• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PERCOBAAN USU TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PERCOBAAN USU TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT SKRIPSI"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PERCOBAAN USU TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT. SKRIPSI. OLEH :. RICHAD ELVIAN NAINGGOLAN 130301222 AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018. Universitas Sumatera Utara.

(2) EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN PERCOBAAN USU TAMBUNAN A KECAMATAN SALAPIAN KABUPATEN LANGKAT. SKRIPSI. OLEH :. RICHAD ELVIAN NAINGGOLAN 130301222 AGROTEKNOLOGI – ILMU TANAH. Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2018. Universitas Sumatera Utara.

(3) Judul. Nama NIM Program Studi Minat Studi. : Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Percobaan USU Tambunaan A, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat : Richad Elvian Nainggolan : 130301222 : Agroteknologi : Ilmu Tanah. Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing. Ketua. Anggota. (Ir. Purba Marpaung S.U) NIP. 195402051980011003. (Dr. Mariani Sembiring SP., MP) NIP. 197406102008122002. Mengetahui: Ketua Program Studi Agroteknologi. (Dr. Ir. Sarifuddin, MP.) NIP.196509031993031014. Universitas Sumatera Utara.

(4) ABSTRACT Richad Elvian Nainggolan “Evaluation of Land Suitability for Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) In Experimental Garden of USU Tambunan A Salapian Sub-district of Langkat Regency”. The aim of thi research was to determine the suitability of the land at the experimental garden of USU Tambunan A for oil palm (Elaeis guineensis Jacq.) and the remedial efforts that’s needed to be done. This research was conducted from May 2017 to January 2018. Based on land type map, slope map and elevation map, 5 land area maps and 5 soil profiles represented the drilling location and soil samples P1, P2, P3, P4 and P5 (3031’0” LU to 96017’14.50”BT) at a depth of 0-30 cm and 31-60 cm. The method used was matching method by matching the climate data, field data and laboratory analysis data with land suitability classification criteria for oil palm plant by Djaenuddin et al, 2011 so that actual land suitability can be found. The results showed that the grade for oil palm plantation in SPL 1 was marginal / S3 (wa), (rc), (nr) with water availability limitation factor was rainfall, rooting medium was soil texture (surface) and nutrient retention was pH H2O, (SPL) 2 actual land suitability class was marginal correspond / S3 (wa) with water availability limitation factor was rainfall, (SPL) 3 actual land suitability class was marginal / S3 (wa), (eh) water availability was rainfall and erosion hazard was slope and erosion level (SPL) 4 actual land suitability class was less suitability / N (eh) with erosion hazard limiting factor was slope and erosion hazard level and (SPL) 5 class the actual land suitability was marginal / S3 (wa), (rc) with water availability limitation factor was rainfall and rooting medium was soil texture (surface).. Keywords ; land suitability, oil palm, land survey. i Universitas Sumatera Utara.

(5) ABSTRAK Richad Elvian Nainggolan “Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian lahan di kebun percobaan USU Tambunan A untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan upaya perbaikan yang perlu dilakukan. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2017 sampai dengan Januari 2018. Berdasarkan peta jenis tanah, peta kemiringan lereng dan peta ketinggian tempat didapat lima satuan peta lahan dan 5 profil tanah yang mewakili lokasi pengeboran dan contoh tanah P1, P2, P3, P4 dan P5 (3031’0” LU sampai 96017’14.50”BT) pada kedalaman 0-30 cm dan 31-60 cm. Adapun metode yang digunakan yaitu metode matching dengan mencocokkan data iklim, data lapangan dan data analisis laboratorium dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit oleh Djaenuddin et al, 2011 sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas untuk tanaman kelapa sawit pada SPL 1 adalah sesuai marginal / S3 (wa), (rc), (nr) dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan, media perakaran yaitu tekstur tanah (permukaan) dan retensi hara yaitu pH H2O, (SPL) 2 kelas kesesuaian lahan aktual adalah sesuai marginal / S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan, (SPL) 3 kelas kesesuaian lahan aktual adalah sesuai marginal / S3 (wa), (eh) dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan dan bahaya erosi yaitu kemiringan lereng dan tingkat bahaya erosi, (SPL) 4 kelas kesesuaian lahan aktual adalah kurang sesuai / N (eh) dengan faktor pembatas bahaya erosi yaitu kemiringan lerang dan tingkat bahaya erosi dan (SPL) 5 kelas kesesuaian lahan aktual adalah sesuai marginal / S3 (wa), (rc) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah hujan dan media perakaran yaitu tekstur tanah (permukaan).. Kata kunci ; kesesuaian lahan, kelapa sawit, survey tanah. ii Universitas Sumatera Utara.

(6) RIWAYAT HIDUP Penulis lahir di LBN Saragi pada tanggal 20 Agustus 1995 anak dari Bapak Pardomuan Stepanus Nainggolan dan Ibu Rumi Romana Siallagan. Penulis merupakan putra ke 3 dari 7 bersaudara. Tahun 2007 penulis lulus dari SD N 176381 Sangkal. kemudian. melanjutkan. sekolah. di. SMP. swasta. BUDI. MULIA. PANGURURAN serta lulus pada tahun 2010. Penulis kemudian melanjutkan sekolah di SMA N 1 SIMANINDO dan lulus pada tahun 2013. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk perguruan tinggi negeri melalui jalur SBMPTN di Universitas Sumatera Utara (USU). Penulis memilih jurusan Agroteknologi dan minat ilmu tanah. Penulis mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III kebun Si Sumut pada tahun 2016. Penulis melaksanakan penelitian di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. Selama mengikuti perkuliahan di Agroteknologi penulis juga ikut aktif dalam berbagai organisasi kampus. Penulis aktif dalam pengurus organisasi GmnI Fakultas Pertanian dan sejajaran serta anggota dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Agroteknologi.. iii Universitas Sumatera Utara.

(7) KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul penelitian adalah “Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat membuat skripsi di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada orang tua yang telah memberikan banyak kasih sayang serta perhatian kepada saya yaitu ayah Pardomuan Nainggolan dan Ibu Rumi Romana Siallagan serta saudara-saudara saya. Penulis sangat berterima kasih kepada Ir. Purba Marpaung S.U. selaku ketua komisi pembimbing dan Dr. Mariani Sembiring SP, MP selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumber referensi yang berguna bagi kita semua.. Medan,. September 2018. Penulis iv Universitas Sumatera Utara.

(8) DAFTAR ISI ABSTRACT .......................................................................................................... i. ABSTRAK ............................................................................................................ ii. RIWAYAT HIDUP .............................................................................................. iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv DAFTAR ISI ......................................................................................................... v. DAFTAR TABEL ................................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... ix. PENDAHULUAN Latar Belakang ......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 2 Kegunaan Penelitian ................................................................................ 2 TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah ............................................................................................ 3 Evaluasi Kesesuaian Lahan ...................................................................... 4 Karakteristik Lahan .................................................................................. 7 Faktor Tanah ............................................................................................ 7 Drainase Tanah ............................................................................... 7 Bahaya Banjir ................................................................................. 10 Bahaya Erosi ................................................................................... 11 Sifat Fisik Tanah ...................................................................................... 12 Kedalaman Tanah ........................................................................... 12 Tekstur Tanah ................................................................................. 12 Bahan Kasar .................................................................................... 13 Sifat Kimia Tanah .................................................................................... 13 Kapasitas Tukar Kation .................................................................. 13 Kejenuhan Basa .............................................................................. 14 pH Tanah ........................................................................................ 14 C-Organik Tanah ............................................................................ 16 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) ................................... 17 Syarat Tumbuh ......................................................................................... 18 Keadaan Umum Daerah Penelitian ........................................................................ 20 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................. 23 v Universitas Sumatera Utara.

(9) Bahan dan Alat Penelitian ........................................................................ 23 Metode Penelitian .................................................................................... 23 Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 24 Tahap Persiapan .............................................................................. 24 Tahap Kegiatan di Lapangan .......................................................... 24 Tahap Analisis Di Laboratorium .................................................... 25 Tahap Pengolahan Data .................................................................. 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ........................................................................................................ 26 Pembahasan .............................................................................................. 34 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .............................................................................................. 37 Saran ........................................................................................................ 37 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 38 LAMPIRAN ........................................................................................................... 41. vi Universitas Sumatera Utara.

(10) DAFTAR TABEL No. Hal. 1.. Kelas Bahaya Banjir. 10. 2.. Tingkat Bahaya Erosi. 11. 3.. Rata-Rata Curah Hujan Dan Suhu Udara Daerah Penelitian 2006-2017. 25. 4.. Kesesuaian lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 1. 40. Kesesuaian lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 2. 40. Kesesuaian lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 3. 40. Kesesuaian lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 4. 40. Kesesuaian lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 5. 40. 5.. 6.. 7.. 8.. vii Universitas Sumatera Utara.

(11) DAFTAR GAMBAR No. 1.. 2.. Hal Peta Hasil Kesesuaian Lahan Aktual untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacg.). 43. Peta Hasil Kesesuaian Lahan Potensiall untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacg.). 43. viii Universitas Sumatera Utara.

(12) DAFTAR LAMPIRAN No. 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacg.) 2.. Hal 38. Jenis Usaha Perbaikan Karakteristrik Lahan Aktual (saat Ini) Untuk Menjadi Potensial Menurut Tingkat Pengelolaannya. 39. 3.. Hasil Analisis Tanah Di Laboratorium. 40. 4.. Data Iklim Dan Curah Hujan Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 40. Data Iklim Dan Kelembapan Udara Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 41. Data Iklim Dan Suhu Udara Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 41. Deskripsi Pofil Dengan Satuan Peta Lahan 1 Kelerengan 0-3% Di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 42. 8. Deskripsi Profil Dengan Satuan Peta Lahan 2 Kelerengan 4-8% Di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 43. 9. Deskripsi Profil Dengan Satuan Peta Lahan 3 Kelerengan 16-25% Di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 44. 10. Deskripsi Profil Dengan Satuan Peta Lahan IV Kelerengan 25-45% Di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 45. 11. Deskripsi Profil Dengan Satuan Peta Lahan V Kelerengan 9-15% Di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 46. 12. Rekapitulasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacg.). 12. 13. Data Tekstur Tanah. 13. 5.. 6.. 7.. ix Universitas Sumatera Utara.

(13) 14. Data Tingkat Bahaya Erosi Berdasrakan (Deskriptif). Pengamatan Lapangan 14. 15. Peta Administrasi Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 15. 16. Peta Jenis Tanah Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 16. 17. Peta Ketinggian Tempat Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 17. 18. Peta Kemiringan Lereng Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat 19. Satuan Peta Lahan Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat 20. Peta Pengambilan Sampel Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat. 18 19. 20. x Universitas Sumatera Utara.

(14) 1. PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) memiliki arti sangat penting dalam pembangunan perkebunan nasional melalui sektor perkebunan dimana selain dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang luas yang akan berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat juga sebagai sumber. devisa.. Produksi kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan sebanyak 30.948.931 ton dengan estimasi total luas lahan 11.444.408 Ha (Ditjenbun, 2015). Penggunaan suatu lahan agar optimal memerlukan keterkaitan dengan karakteristik dan kualitas lahannya. Hal tersebut disebabkan adanya keterbatasan dalam penggunaan lahan sesuai dengan karakteristik dan kualitas. lahannya.. Produktivitas suatu lahan dapat ditentukan berdasarkan status kesuburan tanah serta faktor pengelolannya bila dihubungkan dengan pemanfaatan lahan secara lestari dan berkesinambungan (Djaenudin et al., 2011). Tanah yang umum digunakan dalam budidaya tanaman kelapa sawit adalah tanah mineral, hal ini dikarenakan tanah mineral merupakan bagian tanah yang subur dan unsur haranya cukup tersedia. Dalam mendukung penentuan lahan yang di gunakan dalam budidaya kelapa sawit perlu dilakukan evaluasi terhadap kesesuaian lahan. Evaluasi kesesuaian lahan ini pada dasarnya di gunakan untuk mengetahui tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan tertentu (Ritung et al., 2007). Dalam studi kesesuaian lahan tersebut dapat dibedakan antara kesesuaian lahan aktual dan lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan berdasarkan data sifat biofisik tanah atau sumber daya lahan sebelum lahan. Universitas Sumatera Utara.

(15) 2. tersebut diberikan masukan-masukan yang diperlukan untuk mengatasi kendala. Kesesuaian lahan potensial menggambarkan kesesuaian lahan yang akan dicapai apabila dilakukan usaha-usaha perbaikan. Lahan yang dievaluasi dapat berupa hutan konversi, lahan terlantar atau tidak produktif, atau lahan pertanian yang produktivitasnya kurang memuaskan tetapi masih memungkinkan untuk dapat ditingkatkan bila komoditasnya diganti dengan tanaman yang lebih sesuai (Ritung et al., 2007). Lahan yang dikelola oleh USU yang ditanami kelapa sawit terdapat 23 Ha lahan yang sedang di remajakan. Tanaman kelapa sawit tersebut tidak berproduksi sehingga perlu dilakukan peremajaan. Karena itu untuk menjawab permasalahan tersebut perlu dilakukan studi evaluasi kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit (Elaeis gineensis Jacq.) di kebun percobaan USU Tambunan A, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat serta upaya perbaikan yang perlu dilakukan untuk memperbaharui tingkat faktor pembatas pada lahan tersebut. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelas kesesuaian lahan di kebun percobaan USU Tambunan A untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan upaya perbaikan yang perlu dilakukan. Kegunaan Penulisan Sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan tentang evaluasi kesesuaian lahan untuk kelapa sawit di kebun percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat.. Universitas Sumatera Utara.

(16) 3. TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek pengembangan wilayah. Makin banyak informasi yang diperoleh dari pelaksanaan survei pada skala yang besar akan memberikan manfaat yang lebih besar tergantung dengan pelaksanaan survei yang dilakukan (Hakim et al., 1986). Survei dan pemetaan tanah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dan saling memberi maanfaat bagi peningkatan kegunaannya. Kegiatan survei dan pemetaan tanah menghasilkan laporan dan peta. Laporan survei berisikan uraian secara terperinci tentang tujuan survei, keadaan fisik dan lingkungan lokasi survei, keadaan tanah, klasifikasi dan interpretasi kemampuan lahan serta saran/rekomendasi (Sutanto, 2005). Tujuan utama survei tanah adalah (1) membuat semua informasi spesifik yang penting tentang tiap – tiap macam tanah terhadap penggunaannya dan sifat – sifat lainnya sehingga dapat di tentukan pengelolaannya, (2) menyajikan uraian satuan peta sedemikian rupa sehingga dapat di interpretasikan oleh orang – orang yang memerlukan fakta–fakta yang mendasar tentang tanah (Rayes, 2007). Beberapa sistem survei tanah yaitu: 1. Sistem grid dilakukan pada lahan yang datar atau peta dasar kurang lengkap. 2. Sistem bebas dilakukan bila peta dasar dan data penunjang lengkap berdasarkan hasil interpretasi foto udara dan atas dasar land system.. Universitas Sumatera Utara.

(17) 4. 3. Sistem. sistematik. dilakukan. bila. serupa. dengan. pengamatannya tidak sama jauh serta peta dasar. grid. tetapi. jarak. dan data penunjangnya. lengkap. 4. Sistem bebas sistematik dilakukan untuk mengatasi kekurangan waktu pengamatan di lapangan, peta dasar dan data penunjang lengkap serta berdasarkan hasil interpretasi foto udara. (Abdullah, 1993). Interpretasi hasil survei tanah bagi pengembang sampai saat ini meliputi : 1. Pendugaan potensi produksi jenis tanaman utama pada setiap tipe tanah di bawah tingkat pengelolaan tertentu. 2. Kebutuhan masukan (input) bagi setiap jenis tanaman, yakni sebesar input yang perlu bagi setiap level produksi yang diinginkan atau setiap tipe tanah tertentu. 3. Kemungkinan perubahan perilaku setiap tipe tanah akibat irigasi. 4. Kemungkinan pembuatan drainase buatan. 5. Pendugaan respon terhadap penggunaan pupuk dan kapur yang banyak dikonsumsi oleh sifat-sifat tanah yang permanen berdasarkan tingkat kesuburan yang ditunjukkan oleh uji tanah (Hakim et al., 1986). Evaluasi Kesesuaian Lahan Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaan tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe pengunaan lahan yang akan diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas lahan yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini, maka akan diketahui. Universitas Sumatera Utara.

(18) 5. potensi lahan atau kelas kesesuaian/kemampuan lahan untuk tipe pengunaan lahan tersebut (Hardjowigeno, 2007). Kesesuaian lahan suatu wilayah untuk satu pengembangan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat kimia dan fisik lingkungan yang mencakup iklim, tanah, topografi, batuan dipermukaan dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Jika sifat fisik potensial dikembangkan untuk komoditas tersebut, maka penggunaan tertentu dengan mempertimbangkan berbagai asumsi akan mampu memberi hasil sesuai dengan yang diinginkan (Djaenudin et al., 2003). Dalam Penelitian Simanjuntak (2015) yang menyatakan karakteristrik curah hujan yang tinggi dapat dilakukan perbaikan dari tingkat pengolahan rendah dan tinggi seperti pembuatan saluran irigasi/pengairan. Struktur klasifikasi kesesuaian lahan dikenal 4 kategori yaitu dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah. Terdapat empat kategori, yaitu: 1. Ordo : Mencerminkan macam kesesuaian 2. Kelas : Mencerminkan tingkat kesesuaian dalam ordo 3. Sub kelas : Mencerminkan macam pembatas/macam perbaikan yang perlu 4. Unit : Mencerminkan perbedaan kecil dalam pengelolaan pada sub kelas Ordo : Menggambarkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan lahan yang dipilih. Terdapat dua ordo yaitu: 1. Sesuai (S) : Lahan dapat digunakan secara lestari untuk suatu tujuan penggunaan tertentu tanpa atau dengan sedikit kerusakan terhadap. Universitas Sumatera Utara.

(19) 6. sumberdaya alamnya, keuntungan memuaskan setelah diperhitungkan masukan yang diberikan. 2. Tidak Sesuai (N) : Lahan memiliki pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah penggunaannya untuk tujuan tertentu. Pertimbangan yang dipakai: a. Penggunaan lahan secara teknis tidak memungkinkan (irigasi, lereng) b. Ekonomis, input yang diberikan jauh lebih besar dibanding output. (Siswanto, 2006). Dalam penelitian kelas kesesuaian lahan menurut Ritung (2007) digolongkan atas dasar kelas-kelas kesesuaian lahan sebagai berikut : Kelas S1 : Sangat sesuai: Lahan tidak mempunyai faktor pembatas yang berarti atau nyata terhadap penggunaan secara berkelanjutan, atau faktor pembatas bersifat minor dan tidak akan berpengaruh terhadap produktivitas lahan secara nyata. Kelas S2 : Cukup sesuai: Lahan mempunyai faktor pembatas, dan faktor pembatas ini. akan berpengaruh terhadap. produktivitasnya, memerlukan. tambahan masukan. Pembatas tersebut biasanya dapat diatasi oleh petani sendiri. Kelas S3 : Sesuai marginal: Lahan mempunyai faktor pembatas yang berat, dan faktor. pembatas. ini. akan. sangat. berpengaruh. terhadap. produktivitasnya, memerlukan tambahan masukan yang lebih banyak daripada lahan yang tergolong S2. Untuk mengatasi faktor pembatas pada S3 memerlukan modal tinggi, sehingga perlu adanya bantuan atau campur tangan (intervensi) pemerintah atau pihak swasta.. Universitas Sumatera Utara.

(20) 7. Kelas N : Lahan yang tidak sesuai karena mempunyai faktor pembatas yang sangat berat atau sulit diatasi. Karakteristik Lahan Karakteristik lahan adalah sifat-sifat lahan yang dapat diukur atau di estimasi. Sifat sifat lahan yang dapat kita estimasi untuk keperluan pertanian antara lain; tanah, iklim, topografi dan formasi geologi, vegetasi, dan sosial ekonomi. Setiap satuan peta lahan yang dihasilkan dari kegiatan survei dan pemetaan sumber daya lahan, karakteristiknya dirinci dan di uraikan yang mencakup keadaan lingkungan fisik dan tanahnya. Data ini digunakan untuk interprestasi dan evaluasi lahan. Dari data lengkap yang diperoleh melalui survei atau penelitian tanah dilapangan maka dapatlah dibuat kelas kesesuaian lahan (Sastrohartono, 2011). Faktor Tanah Drainase Tanah Parameter kondisi drainase perlu dicatat dalam kaitannya untuk penentuan klasifikasi baik kemampuan maupun kesesuaian lahan. Parameter ini dibutuhkan mengingat pengaruhnya yang besar pada pertumbuhan tanaman. Keterkaitan parameter ini dengan parameter fisik lainnya cukup besar. Dalam penelitian Cibro (2012) diketahui dari pembukaan profil tanah dimana pada kedalaman > 25 cm terdapat gley sehingga drainasenya dikategorikan adalah terhambat. Pada daerah aluvial biasanya mempunyai drainase yang relatif jelek daripada pada daerah miring. Namun demikian pada lereng bukit yang bentuknya kompleks, dimungkinkan adanya cekungan atau dataran di sepanjang lereng tersebut, sehingga kondisi drainase di cekungan maupun dataran di lereng akan berbeda. Universitas Sumatera Utara.

(21) 8. dengan kondisi drainase umum di lereng tersebut. Kondisi drainase pada lahan dengan batuan induk kapur akan berbeda dengan batuan vulkanik, karena kapur dapat meloloskan air, sedangkan batuan induk vulkanik umumnya didominasi oleh tekstur halus yang sulit dilalui air (Siswanto, 2006). Kelas drainase tanah dibedakan dalam 7 kelas sebagai berikut: 0. Sangat terhambat (very poorly drained), tanah dengan konduktivitas hidrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat rendah, tanah basah secara permanen dan tergenang untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) permanen sampai pada lapisan permukaan. 1. Terhambat (poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah untuk waktu yang cukup lama sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah mempunyai warna gley (reduksi) dan bercak atau karatan besi dan/atau mangan sedikit pada lapisan sampai permukaan. 2. Agak terhambat (somewhat poorly drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik agak rendah dan daya menahan air rendah sampai sangat rendah, tanah basah sampai ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk padi sawah dan sebagian kecil tanaman lainnya. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 25 cm.. Universitas Sumatera Utara.

(22) 9. 3. Agak baik (moderately well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 50 cm. 4. Baik (well drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan. Tanah demikian cocok untuk berbagai tanaman. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan/atau mangan serta warna gley (reduksi) pada lapisan sampai ≥ 100 cm. 5. Agak cepat (somewhat excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian hanya cocok untuk sebagian tanaman kalau tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). 6. Cepat (excessively drained), tanah mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi sampai sangat tinggi dan daya menahan air rendah. Tanah demikian tidak cocok untuk tanaman tanpa irigasi. Ciri yang dapat diketahui di lapangan, yaitu tanah berwarna homogen tanpa bercak atau karatan besi dan aluminium serta warna gley (reduksi). (Djaenudin et al., 2011). Cara keluarnya atau cara mengeluarkan air lebih dari tanah dapat melalui permukaan tanah berupa aliran permukaan atau melalui aliran ke bawah di dalam. Universitas Sumatera Utara.

(23) 10. profil tanah. Jika air lebih tersebut terdapat terutama di atas permukaan tanah dan pembuangannya melalui permukaan tanah, maka proses pembuangannya dikenal sebagai drainase permukaan (Arsyad, 2010). Bahaya Banjir Banjir ditetapkan sebagai kombinasi pengaruh dari: kedalaman banjir (X) dan lamanya banjir (Y). Kedua data tersebut dapat diperoleh melalui wawancara dengan penduduk setempat lapangan. Bahaya banjir dengan simbol Fx,y. Dimana x adalah simbol kedalaman air genangan, dan y adalah lamanya banjir (Ritung et al., 2007). Tabel 1. Kelas Bahaya Banjir Simbol. Kedalaman Banjir (x) (cm). F0 F1. Kelas Bahaya Banjir Tidak Ada Ringan. Dapat Diabaikan <25 25 – 50 50 – 150. Lama Banjir (y) (bulan/tahun) Dapat Diabaikan <1 <1 <1. F2. Sedang. F3. Agak Berat. F4. Berat. <25 25 – 50 50 - 150 >150 <25 25 – 50 50 – 150 <25 25 – 50 50 – 150 >150 >150 >150. 1–3 1–3 1–3 <1 3–6 3–6 3–6 >6 >6 >6 1–3 3–6 >6. Sumber : (Ritung et al., 2007).. Universitas Sumatera Utara.

(24) 11. Bahaya Erosi Erosi adalah proses dua tahap yang terdiri dari pelepasan partikel individu dari massa tanah dan mengangkut mereka karena disebabkan oleh air dan angin. Ketika energi yang cukup tidak lagi tersedia untuk mengangkut partikel fase ketiga, pengendapan terjadi. Keparahan erosi tergantung pada jumlah bahan penyebab erosi yang dilepaskan dan kekuatan mengangkutnya yang menyebabkan longsor (Morgan, 1986). Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan keadaan lapangan, yaitu dengan cara memperhatikan adanya erosi lembar permukaan (sheet erosion), erosi alur (reel erosion), dan erosi parit (gully erosion). Pendekatan lain untuk memprediksi tingkat bahaya erosi yang relatif lebih mudah dilakukan adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang (rata-rata) pertahun, dibandingkan tanah yang tidak tererosi yang dicirikan oleh masih adanya horizon A. Horizon A biasanya dicirikan oleh warna gelap karena relatif mengandung bahan organik yang cukup banyak (Djaenuddin et al., 2011). Permasalahan kemiringan lereng dapat dilakukan usaha perbaikan dengan beberapa cara, yaitu pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman sejajar kontur, dan penanaman tanaman penutup tanah (Munthe, 2017). Universitas Sumatera Utara.

(25) 12. Tabel 2. Tingkat Bahaya Erosi Tingkat bahaya erosi. Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun). Sangat Ringan (sr). < 0,15. Ringan (r). 0,15 - 0,9. Sedang (s). 0,9 - 1,8. Berat (b). 1,8 - 4,8. Sangat Berat (sb). > 4,8. Sumber : (Djaenudin et al., 2011). Sifat Fisik Tanah Kedalaman Tanah Kedalaman tanah efektif adalah kedalaman tanah yang baik bagi pertumbuhan akar tanaman, yaitu sampai pada lapisan yang tidak dapat ditembus oleh akar tanaman. Lapisan tersebut dapat berupa kontak lithik, lapisan keras, padat liat, padas rapuh atau lapisan phlintit (Rayes, 2007). Kedalaman tanah dibedakan menjadi : - Sangat dangkal : < 20 cm - Dangkal : 20 – 50 cm - Sedang : 50 – 75 cm - Dalam : > 75 cm (Djaenudin et al., 2003). Tekstur Tanah Definisi tekstur menurut USDA adalah perbandingan relatif antara partikel tanah yang terdiri atas fraksi lempung, debu, dan pasir. Tekstur tanah bersifat permanen/tidak mudah diubah dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat. Universitas Sumatera Utara.

(26) 13. tanah yang lain seperti struktur, konsistensi, kelengasan tanah, permeabilitas tanah, run off, daya infiltrasi, dan lain-lain (Sutanto, 2005). Dalam penelitian Ferdinan (2013) karakteristrik sifat fisik suatu tanah sperti sifat tekstur tanah dipermukaan tidak dapat dilakukan usaha perbaikan. Tekstur tanah dibagi atas 12 kelas yaitu pasir (sandy), pasir berlempung (loam sandy), lempung berpasir (sandy loam), lempung liat berpasir (sandy-clay loam), lempung liat berdebu (sandy-silt loam), lempung berliat (clay loam), lempung berdebu (silty loam), debu (silt), liat berpasir (sandy-clay), liat berdebu (silty-clay), liat (clay). Suatu tanah dikatakan bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85 % pasir, bertekstur debu apabila berkadar minimal 80 % debu dan bertekstur liat apabila berkadar minimal 40 % liat (Hanafiah, 2005).. Dalam. Suripin (2001) yang menyatakan bahwa tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, yaitu berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Untuk penentuan klasifikasi kemampuan lahan, tekstur lapisan atas tanah (0-30 cm) dan lapisan bawah (30-60 cm) dikelompokkan sebagai berikut; (t1) tanah bertekstur halus meliputi liat berpasir, liat berdebu, liat. (t2) tanah bertekstur agak halus meliputi lempung liat berpasir, lempung berliat, dan lempung liat berdebu. (t3) tanah bertekstur sedang meliputi lempung, lempung berdebu, dan berdebu. (t4) tanah bertekstur agak kasar meliputi lempung berpasir, lempung berpasir halus, dan lempung berpasir sangat halus. (t5) tanah bertekstur kasar meliputi pasir berlempung dan pasir (Arsyad, 2010).. Universitas Sumatera Utara.

(27) 14. Bahan Kasar Bahan kasar adalah merupakan modifier tekstur yang ditentukan oleh jumlah persentasi kerikil, kerakal, atau batuan pada setiap lapisan tanah, dibedakan menjadi: Sedikit : < 15% Sedang : 15 - 35% Banyak : 35 - 60% Sangat banyak : > 60% (Djaenudin et al., 2011). Sifat Kimia Tanah Kapasitas Tukar Kation Kapasitas tukar kation merupakan ukuran kemampuan suatu koloid untuk mengadsorbsi dan mempertukarkan kation. Kation ini dapat didefenisikan pula sebagai ukuran kuantitas kation, dan segera dapat dipertukarkan dan yang menetralkan muatan negatif tanah. Jadi penetapan KTK merupakan pengukuran jumlah total muatan negatif per unit berat bahan (Mukhlis et al., 2011). Nilai KTK suatu tanah dipengaruhi oleh sifat dan jumlah fraksi liat dan bahan organik disamping pH larutan pengekstrasinya. Tanah yang bertekstur halus mempunyai nilai KTK nisbi lebih besar dari pada yang bertekstur kasar. Demikian juga tanah yang banyak mengandung mineral liat tipe 2 : 1, mempunyai nilai KTK yang lebih besar dari pada tanah yang mengandung mineral liat tipe 1 : 1. Umumnya nilai KTK mineral liat tipe 1 : 1 berkisar antara 10 – 20 me/100g; tipe 2 : 1 berkisar antara 40 – 80 me/100 g; dan koloid organik mempunyai nilai. Universitas Sumatera Utara.

(28) 15. KTK antara 100 – 200 me/100 g atau lebih besar dari nilai tersebut (Damanik et al., 2010). Kejenuhan Basa Kejenuhan basa merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan KTK. Terdapat juga korelasi positif antara % kejenuhan basa dan pH tanah. Umumnya, terlihat bahwa kejenuhan basa tinggi jika pH tanah tinggi. Dalam penelitian Samuel (2013) sifat kejenuhan basa yang tinggi dapat diperbaiki dengan penambahan pupuk dan bahan organik. Kejenuhan basa sering dianggap sebagai petunjuk tingkat kesuburan tanah. Kemudian pelepasan kation terjerap untuk tanaman tergantung pada tingkat kejenuhan basa. Suatu tanah dianggap sangat subur jika kejenuhan basanya ≥ 80%, berkesuburan sedang jika kejenuhan basanya antara 50 dan 80%, dan tidak subur jika kejenuhan basanya. ≤ 50%. (Tan, 1998). pH Tanah pH tanah didefenisikan sebagai kemasaman atau kebasaan relatif suatu bahan. Skala pH mencakup dari nilai 0 (nol) hingga 14. Nilai pH 7 dikatakan netral. Dibawah nilai pH 7 dikatakan asam, sedangkan diatas 7 dikatakan basa (Winarso, 2005). Penentuan pH tanah dalam klasifikasi dan pemetaan tanah diperlukan untuk menaksir lanjut tidaknya perkembangan tanah, respon tanah terhadap pemupukan, kebutuhan kapur dan lain-lainnya. Penentuan pH tanah dapat dikerjakan secara ekeltrometrik dan kolorimetrik. Pengukuran pH tanah di lapang biasanya digunakan cara yang sederhana yaitu dengan lakmus atau pH stick (Mega et al., 2010). Dalam penelitian Barus (2015) sifat pH tanah yang. Universitas Sumatera Utara.

(29) 16. tinggi dapat diperbaiki dengan pengapurann yang bertujuan dapat menurunkan tingkat kemasaman tanah. Kemasaman tanah (pH) dapat dikelompokkan sebagai berikut : pH < 4,5 (sangat masam) pH 4,5 – 5,5 (masam) pH 5,6 – 6,5 (agak masam) pH 6,6 – 7,5 (netral) pH 7,6 – 8,5 (agak alkalis) pH > 8,5 (alkalis) (Arsyad, 2010). C-Organik Tanah Bahan organik memainkan banyak peran penting di dalam tanah. Karena bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa tumbuhan, bahan organik tanah pada mulanya mengandung semua hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman. Bahan organik itu sendiri mempengaruhi struktur tanah dan cenderung untuk menaikkan kondisi fisik yang dikehendaki (Foth, 1998). Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas pertukaran kation (KPK). Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap KPK tanah. Sekitar 20 – 70 % kapasitas pertukaran tanah pada umumnya bersumber pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan organik dengan KTK tanah (Atmojo, 2003).. Universitas Sumatera Utara.

(30) 17. Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Menurut Setyamidjaja (2006), sistematika dari tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angioepermae, Kelas: Monocotyledoneae, Ordo: Palmales, Famili: Palmaceae, Genus: Elaeis, Spesies: Elaeis guineensis Jacq. Menurut Risza (1994) menambahkan bahwa perakaran tanaman kelapa sawit terdiri dari akar primer, sekunder, tertier dan kuartier. Akar-akar primer pada umumnya tumbuh ke bawah, sedangkan akar sekunder, tertier dan kuartier arah tumbuhnya mendatar dan ke bawah. Akar kuartier berfungsi menyerap unsur hara dan air dari dalam tanah. Akar-akar kelapa sawit banyak berkembang di lapisan tanah atas sampai lebih kurang satu meter dan kebawah makin sedikit. Karena kelapa sawit termasuk tanaman monokotil, maka batangnya tidak memiliki kambium dan pada umumnya tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter antara 20-75 cm atau tergantung pada keadaan lingkungan. Selama beberapa tahun minimal 12 tahun, batang tertutup rapat oleh pelepah daun. Tinggi batang bertambah kira-kira 75 cm/tahun, tetapi dalam kondisi yang sesuai dapat mencapai 100 cm/tahun. Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang daun sejajar. Pangkal pelepah mempunyai duri-duri dan bulu-bulu halus sampai kasar. Pemisahan daun dimulai dari bahagian tengah dan kemudian menuju ke pinggir. Panjang daun dewasa. kira-kira. 3-5. m. dengan. jumlah. anak. daun. 160-260. helai. (Setyamidjaja, 2006). Pembungaan kelapa sawit termasuk monocius artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama.. Universitas Sumatera Utara.

(31) 18. Namun kadang-kadang dijumpai juga dalam satu tandan bunga jantan dan bunga betina. Bunga seperti ini disebut bunga banci (hermaprodit). Tanaman kelapa sawit menyerbuk secara silang dan menyerbuk sendiri (Risza, 1994). Lamanya pertumbuhan buah sejak bunga mulai diserbuki sampai di panen lebih kurang 6 bulan. Bunga yang mulai tumbuh, susunannya pada tandan masih longgar semakin lama semakin bertambah padat, saling berhimpitan dan menyebabkan bentuk buah pada sebelah pangkal terjepit serta sebelah ujung bulat. Besar maksimum buah tercapai pada umur 4-5 bulan, ukuran buah memiliki panjang 3-6 cm, tebal 2-4 cm dan berat 10-29 gram (Risza, 1994). Syarat Tumbuh Tanaman kelapa sawit praktis berproduksi sepanjang tahun sehingga membutuhkan suplai air relatif sepanjang tahun pula. Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu jumlah curah hujan tahunan (mm) dan distribusi curah hujan bulanan (Risza, 1994). Jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan ideal untuk kelapa sawit berkisar 2.000-2.500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Temperatur optimum untuk tanaman kelapa sawit antara 22-23oC (Pahan, 2008). Lamanya penyinaran optimum yang diperlukan 5-7 jam/hari. Sinar matahari dapat. mendorong pembentukan bunga, pertumbuhan vegetatif dan. produksi buah kelapa sawit. Berkurangnya lama sinar matahari akan mengurangi proses asimilasi untuk memproduksi karbohidrat dan membentuk bunga (Sunarko, 2008).. Universitas Sumatera Utara.

(32) 19. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah antara lain podsolik, andosol dan alluvial. Meskipun demikian, kemampuan produksi kelapa sawit pada masing-masing tanah adalah tidak sama. Koedadiri (1990) menambahkan bahwa hampir semua jenis tanah dapat menjadi tempat tumbuh kelapa sawit dengan pH optimum 4,0 – 7,5. Adapun tanah yang kurang baik untuk ditanami kelapa sawit adalah. tanah. yang. drainasenya. buruk,. tanah. laterit. (banyak. mengandung besi), pasir dan tanah gambut yang dalam.. Universitas Sumatera Utara.

(33) 20. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Lokasi Penelitian Kebunan Percobaan USU Tambunan A terletak di Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat,. berjarak 50 km dari kota Medan ke arah kecamatan. Kutambaru yang memiliki luas wilayah 604 ha dengan ketinggian tempat antara 100-250 meter di atas permukaan laut. Dengan tanaman komoditi utamanya adalah tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Penelitian ini dilakukan pada lahan seluas 23 ha yang sedang dilakukan peremajaan dan akan ditanami kembali tanaman kelapa sawit. Iklim Data iklim yang digunakan adalah data curah hujan, kelembapan dan suhu udara selama 10 tahun pengamatan dari tahun 2007 – 2016. Data curah hujan diperoleh dari Stasiun Klimatologi Sampali, Medan. Menurut Schmidt dan Ferguson bulan basah terjadi jika curah hujan > 100 mm, bulan lembab terjadi jika curah hujan 60 – 100 mm dan bulan kering terjadi jika curah hujan < 60 mm dengan harga Q yang diperoleh dari perbandingan antara bulan kering dan bulan basah dapat dituliskan dengan rumus : Q=. Rata rata bulan kering x 100 % Rata rata bulan basah Di daerah tropis, faktor yang mempengaruhi temperatur udara adalah. elevasi (ketinggian tempat dari permukaan laut. Braak (1992) dalam Rayes (2007) berdasarkan penelitiannya di Indonesia memprediksi suhu menggunakan persamaan T = 26,3oC – 0,61 h (keterangan. T= temperatur (oC ), 26,3 =. temperatur rata-rata pada permukaan laut, h = ketinggian tempat dalam hektometer (100 meter)).. Universitas Sumatera Utara.

(34) 21. Berdasarkan rumusan data di atas kecamatan Salapian termasuk tipe iklim A (sangat basah), di mana rata-rata bulan kering 0,17 dan rata-rata bulan basah 9,9 sehingga diperoleh harga Q sebesar 0,017% yang terletak pada range 0% < Q < 14,3%. Data suhu tanah sebesar 27,09oC dihitung dari 2,5 + suhu udara rata-rata tahunan (2,5 + 24,59 oC) dan variasi suhu tanah musim dingin dan musim panas pada kedalaman 50 cm dari permukaan sebesar 0,38 oC dihitung dari 0,3 x selisih suhu udara rata rata musim panas ( 0,3 x (25,25 oC – 24,03 oC). . Daerah penelitian mempunyai regim kelembaban udik. Regim kelembaban udik berarti tanah tidak kering di beberapa bagian selama 90 hari kumulatif dalam setahun yang dapat dilihat dari data curah hujan. Hubungan curah hujan dengan regim kelembaban udik yaitu jika data curah hujan menunjukkan sepanjang tahun didominasi oleh bulan basah atau mempunyai distribusi hujan yang baik dan mempunyai cukup hujan pada musim panas. Dari data curah hujan 10 tahun terakhir (2007-2016) menunjukkan tidak adanya bulan kering yang mencapai 3 bulan atau lebih (90 hari atau lebih) dan curah hujan rata-rata tahunan dan bulanan yang tinggi. (355,17. mm/tahun dan 246,01. mm/bulan. Hal. ini juga. mengindikasikan bahwa daerah penelitian tidak kering selama 90 hari kumulatif. Daerah penelitian juga mempunyai regim temperatur isohipertermik berarti variasi suhu terpanas dan terdingin <6oC yaitu 0,37oC dan suhu tanah ratarata tahunan >22oC yaitu 27,09oC. Data rata rata curah hujan dan suhu udara disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Rata – Rata Curah Hujan dan Suhu udara Daerah Penelitian Tahun 2007 -2016 Bulan Curah Hujan ( mm ) Suhu udara (0C) Januari. 332,37. 24,09. Universitas Sumatera Utara.

(35) 22. Februari. 193,33. 24,39. Maret. 255,33. 24,78. April. 297,90. 24,95. Mei. 413,33. 25,25. Juni. 258,87. 25,23. Juli. 301,37. 24,84. Agustus. 398,12. 24,51. September. 468,22. 24,52. Oktober. 410,44. 24,33. November. 399,70. 24,17. Desember. 423,11. 24,03. Stasiun : Klimatologi Sampali Medan, 2016. Vegetasi dan Penggunaan Lahan Vegetasi yang terdapat di daerah penelitian yaitu perkebunan kelapa sawit serta hutan konservasi. Penggunaan lahan pada umumnya di kebun percobaan USU adalah perkebunan.. Universitas Sumatera Utara.

(36) 23. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat pada bulan Mei 2017 sampai dengan Januari 2018. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium PT. Socfin Indonesia Medan. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang digunakan adalah sampel tanah yang diambil dari setiap Satuan Peta Lahan (SPL), serta bahan – bahan kimia yang digunakan untuk menganalisa tanah di laboratorium, kriteria kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit, peta dasar kebun percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat.peta jenis tanah serta data iklim Kabupaten Langkat. Alat yang digunakan adalah GPS (Global Positioning System) untuk mengetahui titik koordianat dan ketinggian tempat, Abney Hand Level untuk mengukur kemiringan lereng, bor tanah untuk mengambil sampel tanah terganggu, buku Munsel Soil Colour Chart untuk menentukan warna tanah, kertas label untuk menandai sampel tanah, kantong plastik untuk tempat sampel tanah, karet gelang untuk mengikat kantong plastik, cangkul, kamera untuk mendokumentasi kegiatan dan keadaan daerah penelitian, spidol, alat tulis, serta alat-alat yang digunakan untuk analisis di laboratorium. Metode Penelitian Metode evaluasi lahan yang dilakukan adalah metode pembandingan (matching). Untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun percobaan USU Tambunan A,. Universitas Sumatera Utara.

(37) 24. Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat maka, data iklim, data lapangan dan data hasil analisis laboratorium dicocokkan (matching) dengan kriteria kelas kesesuaian lahan untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) oleh Djaenudin et al., 2011 sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual. Setelah mempertimbangkan usaha-usaha perbaikan yang dapat dilakukan pada faktor pembatas, maka selanjutnya diperoleh kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di kebun percobaan USU Tambunan A, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Pelaksanaan Penelitian Tahap Persiapan Sebelum kegiatan penelitian dilakukan maka terlebih dahulu diadakan rencana penelitian, konsultasi dengan dosen pembimbing, telaah pustaka, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peta-peta yang dibutuhkan, mengadakan pra survey ke lapangan dan persiapan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini. Tahap Kegiatan di Lapangan - Pengamatan karakteristiklahan pada 5 Satuan Peta Lahan (SPL) dengan karakteristik masing-masing SPL: SPL 1 : jenis tanah inceptisol, kelerengan 0-3%, ketinggian 125-155 m SPL 2 : jenis tanah inceptisol, kelerengan 4-8%, ketinggian 125-155 m SPL 3 : jenis tanah inceptisol, kelerengan 16-25%, ketinggian 125-155 m SPL 4 : jenis tanah inceptisol, kelerengan 26-45%, ketinggian 125-155m SPL 5 : jenis tanah inceptisol, kelerengan 9-15%, ketinggian 125-155m. Universitas Sumatera Utara.

(38) 25. - Pemboran tanah pada setiap SPL yang dianggap mewakili karakter tanah utama didaerah penelitian secara zig-zag dan setelah dikompositkan tanah pada kedalaman 0-30 cm dan 30-60 cm, dari beberapa lokasi pada Satuan Peta Lahan (SPL) yang sama dimasukkan sampel tanah tersebut kedalam plastik dengan berat tanah 2 kg serta diberi label lapangan; kantongan sampel tempat plastik diberi label. - Data iklim untuk kebun percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat selama 10 tahun (tahun 2007-2016) diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Sampali, Medan meliputi data: curah hujan, temperatur, dan kelembaban udara meliputi data : suhu udara rata-rata, curah hujan, kelembaban udara dan lamanya bulan kering untuk Kecamatan Salapian. Tahap Analisis Di Laboratorium Sampel tanah setiap Satuan Peta Lahan (SPL) dari lapangan dijemur hingga kering udara untuk diteliti di laboratorium yang meliputi sifat fisik dan sifat kimia tanah. Tahap Pengolahan Data Pengolahan. data. dilakukan. dengan. metode. Matching. yaitu. membandingkan karakteristik lahan pada setiap SPL dengan kriteria kelas kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) dalam buku Petunjuk Teknis Evauasi Kesesuaian Lahan Untuk Komoditas Pertanian oleh Djaenudin at al., 2011.. Universitas Sumatera Utara.

(39) 26. Parameter Pengamatan Berdasarkan karakteristik lahan yang telah disebutkan maka parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah: 1. Temp eratur (tc) . Temperatur rata-rata (oC). . Curah hujan (mm/tahun). . Jumlah bulan kering (bulan). 2. Ketersediaan Oksigen (oa) . Drainase. 3. Media Perakaran (rc) . Bahan kasar (%). . Kedalaman tanah (cm). . Tekstur dengan metode hydrometer. 4. Retensi Hara (nr) . KTK (me/100g) metode ekstraksi NH4OAc pH 7. . pH H2O metode elektrometri (1:2,5). . Kejenuhan basa (%) NH4-asetat 1N pH 7. . C-organik (%) metode Walkey and Black. 5. Toksitas . Salinitas (ds/m). 6. Bahaya sulfidik . Kedalaman sulfidik (cm). 7. Bahaya erosi . Lereng (%). Universitas Sumatera Utara.

(40) 27. . Tingkat bahaya erosi dihitung dengan metode USLE. 8. Bahaya Banjir . Genangan. 9. Penyiapan Lahan (lp) . Batuan di permukaan (%). . Singkapan batuan (%). Universitas Sumatera Utara.

(41) 26. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Data Iklim Data iklim selama 10 tahun terakhir (2007-2016) diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sampali Medan yang dapat mewakili data iklim dari Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat. Adapun data iklim yang diperoleh dengan rata-rata berikut: a. Suhu udara rata-rata tahunan: 24.5 b. Curah hujan rata-rata tahunan: 3677,6 mm/tahun c. Kelembapan rata-rata tahunan: 86,10% d. Lamanya bulan kering: 0,17 bulan Karakteristik Lahan Dari penelitian yang dilakukan terhadap 5 profil tanah di Kebun Percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat dapat disimpulkan bahwa klasifikasi tanah pada profil I, II, III, IV, dan V berdasarkan Taksonomi Tanah 2014 adalah : Ordo Inceptisol, Sub Ordo Udept, Great Group Humudept, dan Sub Group Humik Psammentik Dystrudepts (Simanjuntak, P. 2018). Sehingga berdasarkan penelitian tersebut dapat ditentukan jenis tanah pada daerah tersebut yang akan di buat menjadi acuan menentukan Satuan Peta Lahan (SPL). Pola distribusi mineral liat pada tanah di Kebun Percobaan USU Tambunan A, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat adaah tidak tentu, tetap, maksimum dan menurun. Mineralogi tanah tersusun atas mineral liat alofan-A, gibsit dan kaolinit (Manihuruk, L. 2017).. Universitas Sumatera Utara.

(42) 27. Berdasarkan hasil overlay peta jenis tanah, peta ketinggian tempat dan peta kemiringan lereng maka diperoleh data karakteristik lahan sebanyak lima (5) satuan peta lahan. Adapun rincian disetiap SPL dapat dilihat sebagai berikut: SPL 1 : jenis tanah Inceptisol, lereng 2%, ketinggian 125-155 m SPL 2 : jenis tanah Inceptisol, lereng 6%, ketinggian 125-155 m SPL 3 : jenis tanah Inceptisol, lereng 22%, ketinggian 125-155 m SPL 4 : jenis tanah Inceptisol, lereng 44%, ketinggian 125-155m SPL 5 : jenis tanah Inceptisol, lereng 12%, ketinggian 125-155m. Universitas Sumatera Utara.

(43) 28. Evaluasi Kesesuaian Lahan Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kelapa sawit pada Satuan Peta Lahan (SPL) 1 terdapat pada tabel berikut: Tabel 4. Kesesuaian lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 1 Persyaratan penggunaan Nilai Kelas Kes. Lahan Usaha Kelas Kes. Lahan Lahan/karakteristik lahan Aktual perbaikan Potensial Temperatur (tc) Temperatur rerata ( 0C) 24,5 S2 S2 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 3.677,6 S3 Irigasi S2 Ketersediaan Oksigen (oa) Kelas drainase Baik S1 S1 Media perakaran (rc) Tekstur tanah (permukaan) Agak kasar S3 S3 Fraksi kasar (%) >15% S1 S1 Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol//kg) 26,12 S1 S1 Kejenuhan basa (%) 12,52 S2 Pengapuran S1 pH H2O 3,9 S3 Pengapuran S1 C-organik (%) 1,14 S1 S1 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) 0,132 S1 S1 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Toksisitas sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) >125 S1 S1 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) 2 S1 S1 Tingkat bahaya erosi (eh) Sangat S1 S1 rendah Bahaya banjir (fh) Genangan F0 S1 S1 Penyiapan lahan (lp) Batuan permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) <5 S1 S1 Kesesuaian Lahan Aktual S3 (wa), (rc), (nr) Kesesuaian Lahan Potensial S3 (rc) Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual tanaman kelapa sawit adalah sesuai marginal / S3 dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan,media perakaran yaitu tekstur tanah (permukaan) dan retensi hara yaitu. Universitas Sumatera Utara.

(44) 29. pH H2O. Faktor pembatas dapat diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial yaitu dengan pembuatan saluran irigasi pengapuran dan penambahan bahan organik. Maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah sesuai marginal / S3 yaitu media perakaran pada tekstur tanah. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kelapa sawit pada Satuan Peta Lahan (SPL) 2 terdapat pada tabel berikut: Tabel 5. Kesesuaian lahanUntuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 2 Persyaratan penggunaan Nilai Kelas Kes. Lahan Usaha Kelas Kes. Lahan Lahan/karakteristik lahan Aktual perbaikan Potensial Temperatur (tc) Temperatur rerata ( 0C) 24,5 S2 S2 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 3.677,6 S3 Irigasi S2 Ketersediaan Oksigen (oa) Kelas drainase Baik S1 S1 Media perakaran (rc) Tekstur tanah (permukaan) Halus S1 S1 Fraksi kasar (%) >15% S1 S1 Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol//kg) 18,56 S1 S1 Kejenuhan basa (%) 20,94 S2 Pengapuran S1 pH H2O 4,2 S2 Pengapuran S1 C-organik (%) 1,63 S1 S1 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) 0,23 S1 S1 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Toksisitas sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) >125 S1 S1 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) 6 S1 S1 Tingkat bahaya erosi (eh) Sangat S1 S1 rendah Bahaya banjir (fh) Genangan F0 S1 S1 Penyiapan lahan (lp) Batuan permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) <5 S1 S1 Kesesuaian Lahan Aktual S3 (wa) Kesesuaian Lahan Potensial S3 (tc,wa). Universitas Sumatera Utara.

(45) 30. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual tanaman kelapa sawit adalah sesuai marginal / S3 dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan. Adapun curah hujan cukup tinggi dapat dilakuakan perbaikan dengan pembuatan saluran irigasi. Maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah cukup sesuai / S2 yaitu temperatur rerata dan ketersediaan air yaitu curah hujan. Tabel 4. Kesesuaian lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 3 Persyaratan penggunaan Nilai Kelas Kes. Lahan Usaha Kelas Kes. Lahan Lahan/karakteristik lahan Aktual perbaikan Potensial Temperatur (tc) Temperatur rerata ( 0C) 24,5 S2 S2 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 3.677,6 S3 Irigasi S2 Ketersediaan Oksigen (oa) Kelas drainase Baik S1 S1 Media perakaran (rc) Tekstur tanah (permukaan) Halus S1 S1 Fraksi kasar (%) >15% S1 S1 Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol//kg) 21,39 S1 S1 Kejenuhan basa (%) 19,24 S2 Pengapuran S1 pH H2O 4,25 S2 Pengapuran S1 C-organik (%) 1,55 S1 S1 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) 0,188 S1 S1 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Toksisitas sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) >125 S1 S1 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) 22 S3 Terasering S2 Tingkat bahaya erosi (eh) Sedang S3 cover crop S2 Bahaya banjir (fh) Genangan F0 S1 S1 Penyiapan lahan (lp) Batuan permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) <5 S1 S1 Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial. S3 (wa, eh) S3 (tc,wa,eh). Universitas Sumatera Utara.

(46) 31. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kelapa sawit pada Satuan Peta Lahan (SPL) 3 terdapat pada tabel di atas. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual tanaman kelapa sawit adalah sesuai marginal / S3 dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan dan bahaya erosi yaitu lereng dan tingkat bahaya erosi . Faktor pembatas dapat diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial yaitu dengan pembuatan teras dan penanaman tanaman penutup tanah. Maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah cukup sesuai /S2 dengan faktor pembatas temperatur rerata, ketersedian air yaitu curah hujan dan bahaya erosi.. Universitas Sumatera Utara.

(47) 32. Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kelapa sawit pada Satuan Peta Lahan (SPL) 4 terdapat pada tabel berikut Tabel 5. Kesesuaian lahanUntuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 4 Persyaratan penggunaan Nilai Kelas Kes. Lahan Usaha Kelas Kes. Lahan Lahan/karakteristik lahan Aktual perbaikan Potensial Temperatur (tc) Temperatur rerata ( 0C) 24,5 S2 S2 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 3.677,6 S3 Irigasi S2 Ketersediaan Oksigen (oa) Kelas drainase Baik S1 S1 Media perakaran (rc) Tekstur tanah (permukaan) Agak kasar S3 S3 Fraksi kasar (%) >15% S1 S1 Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol//kg) 20,08 S1 S1 Kejenuhan basa (%) 12,86 S2 Pengapuran S1 pH H2O 4,55 S2 Pengapuran S1 C-organik (%) 1,82 S1 S1 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) 0,185 S1 S1 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Toksisitas sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) >125 S1 S1 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) 44 N Terasering S3 Tingkat bahaya erosi (eh) Sedang S3 cover crop S2 Bahaya banjir (fh) Genangan F0 S1 S1 Penyiapan lahan (lp) Batuan permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) <5 S1 S1 Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial. N (eh) S3 (rc,eh). Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual tanaman kelapa sawit adalah kurang sesuai / N (eh) dengan faktor pembatas bahaya erosi yaitu lereng. Faktor pembatas dapat diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial yaitu dengan pembuatan teras.. Universitas Sumatera Utara.

(48) 33. Maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah sesuai marginal / S3 dengan faktor pembatas media perakaran dan bahaya erosi. . Kelas kesesuaian lahan aktual dan potensial untuk tanaman kelapa sawit pada Satuan Peta Lahan (SPL) 5 terdapat pada tabel berikut: Tabel 6. Kesesuaian lahanUntuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Pada Satuan Peta Lahan (SPL) 5 Persyaratan penggunaan Nilai Kelas Kes. Lahan Usaha Kelas Kes. Lahan Lahan/karakteristik lahan Aktual perbaikan Potensial Temperatur (tc) Temperatur rerata ( 0C) 24,5 S2 S2 Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm) 3.677,6 S3 Irigasi S2 Ketersediaan Oksigen (oa) Kelas drainase Baik S1 S1 Media perakaran (rc) Tekstur tanah (permukaan) Agak kasar S3 S3 Fraksi kasar (%) >15% S1 S1 Kedalaman tanah (cm) >100 S1 S1 Retensi hara (nr) KTK liat (cmol//kg) 23,54 S1 S1 Kejenuhan basa (%) 20,44 S1 S1 pH H2O 4,3 S2 Pengapuran S1 C-organik (%) 1,19 S1 S1 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) 0,179 S1 S1 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Toksisitas sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) >125 S1 S1 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) 12 S2 Terasering S1 Tingkat bahaya erosi (eh) Rendah S2 cover crop S1 Bahaya banjir (fh) Genangan F0 S1 S1 Penyiapan lahan (lp) Batuan permukaan (%) <5 S1 S1 Singkapan batuan (%) <5 S1 S1 Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial. S3 (wa, rc) S3 (rc). Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual tanaman kelapa sawit adalah sesuai marginal / S3 dengan. Universitas Sumatera Utara.

(49) 34. faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan dan media perakaran tekstur tanah. Faktor pembatas dapat diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial pada tingkat pengolahan rendah dan sedang yait degan pembuatan saluran irigasi. Maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah sesuai marginal / S3 yaitu media peakaran tekstur tanah. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan di laboratorium, kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit adalah kurang sesuai N/ (eh) dengan faktor pembatas bahaya erosi yaitu kemiringan lereng dan tingkat bahaya erosi. Faktor pembatas dapat diperbaiki pada kelas kesesuaian lahan potensial yaitu pembuatan terassering dan tanaman penutup tanah. Maka kelas kesesuaian lahan potensial adalah sesuai marginal / S3.. Gambar 1. Peta hasil kelas kesesuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.). Universitas Sumatera Utara.

(50) 35. Gambar 1. Peta hasil kelas kesesuaian lahan potensial untuk tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq. Pembahasan Berdasarkan hasil percobaan data karakteristik tanah dengan tanaman kelapa sawit pada satuan peta lahan (SPL) 1, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual adalah sesuai marginal / S3 (wa), (rc), (nr) dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan,media perakaran yaitu tekstur tanah (permukaan) dan retensi hara yaitu pH H2O. Faktor pembatas dapat diperbaiki dengan pembuatan sistem irigasi, pengapuran dan penambahan bahan organik sehingga diperoleh kelas kesesuaian lahan potensial sesuai marginal / S3 (rc) yaitu tekstur tanah. Pada media perakaran tidak dapat dilakukan usaha perbaikan pada tekstur tanah di permukaan. Hal ini sesuai dengan literatur Ferdinan (2013) yang menyatakan bahwa dalam evaluasi lahan, perbaikan tekstur tanah tidak dapat dilakukan.. Universitas Sumatera Utara.

(51) 36. Berdasarkan hasil percobaan data karakteristik tanah dengan tanaman kelapa sawit pada satuan peta lahan (SPL) 2, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual adalah sesuai marginal / S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan. Faktor pembatas dapat diperbaiki dengan pembuatan sistem irigasi / pengairan sehingga diperoleh kelas keesuaian lahan potensial cukup sesuai S2 (wa) yaitu curah hujan. Hal ini sesuai dengan literatur Simanjuntak (2015) yang menyatakan bahwa untuk mengatasi masalah ketersediaan air dapat diperbaiki dengan pembuatan sistem irigasi / pengairan. Berdasarkan hasil percobaan data karakteristik tanah dengan tanaman kelapa sawit pada satuan peta lahan (SPL) 3, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual adalah sesuai marginal / S3 (wa), (eh) dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan dan bahaya erosi yaitu kemiringan lerang dan tingkat bahaya erosi. Faktor pembatas dapat diperbaiki dengan pembuatan sistem irigasi / pengairan dan pembuatan teras serta penanaman tanaman penutup tanah sehingga diperoleh kelas keesuaian lahan potensial cukup sesuai S2 (tc), (wa) yaitu temperatur rerata dan curah hujan. Hal ini sesuai dengan literatur Pahan (2008) yang menyatakan bahwa jumlah curah hujan dan lamanya penyinaran matahari memiliki korelasi dan fluktuasi produksi kelapa sawit. Curah hujan ideal untuk kelapa sawit berkisar 2.000-2.500 mm per tahun dan tersebar merata sepanjang tahun. Temperatur optimum untuk tanaman kelapa sawit antara 2223oC. Berdasarkan hasil percobaan data karakteristik tanah dengan tanaman kelapa sawit pada satuan peta lahan (SPL) 4, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual adalah kurang sesuai / N (eh) dengan faktor pembatas bahaya erosi. Universitas Sumatera Utara.

(52) 37. yaitu kemiringan lerang. Faktor pembatas dapat diperbaiki dengan pembuatan teras sehingga diperoleh kelas keesuaian lahan potensial sesuai marginal / S3 (wa,rc,eh) yaitu media ketersediaan air yaitu curah hujan, perakaran pada tekstur tanah dan bahaya erosi. Hal ini sesuai dengan literatur Suripin (2001) yang menyatakan bahwa tekstur tanah turut menentukan tata air dalam tanah, yaitu berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Menurut Munthe (2017) yang menyatakan bahwa dalam evaluasi lahan, karakteristrik lahan berupa bahaya erosi dapat dilakukan usaha perbaikan dari tingkat pengolahan rendah dan sedang berupa pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman tanaman penutup tanah. Berdasarkan hasil percobaan data karakteristik tanah dengan tanaman kelapa sawit pada satuan peta lahan (SPL) 5, maka diperoleh kelas kesesuaian lahan aktual adalah sesuai marginal / S3 (wa) dengan faktor pembatas ketersediaan air yaitu curah hujan. Faktor pembatas tidak dapat diperbaiki karena faktor curah huajan berlebih tidak dapat dikendalikan manusia. Hal ini sesuai dengan literatur Silaban (2016) yang meyatakan bahwa faktor pembatas dengan curah hujan yang tinggi dapat dilakukan usaha perbaikan dari tingkat pengolahan sedang dan tinggi seperti pembuatan saluran irigaasi / pengairan.. Universitas Sumatera Utara.

(53) 38. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Kelas keseuaian lahan aktual untuk tanaman kelapa sawit pada SPL 1, 2, 3 dan 5 adalah S3 sesuai marginal dengan faktor pembatas ketersedian air yaitu curah hujan,media perakaran yaitu tekstur tanah (permukaan), retensi hara yaitu pH H2O dan tingkat bahaya erosi. Upaya perbaikan terlebih dahulu dilakukan yaitu pembuatan sistem irigasi/pengairan, pembuatan teras, penanaman penutup tanah, penambahan bahan organik. 2. Tanaman kelapa sawit pada SPL 4 yaitu N (kurang sesuai) dengan faktor pembatas bahaya erosi yaitu kemiringan lereng dan tingkat bahaya erosi. Upaya perbaikan terlebih dahulu dilakuakn yaitu pembuatan teras, penanaman sejajar kontur dan penanaman tanaman penutup tanah. Saran Lahan pada kebun percobaan USU Tambunan A Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat kurang sesuai jika ditanam tanaman kelapa sawit tetapi akan sesuai jika dilakukan terassering pada lahan yang sangat curam dan penanaman tanaman penutup tanah serta pemupukan N, P dan K.. Universitas Sumatera Utara.

(54) 37. DAFTAR PUSTAKA Abdullah, T.S. 1993. Survei Tanah dan Evaluasi Lahan. Penebar Swadaya, Jakarta. Arsyad. S., 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB press. Bogor. Atmojo, S.W., 2003. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Tanah dan Upaya Pengelolaannya. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Barus, B.J.A. 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Online Agroteknologi. https://media.neliti.com/media/publications/106297evaluasi-kesesuaianlahan-untuk-tanaman-kopi-arabica-l-var. Diaakses tanggal 01 juli 2018. Cibro, G.F. 2012. Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Jeruk (Citrus Sp.) Dan Kopi Arabika (Coffea Arabica) Di Kecamatan Siempat Rube Kabupaten Pakpak Bharat. Jurnal Online Agroteknologi. https://www.neliti.com/id/media/publications/93927/kesesuaian-lahanuntuk-tanaman-jeruk-citrus-sp-dan-kopi-arabica. Diakses tanggal01 Juli 2018. Damanik, M.M.B., B.E,Hasibuan., Fauzi., Sarifuddin., H.Hanum. 2010. Kesuburan Tanah Dan Pemupukan. USU Press. Medan Djaenudin, D., Marwan., Subagjo., dan A. Hidayat. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah, Puslitbangtanah,Bogor. _____________________________________________, 2011. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditas Pertanian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. Ferdinan, F. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan Sawah Beririgasi Di Desa Air Hitam Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batubara. Junal online Agroteknologi. https://media.neliti.com/media/publications/94745-IDevaluasi-kesesuaian-lahan-sawah-beririg. Diakses tanggal 01 Juli 2018. Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A.M. Lubis, S.G. Nugroho, M.A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Baailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung Press, Lampung. Hanafiah, K.A., 2005. Dasar- dasar Ilmu Tanah. Raja Grafindo Persada. Jakarta Hardjowigeno, S dan Widiatmaka, 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah Mada University. Yogyakarta.. Universitas Sumatera Utara.

(55) 38. Morgan, R.P.C., 1986. Soil Erosion and Conservation. Longman Scientific & Technical. England. Mega, M., N. Dibia, G.P.R. Adi dan T.B.Kusmiyarti, 2010. Klasifikasi Tanah dan Kesesuaian Lahan. Universitas Udayana. Denpasar. Mukhlis., Sarifuddin., dan H, Hanum., 2011. Kimia Tanah Teori dan Aplikasi. USU Press, Medan. Munthe, R.R. 2017. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jack.) dan Kelengkeng (Euphoria longan Lamk.) di Kecamatan Na Ix - X Kabupaten Labuhan Batu Utara. Jurnal Online Agroteknologi. https://media.neliti.com/media/publications/109470-IDevaluasi-kesesuaian-lahan-untuk-tanaman. Diakses tanggal 01 Juli 2018. Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit: Manajemen Agribisnis dari Hulu Hingga Hilir. Penebar Swadaya. Rajaukguk, N. 2014. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara. Jurnal Online Agroteknologi. https://media.neliti.com/media/publications/99196-ID-evaluasikesesuaian-lahan-untuk-tanaman. Diakses Tanggal 01 Juli 2018. Rayes, M.L, 2007. Metode Inventarisasi Sumber Daya Lahan. Andi. Malang. Risza, S. 1994. Kelapa Sawit, Upaya Peningkatan Kelapa Sawit. Penerbit Kanisus. Yogyakarta Ritung, S. Wahyunto, F., Agus dan H. Hidayat, 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Balai Penelitian Tanah. Bogor. Samuel, C. 2013. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Apel Di Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir. Jurnal Online Agroteknologi. https://www.neliti.com/id/publications/95650evaluasi-kesesuaian-lahanuntuk-tanaman-apel-di-desa-sihiong-kecamatan-bonatua. Diakses tanggal 01 Juli 2018 Sastrohartono, H., 2011. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Perkebunan Dengan Aplikasi Extensi Artificil Neural Network (Ann.Avx) Dalam AcrviewGis. INSTIPER. Yogyakarta. Setyamidjaja, D., 2006. Kelapa Sawit. Kanisius, Yogyakarta. Silaban, S.H. 2016. Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica) Kentang (Solanum tuberosum L.) Kubis (Brassica oleraceae L.) Dan Jeruk (Citrus Sp.) Di Kecamatan Harian. Universitas Sumatera Utara.

(56) 39. Kabupaten Samosir. Jurnal Online Agroteknologi https://media.neliti.com/media/publications/108008- evaluasi-kesesuaianlahan-untuk-tanaman-kopi-arabika-coffea-arabica-kentang. Diakses tanggal 01 Juli2018. Simanjuntak, C. 2015. Evaluasi Kesesuaian Lahan dengan Metode Limit untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea Arabica) dan Kopi Robusta (Coffea robusta Lindl.) di Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi. Jurnal Online Agroteknologi. https://media.neliti.com/media/publications/103687-ID-evaluasikesesuaian-lahan-dengan-metode. Diakses tanggal 01 Juli 2018. Siswanto, 2006. Evaluasi Sumberdaya Lahan. UPN Press. Surabaya. Suripin. 2001. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi. Yogyakarta. Sutanto, R, 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Konsep dan Kenyataan. Penerbit Kanisinus, Yogyakarta. Tan , K , H , 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah , Terjemahan Didiek Hadjar Goenadi. Gajah Mada University Press, Yogyakarta Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava Media, Yogyakarta.. Universitas Sumatera Utara.

(57) 38. Lampiran 1. Kelas kriteria kesesuaian lahan tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Kelas Kesesuaian Lahan Persyaratan tumbuh/ karakteristik lahan. S1. S2. S3. Suhu (tc) Suhu tahunan rata-rata ( 0C). 25-28. 22-25 28-32. 20-22 32-35. <22 >35. Ketersediaan air (wa) Curah hujan (mm). 1700-2500. 1450-1700 2500-3500. 1250-1450 3500-400. <1250 >4000. Baik,sedang. Agak. Ketersediaan Oksigen (oa) Kelas drainase terhambat Keadaan perakaran (rc) Tekstur tanah (permukaan) Fraksi kasar (%) Kedalaman tanah (cm) Retensi hara (nr) KTK liat (cmol//kg) Kejenuhan basa (%) pH H2O. Halus, agak Halus <15 >100 >16 >20 5,0-6,5. C-organik (%) >0,8 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) <2 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) Toksisitas sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) >125 Bahaya erosi (eh) Lereng (%) <8 Tingkat bahaya erosi (eh) very low Bahaya banjir (fh) Genangan F0 Penyiapan lahan (lp) Batuan permukaan (%) <5 Singkapan batuan (%) <5 Sumber: Djaenudin et al. (2003). Terhambat, agak Sangat. Terhambat. cepat. Sedang. agak kasar. 15-35 75-100 ≤16 ≤20 4,2-5,0 6,5-7,0 ≤0,8. N. cepat kasar. 35-55 50-75. >55 <50. <4,2 >7,0. 2-3. 3-4. >4. -. -. -. 100-125 8-16 low moderate. 60-100 16-30 severe. <60 >30 very severe. F1. F2. >F2. 5-15 5-15. 15-40 15-25. >40 >25. Universitas Sumatera Utara.

(58) 39. Lampiran 2. Jenis usaha perbaikan karakteristik lahan aktual (saat ini) untuk menjaadi potensil menurut tingkat pengelolannnya Karakteristik Lahan 1. Rezim radiasi Lama penyinaran 2. Rezim suhu Suhu rerata tahunan Suhu rerata bulan Terdingin atau terpanas 3. Rezim kelembapan udara Kelembapan nisbi 4. Ketersediaan air Bulan kering Curah hujan 5. Media perakaran Drainase Tekstur Kedalaman efektif. 6. Retensi hara KTK pH 7. Ketersediaan hara N-total P2O5 tersedia K2O dapat ditukar 8. Bahaya banjir Periode frekuensi 9. Kegaraman Salinitas 10. Toksisitas Kejenuhan aluminium Lapisan pirit. 11. Terrain/potensi mekanisasi 12. Bahaya erosi. Jenis Usaha Perbaikan. Tingkat Pengelolaan. Tidak dapat dilakukan perbaikan. -. Tidak dapat dilakukan perbaikan Tidak daat dilakuakn perbaikan. -. Tidak dapat dilakuakn perbaikan. -. Sistem irigasi/pengairan Sistem irigasi/pengairan. Sedang, tinggi Sedang/tinggi. Perbaikan sistem drainase Tidak dapat dilakukan perbaikan Umumnya tidak dapat dilakuakn perbaikan-perbaikan kecuali pada lapisan padas, lunak, dan tipis dengan pembongkaran. Sedang, tinggi Tinggi. Pengapuran atau penambahan bahan organik Pengapuran Pengapuran Pemupukan Pemupukan Pemupukan. Sedang, tinggi. Pembuatan tanggul penahan banjir serta pembuatan drainase. Tinggi. Reklamasi. Sedang, tinggi. Pengapuran Pengaturan sistem tata air tanah, tinggi permukaan air tanah harus diatas lapisan sulfidik Tidak dapat dilakuakn perbaikan. Sedang, tinggi Sedang, tinggi. Usaha pengurangan laju erosi, pembuatan teras, penanaman tanaman penutup tanah. Sedang, tinggi. Sedang, tinggi. -. Universitas Sumatera Utara.

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaannya dengan tema yang diambil penulis adalah tidak membahas cara membuat kartun secara detil, namun deteksi yang dilakukan untuk mencari jumlah film kartun dalam

Membawa : Laptop, Kabel Roll, Modem dan Flasdisk Acara : Kualitas Data Sekolah. Demikian atas perhatian dan kehadirannya disampaikan

- Pengadaan Peralatan Kantor PBJ 1 Paket Bandar Lampung 200.000.000 APBD-P Oktober 2012 Oktober - Desember 2012 Pengadaan Langsung - Pengadaan Perlengkapan Kantor PBJ 1 Paket

[r]

Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Terhadap Jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (Periode 2014-2016) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kepuasan kerja, mutasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap semangat kerja karyawan, artinya karyawan merasa

Sesuai dengan rancangan awal bahwa dalam pembangkitan daya disini tidak mencari amplitudo yang tinggi dari tegangan yang dihasilkan oleh sumber, maka dari masing –

Fungsi keanggotaan (membership function), Sudradjat adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik input data kedalam nilai keanggotaanya (sering juga