• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA BINJAI DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KINERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA BINJAI DALAM PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB) SKRIPSI"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU SATU PINTU KOTA BINJAI DALAM

PELAYANAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) Ilmu Administrasi Publik

Oleh :

Mutiah Ramadhani 160903033

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Setiap organisasi publik memiliki tanggungjawab yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Kinerja organisasi publik ini akan senantiasa diperhatikan oleh masyarakat luas, pelayanan dibidang pemerintahan sangat besar peranannya karena menyangkut kepentingan umum dan kepentingan masyarakat, sehingga pegawai dari setiap organisasi publik yang ada perlu untuk memperhatikan kualitas pelayanan yang mereka berikan untuk masyarakat. Pelayanan publik memiliki tujuan utama yaitu kepuasan masyarakat. Kepuasan ini dapat terwujud apabila kinerja pelayanan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan atau lebih baik dari standar pelayanan tersebut. Organisasi publik harus memiliki kinerja pelayanan yang baik agar memiliki kepercayaan publik. Masalah yang terjadi yaitu penerbitan Izin Mendirikan Bangunan yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana Kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan.

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan menggunakan indikator-indikator yang dikemukakan oleh Dwiyanto Agus yaitu Produktivitas, Kualitas Pelayanan, Responsivitas, Responsibilitas dan juga akuntabilitas sebagai indikator untuk mengetahui sejauhmana hasil kinerja pegawai telah terlaksana.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja pelayanan publik dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu kota Binjai masih belum optimal, meskipun Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Kota Binjai telah melakukan peningkatan pelayanan dari segi waktu, proses, biaya, dan prosedur tetapi masih terdapat proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan melebihi standar waktu pelayanan yang telah ditentukan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya koordinasi yang baik antara Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dengan SKPD terkait.

Kata Kunci : Kinerja, Analisis Kinerja, Pelayanan Publik, Izin Mendirikan Bangunan

(6)

ABSTRACT

Performance is a description of the level of achievement of the implementation of an activity/program/policy in realizing the goals, objectives, mission and vision of the organization contained in the strategic planning of an organization. Every public organization has a responsibility for the general public. The performance of this public organization will always be considered by the wider community, services in the field of government have a very large role because it involves the public interest and the public interest, so that employees of every existing public organization need to pay attention to the quality of services they provide to the community Public services have the main goal of community satisfaction. This satisfaction can be realized if the performance of the services provided is in accordance with the service standards set or better than the service standards. Public organizations must have good service performance in order to have public trust. The problem that occurs is the issuance of a Building Permit that is not in accordance with the set time. This study aims to find out and describe how the performance of the Binjai City Investment Office and One Stop Integrated Licensing Service in Building Permit Services.

The method used in this research is descriptive qualitative, using the indicators proposed by Dwiyanto Agus, namely Productivity, Service Quality, Responsiveness, Responsibility and accountability as indicators to determine the extent to which employee performance results have been implemented.

The results showed that the performance of public services in the issuance of Building Permits (IMB) at the Binjai City Investment and One Stop Integrated Licensing Service was still not optimal, even though the Binjai City Investment and Licensing Service had improved services in terms of time, process, and time.

costs, and procedures, but there is still a process of issuing a Building Permit that has been issued exceeding the standard service time that has been determined.

This is due to the lack of good coordination between the Investment Office and the One Stop Integrated Licensing Service and the related SKPD.

Keywords: Performance, Performance Analysis, Public Services, Building Permits

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat- Nya sehingga pedulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Strata Satu (S1) di Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis sadari masih memiliki kekurangan baik itu berupa isi, penulisan maupun tata bahasa yang masih kurang karena keterbatasan kemampuan yang penulis miliki. Semoga skripsi ini menjadi pembelajaran yang sangat besar bagi penulis dalam meningkatkan kemampuan penulis. Dalam penulisan skripsi ini, penulis dibantu oleh berbagai pihak yang sangat berkontribusi besar dalam penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sangat besar kepada:

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Hendra Harahap, M.Si, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, MA selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Asima Yanti Siahaan, MA. Ph.D. selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(8)

Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, M.SP selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan untuk waktu membimbing dan memberikan masukan dengan sabar dalam melakukan penulisan skripsi ini dari awal hingga skripsi ini bisa terselesaikan.

6. Seluruh Dosen atau Staff Pengajar pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

7. Terima Kasih kepada Kak Dian dan Bang Suhendri yang telah banyak membantu penulis mulai dari awal perkuliahan hingga saat ini.

8. Kepala Bidang Izin Mendirikan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai Bapak Khairul Arfan Hrp, SE.

9. Sekretaris Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai Bapak Iman Siswanto, S.Sos yang telah banyak membantu penulis dalam mendapatkan informasi tentang pelayanan Izin Mendirikan Bangunan.

10. Seluruh Pegawai Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai yang telah membantu memberikan informasi kepada penulis terkait pelayanan Izin Mendirikan Bangunan.

11. Teristimewa untuk kedua Orang Tua tercinta. Bapak Alamsyah dan Ibu Khamidah. Terima kasih atas kasih sayang, doa, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang tiada henti kalian berikan kepada penulis. Semoga Allah SWT selalu melindungi Bapak dan Ibu.

(9)

12. Teruntuk adik saya Dina Latifah dan Ikhsan Muzaki terima kasih telah menemani saya selama penelitian, terima kasih juga telah memberikan semangat dan doa. Semoga kalian bisa menyusul Kakak kalian ini ya.

13. Terima Kasih kepada Ibu Lina Herawati S.Pd dan Ibu Iswanti S.Pd yang telah banyak membantu penulis selama ini. Terma kasih atas bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan kepada penulis.

14. Teruntuk Abdi Hidayat, S.Kom Terima Kasih telah menemani penulis dari awal semester hingga penulis bisa menyelesaikan perkuliahan.

Terima kasih sudah menjadi tempat berkeluh kesah, Terima kasih sudah membantu penulis dalam segala hal dan Terima kasih atas dukungan dan semangatnya selama ini.

15. Teruntuk Ninda Nur Asbah Siregar, S.AP dan Widya Safira Ningsih, S.Kom, Terima Kasih sudah menemani dan membantu penulis dari semester awal hingga semester akhir. Terima kasih tidak pernah menolak ketika penulis membutuhkan bantuan dan terima kasih sudah menjadi tempat untuk bertanya segala hal.

16. Teruntuk Dinda Sukma Damayanti, SE, Lana Khairani S.Pd, Rahmiyanti, S.Pd, Farah, Wilda Terima Kasih telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

17. Terima Kasih kepada SD Squad (Cika, Ika, Hifzi, Yogi, Riki, Caput, Indah, Agung, Indra) yang memberikan semangat dan motivasi kepada penulis.

(10)

18. Terimakasih kepada Para sahabat dan seluruh teman seperjuangan Departemen Ilmu Administrasi Publik angkatan 2016.

19. Dan, seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa masih ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang dapat dijadikan pembelajaran kepada penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Kepada semua pihak penulis ucapkan Terima kasih.

Medan, 25 Januari 2021

Penulis

Mutiah Ramadhani

(11)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Kinerja ... 9

2.1.1 Indikator Kinerja ... 10

2.2 Pelayanan Publik ... 12

2.2.1 Jenis Pelayanan Publik ... 13

2.2.2 Kualitas Pelayanan Publik ... 14

2.2.3 Asas Pelayanan Publik ... 15

2.3 Pelayanan Perizinan ... 17

2.3.1 Izin Mendirikan Bangunan ... 18

2.4 Definisi Konsep ... 22

2.5 Hipotesis Kerja ... 23

BAB III METODE PENELITIAN ... 24

3.1 Bentuk Penelitian ... 24

3.2 Lokasi Penelitian ... 25

3.3 Informan Penelitian ... 25

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

3.4.1 Wawancara ... 28

3.4.2 Dokumentasi ... 29

3.4.3 Observasi ... 30

3.5 Data dan Sumber Data ... 30

3.5.1 Data Primer ... 30

3.5.2 Data Skunder ... 30

3.6 Teknik Analisis Data ... 31

3.6.1 Reduksi Data ... 31

3.6.2 Penyajian Data ... 32

(12)

3.6.3 Pengambilan Kesimpulan ... 32

3.7 Teknik Keabsahan Data ... 32

3.7.1 Triangulasi Sumber ... 33

3.7.2 Triangulasi Teknik ... 34

3.7.3 Triangulasi Waktu ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 35

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35

4.1.1 Gamabaran Umum Kota Binjai ... 35

4.1.2 Visi dan Misi Kota Binjai ... 35

4.1.3 Gambaran Umum Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 36

4.1.4 Visi dan Misi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 37

4.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 38

4.3 Kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan 53 4.3.1 Indikator Produktivitas ... 53

4.3.2 Indikator Kualitas Layanan ... 63

4.3.3 Indikator Responsivitas ... 69

4.3.4 Indikator Responsibilitas ... 73

4.3.5 Indikator Akuntabilitas ... 76

BAB V PENUTUP ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84

LAMPIRAN ... 86

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jenis-jenis pelayanan DPMPPTSP Kota Binjai ... 6 Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian ... 26 Tabel 4.1 Survei Kepuasan Masyarakat 2019 DPMPPTSP Kota Binjai ... 67

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Perizinan Terpadu Satu Pintu ... 52

Gambar 4.2 SOP Izin Mendirikan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 55

Gambar 4.3 Standar Waktu dan Biaya Perizinan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai ... 57

Gambar 4.4 Loket Informasi pada Bagian Front Office... 60

Gambar 4.5 Website DPMPPTSP Kota Binjai ... 60

Gambar 4.6 Angket Survei Kepuasan Masyarakat... 66

Gambar 4.7 Nomor Layanan Pengaduan Masyarakan via SMS ... 71

Gambar 4.8 Kotak Saran ... 71

Gambar 4.9 Mekanisme Penanganan Pengaduan ... 72

Gambar 4.10 SOP yang Tersedia di Parkiran ... 78

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pelayanan publik menjadi ramai diperbincangkan, karena pelayanan publik merupakan salah satu variabel yang menjadi ukuran keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Apabila pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah daerah baik ataupun berkualitas, maka pelaksanaan otonomi daerah dapat dikatakan berhasil. Pelayanan publik yang dilaksanakan oleh aparatur pemerintah dalam melayani masyarakat merupakan fungsi aparatur negara sebagai pelayan masyarakat. Penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi sebagai aparatur pemerintah dalam memberikan pelayanan publik dituntut untuk memiliki kinerja yang baik. Baik buruknya pelayanan yang diberikan aparatur mencerminkan kinerja individu yang akan menentukan baik buruknya kinerja organisasi secara keseluruhan.

Pelayanan yang diberikan tidak hanya sekedar memberikan bantuan terhadap kebutuhan masyarakat, tetapi juga memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Kinerja pelayanan publik dalam memberikan pelayanan yang baik dituntut untuk dapat bertindak cepat dan akurat. Hal tersebut merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan. Bagi organisasi publik, pelayanan yang baik tercermin dari setiap efektivitas dan efisiensi kegiatan yang dilakukan dengan lancar. Semakin cepat dan akurat pelayanan yang diberikan maka kualitas pelayanan akan semakin baik.

(16)

Dalam konteks pelayanan publik, pelayanan yang diberikan oleh aparatur adalah mempermudah urusan publik dengan memberikan pelayanan yang tidak berbelit-belit dan tidak dengan prosedur yang panjang, mendahulukan kepentingan umum, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan dalam hal pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan publik pada hakikatnya adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan dan kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat.

Pelayanan dibidang pemerintahan sangat besar peranannya karena menyangkut kepentingan umum dan kepentingan masyarakat. Masyarakat membutuhkan pelayanan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri, bahkan dapat dikatakan bahwa pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lukman (2002:16) “pelayanan yaitu membantu, menyediakan, mengurus, dan menyiapkan apa yang diperlukan oleh orang lain baik berupa barang atau jasa dilakukan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan standar pelayanan. Produk barang atau jasa yang dihasilkan dapat dinikmati masyarakat melalui proses dan sikap kerja aparatur yang ramah dan baik, sehingga masyarakat akan merasa puas dengan pelayanan tersebut. Jika hal ini terjadi maka akan menumbuhkan kepercayaan (trust), kesetiaan dan loyalitas dari masyarakat untuk dapat berurusan kembali dengan birokrasi”.

Kebijakan pemerintah dalam bidang pelayanan umum harus disesuaikan dengan kepentingan, keinginan, harapan dan tuntutan masyarakat dalam rangka memenuhi segala hak dan kewajiban masyarakat sebagai warga negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik sesuai yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik yang menyebutkan bahwa “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang- undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara

(17)

pelayanan publik”.

Pemerintah sebagai penyedia layanan publik bertanggung jawab dan terus berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.

Rendahnya mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah menjadi citra buruk pemerintah di tengah masyarakat. Sebagian masyarakat yang pernah berurusan dengan birokrasi selalu mengeluh dan kecewa terhadap layanan yang berikan. Ada sebagian masyarakat sampai saat ini masih menganggap rendah terhadap kinerja birokrasi. Akibatnya banyak pengguna layanan atau masyarakat mengambil jalan pintas menggunakan jasa calo untuk mengurus keperluannya yang berhubungan dengan birokrasi pemerintahan.

Karakteristik negatif tentang birokrasi di Indonesia seperti inefisiensi, kaku, prosedural, lamban, berbelit-belit dan korup terlanjur melekat dalam persepsi masyarakat tentang birokrasi yang ada di Indonesia. Meskipun setiap instansi pemerintah telah mengadakan perbaikan dan peningkatan yang signifikan setiap tahunnya, namun masih dirasa kurang. Peningkatan kinerja menjadi salah satu faktor utama untuk memperbaiki kondisi birokrasi di Indonesia.

Kinerja aparatur pemerintah sangat dibutuhkan dalam mewujudkan pelayanan yang baik kepada masyarakat. Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas sesuai dengan tanggung jawab yang telah diberikan dengan hasil sesuai yang diharapkan. Aparatur pemerintah dalam melayani masyarakat dituntut memiliki kinerja yang baik dalam proses pelayanan sehingga masyarakat yang membutuhkan pelayanan tidak dirugikan. Namun kebanyakan pelayanan yang diberikan secara umum belum memuaskan masyarakat. Pelayanan yang

(18)

diberikan terlalu berbelit-belit dengan berbagai alasan yang kurang dapat diterima oleh masyarakat, sehingga pelayanan yang diberikan cenderung tidak efektif dan efisien. Keadaan yang demikian membuat masyarakat sebagai pengguna layanan publik tidak terpuaskan. Semua itu berakibat masyarakat enggan mengurus segala sesuatu yang berhubungan dengan birokrasi pemerintah secara langsung.

Kinerja pelayanan publik yang ideal pada dasarnya harus mampu memberikan pelayanan yang cepat, murah, mudah, berkeadilan, berkepastian hukum, terbuka dan dapat di pertanggung jawabkan, sesuai dengan dinamika perkembangan masyarakat. Namun demikian, kenyataannya masyarakat masih menganggap kinerja dan pengelolaan pelayanan publik yang masih jauh dari optimal. Sehingga pelayanan publik pada umumnya lebih banyak menjadi sasaran kritik dan ketidakpuasan masyarakat penerima layanan.

Dalam pelayanan publik terdapat bidang pelayanan perizinan, dimana bidang pelayanan ini merupakan bidang yang sangat penting bagi masyarakat karena perizinan merupakan instrument untuk perlindungan hukum atas kepemilikan atau penyelenggara kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat.

Perizinan juga dilakukan oleh pemerintah untuk melakukan pengendalian atas kegiatan-kegiatan yang berlangsung. Pelayanan perizinan itu sendiri merupakan segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat dalam bentuk legalitas atau melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan, dan kegiatan individu atau organisasi.

Pelayanan perizinan merupakan salah satu bentuk pelayanan publik yang mendapat kritik dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena rendahnya kinerja layanan dalam birokrasi perizinan. Kecenderungan oknum birokrat kita untuk

(19)

dilayani, bukan melayani. Serta kondisi pelayanan perizinan yang selama ini rumit, prosedur yang panjang, waktu yang lama, ketidakjelasan biaya dan banyaknya praktik pungutan liar belum lagi prilaku aparat penyedia layanan yang tidak ekspresif dan tidak mencerminkan jiwa pelayanan yang baik adalah potret buram dari buruknya pelayanan publik.

Pelayanan perizinan di Kota Binjai dapat dilakukan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai. Berdasarkan semua jenis-jenis pelayanan perizinan yang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai, peneliti tertarik untuk meneliti proses pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) karena Izin Mendirikan Bangunan sangat penting dalam pengembangan pembangunan terutama dalam penataan bangunan dan lingkungan, hal ini penting agar sejalan dengan Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK).

Namun kinerja Pelayanan yang diberikan dinas ini sendiri masih belum optimal dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan. Setelah peneliti melakukan pengamatan di lapangan, peneliti menemukan beberapa masalah kinerja pelayanan dalam penerbitan Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai seperti dalam hal kepastian waktu. Masih ditemukannya penerbitan Izin Mendirikan Bangunan yang penyelesaiannya tidak sesuai dengan SOP karena berbagai alasan, diantaranya karena Tim Teknis dari SKPD terkait yang berhalangan hadir ketika survei lapangan dan lamanya proses surat rekomendasi dari SKPD terkait, sehingga menyebabkan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai mengalami keterlambatan dalam melakukan

(20)

proses lanjutan pengolahan data permohonan izin. Dalam menyelenggarakan pelayanan perizinan, Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai memang tidak bisa benar-benar melepaskan hubungan dengan SKPD terkait dikarenakan setiap pengurusan perizinan yang ditangani oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai harus diketahui secara jelas dan disetujui oleh SKPD terkait. Hal ini menyebabkan proses perizinan seperti Izin Mendirikan Bangunan mengalami keterlambatan dalam penerbitannya. Hal ini tentu saja menghambat kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam perbaikan kualitas pelayanan, dimana peningkatan pelayanan dari segi waktu merupakan salah satu tujuan yang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.

Jika dilihat dari rekap izin mendirikan bangunan yang sudah terbit di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai pada tahun 2019, ada 675 izin yang sudah diterbitkan. Namun hanya beberapa saja izin mendirikan bangunan yang selesai tepat waktu, bahkan ada pengurusan izin dari tahun 2018 tetapi baru selesai pada tahun 2019. (diakses dari http://dpmpptsp.binjaikota.go.id/terbit/?tahun=2019&module=izinimb, pada 27

Maret 2020, Pukul 12:55 WIB). Hal ini membuktikan bahwa adanya proses penerbitan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai yang diterbitkan tidak tepat waktu dan tidak sesuai dengan standar waktu pelayanan yang telah ditentukan.

(21)

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti Bagaimana kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam pelayanan izin mendirikan bangunan. Penelitian ini berjudul “Kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dibuat mempunyai tujuan yang hendak dicapai.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan bagaimana kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam memberikan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis, Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menuliskan karya ilmiah di lapangan berdasarkan kajian- kajian teori yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Publik.

2. Secara Akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan

(22)

khususnya dalam bidang Ilmu Administrasi Publik.

3. Secara Praktis, penelitian ini dapat menjadi masukan bagi masyarakat dan pemerintah serta lembaga-lembaga lain yang terkait, yang membutuhkan acuan dalam peningkatan pelayanan publik.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja

Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis (strategic planning) suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai, tanpa ada tujuan dan target, kinerja seseorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya (Mahsun, 2006:25).

Selanjutnya menurut Mangkunegara (2009:67) mengemukakan pengertian kinerja yaitu sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan.

Dalam instansi Pemerintah, penilaian kinerja sangat berguna untuk menilai kualitas, kuantitas, dan efisiensi pelayanan memotivasi para aparatur pelaksana serta memonitor pemerintah agar lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat yang dilayani, dan menuntun perbaikan dalam pelayanan publik. Oleh sebab itu, informasi mengenai kinerja tertentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh organisasi itu memenuhi harapan dan memuaskan pengguna jasa. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja, maka upaya untuk memperbaiki kinerja bisa dilakukan secara lebih terarah dan sistematis.

(24)

Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam pelaksanaan kegiatan program/kebijakan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mewujudkan target, sasaran, visi dan misi maupun tujuan organisasi.

2.1.1 Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan sarana atau alat untuk mengukur hasil suatu aktivitas, kegiatan, atau proses, dan bukan hasil atau tujuan itu sendiri. Indikator berfungsi untuk mengukur kinerja organisasi yang akan digunakan oleh manajemen untuk mengambil tindakan tertentu (Mahmudi, 2005:147).

Indikator penyusun kinerja sangat bervariasi sesuai dengan fokus dan konteks penelitian yang dilakukan, seperti indikator yang diungkapkan oleh Ratminto & Atik Septi Winarsih (20015:174), yaitu:

1. Responsiveness atau responsivitas ini mengukur daya tanggap providers terhadap harapan, keinginan dan aspirasi serta tuntutan konsumen.

2. Responsibility atau responsibilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa jauh proses pemberian pelayanan publik itu dilakukan dengan tidak melanggar ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.

3. Accountability atau akuntabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan seberapa besar tingkat kesesuaian antara penyelenggara pelayanan dengan ukuran-ukuran eksternal yang ada di masyarakat dan dimiliki oleh stakeholders, seperti nilai dan norma yang berkembang di masyarakat.

Penilaian kinerja adalah hal yang sangat penting karena dengan itu dapat digunakan untuk mengetahui kinerja organisasi. Dengan melakukan penilaian terhadap kinerja maka upaya untuk memperbaiki kinerja dapat dilakukan dengan lebih terarah dan sistematis. Sehingga untuk mengetahui dan menilai suatu kinerja organisasi diperlukan indikator-indikator ukuran yang baku dan relevan.

(25)

Pada dasarnya menurut Agus Dwiyanto (2006:50) terdapat beberapa indikator yang biasanya digunakan dalam menilai kinerja. Indikator- indikator yang biasa digunakan dalam menilai kinerja organisasi publik antara lain :

1. Produktivitas

Produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi, tetapi juga efektifitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output. Konsep Produktivitas dirasa terlalu sempit dan kemudian General Accaunting Office mencoba mengembangkan satu ukuran Produktivitas yang lebih luas dengan memasukan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

2. Kualitas layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan seringkali dapat diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Akibat akses informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka bisa menjadi satu ukuran kinerja organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi publik.

3. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Responsivitas disini menunjukkan keselarasan antara program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

Responsivitas dimasukkan kedalam salah satu indikator kinerja karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya, terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Responsivitas yang rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan antara pelayanan dengan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut menunjukan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan organisasi publik.

Organisasi yang memiliki responsivitas rendah dengan sendirinya memiliki kinerja yang jelek pula.

4. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit.

Oleh karena itu responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan dengan responsivitas.

(26)

5. Akuntabilitas

Akuntabilitas berhubungan dengan seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh rakyat, dengan sendirinya akan selalu merepresentasikan kepentingan rakyat.

Dalam konteks ini, konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik itu konsisten dengan kehendak masyarakat banyak. Kinerja organisasi publik tidak hanya bisa dilihat dari ukuran internal yang dikembangkan oleh organisasi publik atau pemerintah, seperti pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal, seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan norma yang berkembang dalam masyarakat.

2.2 Pelayanan Publik

Seiring dengan berkembang pesatnya era globalisasi membuat masyarakat mengajukan tuntutan kepada pemerintah maupun swasta untuk memberikan pelayanan publik yang tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, Surjadi (2012:9) menyatakan bahwa pada hakikatnya pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat.

Menurut Sinambela (2014:5), pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara negara. Kebutuhan dalam hal ini bukanlah kebutuhan secara individual akan tetapi berbagai kebutuhan yang sesungguhnya diharapkan oleh masyarakat, seperti kebutuhan akan kesehatan, pendidikan dan lain-lain. Sejalan dengan itu, pelayanan publik menurut Kurniawan (2005) dalam Pasolong (2008:199), mengatakan bahwa pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain/masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Berdasarkan dari beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa

(27)

pelayanan publik adalah kegiatan pemenuhan kepentingan dan kebutuhan masyarakat atas pelayanan administratif, jasa atau barang, yang dilakukan sesuai dengan tata cara dan peraturan yang berlaku.

2.2.1 Jenis Pelayanan Publik

Munculnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya kepentingan, dan kepentingan tersebut bermacam-macam bentuknya sehingga pelayanan publik yang dilakukan ada beberapa macam.

Menurut Hardiansyah (2011:23) jenis pelayanan umum atau publik yang diberikan pemerintah terbagi dalam tiga kelompok, yaitu :

1. Pelayanan Administratif

Pelayanan administratif adalah pelayanan berupa penyediaan berbagai bentuk dokumen yang diperlukan oleh publik, misalnya : pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Sertifikat Tanah, Akta Kelahiran, Akta Kematian, Buku Kepemilikan Kendaraan Bermotor (BAPAKB), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, dan sebagainya.

2. Pelayanan Barang

Pelayanan barang adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang menjadi kebutuhan publik, misalnya : jaringan telepon, penyedia tenaga listrik, penyedia air bersih.

3. Pelayanan Jasa

Pelayanan jasa adalah pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan publik, misalnya : Pendidikan tinggi dan menengah, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan transportasi, jasa pos, sanitasi lingkungan, persampahan, penanggulangan bencana, pelayanan sosial.

Beberapa jenis pelayanan publik yang dikemukakan oleh Hardiansyah (2011:23), mengungkapkan bahwa bentuk pelayanan publik itu terdiri atas tiga jenis, yaitu : Pertama pelayanan administratif, kedua pelayanan barang, dan ketiga yaitu pelayanan jasa.

(28)

Dapat disimpulkan dari beberapa bentuk pelayanan tersebut, pelayanan adalah kebutuhan yang mendasar yang dilakukan pemerintah sebagai instansi penyedia pelayanan publik untuk memberikan pelayanan yang optimal bagi masyarakatnya sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri.

2.2.2 Kualitas Pelayanan Publik

Sebagai salah satu fungsi utama pemerintahan maka pelayanan tersebut sudah seharusnya dapat diselenggarakan secara berkualitas oleh pemerintahan.

Sampara (1999) dalam Hardiyansyah (2011:35), mengemukakan bahwa kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan dalam memberikan layanan sebagai pembakuan pelayanan yang baik. Sementara itu menurut Ibrahim (2008) dalam Hardiyansyah (2011:40), kualitas pelayanan publik merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan dimana penilaian kualitasnya ditentukan pada saat terjadi pemberian pelayanan publik tersebut

Menurut Goetsch dan Davis dalam Hardiyansyah (2011:36), menyatakan bahwa Kualitas pelayanan adalah sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhinya harapan/kebutuhan pelanggan, dimana pelayanan dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan produk dan jasa (pelayanan) sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan.

Dalam hal ini, kualitas pada dasarnya terkait dengan pelayanan yang baik, yaitu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan atau masyarakat secara memuaskan. Sebagaimana dikemukakan oleh Trigono dalam Hardiyansyah (2011:94), bahwa pelayanan yang terbaik yaitu yang melayani setiap saat, secara

(29)

tepat dan memuaskan, berlaku sopan, ramah dan menolong serta profesional, bahwa kualitas ialah standar yang harus dicapai oleh seseorang/

kelompok/lembaga/organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan pada yang dilayani, baik internal maupun eksternal dalam arti optimal atas pemenuhan atas tuntutan/persyaratan pelanggan masyarakat.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pengertian kualitas pelayanan publik, dapat dikatakan bahwa kualitas pelayanan publik adalah totalitas dari kemampuan pihak penyelenggara pelayanan dalam memberikan layanan akan produk (barang atau jasa) maupun layanan administrasi kepada pelanggan/masyarakat, yang dapat memenuhi kebutuhan dan dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan berdasarkan kesesuaian dengan harapan dan kenyataan yang diterima oleh pelanggan/masyarakat.

2.2.3 Asas Pelayanan Publik

Pelayanan yang berkualitas harus memberikan kejelasan sistem dan prosedur sehingga ada kepastian yang diperoleh masyarakat pengguna layanan.

Lebih lanjut Ati & Ratminto (20015:245) menyebutkan bahwa, ada beberapa asas dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan atau pemerintahan, asas-asas ini dapat memberikan pedoman tentang efektivitas, efesiensi dan akuntabilitas pelayanan.

Asas-asasnya adalah sebagai berikut :

1. Empati dengan customers, pegawai yang melayani urusan perizinan dari instansi penyelenggara jasa perizinan dapat berempati dengan masyarakat pengguna jasa pelayanan.

2. Pembatasan prosedur, prosedur harus dirancang sependek mungkin, dengan demikian konsep one stop shop benar-benar diterapkan.

(30)

sesederhana mungkin dan dikomunikasikan kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan.

4. Minimalisasi persyaratan pelayanan, persyaratan dalam mengurus pelayanan harus dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benarbenar diperlukan.

5. Kejelasan kewenangan, kewenangan pegawai yang melayani masyarakat pengguna jasa pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin dengan membuat bagan tugas distribusi kewenangan.

6. Transparansi biaya, biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal mungkin dan setransparan mungkin.

7. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan, jadwal dan durasi pelayanan juga harus pasti, sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas dan tidak resah.

8. Minimalisasi formulir, formulir-formulir harus dirancang secara efisien, sehingga akan dihasilkan formulir yang komposit (satu formulir yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan).

9. Maksimalisasi masa berlakunya izin, untuk menghindarkan terlalu seringnya masyarakat mengurus izin, maka masa berlakunya izin harus ditetapkan selama mungkin.

10. Kejelasan hak dan kewajiban providers dan customers, hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik bagi providers maupun bagi customers harus dirumuskan secara jelas, dan dilengkapi dengan sangsi serta ketentuan ganti rugi.

11. Efektivitas penanganan keluhan, pelayanan yang baik sedapat mungkin harus menghindari terjadinya keluhan.

Dengan asas-asas pelayanan publik seperti ini akan menimbulkan kepercayaan masyarakat kepada para Aparatur Sipil Negara sehingga akan terjalinnya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat. Penerapan asas-asas ini juga akan membantu pemerintah Binjai dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pelayanan, dimana para Aparatur Sipil Negara akan memberikan pelayanan prima tanpa memandang bulu. Segala sesuatunya dilakukan dengan responsif, transparan, dan akuntabel dengan meminimalisir formulir-formulir dan adanya kepastian jadwal dan prosedur pelayanan yang pada akhirnya akan membuat masyarakat tidak akan resah dan menunggu lama.

(31)

2.3 Pelayanan Perizinan

Konsep pelayanan perijinan dikemukakan oleh Ratminto (2015:243), yakni pelayanan perizinan merupakan segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat yang bersifat legalitas atau yang melegalkan kepemilikan, hak, keberadaan dan kegiatan individu atau organisasi. Faktor utama dalam pelayanan perizinan terletak pada sumberdaya manusianya. Dalam hal ini pemerintah atau birokrat yang berperan sebagai pemberi layanan (Ratminto 2015:42). Hal ini menunjukkan bahwa peran pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan perizinan merupakan salah satu aspek penting. Pemerintah perlu memberikan pelayanan secara optimal kepada masyarakat dengan memperhatikan beberapa asas penting dalam pelaksanaannya (Ratminto, 2015:245) asas tersebut meliputi:

a. Empati terhadap masyarakat

Pegawai yang melayani urusan perizinan dari instansi penyelenggara jasa perizinan harus berempati dengan masyarakat pengguna jasa pelayanan

b. Pembatasan prosedur

Prosedur harus dirancang sependek mungkin, dengan demikian konsep one stop service benar-benar diterapkan.

c. Kejelasan tatacara pelayanan.

Tatacara pelayanan harus didesain sesederhana mungkin dan dikomunikasikan kepada masyarakat penggunga jasa pelayanan.

d. Minimalisasi persyaratan pelayanan.

Persyaratan dalam mengurus pelayanan harus dibatasi sesedikit mungkin dan sebanyak yang benar-benar diperlukan.

e. Kejelasan kewenangan.

Kewenangan pegawai yang melayani masyarakat pengguna jasa pelayanan harus dirumuskan sejelas mungkin dengan membuat bagan tugas dan distribusi kewenangan.

f. Transparansi biaya.

Biaya pelayanan harus ditetapkan seminimal mungkin dan setransparan mungkin

g. Kepastian jadwal dan durasi pelayanan

Jadwal dan durasi pelayanan juga harus pasti, sehingga masyarakat memiliki gambaran yang jelas dan tidak resah

(32)

h. Minimalisasi formulir.

Formulir-formulir harus dirancang secara efisien, sehingga akan dihasilkan formulir komposit (satu formulir yang dapat dipakai untuk berbagai keperluan)

i. Maksimalkan masa berlakunya izin

Untuk menghindarkan terlalu seringnya masyarakat mengurus izin, maka masa berlakunya izin harus ditetapkan selama mungkin.

j. Kejelasan hak dan kewajiban

Hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik bagi pegawai maupun bagi masyarakat harus dirumuskan secara jelas dan dilengkapi dengan sanksi serta ketentuan ganti rugi.

k. Efektivitas penanganan keluhan

Pelayanan yang baik sedapat mungkin harus menghindarkan terjadinya keluhan

2.3.1 Izin Mendirikan Bangunan

Izin mendirikan bangunan merupakan hal sangat penting untuk menciptakan tata kehidupan masyarakat yang aman dan tertib melalui perwujudan pemanfaatan lahan yang serasi dan seimbang dengan kebutuhan dan kemampuan daya dukung lingkungan dan perkembangan daerah dalam rangka mewujudkan kelestarian lingkungan hidup. Tujuan adanya izin mendirikan bangunan adalah agar bangunan yang didirikan oleh masyarakat dapat tertata dengan baik dan memenuhi persyaratan, layak digunakan, dan tidak merusak lingkungan. Upaya mewujudkan program pembangunan atau pengembangan kota serta manfaat ruan kota secara optimal, seimbang dan serasi agar tercipta kondisi daerah yang tertib dan teratur sesuai dengan Peraturan Daerah yang berlaku mengenai Izin Mendirikan Bangunan. Izin Mendirikan bangunan juga mempunyai manfaat bagi masyarakat.

Adapun manfaat Izin Mendirikan Bangunan bagi masyarakat adalah:

1. Bangunan yang memiliki Izin Mendirikan Bangunan dapat meningkatkan nilai ekonomis bangunan.

(33)

2. Bangunan dapat dijadikan sebagai jaminan.

3. Dari aspek legalitas mendapat perlindungan hukum yang berarti pemerintah akan membayar ganti rugi apabila bangunan beralih fungsi menjadi fasilitas umum atau bangunan terkena pelebaran jalan.

4. Dengan pembayaran retribusi pembuatan Izin Mendirikan Bangunan berarti telah ikut menyumbang dalam pendapatan asli daerah.

5. Daerah yang ditinggali menjadi tertata dengan baik dan teratur karena bangunan dibuat sesuai dengan lokasi peruntukannya.

Dengan perkembangan Kota Binjai yang semakin pesat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga perlu pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan mendirikan bangunan guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan, Pemerintah Kota Binjai telah menetapkan Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

Pengaturan dan pembinaa bangunan gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Perda No. 9 Tahun 2011 bertujuan untuk :

1. Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang sesuai dan selaras dengan lingkungannya.

2. Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin kendala teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan.

3. Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

(34)

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Binjai Nomor 9 Tahun 2011, Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk membangun baru atau mengubah bangunan sesuai dengan persyaratan administrasi dan persyaratan teknis yang berlaku. Izin Mendirikan Bangunan merupakan izin yang diberikan oleh Walikota kepada orang pribadi atau badan untuk mendirikan suatu bangunan atau menambah bangunan dengan tujuan agar desain, pelaksanaan pembangunan, dan bangunan yang dimaksud sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang berlaku, sesuai dengan Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Luas Bangunan (KLB), Koefisien Ketinggian Bangunan (KKB) yang di tetapkan, dan sesuai dengan syarat-syarat keselamatan bagi yang menempati bangunan tersebut.

Sebelum mengajukan permohonan Izin Mendirikan Bangunan (IMB), pemohon harus minta keterangan tentang arahan perencanaan secara cuma-cuma kepada Kepala Dinas/Petugas yang ditunjuk tentang rencana-rencana mendirikan/mengubah bangunan sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 47 Perda No 9 Tahun 2011 Kota Binjai, yang meliputi:

1. Jenis/peruntukan bangunan;

2. Luas lantai bangunan yang diizinkan;

3. Jumlah lantai/lapis bangunan diatas/dibawah permukaan tanah yang diizinkan;

4. Garis sempadan yang berlaku;

5. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) yang diizinkan;

6. Koefisiensi Lantai Bangunan (KLB);

7. Persyaratan-persyaratan bangunan;

8. Persyaratan banguna, pelaksanaan dan pengawasan bangunan;

9. Hal-hal yang dipandang perlu.

Kewajiban memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) ini adalah sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2011 yang berbunyi : Setiap orang yang akan mendirikan bangunan harus terlebih dahulu mendapatkan Izin Mendirikan

(35)

Bangunan (IMB) dari Pemerintah Daerah. Hanya untuk hal-hal tertentu saja ada pembebasan seperti tercantum dibawah ini yang sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2011, yaitu :

1. Membuat lubang-lubang ventilasi, penerangan dan sebagainya yang luasnya tidak lebih dari 1 m2 (satu meter bujursangkar) dengan sisi terpanjang mendaftar tidak lebih dari 2 (dua) meter;

2. Membongkar bangunan yang menurut pertimbangan Kepala Dinas tidak membahayakan;

3. Pemeliharaan/perbaikan bangunan dengan tidak merubah denah konstruksi maupun arsitektonis dari bangunan semula yang telah mendapat izin;

4. Mendirikan bangunan yang tidak permanen untuk memelihara binatang jinak atau taman- taman dengan syarat-syarat sebagai berikut :

a. Ditempatkan dihalaman belakang;

b. Luas tidak melebihi 10 (sepuluh) meter persegi dan tingginya tidak lebih dari 2 (dua) meter

5. Membuat kolam hias taman dan patung-patung, tiang bendera dihalaman perkarangan rumah;

6. Membongkar bangunan yang termasuk dalam kelas tidak permanen;

7. Mendirikan Bangunan sementara yang pendiriannya telah diperoleh izin dari Walikota untuk paling lama 1 (satu) bulan;

8. Mendirikan perlengkapan bangunan yang pendiriannya telah diperoleh izin selama mendirikan suatu bangunan.

Permohonan untuk pembuatan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) harus dilampiri dengan dokumen administrasi dan dokumen rencana teknis sesuai dengan Perda No. 9 Tahun 2011, sebagai berikut:

1. Gambar situasi;

2. Gambar rencana bangunan;

3. Gambar struktur untuk bangunan bertingkat (lebih dari 2 lantai);

4. Surat pernyataan bermaterai dari pemohon, kecuali untuk non hunian dibutuhkan rekomendasi pembangunan dari Lurah yang bersangkutan dan diketahui oleh Camat yang bersangkutan;

5. Foto copy pemohon;

6. Salinan atau foto copy pemilikan tanah/surat keterangan lurah tentang situs kepemilikan tanah;

7. Surat akta jual beli apabila bangunan tersebut sudah dijualbelikan;

8. Foto copy izin pemanfaatan ruang bagi bangunan non-hunian;

9. Persetujuan/izin pemilik tanah untuk bangunan yang didirikan diatas tanah yang bukan miliknya;

10. Foto copy tanda pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun berjalan;

(36)

Pemohon Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat ditolak, apabila:

1. Syarat-syarat administratif tidak terpenuhi;

2. Syarat teknis tidak terpenuhi;

3. Peruntukan pola ruang tidak sesuai dengan permohonan.

Sanksi dari Pelanggaran Izin Mendirikan Bangunan menurut Perda No. 9 Tahun 2011, yaitu : Setiap orang yang melanggar ketentuan Izin Mendirikan Bangunan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah diancam pidana kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

2.4 Definisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak: kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep, peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya. (Effendi dan Singarimbun:2015). Oleh karena itu, untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang akan diteliti, maka peneliti mengemukakan definisi konsep dari penelitian, yaitu:

1. Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau kelompok orang dalam pelaksanaan kegiatan program/kebijakan sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya masing-masing dalam rangka mewujudkan target, sasaran, visi dan misi maupun tujuan organisasi.

2. Pelayanan Publik adalah kegiatan pemenuhan kepentingan dan kebutuhan masyarakat atas pelayanan administratif, jasa atau barang, yang dilakukan sesuai dengan tata cara dan peraturan yang berlaku.

(37)

3. Izin Mendirikan Bangunan adalah izin yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk membangun bangunan baru atau mengubah bangunan sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

2.5 Hipotesis Kerja

Hipotesis Kerja merupakan jawaban sementara peneliti terhadap penelitian yang dilakukan. Dalam penelitian kualitatif, hipotesis tidak diuji tetapi diusulkan sebagai suatu panduan dalam proses analisis data. Hipotesis kerja adalah yang bersumber dari kesimpulan teoritik, sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Peneliti merumuskan hipotesis kerja dalam penelitian ini yaitu kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan yang dikemukakan oleh Dwiyanto meliputi produktivitas, kualitas layanan, responsivitas, responsibilitas dan akuntabilitas.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian

Pendekatan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yaitu pendekatan yang berusaha untuk memberikan gambaran mengenai berbagai hal yang ada menjadi bahan penelitian dengan cara menggali, mendalami, menemukan fakta- fakta dan permasalahan-permasalahan yang dihadapi untuk kemudian dipaparkan melalui penafsiran dan dianalisa menggunakan penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor (dalam Moloeng, 2007:4) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati dari fenomena yang terjadi. Lebih lanjut Moloeng (2007:11) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif menekankan pada data berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka yang disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif.

Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu metode kualitatif lebih bisa dan lebih mudah menyesuaikan apabila berhadapan dengan kenyataan ganda, metode ini menyajikan hakekat hubungan antara peneliti dan informan secara langsung dan metode ini lebih peka sehingga dapat menyesuaikan diri dan banyak penajam pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi peneliti (Tanzeh & Suyitno, 2006:116).

Penerapan pendekatan kualitatif dengan pertimbangan kemungkinan data yang diperoleh di lapangan berupa data dalam bentuk fakta yang perlu adanya analisis secara mendalam. Maka pendekatan kualitatif akan lebih mendorong pada pencapaian data yang bersifat lebih mendalam terutama dengan keterlibatan

(39)

peneliti sendiri di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti menjadi instrumen utama dalam mengumpulkan data yang dapat berhubungan langsung dengan instrumen atau objek penelitian (Sugiyono, 2005:2). Dengan menggunakan metode kualitatif, maka peneliti akan mengumpulkan fakta-fakta atau informasi yang berhubungan dengan kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Binjai Provinsi Sumatera Utara yaitu di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai yang beralamat di Jl. Jambi No.3, Rambung Barat, Binjai Selatan, Kota Binjai, Sumatera Utara.

Peneliti mengambil lokasi penelitian di atas dikarenakan adanya beberapa masalah yakni masih adanya bangunan-bangunan yang berdiri tanpa memiliki izin mendirikan bangunan dan adanya proses penyelesaian Izin Mendirikan Bangunan yang diterbitkan tidak sesuai dengan standar waktu pelayanan yang telah ditetapkan. Jika dilihat dari rekap izin yang sudah selesai tahun 2019 hanya beberapa saja izin yang selesai tepat waktu. Bahkan ada izin dari 2018 yang baru terselesaikan ditahun 2019.

3.3 Informan Penelitian

Menurut Bungin (2011:50) informan adalah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas dan mendalam mengenai masalah penelitian. Informan berfungsi untuk membantu menjaring sebanyak-banyaknya data dan informasi yang akan bermanfaat bagi bahan analisis. Pemilihan informan pada penelitian difokuskan pada masalah yang diteliti.

(40)

Informan penelitian adalah subjek yang memahami informasi objek penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan purposive sampling, yaitu metode penetapan informan yang dibutuhkan atau memilih narasumber yang benar-benar mengetahui tentang Kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai sehingga informan akan memberikan informasi secara tepat sesuai dengan yang dibutuhkan oleh peneliti.

Purposive sampling adalah metode penetapan sampel dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu disesuaikan dengan informasi yang dibutuhkan.

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini sebagai berikut:

Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian

No Status Informan Informasi yang dibutuhkan 1. Sekretaris

DPMPTSP Kota Binjai

1. Produktivitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan IMB di kantor DPMPTSP kota Binjai.

2. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan IMB di DPMPTSP kota Binjai.

3. Daya tanggap pegawai DPMPTSP kota Binjai dalam merespon setiap keluhan dan kebutuhan maupun keluhan masyarakat

4. Keselarasan antara SOP IMB yang telah ditetapkan DPMPTSP kota Binjai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat

5. Bentuk tanggung jawab DPMPTSP kota Binjai terhadap kinerja pelayanan publiknya kepada Walikota Binjai

1

2. Kepala Bidang Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan

1. Produktivitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan IMB di kantor DPMPTSP kota Binjai.

2. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan IMB di DPMPTSP kota Binjai.

1

(41)

3. Daya tanggap pegawai DPMPTSP kota Binjai dalam merespon setiap keluhan dan kebutuhan maupun keluhan masyarakat

4. Keselarasan antara SOP IMB yang telah ditetapkan DPMPTSP kota Binjai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat

5. Bentuk tanggung jawab DPMPTSP kota Binjai terhadap kinerja pelayanan publiknya kepada Walikota Binjai

3. Staff DPMPTSP Kota Binjai

1. Produktivitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan IMB di kantor DPMPTSP kota Binjai.

2. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap kualitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan IMB di DPMPTSP kota Binjai.

3. Daya tanggap pegawai DPMPTSP kota Binjai dalam merespon setiap keluhan dan kebutuhan maupun keluhan masyarakat

4. Keselarasan antara SOP IMB yang telah ditetapkan DPMPTSP kota Binjai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat

5. Bentuk tanggung jawab DPMPTSP kota Binjai terhadap kinerja

pelayanan publiknya kepada Walikota Binjai

3

4. Kepala Seksi Pengawasan dan

Penindakan Bangunan Dinas

Perumahan dan Kawasan Pemukiman (Tim

Teknis DPMPPTSP kota

Binjai)

1. Tugas pokok SKPD terkait sebagai tim teknis dalam pelayanan IMB di DPMPPTSP kota Binjai

2. Koordinasi antara SKPD terkait dalam hal ini Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman dengan DPMPPTSP kota Binjai

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman sebagai tim teknis dalam pelaksanaan pelayanan IMB di DPMPPTSP kota Binjai

4. Tanggapan Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman terhadap

1

(42)

hambatan-hambatan tersebut 5. Masyarakat yang

mengurus Izin Mendirikan Bangunan

1. Produktivitas terkait kinerja pelayanan publik dalam penerbitan IMB di DPMPTSP kota Binjai 2. Tingkat kepuasan masyarakat

terhadap kualitas kinerja pelayanan publik dalam penerbitan IMB di DPMPTSP kota Binjai

3. Daya tanggap pegawai DPMPTSP kota Binjai dalam merespon setiap keluhan dan kebutuhan masyarakat 4. Keselarasan antara SOP IMB yang

telah ditetapkan DPMPTSP kota Binjai dengan Kebutuhan dan keinginan masyarakat

5. Bentuk tanggung jawab DPMPTSP kota Binjai terhadap kinerja pelayanan publiknya kepada masyarakat

5

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2003:57). Oleh karena itu data yang dihimpun merupakan data yang memuat segala informasi mengenai masalah penelitian yang dipecahkan atau dijawab. Guna memperoleh data dan informasi serta keterangan-keterangan bagi kepentingan peneliti teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.4.1 Wawancara

Metode wawancara yakni dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung kepada informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi dengan masalah yang berhubungan dengan penelitian. Tujuan diadakan wawancara dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data, informasi,

(43)

penjelasan tentang kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam Melaksanakan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan.

Wawancara yang dilakukan termaksud wawancara mendalam (In-Depth Interview). Menurut Bungin (2007:108) wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan informan atau yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Hal ini akan membuat si pewancara dapat memberi pertanyaan yang lebih terperinci lagi tentang kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam Melaksanakan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan, sehingga peneliti dapat mengetahui masalah-masalah yang mendalam dan mendeskripsikan faktor-faktor penghambat kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu dalam Melaksanakan Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan di Kota Binjai dengan mengunakan metode wawancara In- Depth Interview.

3.4.2 Dokumentasi

Selain menggunakan teknik wawancara untuk pengumpulan data juga menggunakan teknik dokumentasi. Dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Sebagian besar datanya yang tersedia adalah dalam bentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, dan sebagaianya yang dapat mendukung suatu penelitian (Bungin,2007:108).

(44)

Menurut Moleong (2017) membagi dokumen kepada dua jenis, yaitu dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dengan demikian, peneliti akan membuat pedoman dokumentasi.

3.4.3 Observasi

Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin,2007:115) seperti kegiatan pengamatan terhadap obyek penelitian ini untuk memperoleh keterangan data yang lebih akurat mengenai hal- hal yang diteliti serta untuk mengetahui relevasi antara jawaban responden dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.

3.5 Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu;

3.5.1 Data Primer

Data yang diperoleh langsung di lapangan ketika penelitian dilakukan.

Data ini dikumpulkan secara langsung di lapangan melalui wawancara, observasi, maupun dokumentasi terhadap narasumber perwakilan instansi ataupun perorangan yang dijadikan informan penelitian.

3.5.2 Data Sekunder

Data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh organisasi di luar penelitian itu sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli. Data ini sudah diolah lebih lanjut dan disajikan oleh pihak pengumpul data primer atau pihak lain misalnya dalam bentuk narasi, tabel-tabel atau diagram-diagram.

(45)

3.6 Teknik Analisis Data

Sesuai dengan metode penelitian, teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisa data kualitatif. Teknik analisa data kualitatif dilakukan dengan menyajikan data yang dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul, menyusunnya, kemudian dikategorikan pada tahap berikutnya, dan memeriksa keabsahan data serta menafsirkannya dengan analisis sesuai dengan kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian (Moleong, 2007:247).

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2007:243), terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis data, yaitu sebagai berikut:

3.6.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-waktu data diperlukan kembali. Dalam penelitian ini peneliti mereduksi dan memilah data hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi. Karena data yang diperoleh dari lapangan masih kompleks dan bersifat mentah. Maka peneliti hanya akan memilih data yang benar-benar relevan berkaitan dengan kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam melaksanakan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan.

(46)

3.6.2 Penyajian Data

Penyajian data bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

Setelah langkah pertama selesai, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data dalam penelitian dengan teks yang bersifat naratif, bagan, maupun dalam bentuk tabel. Sehingga memudahkan peneliti memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja, selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3.6.3 Pengambilan Kesimpulan

Pengambilan kesimpulan adalah penarikan kesimpulan dengan berangkat dari rumusan atau tujuan penelitian kemudian senantiasa diperiksa kebenarannya untuk menjamin keabsahannya. Kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung, maka verifikasi dilakukan sepanjang penelitian berlangsung sejalan triangulasi sehingga menjamin signifikansi atau kebermaknaan hasil penelitian.

Pengambilan kesimpulan diarahkan kepada hal-hal yang umum untuk mengetahui jawaban dari permasalahan.

3.7 Teknik Keabsahan Data

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk memeriksa keabsahan data. Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam suatu penelitian untuk menjaring data/informasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pemeriksaan atau pembanding terhadap data itu. Triangulasi merupakan suatu metode yang dipakai dalam penelitian kualitatif. Dengan mengumpulkan dan membandingkan multiple dataset satu sama lain, triangulasi membantu meniadakan ancaman bagi

Gambar

Tabel 3.1 Matriks Informan Penelitian
Gambar 4.2 SOP Izin Mendirikan Bangunan Dinas Penanaman Modal dan  Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai
Gambar 4.3 Standar Waktu dan Biaya Perizinan Dinas Penanaman Modal  dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai
Gambar 4.4 Loket Informasi pada Bagian Front Office
+7

Referensi

Dokumen terkait

bahwa dalam rangka melaksanakan pelayanan perizinan dan non perizinan di Kota Bogor yang dilimpahkan kepada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

Media komunikasi visual yang efektif, komunikatif dan sesuai kriteria desain untuk melengkapi kegiatan promosi ada 10 macam yang terdiri dari e-flyer (merupakan flyer

2) Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab pertanyan yang telah di identifikasi melalui kegiatan: • Mengamati dengan seksama materi persilangan

Proses browning pada jamur kontrol tidak secepat jamur yang dikemas plastik berperforasi karena kadar air pada kontrol menurun secara drastis dibandingkan jamur yang

worksheet merupakan suatu bahan ajar cetak berupa lembaran yang berisi materi dan tugas yang ada petunjuk pembelajaran dan langkah- langkah untuk menyelesaikan

Sensor MLX90614 merupakan sensor yang digunakan untuk mengukur suhu dengan memanfaatkan radiasi gelombang infra merah.. Sensor ini didesain khusus untuk mendeteksi

Badan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal Kabupaten Sragen menerapkan konsep One Stop Service dalam pelayanan perizinan dengan tujuan pelayanan perizinan menjadi

Perizinan dan Non Perizinan dari Bupati kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sistem Elektronik