PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM
2013 SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yohanes Elan Setya Wirawan
NIM. 101134184
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MENGACU KURIKULUM
2013 SUBTEMA AYO CINTAI LINGKUNGAN
UNTUK SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yohanes Elan Setya Wirawan
NIM. 101134184
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini dipersembahkan untuk:
Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa memberikan anugerahNya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
Kedua orang tua Mateus Broto Sugondo dan Monica Munarsih serta kedua
adik Robertus Erik Danar Dwi Atmaja dan Octavianus Tri Herjuna yang
telah memberikan dukungan baik dengan doa, semangat, dan materiil
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Teman-teman Paradhe kelas D yang telah menemani, memberikan
dukungan, motivasi, serta canda tawa yang menghibur di setiap hari.
Kalian luar biasa dan tidak akan terlupakan.
Program studi PGSD Universitas Sanata Dharma dan segenap anggota
yang telah memberikan bekal pengetahuan akademik maupun pengalaman
langsung dilapangan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini
v
MOTTO
Jadikanlah halangan sebagai rintangan yang harus dilewati dan
janganlah menyerah pada keadaan.
(Yohanes Elan Setya Wirawan)
With God, all things are possible
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 19 Juni 2014
Penulis
vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Yohanes Elan Setya Wirawan
Nomor Mahasiswa : 101134184
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Ayo Cintai
Lingkungan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar.”
Beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada
perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan
dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk apa saja, mendistribusikan
secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk
kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 19 Juni 2014
Yang menyatakan
viii ABSTRAK
Wirawan, Yohanes Elan S. (2014). Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum satuan tingkat pendidikan. Perubahan kurikulum mengakibatkan perlunya bahan ajar baru yang sesuai dengan kurikulum tersebut untuk mengakomodasi kegiatan belajar siswa. Bahan ajar mengacu kurikulum 2013 menggunakan pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik, dan berdasarkan karakter budaya lokal. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan produk berupa bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV Sekolah Dasar.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development). Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan hasil modifikasi dari Jerold Kemp dan Borg and Gall. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini melalui 7 tahap yaitu: (1) Potensi dan masalah, (2) Pengumpulan data, (3) Desain Produk, (4) Validasi ahli, (5) Revisi Desain, (6) Uji coba desain, serta (7) Revisi desain. Langkah-langkah tersebut dilakukan sehingga menghasilkan prototipe berupa bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Hasil menunjukkan bahwa bahan ajar mengacu kurikulum 2013 subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk siswa kelas IV sekolah dasar ditinjau dari aspek 1) tujuan dan pendekatan, 2) desain dan pengorganisasian, 3) isi, 4) keterampilan berbahasa, 5) topik, dan 6) metodologi dan berdasarkan validasi oleh pakar kurikulum 2013, validasi dua guru kelas IV yang telah melaksanakan kurikulum 2013 dan hasil persepsi siswa kelas IV SD Kanisius Kenteng, bahan ajar
memperoleh skor rata-rata 4,52 dengan kategori “sangat baik” jadi bahan ajar
mengacu kurikulum 2013 subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk kelas IV sekolah dasar layak digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013
ix ABSTRACT
Wirawan, Yohanes Elan S. Learning Materials‟ Development Based Curriculum
2013 Subtheme Let‟s Love the Environment for Elementary School 4th grade students. A Thesis. Yogyakarta: Elementary School‟s Teacher Education Study Program of Sanata Dharma University.
Curriculum 2013 is the development of Curicullum unit level education. Curriculum changes resulting in the need for new teaching materials according with the curriculum to accommodate students' learning activities. Teaching materials that refers to the curriculum 2013 using an integrated thematic approach, scientific approach, authentic assessment, and based on the character of the local culture. The aim of this research is to produce a product in the form teaching
materials based curriculum 2013 subtheme Ayo Cintai Lingkungan for 4th grade
students of Elementary School.
The type of this research is the research and development. This research used the research and development method modified from Jerold Kemp and Borg and Gall. The procedure of Research and development that used in this research through 7 stages, there are: (1) Potential and problems, (2) Data collection, (3) Product Design, (4) expert, (5) Revised Design, (6) Trial design, and (7) Revision of design. These steps carried to produce the final product there are teaching
materials based curriculum 2013 subtheme Ayo Cintai Lingkungan for 4th
Students of Elementary School.
The result show that the teaching materials based curriculum 2013
subteme Ayo Cintai Lingkungan for 4th Students of Elementary School review of
aspects 1) the aim and approach, 2) design and organization, 3) content, 4) language skills, 5) topics, and 6) methodology and validation by experts of
curriculum 2013, the validation of two 4th grade teachers who implemented the
curriculum 2013 and the results of 4th grade students' perceptions of Canisius
Kenteng elementary school. Teaching materials obtain an average score 4.52 with
“very good” category. So the teaching materials based curriculum 2013 subteme
Ayo Cintai Lingkungan for 4th Students of Elementary School suitable to used in
teaching the curriculum in 2013
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul
Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Ayo Cintai
Lingkungan untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar dapat peneliti selesaikan dengan
baik.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai
pihak maka skripsi ini tidak akan selesai dengan baik. Karena itu, dengan
kesungguhan hati peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan demi terlaksananya
penelitian ini hingga penyusunan skripsi.
Ucapan terima kasih ini peneliti sampaikan kepada:
1. Rohandi Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas
bimbingan, dukungan, dan kesabaran yang telah diberikan selama proses
penyusunan skripsi ini.
4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah
xi
5. Rusmawan, S.Pd., M.Pd, selaku validator pakar kurikulum 2013 yang
telah memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi peneliti untuk
meningkatkan kualitas produk yang dikembangkan.
6. Bapak Sujarno Hadi Saputro, S. Pd. selaku guru kelas IV SD N Tlacap
yang telah memberikan masukan dan saran juga berperan serta dalam
penelitian sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
7. Ibu Surini, S. Pd.SD selaku guru kelas IV SD N Gombang II yang telah
memberikan masukan dan saran juga berperan serta dalam penelitian
sehingga peneliti dapat melaksanakan penelitian dengan baik.
8. Siswa kelas IV SD Kanisius Kenteng tahun ajaran 2013/2014 yang telah
berperan serta dan mendukung pelaksanaan penelitian.
9. Para dosen PGSD, yang selalu memberikan bimbingan dan senantiasa
memberikan ilmu yang bermanfaat selama peneliti melakukan studi di
PGSD.
10.Kedua orang tua yang saya cintai, Mateus Broto Sugondo dan Monica
Munarsih yang selalu memberikan dukungan penuh baik secara materiil
maupun moril, juga doa dan semangat yang luar biasa. Keua adik saya
Robertus Erik dan Octavianus Tri Herjuna beserta keluarga yang selalu
memberikan dukungan dan semangat.
11.Teman-temanku satu perjuangan skripsi payung tema tiga Agnes Indah
Serlyta dan Endar Kristianto yang selalu mengingatkan, memberi
xii
12.Sahabat-sahabatku Paradhe kelas D yang selalu menemani, memberikan
dukungan, motivasi, dan semangat yang luar biasa dalam menyelesaikan
skripsi ini.
13.Segenap pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang turut
memberikan bantuan dan dukungan, peneliti ucapkan terimakasih.
Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk berbagai pihak dan
bermanfaat untuk dunia pendidikan. Peneliti juga mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk perbaikan skripsi agar lebih sempurna. Terima kasih.
Peneliti
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO...v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ...x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR GAMBAR ...xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB 1 PENDAHULUAN ...1
1.1Latar Belakang Masalah ...1
1.2Rumusan Masalah ...4
1.3Tujuan Penelitian ...4
1.4Manfaat Penelitian...5
1.5Batasan Istilah ...5
1.6Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ...6
BAB 2 LANDASAN TEORI ...8
2.1Kajian Pustaka...8
2.1.1 Kurikulum SD 2013 ...8
2.1.1.1 Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013 ...8
2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif ... 13
2.1.2.1 Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu ... 13
2.1.2.2 Fungsi Pembelajaran Tematik Terpadu ... 14
2.1.2.3 Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu ... 15
xiv
2.1.2.5 Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik .... 17
2.1.3 Pendekatan Saintifik ... 18
2.1.4 Penilaian Otentik ... 23
2.1.4.1Pengertian Penilaian Otentik ... 23
2.1.4.2Karakteristik penilaian Otentik ... 24
2.1.4.3Keunggulan dan Kelemahan Penilaian otentik ... 24
2.1.4.4Jenis-jenis Penilaian otentik ... 25
2.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal ... 26
2.1.6 Model Pengembangan Bahan Ajar ... 28
2.1.6.1 Identifikasi Masalah Pembelajaran ... 29
2.1.6 2 Analisis Siswa ... 29
2.1.6.3 Analisis Tugas ... 29
2.1.6.4 Merumuskan Indikator ... 30
2.1.6.5 Penyususnan Instrumen Evaluasi ... 30
2.1.6.6 Strategi Pembelajaran ... 30
2.1.6.7 Pemilihan Media atau Sumber Belajar ... 30
2.1.6.8 Pelayanan Pendukungan ... 31
2.1.6.9 Evaluasi Formatif ... 31
2.1.6.10 Evaluasi Sumatif ... 31
2.1.6.11 Revisi Perangkat Pembelajaran ... 31
2.2Penelitian yang Relevan ... 32
2.3Kerangka Berpikir ... 34
2.4Pertanyaan Penelitian ... 35
BAB 3 METODE PENELITIAN ... 37
3.1 Jenis Penelitian ... 37
3.2 Prosedur Pengembangan... 39
3.4 Waktu Penelitian ... 42
3.3 Uji Coba Produk ... 43
3.3.1 Desain Uji Coba ... 43
3.3.2 Subjek Uji Coba ... 43
3.3.3 Intrumen Penelitian ... 43
xv
3.3.5 Teknik Analisis Data ... 44
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Analisis Kebutuhan ... 48
4.2 Deskripsi Produk Awal ... 49
4.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 53
4.3.1 Data Uji Validasi Pakar Kurikulum SD dan Revisi Produk ... 54
4.3.2 Data Validasi Guru SD Kelas IV yang Sudah Melaksanakan ... 55
Kurikulum 2013 dan Revisi Produk ... 55
4.3.3 Data Validasi Uji Coba Lapangan dan Revisi Produk... 58
4.4 Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 60
4.4.1 Kajian Produk Akhir ... 60
4.4.2 Pembahasan ... 62
BAB V PENUTUP ... 65
5.1 Kesimpulan ... 65
5.2 Keterbatasan Pengembangan ... 66
5.3 Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA ... 67
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Pengembangan Perangkat Model Kemp ... 28
Gambar 3.1 Langkah-langkah RnD Borg and Gall ... 38
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kesenjangan Kurikulum ... 10
Tabel 2.2. Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum ... 11
Tabel 3.1. Waktu Penelitian ... 42
Tabel 3.2. Konverensi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 44
Tabel 3.3. Kriteria Skor Skala Lima ... 46
Tabel 4.1. Komentar dan Revisi dari Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia.... 54
Tabel 4.2. Komentar dan Revisi dari Guru Kelas IV yang Sudah ... 56
Menggunakan Kurikulum 2013 ... 56
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Survei Kebutuhan ... 70
Lampiran 2. Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 71
Lampiran 3. Jaring-jaring Tema ... 72
Lampiran 4. Silabus ... 73
Lampiran 5. Jaring-jaring Mingguan ... 136
Lampiran 6. Jaring-jaring Harian ... 138
Lampiran 7. RPP ... 149
Lampiran 8. Instrumen Validasi Pakar, Guru, dan Persepsi Siswa ... 267
Lampiran 9. Hasil Validasi Pakar, Guru, dan Persepsi Siswa ... 277
Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar, Guru, dan Lapangan ... 296
Lampiran 11. Surat Ijin Melakukan Penelitian... 304
Lampiran 12. Surat Ijin Telah Melakukan Penelitian ... 305
Lampiran 13. Foto-Foto Kegiatan ... 306
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Bab 1 peneliti membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitan, batasan istilah dan spesifikasi produk yang
dikembangkan.
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam pembangunan suatu
bangsa. Boediono dalam forum Mangunwijaya (2013: 1) menyatakan bahwa
pendidikan memiliki peran besar dalam pembangunan suatu bangsa. Proses
pendidikan memerlukan suatu acuan atau pedoman dalam pelaksanaannya.
Pedoman pelaksanaan kegiatan pendidikan termasuk kegiatan mengajar di kelas
disebut kurikulum (Burhan, 1988: 5). Menurut Undang-undang No. 2 Tahun 1989
tentang sistem pendidikan nasional menjelaskan bahwa kurikulum merupakan
seperangkat rencana dari pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.
Kurikulum dapat diartikan sebagai jantung atau pusatnya pendidikan yang
peranannya harus sejalan dengan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum harus
sesuai dengan falsafah dan dasar negara (Arifin, 2011: 1) dan sejalan dengan
tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam pembukaan UUD 45 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Kurikulum sebagai pedoman maka kurikulum
harus mampu menyediakan pengalaman-pengalaman belajar bagi siswa supaya
dapat membantu mempersiapkan kehidupan siswa yang akan datang. Kurikulum
sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan harus bersifat dinamis artinya
perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi, tingkat kecerdasan peserta
didik, kultur, sistem nilai, serta kebutuhan masyarakat (Arifin, 2011: 2).
Kurikulum di Indonesia telah beberapa kali mengalami perubahan.
Kurikulum yang digunakan di Indonesia saat ini adalah kurikulum 2013.
Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perubahan dan pengembangan
kurikulum merupakan hal yang penting karena kurikulum harus mengikuti
perkembangan dan tuntutan zaman (Muhammad Nuh dalam Mulyasa 2013: 60).
Perlunya perubahan kurikulum disebabkan oleh adanya kelemahan dalam
kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 diharapkan mampu memberikan solusi dari
kelemahan kurikulum KTSP. Perbedaan Kurikulum 2013 yang terlihat paling
menonjol dan tidak terdapat dalam kurikulum sebelumnya yaitu KTSP adalah
adanya penggabungan (integrasi) beberapa mata pelajaran pada suatu tema
tertentu. Pengintegrasian beberapa mata pelajaran mengakibatkan bahan ajar yang
digunakan oleh kurikulum 2013 tentunya berbeda dengan kurikulum sebelumnya
yaitu KTSP.
Bahan ajar merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar. Bahan ajar merupakan alat penunjang dalam pelaksanaan proses
pendidikan. Menurut Hilda Taba dalam Nasution (1986, hal. 69-71) bahan ajar
yang baik harus memenuhi beberapa kriteria yakni pertama bahan ajar harus valid
dan berarti. Bahan ajar harus valid dan berarti mempunyai makna bahwa bahan
ajar harus bisa menggambarkan pengetahuan yang mutakhir dan sesuai dengan
kebutuhan siswa. Bahan ajar harus relevan dengan kenyataan sosial dan kultural
harus mengandung keseimbangan antara keluasan materi dan kedalaman materi
ajar. Bahan ajar harus mencangkup berbagai ragam tujuan pembelajaran apabila
pembelajaran yang ada dalam bahan ajar dapat sekaligus mencapai tujuan berupa
pengetahuan, sikap, keterampilan, berpikir dan kebiasaan. Bahan ajar harus
disesuaikan dengan kemampuan siswa untuk mempelajarinya dan dapat
dihubungkan dengan pengalamannya dan yang terakhir bahan ajar harus sesuai
dengan kebutuhan dan minat siswa. Bahan ajar dapat dikatakan baik jika
memenuhi kriteria-kriteria tersebut .
Berdasarkan hasil wawancara lapangan dengan guru kelas IV SD di
sekolah dasar yang telah menerapkan kurikulum 2013 yaitu SD Gombang II
Ponjong Gunungkidul, ternyata ada kelebihan dan kekurangan dari adanya
kurikulum 2013. Kelebihannya adalah pendidikan karakter yang mudah
dikembangkan melalui kurikulum 2013. Adapun kekurangannya antara lain
pemahaman guru tentang kurikulum 2013 yang belum menyeluruh dikarenakan
waktu diklat yang terlalu singkat. Penggunaan pendekatan sains masih belum
maksimal karena kurang menunjangnya media pembelajaran. Penilaian otentik
belum bisa dilakukan secara baik atau masih kurang optimal dikarenakan oleh
masih adanya indikator dalam kompetensi dasar yang belum tersedia. Buku
pegangan dan bahan ajar juga masih kurang. Menurut beliau bahan ajar yang ada
dalam kurikulum 2013 masih ada yang kurang sesuai dengan budaya lokal
setempat, seharusnya lingkungan sebagai sumber belajar harus bisa dimanfaatkan
secara maksimal. Bahan ajar harus bisa dikembangkan secara mandiri sesuai
suatu suplemen bahan ajar kurikulum 2013 yang sesuai dengan keadaan
lingkungan sekolah.
Berdasarkan kenyataan tersebut, peneliti mencoba untuk mengembangkan
bahan ajar kurikulum 2013 yang terintegrasi dengan tema peduli terhadap
mahkluk hidup subtema Ayo Cintai Lingkungan untuk Kelas IV Sekolah Dasar.
Pengembangan bahan ajar diharapkan mampu membantu siswa dan guru dalam
kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan kurikulum 2013. Bahan ajar ini
diperlukan karena bahan ajar yang telah ada belum maksimal dalam pelaksanaan
di lapangan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar subtema Ayo Cintai
Lingkungan mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah
Dasar?
1.2.2 Bagaimana kualitas produk bahan ajar subtema Ayo Cintai Lingkungan
mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar subtema Ayo
Cintai Lingkungan mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV
Sekolah Dasar.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan kualitas produk bahan ajar subtema Ayo Cintai
Lingkungan mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi mahasiswa
Mahasiswa calon guru semakin terampil dalam mengembangkan bahan
ajar mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.2 Bagi guru
Guru dapat memperoleh dan menggunakan bahan ajar yang mengacu
Kurikulum 2013 untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.3 Bagi siswa
Siswa dapat memperoleh pengalaman belajar mengenai pembelajaran
tematik integratif sesuai dengan kurikulum 2013.
1.4.4 Bagi sekolah
Sekolah dapat memperoleh bahan ajar lain yang mengacu Kurikulum 2013
untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
1.4.5 Bagi Prodi PGSD
Dosen dan mahasiswa PGSD memiliki kemampuan untuk
mengembangkan bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 untuk siswa
kelas IV Sekolah Dasar.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran yang
memadukan beberapa mata pelajaran menjadi satu dengan menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pembelajaran
1.5.2 Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan
pemahaman terhadap peserta didik untuk lebih mengenal, memahami
materi menggunakan pendekatan ilmiah.
1.5.3 Penilaian otentik adalah penilaian yang dilakukan secara komprehensif
untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan
atau input, proses, sampai keluaran atau output pembelajaran.
1.5.4 Pendidikan karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai karakter
kepada warga sekolah agar individu itu dapat bertumbuh dalam
menghayati kebebasan dalam hubungannya dengan sesama manusia
maupun dalam hubungannya dengan Tuhan.
1.5.5 Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
tema dan subtema yang terdiri dari unsur: Tema, Subtema, KI, KD,
indikator, tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi,
aksi atau tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar
kata penting, dan daftar pustaka.
1.6 Spesifikasi Produk yang Dikembangkan
1.6.1 Bahan ajar disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan
pribadi siswa (intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam
perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
1.6.2 Bahan ajar disusun dengan pendekatan tematik integratif.
1.6.3 Bahan ajar disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan
pendekatan saintifik.
1.6.5 Penilaian dalam bahan ajar menggunakan penilaian otentik.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab 2 akan disajikan acuan dasar yang digunakan pada penelitian ini.
acuan tersebut akan diuraikan secara berurutan yaitu kajian teori mengenai
kurikulum SD 2013 yang meliputi rasional dan elemen perubahan kurikulum SD
2013, pendekatan tematik integratif, pendekatan saintifik, penilaian otentik,
pendidikan karakter berbasis budaya lokal dan model pengembangan bahan ajar;
penelitian yang relevan; kerangka berpikir; serta pertanyaan penelitian.
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Kurikulum SD 2013
2.1.1.1Rasional dan Elemen Perubahan Kurikulum SD 2013
Hidayat (2013: 2) menyatakan bahwa kurikulum merupakan salah satu
instrumental input dalam mencapai tujuan pendidikan nasional yang
dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi
dalam masyarakat. Semua kurikulum nasional yang dikembangkan harus
mengacu pada landasan yuridis Pancasila dan UUD 45. Kurikulum yang bersifat
dinamis tidak serta merta asal berubah. Perubahan dan pengembangannya harus
dilakukan secara sistematis, memiliki visi dan arah yang jelas (Mulyasa, 2013:
59).
Perubahan kurikulum yang sedang dilaksanakan di Indonesia saat ini
adalah perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013. Mulyasa (2013: 60)
menyatakan bahwa perlunya perubahan kurikulum karena berdasarkan beberapa
kancah internasional. Menurut hasil survey oleh Global Institute, peserta didik di
Indonesia sebanyak 78 persen hanya mampu mengerjakan soal hapalan tingkat
rendah. Sedangkan berdasarkan data Programme for International Student
Assesment, peserta didik Indonesia hanya menguasai pelajaran sampai level tiga
saja, sementara banyak peserta didik negara lain mampu menguasai sampai level
empat, lima, bahkan level enam. Dari hasil kedua survey tersebut dapat
disimpulkan bahwa prestasi peserta didik Indonesia tertinggal dan terbelakang.
Perlunya perubahan kurikulum juga karena adanya kelemahan kurikulum KTSP.
Adapun kelemahan kurikulum sebelumnya, antara lain:
1) Isi dan pesan-pesan kurikulum masih terlalu padat
2) Kurikulum belum mengembangkan kompetensi secara utuh sesuai dengan
visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional
3) Kompetensi yang dikembangkan didominasi oleh aspek pengetahuan.
4) Kompetensi yang sesuai dengan perkembangan masyarakat seperti karakter,
kesadaran lingkungan, pendekatan dan metode pembelajaran konstruktivistik,
keseimbangan antara soft dan hard skill jiwa wirausaha belum terakomodasi.
5) Kurikulum belum peka terhadap berbagai perubahan sosial
6) Proses pendidikan belum menggambarkan urutan pembelajaran yang
terperinci
7) Penilaian belum menggunakan standar penilaian berbasis kompetensi.
Selain kelemahan yang dikemukakan, perubahan dan pengembangan
kurikulum diperlukan karena adanya kesenjangan kurikulum yang berlaku
diidentifikasi menurut modul pelatihan implementasi kurikulum 2013 sebagai
berikut.
Tabel 2.1 Kesenjangan kurikulum
No Kondisi saat ini Konsep ideal
A. Kompetensi Lulusan
1 Belum sepenuhnya
nenekankan pendidikan karakter
Berkarakter mulia
2 Belum menghasilkan
keterampilan sesuai
kebutuhan
Keterampilan yang
relevan
3
Pengetahuan-pengetahuan lepas
Pengetahuan-pengetahuan terkait
B. Materi Pembelajaran
1 Belum relevan dengan
kompetensi yang
dibutuhkan
Relevan dengan materi yang dibutuhkan
2 Beban belajar terlalu
berat
Materi esensial
3 Terlalu luas, kurang
mendalam
Sesuai dengan tingkat perkembangan anak
C. Proses Pembelajaran
1 Berpusat pada guru Berpusat pada peserta
didik
2 Berorientasi pada buku
teks
Bersifat konstektual
3 Buku hanya memuat
materi bahasan
Buku memuat materi,
proses pembelajaran
dan penilaian
D. Penilaian
1 Menekankan aspek
kognitif
Menekankan aspek
kognitif, keterampilan, dan afektif
2 Tes menjadi penilaian
yang dominan
Penilaian tes
dilengkapai dengan
portofolio
E. Pendidik dan tenaga kependidikan
1 Memenuhi kompetensi
profesi saja
Memenuhi kompetensi
profesi, pendagogi,
sosial dan personal
2 Focus pada ukuran
kinerja PTK
Motivasi mengajar
F. Pengelolaan kurikulum
No Kondisi saat ini Konsep ideal
mempunyai kebebasan
dalam pengelolaan
kurikulum
daerah memiliki
kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum
di tingkat satuan
pendidikan
2 Penyusunan kurikulum
kurang
mempertimbangkan
kondisi, kebutuhan
peserta didik dan
potensi daerah
Mampu menyusun
kurikulum dengan
mempertimbangkan
kondisi, kebutuhan
peserta didik dan
potensi daerah
3 Pemerintah hanya
menyiapkan standar isi mata pelajaran
Pemerintah
menyiapkan semua
komponen kurikulum
sampai buku teks dan pedoman
Sumber: materi uji publik kurikulum 2013
Berdasarkan kesenjangan-kesenjangan dalam tabel di atas, maka dilakukan
beberapa penyempurnaan pola pikir. Menurut Mulyasa (2013: 63) yang diadaptasi
dari materi uji publik kurikulum 2013 dijabarkan beberapa penyempurnaan pola
pikir. Penyempurnaan beberapa pola pikir tersebut dijelaskan dalam tabel di
bawah ini.
Tabel 2.2 Penyempurnaan Pola Pikir Perumusan Kurikulum
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
1 Standar kompetensi
lulusan diturunkan dari standar isi
Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan Standar isi dirumuskan
berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran
Standar isi diturunkan dari standar
kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran
Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan
No KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum 2013
keterampilan dan pengetahuan Kompetensi diturunkan
dari mata pelajaran
Mata pelajaran diturunkan dari
kompetensi yang ingin dicapai
Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain
Semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti
Berdasarkan penyempurnaan pola pikir maka elemen-elemen perubahan
kurikulum perlu penataan terhadap Standar Nasional Pendidikan dalam
pengembangan kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Penataan tersebut terutama
dilakukan pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses
dan Standar Penilaian. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32
Tahun 2013. Elemen perubahan tersebut adalah sebagai berikut: 1) kompetensi
lulusan, adanya peningkatan dan keseimbangan soft skills dan ha rd skills yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan, 2) kedudukan
mata pelajaran (isi), kompetensi yang semula diturunkan dari mata pelajaran
berubah menjadi mata pelajaran dikembangkan dari kompetensi, 3) pendekatan
(isi), kompetensi dikembangkan melalui tematik integratif dalam semua mata
pelajaran, 4) struktur kurikulum (mata pelajaran dan alokasi waktu) isi, holistik
dan integratif berfokus pada alam, sosial dan budaya; pembelajaran dilakukan
dengan pendekatan sains; jumlah mata pelajaran 6 dari semula 10 mata pelajaran;
jumlah jam pelajaran bertambah 4 jam pelajaran per minggu akibat perubahan
pendekatan pembelajaran, 5) proses pembelajaran, standar proses yang semula
terfokus pada eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi dilengkapi dengan mengamati,
terjadi di lingkungan sekolah dan masyarakat, tidak hanya di dalam kelas; guru
bukan satu-satunya sumber belajar; sikap diajarkan melalui sikap dan teladan,
tidak hanya secara verbal; proses pembelajaran berlangsung secara tematik dan
terpadu, 6) penilaian, penilaian berbasis kompetensi; pergeseran dari penilaian
melalui tes mengukur kompetensi pengetahuan berdasar hasil saja) menuju
penilaian otentik( mengukur semua kompetensi sikap, keterampilan dan
pengetahuan berdasarkan proses dan hasil); memperkuat Penilaian Acuan
Patokan, yaitu pencapaian hasil belajar didasarkan pada posisi skor yang
diperolehnya terhadap skor ideal (maksimal); penilaian tidak hanya pada leve KD,
namun juga pada Kompetensi Inti dan SKL; mendorong pemanfaatan portofolio
yang dibuat siswa sebagai instrumen utama penilaian.
2.1.2 Pendekatan Tematik Integratif
2.1.2.1Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu
Depdiknas (2006: 5) menjelaskan bahwa istilah pembelajaran tematik pada
dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk
mengkaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa.
Menurut Trianto (2009: 78) pembelajaran tematik dimaknai sebagai
pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Pembelajaran
terpadu menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran yang
memadukan beberapa mata pelajaran dalam satu kali pembelajaran. Pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman belajar
Sejalan dengan pengertian ahli di atas, Majid (2013: 119) menjelaskan
bahwa pembelajaran terpadu adalah sebagai pendekatan belajar mengajar yang
melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada anak. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran terpadu anak akan
memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung
dan menghubungkannya dengan kosep yang telah mereka pahami.
Sedangkan Hadisubroto dalam Trianto (2010: 56) menjelaskan bahwa
pembelajaran terpadu merupakan pembelajaran yang dimulai dengan suatu pokok
bahasan atau tema yang dikaitkan dengan pokok bahasan lain, konsep tertentu
dikaitkan dengan konsep lain, secara spontan atau direncana, dan dengan beragam
pemgalaman belajar anak, sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Berdasarkan pengertian para ahli maka penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang
memadukan beberapa mata pelajaran menjadi satu dengan menggunakan tema
untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga pembelajaran lebih
bermakna.
2.1.2.2Fungsi Pembelajaran Tematik Terpadu
Pembelajaran tematik terpadu berfungsi untuk memberikan kemudahan
bagi peserta didik dalam memahami dan mendalami konsep materi yang
tergabung dalam tema serta dapat menambah semangat belajar, karena materi
yang dipelajari merupakan materi yang nyata (kontekstual) dan bermakna bagi
2.1.2.3Tujuan Pembelajaran Tematik Terpadu
Trianto (2010: 8-9) memaparkan bahwa pembelajaran tematik terpadu
memiliki beberapa tujuan antara lain:
1) Memberikan wawasan bagi guru tentang apa, mengapa, dan bagaimana
pembelajaran terpadu pada tingkat pendidikan dasar dan menengah.
2) Memberikan keterampilan kepada guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran, silabus, dan penilaian.
3) Memberikan kepada guru memiliki kemampuan melaksanakan pembelajaran
terpadu
4) Memberikan wawasan, pengetahuan dan pemahaman bagi pihak terkait
(misalnya kepala sekolah, pengawas).
2.1.2.4Karakteristik Pembelajaran Tematik
Menurut Trianto (2011: 162-165) suatu model pembelajaran di sekolah
dasar, pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik antara lain:
berpusat pada siswa; memberikan pengalaman langsung; pemisahan mata
pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran;
bersifat fleksibel; menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan.
1) Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern guru atau pengajar lebih banyak berperan
sebagai fasilitator yang memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa
2) Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa.
Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata
sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.
3) Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisah antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema
yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4) Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam satu proses pembelajaran. Dengan demikian siswa mampu memahami
konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa
dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan
sehari-hari.
5) Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, bahkan
mengaitkan dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah
dan siswa berada.
6) Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Pembelajaran dapat dilangsungkan dengan berbagai cara diantaranya bermain
tebak-tebakan, bermain peran, diskusi, dan lain-lain. Semua konsep
2.1.2.5Keuntungan dan kelemahan Pembelajaran Tematik
Dalam Panduan KTSP, 2007 : 253, menyatakan bahwa pembelajaran
tematik yang merupakan bagian dari pembelajaran terpadu memiliki keuntungan
yang dapat dicapai, antara lain:
1) Memudahkan pemusatan perhatian pada satu tema tertentu
2) Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi antara isi mata pelajaran dalam tema yang sama.
3) Pemahaman materi mata pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
4) Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan mata
pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa.
5) Lebih dapat dirasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan
dalam konteks tema yang jelas.
6) Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata,
untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam suatu mata pelajaran dan
sekaligus dapat empelajari mata pelajaran lain.
7) Guru dapat menghemat waktu sebab mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkan sekaligus, dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, dan waktu selebihnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan
remedial, pemantapan atau pengayaan materi.
Pembelajaran tematik juga memiliki beberapa kelemahan. Menurut Majid
(2014: 93) kelemahan dalam model pembelajaran tematik adalah dalam
pelaksanaannya, yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih
menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi
memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya
diri yang tinggi, berani mengemas dan mengembangkan materi, serta guru
dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan
ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja. Sedangkan keterbatasan
pembelajaran tematik pada aspek peserta didik adalah pembelajaran tematik
menuntut kemauan belajar peserta didik yang relatif baik, baik dalam dalam
kemampuan akademik maupun kreativitasnya. Peserta didik dituntut hal tersebut
karena pembelajaran tematik menekankan pada kemampuan analitis, kemampuas
asosiatif atau menghubung-hubungkan, kemampuan eksploratif atau menemukan
dan kemampuan elaboratif atau menggali.
2.1.3 Pendekatan Saintifik
Menurut Nani Rohmani (2013: 2) menyatakan bahwa scientific
memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal
dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru.
Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk
mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi,
bukan diberi tahu.
Kemendikbud (2013: 233) menjelaskan bahwa pendekatan ilmiah
(scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya,
mata pelajaran. Kemendikbud (2013: 208) memaparkan proses pembelajaran
disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut:
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau
materi pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
system penyajiannya.
Konsep pendekatan saintifik dapat diartikan sama dengan pendekatan
pendekatan keterampilan proses dapat membekali siswa dengan 13 keterampilan
atau kemampuan dasar. keterampilan-keterampilan dasar tersebut, yaitu:
1. Keterampilan mengobservasi atau mengamati
Observasi merupakan salah satu keterampilan yang mendasar dengan
menggunakan seluruh panca indera untuk memperhatikan hal yang diamati.
Mengamati artinya memilah-milah bagian yang penting berdasarkan kriteria
tertentu.
2. Keterampilan menghitung
Keterampilan berhitung merupakan keterampilan yang penting karena dalam
kehidupan sehari-hari selalu berhubungan dengan berhitung. Keterampilan
menghitung anak dapat dilatih dan dibina melalui pembelajaran matematika,
namun dalam pembelajaran ilmu alam, sosial, dan bahasa Indonesia
keterampilan ini juga bisa dikembangkan.
3. Keterampilan mengukur
Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah. Dasar pengukuran
adalah pembanding. Siswa dapat dilatih dengan membandingkan satu benda
dengan benda yang lainnya, kemuadian dikenalkan dengan satuan ukur, dan
semakin tinggi tingkat sekolah maka semakin rumit tugas pengukurannya.
4. Keterampilan mengklasifikasi
Keterampilan mengklasifikasi merupakan kemampuan menggolongkan
sesuatu dengan memperhatikan klasifikasi, misalnya menurut suatu ciri
5. Keterampilan mencari hubungan ruang/waktu
Keterampilan ini berhubungan dengan fakta, informasi, gagasan, pendapat,
ruang, dan waktu. Kesemuanya merupakan variabel untuk menentukan
hubungan antara sikap dan tindakan yang sesuai.
6. Keterampilan membuat hipotesis
Keterampilan merupakan hal yang penting dalam kerja ilmiah. Hipotesis
adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau
pengamatan tertentu. Ilmuan membuat hipotesis kemudian dibuktikan melalui
eksperimen dalam kerja ilmiah.
7. Keterampilan merencanakan penelitian/eksperimen
Kegiatan eksperimen merupakan kegiatan menguji gagasan-gagasan dalam
kegiatan mencoba. Guru dapat melatih siswa bereksperimen sederhana
menggunakan alat dan bahan yang ada di sekitar sekolah atau siswa.
8. Keterampilan mengendalikan variabel
Para ilmuan mengendalikan variabel eksperimen atau penelitian. Variabel
merupakan vaktor yang berpengaruh. Guru dapat melatih anak-anak dalam
mengendalikan variabel dengan melakukan percobaan sederhana. Sebagai
contoh siswa membuktikan bahwa ada perbedaan tanaman yang diberi pupuk
dengan tanaman yang tidak diberi pupuk. Anak akan mencoba dan
menemukan sendiri jawaban dari percobaan yang telah dilakukan.
9. Keterampilan menginterpretasi atau menafsirkan data
Kemampuan menginterpretasi data adalah salah satu keterampilan penting
observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana
dapat disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, atau diagram.
10.Keterampilan menyusun kesimpulan sementara (inferensi)
Guru dapat melatih siswa membuat kesimpulan melalui eksperimen terlebih
dahulu, kemudian membuat kesimpulan sementara berdasarkan informasi
yang diketahui sampai waktu tertentu. Kesimpulan tersebut bukan merupakan
kesimpulan akhir, hanya kesimpulan sementara yang dapat diterima sampai
saat itu.
11.Keterampilan meramalkan (memprediksi)
Keterampilan meramal merupakan keterampilan memprediksi yang
berdasarkan pengalaman sebelumnya. Guru juga dapat melatih siswa dalam
membuat peramalan kejadian-kejadian yang akan datang berdasarkan
pengetahuan, pengalaman, atau data yang dikumpulkan.
12.Keterampilan menerapkan (mengaplikasi)
Guru dapat melatih siswa untuk menerapkan konsep yang telah dikuasai untuk
memecahkan masalah tertentu, atau menjelaskan suatu peristiwa baru dengan
konsep yang telah dimiliki. Sebagai contoh, setelah siswa mengetahui bahwa
udara mempunyai tekanan, siswa disuruh untuk memompa ban untuk memuat
beban yang berat.
13.Keterampilan mengkomunikasikan
Setiap ahli dituntut untuk mampu mengkomunikasikan hasil dari
penemuannya yang telah dilakuan kepada orang lain. Guru juga dapat melatih
tabel, diagram, grafik, membuat karangan, menceritakan pengalamanya dalam
kegiatan observasi, dan sebagainya.
Berdasarkan pemaparan teori menurut ahli di atas peneliti menyimpulkan
bahwa pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang memberikan
pemahaman terhadap peserta didik untuk lebih mengenal, memahami materi
menggunakan pendekatan ilmiah.
2.1.4 Penilaian Otentik
2.1.4.1 Pengertian Penilaian Otentik
Penilaian otentik merupakan kegiatan menilai peserta didik yang
menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan
berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang
ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) (Kunandar, 2014: 35-36).
Mueller dalam Ismet Basuki (2014: 168) menyatakan bahwa penilaian
otentik sebagai suatu bentuk penilaian yang mengharuskan siswa untuk
melaksanakan tugas-tugas dunia nyata yang menunjukkan aplikasi yang bermakna
dari suatu pengetahaun atau keterampilan esensial
Wiggins dalam materi pelatihan (2013: 246) mendefinisikan asesmen
otentik sebagai upaya pemberian tugas kepada peserta didik yang mencerminkan
prioritas dan tantangan yang ditemukan dalam aktivitas-aktivitas pembelajaran,
seperti meneliti, menulis, merevisi dan membahas artikel, memberikan analisa
oral terhadap peristiwa, berkolaborasi dengan antarsesama melalui debat
Berdasarkan penjelasan ahli peneliti menyimpulkan bahwa penilaian
sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan atau input, proses, sampai
keluaran atau output pembelajaran.
2.1.4.2Karakteristik Penilaian Otentik
Karakteristik penilaian otentik menurut Ismet (2014: 171) adalah sebagai
berikut: 1) melibatkan pengalaman nyata, 2) dilaksanakan selama dan sesudah
proses pembelajaran berlangsung, 3) mencakup penilaian pribadi dan refleksi, 4)
yang diukur keterampilan dan performansi, bukan mengingat fakta, 5)
berkesinambungan, 6) terintegrasi, 7) dapat digunakan sebagai umpan balik, 8)
kriteria keberhasilan dan kegagalan diketahui siswa dengan jelas, 9)
menggunakan bermacam-macam instrument, pengukun, dan metode yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar, dan 10) bersifat
komprehensif dan holistik yang mencangkup semua aspek dari tujuan
pembelajaran.
2.1.4.3 Keunggulan dan Kelemahan Penilaian Otentik
Penilaian otentik memiliki keunggulan dan kelemahan. Berikut ini akan
dijelaskan keunggulan dan kelemahan penilaian otentik. Menurut Ismet (2014:
175-176) keunggulan penilaian otentik adalah 1) berfokus pada keterampilan
analitis dan keterpaduan pengetahuan. 2) meningkatkan kreativitas. 3)
merefleksikan keterampilan dan pengetahuan dunia nyata. 4) mendorong kerja
kolaboratif. 5)meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis. 5) langsung
menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan tujuan pembelajaran.
7) menekankan pada keterpaduan pembelajaran disepanjang waktu.
Keunggulan–keunggulan yang ditemukan dalam penilaian otentik ternyata
otentik akan dijelaskan sebagai berikut. 1) memerlukan waktu yang intensif untuk
mengelola, memantau dan melakukan koordinasi. 2) sulit dikoordinasikan dengan
standar pendidikan yang telah ditetapkan secara legal. 3) menantang guru untuk
memberikan skema pemberian nilai yang konsisten. 4) sifat subyektif dalam
pemberian nilai akan cenderung bias. 5) sifat penilaian yang unik mungkin tidak
dikenali siswa. 6) bisa bersifat tidak praktis untuk kelas yang berisi banyak siswa.
7) hal yang menantang untuk mengembangkan berbagai jenis materi ajar dari
berbagai kisaran tujuan pembelajaran.
2.1.4.4Jenis-jenis Penilaian Otentik
Dalam materi pelatihan kurikulum 2013 (2013: 249) menjelaskan tentang
jenis-jenis penilaian otentik. Jenis-jenis penilaian otentik sebagai berikut:
1) Penilaian Kinerja
Penilaian kenierja sebisa mungkin melibatkan partisipasi siswa, khususnya
dalam proses dan aspek-aspek yang akan dinilai. Guru dapat meminta siswa
menyebutkan tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria
penyelesaiannya. Cara merekam hasil penilaian kinerja: daftar cek, catatan
anekdot atau narasi, skala penilaian, dan memori atau ingatan.
2) Penilaian proyek
Penilaian proyek adalah kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus
diselesaikan oleh peserta didik menurut periode atau waktu tertentu. Tiga hal
yang perlu diperhatikan guru, antara lain: pertama, keterampilan peserta didik
dalam memilih topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan
menganalisis, memberi makna atas informasi yang diperoleh, dan menulis
sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Ketiga, keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan
oleh peserta didik.
3) Penilaian portofolio
Penilaian portofolio adalah penilaian kumpulan artefak yang menunjukkan
kemajuan dan dihargai sebagai hasil kerja dunia nyata.
4) Penilaian tertulis
Penilaian tertulis berbentuk uraian atau esai menuntut peserta didik mampu
mengingat, memahami, mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, dan
lain sebagainya. Tes tertulis bersifat komprehensif, sehingga mampu
menggambarkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
2.1.5 Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Lokal
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan
sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan
dengan yang lain. Dengan demikian, karakter adalah nilai-nilai yang unik-baik
yang terpatri dalam diri dan terejawantahkan dalam perilaku (Kementerian
Pendidikan Nasional, 2010). Menurut Muchlas Samani (2012:44), pendidikan
karakter adalah pendidikan yang mengemban karakter mulia dari peserta didik
dengan mempraktikkkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan
keputusan yang beradab dalam hubungannya dengan sesama manusia maupun
dalam hubungannya dengan Tuhan. Sedangkan menurut Doni Koessoma. A
sosial agar individu itu dapat bertumbuh dalam menghayati kebebasan dalam
hidup bersama dengan orang lain dalam dunia.
Udin S (2011:4.44) menjelaskan bahwa proses pembelajaran berbasis
budaya bukan sekedar mentransfer serta menyampaikan budaya kepada siswa
tetapi menggunakan budaya untuk menjadikan siswa mampu menciptakan makna,
menembus batas imajinasi dan kreativitas untuk mencapai pemahaman terpadu
tentang ilmu dalam konteks budaya.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas pendidikan karakter berbasis
budaya lokal dapat diartikan sebagai pembentukan karakter pada siswa melalui
nilai-nilai yang terdapat pada budaya sekitar untuk menciptakan makna sehingga
menciptakan pemahaman tentang ilmu dalam konteks budaya pada siswa.
Kemendiknas (2011) juga mengidentifikasi 25 butir nilai karakter sebagai
prioritas penanaman karakter di sekolah yang bersumber dari agama, Pancasilan,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional dalam rangka memperkuat pelaksanaan
pendidikan karakter dalam satuan pendidikan. Adapun ke 25 butir nilai karakter
tersebut adalah: (1) Kereligiusan, (2) Kejujuran, (3) Kecerdasan, (4) Tanggung
jawab, (5) Kebersihan dan kesehatan, (6) Kedisiplinan, (7) Tolong-menolong, (8)
Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, (9) Kesantunan, (10) Ketangguhan, (11)
Kedemokratisan, (12) Kemandirian, (13) Keberanian mengambil risiko, (14)
Berorientasi pada tindakan, (15) Berjiwa kepemimpinan, (16) Kerja keras, (17)
Percaya diri, (18) Keingintahuan, (19) Cinta ilmu, (20) Kesadaran akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain, (21) Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, (22)
Menghargai karya dan prestasi orang lain, (23) Kepedulian terhadap lingkungan,
2.1.6 Model Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar merupakan alat penunjang dalam pelaksanaan proses
pendidikan. Menurut Andi Prastowo (2012:17) bahan ajar merupakan segala
bahan baik informasi, alat, maupun teks yang disusun secara sistematis,
menampilkan kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam
proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran.
Di bawah ini akan dipaparkan model pengembangan bahan ajar yang
digunakan oleh peneliti yaitu model pengembangan menurut J. Kemp. Model
pengembangan bahan menurut Kemp dalam buku Triyanto (2009 : 179),
merupakan pengembangan yang berbentuk lingkaran yang berkelanjutan. Model
desain pembelajaran Jerold E. Kemp terlihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1 Model Desain Pembelajaran Jerold E Kemp yang sudah direvisi
Triyanto (2009 : 179)
Identifikasi Masalah Pembelajaran
Analisis Siswa
Pelayanan Pendukung
Pemilihan Media atau Sumber Belajar
Strategi Pembelajaran
Analisis Tugas
Merumuskan Indikator
Penyusunan Instrumen Evaluasi Revisi Perangkat
Pembelajaran
Evaluasi Formatif
Re
v
is
i
R
evi
si
Di bawah ini merupakan unsur - unsur pengembangan perangkat
pembelajaran menurut model Kemp:
2.1.6.1Identifikasi Masalah Pembelajaran
Identifikasi masalah pembelajaran bertujuan untuk mengidentifikasi
adanya kesenjangan antara fakta di lapangan dengan tujuan menurut
kurikulum yang menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun
strategi yang digunakan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kesenjangan yang terjadi merupakan permasalahan yang akan
diselesaikan dalam penelitian.
2.1.6.2Analisis Siswa
Analisis siswa diperlukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa yang meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik
individu maupun kelompok. Adanya identifikasi tingkah laku awal siswa
bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan khusus yang
dimiliki siswa sebelum mengikuti proses pembelajaran, hal ini bertujuan
agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan efektif serta efisien.
Adapun Analisis yang dilakukan untuk karakteristik siswa bertujuan untuk
mengetahui kemampuan akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi
terhadap mata pelajaran, pengalamaan, keterampilan psikomotor,
kemampuan bekerjasama, keterampilan sosial dan sebagainya.
2.1.6.3Analisis Tugas
Menurut Kemp dalam Triyanto (2009 : 181), analisis tugas adalah
kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pengajaran. Adapun
analisis prosedural, dan (4) analisis pemrosesan. Analisis tugas sejalan
dengan analisis tujuan mencakup analisis isi pelajaran, konsep,
pemrosesan informasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman
tentang tugas-tugas belajar dan tujuan pembelajaran yang dituangkan
dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar
Kerja Siswa (LKS).
2.1.6.4Merumuskan Indikator
Perumusan indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan
identifikasi tingkah laku awal siswa, tentang pernyataan-pernyataan apa
yang dapat dilakukan siswa setelah selesai melakukan pembelajaran.
Indikator merupakan tujuan pembelajaran yang didapatkan dari hasil
analisis tujuan.
2.1.6.5Penyusunan Intrumen Evaluasi
Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur
ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah berlangsung
proses pembelajaran.evaluasi merupakan unsur terakhir dalam proses
perencanaan pembelajaran.
2.1.6.6Strategi Pembelajaran
Penyusunan strategi pembelajaran berdasarkan tujuan yang akan dicapai.
Kegiatan pemilihan strategi meliputi: pemilihan model, pendekatan dan
metode, pemilihan format.
2.1.6.7Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran
Pemilihan media atau sumber belajar disesuaikan dengan tuntutan tujuan
Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada pemilihan dan
penggunaan media atau sunber pembelajaran.
2.1.6.8Pelayanan Pendukung
Selama proses pengembangan diperlukan layanan pendukung yang
berupa kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan
tenaga-tenaga terkait serta layanan laboratorium dan perpustakaan. Selain itu,
dibutuhkan anggaran atau dana, fasilitas, dan pelengkap.
2.1.6.9Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif berguna untuk memberikan informasi kepada pengajar
atau tim pengembang untuk mengetahui seberapa baik program telah
berfungsi dalam mencapai berbagai sasaran. Penilaian formatif dilakukan
selama pengembangan dan ujicoba.
2.1.6.10Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur tingkat pencapaian
tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi: hasil
ujian akhir unit dan ujian akhir untuk pelajaran tertentu.
2.1.6.11Revisi Perangkat Pembelajaran
Kegiatan revisi dilakukan secara berkesinambungan hingga rancangan
yang dibuat memiliki kesesuaian isi dan kualitas yang baik. Kegiatan
revisi dimaksudkan untuk mengevaluasi dan memperbaiki rancangan yang
dibuat. revisi dilakukan berdasarkan kritik dan masukan yang diperoleh
dari hasil validasi dan uji coba terbatas.
Unsur-unsur pengembangan bahan ajar di atas diperlukan dalam
identifikasi kebutuhan awal bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa kelas
IV SD. Bahan ajar juga memerlukan adanya suatu instrumen untuk mengevaluasi
suatu produk bahan ajar apakah layak untuk digunakan oleh siswa.
Cunningsworth (1995:2-4) menjelaskan kriteria khusus yang harus dimiliki
sebuah bahan ajar yang baik. Kriteria tersebut adalah tujuan dan pendekatan (aim
and approaches), desain dan pengorganisasian (design and organization), isi
(content), topik (topic), dan metodologi (methodology). Cunningsworth juga
menguraikan masing-masing kriteria ke dalam beberapa item pertanyaan, tetapi
item tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan isi bahan ajar atau kebutuhan
bahan ajar yang akan dievaluasi.
2.2Penelitian yang Relevan
Berikut ini akan dipaparkan tiga penelitian yang berhubungan dengan
pengembangan bahan ajar:
Pertama, penelitian pengembangan yang dilakukan oleh Agnes Arinjani
Puspaningrum (2013) dengan judul „Pengembangan Bahan Ajar yang
Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Membaca pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal‟. Produk yang
dihasilkan berupa bahan ajar dengan judul “Belajar Bahasa Indonesia
Mengembangkan Karakterku”. Bahan ajar ini telah divalidasi oleh pakar Bahasa
Indonesia, pakar Pendidikan Karakter, dua guru Bahasa Indonesia, kelas IV untuk
mengetahui kualitas produk. Hasil penelitian tersebut dijadikan landasan untuk
siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta. Bahan ajar yang dihasilkan termasuk
dalam kategori baik dengan skor rata-rata 4, 01.
Kedua, penelitian pengembangan bahan ajar yang dilakukan oleh Windy
Arizona (2013). Dalam skripsinya Windy Arizona meneliti “Pengembangan
Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidika n Karakter untuk Keterampilan
Mendengarkan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester
Gasal”. Produk yang dihasilkan berupa bahan ajar dengan judul bahan ajar
“Belajar Bahasa Indonesia Membuatku Berkarakter Jujur, Tanggung Jawab, dan
Kerjasama”. Bahan ajar ini telah divalidasi oleh pakar Bahasa Indonesia, pakar
Pendidikan Karakter, dan guru Bahasa Indonesia kelas IV untuk mengetahui
kualitas produk. Hasil penelitian tersebut dijadikan landasan untuk merevisi
produk. Produk yang sudah direvisi kemudian diuji cobakan kepada siswa kelas
IV SDN Daratan. Bahan ajar yang dihasilkan termasuk dalam kategori sangat baik
dengan skor rata-rata 4,34.
Ketiga, jurnal artikel ilmiah yang ditulis oleh Yunus Abidin dengan judul
“Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahama n
Berorientasi Pendidikan Karakter”. Peneliti menjelaskan bahwa dalam
membentuk karakter memerlukan upaya untuk meningkatkan kemampuan
membaca. Pengembangan dilakukan dengan tiga saluran penerapan pendidikan
karakter, yaitu melalui bahan ajar, model pembelajaran dan penilaian otentik.
Penilaian otentik memerlukan pengkreasian aktivitas belajar sehingga pada saat
penilaian otentik mampu mendapatkan gambaran perkembangan kemampuan
siswa secara nyata. Bahan ajar, model pembelajaran dan penilaian otentik saling
Ketiga penelitian tersebut relevan terhadap penelitian yang akan dilakukan
oleh peneliti. Peneliti pertama hanya mengembangkan Bahan Ajar yang
Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Membaca pada
Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal. Peneliti kedua
tidak jauh berbeda dengan penelitian ke pertama. Peneliti mengembangkan bahan
ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan
mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
Peneliti ketiga hanya mengembangkan Model Penilaian Otentik dalam
Pembelajaran Membaca Pemahaman Berorientasi Pendidikan Karakter.
Berdasarkan tiga penelitian yang relevan, maka penelitian pengembangan yang
akan dilakukan oleh peneliti diperluas sesuai tuntutan kurikulum 2013. Bahan ajar
mengakomodasi siswa dengan menggunakan pendekatan saintifik dan tematik
integratif, pendidikan karakter berbasis budaya lokal dan membantu guru dalam
melakukan penilaian yang otentik. Peneliti mengembangkan bahan ajar yang
mengacu kurikulim 2013 subtema ayo cintai lingkungan untuk siswa kelas IV
sekolah dasar.
2.3Kerangka Berpikir
Berdasarkan pemaparan teori-teori di atas, peneliti mencoba
mengembangkan bahan ajar yang mengacu kurikulum 2013 dengan kerangka
pikir sebagai berikut:
Kurikulum 2013 memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa
(intelektual, keterampilan, dan karakter) yang nampak dalam perumusan indikator