13 BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini berisi tentang penjelasan secara umum, ringkas dan padat yang menggambarkan dengan tepat isi penelitian. Isi bab ini meliputi: Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan Tugas Akhir.
1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Kesadaran keamanan adalah bidang ilmu keamanan yang berhubungan erat dengan faktor manusia mengenai keamanan aset informasi (Amin, 2014).
Dengan adanya kesadaran informasi maka para pengguna perangkat canggih seperti smartphone akan mampu melindungi informasi dan juga data yang ada di perangkat mereka.
Menurut Scheflen, (1973), behavior mengacu pada tindakan, reaksi, tingkah laku, dan perilaku individu dalam lingkungan yang berbeda. Cyber security adalah teknologi, proses dan praktik yang dirancang untuk melindungi jaringan, komputer, program dan data dari serangan, kerusakan atau akses yang tidak sah. Maka dari itu, Cybersecurity behavior didefinisikan, adalah sebagai tindakan, reaksi, tingkah laku, dan perilaku umum individu dalam wilayah keamanan cyber. Behavior atau perilaku terhadap cybersecurity ini contohnya adalah bagaimana cara kita menggunakan smartphone kita, seperti kepedulian kita terhadap keamanan perangkat tersebut dengan memasang kata sandi ataupun memasang aplikasi antivirus, guna mengamankan perangkat tadi.
Menurut Lohr dalam Sawyer & Williams, (2011), Smartphone adalah telepon seluler yang dilengkapi dengan microprocessor, memori, tampilan layar dan modem built-in. Smartphone adalah kombinasi fungsi dari Personal Digital Asistant (PDA) atau Pocket Personal Computer (Pocket PC) dengan telepon, sehingga menghasilkan gadget yang terdapat pesan teks, kamera, pemutar musik, video, game, akses email, TV digital, search engine, pengelola informasi pribadi, fitur GPS, jasa telepon internet dan bahkan terdapat telepon yang juga berfungsi sebagai kartu kredit (Sawyer & Williams, 2011).
14
mengakibatkan penggunaan internet semakin meningkat terutama dengan perangkat pribadi berupa smartphone.
Perubahan aktivitas menjadi work from home, membuat para penggunanya harus mengakses pekerjaan dan aktivitas lainnya secara online menggunaakan perangkat pribadi mereka. Para pengguna seperti para pegawai yang lanjut usia ataupun anak-anak yang masih di sekolah dasar, yang kurang pengalaman dalam menangani perangkat internet dan kurang pengalaman dalam menangani ancaman keamanan membuat mereka lebih rentan terkena serangan cyber. Selain itu, karena kita menggunakan perangkat pribadi tidak hanya untuk bekerja atau belajar tetapi juga untuk menelusuri web, media sosial, mengunduh berkas, bermain game, dll, hal ini akan membuat perangkat pribadi lebih rentan terkena serangan cyber.
Banyak kasus terjadi di organisasi keamanan informasi mulai dari virus, social engineering, serangan DoS, hacker hingga pencurian data. Pelanggaran keamanan terus meningkat, baik dari segi jumlah insiden maupun kerugian finansial (Candiwan et al., 2016).
Perilaku keamanan cyber pengguna menjadi perhatian bagi organisasi serta pengguna rumahan, ini karena penjahat cyber telah beralih dari menargetkan sistem keamanan menjadi menargetkan pengguna sistem. Seiring dengan peningkatan volume teknologi internet dan aplikasi seluler dan kompleksitas, serangan cyber yang berbahaya berkembang, dan sebagai hasilnya masyarakat menghadapi risiko keamanan yang lebih besar di dunia maya lebih dari sebelumnya (He, 2013).
Pengguna internet Indonesia teridentifikasi cukup rentan terhadap serangan dunia maya. Selain itu, penetrasi internet Indonesia menunjukkan jumlah pengguna yang terus meningkat, yang mengarah pada peningkatan ketergantungan
`
15 masyarakat terhadap teknologi, dan kemungkinan terjadinya kejahatan cyber (Chasanah & Candiwan, 2020).
Terdapat populasi pengguna Internet yang signifikan, seperti pebisnis kecil, ibu rumah tangga, dan pelajar, yang tidak terikat oleh kebijakan keamanan wajib apa pun. Mereka menghadapi ancaman keamanan siber yang serupa dengan pengguna yang terikat oleh kebijakan keamanan. Namun, dalam kasus seperti itu, aset pribadi mereka, seperti laptop dan smartphone, lebih berisiko daripada aset organisasi (Shah & Agarwal, 2020).
Banyak kasus-kasus terjadi seputar dampak negatif karena kurangnya kesadaran keamanan dan privasi dalam menggunakan smartphone, termasuk di Indonesia, diakibatkan oleh faktor ketidakpahaman akan keamanan informasi dan privasi ketika mendapatkan SMS/email dari orang tidak dikenal yang menyertakan link palsu yang merupakan website buatan penyerang untuk membuat smartphone terkena serangan malware yang mengakibatkan pengambilan data secara illegal sampai rusaknya internal dari perangkat (smartphone) yang digunakan (Akraman et al., 2018).
Berdasarkan Rekap Serangan Cyber dari BSSN RI, di bulan Januari – April 2020, telah terjadi 88.414.296 kasus serangan cyber, dimana Pada bulan Januari terpantau 25.224.811 serangan dan kemudian pada bulan Februari terekam 29.188.645 serangan lalu kemudian pada bulan Maret terjadi 26.423.989 serangan dan sampai dengan 12 April 2020 telah tercatat 7.576.851 serangan. Selama work from home berlangsung, telah terjadi serangan cyber yang memanfaatkan isu terkait dengan pandemi COVID-19. Jenis serangan bervariasi mulai dari trojan activity, information gathering, web application attack, malicious zoom, dll (BSSN, 2020).
Meskipun ada banyak solusi teknis untuk membantu melindungi aset informasi, risiko kebocoran informasi, modifikasi atau kerusakan tidak dapat sepenuhnya dihilangkan. Karena hal ini dapat menimbulkan kerugian besar, keamanan informasi sangat penting bagi organisasi mana pun yang menganggap aset informasi sangat penting untuk operasi bisnis mereka (Cheung, 2014).
16
penyusupan/eksploitasi keamanan yang dapat mengakibatkan data informasi dari pengguna yang sebenarnya telah diamankan, kemudian data tersebut diprosesnya dengan metode tertentu tanpa melalui program aplikasi.
Melihat artikel yang diterbitkan DJKN (2020), mengenai tingkat keamanan cyber di Indonesia, data dari Veritrans and Daily Social yang dipublikasi tahun 2016 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat tertinggi dalam daftar 10 negara yang paling riskan terhadap keamanan digital.
Menurut data treat exposure rate (TER) yang merupakan parameter untuk mengukur persentase komputer yang terkena malware, Indonesia memiliki persentase keterserangan malware sebesar 23,54%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan China (21,36%) maupun Thailand 20,78%.
Fenomena berikutnya yaitu masih rendahnya awareness pengguna di Indonesia terhadap cybersecurity yang berdampak pada kerentanan keamanan cyber Indonesia akan serangan peretas dunia. Berdasarkan artikel yang diterbitkan CNN Indonesia (2021), Indeks Keamanan Siber di Indonesia sekarang berada pada peringkat 77 dari 160 negara di dunia, dimana menunjukkan penurunan dari tahun-tahun sebelumnya hal ini disebabkan banyaknya kasus kebocoran data yang terjadi di Indonesia.
Terlebih lagi, berdasarkan artikel yang ditetbitkan Cyberthreat.id, (2020), masyarakat di Indonesia masih banyak yang kurang aware dan peduli terhadap keamanan cyber, mereka mengganggap bahwa kesadaran terhadap keamanan cyber kurang penting, dan tidak ada masalah jika seseorang mengetahui data pribadi mereka. Padahal, perilaku seperti ini malah akan menimbulkan risiko bari para pengguna yang kurang aware ini, dimana data pribadi seperti nama, foto, dll, bisa digunakan oleh para penjahat cyber untuk hal-hal yang tidak diinginkan.
Masyarakat dan perilaku adalah dasar untuk keamanan yang baik. Budaya keamanan yang tepat, harapan yang tepat dan pelatihan yang efektif sangat
`
17 penting. Tindakan sehari-hari dan pengelolaan orang, di semua tingkatan dalam organisasi, berkontribusi pada keamanan yang baik. Awareness digunakan untuk merangsang, memotivasi, dan mengingatkan audiens apa yang diharapkan dari mereka (T. R. Peltier, 2005). Ini merupakan aspek penting dari cybersecurity karena meningkatkan pengetahuan pengguna tentang keamanan, mengubah sikap mereka terhadap keamanan siber, dan pola perilaku mereka.
Berdasarkan data-data di atas, jika masyarakat aware dan peduli terhadap keamanan siber, maka cybersecurity behavior mereka akan membaik juga. Tetapi, melihat data penurunan tingkat Indeks Keamanan Siber di Indonesia, menunjukkan bahwa awareness masyarakat di Indonesia masih rendah, dan ini akan berdampak pada cybersecurity behavior mereka.
Model penelitian ini didasarkan dari Protection Motivation Theory (PMT).
Menurut Vance et al., (2012), Protection Motivation Theory (PMT) adalah bagaimana individu termotivasi untuk menanggapi peringatan tentang ancaman atau perilaku berbahaya, yang disebut seruan ketakutan. PMT mencakup tiga faktor yang menjelaskan bagaimana ancaman dirasakan, yang disebut faktor penilaian ancaman (threat appraisal). Ini adalah manfaat (motivasi intrinsik atau ekstrinsik apa pun untuk meningkatkan atau mempertahankan perilaku yang tidak diinginkan), keparahan yang dirasakan (perceived severity) atau besarnya keparahan dari ancaman yang akan dirasakan, dan kerentanan yang dirasakan (perceived vulnerability) atau sejauh mana individu dianggap rentan terhadap ancaman. PMT juga mencakup tiga faktor yang menjelaskan kemampuan individu untuk mengatasi ancaman, yang disebut penilaian mengatasi (coping appraisal).
Ini adalah efikasi diri (self-efficacy) atau sejauh mana individu percaya dalam kemungkinan untuk menerapkan perilaku protektif, efikasi respons (response efficacy) atau kepercayaan pada manfaat yang dirasakan dari tindakan koping dengan menghilangkan ancaman, dan biaya respons (response cost) atau biaya yang harus dikeluarkan individu dalam menerapkan perilaku protektif.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dari itu penelitian ini menganalisis dampak dari tingkat kesadaran keamanan informasi terhadap para pengguna smartphone yang ada di Indonesia terhadap security behavior mereka
18
Banyaknya masyarakat yang terpaksa untuk bekerja di rumah mereka masing-masing atau work from home, membuat penggunaan perangkat pribadi mereka untuk bekerja menjadi meningkat. Penggunaan perangkat pribadi untuk bekerja akan meningkatkan kemungkinan terjadinya ancaman atau hal yang tidak diinginkan seperti serangan cyber. Maka dari itu, masyarakat harus memiliki kesadaran tentang keamanan informasi dan juga bagaimana sikap untuk menangani ancaman yang ada.
Berdasarkan perumusan masalah di atas, pertanyaan yang dikemukakan adalah:
1. Apakah Kesadaran ancaman (Threat awareness) berpengaruh positif pada Persepsi tingkat keparahan (Perceived severity)?
2. Apakah Kesadaran ancaman (Threat awareness) berpengaruh positif pada Persepsi Kerentanan (Perceived vulnerability)?
3. Apakah Kesadaran tindak balasan (Countermeasure Awarenes) berpengaruh positif pada Efikasi diri (Self-Efficacy)?
4. Apakah Kesadaran tindak balasan (Countermeasure Awarenes) berpengaruh positif pada Kemanjuran respons (Response Efficacy)?
5. Apakah Kesadaran tindak balasan (Countermeasure Awarenes) berpengaruh positif pada Biaya respons (Response cost)?
6. Apakah Persepsi tingkat keparahan (Perceived severity) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna?
7. Apakah Persepsi Kerentanan (Perceived vulnerability) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna?
8. Apakah Efikasi diri (Self-Efficacy) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna?
`
19 9. Apakah Kemanjuran respons (Response Efficacy) berpengaruh positif pada
Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna?
10. Apakah Biaya respons (Response cost) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna?
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan dari artikel ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah Kesadaran ancaman (Threat awareness) berpengaruh positif pada Persepsi tingkat keparahan (Perceived severity).
2. Untuk mengetahui apakah Kesadaran ancaman (Threat awareness) berpengaruh positif pada Persepsi Kerentanan (Perceived vulnerability).
3. Untuk mengetahui apakah Kesadaran tindak balasan (Countermeasure Awarenes) berpengaruh positif pada Efikasi diri (Self-Efficacy).
4. Untuk mengetahui apakah Kesadaran tindak balasan (Countermeasure Awarenes) berpengaruh positif pada Kemanjuran respons (Response Efficacy).
5. Untuk mengetahui apakah Kesadaran tindak balasan (Countermeasure Awarenes) berpengaruh positif pada Biaya respons (Response cost).
6. Untuk mengetahui apakah Persepsi tingkat keparahan (Perceived severity) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna.
7. Untuk mengetahui apakah Persepsi Kerentanan (Perceived vulnerability) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna.
8. Untuk mengetahui apakah Efikasi diri (Self-Efficacy) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna.
9. Untuk mengetahui apakah Kemanjuran respons (Response Efficacy) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna.
10. Untuk mengetahui apakah Biaya respons (Response cost) berpengaruh positif pada Perilaku keamanan (Security Behavior) pengguna.
20
ilmu pengetahuan dan menjadi pertimbangan sebagai pedoman penelitian lebih lanjut terutama di bidang keamanan informasi.
1.5.2. Aspek Praktis
Bagi para pengguna smartphone di Indonesia, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kesadaran keamanan informasi pada cybersecurity behavior, yang mana akan berpengaruh pada keamanan informasi dari perangkat pribadi mereka.
1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir
Berisi tentang sistematika dan penjelasan ringkas laporan penelitian yang terdiri dari Bab I sampai Bab V dalam laporan penelitian.
a. BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan penjelasan secara umum, ringkas dan padat yang menggambarkan dengan tepat isi penelitian, Isi bab ini meliputi: Gambaran Umum Objek Penelitian, Latar Belakang Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematikan Penulisan.
b. BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi teori dari umum sampai ke khusus, disertai penelitian terdahulu dan dilanjutkan dengan kerangka penelitian yang diakhiri dengan hipotesis jika diperlukan.
c. BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menegaskan pendekatan, metode, dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis temuan yang dapat menjawab masalah penelitian. Bab ini meliputi uraian tentang: Jenis Penelitian, Operasionalisasi Variabel, Populasi dan Sampel (untuk kuantitatif) / Situasi Sosial (untuk
`
21 kualitatif), Pengumpulan Data, Uji Validitas dan Reliabilitas, serta Teknik Analisi Data.
d. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian dan pembahasan diuraikai secara sistematis sesuai dengan perumusan masalah serta tujuan penelitian dan disajikan dalam sub judul tersensdiri. Bab ini berisi dua bagian: bagian pertama menyajikan hasil penelitian dan bagian kedua menyajikan pembahasan atau analisis dari hasil penelitian.
Setiap aspek pembahasan hendaknya dimulai dari hasil analisis data, kemudian diinterpretasikan dan selanjutnya diikuti oleh penarikan kesimpulan. Dalam pembahasan sebaiknya dibandingkan dengan penelitian sebelumnya atau landasan teoritis yang relevan.
e. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan merupakan jawaban dari pertanyaan penelitian, kemudian menjadi saran yang berkaitan dengan manfaat penelitian.