• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asy-Syaikh Muhammad Bazmul Berbicara Tentang Ali Hasan Al- Halabi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asy-Syaikh Muhammad Bazmul Berbicara Tentang Ali Hasan Al- Halabi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Asy-Syaikh Muhammad Bazmul Berbicara Tentang Ali Hasan Al- Halabi

Giliran berikutnya,

Asy-Syaikh DR.Muhammad Bazmul

berbicara tentang Ali Hasan Al- Halabi…..

Simak dan renungilah….

Campakkan sikap fanatik individu, golongan, dan

Ikuti wasiat dan nasehat para ulama’ kibar pasti anda selamat…… Semoga Allah merahmati kita.

Ya Allah, Al-Haq lebih aku sukai dan lebih aku dahulukan dari semuanya.

Kokohkanlah daku di atasnya!

————————————————-

Fatwa dari Asy-Syaikh DR. Muhammad Umar Bazmul:

(2)

“WASPADALAH DARI PENYIMPANGAN MANHAJ ALI HASAN AL-HALABI.”

Saudara pembaca, Asy-Syaikh DR. Muhammad Umar Bazmul adalah salah seorang ulama dari negeri Makkah Al-Mukarramah. Beliau adalah seorang dosen di Universitas Ummul Qura Makkah yang dikenal dengan keluasan ilmunya, sebagaimana nampak dari berbagai karyanya di berbagai bidang ilmu agama.

Asy-Syaikh DR. Muhammad Umar Bazmul menjawab seputar syubuhat yang beredar di beberapa situs internet yang menyebutkan bahwasanya beliau tidak sepakat dengan karya tulis yang disusun oleh adik kandung beliau yang bernama Fadhilatu Asy-Syaikh DR. Ahmad Umar Bazmul yang berisi bantahan terhadap berbagai penyimpangan manhaj Ali Hasan Al-Halabi.

Kini kami menyuguhkan kepada para pembaca hasil terjemah dari rekaman jawaban Asy-Syaikh DR. Muhammad bin Umar Bazmul mengenai penyimpangan manhaj Ali Hasan Al-Halabi sekaligus bimbingan beliau untuk Ahlussunnah dalam menentukan sikap terhadap orang ini.

Rekaman diambil dari acara tanya jawab bersama beliau pada daurah ilmiyah yang dilaksanakan di Masjid Al-Anshar kompleks Ma’had Al-Anshar Sleman Yogyakarta pada tanggal 25 Rajab-2 Sya’ban 1431/8-15 Juli 2010. Para pembaca pun dapat mendengar langsung rekaman suara yang disampaikan oleh beliau.

Tujuan kami menampilkan tulisan ini adalah untuk membantu para pembaca dalam menyikapi penyimpangan manhaj Ali Hasan Al-Halabi dengan cara yang ilmiyah dan jauh dari sikap ashobiyah yang tidak objektif dan tercela.

Penanya:

Bagaimana sikap seorang salafy terhadap Ali Hasan Al-Halabi?

Asy-Syaikh Muhammad bin Umar Bazmul menjawab:

Sikap seorang salafy terhadap Ali Hasan Al-Halabi adalah tawaqquf dari menerima (ilmunya) dan berhati-hati dari mengambil ilmu darinya, baik ilmu yang disampaikan melalui berbagai muhadharah (ceramah) maupun dari berbagai karya tulisnya, terkhusus karya-karyanya pada akhir-akhir ini. Karena kini Asy- Syaikh Ali memiliki sikap-sikap masybuhah (rancu) yang menyelisihi keyakinan Ahlussunnah Wal Jama’ah. Kini dia mulai menempuh sikap (manhaj) yang harus

(3)

dia koreksi ulang, serta harus dia luruskan kembali sesuai dengan cara bersikap (manhaj) yang telah ditempuh oleh para ahli hadits dan pengikut jejak manhaj as- salafus salih.

Maka sudah seharusnya tawaqquf terhadapnya dan tidak mengambil ilmu dari berbagai karya tulis dan muhadharah yang disampaikannya, terkhusus pada akhir-akhir ini. Sudah seharusnya untuk waspada dari (manhaj)nya sekaligus mentahdzir (memeringatkan ummat) dari orang ini, sampai benar-benar ia kembali kepada al-haq dan membersihkan dirinya (dari berbagai keyakinannya yang menyimpang), sehingga disaat itu boleh untuk menempuh jalannya.

Kemudian Asy-Syaikh Muhammad Bazmul ditanya tentang beberapa bentuk penyimpangan Ali Hasan, maka beliau menjawab:

Kesalahan paling fatal yang ada pada diri Asy-Syaikh Ali Hasan Al-Halabi adalah:

1. Dia berupaya merobohkan kaidah Ahlussunnah Wal Jama’ah dalam berinteraksi dengan para pengikut hawa nafsu dari kalangan Ahlul Bid’ah dan orang-orang yang menyimpang. (sekali lagi) penyimpangan paling berbahaya pada diri Asy- Syaikh Ali Hasan Al-Halabi adalah upayanya merobohkan prinsip pokok dalam menyikapi Ahlul Bid’ah dan orang-orang yang menyimpang serta para pengikut hawa nafsu. Dia ingin menyetarakan antara Ahlussunnah dan Ahlul Bid’ah. Ini adalah manhaj yang paling berbahaya yang ada pada diri Asy-Syaikh Ali Hasan Abdul Hamid. Manhaj seperti ini tentu sangat berbahaya sekali, karena dapat menimbulkan berbagai dampak buruk yang sangat besar.

2. Termasuk dari bentuk kesalahan fatal yang ada padanya adalah upayanya merendahkan kedudukan ulama, dan memposisikan dirinya seolah-olah seperti kibarul ‘ulama (ulama senior). Dia mencoba menjatuhkan Asy-Syaikh Rabi’ (Al- Madkhali) dan Asy-Syaikh ‘Ubaid (Al-Jabiri). Seolah-olah posisi dirinya dengan kedua syaikh tersebut adalah teman selevel (seangkatan). Sikap seperti ini merupakan adab yang jelek. Berbagai ungkapannya dalam hal ini mengandung makna penghinaan dan pelecehan yang tidak pantas diucapkan terhadap para ulama.

Ada beberapa peyimpangan lainnya yang semuanya telah disebutkan oleh saudara (kandung)ku Asy-Syaikh Ahmad dalam tulisannya (tentang Asy-Syaikh Ali Hasan) yang berjudul Shiyanatus Salafy ‘An Wasawisi ‘Ali Al-Halabi 1) .

(4)

—————————–

Footnote: Judul aslinya adalah Shiyanatus Salafy Min Waswasati Wa Talbisati Ali Al-Halabi (Penjagaan salafy Dari Bisikan Jahat dan Tipu Daya Ali Al-Halabi, pent.)

Download Suara

Download Format WORD

Diterjemahkan oleh:

Abdul Wahid bin Faiz At-Tamimi Ma’had As-Salafy Jember

Diambil dari: http://www.assalafy.org/mahad/?p=526

Hukum Membaca Do’a Qunut

Witir Dengan Nada

(5)

Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiri ditanya hukum menadakan bacaan do’a Qunut Witir

Asy-Syaikh Ubaid Al-Jabiri menjawab: Kami tidak mengetahui adanya tartil kecuali pada Al-Qur’an Al-Karim.

Kebanyakan Orang pada hakekatnya tidak dapat membedakan, yakni kebanyakan kaum muslimin tidak dapat membedakan antara tartil dengan taghonni (melagukan). Tartil adalah tamahhul (membaca dengan berlahan), seandainya ia membaca “Al-Hamdulillahi Rabbil ‘alami * Ar-Rahmanir Rahim” ini adalah tartil selama ia membacanya dengan berlahan, dan yang dituntut adalah dengan membaguskan suara. Yang seperti ini khusus untuk Al-Qur’an.

Adapun apa yang dilakukan sebagian kaum muslimin, maka aku tidak mengetahui sampai sekarang ini apa yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin ketika menadakan do’a qunut sebagaimana mereka melagukan Al-Qur’an. Sampai sekarang aku tidak mengetahui adanya dalil ttg hal ini.

Dan Aku khawatir ini termasuk bid’ah yang muhdats. [selesai]

Sumber Fatwa: Pelajaran beliau, Syarah Kitab ‘Umdatul Fiqh, Kitabush Shiyam, pertanyaan terakhir dari kaset ke empat pada side B.

D i t e r j e m a h k a n d a r i :

http://www.sahab.net/forums/showthread.php?s=daade96d570a46661f91ca287f7 6236d&p=784889#post784889

(6)

Kitab Gratis: Taudhihul Abhar li Tadzkiroti Ibnil Mulaqqin, Tahqiq Syaikh Abdullah Al-Bukhari (PDF sesuai versi cetak)

Judul: At-Taudhihul Abhar li Tadzkiroti Ibnil Mulaqqin fii ‘Ilmil Atsar Penulis: Al-Imam As-Sakhowi (Murid Ibnu Hajar)

Tema: Tentang Ilmu Mushtolah Hadits Peneliti: Asy-Syaikh Abdullah Al-Bukhari

Pujian dan Pendahuluan: Asy-Syaikh Dr. Abdurrahim bin Muhammad Al- Qasyqari

Cetakan: Pertama 1418 H / 1998 M

Penerbit: Maktabah Adhwa’ Salaf, Riyadh

(7)

Halaman: 144 hal.

Berat: 1.8 Mb

Link Download

At-Taudhihul Abhar li Ibnil Mulaqqin (Tahqiq al Bukhari) at-taudhihul-abhar.pdf

1.8 MiB

124 Downloads Details

Hukum Membungkukkan Badan Untuk Mengambil Sesuatu Ketika Shalat

Pertanyaan: Wahai Syaikh, Ada Seseorang ketika berdiri pada shalat zhuhur dia membungkukkan membungkukkan badannya untuk mengambil sapu tangan. Apakah shalatnya batal dengan gerakkan seperti tersebut?

(8)

Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin menjawab, Ya, shalatnya batal dengan gerakkan seperti itu, karena ketika ia membungkukkan (badannya) sampai menyerupai ruku’, berarti ia telah menambah jumlah ruku’. Akan tetapi bila ia adalah orang yang jahil (tidak mengetahui hukumnya), maka ia tidak berdosa berdasarkan keumuman firman Allah:

286:ةﺮﻘﺒﻟا] ﺎَﻧﺎَﻄْﺧا وا ﺎَﻨﻴﺴَﻧ ْنا ﺎَﻧْﺬﺧاﻮُﺗ ﻻ ﺎَﻨﺑر]

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami terlupa atau tersalah.” [ Al-Baqarah:286]

Oleh karena itu, jika sapu tangan atau kunci terjatuh pada saat kamu sedang berdiri di dalam shalat, maka biarkanlah hingga kamu dalam keadaan sujud, atau ambillah dengan kakimu jika kamu mampu berdiri di atas satu kaki. Ambillah dengan kakimu dan sambutlah dengan tanganmu.

Adapun seseorang membungkukkan (badannya) untuk mengambil benda tersebut dari lantai, dan ia lebih menyerupai orang yang sedang ruku’ daripada sedang berdiri maka tidak boleh.”

Diterjemahkan dari Fatawa Asy-Syari Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-

‘Utsaimin [2/393]

Kitab Gratis: Shiyanatus Salafi,

Bantahan Syaikh Ahmad Bazmul

atas Ali Hasan (PDF Sesui Versi

Cetak)

(9)

Alhamdulillah….,

Telah Hadits

Kitab

Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul

[ Shiyanatus Salafi ]

Format PDF sesuai versi cetak…

DOWNLOAD SEGERA

Asy-Syaikh Ahmad Bazmul seperti yang tak asing lagi telah menulis bantahan atas Ali Hasan Al-Halabi dalam bukunya berjudul “Shiyanatus Salafi”.

Kitab beliau sudah banyak tersebar di internet.

Tetapi beda, sekarang hadir yang terbaru….

Scan kitab asli sesuai versi cetak yang tentunya banyak tambahan faedah dari penulis yang tidak terdapat di tulisan beliau yang selama ini tersebar di internet.

Download segera…., baca dan renungilah…,

Tanggalkan ta’ashub syaikhi…, al-haq lebih kita cintai.

——————————-

——————————

(10)

Judul: Shiyanatus Salafi min Waswasati wa Talbisati Ali Al-Halabi

Penulis: Asy-Syaikh Dr. Ahmad bin Umar Bazmul (Dosen Universitas Ummul Quro, Mekkah)

Penerbit: Darus Istiqomah Halaman: 704 hlmn

Berat: 11.8 Mb

File 1 (Cover Kitab) File 2 (Isi Kitab)

Penulis membagi pembahasannya dalam kitab ini menjadi lima fasal:

Ta’shil dan Qawa’id Al-Halabi yang Bertentangan dengan Manhaj 1.

Salafush Shalih terkait dengan Muamalah kepada Alil Ahwa’ dan Bida’

Celaan Al-Halabi secara Bathil terhadap Sebagian Ulama’ Salafiyyin dan 2.

Ahlul Ilmi yang memiliki dien dan wara’

Pujian Al-Halabi kepada orang-orang yang menentang dan 3.

menyelisihi manhaj salaf, serta (pujiannya) kepada Ahlul Bida’ dan Ahwa’

Pembelaan Al-Halabi Secara Bathil terhadap Jam’iyah Ihya’ Turats dan 4.

Jam’iyah Al-Birr di Dubai

Al-Halabi menyifati Ahlul ilmi dan para pemuda salafy dalam kitab 5.

terakhirnya dengan sifat-sifat yang rendah dan keji.

Itulah lima fasal yang akan dibahas oleh Asy-Syaikh Ahmad Bazmul dalam kitabnya tersebut dengan rinci dan gamblang, tentunya dengan ilmiyyah…, Selamat membaca

———————

(11)

Syaikh Usamah Athoyah:

“Bantahan Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri Terhadap Ali Al-Halabi Adalah Bantahan Salafi yang Kuat dan Bermanfaat”

Asy-Syaikh Abu ‘Umar

Usamah bin Athoya Al-‘Utaibi -Hafizhahullah Ta’ala-

Asy-Syaikh Abu Umar Usamah bin ‘Athoya Al-‘Utaibi Hafizhahullah Ta’ala, seorang syaikh dari Madinah, adik ipar Syaikh Shalih As-Suhaimi, seorang syaikh yang aktif mengajar, menulis, membantah dan dikenal dikalangan ulama’ kibar.

Asy-Syaikh Dr. Muhammad bin Rabi, dosen Jami’ah Islamiyah Madinah’ berkata tentang beliau dengan penuh kebanggaan, “Dia adalah muridku, dia seorang yang kokoh sejak 20 tahun.” [ sahab ]

Beliau banyak menulis tema-tema ilmiyah, sebagiannya banyak tersebar di internet. Kebanyakan tulisan beliau adalah berbentuk rudud (bantahan) terhadap orang-orang yang menyelisihi manhaj salaf. Bantahan-bantahannya begitu kokoh, memang demikianlah bagi yang pernah membacanya.

Asy-Syaikh Al-Walid Hasan bin Muhammad Al-Banna, ulama besar dari Mesir pernah memuji tulisan-tulisan Syaikh Abu Umar Usamah bin ‘Athoya Al-‘Utaibi Hafizhahullah, ketika itulah, Syaikh Dr. Muhammad bin Rabi’ menimpalinya

(12)

dengan penuh kebanggaan, “Dia itu muridku.”

Kali ini kita renungi bersama tanggapan Syaikh Usamah Athoyah atas bantahan Syaikh Al-‘Allamah Al-Walid ‘Ubaid bin Abdillah Al-Jabiri terhadap Ali Hasan Al- Halabi.

Asy-Syaikh Usamah Athoya hafizhahullah ketika membaca bantahan Asy-Syaikh

‘Ubaid Al-Jabiri Hafizhahullah yang tidak lain itu adalah jawaban atas pertanyaan tentang qa’idah-qa’idah baru Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, beliau mengatakan,

ﺪﻌﺑ ﺎﻣأ ﻪﻟا لﻮﺳر ﻠﻋ مﻼﺴﻟاو ةﻼﺼﻟاو ،ﻪﻟ ﺪﻤﺤﻟا:

“Sungguh aku telah membaca bantahan Asy-Syaikh ‘Al-‘Allamah Ubaid bin Abdillah Al-Jabiri atas Ali Al-Halabi dan qa’idah-qaidah barunya, demikian pula (aku telah membaca) tambahan penjelasan dari saudaraku yang mulia Asy-Syaikh Ahmad bin Umar Bazmul atasnya (bantahan Syaikh Ubaid), ternyata aku mendapati itu adalah bantahan salafi yang kuat dan bermanfaat. Hal itu diantara yang menegaskan bagi kita sebagai penuntut ilmu -yang masih mudah dan sudah tua- bahwa hidupnya manhaj ini dengan hidupnya para ulama’ kibar kita. Maka, jika seorang pemuda salafy terus mengambil ilmu dari ulama’ kibar mereka pasti akan berhasil dan sukses. Ini sesuai sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barokah itu ada pada ulama’ kibar kalian.”

Sesungguhnya sebuah kelompok, jama’ah, jam’iyah, atau markiz yang menuduh ulama’ kita sebagai orang yang berlebihan dalam mengkritik dan jumut, serta hendak memisahkan para pemuda dari ulama’nya sebagaimana yang dilakukan para quthbiyyun dan hizbiyyun, mereka adalah jama’ah bid’ah, bathil, dan sesat…”

Setelah itu, Syaikh Usamah menegaskan, bahwa orang-orang yang masih memakai qa’idah-qa’idah baru, memuji ahlul bid’ah, seperti Abul Hasan Al- Ma’ribi, Muhammad Hassan, Abu Ishaq Al-Huwaini, dan Al-Maghrawi dengan dalih bahwa ia belum menemukan aib dan kesalahan mereka.

Demikian pula mengingkari atau meragukan qa’idah-qa’idah yang sudah ma’ruf dikalangan ahlus sunnah, seperti al-imtihan (menguji) ahlus sunnah dan ahlul bid’ah.

Di sisi lain ia meremehkan dan merendahkan ulama’ yang ma’ruf berpegang

(13)

teguh dengan sunnah, seperti Syaikh Rabi’, Syaikh ‘Ubaid, Syaikh Al-Fauzan, dan selain mereka…

Keadaan orang yang seperti di atas, kata syaikh, tidak perlu diragukan bahwa ia adalah seorang mubtadi’ sesat, wajib di tinggalkan sebagai hajr, wajib menjauh darinya, dan hati-hati jangan sampai bermajlis dengannya demikian pula bermajlis dengan para pendukungnya dan kelompoknya….”

Demikianlah kesimpulan dari ucapan Syaikh Abu Umar Usamah bin Athoyah Hafizhahullah…..

Semoga Allah mengokohkan kita di atas al-haq, dan memberikan kepada kita taufik untuk murah hati kembali kepada jalan yang benar ketika melakukan kekeliruan. Amin ya Rabbal ‘alamin

Wallahu a’lam bish showab…

Diterjemahkan sebisanya dari sahab

Penting! Bantahan Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri atas Ali Al-Halabi

Lagi, ulama’ kibar berbicara tentang Syaikh Ali Hasan Al-Halabi…..

Kini giliran

Asy-Syaikh ‘Ubaid bin Abdillah Al-Jabiri

berbicara seorang ulama’ kondang dan sepuh dari Madinah….

(14)

Siapa yang tak mengenal Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri?

Siapa pula yang tak mengakui keilmuannya?

Berikut bantahan beliau atas qa’idah baru dan nyeleneh dari Syaikh Ali Hasan Al- Halabi hadahullah…

Syaikh Ali Al-Halabi dalam buku barunya membuat qa’idah-qa’idah baru yang sangat mengerikan, yang inti dari qa’idah baru itu adalah menggugurkan qa’idah jarh wa ta’dil dengan membela tokoh-tokoh sesat dan bid’ah dan merendahkan ulama’ kibar………

Simak keterangan Syaikh ‘Ubaid Al-Jabiri hafizhahullah berikut,

Keterangan beliau ini adalah jawaban dari beberapa pertanyaan yang diajukan kepada beliau terkait dengan ucapan Al-Halabi baik di kaset atau di buku- bukunya terkait dengan qa’idah jarh wa ta’dil…

Ambil di Sini

Sumber: Sahab

Kitab Gratis: Ad-Durarul Bahiyyah dan Beberapa Syarahnya

Ad-Durarul Bahiyyah fil Masa-ilil Fiqhiyyah

(15)

Al-Imam Asy-Syaukani

Kitab Ad-Durarul Bahiyyah karya Al-Imam Asy-Syaukani adalah kitab sederhana dan ringkas yang membahas tentang permasalahan fiqih. Kitab mungil ini sangat cocok bagi pemula…..

Matan dalam Format WORD

[ Tidak sesuai versi cetakan ]

Matan dalam Format Syamilah

[ Se usai di download, file di rename dan ditambahkan ekstensi .bok ]

Download juga

Al-Adillah Ar-Radhiyyah

Syarah Ad-Durarul Bahiyyah

Karya Muhammad Subhi Hasan Hallaq [ format PDF 5 Mb, sesuai versi cetakan ]

Ada juga beberapa Syarah ulama lainnya, lihat di link di bawah ini http://www.albaidha.net/vb/showthread.php?t=4627

Di posting atas permintaan akh: Abu Muhammad Heriyanto

(16)

Kabar Gembira: Telah Rampung Cetak Kitab Bantahan Syaikh Ahmad Bazmul Atas Ali Hasan Al- Halabi

Shiyanatus Salafi min Waswasati wa Talbisati Ali Al-Halabi Alhamdulillah…, telah selesai cetak

Kitab

Shiyanatus Salafi

min

Waswasati wa Talbisati Ali Al-Halabi

[ Penjagaan Salafy atas Penyelewengan Ali Al-Halabi ] Bismillah…

Syaikh Ali Hasan Al-Halabi, siapa yang tak mengenalnya?

(17)

Siapa pula yang tak mengakui keilmuannya?

Ia dikenal pula sebagai seorang yang bagus hafalannya

Namun, siapa saja yang mengikuti perjalanan dakwah salafy dari masa ke masa pasti tahu, bahwa memang Syaikh Ali Hasan Al-Halabi tidak sedikit melakukan kesalahan….

Bukan baru-baru ini saja, sejak dari dulu kekeliruan-kekeliruan itu ia lakukan.

Para ulama’ kibar rasanya terlalu sabar terus menasehati dia, Syaikh Rabi’, Syaikh Muhammad Hadi, dan selain keduanya…

Sampai-sampai Syaikh Muhammad bin Hadi ketika melihat bahwa Syaikh Ali terus menerus seperti itu, beliau mengatakan, “Ali la’ab (Ali ini main-main)”

maksudnya main-main dengan hal manhaj dan aqidah. Tidak mau menerima nasehat para ulama’….

Kesalahan pun terus mengalir, dari memuji para gembong mubtadi’ seperti Abu Ishaq Al-Huwaini, Muhammad Hassan, dan selain mereka.

Tak cukup disitu, ia juga melecehkan para ulama’ kibar, dan menyamakan dirinya sama dengan para ulama’ kibar seperti Syaikh Rabi’ dan selain beliau..

Lebih dari itu, kita dikagetkan dengan pujian beliau -di salah satu khutbahnya- terhadap RISALAH ‘AMMAN, yaitu risalah tentang persatuan agama, walaupun ia mengingkari bahwa risalah itu bukan seruan penyatuan agama [lihat cuplikannya di sini ] …. la haula wala quwwata illa billah

Setelah itu, kekeliruannya dalam hal manhaj dan dalam meletakkan qa’idah manhaj ia tuangkan dalam buku terakhirnya manhaj salaf ash-shalih.

——–

Alhamdulillah, Kemudian tampillah Syaikh Dr. Ahmad bin Umar bin Salim Bazmul Hafizhahullah Ta’ala menulis bantahan dan terhadap Ali Hasan Al-Halabi…., dan menjelaskan kekeliruanya dalam hal manhaj dal selainnya…

Barangsiapa yang ingin melihat lebih jauh kesalahan Syaikh Ali Al-Halabi bisa membaca buku beliau

(18)

Shiyanatus Salafi

Insya Allah kami akan segera menyuguhkan untuk pengunjung sekalian scan dari versi cetaknya…, karena di situ terdapat banyak tambahan penjelasan dan bukti dari penulisnya. Ikuti terus…..

MENJAGA KEBERSIHAN JASMANI Bentuk Pengamalan Sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, Bag:

2

Para pembaca rahimakumullah, edisi kali ini merupakan kelanjutan dari edisi no.

28/VII/VIII/1431 lalu dengan judul “Menjaga Kebersihan Jasmani bagian dari Sunnah Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Telah dibahas sebagian permasalahan dari hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam: “Fithrah itu ada lima:

khitan, istihdad (mencukur rambut kemaluan), memendekkan kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Selamat membaca dan semoga menjadi ilmu yang bermanfaat. Amin.

4. MEMOTONG KUKU

Memotong kuku juga bagian dari sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Yaitu kuku yang melebihi ujung jari, karena dapat menyimpan kotoran yang menjijikkan dibawahnya, dan bahkan bisa menghalangi masuknya air tatkala berwudhu’ atau mandi.

• Waktunya

Tidak ada ketentuan hari atau waktu tertentu yang shahih dari Nabi Shalallahu

‘alaihi wa Sallam untuk memotong kuku. Semua hadits yang menceritakan

(19)

tentang perbuatan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam atau perintah beliau untuk memotong kuku pada hari atau waktu tertentu adalah lemah (dho’if).

Diantaranya hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib radliyallahu ‘anhu bahwa ia melihat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memotong kukunya pada hari kamis, kemudian beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan Ali radliyallahu ‘anhu agar memotong kuku, mencabut bulu ketiak, dan mencukur habis rambut kemaluan pada hari kamis. Hadits ini lemah (dho’if) sebagaimana diterangkan oleh Al-Imam Az-Zubaidi, Al-Khatib Al-Baghdadi, dan Adz-Dzahabi.

Lihat penjelasan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah dalam Adh-Dha’ifah no. 3239.

Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346) menjelaskan, “Dan tidak ada juga hadits (yang shahih) tentang sunnahnya memotong kuku pada hari kamis.”

Demikian pula hadits yang menceritakan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam senang memotong kukunya pada hari jum’at, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Al-Baihaqi dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dan Ja’far Al-Baqir.

Hadits tersebut juga lemah sebagaimana diterangkan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (10/346). Atas dasar ini, tidak ada keterangan hari tertentu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang shahih untuk memotong kuku.

Semakin sering seseorang membersihkannya, itulah yang utama.

• Mencuci Ujung Jemari Setelahnya

Demikian pula halnya dengan mencuci ujung jemari setelah memotong kuku, tidak ada keterangan yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Hanya saja sebagian ulama’ menyarankan bagi orang yang telah memotong kuku agar membilasnya dengan air. Dengan alasan bahwa seseorang yang memotong kukunya kemudian menggaruk badannya dengan kuku tersebut sebelum dicuci dapat berakibat tidak baik. Ibnu Qudamah rahimahullah mengatakan, “Dan disukai mencuci ujung jemari setelah memotong kuku. Karena ada yang mengatakan, bahwa menggaruk badan dengan kuku (yang baru dipotong) sebelum di cuci, dapat berdampak negatif.” (Al-Mughni 1/100)

Asy-Syaikh Abu Hasyim rahimahullah mengomentari pendapat di atas, “Mungkin saja hal itu berdasarkan pengalaman yang mereka alami.” (Syarhu Khishalil Fithrah hal. 10)

• Tata caranya

Diutamakan mendahulukan tangan atau kakinya yang kanan. ‘Aisyah radliyallahu

(20)

‘anha mengabarkan,

((ﻪﻧﺎَﺷ ﻓو هِرﻮﻬُﻃو ﻪﻠﺟﺮَﺗو ﻪﻠﻌَﻨَﺗ ﻓ ﻦﻤﻴﱠﺘﻟا ﻪﺒِﺠﻌﻳ ` ِﺒﱠﻨﻟا َنﺎﻛ

ﻪّﻠﻛ))

“Dahulu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam senang mendahulukan sisi yang kanan dalam memakai sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusannya (yang baik).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Adapun perincian yang disebutkan sebagian ulama’, bahwa ketika memotong kuku dimulai dari jari kelingking sebelah kanan, jari tengah, ibu jari, jari manis, kemudian jari telunjuk. Setelah itu ibu jari sebelah kiri, jari tengah, kelingking, telunjuk, kemudian jari manis.

Atau, dimulai dari jari telunjuk sebelah kanan, lalu jari tengah, jari manis, kelingking, kemudian ibu jari. Setelah itu kelingking sebelah kiri, jari manis, sampai terakhir. (lihat Al-Mughni 1/100 dan Al-Minhaj 3/149) Semua itu tidak ada keterangannya dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “Dan tidak ada satu pun hadits yang shahih tentang urutan jemari ketika memotong kuku.” (Fathul Bari 10/345)

Begitu pula tidak ada keterangan yang shahih dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam tentang mendahulukan tangan sebelum kaki. Ibnu Daqiqil ‘Ied rahimahullah mengatakan, “Orang-orang yang berpendapat sunnahnya mendahulukan tangan atas kaki ketika memotong (kuku) butuh (mendatangkan) dalil (untuk menguatkan pendapatnya tersebut, pen). Karena hadits-hadits yang ada tidak menunjukkan hal itu.” (Fathul Bari 10/345)

Sebagai kesimpulan, Al-Imam Syamsuddin As-Sakhawi rahimahullah mengatakan,

“Tidak ada (hadits yang shahih) tentang tata cara memotong kuku atau penentuan harinya dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.” (Al-Maqashidul Hasanah hal. 489)

• Berwudhu Setelahnya

Al-Imam Mujahid, Al-Hakam bin ‘Utbah, dan Hammad rahimahumullah berkata,

“Barangsiapa memotong kukunya atau memendekkan kumisnya maka wajib atasnya berwudhu’.” (Fathul Bari 1/281) Pendapat mereka ini dikomentari oleh

(21)

Ibnu Qudamah rahimahullah, kata beliau, “Pendapat mayoritas ulama’ menyelisihi mereka. Dan kami tidak mengetahui mereka memiliki hujjah (dalil) atas pendapatnya itu. Wallahu subhanahu wa ta’ala a’lam.” (Al-Mughni 1/227)

• Memendam Potongan Kuku

Sebagian ulama salaf, seperti Abdullah bin ‘Umar radliyallahu ‘anhuma, Muhammad bin Sirin, Ahmad bin Hanbal d, dan selain mereka menyukai memendam potongan kuku atau rambut. Muhannan rahimahullah berkata, “Aku bertanya kepada Ahmad bin Hanbal rahimahullah tentang seseorang yang memotong rambut dan kukunya, apakah (potongan rambut dan kukunya itu) dipendam ataukah dibuang begitu saja?” beliau menjawab, “Dipendam”, aku bertanya lagi, “Apakah sampai kepadamu dalil tentang hal ini?” Imam Ahmad menjawab, “Ibnu ‘Umar memendamnya.”

Oleh karena itu, boleh bagi seseorang memendam potongan rambut dan kuku- kukunya, terlebih jika dikhawatirkan akan dijadikan permainan oleh para tukang sihir. Dengan catatan jangan sampai meyakininya sebagai sunnah, karena tidak ada dalil yang shahih tentang hal itu. Dalam memotong kuku boleh meminta bantuan orang lain. Terlebih, bila seseorang tidak bisa memotong kuku kanannya dengan baik. Karena kebanyakan orang tidak dapat menggunakan tangan kirinya dengan baik untuk memotong kuku, sehingga lebih utama baginya meminta orang lain melakukannya agar tidak melukai dan menyakiti tangannya. (Tharhut Tatsrïb fï Syarhit Taqrïb 1/243)

5. MEMENDEKKAN KUMIS

Kata asy-syarib (kumis) dalam bahasa arab artinya adalah rambut yang tumbuh di bibir bagian atas. Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan umatnya agar memotong kumis dan tidak membiarkannya terus tumbuh hingga menutupi kedua bibir. Beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

(( ﺤّﻠﻟا اﻮُﻔﻋاو بِراﻮﱠﺸﻟا اﻮُﻔﺣا ))

“Pendekkanlah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR. Muslim no. 623 dari shahabat Abdullah bin Umar radliyallahu ‘anhuma)

Di antara tujuan memendekkan kumis adalah membedakan diri dengan orang- orang musyrik, dari kalangan Majusi dan selain mereka. Karena kebiasaan

(22)

mereka adalah memotong jenggot dan membiarkan kumis panjang melebihi ukuran semestinya, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

((ﺤّﻠﻟا اﻮُﻓواو بِراﻮﱠﺸﻟا اﻮُﻔﺣا ﻦﻴﻛِﺮْﺸﻤْﻟا اﻮُﻔﻟﺎَﺧ))

“Selisihilah kaum musyrikin, pendekkanlah kumis dan biarkanlah jenggot.” (HR.

Muslim no. 259) dalam hadits Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu dengan lafazh:

((سﻮﺠﻤْﻟا اﻮُﻔﻟﺎَﺧ ،ﺤّﻠﻟا اﻮُﺧراو بِراﻮﱠﺸﻟا اوﺰﺟ))

“Potonglah kumis dan biarkanlah jenggot, selisihilah orang-orang Majusi.” (HR.

Muslim no. 602)

Bahkan, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengancam keras orang-orang yang tidak mau memendekkan kumisnya, kata beliau Shalallahu ‘alaihi wa Sallam:

(( ﺎﱠﻨﻣ ﺲﻴَﻠَﻓ ﻪِﺑِرﺎَﺷ ﻦﻣ ْﺬُﺧﺎﻳ ﻢَﻟ ﻦﻣ ))

“Barangsiapa yang tidak memotong (memendekkan) kumisnya, maka ia bukan dari golongan kami.” (Shahih At-Tirmidzi no. 2922 dari shahabat Zaid bin Arqam radliyallahu ‘anhu)

Atas dasar ini, memendekkan kumis hukumnya adalah wajib. Sehingga tidak boleh bagi seseorang membiarkan kumisnya panjang melebihi kadar yang telah ditetapkan. Wallahu a’lam

• Tata caranya

Dari dalil-dalil yang ada menunjukkan bahwa cara yang afdhal dan sempurna adalah dengan memendekkannya bukan mencukur habis sampai ke pangkalnya.

Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Termasuk dari fithrah adalah memotong kumis.” (HR. Al-Bukhari, dari shahabat Ibnu ‘Umar radliyallahu

‘anhuma)

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan, “Batasannya adalah memotongnya sampai terlihat tepi bibir dan tidak mencukurnya sampai dasar.”

Adapun cara memotongnya yang utama adalah dimulai dari sisi sebelah kanan

(23)

sebagaimana hadits ‘Aisyah radliyallahu ‘anha yang telah lalu, kata beliau radliyallahu ‘anha, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam senang mendahulukan sisi yang kanan dalam semua hal (yang baik).” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dan untuk memotong kumis ini boleh meminta bantuan orang lain. Al-Imam An- Nawawi rahimahullah mengatakan, “Disukai (ketika memendekkan kumis) mendahulukan sisinya yang kanan. Dan ia boleh memilih, memotong sendiri atau meminta bantuan orang lain.” (Al-Minhaj 3/149)

• Waktunya

Batas maksimal memotong kumis adalah empat puluh hari sebagaimana hadits Anas bin Malik radliyallahu ‘anhu yang telah lalu, “Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memberikan waktu kepada kami untuk memendekkan kumis, memotong kuku, mencukur rambut kemaluan, dan mencabut bulu ketiak, agar tidak membiarkannya lebih dari empat puluh hari.” (HR. Muslim no. 258 dan An-Nasa’i no. 14)

PENUTUP

Sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu memperhatikan bimbingan Islam yang disampaikan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam di atas terkait dengan kebersihan jasmani. Kapan saja kita dapati salah satu dari lima perkara tersebut telah melebihi kadarnya hendaklah dibersihkan (dipotong, dicabut, dicukur) selama tidak dilakukan pada waktu-waktu terlarang.

Diantara waktu yang dilarang bagi seseorang untuk melaksanakan salah satu dari lima kebersihan jasmani di atas adalah ketika masuk sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah bagi seseorang yang hendak berkurban. Dari Ummu Salamah radliyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:

(( هِﺮــﻌَﺷ ﻦــﻣ ﺲــﻤﻳ ﻼَﻓ ــﺤﻀﻳ ْنا ﻢﻛُﺪــﺣا داراو ﺮــْﺸﻌْﻟا ِﺖــَﻠَﺧد اَذا ﺎﯩﻴَﺷ هِﺮَﺸﺑو ))

“Apabila telah masuk sepuluh (hari pertama bulan Dzulhijjah) dan ada diantara kalian yang hendak berkurban, maka janganlah sedikit pun ia menyentuh (mencabut) rambutnya atau (mengambil) kulitnya.” (HR. Muslim no. 5232)

(24)

dalam riwayat lain, “Janganlah sekali-kali ia mengambil rambutnya atau memotong kukunya.”

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksud larangan mengambil kuku dan rambut adalah menghilangkan kuku, baik dengan cara memotong, mematahkan, atau (dengan cara) lainnya. Sedangkan larangan menghilangkan rambut adalah dengan mencukur, memendekkan, mencabut, membakar, menggunakan obat perontok, atau selainnya. Larangan tersebut berlaku untuk bulu ketiak, kumis, bulu kemaluan, dan seluruh rambut yang tumbuh di badan.” (Al-Minhaj 6/472)

Wallähu Subhänahu wa Ta’älä A’lamu bish Shawäb. Ini yang bisa kami suguhkan pada kesempatan kali ini, semoga tulisan ringkas ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan segenap pihak yang ikut serta menyebarkannya. Ämïn yä Robbal

‘älamïn…

Referensi

Dokumen terkait

regionalitas suatu arsitektur, yang terlihat pada penggunaan bentuk atap rumah gadang sebagai ikon Minangkabau yang dioptimalkan bentuknya sangat berpotensi secara fleksibel dan

Bekatul gandum memiliki kandungan serat dan protein cukup tinggi. Variasi komposisi bekatul gandum dan tepung ketan sebagai bahan baku jenang memungkinkan

Untuk menghentikan proses ping, tekan Ctrl+C, setelah itu ping akan mencetak informasi tentang berapa paket yang telah dikirimkan, berapa yang diterima, persentasi paket

Dari hasil pengamatan pada tiap fraksi rimpang lengkuas putih, didapatkan hasil bahwa fraksi n-heksan mempunyai kemampuan yang cukup baik sebagai biolarvasida

Seperti yang terlihat pada Gambar 1A, hasil KLT dari ekstrak metanol, fraksi larut etilasetat dan fraksi tidak larut etil asetat dengan penampak bercak lampu UV

Isolasi senyawa aktif dilakukan secara bertahap dimulai dari proses ekstraksi, fraksinasi, kromatografi lapis tipis (KLT), dan pemurnian senyawa aktif dengan menggunakan

komposisi, struktur, dan penyebaran ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.) dengan sifat-sifat tanah gambut (studi kasus di areal HPH PT.INHUTANI III Kalimantan Tengah)

Pengukuran kinerja Institut Teknologi Kalimantan Tahun 2018 dalam laporan ini, dibuat berdasarkan analisis perbandingan antara realisasi dengan rencana tingkat