• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAWASAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGAWASAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA."

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Per syar atan Dalam Memperoleh Gelar Sar jana Pada FISIP UPN “Vetr an” J awa Timur

OLEH :

BAGUS EKO NUR WICAKSONO NPM:0741010007

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN’ J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA

(2)

rahmat serta karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian ini dengan judul “PENGAWASAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA”.

Dalam penulisan proposal penelitian ini, penulis masih banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan rasaterima kasih kepada Bapak DR. Lukman Arif, MSi, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan kepada penulis. selain itu penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ec. H. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak DR. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara atas bimbingan dan didikannya selama ini.

4. Segenap pegawai yang bertugas di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya atas kerjasamanya dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama mengadakan penelitian.

(3)

disebutkan satu persatu, suwun yo rek.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak sehingga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, November 2011

(4)

DAFTAR ISI ……… iii

DAFTAR GAMBAR ……… vi

DAFTAR TABEL ………vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ……… 1

1.2. Rumusan Masalah ………... 6

1.3. Tujuan Penelitian ……… 7

1.4. Kegunaan Penelitian ………... 7

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ………... 8

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Konsep Pengawasan ………... ...11

2.2.2. Tujuan dan Fungsi Pengawasan ………... 15

2.2.3. Prinsip – Prinsip Pengawasan ………... 18

2.2.4. Sifat – Sifat Pengawasan ………. ..19

2.2.5. Macam Pengawasan ……….... ..22

2.2.6. Proses pengawasan ……… 25

2.2.7. Syarat – Syarat Pengawasan ………. 27

2.2.8. Teknik – Teknik Pengawasan ………... 28

(5)

2.3.2.Kewajiban Pimpinan Penanggung Jawab

Kawasan Terbatas Merokok ……….. 32

2.3.3. Sanksi Pidana ……… 33

2.4. Kerangka Berpikir ………. 33

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ……….. 37

3.2. Fokus Penelitian ……… 38

3.3. Lokasi dan Situs Penelitian ………... 40

3.4. Sumber dan Jenis Data ………... 40

3.5. Teknik Pengumpulan Data ……… 42

3.6. Analisa Data ……….. 44

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 4.1.1 Lokasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ………..46

4.1.2 Sejarah Singkat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ………..46

(6)

Catatan SIpil Kota Surabaya ………52

4.1.6 Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya ………..60

4.2 Hasil Penelitian ………...64

4.2.1 Pengawasan langsung ………..64

4.2.2 Pengawasan Tidak Langsung ………..69

4.3 Pembahasan ………71

4.3.1 Pengawasan Langsung ……….71

4.3.2 Pengawasan Tidak Langsung ……….. 72

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……….74

5.2 Saran ………...75

(7)

Gambar 1. Kerangka Berpikir ………. 33 Gambar 2. Analisa Data Model Interaktif ……….….. 42 Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(8)

Tabel 1. Komposisi Pegawai DinasKependudukan dan Catatan Sipil

Kota Surabaya Berdasarkan Jenis Kelamin ………57 Tabel 2. Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Surabaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan ………..58 Tabel 3. Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan catatan Sipil

(9)

BAGUS EKO NUR WICAKSONO. PENGAWASAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA.

Penelitian ini didasarkan pada fenomena masih banyaknya masyarakat yang melanggar peraturan agar tidak merokok di sembarang tempat. Dari hasil pengamatan di lapangan, ternyata masih banyak pelanggar baik pengunjung maupun pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya yang merokok di sembarang tempat walaupun telah disediakan tempat khusus untuk merokok. Maka tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui bagaimana pengawasan terhadap kawasan terbatas merokok di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya. Karena pengawasan merupakan salah satu cara untuk menjaga agar peraturan tetap berjalan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Dalam hal ini diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk dapat saling mengawasi agar dapat mencegah terjadinya pelanggaran. Berdasarkan hal diatas, maka dibuatlah rumusan masalah penelitian “Bagaimanakah pengawasan terhadap kawasan terbatas merokok di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya?”.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif melalui pendekatan kualitatif. dengan fokus penelitian dua hal yaitu : pertama, pengawasan langsung : inspeksi langsung dan menegur pelanggar. Kedua, pengawasan tidak langsung : laporan tim pemantau. Sumber dan jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan reduksi data, display data, instrument penelitian ini adalah pedoman wawancara, catatan di lapangan dan koneksi internet.

(10)

1.1Latar Belakang

Rokok adalah salah satu barang yang sangat berbahaya bagi kesehatan, tetapi banyak orang yang tidak menyadarinya sehingga setiap hari merokok. Padahal dalam sebatang rokok terdapat 4000 bahan kimia yang bersifat adiktif seperti nikotin (zat yang penggunaannya dapat menimbulkan ketergantungan), 400 diantaranya bahan beracun dan 40 bahan karsiogenik (bahan penyebab kanker). International Labour Organization (ILO) memperkirakan sedikitnya 200.000 kematian pekerja per tahun karena paparan AROL di tempat keja. Sekitar 800.000 orang meninggal di 25 negara – Negara Uni Eropa tahun 2002 karena paparan asap rokok orang lain. Global Youth Survey pada anak usia sekolah 13-15 tahun (1996-2006) menunjukkan 81% anak sekolah terpapar asap rokok di tempat umum. Rata- rata dunia hanya 56%. Lebih dari 150juta penduduk Indonesia terpapar AROL di rumah, perkantoran, tempat umum, kendaraan umum, dan lainnya ( Universitas Mercu Buana News.com 16 Juni 2009)

(11)

banyaknya para buruh pelinting rokok manual di pabrik-pabrik rokok. Semua pekerja tersebut bergantung pada industri rokok. Jika rokok dihapuskan, maka nasib pekerja-pekerja tersebut juga turut dipertaruhkan. Puluhan ribu buruh pabrik rokok akan menganggur, ribuan petani akan gulung tikar, pengecer rokok juga akan kehilangan pekerjaan.

Perlu diingat bahwa pajak terbesar yang diperoleh Negara ini adalah berasal dari cukai rokok. Selain itu, berbagai bentuk beasiswa juga banyak berasal dari rokok. Olahraga pun berkembanng karena rokok. Sehingga dengan melihat geliatnya, rokok sulit untuk dapat dihapuskan begitu saja. Berdasarkan persoalan yang rumit tersebut, maka Pemerintah Kota Surabaya mengeluarkan Perda No.5 Tahun 2008 tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok.

Tujuan dari Perda Kota Surabaya No. 5 Tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok adalah untuk menyadarkan seluruh masyarakat Surabaya bahwa rokok memang berbahaya bagi kesehatan, menerapkan budaya hidup sehat, menekan jumlah perokok pemula dan yang paling penting adalah untuk melindungi perokok pasif dari resiko yang dapat timbul akibat perokok aktif yang ada di sekitarnya.. Perda ini juga mengatur tentang lokasi atau tempat – tempat yang dilarang melakukan aktivitas merokok, mempromosikan dan menjual produk rokok.

(12)

khusus”. Kawasan terbatas merokok yang dimaksud dalam perda ini tertuang pada pasal 4 adalah tempat umum dan tempat kerja.

Adapun yang dimaksud dengan tempat umum adalah hotel, restoran, rumah makan, terminal, pasar, supermarket, bioskop, tempat wisata dan lainnya. Sedangkan yang dimaksud tempat kerja adalah pada tempat kerja instansi Pemerintah/Pemerintah Provinsi Jawa Timur/Pemerintah Kota Surabaya dan tempat kerja swasta.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya merupakan salah satu Dinas Pemerintahan yang paling ramai dikunjungi oleh masayarakat kota Surabaya setiap harinya baik oleh orang dewasa, anak – anak, maupun balita. Oleh karena itu, sudah pasti tempat umum seperti ini termasuk kedalam lingkup Perda Kota Surabaya no 5 Tahun 2008. Sebagai salah satu Dinas yang kedudukannya paling strategis untuk berinteraksi dengan masyarakat secara langsung, sudah seharusnya apabila kebijakan Perda tersubut diterapkan secara maksimal demi menjaga kepentingan masyarakat secara umum dalam hal ini berkaitan dengan kesehatan.

(13)

Pengawasan juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk pengamatan yang pada umumnya dilakukan secara menyeluruh dengan jalan mengadakan pemeriksaan yang ketat secara teratur. Berdasarkan hal tersebut, maka pengawasan tidaklah hanya dilakukan pada awal kegiatan saja, akan tetapi juga harus dilakukan seiring dengan berjalannya peraturan yang dikeluarkan untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan atau dapat menghasilkan sebuah pelanggaran.

Walaupun Perda ini telah diterapkan kurang lebih selama 1 tahun yang lalu, tetapi penulis masih saja menemukan pelanggaran yang dilakukan oleh beberapa pegawai Dinas terkait dan pengunjung meskipun tanda larangan merokok telah dipasang di dalam ruangan Dinas tersebut. Hal ini semakin menguatkan dugaan bahwa pengawasan yang dilakukan terhadap proses pelaksanaan Perda ini masih kurang maksimal. Hal itu dapat kita saksikan dalam gambar pegawai dinas yang sedang merokok di ruangan belakang dalam kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya.

(14)

adalah melakukan pengawasan. Kegiatan ini disebut sebagai pengawasan fungsional (Hadari Nawawi : 1995). Kaitannya dengan Perda ini yang bertindak sebagai pengawas adalah petugas Satpol PP Kota Surabaya.

Dalam Perda itu sudah jelas jika suatu tempat yang biasa didatangi banyak orang harus menyediakan kawasan terbatas merokok atau tempat merokok. Kenyataannya banyak tempat – tempat ramai yang tak memiliki ruangan merokok.

Memang dalam pelaksanaan pengawasan dari Perda ini secara teknis telah dibebankan kepada petugas Satpol PP sebagai penindak, akan tetapi SKPD yang bersangkutan dirasa juga perlu untuk melakukan pengawasan secara intern. Dalam hal ini, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya masih belum melaksanakan pengawasan secara intern terhadap Kantor Dinas nya.

(15)

telah dikeluarkan tersebut masih belum maksimal dalam hal pengawasan, dan terkesan hanya asal – asalan dalam melaksanakan kebijakan tersebut. Seharusnya penanggung jawab kawasan terbatas merokok yang dalam hal ini adalah Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya juga melakukan pengawasan secara langsung, sehingga dapat mengetahui keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan.

Pengawasan yang dilakukan dalam proses mengawal berjalannya Perda ini masih kurang maksimal karena masih ditemukan pelanggaran. Bentuk pengawasan yang dilakukan juga akan dapat mempengaruhi berjalannya serta berhasil atau tidaknya peraturan yang telah dikeluarkan tersebut. Hal ini yang mendasari penulis untuk membahas dan mengetahui lebih dalam tentang bentuk pengawasan yang dilaksanakan oleh instansi terkait mengenai berjalannya Perda tersebut.

Namun masih perlu dilakukan berbagai kajian yang lebih mendalam tentang fenomena yang ada tersebut. Sehingga penulis mempunyai keinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “ Pengawasan Tentang Kawasan Terbatas Merokok di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya”.

1.2Rumusa n Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

(16)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini pada dasarnya bertujuan untuk mendiskripsikan pengawasan terhadap kawasan terbatas merokok di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya berdasarkan informasi dan data yang diperoleh.

1.4Kegunaan Penelitian

Adapun yang menjadi kegunaan penelitian ini adalah : 1. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan tentang pengawasan terhadap sebuah kebijakan dan diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan penulis dalam aplikasi dan teori pengawasan. Sehingga dapat menjadi bekal saat penulis terjun secara langsung ke dunia kerja.

2. Bagi Instansi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait topic penelitian penulis dan merupakan sumbangan pemikiran bagi kampus UPN “Veteran” Jawa Timur sebagai wujud terima kasih penulis selama menempuh pendidikan sarjana.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(17)

2.1 Penelitian Ter dahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syahrul Mubin, mahasiswa jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang berjudul “Implementasi Per da Kota Sur abaya No 5 Tahun 2008 Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Ter batas Mer okok”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif.

Adapun teknik pengumpulan datanya dengan wawancara, observasi & dokumentasi, analisa data, reduksi data, instrument penelitian ini adalah pedoman wawancara. Dengan fokus penelitian adalah Sosialisasi (memasang tanda larangan merokok), Tindakan/sanksi administrative, Hambatan maupun kendala dalam pelaksanaannya. Hasil penelitian ini adalah menunjukkan bahwa sosialisasi sudah sesuai dengan perda, namun masih belum optimal. Untuk sanksi administratif dalam proses pelaksanaannya tidak sesuai dengan perda. Sedangkan hambatannya adalah dengan mengenal lebih dalam tentang hal apa saja yanag menjadi kendala diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk menyusun perbaikan-perbaikan.

(18)

Ber par tisipasi Mewujudkan Pr ogram Kawasan Ter batas Mer okok di Stasiun Gubeng Sur abaya”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mengoperasionalkan 1 variabel mandiri yaitu motivasi partisipasi masyarakat dengan kategori motivasi takut, ikut-ikutan, kesadaran, dengan 8 indikator yang diukur sesuai yang tercantum dalam Perda No 5 Tahun 2008.

Data dianalisis dengan menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dan uji hipotesis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa motivasi masyarakat dalam berpartisipasi mewujudkan program kawasan terbatas merokok dikategorikan motivasi karena kesadaran.

(19)

mengenyampingkan optimalisasi fungsi pengawasan. Tidak optimalnya fungsi pengawasan itu terlihat dari ketidakberdayaan anggota DPRD memperjuangkan peningkatan anggaran pembagunan yang pada tahun anggaran berjalan selalu lebih kecil daripada anggaran rutinnya. Padahal, anggaran pembangunan mencerminkan kepentingan rakyat; 2). Tidak optimalnya fungsi pengawasan DPRD mengakibatkan munculnya persoalan Kota Surabaya, seperti: sampah yang tidak ditangani serius, banjir di setiap musim hujan, pedagang kaki lima yang memenuhi ruas jalan trotoar, kesemrawutan sarana trasportasi, air minum yang tidak layak minum, iklan yang terpasang di sembarang tempat, yang semua itu menyentuh langsung kehidupan masyarakat.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Yuli Wardhani, mahasiswa jurusan Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang berjudul “Pengar uh Pengawasan Melekat dan Motivasi Ter hadap Disiplin Ker ja Karyawan PT. Bank J atim Sur abaya”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan menggunakan analisis koefisien korelasi spearman rank dengan menggunakan 140 responden sebagai sample.

(20)

kategori sangat baik dibuktikan dengan 51,42% atau 72 responden berada pada kelompok kategori sangat baik.

Yang membedakan penelitian penulis dengan beberapa penelitian di atas adalah penelitian ini nantinya akan menggunakan pendekatan kualitatif yang mendiskripsikan dan mengetahui pengawasan implementasi kawasan terbatas merokok yang dilakukan di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya berdasarkan Perda no 5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan terbatas merokok serta untuk mengetahui teknik pengawasan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait secara langsung dalam pelaksanaan Perda ini. Fokus penelitian ini yang pertama adalah pengawasan secara langsung dalam pelaksanaan Perda tersebut dengan melakukan inspeksi mendadak maupun kepala SKPD yang melakukan peninjauan secara langsung. Kedua yaitu pengawasan secara tidak langsung dengan memasang tanda / petunjuk / peringatan larangan merokok, serta memberikan ruangan khusus merokok bagi orang yang ingin merokok sesuai dengan ketentuan pasal 14 dan 15 dalam Perda no 5 tahun 2008.

2.2 Landasan Teor i

(21)

2.2.1 Konsep Pengawasan

Pengawasan dilaksanakan sebagai suatu usaha preventif, atau juga untuk memperbaiki apabila terjadi kekeliruan, sebagai tindakan represif. Pengawasan merupakan tindakan yang dimaksudkan untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyimpangan tugas pemerintahan sebagaimana dasar – dasarnya diatur dalam konstitusi dan jabarannya diatur dalam Undang – Undang.

Pemahaman tentang pengawasan dikenal dan dikembangkan dalam ilmu manajemen. Pengawasan merupakan salah satu unsur dalam kegiatan pengelolaan. Di dalam manajemen ataupun hukum administrasi, pengawasan diartikan sebagai kegiatan mengawasi dalam arti melihat sesuatu dengan seksama, sehingga tidak ada kegiatan lain di luar itu. Dengan pengawasan, berbagai aktivitas yang telah digariskan dalam peraturan perundang-undangan maka dapat dilaksanakan secara baik dalam arti sesuai dengan apa yang dimaksud.

(22)

Sedangkan menurut Siagian (2003 : 112) memberikan pengertian tentang pengawasan sebagai berikut :

“Proses pengamatan pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaan yang sedang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

Hasibuan (1997 : 174) mengemukakan bahwa pengawasan tidak mungkin dapat dilaksanakan tanpa kegiatan perencanaan dan rencana tidak akan tercapai secara optimal jika tidak disertai dengan pelaksanaan fungsi pengawasan.

Menurut Mokler (2002 : 194) mengartikan pengawasan sebagai suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar prestasi dengan sasaran perencanaan. Merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual dengan standar yang ditetapkan menentukan apa terdapat penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut serta mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin sumber daya perusahaan yang sedang digunakan sedapat mungkin lebih efisien dan efektif.

(23)

Henry Fayol (1999 : 83) menyatakan bahwa pengawasan adalah ketetapan dalam menguji apapun sesuatu persetujuan, yang disesuaikan dengan instruksi dan prinsip perencanaan, yang sudah tidak dapat dipungkiri lagi. Pengawasan merupakan kewajiban setiap orang dalam organisasi secara terus-menerus, memperhatikan dan mengawasi jalannya tugas masing – masing bidang, sesuai dengan rencana semula.

Sedangkan menurut Ndraha (2003 : 201) menyatakan bahwa pengawasan merupakan budaya prometheanistik, lawan budaya epimetheanistik. Salah satu versi pengawasan yang pernah popular di Indonesia, yaitu pengawasan melekat atau kontrol atasan terhadap bawahan. Di Indonesia, pengawasan diartikan sebagai pengawasan sebelum, sepanjang dan sesudah sesuatu terjadi. Oleh karena itu, dikenal adanya pengawasan preventif dan pengawasan represif (korektif).

Dalam PP Nomor 20 Tahun 2002 yang dikutip oleh Hanif dalam bukunya yang berjudul Pemerintahan dan Otonomi Daerah (2005 : 195) dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar pemerintahan daerah berjalan sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Menurut Sujamto dalam Hendro (1995 : 18) menyatakan bahwa pengertian pengawasan adalah segala usaha – usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya mengenai sasaran yang diperiksa.

(24)

dilakukan secara menyeluruh dengan jalan mengadakan pemeriksaan yang ketat secara teratur.

Dari beberapa pendapat para ahli yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu kegiatan mengawal suatu kebijakan maupun peraturan yang telah ditetapkan dan sedang dijalankan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan diharapkan terjadi efektifitas dan efisensi daripada kebijakan yang telah dikeluarkan tersebut agar tidak melenceng dari apa yang diharapkan. selain itu pada dasarnya tujuan dari semua kegiatan pengawasan yang dilakukan adalah guna menjamin dan merealisasikan apa yang telah direncanakan menjadi sebuah kenyataan. Pengawasan ditujukan terutama untuk mencegah jangan sampai terjadi kesalahan – kesalahan yang merugikan dan kalau sampai terjadi penyimpangan dan kekeliruan dapat segera ditanggulangi dengan memberikan koreksi dan pembinaan agar pelaksanaan tugas dapat terselenggara secara efektif.

2.2.2 Tujuan dan F ungsi Pengawasan a. Tujuan Pengawasan

Menurut Wursanto dalam Hendro (1993 : 158), Pengawasan pada umumnya bertujuan untuk :

1. Menemukan dan menghilangkan sebab – sebab yang menimbulkan kemacetan.

(25)

3. mencegah penyimpangan – penyimpangan.

4. Mendidik pegawai agar mempertebal rasa tanggung jawab. 5. memperbaiki efisiensi dan efektifitas.

Sedangkan Manullang dalam Yuli Wardhani (2001 : 173) menyatakan tujuan pengawasan untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan; sudah berjalan sesuai instruksi serta prinsip – prinsip yang telah ditetapkan; apakah ada kelemahan, kesulitan dan kegagalannya sehingga dapat diadakan perubahan untuk memperbaiki serta mencegah pengulangan kegiatan yang salah; apakah segala sesuatu berjalan efisien dan apakah mungkin mengadakan perbaikan kemudian.

Di dalam instruksi Presiden nomor 15 tahun 1983 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan disebutkan bahwa tujuan pengawasan adalah agar sejauh mungkin mencegah terjadinya pemborosan, kebocoran dan penyimpangan dalam penggunaan wewenang, tenaga uang, dan perlengkapan milik Negara, sehingga dapat terbina aparatur yang tertib, bersih, berwibawa, berhasil guna dan berdaya guna. b. Fungsi Pengawasan

Untuk mewujudkan tujuan pengawasan dalam melaksanakan tugas, pimpinan unit kerja melakukan tindakan untuk mengatasi bawahannya sesuai dengan fungsinya.

Menurut pendapat Abdurrachman dalam Hendro (1989 : 99) menyatakan fungsi pengawasan pada umumnya adalah untuk :

(26)

2. Memperbaiki kesalahan – kesalahan.

3. Mendinamisir organisasi serta segenap kegiatan manajemen yang lainnya. 4. Mempertebal rasa tanggung jawab.

5. Mendidik tenaga kerja.

Sedangkan menurut pendapat Nawawi dalam Hendro (1994 : 4) menyatakan fungsi pengawasan dapat dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu :

1. Fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah di bidang pengawasan dalam membantu Presiden sebagai Administrator Pemerintahan yang tertinggi dalam mengendalikan Sistem Administrasi Negara. Dengan kata lain, fungsi – fungsi pengawasan dilaksanakan oleh badan/unit kerja/organisasi yang volume dan beban kerja atau tugas pokoknya dibidang pengawasan. Pengawasan yang dilakukan oleh badan ini terhadap aparatur Pemerintah dalam melaksanakan tugas – tugas umum Pemerintahan dan pembangunan, disebut juga sebagai pengawasan dari luar.

(27)

Berdasarkan dari uraian fungsi pengawasan tersebut, maka fungsi pengawasan dalam hal ini lebih menunjukkan kegunaan atau manfaat dari pengawasan itu sendiri, yaitu sebagai salah satu dari fungsi manajemen. dengan demikian setiap atasan langsung sebagai pemimpin suatu unit kerja/organisasi dari yang tertinggi sampai yang terendah harus mampu melakukan tindakan – tindakan atau kegiatan untuk mengawasi bawahannya, agar dapat melaksanakan tugas dengan efektif.

2.2.3 Pr insip – Pr insip Pengawasan

Mengutip dari jurnal Djunita Warsita (2006 : 104), untuk memungkinkan adanya suatu sistem pengawasan yang efektif dan agar pengawasan itu dapat terarah, maka perlu dipenuhi beberapa prinsip pengawasan, yaitu sebagai berikut :

1. Obyektif dan menghasilkan fakta, pengawasan harus bersifat obyektif dan harus dapat menemukan fakta – fakta tentang pelaksanaan pekerjaan dan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

2. Berpangkal tolak dari keputusan pimpinan, untuk mengetahui dan menilai ada tidaknya kesalahan dan penyimpangan, pengawasan harus berpangkal tolak dari putusan pimpinan yang tercermin dalam :

a. tujuan yang telah ditetapkan

b. rencana kerja yang telah ditentukan

c. kebijakan dan pedoman kerja yang telah digariskan d. perintah yang telah diberikan

(28)

3. Preventif, karena pengawasan pada dasarnya adalah untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan harus efektif dan efisien, maka pengawasan harus bersifat mencegah jangan sampai terjadi kesalahan, yang semakin berkembang dan terulang lagi kesalahannya.

4. Bukan tujuan tetapi sarana, pengawasan hendaknya tidak dijadikan tujuan, tetapi sarana untuk menjamin dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi pencapaian tujuan organisasi.

5. Efisiensi pengawasan sangatlah diperlukan, dan jangan sampai malah menjadi penghambat agar pengawasan dapat berjalan secara efisien bahkan menghambat pelaksanaan pekerjaan itu sendiri.

6. Dalam pengawasan jangan mencari siapa yang salah, tetapi apa yang salah, bagaimana timbulnya sifat kesalahan itu.

7. Manajemen merupakan pengambangan manusia dan benda. Sebagai suatu fungsi manajemen, maka pengawasan harus bersifat membimbing dan mendidik supaya pelaksana atau pegawai meningkatkan kemampuannya dan dedikasinya untuk melakukan tugas – tugas yang telah ditetapkan.

2.2.4 Sifat – Sifat Pengawasan

Menurut Siagian (2003 :114) mengungkapkan ciri – ciri pengawasan dalam pelaksanaannya adalah sebagai berikut :

(29)

factor lain, seperti faktor biaya, tenaga kerja, sistem, dan prosedur kerja, struktur organisasi dan factor – factor psikologis seperti rasa dihormati, dihargai, kemajuan dalam karier, dan sebagainya.

2. Pengawasan harus bersifat preventif yang berarti bahwa proses pengawasan itu dijalankan untuk mencegah timbulnya penyimpangan – penyimpangan dan penyelewengan – penyelewengan dari rencana yang telah ditentukan.

3. Pengawasan diarahkan kepada masa sekarang yang berarti bahwa pengawasan hanya dapat ditujukan terhadap kegiatan – kegiatan yang kini sedang dilaksanakan.

4. Pengawasan hanyalah sekedar alat untuk meningkatkan efisiensi. Pengawasan tidak boleh dipandang sebagai tujuan.

5. Karena pengawsan hanya sekedar alat administrasi dan manajemen maka pelaksanaan pengawasan itu harus mempermudah tercapainya tujuan.

6. Proses pelaksanaan pengawasan harus efisien. Jangan sampai terjadi pengawasan malahan akan menghambat usaha peningkatan efisiensi.

7. Pengawasan tidak dimaksudkan untuk menentukan siapa yang salah jika ada ketidakberesan, akan tetapi untuk menemukan apa yang tidak betul.

8. Pengawasan harus bersifat membimbing agar para pelaksana meningkatkan kemampuannya untuk melakukan tugas yang ditentukan baginya.

(30)

khilaf. Manusia dalam organisasi perlu diamati, bukan dengan maksud untuk mencari kesalahannya dan kemudian menghukumnya, akan tetapi untuk mendidik dan membimbing. Hal ini kiranya sangat penting untuk diperhatikan karena para pimpinan dalam suatu organisasi sering lupa bahwa seorang pemimpin yang baik adalah seseorang yang dengan ikhlas memberikan kesempatan yang seluas – luasnya kepada para bawahannya untuk bertindak meskipun kebebasan itu mungkin berakibat pada kesalahan. Hanya saja setelah sesuatu kesalahan diperbuat adalah menjadi tugas pimpinan untuk memperbaiki kesalahan itu dengan jalan memberikan bimbingan kepada bawahannya untuk menyebabkan dia tidak lagi mengulangi berbuat kesalahan yang sama, akan tetapi berani untuk bertindak dengan resiko berbuat kesalahan yang lain.

Jika seseorang bawahan selalu diancam dengan hukuman setiap kali ia berbuat kesalahan maka bawahan yang demikian itu tidak akan berkembang karena dalam setiap tindakannya ia akan selalu dibayangi oleh rasa takut. Akibatnya ia tidak akan beranimempunyai prakarsa, takut mengambil keputusan, dan akhirnya akan kehilangan kepercayaan pada dirinya sendiri.

(31)

2.2.5 Macam Pengawasan

Untuk mengantisipasi setiap permasalahan dalam melaksanakan tugas pegawai pada unit kerja, diperlukan pengawasa yang tepat yakni berbagai macam pengawasan. Irmansyah dalam Hendro (1996 : 99) membedakan macam – macam pengawasan sebagai berikut :

1. Pengawasan Intern

Pengawasan ini kalau dalam instansi – instansi atau lembaga biasanya dilakukan oleh kepala bagian/seksi terhadap kolega kolega yang ada dibawah pimpinannya. 2. Pengawasan Ekstern

Pengawasan yang dilakukan oleh pihak luar, misalnya kepal urusan kepegawaian melakukan pengawasan terhadap seorang pegawai disalah satu seksi pada organisasi tersebut.

3. Pengawasan Formal

Pengawasan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang dan dapat dilakukan dengan cara mendadak/inspeksi mendadak, sidak.

4. Pengawasan Informal

Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, misalnya melalui surat kabar, majalah, dan media massa yang lainnya.

Berdasarkan instruksi Presiden nomor 1 tahun 1989 ditegaskan mengenai macam – macam pengawasan :

(32)

berjalan secara berdaya guna sesuai dengan rencana yang ditetapkan oleh atasan langsung masing – masing.

2. Pengawasan fungsional, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan secara fungsional baik intern maupun ekstern pemerintah yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan perundang – undangan yang berlaku. 3. Pengawasan legislatif (politik), adalah pengawasan yang dilakukan oleh lembaga

perwakilan rakyat terhadap kebijaksanaan dalam pelaksanaan tugas – tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

Menurut Nurcholis (2005 : 195) menyatakan bahwa terdapat 2 macam pengawasan, yaitu :

1. Pengawasan preventif

(33)

2. Pengawasan represif

Pengawasan represif yaitu pengawasan yang berupa penangguhan atau pembatalan terhadap kebijakan yang telah ditetapkan daerah, baik berupa Peraturan Daerah, keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD, maupun Keputusan Pimpinan DPRD dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengawasan represif berupa penangguhan atau pembatalan terhadap kebijakan daerah yang dinilai bertentangan dengan kepentingan umum, peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi, dan/atau peraturan perundang – undangan lainnya. Yang dimaksud kepentingan umum adalah kepentingan masyarakat luas yang mencakup hal – hal yang berkaitan dengan kepatutan atau kebiasaan yang berlaku di suatu daerah, seperti norma agama, adapt istiadat, budaya serta susila serta hal – hal yang yang membebani masyarakat dan menimbulkan biaya ekonomi tinggi. Yang dimaksud dengan peraturan perundang – undangan yang lebih tinggi yaitu UUD 1945, TAP MPR, Undang – Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, dan Keputusan Menteri. Sedangkan yang dimaksud dengan pertauran perundang – undangan lainnya yaitu Peraturan Daerah Provinsi dan/atau Keputusan Gubernur serta Peraturan Daerah Kabupaten/Kota atau Keputusan Bupati/Walikota yang mengatur obyek sejenis.

Menurut pendapat Handoko dalam Hendro (1992 : 362), ada tiga tipe dasar pengawasan, yaitu :

(34)

standar atau tujuan yang memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan.

2. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan, merupakan pengawasan dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui labih dahulu atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan bias dilanjutkan. 3. Pengawasan umpan balik, merupakan pengawasan untuk mengatur hasil – hasil

dari suatu kegiatn yang telah direncanakan. 2.2.6 Proses Pengawasan

Proses pengawasan merupakan suatu tindakan tertentu dan bersifat fundamental. Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwoto dalam Hendro (1994 : 100), bahwa proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan/langkah pokok tertentu yang bersifat fundamental bagi semua pengawasan, langkah – langkah tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Penentuan ukuran, pedoman buku atau standart.

2. Perbandingan antara tugas atau pekerjaan dengan ukuran (pedoman) yang telah ditentukan untuk mengetahui penyimpangan – penyimpangan yang terjadi.

3. Perbaikan atau pembetulan terhadap penyimpangan – penyimpangan yang terjadi sehingga pekerjaan tugas tadi sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

4. Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah dikerjakan.

(35)

1. Penetapan alat pengukur/standart.

Pada fase pertama, kata menetapkan bukan diidentikkan dengan menyusun atau menciptakan, namun pengawas tinggal mengambil atau menentukan diantara materi yang sudah ada, karena standart tersebut memang tidak dibuat oleh pengawas. Yang dimaksud menetapkan standart adalah tindakan pengawasan dalam menentukan suatu alat pengukur yang dipergunakan sebagai ukuran/patokan bagi pengawas untuk menilai efektifitas dari suatu pelaksanaan tugas atau untuk mengetahui apakah obyek yang diawasi dapat berjalan sesuai dengan semestinya atau tidak. Kemudian dalam menetapkan alat pengukur (standart) ini, dapat terwujud dalam tiga aspek, yaitu :

a. Rencana yang telah ditetapkan.

b. Ketentuan serta kebijaksanaan yang berlaku. c. Adanya prinsip daya guna dan berhasil guna. 2. Mengadakan penilaian/evaluasi.

(36)

a. Penilaian terhadap pelaksanaan tugas pegawai. b. Meminta laporan kepada bawahan, dan sebagainya. 3. Mengadakan tindakan perbaikan/korektif.

Pada fase ketiga ini tindakan korektif diperlukan apabila terjadi adanya penyimpangan atau kesalahan terhadap pelaksanaan tugas bawahan, maka tindakan koreksi dilakukan untuk menyelaraskan penyimpangan atau kesalahan tersebut agar sesuai dengan rencana atau tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan koreksi dapat dilakukan antara lain melalui melakukan pembetulan atau perbaikan terhadap pelaksanaan tugas yang menyalahi proses kerja, memberikan teguran ataupun sanksi kepada bawahan yang memang terbukti melakukan kesalahan. Upaya tindakan koreksi perlu memperhatikan adanya keseimbangan, kejelasan serta bersifat edukatif dan konstruktif. Hal ini untuk menghindari ketidak obyektifan ataupun memastikan semangat para bawahan.

Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas, maka proses pengawasan dapat dikatakan sebagai langkah – langkah, fase – fase, urutan – urutan dalam kegiatan dalam melakukan pengawasan, yaitu pelaksanaan mengawasi secara bertahap, tertib dan berkesinambungan.

2.2.7 Syar at – Syar at Pengawasan

Untuk menciptakan kondisi daripada pengawasan, maka diperlukan syarat-syarat daripada pengawasan :

(37)

2. Menghindarkan adanya tekanan, paksaan yang dapat menyebabkan penyimpangan dari tujuan pengawasan itu sendiri.

3. Melakukan konveksi rencana yang dapat digunakan untuk mengadakan perbaikan serta penyempurnaan rencana yang akan dating.

2.2.8 Teknik - Teknik Pengawasan

Menurut Siagian (2003 : 115) menyatakan bahwa proses pengawasan pada dasarnya dilaksanakan oleh administrasi dan manajemen dengan mempergunakan dua macam teknik, yaitu :

1. Pengawasan Langsung

Yang dimaksud dengan pengawasan langsung ialah apabila pimpinan organisasi melakukan sendiri pengawasan terhadap kegiatan yang sedang dijalankan oleh para bawahannya. Pengawasan langsung ini dapat berbentuk :

a. inspeksi langsung

b. on-the-spot observation,, dan c. on-the-spot report

Yang sekaligus berarti pengambilan keputusan on-the-spot pula jika diperlukan. Akan tetapi, karena banyaknya dan kompleksnya tugas – tugas seorang pimpinan, terutama dalam organisasi yang besar seorang pemimpin tidak mungkin dapat selalu menjalankan pengawasan langsung itu. Karena itu sering pula ia harus melakukan pengawasan yang bersifat tidak langsung.

(38)

Yang dimaksud dengan pengawasan tidak langsung adalah pengawasan dari jarak jauh. Pengawasan ini dilakukan melalui laporan yang disampaikan oleh para bawahan. Laporan itu dapat berbentuk :

a. tertulis, dan b. lisan

(39)

berjalan dengan baik apabila hanya bergantung kepada laporan saja. Karena itu pengawasan tidak langsung saja tidak cukup. Adalah bijaksana apabila pimpinan organisasi menggabungkan teknik pengawasan langsung dengan pengawasan tidak langsung dalam melakukan fungsi pengawasan tersebut.

2.2.9 Sasaran Pengawasan

Pelaksanaan fungsi pengawasan dengan baik akan memberikan sumbangan yang besar pula dalam meningkatkan efisiensi. Meskipun efisiensi merupakan sasaran akhir dari pengawasan, ada sasaran – sasaran yang perlu dicapai pula. Sasaran – sasaran itu adalah sebagai berikut :

1. Bahwa melalui pengawasan, pelaksanaan tugas – tugas yang telah ditentukan berjalan sungguh – sungguh sesuai dengan pola yang telah digariskan dalam rencana.

2. Bahwa struktur serta hierarki organisasi sesuai dengan pola yang telah ditentukan dalam rencana.

3. bahwa seseorang sungguh – sungguh ditempatkan sesuai dengan bakat, keahlian dan pendidikan, serta pengalamannya dan bahwa usaha pengembangan keterampilan bawahan dilaksanakan secara berencana, kontinyu, dan sistematis. 4. Bahwa penggunaan alat – alat disesuaikan agar sehemat mungkin.

(40)

6. Bahwa pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab didasarkan pada pertimbangan – pertimbangan yang objektif dan rasional, dan tidak atas dasar personal likes and dislikes.

7. Bahwa tidak terdapat penyimpangan dan/atau penyelewengan dalam penggunaan kekuasaan, kedudukan, dan terutama keuangan.

2.3 Per da Kota Sur abaya No. 5 Tahun 2008 Tentang Ka wasan Ter batas Mer okok 2.3.1 Ka wasan Ter batas Merokok

Dalam upaya penanggulangan bahaya akibat merokok dan agar pelaksanaannya dapat lebih efektif, efisien dan terpadu maka dikeluarkan Perda Kota Surabaya No.5 Tahun 2008 dengan tujuan :

1. Melindungi kesehatan dari bahaya akibat rokok 2. Membudayakan hidup sehat

3. Menekan perokok pemula 4. Melindungi perokok pasif

Yang termasuk ke dalam kawasan terbatas merokok dalam pasal 4 ayat (1) adalah sebagai berikut :

1. Tempat Umum a. hotel b. restoran

c. pusat perbelanjaan d. mall

(41)

f. supermarket

g. tempat umum lainnya. 2. Tempat Kerja

a. tempat kerja pada instansi Pemerintah/Pemerintah Provinsi Jawa Timur/Pemerintah Kota Surabaya.

b. tempat kerja swasta.

Pasal 4 ayat (2) setiap orang yang berada di Kawasan Terbatas Merokok dilarang merokok kecuali di tempat khusus yang telah disediakan untuk merokok. 2.3.2 Kewajiban Pimpinan Penanggung J awab Kawasan Ter batas Merokok

Pimpinan atau penanggung jawab kawasan terbatas merokok berkewajiban untuk ( pasal 5 ) :

1. Menyediakan tempat khusus untuk merokok yang terpisah dari ruangan atau area yang dinyatakan sebagai tempat dilarang merokok. Standar tempat khusus merokok ini juga telah ditetapkan dalam peraturan daerah, yaitu :

a. terpisah dari ruangan atau area yang dinyatakan sebagai tempat dilarang merokok

b. dilengkapi dengan alat penghisap udara c. memiliki sistem sirkulasi udara yang memadai

2. Membuat dan memasang tanda/petunjuk/peringatan larangan merokok dan tanda/petunjuk ruangan boleh merokok. Adapun ukuran serta tata cara pemasangannya adalah sebagai berikut :

(42)

b. warna : mencolok, sehingga mudah dilihat

c. materi : terdapat tulisan “DILARANG MEROKOK” dan “NO

SMOKING”, terdapat gambar simbol rokok menyala dicoret dalam lingkaran berwarna merah, mencantumkan sanksi bagi si pelanggar beserta dasar hukumnya.

3. Wajib memberikan teguran dan peringatan kepada setiap orang yang melakukan pelanggaran.

2.3.3 Sanksi Pidana

Dalam pasal 11 ayat 1 dijelaskan bahwa “Setiap orang yang melanggar akan dikenakan pidana kurungan paling lama 3 bulan atau denda paling banyak 50.000.000 (lima puluh juta rupiah)”.

2.4 Kerangka Ber pikir

(43)

Catatan Sipil Kota Surabaya sendiri pasti terdapat Ibu – ibu serta anak – anak maupun balita.

Untuk itu Pemerintah Kota Surabaya dengan tanggap menatap kedepan pada kualitas kesehatan masyarakatnya dengan mengeluarkan suatu peraturan daerah yang bertujuan untuk melindungi serta meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat dari bahaya akibat merokok dan untuk menekan jumlah perokok pemula. Maka dari itu telah disahkan Perda Kota Surabaya no.5 tahun 2008 tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok yang berlaku untuk setiap badan hukum dan perseorangan yang berada di dalam yurisdiksi Kota Surabaya termasuk Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya.

Melihat uraian di atas maka dipandang perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam mengenai pelaksanaan peraturan yang bertujuan mulia di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya dengan fokus yang diteliti yaitu pengawasan implementasi kawasan terbatas merokok di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya no 25 tahun 2009 tentang pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surabaya no 5 tahun 2008.

(44)

adalah orang yang karena jabatannya memimpin dan atau bertanggung jawab atas kegiatan dan usaha di kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbatas merokok.

(45)

Peraturan Walikota Surabaya no 25 tahun 2009 tentang pelaksanaan Perda Kota

Surabaya no 5 tahun 2008

Penanggung Jawab Kawasan (SKPD)

Untuk lebih jelasnya akan diuraikan dalam sebuah alur berfikir pada gambar berikut :

Gambar 1

Kerangka Berpikir

Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang

Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Terbatas Merokok

Pengawasan Langsung - Inspeksi langsung - Menegur pelanggar

Pengawasan Tidak Langsung

(46)

3.1 J enis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian diskriftif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang bersifat diskriftif adalah bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta dan karakteristik objek dan subjek yang diteliti (seseorang, lembaga, masyarakat, pabrik, dan lain – lain) secara tepat.

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan maksud ingin memperoleh gambaran tentang Pengawasan tentang kawasan tanpa rokok dan kawasan terbatas merokok di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya. Menurut Creswell (2003), pendekatan kualitatif adalah pendekatan untuk membangun pernyataan pengetahuan berdasarkan perspektif-konstruktif (misalnya, makna-makna yang bersumber dari pengalaman individu, nilai-nilai sosial dan sejarah, dengan tujuan untuk membangun teori atau pola pengetahuan tertentu), atau berdasarkan perspektif partisipatori (misalnya: orientasi terhadap politik, isu, kolaborasi, atau perubahan), atau keduanya.

(47)

termasuk kedalam kawasan tanpa rokok adalah tempat – tempat umum seperti angkutan umum, tempat belajar mengajar, rumah sakit, tempat bermain anak – anak. Yang kedua yaitu kawasan terbatas merokok, merupakan sebuah kawasan yang diperbolehkan untuk merokok tetapi pada tempat khusus yang telah disediakan (ruangan khusus merokok).

3.2 Fokus Penelitian

Penentuan fokus penelitian diperlukan dalam membantu pelaksanaan penelitian, jika fokus penelitian ditentukan secara tepat sesuai dengan tujuan dan masalah penelitian, maka penelitian yang dilakukan akan terarah dan berhasil dengan baik.

(48)

Penelitian kualitatif menggunakan variabel mandiri tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel penelitian adalah Pengawasan Kawasan Terbatas Merokok di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus, yaitu bagaimana Pengawasan tentang Kawasan Terbatas Merokok di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya), yang dilakukan melalui :

1. Pengawasan Langsung Terhadap Kawasan Terbatas Merokok

Penanggung jawab kawasan terbatas merokok berkewajiban untuk melakukan pengawasan secara langsung terhadap SKPD yang dipimpinnya tersebut, agar dapat melaksanakan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Yang menjadi sasaran kajian pada fokus ini adalah :

a. Inspeksi Langsung b. Menegur Pelanggar

2. Pengawasan Tidak Langsung Terhadap Kawasan Terbatas Merokok

Penanggung jawab kawasan dalam melaksanakan pengawasan tidak harus selalu dengan terjun langsung di lapangan, akan tetapi juga dapat melalui pihak ketiga atau laporan dari para bawahan.

3.3 Lokasi Penelitian dan Situs Penelitian

(49)

Surabaya. Sedangkan situs penelitian adalah menunjukkan dimana sebenarnya peneliti dapat menangkap keadaan dari objek yang akan diteliti, sehingga keakuratan data yang diperlukan dapat diperoleh. Sesuai dengan permasalahan penelitian dan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui Pengawasan tentang Kawasan Terbatas Merokok di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya, maka situs penelitian ini adalah pada Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :

a. Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya merupakan instansi Pemerintah yang terkait secara langsung dengan fungsi pemerintahan dalam kaitannya dengan Perda yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Surabaya.

b. Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya merupakan salah satu Dinas paling sering dikunjungi oleh masyarakat terkait masalah kependudukan. Tak terbatas oleh usia, mulai balita hingga lanjut usia dapat ditemui dalam Kantor tersebut.

3.4 Sumber dan J enis Data

(50)

lain. Adapun sumber data yang diperoleh peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Informan kunci (key person)

Informan kunci, dimana pemilihannya secara purposive sampling dan diseleksi melalui teknik snow ball sampling yang didasarkan atas subyek yang menguasai permasalahan, memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar – benar relevan dan kompeten dengan masalah penelitian yaitu berupa data keterangan, cerita atau kata – kata yang bermakna. Sehingga data yang diperoleh dapat digunakan untuk membangun teori, oleh sebab itu dalam penelitian ini yang akan menjadi informan adalah yang berada di lingkungan Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya yaitu : Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya, staff bidang – bidang, maupun pengunjung sebagai bagian dalam lingkungan Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya dan informan dari instansi terkait yaitu pegawai Satpol PP dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

2. Tempat dan Peristiwa

(51)

3. Dokumen

Dokumen sebagai sumber data yang lain yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain meliputi : Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008, Peraturan Walikota Surabaya no 25 tahun 2009, foto – foto hasil observasi peneliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena pada hakekatnya, penelitian adalah pencarian data yang nantinya akan dianalisa dan diinterpretasikan. Dalam penelitian kualitatif, sumber data yang utama adalah kata – kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen.

Dalam rangkaian pengumpulan data penelitian ini ada 3 (tiga) proses kegiatan yang dilakukan, yaitu :

1. Proses memasuki lokasi penelitian (getting in)

(52)

Jawa Timur sebagai surat tembusan kepada lembaga – lembaga maupun dinas – dinas di Kota Surabaya yang terkait dengan fokus penelitian. 2. Ketika berada di lokasi penelitian (getting along)

Pada tahap ini peneliti melakukan wawancara maupun observasi untuk mencari informasi yang lengkap dan tepat serta menagkap intisari dari informasi dan fenomena yang diperoleh tentang pengawasan implementasi kebijakan Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan terbatas merokok di lingkungan Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya.

3. Teknik pengumpulan data

Setelah kedua langkah di atas maka peneliti melakukan pengumpulan data, dimana teknik yang digunakan adalah :

a. Wawancara / interview

Merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui wawancara atau tanya jawab secara langsung dengan informan mengenai pengawasan implementasi kebijakan Perda Kota Surabaya no 5 tahun 2008 tentang kawasan terbatas merokok di lingkungan Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya

b. Observasi

(53)

meninggalkan lokasi penelitian. Peneliti mengamati langsung baik kepada petugas keamanan, staff, maupun seluruh pengunjung yang ada di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya. 3.6 Analisa Data

Analisa data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah karena dengan analisis data tersebut maka dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian serta dasar dalam mendeskripsikan peristiwa, situasi, maupun konsepsi sebagai suatu data pada obyek yang sedang diteliti. Analisa data kualitatif sebagaimana yang diungkapkan oleh Sanifah Faisal dalam Syahrul (1999 : 256), terdiri dari tiga kegiatan, yaitu :

1. Reduksi data merupakan suatu kegiatan untuk merangkum, mengikhtiar, atau menyeleksi data yang terekam dari hasil wawancara, observasi atau dari sejumlah dokumen yang masing – masing dimasukkan ke dalam kategori tertentu.

2. Display data adalah penyajian data kedalam sejumlah kategori yang sesuai dan akhirnya akan memudahkan dalam ranngka menuturkan, mnyimpulkan, dan menginterpretasikan data. Selain itu display data juga berfungsi sebagai daftar yang bisa secara cepat menunjukkan cakupan data yang telah dikumpulkan. Penyajian data dalam penelitian ini memuat berupa gambaran umum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya dan penyajian data fokus penelitian.

(54)

pengertiannya. Langkah – langkah selanjutnya adalah memberikan penafsiran atau interpretasi data yang telah diperoleh terutama data ini langsung akan menggambarkan pandangan peneliti sesuai dengan pemahaman terhadap teori hasil kepustakaan yang relevan.

Proses analisa data secara interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk skema sebagai berikut :

Gambar 2

Analisa Model Interaktif Menurut Miles dan Huberman

Pengumpulan Data

Kesimpulan / Verifikasi

Reduksi Data Penyajian Data

(55)

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Lokasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sur abaya

Dinas Kependudukan dan Kantor Catatan Sipil Surabaya terletak di Jl. Manyar Kertoarjo No. 6 Surabaya.

4.1.2. Sejarah Singkat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sur abaya Sejarah Dinas Pendaftaran penduduk dan kantor Catatn Sipil di Pemerintah Kota Surabaya, berakhir dengan dilaksanakannya OTODA (Otonomi Daaerah) sesuai

dengan Undang – Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah ( Lembaran Negara tahun 1999 nomor 60, tambahan lembaran Negara 3635 ) junto.

Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang organisasi perangkat daerah, junto Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1998 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintah di bidang penyelenggaraan pendaftaran penduduk kepada daerah, dengan aturan-aturan tersebut di atas maka lahirlah dinas baru dengan nama “DINAS

PENDAFTARAN PENDUDUK DAN PENCATATAN SIPIL KOTA

SURABAYA”. Dinas baru tersebut dibentuk dengan peraturan daerah Nomor 3 tahun 2001 tentang Organisasi Dinas Kota Daerah, khususnya pada bagian ke-15, pasal 18 tentang Dinas Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil.

(56)

kantor Catatan Sipil adalah Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 1983 tentang penataan dan peningkatan pembinaan dan penyelenggaraan catatan sipil. Dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1998 tentang penyerahan sebagian urusan pemerintahan di bidang penyelengaraan pendaftaran penduduk kepada daerah. Khusus pasal 15, disebutkan bahwa dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka:

1. Keputusan Presiden Nomor 52 tahun 1977 tentang pendaftaran penduduk dan 2. Keputusan Presiden Nomor 12 tahun 1983 tentang penataan dan peningkatan

pembinaan penyelenggaraan catatan sipil dinyatakan tidak berlaku.

Jadi sumber hukum dari Dinas Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil Kota Surabaya terakhir adalah Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1998 dan Peraturan Daerah Nomor 3 tahun 2000 tentang penyelenggaraan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dan Peraturan Pemerintah Nomr 3 tahun 2001 tentang Organisasi Dinas Kota Surabaya. Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1998 tersebut menjelaskan pelimpahan sebagian urusan pemerintahan di bidang pendaftaran penduduk kepada daerah tingkat II, antara lain:

1. Penerbitan Kartu Keluarga (KK)

2. Penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP) 3. Penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK) 4. Penerbitan Akta Kelahiran

(57)

7. Penerbitan Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak yang telah memperoleh putusan PN yang mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

8. Mutasi penduduk

9. Pengelolaan data penduduk 10.Penyuluhan

4.1.3. Visi dan Misi 4.1.3.1. Visi

"PELAYANAN PRIMA MENUJU TERTIB ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN TAHUN 2011”

4.1.3.2. Misi

1. Mewujudkan Pelayanan Administrasi Kependudukan dan Informasi Cepat, Tepat, Mudah, Murah dan Transparan.

2. Mendekatkan Pelayanan Masyarakat di bidang Administrasi Kependudukan 3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia di Bidang Pelayanan

Administrasi Kependudukan

4. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Melalui Sosialisasi dan Pembinaan di Bidang Administrasi Kependudukan

(58)

Meningkatkan minat bertransmigrasi.

4.1.4. Str uktur Or ganisasi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sur abaya

Struktur organisasi di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya terdiri dari :

1. Kepala Dinas, mempunyai tugas memimpin, melakukan koordinasi, pemantauan, dan pengawasan dalam penyelenggaraan kegiatan Dinas.

2. Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di bidang kesekretariatan yang meliputi :

a. Sub Bag Umum dan Kepegawaian. b. Sub Bag Keuangan.

3. Bidang Pendaftaran Penduduk mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di bidang pendaftaran penduduk yang meliputi :

a. Seksi Mutasi WNI dan Orang Asing. b. Seksi Fasilitas Kependudukan.

4. Bidang Perencanaan dan Perkembangan Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di bidang perencanaan dan perkembangan kependudukan yang meliputi :

a. Seksi Perencanaan Kependudukan.

(59)

5. Bidang Pencatatan Sipil mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di bidang pencatatan sipil yang meliputi :

a. Seksi Kelahiran, Pengakuan Anak dan Kematian. b. Seksi Perkawinan, Pengesahan Anak dan Perceraian.

6. Bidang Data dan Informasi melaksanakan sebagian tugas Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil di bidang data dan informasi yang meliputi :

a. Seksi Pengolahan dan Penyimpanan Data. b. Seksi Pelayanan Informasi.

(60)
(61)

4.1.5. Tugas Pokok dan Fungsi Or ganisasi

Adapun tugas pokok dan fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

1. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya memiliki tugas melaksanakan sebagian urusan pemerintahan bidang :

- Kependudukan dan Catatan Sipil

- Bidang otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan persandian.

2. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya memiliki fungsi sebagai berikut :

- Perumusan kebijakan teknis dibidang kependudukan dan catatan sipil. - Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum.

- Pembinaan dan pelaksanaan tugas sebagaimana terdapat dalam tugas pokok Dinas.

- Pengelolaan ketatausahaan Dinas.

- Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

(62)

1. Sekretariat

a. Pelaksanaan koordinasi penyusunan rencana program, anggaran dan laporan dinas.

b. Pelaksanaan pembinaan organisasi dan ketatalaksanaan. c. Pengelolaan administrasi kepegawaian.

d. Pengelolaan surat – menyurat, dokumentasi, rumah tangga Dinas, kearsipan dan perpustakaan.

e. Pemeliharaan rutin gedung dan perlengkapan/peralatan kantor.

f. Penyelenggaraan pelayanan pendaftaran penduduk dalam sistem administrasi kependudukan skala kota.

g. Penyelenggaraan pe;ayanan pencatatan sipil dalam sistem administrasi kependudukan skala kota.

2. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang umum dan kepegawaian.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang umum dan kepegawaian.

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang umum dan kepegawaian.

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang umum dan kepegawaian.

(63)

f. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3. Sub Bagian Keuangan

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang keuangan.

b. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain dibidang keuangan.

c. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian di bidang keuangan. d. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.

e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4. Bidang Pendaftaran Penduduk

a. Penetapann kebijakan pendaftaran penduduk skala kota.

b. Pelaksanaan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pendaftaran penduduk skala kota.

c. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan pendaftaran penduduk skala kota. d. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan penduduk skala kota. e. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia pengelola pendaftaran f. penduduk skala kota.

(64)

5. Seksi Mutasi WNI dan Orang Asing

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang mutasi WNI dan orang asing.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang mutasi WNI dan orang asing.

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang mutasi WNI dan orang asing.

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian di bidang mutasi WNI dan orang asing.

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan laporan pelaksanaan tugas. 6. Seksi Fasilitasi Kependudukan

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang fasilitasi kependudukan.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang fasilitasi kependudukan.

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang fasilitasi kependudukan.

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang fasilitasi kependudukan.

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. 7. Bidang Perencanaan dan Perkembangan Kependudukan

(65)

b. Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria penyelenggaraan pengendalian kuantitas, pengembangan kualitas, pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk skala kota.

c. Pelaksanaan kebijakan pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas persebaran penduduk, perlindungan penduduk dalam konteks pembangunan berwawasan kependudukan skala kota.

d. Pembuatan analisis pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas persebaran penduduk dan perlindungan penduduk serta pembangunan berwawasan kependudukan.

e. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama antar daerah dalam pelaksanaan kebijakan pengendalian kuantitas penduduk, pengembangan kualitas penduduk, pengarahan mobilitas persebaran penduduk, perlindungan penduduk serta pembangunan berwawasan kependudukan.

8. Seksi Perencanaan Kependudukan

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang perencanaa kependudukan.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang perencanaan kependudukan.

(66)

d. Menyiapkan bahan penngawasan dan pengendalian bidang perencanaan kependudukan.

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. 9. Seksi Perkembangan dan Pengendalian Kependudukan

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang perkembangan dan pengendalian kependudukan.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang perkembangan dan pengendalian kependudukan.

c. Menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan instansi dan lembaga lain bidang perkembangan dan pengendalian kependudukan.

d. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang perkembangan dan pengawasan kependudukan.

e. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. 10. Bidang Pencataan Sipil

a. Penetapan kebijakan pencatatan sipil skala kota.

b. Pelaksanaan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pencatatan sipil skala kota.

c. Pelaksanaan koordinasi penyelenggaraan pencatatan sipil skala kota.

d. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pencatatan sipil skala kota.

(67)

11. Seksi Kelahiran, Pengakuan Anak dan Kematian

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang kelahiran, pengakuan anak dan kematian.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang kelahiran, pengakuan anak dan kematian.

c. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang kelahiran, pengakuan anak dan kematian.

d. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. 12. Seksi Perkawinan, Pengesahan Anak dan Perceraian

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang perkawinan, pengesahan anak dan perceraian.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaanrencana program dan petunjuk teknis di bidang perkawinan, pengesahan anak dan perceraian.

c. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang perkawinan, pengesahan anak dan perceraian.

13. Bidang Data dan Informasi

a. Pencatatan dan pemutakhiran biodata penduduk serta penerbitan Nomor Induk Kependudukan (NIK)

b. Penetapan kebijakan pengelolaan informasi administrasi kependudukan skala kota.

(68)

e. Pembangunan bank data kependudukan kota.

f. Pembangunan tempat perekaman data kependudukan di kecamatan. g. Penyajian data kependudukan.

14. Seksi Pegolahan dan Penyimpanan Data

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pengolahan dan penyimpanan data.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pengolahan dan penyimpanan data.

c. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang pengolahan dan penyimpanan data.

d. Menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas. 15. Seksi Pelayanan Informasi

a. Menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pelayanan informasi.

b. Menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pelayanan informasi.

c. Menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang pelayanan informasi.

(69)

4.1.6. Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sur abaya

Adapun jumlah pegawai pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya adalah sebanyak 84 orang dengan perincian tabel ditinjau dari jenis kelamin, tingkat penduidikan, dan golongan / pangkat adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sur abaya Ber dasar kan J enis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah ( Orang ) Presentase (%)

1. Laki – Laki 45 53,57

2. Perempuan 39 46,43

Total 84 100,00

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya Tahun 2011

(70)

Tabel 2

Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sur abaya Ber dasar kan Tingkat Pendidikan

No. Tingkat Pendidikan Jumlah ( Orang ) Presentase (%)

1. Sarjana Strata 2 (S2) 6 7,14

2. Sarjana Strata 1 (S1) 35 41,66

3. Diploma 3 (D3) 2 2,39

4. SLTA 36 42,85

5. SLTP 2 2,39

6. SD 3 3,57

Total 84 100,00

Sumber :Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya Tahun 2011

(71)

Tabel 3

Komposisi Pegawai Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Sur abaya Ber dasar kan Pangkat dan Golongan

No. Pangkat Golongan Jumlah ( Orang ) Presentase (%)

1. Pembina Muda Tingkat I IV / b 1 1,19

2. Pembina Muda IV / a 3 3,57

3. Penata Tingkat I III / d 15 17,85

4. Penata III / c 10 11,9

5. Penata Muda Tingkat I III / b 11 13,1

6. Penata Muda III / a 8 9,52

7. Pengatur Tingkat I II / d 8 9,52

8. Pengatur II / c 3 3,6

9. Pengatur Muda II / a 22 26,2

10. Juru Tingkat I I / d 1 1,19

11. Juru I / c 1 1,19

12. Juru Muda I / a 1 1,19

Total 84 100,00

Sumber :Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya Tahun 2011

(72)

selain lebih diutamakan lulusan Sarjana, banyak lulusan SLTA yang telah mencapai golongan III.

Tabel 4

Sar ana dan Pr asarana

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Kondisi

1. Kendaraan roda 4 2 Baik

2. Kendaraan roda 2 14 Baik

3. Komputer 25 Baik

4. Laptop 1 Bai

Gambar

Gambar 1
Gambar 2
Tabel 1
Tabel 2
+3

Referensi

Dokumen terkait

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan pemilihan umum, menjelaskan bahwa Pemilihan Umum yang selanjutnya diseebut pemilu

Sapi potong atau sapi pedaging merupakan salah satu ternak ruminansia besar yang menghasilkan produk utama yaitu daging, daging sapi potong digunakan sebagai

Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat, taufiq dan hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat

Sektor jasa-jasa mampu menyerap lapangan kerja yang cukup besar setelah sektor Perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini termasuk didalamnya adalah jasa TKI. Namun demikian

prototype pintu geser otomatis yang diaplikasikan sebagai akses masuk laboratorium serta dipadukan dengan sistem multi akses kartu mahasiswa dimana dalam sistem ini

After conducting classroom action research of enhancing students‟ competence in writing descriptive text using problem based learning at the seventh grade of students

Hasil belajar belajar siswa terhadap palajaran kimia sangat rendah sekali dengan mengatakan pelajaran kimia itu sulit dan susah untuk dimengerti, sehingga

Design, Pembuatan dan Kalibrasi Rotating Shaft Balance (Efek Slipstream Propeller Terhadap Karakteristik Aerodinamika Pesawat Udara R80 Prediksi & Pengujian – Tahun Kedua)