• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Sikap Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) MELALUI MODEL PEMBELAJARAN VALUE CLARIFICATION TECHNIQUE (VCT)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sikap Rasa Ingin Tahu

a. Pengertian Pendidikan Karakter

Kata “character” berasal dari bahasa Yunani charassein, yang berarti to engrave (melukis, menggambar). Berakar dari pengertian seperti itu, character kemudian diartikan sebagai tanda atau ciri yang khusus dan melahirkan suatu pandangan bahwa karakter adalah pola perilaku yang bersifat individual keadaan moral seseorang. Seseorang memiliki karakter setelah melewati tahap anak-anak. Karakter seseorang berkaitan dengan perilaku yang ada di sekitar dirinya. Pengertian pendidikan karakter yaitu berbagai usaha yang dilakukan oleh para personil sekolah, yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja supaya memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab. (Daryanto, 2013:63-64).

(2)

Menurut Aunillah (2011:18) pendidikan karekter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-nilai karakter pada peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan, kesadaran, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan maupun bangsa sehingga akan terwujud insan kamil. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu upaya yang dilakukan guru untuk menanamkan nilai-nilai moral, nilai karakter, komponen pendidikan kepada siswa yang bertujuan agar siswa berpendirian teguh dan bertanggung jawab.

b. Fungsi Pendidikan Karakter

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional dalam Samani dan Hariyanto (2012:9) bahwa pendidikan karakter berfungsi sebagai berikut :

1) Mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik.

2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultur. 3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetetif dalam pergaulan

dunia.

(3)

manusia yang berkarakter, sehingga dapat menjalankan perannya di masyarakat dengan lebih bertanggung jawab.

c. Sikap Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu merupakan salah satu karakter yang ada dalam pendidikan karakter di Indonesia. Ketika Individu memiliki rasa ingin tahu, maka ia memiliki motivasi utama untuk melakukan suatu kegiatan. Konon mobil sekarang banyak dimanfaatkan oleh manusia berawal dari rasa ingin tahu penemunya.

Mustari (2011:104) berpendapat bahwa kuriositas (rasa ingin tahu) merupakan emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti eksplorasi, investigasi dan belajar. Dalam hal ini, rasa ingin tahu dapat diartikan sebagai sikap dan tindakan dalam diri seseorang yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih dalam terhadap apa yang dipelajari, dilihat maupun yang didengar oleh seseorang. Sikap rasa ingin tahu yang dimiliki seseorang akan mendorong ia untuk tidak menerima segala informasi yang diberikan begitu saja. Ia akan berusaha mencari informasi tambahan sampai ia merasa bahwa segala pertanyaan yang ada dalam dirinya telah menemukan jawaban.

(4)

tersampaikan dengan baik. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa rasa ingin tahu merupakan motivasi utama bagi siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara maksimal.

d. Indikator Sikap Rasa Ingin Tahu

Sikap yang ditunjukkan seseorang dianggap sebagai cerminan dari karakter seseorang tersebut, sehingga ketika kita ingin mengetahui karakter seseorang, kita dapat mengetahuinya dengan cara mengamati sikap mereka. Karakter rasa ingin tahu yang ada pada siswa dapat kita ketahui melalui sikap yang mereka tunjukkan saat pembelajaran berlangsung. Daryanto dan Darmiatun (2012:41) menyebutkan indikator keberhasilan pendidikan karakter rasa ingin tahu adalah :

1) Bertanya atau membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait dengan pelajaran.

2) Membaca atau mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi.

3) Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, politik, teknologi yang baru didengar.

4) Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran, tetapi di luar yang dibahas di kelas.

(5)

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai peserta didik. Menurut Slameto (2010:2) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013:127) belajar merupakan proses dari perkembangan hidup manusia. Melalui belajar manusia melakukan perubahan-perubahan kualitatif individu, sehingga tingkah lakunya dapat berkembang. Aktivitas dan prestasi hidup yang dilakukan manusia merupakan hasil dari belajar. Belajar bukan hanya melalui pengalaman, namun belajar merupakan suatu proses. Sehingga belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan berbagai aspek untuk mencapai suatu tujuan.

Berdasarkan pengertian belajar yang dikemukukan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan manusia untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

b. Prinsip-Prinsip Belajar

(6)

dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Menurut Slameto (2010:27) prinsip-prinsip belajar tersebut antara lain sebagai berikut :

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a) Pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa diusahakan untuk aktif dan ikut berpartisipasi, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi

yang kuat kepada siswa untuk mencapai tujuan instruksional. c) Belajar memerlukan lingkungan yang menantang, agar siswa

dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d) Belajar memerlukan adanya interaksi antara siswa dengan

lingkungannya.

2) Berdasarkan hakikat belajar

a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus bertahap menurut perkembangannya.

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery.

(7)

3) Berdasarkan materi/bahan yang harus dipelajari

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materinya harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

4) Berdasarkan syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat

belajar dengan tenang.

b) Pada saat proses pembelajaran perlu adanya ulangan berkali-kali agar mengerti dengan materi apa yang telah diberikan guru. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang calon guru harus memahami prinsip-prinsip belajar tersebut agar ketika melakukan pembelajaran dapat mengarahkan siswa untuk belajar secara maksimal sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Prestasi Belajar

Kata “prestasi” berasal dari Bahasa Belanda yaitu prestatie dan

(8)

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi

keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.

3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan. 4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)

peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan, karena peserta didik yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran.

(9)

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang mempengaruhinya, baik dari dalam (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2013:138) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain sebagai berikut :

1. Faktor Jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya pengliahatan, pendengaran, struktur tubuh. 2. Faktor Psikologis

a) Faktor Intelektif, meliputi :

1) Faktor Potensial yaitu kecerdasan dan bakat.

2) Faktor Kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki. b) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian, seperti

sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.

3. Faktor kematangan fisik maupun psikis a) Faktor Sosial

b) Faktor Budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim.

(10)

3. Pembelajaran IPS

a. Pengertian Pembelajaran IPS

Pembelajaran di Sekolah Dasar (SD) merupakan pondasi utama pendidikan bagi siswa. Materi yang disajikan dalam jenjang pendidikan ini juga disesuaikan dengan tahap perkembangan siswa. IPS sebagai mata pelajaran yang disajikanpun masih berupa materi sederhana yang berupa pemahaman tentang kehidupan sosial sehari-hari.

Menurut Soemantri dalam Sapriya (2011:11) Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaiora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujan pendidikan. Trianto (2010:171) IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

Pendapat lain dikemukakan oleh Sumaatmadja (1980:9) bahwa IPS merupakan disiplin ilmu yang tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuanya, melainkan lebih ditekankan pada segi praktisnya. Pembelajaran IPS menekankan kepada siswa untuk mempelajari, menelaah, mengkaji gejala dan masalah sosial yang bobotnya disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh.

(11)

disiplin ilmu tersebut yang menjadikan IPS mempunyai cakupan materi yang sangat luas. Pembelajaran IPS berkenaan dengan cara manusia untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya, seperti kebutuhan materi, budaya, kejiwaan, pemanfaatan sumber daya dan pengaturan pemerintahan demi mencapai kemakmuran.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Setiap proses pembelajaran yang dilakukan pasti memiiki tujuan yang ingin dicapai. Hal ini juga berlaku dalam pembelajaran IPS. Menurut Trianto (2010:176-177) tujuan utama Ilmu Pengetahuan Sosial ialah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila program-program pembelajaran IPS di sekolah diorganisasikan secara baik. Dari rumusan tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

(12)

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun masyarakat.

6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

8) Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya “to pprepare students to be well-functioning citizens in a democratic society” dan mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan pada setiap persoalan yang dihadapinya.

9) Menekankan perasaan, emosi dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi Pembelajaran IPS yang diberikan.

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2007:18) Mata Pelajaran IPS bertujuan agar didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

(13)

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin yahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat, baik tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujauan pembelajaran IPS di SD adalah membekali siswa sebagai persiapan menjadi warga masyarakat yang mampu menyerasikan kehidupannya dan mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya.

c.Ruang Lingkup

Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2007:18) ruang lingkup Mata Pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Manusia, tempat dan lingkungan 2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan 3) Sistem sosial dan budaya

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

d. Materi

(14)

mempertahankan kemerdekaan” dengan standar kompetensi dan

kompetensi dasar sebagai berikut : 1. Standar Kompetensi :

Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

2. Kompetensi Dasar :

Menghargai perjuangan tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Berdasarkan SK dn KD tersebut peneliti mengambil sub bab

materi tentang “Pertempuran-pertempuran dalam mempertahankan

kemerdekaan” sebagai materi yang akan digunakan dalam penelitian ini.

4. Model VCT (Value Clarification Technique) Tipe Percontohan

a. Pengertian Model VCT

(15)

Menurut Sanjaya dalam Taniredja (2012:87-88) Teknik Mengklarifikasi Nilai (Value Clarification Technique) atau yang disingkat VCT merupakan teknik pengajaran untuk membantu siswa dalam menentukan suatu nilai yang dianggap baik dalam menghadapi suatu persoalan melalui proses menganalisis nilai yang sudah ada dan tertanam dalam diri siswa. Menurut Soekamto (1997:29) model VCT sangat tepat digunakan pada mata pelajaran atau mata kuliah yang lebih menitikberatkan pada ranah afektif. Proses belajar dengan mengikutsertakan emosi dan perasaan akan memberikan hasil yang lebih baik.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa VCT merupakan model pembelajaran yang cocok digunakan saat guru ingin mengeksplor ranah afektif siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran.

b. Prinsip-prinsip VCT

(16)

1. Penanaman nilai dan pengubahan sikap dipengaruhi beberapa faktor, antara lain faktor potensi diri, kepekaan emosi/intelektual dan faktor lingkungan.

2. Sikap dan perubahan sikap dipengaruhi oleh stimulus yang diterima siswa dan kekuatan nilai yang telah tertanan atau dimiliki pada diri siswa.

3. Nilai, moral dan norma dipengaruhi oleh faktor perkembangan, sehingga guru harus mempertimbangkan tingkat perkembangan moral dari setiap siswa. Tingkat perkembangan moral untuk siswa dipengaruhi oleh usia dan pengaruh lingkungan terutama lingkungan sosial.

4. Pengubahan sikap dan nilai memerlukan keterampilan mengklarifikasi nilai/sikap secara rasional, sehingga dalam diri siswa muncul kesadaran diri.

5. Pengubahan nilai memerlukan keterbukaan.

c. Model VCT Tipe Percontohan

Model VCT Tipe Percontohan merupakan salah satu dari model VCT yang dapat melibatkan emosi siswa. VCT Tipe Percontohan dipilih karena model pembelajaran ini melibatkan dan mengikutsertakan perasaan siswa. Melalui tayangan video, siswa difasilitasi agar mampu menggambarkan dan seolah-olah ikut mengalami kejadian atau peristiwa sejarah di masa lampau. Materi “Menghargai perjuangan para tokoh

(17)

akan sangat menarik apabila dikemas menggunakan model pembelajaran ini. Siswa akan menyaksikan tayangan video tentang “perjuangan bangsa

untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia” dan guru memberikan

feedback berupa pertanyaan-pertanyaan yang melibatkan unsur emosi siswa.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Model VCT Tipe Percontohan

Sebagai sebuah model pembelajaran, VCT Tipe Percontohan tentu memiliki langkah-langkah yang sistematis dalam penerapannya dalam pembelajaran. Menurut Djariri (1985:61-62) langkah-langkah pembelajaran VCT model percontohan ialah sebagai berikut:

1. Mencari/membuat stimulus berupa contoh keadaan/perbuatan yang memuat nilai-nilai kontras sesuai dengan topik/tema/target pelajaran. Rakitlah dalam bentuk ceritera yang mampu menyeret perasaan kejiwaan anak dan menyentuh hati nuraninya (sesuaikan isi dengan PB dan materi kita).

2. Kegiatan Belajar-Mengajar :

a. Melontarkan stimulus melaui pembacaan oleh guru/siswa

b. Memberikan kesempatan beberapa saat anak berdialog sendiri atau dengan sesama.

(18)

c.1. Secara individual

c.2. Kelompok dan terakhir secara klasikal.

(KBM sub c masih mengenai pencarian masalah/kasus yang tidak layak sampai dicapai kesepakatan fokus masalah pembahasan). d. Fase KBM menentukan argument dan klarifikasi pendirian (juga

melalui pertanyaan guru dan bersifat individual, kelompok/klasikal).

e. Fase pembahasan/pembuktian argumen (di sini sudah mulai

ditanamkan jarum target nilai guru/pelajaran dan konsep sesuai materi pelajaran).

f. Fase penyimpulan (bias mulai dari kelompok atau langsung klasikal. Dan pada akhirnya guru memberikan kesimpulan dan membelokkan tanggapan siswa ke dalam konsep/materi pelajaran) dst.

Langkah-langkah di atas dapat disesuaikan dengan mata pelajaran serta kondisi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal.

e.Kelebihan VCT

(19)

1) Mampu membina dan menanamkan nilai dan moral pada ranah internal side.

2) Mampu mengklasifikasi atau menggali dan mengungkapkan isi peran materi yang disampaikan akan memudahkan bagi guru untuk menyampaikan makna atau pesan nilai/moral.

3) Mampu mengklasifikasi dan menilai kualitas nilai moral diri siswa, melihat nilai yang ada pada orang lain dan memahami nilai moral yang ada dalam kehidupan nyata.

4) Mampu mengundang, melibatkan, membian dan mengembangkan potensi siswa, terutama mengembangkan potensi sikap.

5) Mampu memberikan sejumlah pengalaman belajar dari berbagai kehidupan.

e) Kelemahan-kelemahan VCT

Semua model pembelajaran selain memiliki kelebihan juga memiliki kelemahan. Menurut Iru dan Arihi (2012:85) VCT memiliki beberapa kelemahan, diantarnya sebagai berikut :

(20)

2) Sistem nilai dimiliki dan tertanam pada guru/dosen, peserta didik dan masyarakat yang kurang atau tidak baku dapat mengganggu tercapainya target nilai baku yang akan dicapai/nilai etik.

3) Sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru/dosen dalam mengajar terutama memerlukan kemampuan/keterampilan bertanya tingkat tinggi yang mampu mengungkap dan menggali nilai yang ada dalam diri peserta didik.

4) Memerlukan kreativitas guru/dosen dalam menggunakan media yang tersedia di lingkungan terutama yang actual dan faktual, sehingga dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.

f) Cara Mengatasi Kelemahan VCT

Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh model VCT dapat diatasi melalui berbagai cara yang dapat dilakukan oleh guru supaya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Menurut Iru dan Arihi (2012:85) cara untuk mengatasi beberapa kelemahan VCT, diantarnya sebagai berikut :

1) Guru/dosen berlatih dan memiliki keterampilan mengajar sesuai standar kompetensi guru/dosen. Pengalaman guru/dosen yang berulang kali menggunakan VCT akan memberikan pengalaman yang sangat berharga karena memunculkan model-model VCT yang merupakan modifikasi sesuai kemampuan dan kreativitas guru/dosen.

(21)

terjadi dan ada di sekitar peserta didik, menyesuaikan dengan hari besar nasional atau mengaitkan dengan program yang sedang dilaksanakan pemerintah.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian eksperimen oleh Ni LUh Gede Paramita Hervinovira (2014) tentang Pengaruh Model Pembelajaran VCT Berbantuan Lengkap Cerita Mahabarata terhadap Nilai Kartakter Siswa diketahui menyatakan bahwa pembelajaran VCT memiliki pengaruh terhadap nilai karakter siswa. Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian yang akan dilaksanakan oleh peneliti. Letak persamaanya yaitu penelitian ini sama-sama menggunakan model pembelajaran VCT yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa serta peningkatan karakter siswa. Perbedaan penelitian terletak pada jenis penelitan dan model VCT yang digunakan. Jika penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dengan model VCT Berbantuan Lengkap, peneliti akan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas dengan model VCT Percontohan. Hasil penelitian eksperimen tersebut juga menjadi salah satu rujukan dan pertimbangan dalam pemilihan alternative model penelitian yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini.

C.Kerangka Pikir

(22)

ceramah. Kurangnya variasi metode pembelajaran yang digunakan guru menjadikan siswa merasa bosan dan kurang antusias pada pembelajaran yang disajikan oleh guru. Sikap antusias siswa yang kurang tersebut berakibat pada menurunnya rasa ingin tahu siswa. Pada kondisi tersebut siswa kurang mampu menghafal dan memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga siswa kurang dapat menangkap materi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil refleksi dan evaluasi yang dilakukan guru terhadap hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) pada mata pelajaran IPS. Menurut guru kelas lima di SD Negeri Margasana, dari 29 siswa hanya 8 siswa yang memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) IPS yakni di atas 62.

Peneliti akan melakukan penelitian mengenai penggunaan Model VCT Percontohan terhadap peningkatan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi “Menghargai

para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan” di kelas lima. VCT (Value

Clarification Technique) Percontohan dipilih karena model pembelajaran ini melibatkan dan mengikutsertakan perasaan siswa. Melalui tayangan video, siswa difasilitasi agar mampu menggambarkan dan seolah-olah ikut mengalami kejadian atau peristiwa sejarah di masa lampau. Materi “Menghargai

perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan” mencakup

(23)

emosi siswa sehingga diharapkan dapat memunculkan rasa ingin tahu siswa dan materi dapat diterima dengan baik oleh siswa.

Prestasi belajar berupa aspek kognitif dan afektif. Penilaian aspek kognitif dapat dilakukan dengan tes tertulis, sedangkan aspek afektif yang akan diteliti adalah sikap rasa ingin tahu siswa yang akan dinilai dengan menggunakan angket dan lembar observasi.

Kondisi Awal Tindakan Kondisi Akhir

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian

D.Hipotesis Tindakan

Dengan penggunaan model VCT tipe Percontohan dapat meningkatkan sikap rasa ingin tahu dan prestasi belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi “Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan” di

kelas V.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh kebiasaan sarapan terhadap tingkat pengetahuan, status gizi dan kemampuan daya ingat anak Sekolah Dasar Lamper

Selain terdapat pada objek penelitian, penelitian tersebut bertujuan untuk pembuatan aplikasi dan apakah dengan menggunakan software (dibuat dengan Microsoft Access 2000

Perlakuan penambahan emulsifier (ovalett) dengan konsentrasi yang terlalu tinggi yaitu 33g menyebabkan penurunan nilai overrun, dan melting rate tetapi meningkatkan nilai

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perubahan fisik, kimia, dan mikrobiologi yang terjadi pada srimping (Amusium cristatum) dengan

[r]

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui karakteristik fisik dan kimia adonan kukus yang meliputi kandungan amilosa, viskositas, dan tekstur, serta kestabilan

Puji syukur atas kasih dan karuniaNya yang telah dilimpahkan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Disiplin, Keterampilan, Dan Bakat

Hasil dari penelitian ini adalah pada uji kadar air tidak ada beda nyata baik antara perlakuan fermentasi spontan selama 1 minggu dan fermentasi non spontan selama 1 minggu dan