Berdasarkan memori kolektif itu, konsep kegotong-royongan mencakup nilai gotong-royong, yakni saling mendukung, saling mengiakan, saling menyetujui, saling membantu, saling bekerja sama, bersama-sama bekerja, saling memahami, dan mendukung. Kontribusi buku tersebut dalam penulisan proposal skripsi ini adalah membantu penulis dalam memahami konsep konsep gotong-royong yang terdapat dalam perumpamaan Batak Toba sebagai memori kolektif, sehingga memudahkan penulis dalam menganalisis Legenda Air Terjun Janji.

4) Sibarani, dkk (2014) yang berjudul ”Pola Gotong-royong dan Model Revitalisasinya Pada Masyarakat Batak Toba,” gotong royong merupakan pekerjaan atau aktivitas yang harus kompak, serempak, dam bersama-sama begitu juga dalam hal nya menanam padi pada masyarakat Batak Toba di desa Baktiraja.

(26)

Kontribusi buku tersebut dalam penulisan proposal skripsi ini adalah membantu penulis dalam memahami kearifan lokal, sehingga memudahkan penulis dalam laporan hasil penelitian Legenda Air Terjun Janji.

5) Endraswara Suwardi (2003) yang berjudul Metodologi Penelitian Sastra. Buku ini menjelaskan tentang sasaran penelitian Sosiologi sastra , Fungsi sosial sastra, dan sastra sebagai cermin masyarakat. Buku ini memberi pemahaman tentang sastra sebagai cerminan masyarakat sehingga memudahkan penulis untuk menganalisis pandangan masyarakat terhadap objek karya sastra.Kontribusi buku tersebut dalam penulisan proposal skripsi ini adalah membantu penulis dalam memahami metode penelitian sastra, sehingga memudahkan penulis dalam laporan hasil penelitian Legenda Air Terjun Janji.

6) Simamora, Sondang (2017) skripsi ini yang membahas tentang Potensi Wisata Air Terjun Janji. Kontribusi skripsi terhadap penulisan skripsi ini ialah membantu penulis dalam memahami alur cerita dan perkembangan Legenda Air Terjun Janji.

2.2 Pengertian Sastra

Sastra merupakan cabang seni, yaitu hasil cipta dan ekspresi manusia yang estetis (indah). Seni sastra sama kedudukannya dengan seni-seni lainnya, seperti seni musik, seni lukis, seni tari, dan seni patung yang diciptakan untuk menyampaikan keindahan kepada para penikmatnya. Namun demikian, sekalipun tujuannya sama, dari aspek media penyampaian estetikanya, antara satu cabang seni dengan seni yang lainnya itu berbeda. Seni musik keindahanya disampaikan melalui media bunyi dan

(27)

suara, seni lukis keindahannya disampaikan dengan media warna, seni tari keindahannya disampaikan dengan media gerak, seni patung keindahannya disampaikan melalui media pahatan, sedangkan seni sastra keindahannya disampaikan dengan media bahasa. Dari sinilah, bahasa mempunyai peran yang istimewa dalam sastra karena sastra mewujudkan dirinya dengan bahasa, dan bahasa dalam perkembangannya juga di tentukan oleh sastra, yaitu sastra melakukan eksplorasi kreativitas bahasa, baik dalam kata, frasa, klausa dan kalimat yang tujuannya untuk mencapai aspek nilai estetis.

Definisi sastra juga banyak mengarah pada pengertian sastra ditinjau secara etimologi, asal mula kata. Menurut (Teeuw 1988 :22) sastra sebagai hasil cipta yang berupa “pikir” dan “rasa” dalam bentuk artefak tulisan yang secara general merupakan perwujudan budaya.

Pada penelitian ini penulis menyimpulkan bahwa Legenda Air Terjun Janji atau judul skripsi ini termasuk dalam sastra. Yang dimana penulis melakukan eksplorasi kreativitas bahasa, baik dalam kata, frasa, klausa dan kalimat yang tujuannya untuk mencapai aspek nilai estetis pada Legen Air Terjun Janji.

2.3 Pengertian Sejarah

Sejarah adalah gambar tentang peristiwa – peristiwa masa lampau yang dialami oleh manusia, disusun secara ilmiah, meliputi ukuran waktu, diberi tafsiran dan analisa kritis, sehingga mudah dimengerti dan dipahami (Hugiono dan Poerwanto 1992:9). Sedang menurut Abdahman Hamid dan Muh Saleh Madjid (2011

(28)

: 10) sejarah adalah bidang kajian yang memahami manusia dan tindakannya yang selalu berubah dalam ruang dan waktu sejarah.

Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan cerita perubahan – perubahan, peristiwa atau kejadian – kejadian masa lampau yang telah diberi tafsir atau alasan yang dikaitkan sehingga mmembentuk suatu pengertian yang lengkap.

Pada penulisan skripsi ini penulis akan mengkaji tentang sejarah Legenda Air Terjun Janji yang ada di Desa Marbun, Kecamatan Bktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

2.1.2 Pengertian Legenda

Legenda adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang memiliki cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Legenda sering dianggap sebagai sejarah kolektif. Meskipun, karena tidak tertulis maka kisah tersebut mengalami distorsi sehingga sering jauh berbeda dengan kisah aslinya.

Menurut Pudentia, arti legenda ialah cerita atau hikayat yang diyakini oleh sejumlah penduduk setempat bahwa memang benar-benar terjadi, akan tetapi tidak diyakini suci atau keramat yang juga tidak menyamainnya dengan mite.

Pada penulisan skripsi ini penulis membenarkan bahwasanya Legenda Air Terjun Janji atau sesuai judul skripsi ini termasuk dalam legenda yang dimana benar- benar terjadi karena tidak tertulis hanya disampaikan dari mulut ke mulut sehingga sering ada perbedaan yang di sampaikan oarang yang ditemui penulis dilokasi

(29)

penelitian.

2.2 Teori Yang Digunakan

Secara etimologis, teori berasal dari kata theoria (Yunani), berarti kebulatan alam atau realita. Teori diartikan sebagai kumpulan konsep yang telah teruji keandalannya, yaitu melalui kompetensi ilmiah yang dilakukan dalam penelitian.

Berdasarkan masalah penelitian ini, maka penulis menggunakan teori kearifan lokal untuk mengkaji Legenda Air Terjun Janji. Menganalisis sebuah karya sastra dengan pendekatan kajian taradisi lisan yang dapat membangun sebuah karya sastra tanpa menghilangkan unsur-unsur yang ada dalam cerita.

2.2.1 Teori Tradisi Lisan

Menurut etimologi, tradisi adalah suatu kata yang mengacuh pada adat atau kebiasaan yang turun temurun, atau peraturan yang dijalankan masyarakat. Tradisi merupakan sinonim kata “budaya” dimana kedua hal tersebut adalah hasil karya masyarakat yang dapat membawa pengaruh pada masyarakat karena kedua kata tersebut dapat dikatakan makna dari hukum tidak tertulis dan ini menjadi patokan norma dalam masyarakat yang dianggap baik dan benar adanya. Tradisi budaya berusaha menggali, menjelaskan, dan menginterpretasi secara ilmiah warisan-warisan budaya leluhur pada masa lalu, menginterpretasikannya untuk implementasi pada pembentukan karakter generasi masa kini demi mempersiapkan kehidupan yang damai dan sejahtera untuk generasi masa mendatang. Kata tradisi berasal dari bahasa

(30)

latin traditio (diteruskan) atau kebiasaan yang telah dilakukan dengan cukup lama dan menjadi bagian dari kehidupan masyarakat dari suatu negara, kebudayaan, waktu,dan agama yang sama.

Hal yang paling menonjol dari tradisi adalah adanya informasi yang disampaikan oleh leluhur dan diteruskan dari generasi ke generasi baik secara tertulis maupun lisan, karena jika tanpa adanya hal ini maka suatau tradisi dapat punah.

Pengertian lain, tadisi adalah kebudayaan masa lau yang memiliki proses berkelanjutan (continuity) hingga sekarang dan kemungkinan higga masa mendatang.

Proses berkelanjutan yang dimaksud merupakan rangkaian transmisi budaya yang disampikan secara lisan.

Tradisi lisan merupakan kebudayaan masyarakat yang diwariskan oleh leluhur yang dilakukan secara lisan. Tradisi lisan diartikan sebagai “segala wacana yang diucapkan” atau “sistem wacana yang bukan aksara”, yang mengungkapkan kegiatan kebudayaan suatu komunitas. Hal tersebut muncul atas pendapat Sweeeney (1998:2- 5) dalam buku Sibarani (2014) yang menegaskan bahwa pengertian kelisanan harus dikaitkan dalam konteks interaksinya dengan tradisi tulisan. Dalam kaitan ini perlu terlebih dahulu diutarakan kekaburan pemakaian istilah “oral” dan istilah “orality”.

Istilah yang pertama berkaitan dengan suara. Implikasi kata lisan dalam lisan tertulis dan dalam lisan beraksara berbeda. Sweeney mengusulkan sitilah “oracy” (orasi) untuk mencakup pengertian lisan pada istilah orality. Konsep kelisanan yang dipakai disini lebih tepat digunakan dalam konteks sistem pengolahan bahan yang tidak

(31)

mengandalkan huruf. Dengan pembatasan seperti itu, pembicaraan kelisanan ini lebih mencakup tradisi lisan dan tidak mengkhususkan diri pada sejarah lisan.

Menurut Pudentia dalam buku Sibarani (2014) menyatakan tradisi lisan tidak sekedar penuturan, melainkan konsep pewarisan sebuah budaya, dan bagian diri kita sendiri sebagai makhluk sosial. Dan merupakan cakupan segala hal yang berhubungan dengan sastra, budaya, sejarah, biografi, dan berbagai pengetahuan lain yang disampaikan dari mulut ke mulut. Pernyataan tersebut memiliki arti bahwa tradisi lisan tidak hanya kelisanan yang membutuhkan tuturan seperti peribahasa, dongeng, legenda, mantra, dan pantun, tetapi juga berkaitan dengan sistem kognitif pada kebudayaan, seperti sejarah hukum dan pengobatan. Namun, masa sekarang tradisi lisan tersebut sudah tidak persis adanya dengan yang dulu karena pengaruh zaman moderndan penyesuaian dengan konteks zaman yang kita lakukan sekarang, akan tetapi nilai dan normanya dapat diterapkan pada masa sekarang. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, tradisi lisan merupakan kegiatan masa lalu yang berkaitan dengan masa kini dan perlu diwariskan pada masa mendatang untuk mempersiapkan generasi mendatang.

Sibarani (2014:43-47) mengatakan tradisi lisan memiliki 10 ciri-ciri yaitu:

1) Merupakan kegiatan budaya, kebiasaan atau kebudayaan berbentuk lisan, sebagian lisan, dan bukan lisan.

2) Memiliki performansi.

(32)

3) Dapat diamati dan ditonton.

4) Bersifat tradisional.

5) Diwariskan secara turun temurun.

6) Proses penyampaiannya “dari mulut ke telinga‟.

7) Mengandung nilai-nilai dan norma-norma budaya.

8) Memiliki versi-versi.

9) Milik bersama komunitas tertentu.

10) Berpotensi direvitalisasi dan diangkat sebagai sumber industri budaya.

Menurut Sibarani (2012 :245) bahwa setiap tradisi lisan memiliki bentuk dan isi. Bentuk terbagi atas teks, ko- teks, dan konteks. Bentuk yang dimaksud terdiri dari:

1) Teks, merupakan unsur verbal baik berupa bahasa yang tersusun ketat seperti bahasa sastra maupun bahasa naratif yang mengantarkan Tradisi Lisan nonverbal seperti teks pengantar sebuah performansi.

2) Ko-teks, merupakan keseluruhan unsur yang mendampingi teks seperti unsur paralinguistik, proksemik, kinesik, dan unsur material lainnya, yang terdapat dalam Tradisi Lisan.

(33)

3) Konteks, merupakan kondisi yang berkenaan dengan budaya, sosial, situasi, dan idiologi Tradisi Lisan.

Gambar 2.1 Objek kajian Tradisi Lisan

Pada penulisan skripsi ini penulis membenarkan bahwasanya Legenda Air Terjun Janji diwarisi dari turun temurun.

TRADISI LISAN

BENTUK ISI

LISAN, BENTUK, ISI, TEKS, KO-TEKS, DAN KONTEKSPERFORMA

NSI

(STRUKTUR, ELEMEN, DAN KONDISI)

FORMULA

NILAI DAN NORMA (FUNGSI DAN

MAKNA)

KEARIFAN LOKAL

(34)

2.2.2 Teori Kearifan Lokal

Kearifan lokal adalah kebijaksanaan atau pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasal dari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat (Sibarani, 2012:112). Kearifan lokal digunakan untuk mengatur kehidupan masyarakat.

Kearifan lokal didapatkan dari budaya atau tradisi lisan karena kearifan lokal merupakan kandungan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur kehidupan dalam segala bidang. Balitbangpos Depsos RI (dalam Sibarani, 2012:113), kearifan lokal itu merupakan kematangan masyarakat di tingkat komunitas lokal yang tercermin dalam sikap, perilaku, dancara pandang masyarakat yang kondusif di dalam mengembangkan potensi dan sumber lokal (material maupun nonmaterial) yang dapat dijadikan sebagai kekuatan di dalam mewujudkan perubahan kearah yang lebih baik atau positif.

Menurut Sibarani (2012:134), kearifan lokal terdiri atas kedamaian dan kesejahteraan. Kearifan lokal kedamaian terdiri atas kesopanan, kejujuran, kesetiakawanan sosial,kerukunan dan penyelesaian konflik, komitmen, pikiran positif, dan rasa syukur. Dan kearifan lokal kesejahteraan terdiri atas kerja keras, disiplin, pendidikan, kesehatan, gotongroyong, pengelolaan gender, pelestarian dan kreativitas budaya, dan peduli lingkungan. Sibarani (2012:135) mengemukakan bahwa setiap bangsa atau suku bangsa memiliki sumber yang berbeda dalam pembentukan karakter generasi penerus bangsanya. Dalampembangunan karakter bangsa Indonesia, kearifan lokal menjadi sumber penting yang harus dimiliki oleh

(35)

generasi penerus bangsa. Pembentukan karakter berarti mengajarkan kearifan- kearifan lokal pada generasi muda. Penerapan pendidikan karakter yang berasal dari kearifan lokal sebagai warisan budaya leluhur akan menjadikan anak-anak bangsa ini berhasil dalam bidang akademis dan ekonomi yang dapat mempersiapkan mereka menjadi manusia-manusia yang beradap dan sejahtera dimasa depan. Indonesia harus memberikan prioritas pada pembentukan karakter bangsanya berdasarkan budaya bangsanya demi persiapan masa depan generasi mendatang (Sibarani, 2012:151).

Kearifan lokal, terdiri dari 2 (dua) kata yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan dan lokal (local) atau setempat. Jadi kearifan lokal adalah gagasan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam, dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. Sibarani (2014:180) menyatakan bahwa, kearifan lokal adalah kebijaksanaan dan pengetahuan asli suatu masyarakat yang berasaldari nilai luhur tradisi budaya untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

Dalam hal ini kearifan lokal itu bukan hanya nilai budaya, tetapi nilai budaya dapat dimanfaatkan untuk menata kehidupan masyarakat dalam mencapai peningkatan kesejahteraan dan pembentukan kedamaian.

Menurut Balitbangsos Depsos RI, (Sibarani,2014:5) “Kearifan lokal (local wisdom) dapat dipahami sebagai nilai-nilai budaya, gagasan-gagasan tradisional, dan pengetahuan setempat yang bersifat bijaksana, penuh kearifan, bernilai baik, dan berbudi luhur yang dimiliki oleh anggota masyarakat dalam menata kehidupan sosial mereka”. Kearifan lokal itu diperoleh dari tradisi budaya atau tradisi lisan karena kearifan lokal merupakan kandungan tradisi lisan atau tradisi budaya yang secara

(36)

turun menurun diwariskan dan dimanfaatkan menata kehidupan sosial masyarakat dalam segala bidang kehidupannya. Kearifan lokal adalah nilai budaya lokal yang dapat dimanfaatkan untuk mengatur tatanan kehidupan masyarakat secara arif dan bijaksanan. Nilai tradisi untuk menselaraskan kehidupan manusia dengan cara menghargai, memelihara, dan melestarikan alam lingkungan. Hal ini dapat dilihat bahwa semakin adanya penyempurnaan arti dan saling mendukung, yang intinya adalah memahami bakat dan potensi alam tempatnya hidup, dan diwujudkannya sebagai tradisi. Definisi kearifan lokal secara bebas dapat diartikan nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam suatu masyarakat. Hal ini berarti, untuk mengetahui suatu kearifan lokal di suatu wilayah maka kita harus bisa memahami nilai-nilai budaya yang baik yang ada di dalam wilayah tersebut.Sebenarnya nilai-nilai kearifan lokal ini sudah diajarkan secara turun temurun oleh orang tua kita kepada kita selaku anak-anaknyadengan budaya gotong royongdansaling menghormati.

Kearifan lokal yang terdapat pada masyarakat banyak mengandung nilai luhur budaya bangsa, yang masih kuat menjadi identitas karakter warga masyarakatnya.

Namun disisi lain, nilai kearifan lokal sering kali dinegasikan atau diabaikan, karena tidak sesuai dengan perkembangan zamannya. Padahal dari nilai kearifan lokal tersebut dapat dipromosikan nilai-nilai luhur yang bisa dijadikan model dalam pengembangan budaya bangsa Indonesia. Dalam konteks ini, masyarakat adat yang masih tetap memelihara dan eksis dalam kearifan lokalnya misalnya masyarakat di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan dalam Legenda Air Terjun Janji.

(37)

Kearifan lokal dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembentukan karakter bangsa. Karakter bangsa berasal dari kearifan lokal kita sendiri sebagai norma warisan leluhur bangsa. Karakter dalam kearifan lokal dapat diperdayakan dalam menciptakan kedamaian dan menjaga warisan leluhur kita yang sudah ada sejak dahulu .

Dalam buku Sibarani (2015:51-52) kajian kearifan lokal yang digali dari tradisi budaya atau tradisi lisan sebaiknya mempertimbangkan teori lapisan, yang sering dianalogikan dengan teori “bawang merah”. Lapisan luar(outer layer) suatu tradisi budaya atau tradisi lisan memperlihatkan makna dan fungsi tradisi yang dapat diamati, ditonton, didengar atau dinikmati secara empiris, tetapi lapisan tengah (middle layer) suatu tradisi budaya atau tradisi lisan akan memperlihatkan nilai dan norma tradisi tersebut sedangan lapisan inti (the core layer) akan memperlihatkan kearifan lokal yang menjadi keyakinan, kepercayaan, dan asumsi dasar yang dapat menyelesaikan persoalan hidup yang dihadapi manusia dalam komunitasnya. Dengan pembeda ketiga lapisan tersebut orang akan dapat membedakan makna fungsi, nilai dan norma, dan kearifan lokal secara lebih jelas.

(38)

Gambar 1.1. Lapisan Pemaknaan

Didalam bagan diatas bahwa tradisi di Nusantara ini terdapat berbagai nilai dan norma budaya sebagai warisa leluhuryang di manfaatkan untuk membuat masyarakat hiduprukun dan damai yang menurut makna dan fungsinya dalam menata kehidupan sosial masyarakatnnya. Hal itu dapat di klasifikasikan kedalam dua jenis kearifan lokal inti, yaitu untuk peningkatan kesejahteraan dan kearifan lokal untuk penciptaan kedamaian. Berikut yang merupakan bagan dari jenis-jenis kearifan lokal inti. Sibarani (2015:52).

(39)

Gambar 2.2. Jenis-jenis kearifan lokal

KEARIFAN LOKAL

1. Kesopansantunan 2. Kejujuran

3. Kesetiakawanan Sosial

4. Kerukunan Dan Penyelesaian Konflik 5. Komitmen 6. Pikiran Positif 7. Rasa Syukur

1. Kerja Keras 2. Disiplin 3. Pendidikan 4. Kesehatan 5. Gotong Royong 6. Pengelolaan Gender 7. Pelestarian Dan

Kreatifitas Budaya 8. Peduli Lingkungan

KEDAMAIAN KESEJAHTERAAN

(40)

1

Gambar 2.3 Tujuan dan Fungsi Kearifan Lokal

Dalam teori ini membantu penulis dalam menganalisis tentang nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat pada Legenda Air Terjun Janji.

KEARIFAN LOKAL

KEDAMAIAN KESEJAHTERAAN

1. KEBAIKAN 2. PEMBENUKAN

KEPRIBADAIAN 3. PEREKAT

KOHENSISOSIAL 4. CARA

PANDANGAN ATAU LANDASAN BERPIKIR

5. DASAR

BERINTERAKSI 6. NORMA PERILAKU

1. KEMAKMURAN 2. SUMBER

KREATIVITAS 3. DEPOSIT INDUSTRI

BUDAYA 4. MOTIFASI

KEBERHASILAN 5. PENGENTASAN

KEMISKINAN

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara yang dipergunakan untuk mendapatkan data dan dapat memecahkan masalah yang diteliti, berdasarkan fenomena-fenomena yang ada secara objektif (Pradopo 2003: 191).

Metode penelitian mencakup enam aspek yakni : Metode dasar, lokasi penelitian, sumber data, instrument penelitian, metode pengumpulan data dan analisis data.

3.1 Metode Dasar

Metode berasal dari kata metode dan logos. Metode artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu; logos artinya ilmu pengetahuan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis dengan teknik penelitian lapangan. Metode deskriptif analisis dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta- fakta yang kemudian disusul dengan analisis, tidak semata-mata menguraikan, melainkan juga memberikan pemahaman, dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2007:53).

Penelitian adalah suatu kegiatan untuk mencari, mencatat, merumuskan, dan menganalisis sampai dengan menyusun laporan. Jadi, metode penelitian adalah ilmu yang mempelajari tentang jalan yang dilewati untuk mencapai suatu pemahaman, serta penelitian memiliki tujuan, maksudnya kegiatan penelitian ini tidak dapat

(42)

terlepas dari kerangka tujuan pemecahan permasalahan, walaupun penelitian tidak memberikan jawaban langsung terhadap permasalahan yang diteliti akan tetapi hasilnya harus mempunyai konstribusi dalam usaha pemecahan permasalahan tersebut.

Pada penelitian ini penulis mendeskripsikan bagaimana sejarah dan perkembangan, nilai-nilai kearifan lokal, dan padangan masyarakat yang terdapat pada Legenda Air Terjun Janji di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.`

Dalam penelitian deskriptif, identitas dan peran informan serta informasi- informasi yang disampaikan menjadi hal-hal yang berharga sehingga peneliti harus memiliki tanggungjawab untuk memperlakukan identitas diri dan informasi yang disampaikan oleh informan. Identitas dan informasi tersebut dapat dibuka atau tertutup untuk khalayak, tergantung dari kesepakatan antara peneliti dan informan yang tertulis dalam formulir kesepakatan (consent form). Peneliti boleh membuka identitas selama informan sepakat dan peneliti juga harus menghargai keputusan apabila informan ingin identitasnya dilindungi.

Dalam pengambilan data penelitian deskriptif, sebaiknya peneliti mendapatkan izin baik secara tertulis ataupun lisan sehingga penelitian tidak melanggar norma-norma yang mungkin dianut oleh informan atau objek penelitian

(43)

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Marbun Toruan, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasudutan. Alasan penulis memilih lokasi penelitian ini karena merupakan tempat beradanya Air Terjun Janji. Di desa ini masih ada ditemui atau dijumpai informan (tokoh masyarakat, toko adat, dan penatua-penatua) yang dapat memberi penjelasan tentang Legenda Air Terjun Janji sehingga penulis memperoleh cerita yang lengkap.

Gambaran Umum Kecamatan Baktiraja Sebagai Lokasi Penelitian

Humbang Hasundutan adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara.

kabupaten ini Dibentuk pada tanggal 28 Juli 2003, dan mempunyai luas sebesar 2.335,33 km². Kabupaten ini Beribukotakan Dolok Sanggul dan memiliki Semboyan Kabupaten Humbang Hasundutan adalah Huta Mas (Humbang Hasundutan Mandiri dan Sejahtera).

Kabupaten Humbang Hasundutan terdiri atas 10 kecamatan yaitu:

1) Kecamatan Parlilitan 2) Kecamatan Pollung 3) Kecamatan Sijamapolang 4) Kecamatan Baktiraja 5) Kecamatan Dolok Sanggul 6) Kecamatan Lintong Nihuta 7) Kecamatan Onan Ganjang 8) Kecamatan Pakkat

(44)

9) Kecamatan Paranginan 10) Kecamatan Tarabintang

Gambaran umum kecamatan Baktiraja

Kecamatan Baktiraja yang terletak di Kabupaten Humbang Hasundutan Provinsi Sumatera Utara ini, dengan luas wilayah 2.231,9 Ha yang terletak pada titik koordinat 2°16’- 2° 23’ LU- 98°47’- 98° 58’ BT. Kecamatan Baktiraja merupakan daerah perbukitan dan berbatu-batu yang terletak pada 500 - 1.500 meter di atas permukaan laut (dpl). Kecamatan Baktiraja sendiri memiliki tujuh desa diantaranya adalah Desa Simamora, Siunongunong Julu, Sinambela, Simangulampe, Marbun Toruan, Marbun Tonga Marbun Dolok semua Desa tersebut dapat disebut daerah bagian Bakara, dan Tipang dahulu ada dua desa yaitu Tipang Dolok dan Tipang Toruan. Akan tetapi sekarang kedua Desa itu sudah dijadikan satu Desa yaitu Tipang.

Kecamatan Baktiraja adalah sebuah kawasan yang terletak pada bagian Timur wilayah Kabupaten Humbang Hasundutan, berbatasan dengan empat kecamatan:

1) Sebelah Utara, Kecamatan Onan Runggu Kabupaten Samosir

2) Sebelah Timur, Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

3) Sebelah Selatan, Kecamatan Dolok sanggul

4) Sebelah Barat, Kecamatan Pollung

(45)

Secara administratif, Kecamatan Baktiraja terdiri atas 7(tujuh) desa, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kecamatan Baktiraja terdiri atas 7 desa

NO Nama Desa Nama Kepala Desa Jumlah Penduduk

1 Tipang Pj. Roida Tamba 1,669

2 Marbun toruan Omry Banjarnahor 1,085

3 Siunong-unong julu Rosmilu Purba 602

4 Simamora Parningotan Bakara 703

5 Sinambela Marlindang

Simanullang

1,057

6 Simangulampe Dompak Sinambela 572

7 Marbun Tonga Marbun Dolok Dahlan Banjarnahor 1,188

(http:blog sumber Kecamatan Baktiraja dalam angka )

(46)

PETA KECAMATAN BAKTIRAJA

Gambar 3.2. Peta kecamatan Baktiraja

Bakara adalah nama sebuah wilayah di pinggiran Danau Toba dekat Muara yang terhampar di lembah yang berjarak belasan kilometer dari Dolok Sanggul.

Dibelah oleh dua aliran sungai besar yang berair deras yang disebut dengan Aek Silang yang bersumber dari air terjun yang tercurah dari bentangan perbukitan dan Aek Simangira. Keduanya mengaliri beberapa desa dan bermuara di Danau Toba.

3.3 Sumber Data Penelitian

Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh.

Subjek penelitian sastra adalah teks-teks novel, Cerita rakyat/legenda, drama dan

(47)

puisi. Dalam proposal skripsi ini adalah Cerita rakyat. Sumber data menurut (Zuldafrial 2012:46) “adalah subjek dari mana data dapat diperoleh”.

Sumber data penelitian ini terdiri dari :

1) Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari objek peneliti melalui wawancara langsung dan observasi.

2) Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai tulisan mulai buku,jurnal,tesis, dan sumber-sumber lain yang dapat memperkuat hasil analisa.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis, menggunakan sumber data primer berupa hal-hal yang mencakup keterangan nilai-nilai sosial dalam Legenda Air Terjun Janji di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian ini adalah alat untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah:

1) Alat Perekam (tape recorder) yang digunakan untuk mewawancarai informan saat pengumpulan data sesuai dengan objek penelitian.

2) Kamera yang digunakan untuk mengambil gambar dari objek penelitian apabila saat melakukan penelitian tersebut.

(48)

3) Alat tulis dan buku yang digunakan untuk mencatat segala hal yangdianggap penting yang diterima dari informan dan berhubungan dengan objek penelitian guna menunjang kelengkapan data dalam penyelesaian proposal skripsi ini.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah sebuah cara penelitian dalam penyajian data secara sistematis baik dari tinjauan pustaka maupun penelitian lapangan. Adapun metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah :

1) Metode Lapangan

Metode lapangan yang mencakup pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dengan menggunakan observasi partisipasi, dan wawancara kepada toko masyarakat, toko adat, dan penatua-penatua yang mengetahui sejarah legenda tersebut sehingga memperoleh lebih lengkap Legenda Air Terjun Janji.

2) Metode Kepustakaan

Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar data yang didapatkan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam metode ini penulis mencari buku-buku pendukung yang berkaitan dengan masalah dalam penulisan proposal skripsi ini.

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisis data adalah metode atau cara peneliti dalam mengolah data yang mentah sehingga menjadi data yang akurat dan ilmiah. Pada dasarnya dalam

(49)

menganalisis data diperlukan imajinasi dan kreatifitas sehingga diuji kemampuan penelitian dalam menalar sesuatu. Untuk menganalisis data penelitian ini, penulis menganalisis dengan menggunakan metode struktural. Dalam metode struktural penulis menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Mengklasifikasi atau mengelompokan data yang diperoleh dari data lapangan dan dari data kepustakaan.

2) Data yang diperoleh akan diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

3) Mengidentifikasi data-data yang diperoleh dari setiap terjemahan.

4) Menentukan nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam cerita.

5) Menguraikan kearifan lokal dalam Legenda Air Terjun Janji.

(50)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Sejarah Dan Pengembangan Legenda Air Terjun Janji Di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan

4.1.1 Sejarah Legenda Air Terjun Janji

LEGENDA AIR TERJUN JANJI

Gambar 4.1 Air Terjun Janji

Sumber: Dokumentasi Penulis 2020

(51)

Pada zaman dahulu kala, hiduplah tiga Raja Batak yang di bawah naungan Raja Sisingamangaraja yang tinggal di Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan.

Ketiga raja batak itu bernama Raja Marbun, Raja Sinambela, dan Raja Manullang.

Ketiga raja itu pada waktu dulu menduduki sebagian wilayah Baktiraja dan yang mana Raja Marbun menduduki wilayah Marbun, Raja Sinambela menduduki wilayah Bakara, dan Raja Manullang menduduki wilayah Tipang.

Dahulu kala ketiga Raja Batak ini adalah berhubungan darah, dan tidak ada pernah bertikai sebelumnya. Namun setelah ketiga Raja Batak itu diberi bagian kewenangan oleh Raja Sisingamangaraja untuk menduduki sebagian wilayah di Bakara. Awalnya pembagian wilayah kedudukan pada ketiga Raja Batak tersebut berjalan dengan baik, dan ketiga Raja Batak mendapat bagian wilayah yang berbeda- beda. Raja Marbun menduduki wilayah Marbun, Raja Sinambela menduduki wilayah Bakara, dan Raja Manullang menduduki wilayah Tipang.

Namun ketika mereka sudah mendapatkan bagian wilayah kedudukan masing- masing, seketika hubungan persaudaraan itu pun hancur karena keegoisan.

Pada suatu hari ketiga Raja Batak itu bertengkar karena memperebutkan kekuasaan disuatu wilayah perbatasan antara wilayah Marbun dan Tipang, dulunya tempat yang diperebutkan ini merupakan hutan. Ke tiga Raja Batak itu, sama-sama ingin menguasai wilayah perbatasan itu. Dan terjadilah persekutuan diantara ketiga Raja Batak itu. Dimana Raja Marbun dan Raja Sinambela menyerang wilayah

(52)

kerajaan Raja Manullang demi menguasai perbatasan. Dan mereka melakukan segala cara untuk mendapatkan wilayah perbatasan tersebut, mereka melakukan kecurangan dengan menghancurkan sebagian wilayah Tipang.

Pada saat yang bersamaan pertempuran antara tiga kerajaan tersebut. Belanda tiba-tiba datang menyerang wilayah baktiraja. Dan pertikaian itupun terdengar ketelinga Raja Sisingamangaraja. Raja Sisingamangaraja mempertemukan ketiga raja itu dan mengatakan bahwa wilayah Baktiraja sudah diserang penjajah Belanda. Raja Sisingamangaraja mengatakan untuk mengalahkan penjajah Belanda, ketiga raja itu harus bekerja sama untuk mengalahkan penjajah Belanda, ketiga raja itu harus bekerja sama untuk melawan penjajah belanda. Dan akhirnya dijalinya persekutuan damai antara tiga Raja Batak itu yang dipertemukan Raja Sisingamangaraja. berdamai tetapi perbatasan tersebut menjadi wilayah Bakara dan Raja Tipang pun menyerahkan wilayah perbatasan itu.

Wilayah perbatasan itu yang dulunya hutan rimba, dan di perbatasan itu ketiga Raja Batak itu berjanji bersama dan mereka sepakat untuk membuat dua isi perjanjian yang mana dua isi perjanjian tersebut pada saat itu Air Terjun Janji muncul oleh karena dua perjanjian tersebut, dimana dua buah perjanjian tersebut yaitu: 1) Mereka membuat kesepakatan bahwa mereka tidak akan bertikai antar kelompok, sehingga apabila janji tersebut dilanggar maka air terjun janji tersebut menjadi surut. 2) Air terjun janji merupakan tempat para raja sebelum mereka berangkat untuk berperang.

Usai persekutuan damai itu tak ada lagi perang antara ketiga Raja Batak. Setelah

(53)

perjanjian itulah, muncul Air Terjun (Janji) dilokasi itu. Namun, diramalkann Air Terjun Janji itu akan berhenti mengeluarkan air.

4.1.2 Perkembangan Air Terjun Janji

Air Terjun Janji yang berada di Desa Marbun Toruan, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Hasundutan. Objek wisata yang berupa air terjun janji dengan ketinggian 50 meter serta dapat juga dijadikan sebagai pemandian dengan kedalaman air sekitar 1 meter dan dapat ditempuh dengan kendaraan roda 2 dan 4 dengan kondisi jalan aspal yang baik dan untuk mencapai titik air terjun pengunjung dapat berjalan kaki mengikuti jalan beton sejauh lebih 50 meter.

Pengolahan Air Terjun Janji memang seadanya, namun pantas diacuhkan jempol, karena lokasi Air Terjun Janji itu dirawat dengan baik. Jalan setapak dari semen di bangun sendiri oleh sang pemilik, Bohal Marbun bersama keluarganya.

Tidak nampak banyak sampah berserakan dilokasi air terjun ini. Bohal tak lupa mengingatkan kepada pengunjung agar berlaku sopan, tidak makan daging babi dan daging anjing, dan tidak membuang sampah sembarangan.

Meski di kelola sendiri, Bohal Marbun agaknya tak mau serakah. Pria ramah berusia 70-an ini, tidak menerapkan tarif masuk bagi pengunjung. Bohal sang penerus keturunan Raja Marbun ini hanya mengharapkan kesediaan pengunjung berbelanja atau minuman secangkir kopi, serta sejumlah makanan ringan yang ia sediakan di

(54)

warung kecil miliknya. “dari oppung ke oppung, tidak diperbolehkan (buat tarif), yang penting pengertiannya saja, ujar Bohal ketika penulis mewawancarainya.

Air terjun janji adalah sebuah destinasi wisata favorit di Hasundutan yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan baik di hari weekend, libur panjang, maupun dikala hari biasa.

Dari Legenda Air Terjun Janji, tempat ini dipercaya juga bagi orang-orang yang bersumpah janji dilokasi tersebut, maka janjinya akan dapat ditunaikan. hal itu dibuktikan pada waktu dulu ada sepasang kekasih bersumpah akan hidup semati dengan pasangannya, dan hal itu terjadi dan sumpah mereka terkabul. Sehingga dengan kejadian itu banyak masyarakat mempercayai air terjun janji merupakan sebuah tempat yang dapat mengabulkan permohonan dan dipercaya air terjun janji juga dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

Masyarakat membangun tempat pemandian ditempat wisata tersebut dengan membagi 2 bilik pemandian antara wanita dan laki-laki yang airnya langsung mengalir dari Air Terjun tersebut dengan menggunakan pipa besar.Tempat pemandian ini sangat layak digunakan.

(55)

Gambar 4.3 Tempat Permandian

Dengan adanya tempat pemandian di objek ini masyarakat sangat senang karena setiap mandi disini rasanya seperti diurut.Air ini juga mempunyai ciri khas yaitu Pada saat mandi airnya sangat dingin tapi setelah siap mandi airnya serasa hangat.

Adapun Peranan pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dan masyarakat local dalam mengolah kawasan Air Terjun Janji sebagai destinasi wisata alam :

1. Aksesbilitasi

Demi menciptakan suatu kawasan wisata yang dapat menarik kunjungan wisatawan maka pemerintah kabupaten humbang hasundutan membangun jalan

(56)

kecamatan Baktiraja. Dulu kawasan di desa Marbun Toruan ini masih banyak rawa, bebatuan, serta jalannya masih tanah. Karena kawasan ini memiliki banyak destinasi wisata, maka pemerintah membangun jalan aspal dari simpang Bakkara sampai pada ujung bakkara. Selain itu juga untuk menuju Air terjun Janji ini ada 3 aksesbilitas bisa dari Muara, dari Dolok sanggul, dan dari Panoguan Solu (Parulohan) Kec. Lintong nihuta. Jalan Bakkara ini dapat di lalui oleh kendaraan roda 2, roda 3, roda 4, maupun roda 6.

1) Sarana yang di bangun di objek wisata

Ada beberapa sarana yang dibangun pemerintah daerah demi meningkatkan kunjungan wisatawan ke Air Terjun Janji yaitu :

(1) Fasilitas Toilet

Di setiap destinasi wisata sangat diperlukan fasilitas yang bisa membuat wisatawan menjadi nyaman untuk berwisata. Fasilitas utama yang sangat diperlukan dalam sebuah kawasan wisata air yaitu toilet. Toilet digunakan untuk mengganti baju serta membersihkan diri wisatawan yang berkunjung. Maka pemerintah daerah humbang hasundutan membangun toilet di aek sipangolu

(57)

sehingga wisatawan bisa menggunakannya setelah menikmati destinasi wisata Air Terjun Janji.

(2) Air mancur dengan patung ikan Mas

Air mancur dengan patung ikan Mas berfungsi sebagai sarana rekreasi bagi para pengunjung. Pemerintah Humbang Hasundutan membangun Air mancur dengan patung ikan Mas dalam meningkatkan pengunjung di Air Terjun Janji.

Air mancur dengan patung ikan Mas ini airnya langsung dari aliran Air Terjun Janji yang disambung dengan menggunakan pipa,yang kemudian airnya langsung keluar dari pipa tersebut.

Gambar 4.2 Air Mancur Dengan Patung Ikan Mas

Sumber: Dokumentasi Penuli 2020

(58)

Dengan adanya Air mancur dengan patung ikan ini banyak wisatawan yang mengabadikan fotonya disini sambil melihat pemandangan danau Toba. Air mancur dengan patung ikan ini berada tepat di bawah Air Terjun Janji,disampingnya adalah warung santai,dan di bawahnya adalah jalan kecamatan dan parkir. Jadi boleh dikatakan sebagai icon juga.

(3) Taman bunga

Taman Bunga di objek Air Terjun ini berfungsi sebagai sarana rekreasi bagi para pengunjung. Pemerintah humbang hasundutan menyediakan taman ini dalam meningkatkan pengunjung di Air Terjun Janji. Dengan adanya Taman Bunga ini objek Air Terjun kelihatan sangat indah dan asri. banyak wisatawan yang bersantai sambil melihat pemandangan danau toba.

4.2 Nilai-nilai kearifan lokal yang terdapat dalam Legenda Air Terjun Janji di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang

Hasundutan

4.1.1 Kearifan Kejujuran

Pada Legenda Air Terjun Janji ini ditemukan nilai kejujuran yaitu dapat dilihat pada saat Raja Sisingamangaraja mempertemukan ketiga Raja Batak, yaitu Raja Manullang, Raja Marbun, dan Raja Sinambela. Mengenai pertikaian yang di antara ketiga Raja Batak. Ketiga Raja Batak itu mengakui pertikaian yang terjadi di atara mereka di karenakan memperebutkan wilayah perbatasan antara wilayah

(59)

Marbun dan Tipang. Maka dari itu, Raja Sisingamangaraja menyatukan mereka untuk berdamai dan mereka saling mengakui kesalahan dan saling memaafkan satu sama lain, dan menyelesaikan pertikain di antara ketiga Raja Batak tersebut.

4.1.2 Kearifan Komitmen

Pada Legenda Air Terjun Janji ini ditemukan nilai ketiga Raja Batak yaitu:

Raja Manullang, Raja Marbun, dan Raja Sinambela melakukan perjanjian /

sumpah, dalam perjanjian / sumpah tersebut terdapat dua buah janji yaitu:

1. Tidak akan bertikai antar kelompok, sehingga apa bila janji tersebut di ingkari, maka seketika air terjun menjadi surut.

2. Tempat janji para raja sebelum mereka berangkat pergi untuk berperang

4.1.3 Karifan Kesetiakawanan Sosial, Bersahabat Dan Kepedulian

Pada Legenda Air Terjun Janiji ini memiliki nilai kesetiakawanan sosial karena ketiga Raja Batak tersebut saling merangkul satu sama lain yang dimana dapat dilihat saat mereka saling mengakui kesalahan dan melakukan perjanjian/sumpah, dan ketiga raja tersebut bekerja sama dalam mempertahankan tanah Batak dan bersama melawan penjajah Belanda.

4.1.4 Kearifan Kerja Keras

Pada Legenda Air Terjun Janji ini ditemukan nilai kerja keras yaitu:

(60)

1. Raja sisingamangaraja berusaha mempertemukan ketiga raja Batak untuk dipersatukan.

2. Dimana Raja Marbun dan Raja Sinambela berusaha menyerang wilayah Manullang untuk memperebutkan wilayah perbatasan Marbun dan Manullang

4.1.5 Kesopansantunan

Pada Legenda Air Terjun Janji ini ditemukan nilai kesopansantunan yaitu : Bohal tak lupa mengingatkan kepada pengunjung agar berlaku sopan dilokasi Air Terjun Janji.

4.1.6 Rasa Syujur

Pada Legenda Air Terjun Janji ini ditemukan nilai rasa syukur yaitu :

11) Dipercaya dapat mengabulkan sumpah janji dilokasi Legenda Air Terjun Janji. Dibuktikan pada waktu dulu ada sepasang kekasih bersumpah akan hidup semati, dan hal itu terjadi dan sumpah mereka terkabulkan.

12) Dan air yang mengalir dari Air Terjun Janji dipercaya dapat menyembukan berbagai penyakit

4.1.7 Disiplin

Pada Legenda Air Terjun Janji ini ditemukan nilai disiplin yaitu:

(61)

Bohal mengingatkan kepada pengunjung agar tidak membuang sampah

sembarangan dan menjaga kebersihan Air Terjun Janji dan tidak diperbolehkan makan daging babi, dan daging Anjing dilokasi Air Terjun Janji.

4.1.8 Kesehatan

Pada Legenda Air Terjun Janji ini ditemukan nilai kesehtan yaitu : dipercaya air yang mengalir dari Air Terjun tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit.

4.1.9 Peduli Lingkungan

Pada Legenda Air Terjun Janji ini ditemukan nilai peduli lingkungan yaitu:

1) Pemerintah membangun tempat pemandian untuk laki-laki dan perempuan dilokasi Air Terjun Janji,

2) Fasilitas Toilet,

3) Air mancur dengan patung Ikan Mas, 4) Dan taman bunga.

(62)

4.3 Pandangan Masyarakat Batak Toba Tentang Legenda Air Terjun Janji

Menurut masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Marbun, Kecamatan Baktiraja, Kabupaten Humbang Hasundutan. Masyarakat masih percaya sampai sekarang adanya Legenda Air Terjun Janji itu, namun tak semua yang tau cerita aslinya.

Menurut masyarakat setempat dulu pernah ada sepasang kekasih yang melalukan sumpah janji di lokasi Air Terjun Janji, dan janji itu terkabulkan.

Masyarakat setempat juga mengatakan bahwa lokasi air Terjun Janji ini terkenal mistis, tidak bisa sembarangan. Ada larangan yang harus di patuhi yaitu, tidak bisa bercakap kotor, tidak bisa makan menggunakan lauk daging babi, tidak bisa membuang sampah sembarangan, dan harus sopan.

Masyarakat setempat juga mempercayai bahwasanya jika mandi di lokasi Air Terjun Janji, di tempat permandian yang sudah di sediakan untuk pengunjung wanita dan pria yang di mana tempatnya dibedakan. Kasiat disaat mandi di lokasi tersebut duiyakini dapat menyembuhkan penyakit misalnya, pegal-pegal, rematik, sakit pinggang, dan penyakit lainnya.

Gambar

Gambar 2.1 Objek kajian Tradisi Lisan
Gambar 1.1. Lapisan Pemaknaan
Gambar 2.2. Jenis-jenis kearifan lokal KEARIFAN LOKAL1.Kesopansantunan 2.Kejujuran 3.Kesetiakawanan Sosial  4.Kerukunan Dan Penyelesaian Konflik 5.Komitmen 6.Pikiran Positif 7.Rasa Syukur 1
Gambar 2.3 Tujuan dan Fungsi Kearifan Lokal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karakteristik briket yang dibuat dari cangkang kelapa sawit menggunakan ukuran partikel 60 mesh dengan perekat pati singkong telah memenuhi persyaratan kualitas SNI

Formasi Kembelengan, pada bagian bawah merupakan endapan paralis-laut dangkal yang terdiri dari batupasir, batulempung, mudstone dan batubara berumur Jurasik Tengah

Anak sudah mengenal alat makan dan minum, dapat menggunakannya dalam kegiatan makan dan minum menggunakan alat ataupu dengan tangan, dan makan makan makanan dalam kemasan dan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang telah dilakukuan bahwa (1) Dalam merencanakan pembelajaran IPA Untuk meningkatkan kreativitas siswa melalui pemanfaatan

Contoh sikap percaya diri yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari adalah.... Rajin belajar dan tekun

This study takes a first step in addressing these questions by developing a measure of gatekeeping trust, distinguishing it from two other media trust constructs, experimentally

Reaksi ini terjadi ketika beberapa senyawa ionik, misalnya, asam tertentu, basa, dan garam, larut dalam air; mereka terlibat dalam proses yang sangat penting untuk

Sifat kelarutan yang tinggi dan viskositas yang rendah dari CMC sesuai dengan sifat produk akhir yang diinginkan, sehingga perlu dilakukan penelitian tentang