• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG. (StudiKasus Pembangunan ApartemenGrand Jati Junction) TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG. (StudiKasus Pembangunan ApartemenGrand Jati Junction) TUGAS AKHIR"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

(StudiKasus Pembangunan ApartemenGrand Jati Junction)

TUGAS AKHIR

Diajukanuntukmelengkapitugas-tugasdanmemenuhisyarat penyelesaianpendidikansarjanatekniksipil

DisusunOleh :

SITI MAISARAH LUBIS 12 0404 006

BIDANG STUDI MANAJEMEN REKAYASA KONSTRUKSI DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG

(Studi Kasus : Proyek Pembangunan Apartemen Grand Jati Junction)

ABSTRAK

Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang banyakmenyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi, aspek hukum, pertanggungjawaban serta citra organisasi itu sendiri.Proyek apartemen dapat dikatakan sebagai proyekyang berisiko sangat tinggi karena besarnya bobot pekerjaan dan tingginya struktur yang akan dibangun. Risiko pada proyek konstruksi sangatlah banyak dan bervariasi, diantaranya risiko biaya proyek, produktivitas pekerja, mutu dan waktu pelaksanaan. Risiko yang harus lebih diperhatikan adalah risiko kesehatan dan keselamatan kerja (K3). Dengan adanya manajemen risiko ini diharapkan kecelakaan kerja yang terjadi dapat dikurangi, sehingga jika terjadi kecelakaan kerja maka dampak dari kecelakaan tersebut tidak akan berpengaruh banyak dan menghambat pekerjaan yang lainnya.

Pada penelitian ini akan diteliti mengenai identifikasi risiko K3 , penilaian risiko K3 serta bagaimanatindakan pengendalian terhadap risiko K3 pada kegiatan proyek pembangunan konstruksi gedung. Metode penilaian menggunakan matriks penilaian risiko yang bersumber dari NHS Highland yang diadobsi dari AS/NZS 4360:2004 Risk Management.

Dari hasil penelitian ini diperoleh bahwa risiko yang tergolonghigh riskberjumlah 5 (11,73 %) risiko yaitu masing-masing pada kegiatan penggalian, pemasangan bekisting, penurunan besi dan proses pembesian, Medium risk berjumlah 76 (85,73 %) risiko, dan low risk berjumlah 5 (2,55 %) risiko.

Kata kunci :Manajemen Risiko, Keselamatan dan kesehatan Kerja (K3), NHS Highland, AS/NZS 4360:2004 Risk Management

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas akhir ini merupakan syarat untuk mencapai gelar sarjana Teknik Sipil bidang studi Manajemen Rekayasa Konstruksi Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan judul :

“MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG”

Saya menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas dari dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang berperan penting yaitu :

1. Terutama kepada kedua orang tua tercinta, Ayahanda Alm.H.Syamsurijal Lubis Ibunda Almh.Hj.Nuriwana dan Bunde Hj.Nursidah Lubis, serta kepada kakak saya Siti Aminah Lubis,S.Ag., abang-abang saya Muchlis Lubis, S.T., Ahmad Taufik Amrijal Lubis, S.E., Muhammad Saleh Lubis, Ismail Lubis, dan adek saya Muhammad Husin Lubis yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat yang luar biasa serta mendoakan saya dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

2. Bapak Ir. Syahrizal, M.T. dan Bapak Ir. Andi Putra Rambe, M.B.A. sebagai Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar memberi bimbingan, saran, dan

(4)

dukungan dalam bentuk waktu dan pemikiran untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Medis Sejahtera Surbakti, S.T., M.T., sebagai Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu staf pengajar dan seluruh pegawai Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

5. Saudara-saudara saya kak Ivo, kak Eka, kak Ulfa, kak Ria dan kak Novi, yang membantu saya baik berupa materi maupun moril selama masa kuliah.

6. Sahabat-sahabat Harimau dan Bidadari terbaik saya, Rahmayanti Batubara,Mentari Rahma Sari, Dini Rizky Utari Matondang, Sri Setiawati, S.T., Lintri julainy, S.T., Dio Mega Putri, Rizky Ade Putra, Wahyudi Ali Napitupulu, Anrico Boy Riansyam, Zulfikar,S.T., dan Wahyu Aprinanda.

7. Teman-teman terhebat saya, Windy, Suci, Indah, Putri, Elsa, Inun, dan teman- teman seperjuangan angkatan 2012.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu saya menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan Tugas Akhir ini.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih dan semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, April 2017 Penulis

( Siti Maisarah Lubis)

(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LatarBelakang ... 1

1.2 RumusanMasalah ... 3

1.3 TujuanPenelitian ... 4

1.4 BatasanMasalah ... 4

1.5 ManfaatPenelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Bahaya ... 6

2.1.1 Klasifikasi Bahaya ... 6

2.1.1.1 Bahaya Keselamata Kerja (Safety Hazard) ... 6

2.1.1.2 Bahaya Kesehatan Kerja ( Health Hazard)... 7

2.2 Risiko ... 8

2.2.1 Jenis-jenis Risiko ... 8

2.2.1.1 Risiko financial ... 8

2.2.1.2 Risiko Alam ... 9

(6)

2.2.1.3 Risiko Operasional ... 9

2.2.1.4 Risiko Keamanan ... 11

2.2.1.5 Risiko Sosial ... 12

2.3 Kecelakaan Kerja ... 12

2.3.1 Teori Kecelakaan Kerja ... 12

2.3.1.1 Teori Domino ... 12

2.3.1.2 Teori ILCI Loss Causation ... 14

2.4 Manajemen Risiko ... 17

2.4.1 Proses Manajemen Risiko ... 18

2.4.1.1 Menetapkan konteks ... 19

2.4.1.2 Identifikasi risiko ... 22

2.4.1.3 Analisis Risiko ... 26

2.4.1.4 Evaluasi Risiko ... 29

2.4.1.5 Pengendalian Risiko ... 30

2.4.1.6 Pemantauan dan Telaah Ulang ... 32

2.4.1.7 Komunikasi dan Konsultasi ... 32

2.5 Tindakan Pengendalian ... 33

2.6 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 35

2.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 35

2.6.2 Teknik Pengolahan Data ... 36

2.6.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36

2.7 Review Terdahulu ... 38

(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Pendahuluan ... 44

3.2 Lokasi Penelitian ... 44

3.3 Sumber Data ... 44

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 46

3.5 Flowchat ... 47

3.6 Proses Pengolahan Data ... 48

3.6.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 48

3.6.2 Analisis Kuesioner Menggunakan Matriks Risiko ... 50

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN ... 51

4.1 Pelaksanaan Penelitian ... 51

4.2 Hasil Kuesioner ... 51

4.3 Penilaian Risiko ... 53

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

4.4.1 Identifikasi Risiko ... 62

4.4.2 Penilaian Risiko ... 62

4.4.3 Pengendalian Risiko ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1 Kesimpulan ... 66

5.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1 Model Teori Domino 13

2.2 ILCI Loss Causation Model 14

2.3 Bagan proses manajemen risiko 19

3.5 Flowchat 47

4.1 Pengelompokan Potensi Risiko 62

(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

2.1 Jenis Immediate Causes 16

2.2 Jenis Basic Cause 17

2.3 Ukuran dari keparahan (consequence) 28

2.4 Ukuran dari kemungkinan (probability) 29

2.5 Matriks Analisis Risiko (level risiko) 29

2.6 Daftar Referensi Terdahulu 38

4.1 Matrik Risiko AS/NZS 4360 54

4.2 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Penggalian 54

Bagian Peluang 4.3 Hasil Pengisian Kuesioner Kegiatan Penggalian 56

Bagian Akibat 4.4 Hasil Perhitungan Indeks Risiko Kegiatan Penggalian 57

4.5 Hasil Perhitungan Indeks Risiko Kategori High 58

4.6 Hasil Perhitungan Indeks Risiko Kategori Medium 58

4.7 Hasil Perhitungan Indeks Risiko Kategori Low 61

(10)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 LatarBelakang

Manajemen risiko menyangkut budaya, proses dan struktur dalam mengelola suatu risiko secara efektif dan terencana dalam suatu sistem manajemen yang baik.

Manajemen risiko adalah bagian integral dari proses manajemen yang berjalan dalam perusahaan. Dalam aspek K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) kerugian berasal dari kejadian yang tidak diinginkan yang timbul dari aktivitas organisasi. Tanpa menerapkan manajemen risiko perusahaan dihadapkan dengan ketidakpastian.

Manajemen tidak mengetahui apa saja bahaya yang dapat terjadi dalam organisasi atau perusahaan sehingga tidak mempersiapkan diri untuk menghadapinya.

Manajemen risiko K3 adalah suatu upaya mengelola risiko K3 untuk mencegah terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan secara komphrehensif, terencana dan terstruktur dalam suatu sistem yang baik. Adanya kemungkinan kecelakaan yang terjadi pada proyek konstruksi akan menjadi salah satu penyebab terganggunya atau terhentinya aktivitas pekerjaan proyek. Oleh karena itu, pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi diwajibkan untuk menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lokasi kerja dimana masalah keselamatan dan kesehatan kerja ini juga merupakan bagian dari perencanaan dan pengendalian proyek

. Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan suatu permasalahan yang banyak menyita perhatian berbagai organisasi saat ini karena mencakup permasalahan segi

(11)

perikemanusiaan, biaya dan manfaat ekonomi,aspek hukum, pertanggung jawaban serta citra organisasi itu sendiri. Semua hal tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang sama besarnya walaupun di sana sini memang terjadi perubahan perilaku, baik di dalam lingkungan sendiri maupun faktor lain yang masuk dari unsur eksternal.

Proses pembangunan proyek kontruksi gedung pada umumnya merupakan kegiatan yang banyak mengandung unsure bahaya. Situasi dalam lokasi proyek mencerminkan karakter yang keras dan kegiatannya terlihat sangat kompleks dan sulit dilaksanakan sehingga dibutuhkan stamina yang prima dari pekerja yang melaksanakannya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pekerjaan konstruksi ini merupakan penyumbangan kakecelakaan yang cukup tinggi. Banyaknya kasus kecelakaan kerja serta penyakit akibat kerja sangat merugikan banyak pihak terutama tenaga kerja bersangkutan. Namun pada kenyataannya, pelaksana proyek sering mengabaikan persyaratan dan peraturan-peraturan dalam K3. Hal tersebut disebabkan karena kurang menyadari betapa besar resiko yang harus ditanggung oleh tenaga kerja dan perusahaannya. Sebagaimana lazimnya pada pelaksanaan suatu proyek pastiakan berusaha menghindari economic cost. Disamping itu adanya peraturan mengenai K3 tidak diimbangi oleh upaya hukum yang tegas dan sanksi yang berat, sehingga banyak pelaksana proyek yang melalaikan keselamatan dan kesehatan tenaga kerjanya.

Tenaga kerja konstruksi dari manajer sampai pembantu tukang merupakan aset yang perlu dilindungi agar dapat bekerja dengan baik dan produktif sampai konstruksi selesai dikerjakan tanpa ada kecelakaan kerja (zeroaccident). Tenaga kerja perlu

(12)

memperoleh perlindungan terhadap ancaman kecelakaan maupun kesehatan dalam bekerja. Tindakan keselamatan dalam bidang pekerjaan sangat diperlukan sekali, baik terhadap pekerja maupun terhadap perusahaan serta produksinya. Pekerja harus mengikuti peraturan–peraturan yang berhubungan dengan tindakan keselamatan, dalam hal ini program K3, karena program K3 berkaitan erat dengan Pekerjaan struktur atas merupakan pekerjaan yang sebagian besar adalah pekerjaan berulang.

Pada umumnya gedung bertingkat memiliki beberapa bentuk struktur atas yaitu podium dan tower. Hal yang perlu diperhatikan adalah pola pergerakan pekerjaan termasuk materialnya. Semakin tinggi struktur bangunan yang akan dibangun maka semakin tinggi pula risiko yang mungkin terjadi karena bobot pekerjaan yang semakin besar.

I.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan dari penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana mengidentifikasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction?

2. Bagaimana memberikan penilaian atas risiko–risikoK3 pada proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction?

3. Bagaimana penanganan terhadap risiko K3 pada proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction?

(13)

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi risiko K3 yang dapat terjadi pada kegiatan proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction.

2. Memberikan penilaian atas risiko-risiko K3 yang terjadi pada proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction.

3. Memberikan tindakan pengendalian risiko terhadap risiko K3 pada kegiatan proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction.

1.4 Batasan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas, maka untuk menghindari penyimpangan pembahasan maka dibuat pembatasan masalah, sebagai berikut :

1. Penelitian dilakukan di proyek pembangunanApartemen Grand Jati Junction.

2. Kegiatan proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction yang diteliti adalah pekerjaan struktur.

3. Masalah yang diteliti adalah Keselamatan dan KesehatanKerja (K3) 4. Risiko yang diidentifikasi adalah risiko K3 yang berkaitan dengan

aktivitas pada proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction.

5. Responden penelitian ini dari kontraktor dan khususnya yang berkaitan dengan K3.

6. Tidak memperhitungkan faktor ekonomi/biayadll.

(14)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti informasi ini dapat digunakan untuk mengetahui penyebab kecelakaan kerja pada proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction

2. Bagi bidang keilmuan, untuk dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi mengenai penyebab kecelakaan kerja pada proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction.

3. Pihak perusahaan/Kontraktor dapat menerapkan manajemen risiko K3 (Kesehatan dan keselamatan kerja) untuk mengurangi kecelakaan kerja menuju "zero accident".

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahaya

Bahaya atau hazardadalahsuatu sumber yang berpotensi menimbulkan kerugian baik berupa luka-luka terhadap manusia, penyakit, kerusakan properti, lingkungan atau kombinasinya (frank-bird-loss-control management). Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal luka-luka atau penyakit terhadap manusia.

Bahaya adalah segala sesuatu termasuk situasi atau tindakan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau cidera pada manusia, kerusakan atau gangguan lainnya.Oleh karna itu, diperlukan pengendalian yang tepat agar bahaya tersebut tidak menimbulkan akibat yang merugikan.Bahaya merupakan sifat yang melekat (inherent) dan menjadi bagian dari suatu zat, sistem, kondisi atau peralatan.

2.1.1 Klasifikasi Bahaya

2.1.1.1 Bahaya Keselamata Kerja (Safety Hazard)

Bahaya keselamatan kerja merupakan bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan kerja yang dapat menyebabkan luka, cacat hingga mengakibatkan kematian serta kerusakaan property. Jenis bahaya keselamatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi :

(16)

a. Bahaya mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan mekanis ini dapat menimbulkan cidera atau kerusakan seperti tersayat, terpotong, terpeleset, terjatuh dan terjepit.

b. Bahaya elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari energy listrik yang dapat mengakibatkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik dan hubungan singkat.

2.1.1.2 Bahaya Kesehatan Kerja ( Health Hazard)

Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai dampak terhadap kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja.Dampak yang ditimbulkan bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi : a. Bahaya fisik, antara lain dapat menimbulkan kebisingan, getaran, radiasi,

suhu ekstrim dan pencahayaan.

b. Bahaya kimia, mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan sifat dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan seperti keracunan dan iritasi.

c. Bahaya biologi, bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup seperti bakteri, virus, dan jamur.

d. Bahaya psikologi, antara lain beban kerja berat, hubungan dan kondisi kerja yang tidak nyaman.

(17)

2.2 Risiko

Menurut AS/NZS 4360:2004, risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat.

Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences.Konsekuensi atau dampak hanya akan terjadi bila ada bahaya dan kontak atau exposureantara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu interaksi. Formula yang digunakan dalam melakukan perhitungan risiko adalah :

Menurut Soehatman Ramli (2010), risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi atau perusahaan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun dari luar. Oleh karena itu, risiko dalam organisasi sangat beragam sesuai dengan sifat, lingkungan, skala, dan jenis kegiatannya.

2.2.1 Jenis-jenis Risiko 2.2.1.1Risiko financial

Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai risiko financial yang berkaitan dengan aspek keuangan.Ada berbagai risiko financial seperti piutang macet, perubahan suku bunga, nilai tukar mata uang dan lain-lain.Risiko keuangan ini harus dikelola dengan baik agar organisasi tidak mengalami kerugian atau bahkan sampai gulung tikar.

Risk = consequences x probability

(18)

2.2.1.2 Risiko Alam

Bencana alam merupakan risiko yang dihadapi oleh siapa saja dan dapat terjadi setiap saat tanpa bisa diduga waktu, bentuk dan kekuatannya.Bencana alam dapat berupa badai atau angin topan, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, banjir, dan letusan gunung berapi.Disamping korban jiwa, bencana alam juga mengakibatkan kerugian materil yang sangat besar yang memerlukan waktu pemulihan yang lama.

Di Indonesia, bencana alam merupakan ancaman serius bagi setiap usaha dan kegiatan. Indonesia berada dipertemuan lempeng yang meningkat risiko terjadi gempa. Indonesia berada diantara dua benua dan dua lautan luas yang berpengaruh terhadap pola cuaca dan iklim.Indonesia juga masih mempunyai rantai gunung yang aktif.Oleh karena itu, faktor bencana alam harus diperhitungkan sebagai risiko yang dapat terjadi setiap saat.

2.2.1.3 Risiko Operasional

Risiko dapat terjadi dari kegiatan operasional yang berkaitan dengan bagaimana cara mengelola perusahaan yang baik dan benar. Perusahaan yang memiliki sistem manajemen yang kurang baik mempunyai risiko untuk mengalami kerugian.Risiko operasioal suatu perusahaan tergntung dari jenis, bentuk dan skala bisnis masing-masing. Yang termasuk kedalam risiko operasional antara lain yaitu :

a. Ketenagakerjaan

(19)

Tenaga kerja merupakan asset paling berharga dan menentukan dalam operasi perusahaan.Pada dasarnya perusahaan telah mengambil risiko yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ketika perusahaan memutuskan untuk menerima seseorang bekerja.Perusahaan harus membayar gaji yang memadai bagi pekerja serta memberikan jaminan social yang diwajibkan menurut perundangan.Disamping itu perusahaan juga harus memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja serta membayar tunjangan jika tenaga kerja mendapat kecelakaan.

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur yang dapat memicu atau menyebabkan terjadinya kecelakaan atau kegagalan dalam proses produksi.

Mempekerjakan pekerja yang tidak terampil, kurang pengetahuan, sembrono atau lalai dapat menimbulkan risiko yang serius terhadap keselamatan.

b. Teknologi

Aspek teknologi disamping bermanfaat untuk meningkatkan produktivitas juga mengandung berbagai risiko.Penggunaan mesin modern misalnya dapat menimbulkan risiko kecelakaan dan pengurangan tenaga kerja.Teknologi juga bersifat dinamis dan terus berkembang dengan inovasi baru. Perusahaan yang buta terhadap perkembangan teknologi akan kemunduran dan tidak mampu bersaing dengan perusahaan lain yang menggunakan teknologi yang lebih baik.

Penerapan teknologi ysng lebih baik oleh pesaing akan mempengaruhi produk, biaya dan kualitas yang dihasilkan sehingga dapat

(20)

menjadi ancaman bagi perusahaan. Oleh karna itu, pemilihan dan penggunaan teknologi harus mempertimbangkan dampak risiko yang ditimbulkan.

c. Risiko K3

Risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material dan lingkungan kerja. Umumnya risiko K3 dikonotasikan sebagai hal yang negative seperti:

 Kecelakaan terhadap tenaga kerja dan asset perusahaan

 Kebakaran dan peledakan

 Penyakit akibat kerja

 Kerusakan sarana produksi

 Gangguan operasi

Salah satu upaya untuk mengendalikan risiko K3 adalah dengan menerapkan sistem manajemen K3 dengan salah satu aspeknya melalui idetifikasi bahaya dan penilaian risiko yang diimplementasikan di berbagai perusahaan.

2.2.1.4 Risiko keamanan

Masalah keamanan dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha atau kegiatan suatu perusahaan seperti pencurian asset perusahaan, data, informasi, data keuangan, formula produk, dll.Di daerah yang mengalami konflik dan

(21)

gangguan keamanan dapat menghambat atau bahkan menghentikan kegiatan perusahaan.

Risiko keamanan dapat dikurangi dengan menerapkan sistem manajeman keamanan dengan pendekatan manajemen risiko.Manajemen keamanan dimulai dengan melakukan identifikasi semua potensi risiko keamanan yang ada dalam kegiatan bisnis, melakukan penilaian risiko dan selanjutnya melakukan langkah pencegahan dan pengamanannya.

2.2.1.5 Risiko sosial

Risiko sosial adalah risiko yang timbul atau berkaitan dengan lingkungan sosial dimana perusahaan beroperasi.Aspek social budaya seperti tingkat kesejahteraan, latar belakang budaya dan pendidikan dapat menimbulkan risiko baik yang positif maupun negative. Budaya masyarakat yang tidak peduli terhadap aspek keselamatan akan mempengaruhi keselamatan operasi perusahaan.

2.3 Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi di tempat kerja pada saat melakukan suatu pekerjaan.Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan di duga semula yang dapat menimbulkan korban manusia atau harta benda.Sedangkan tempat kerja merupakan ruangan atau lapangan tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki

(22)

tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber bahaya.

(Peraturan Mentri Tenaga Kerja No.3 Tahun 1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan.

2.3.1 Teori Kecelakaan Kerja

Berikut adalah beberapa model teori kecelakaan kerja : 2.3.1.1 Teori domino

Teori ini mengatakan bahwa suatu kecelakaan terjadi dari suatu rangkaian kejadian. Ada lima faktor yang terkait dalam rangkaian kejadian tersebut yaitu : lingkungan, keselahan manusia, perilaku atau kondisi yang tidak aman, kecelakaan, dan cedera atau kerugian.

Gambar 2.1 Model Teori Domino (Sumber : David Colling, 1990)

Kelima faktor tersebut tersusun layaknya kartu domino yang diberdirikan.

Jika satu kartu jatuh, maka kartu ini akan menimpa kartu yang lain hingga semua kartu domino akan jatuh. Menurut Heindrich kecelakaan atau insiden disebabkan oleh 88% perilaku tidak aman (unsafe acts) , 10% kondisi yang tidak aman (unsafe condition) , 2% act of god.

(23)

Menurut Heindrich untuk mencegah kecelakaan dapat dilakukan dengan menghilangkan kartu domino yang ketiga (unsafe act dan unsafe condition). Jika kartu nomor 3 sudah tidak ada lagi maka seandainya kartu nomor 1 dan 2 jatuh hal ini tidak akan menyebabkan jatuhnya semua kartu karena sudah ada jarak antara kartu kedua dan keempat. Dengan penjelasannya ini, Teori Domino Heindrich menjadi teori ilmiah pertama yang menjelaskan terjadinya kecelakaan kerja tidak lagi dianggap sebagai sekedar nasib sial atau karena peristiwa kebetulan.

2.3.1.2 Teori ILCI Loss Causation

Teori ILCI Loss Causationmerupakan salah satu teori yang menjelaskan tentang berbagai penyebab dan akibat dari suatu kecelakaan.Teori ini menggambarkan tentang urutan faktor-faktor penyebab kecelakaan hingga kerugian akibat kecelakaan tersebut.Berikut ini adalah bagan loss causation model.

Gambar 2.2 ILCI Loss Causation Model(Sumber : Petersen, 1980)

(24)

 Loss

Loss (kerugian) adalah segala sesuatu yang dihasilkan dan suatu kecelakaan. Kerugian yang ditimbulkan dari kecelakaan dapat berupa kerugian langsung terhadap manusia, property, proses kerja, serta lingkungan. Sedangkan akibat atau kerugian yang tidak langsung dapat terjadi seperti gangguan kinerja perusahaan, menurunnya profit, rusaknya citra perusahaan (Bird,1990).

Besarnya efek yang muncul akibat kecelakaan dapat bervariasi mulai dari kerugian kecil hingga bencana besar, hal ini bergantung pada besarnya bahaya serta tindakan yang dilaksanakan untuk meninimalisasi kerugian.Beban biaya yang ditimbulkan dari suatu kecelakaan sangat besar yang terdiri dari biaya langsung dan biaya tidak langsung.

 Accident

Accident adalah kejadian yang mengakibatkan kerugian, kontak dengan sumber energi sehingga terjadi perpindahan energi yang melampaui daya tahan tubuh maupun struktur material (Bird,1990). Tipe perpindahan energi tesebut dapat berupa menabrak atau tertabrak, jatuh atau kejatuhan, terpeleset, terjatuh, pembebanan berlebihan, kontak dengan listrik, panas, dingin, keracunan, dan kebisingan.

 Immediate Causes

Immediate Causes adalah keadaan yang menjadi penyebab langsung terjadinya kontak energi atau kecelakaan. Penyebab langsung biasanya dapat

(25)

diobservasi, secara garis besar penyebab langsung dapat dibagi menjadi dua yaitu Substandard practices (unsafe act) dan Substandard condition (unsafe condition). Substandard practices yaitu tindakan atau perilaku kerja yang menyimpang dari standar sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Sedangkan Substandard condition adalah kondisi tempat kerja atau lingkungan kerja yang menyimpang dari standar sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan. Berikut adalah contoh dari substandard practices dan substandard condition :

Tabel 2.1 Jenis Immediate Causes No Substandard Act (unsafe

act)

Substandard condition (unsafe condition)

1 Mengoperasikan peralatan tanpa izin

Pengamanan yang kurang memadai

2 Kegagalan dalam memperingatkan

Alat pelindung diri yang kurang memadai

3 Kegagalan dalam mengamankan

Kerusakan peralatan atau perlengkapan

4 Menyingkirkan

perlengkapan keamanan

Sistem keamanan yang kurang memadai

5 Menggunakan peralatan yang rusak

Bahaya ledakan atau kebakaran

6 Menggunakan peralatan dengan tidak tepat

Tata letak yang tidak baik

7 Tidak menggunakan alat pelindung diri

Kondisi lingkungan yang berbahaya : gas, debu dan uap

8 Pengangkatan yang tidak tepat

Pajanan kebisingan

9 Pengangkutan yang tidak tepat

Pajanan radiasi

10 Memperbaiki peralatan yang sedang beroperasi

Pajanan panas atau dingin (Sumber :Pratama, 2012)

(26)

 Basic causes

Basic causes adalah penyebab dibalik adanya Substandard practices dan Substandard condition. Basic causes dapat menjelaskan mengapa seseorang bekerja diluar prosedur (Substandard practices) atau mengapa muncul kondisi yang tidak aman (Substandard condition). Basis causes dibagi menjadi dua yaitu personal factor dan job factor (Bird,1990).

Tabel 2.2 Jenis Basic Cause

No Personal factor Job factor

1 Kemampuan fisik/fisiologi yang kurang memadai

Pengawasan atau kepemimpinan yang kurang memadai

2

Kemampuan

mental/psikologis yang kurang memadai

Inadequate engineering 3 Tekanan fisik/fisiologis Inadequate puschasing 4 Tekanan mental atau

psikologis Perawatan yang kurang memadai

5 Kurang pengetahuan Peralatan kurang tepat 6 Kurang keterampilan Prosedur kerja kurang tepat 7 Motivasi yang tidak tepat Penyalahgunaan

(Sumber : Bird.1990)

 Lack of control

Pengendalian merupakan salah satu dari empat fungsi manajeman (perencanaan, penataan, kepemimpinan dan pengendalian). Tanpa adanya management control maka urutan kejadian kecelakaan dapat terpicu yang pada akhirnya dapat menyebabkan kerugian. Yang termasuk kedalam lack of control antara lain yaitu program yang kurang memadai, standar program yang kurang memadai, tidak dapat memenuhi standar.

(27)

2.3 Manajemen Risko

Konsep manajemen risiko mulai dikenal di bidang kesehatan dan kesehatan kerja pada tahun 1980-an setelah berkembangnya model teori accident yang dikeluarkan oleh ILCI. Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk memperkecil kerugian dan meningkatkan kesempatan atau peluang.Pada dasarnya manajeman risiko bersifat pencegahan terhadap terjadinya kerugian maupun kecelakaan kerja.

Menurut AS/NZS 4360, “Risk management is an iterative process consisting of well-defined steps which, taken in sequence, support better decision-making by contributing a greater insight into risks and their impacts.” Manajemen risiko adalah suatu proses yang terdiri dari langkah-langkah yang telah dirumuskan dengan baik, mempunyai urutan (langkah-langkah) dan membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik dengan melihat risiko dan dampak yang dapat ditimbulkan.

Manajemen risiko merupakan metoda yang sistematis yang terdiri dari menetepkan konteks, mengidentifikasi, meneliti, mengevaluasi, perlakuan, monitoring dan mengkomunikasikan risiko yang berhubungan dengan aktivitas apapun, proses atau fungsi sehingga dapat memperkecil kerugian perusahaan.

Pelaksanaan manajemen risiko haruslah menjadi bagian integral dari suatu bentuk manajemen yang baik. Proses manajemen risiko ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan yang berkelanjutan. Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk, maupun asset. Manajemen risiko dapat memberikan manfaat yang optimal jika diterapkan

(28)

sejak awal kegiatan. Proses manajemen risiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi perusahaan.

2.4.1 Proses Manajemen Risiko

Proses manajemen risiko harus dilakukan secara komprehensif dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen proses. Proses manajemen risiko sebagaimana yang terdapat dalam RiskManagement Standard AS/NZS 4360, yang meliputi

Gambar 2.3 Bagan proses manajemen risiko (Sumber :Ramli, 2010)

2.4.1.1 Menetapkan konteks

Pada dasarnya urutan kegiatan dalam proses manajemen risiko ini menggambarkan beberapa konsep dasar sebagai berikut :

a. Urutan tahap manajemen risiko menggambarkan siklus „problem solving‟

b. Manajemen risiko bersifat preventif

(29)

c. Manajemen risiko sejalan dengan konsep “continuous improvement”

d. Manajemen risiko fokus pada ruang lingkup masalah yang akan dikelola.

Penetapan konteks dari manajemen risiko harus dilakukan pertama kali agar proses pengelolaan risiko tidak salah arah dan tepat sasaran. Penetapan konteks ini meliputi konteks eksternal, konteks internal, konteks manajemen risiko, pengembangan kriteria, penentuan struktur.

a. Menetapkan konteks eksternal

Penetapan konteks eksternal yaitu menggambarkan lingkungan eksternal di mana organisasi beroperasi dan menggambarkan hubungan antara organisasi dengan lingkungan sekitarnya meliputi :

 Bisnis , sosial, lingkungan, hukum/regulasi, budaya, kompetitif, keuangan dan politik.

 Kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang organisasi

 Eksternal stakeholders

 Tolak ukur dari bisnis yang dijalankan organisasi

Menetapkan konteks eksternal penting untuk memastikan bahwa stakeholders dan hasil/sasaran dipertimbangkan ketika menjalankan proses manajemen risiko sehingga peluang dan ancaman dapat diperhitungkan dengan baik. Selain itu perlu dipertimbangkan pula dalam hal komunikasi dan regulasi atau kebijakan dalam melakukan proses manajemen risiko.

b. Menetapkan konteks internal

(30)

Sebelum melakukan aktivitas manajemen risiko maka perlu terlebih dahulu memahami kondisi internal yang terdapat di organisasi. Kondisi tersebut meliputi kultur, internal stakeholder, struktur, kemampuan sumber daya serta tujuan, sasaran dan strategi dapat dijangkau.

Penetapan konteks internal menjadi sangat penting karena :

 Manajemen risiko menempati konteks sebagai tujuan tahap dekat untuk

mencapai tujuan organisasi dan strategi organisasi, karena hasil manajemen risiko barulah tahap awal untuk terciptanya „continuous improvement‟.

 Kegagalan pencapaian sebuah objektif dari organisasi bisa dilihat sebagai salah satu risiko yang harus dikelola

 Jelasnya kebijakan dan pengertian tujuan organisasi akan sangat membantu

dalam menentukan kriteria penilaian terhadap risiko yang ada, apakah dapat diterima atau tidak, demikian juga dengan penentuan tindakan pengendaliannya

c. Konteks manajemen risiko

Dalam konteks manajeman risiko organisasi perlu menenetapkan tujuan, strategi, ruang lingkup dan parameter dari aktivitas atau bagian dari organisasi dimana proses manajemen risiko harus dilaksanakan dan ditetapkan. Proses tersebut dilakukan dengan pemikiran dan pertimbangan yang matang untuk memenuhi keseimbangan biaya, keuntungan dan kesempatan. Persyaratan sumber risiko dan pencatatannya dibuat secara spesisfik.Dalam melakukan aktivitas manajemen risiko, organisasi perlu

(31)

menetapkan ruang lingkup dan batasan-batasan. Penentuan batasan-batasan dan lingkup aplikasi dari manajemen risiko dipengaruhi oleh :

 Organisasi, proses, merancang atau aktivitas dan menetapkan sasaran dan tujuannya.

 Kebijakan dan keputusan yang harus dibuat.

 Waktu dan lokasi aktivitas proyek manajemen risiko.

 Identifikasi studi pelaksanaan, ruang lingkup, sasaran dan sumber daya yang diperlihatkan.

 Gambaran luas dan kedalaman dari aktivitas manajemen risiko.

 Hubungan dengan aktivitas/pekerjaan lain dalam organisasi.

 Tanggung jawab dan peran dari berbagai bagian di dalam organisasi dalam

proses manajemen risiko.

d. Pengembangan kriteria risiko

Pengembangan kriteria risiko menggambarkan tentang penentuan ukuran atau tingkatan risiko yang akan dievaluasi dalam organisasi. Penentuan tingkat risiko ini didasarkan pada kesesuaian dengan kegiatan operasional, teknis, keuangan, hukum, sosial, lingkungan, kemanusiaan, atau kriteria lainnya yang mencerminkan konteks organisasi.Penentuan kriteria risiko perlu dikembangkan lebih lanjut dan analisis untuk mengidentifikasi risiko tertentu dan menentukan teknik analisi risiko yang tepat.

(32)

2.4.1.2 Identifikasi risiko

Identifikasi risiko merupakan suatu langkah untuk mengenali atau untuk menjawab pertanyaan apa risiko yang dapat terjadi, bagaimana dan mengapa hal tersebut dapat terjadi. Tujuan dari identifikasi risiko adalah untuk mengumpulkan sebanyak-sebanyaknya sumber bahaya dan aktivitas berisiko yang dapat menggangu tujuan, sasaran dan pencapaian organisasi.

Beberapa hal yang harus dilakukan dalam identifikasi bahaya antara lain yaitu :

a. Menyusun daftar risiko secara komprehensif dari kejadian-kejadian yang dapat berdampak pada setiap elemen kegiatan.

b. Pencatatan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi risiko yang ada secara rinci sehingga menggambarkan proses yang terjadi.

c. Menyusun skenario proses kejadian yang akan menimbulkan risiko berdasarkan informasi gambaran hasil identifikasi masalah/bahaya.

Hal-hal tersebut dapat memberikan gambaran mengenai konsekuensi dan probabilitas dari risiko yang ada.Konsekuensi dan probabilitas merupakan variabel yang diperlukan dalam penentuan tingkat atau level risiko.

Identifikasi merupakan suatu metode yang digunakan atau mengenal dan mengevaluasi berbagai bahaya yang terdapat ditempat kerja. Metode dan teknik yang dapat digunakan untuk identifikasi risiko antara lain yaitu :(Ramli, 2010) a. Data kecelakaan

(33)

Data kecelakaan adalah salah satu sumber informasi mengenai adanya bahaya di tempat kerja dan merupakan sumber informasi yang paling mendasar.Setiap kecelakaan yang terjadi selalu mempunyai sebab yang didasari adanya kondisi tidak aman baik menyangkut manusia, peralatan atau lingkungan kerja. Karena itu dalam setiap kecelakaan, bagaimanapun kecilnya akan ditemukan adanya sumber bahaya atau risiko.

b. Daftar periksa

Metode ini sangat mudah dan sederhana untuk dilakukan yaitu dengan membuat daftar pemeriksaan bahaya ditempat kerja. Dalam penerapan metode ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

 Metode ini bersifat spesifik untuk peralatan atau tempat kerja tertentu.

Misalnya daftar periksa untuk gudang akan berbeda dengan daftar periksa untuk unit proses.

 Daftar periksa harus dikembangkan oleh orang yang memahami atau

mengenal tempat kerja atau peralatan. Dengan demikian daftar periksa dapat menjangkau setiap kemungkinan bahaya yang ada.

 Daftar periksa harus dievaluasi secara berkala, terutama jika ditemukan ada

bahaya baru, atau penambahan dan perubahan sarana produksi, sistem atau proses.

 Pemeriksaan bahaya dilakukan oleh mereka yang mengenal dengan baik kondisi lingkungan kerjanya. Semakin dalam pemahamannya, maka

(34)

semakin rinci identifikasi bahaya yang dapat dilakukan. Oleh karena itu, pengembangan daftar periksa perlu melibatkan para pekerja setempat.

c. Brainstorming

Sumber informasi tentang bahaya diperoleh dari semua pihak.

Semakin banyak sumber informasi yang digunakan maka akan semakin luas, dalam dan rinci informasi yang akan diperoleh. Oleh karena itu, salah satu teknik yang sederhana yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi bahaya adalah dengan teknik brainstorming. Melalui diskusi dan pertemuan dari berbagai pihak dan individu yang berbeda untuk menggali potensi bahaya yang ada, atau diketahui oleh masing-masing anggota kelompok.

d. What-if

Teknik ini bersifat brainstorming, namun semua anggota tim dipandu dengan kata “what-if”.Tujuan dari teknik ini adalah untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kejadian yang tidak diinginkan dan menimbulkan suatu konsekuensi yang serius.Melalui tekni ini dapat dilakukan penilaian terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan rancang bangun, konstruksi atau modifikasi dari yang diinginkan.

e. HAZOPS

HAZOPS (Hazard and Operability Study) digunakan untuk mengidentifikasi bahaya yang ada pada proses operasional. Teknik HAZOPS merupakan sistem yang sangat terstruktur dan sistematis sehingga dapat menghasilkan kajian yang komprehensif. Kajian HAZOPS juga bersifat multi

(35)

disiplin sehingga hasil kajian akan lebih mendalam dan rinci karena telah ditinjau dari berbagai latar belakang disiplin dan keahlian.

f. FMEA

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)merupakan metode identifikasi risiko dengan menganalisis berbagai pertimbangan dari kesalahan suatu sistem atau peralatan yang digunakan dan kemudian mengevaluasi dampak dari kesalahan tersebut.FMEA membantu memilih langkah perbaikan untuk mengurangi dampak kumulatif dari konsekuensi (risk) dan kegagalan sistem (fault).

g. FTA

Fault Tree Analysis (FTA) menggunakan metode analisis yang bersifat deduktif. Dimulai dengan menetapkan kejadian puncak (top event) yang mungkin terjadi dalam sistem atau proses. Selanjutnya semua kejadian yang dapat menimbulkan akibat dari kejadian puncak tersebut diidentifikasi dalam bentuk pohon logika.

h. JHA

Menurut OSHA 307, Job Hazard Analysis (JHA) merupakan teknik yang berfokus pada tahapan pekerjaan sebagai cara untuk mengidentifikasi bahaya sebelum kejadian yang tidak diinginkan terjadi. Teknik ini lebih fokus kepada interaksi antara pekerja, tugas pekerjaan, peralata dan lingkungan kerja.Setelah diketahui bahaya-bahaya yang terdapat pada tahapan pekerjaan maka dilakukan usaha untuk menghilangkan atau mengurangi risiko bahaya ke

(36)

tingkat yang dapat diterima.JHA sangat penting dilakukan untuk dapat menentukan dan menetapkan prosedur kerja dengan tepat sehingga kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dapat dicegah ketika pekerja melakukan suatu prosedur kerja yang baik.

JHA dapat diterapkan ke dalam beberapa jenis pekerjaan, namun terdapat beberapa prioritas pekerja yang perlu dilakukan JHA yaitu :

 Pekerjaan dengan tingkat cedera dan penyakit yang tinggi.

 Pekerjaan yang berpotensi mengakibatkan cacat permanen, cedera atau sakit. Walaupun tidak ada riwayat kecelakaan yang terjadi sebelumnya.

 Pekerjaan yang mempunyai peluang kecil tetapi dapat mengakibatkan kecelakaan atau cedera yang parah.

 Pekerjaan yang baru, atau proses dan prosedur kerja yang berubah.

 Pekerjaan yang cukup kompleks sehingga membutuhkan instruksi kerja secara tertulis.

2.4.1.3 Analisis risiko

Analisis risiko dilakukan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan antara estimasi konsekuensi dengan perhitungan terhadap program pengendalian yang telah dilakukan.Analisis pendahuluan (pre- eliminary analysis) dapat dibuat terlebih dahulu untuk mendapatkan gambaran mengenai keseluruhan risiko yang ada kemungkinan disusun urutan risiko dari yang kecil sampai besar.Untuk risiko-risiko yang kecil sementara dapat diabaikan

(37)

dan prioritas dapat diberikan terhadap risiko-risiko yang cukup signifikan dapat menimbulkan kerugian.

1. Menetapkan pengendalian yang sudah ada

Identifikasi manajemen, sistem teknis dan prosedur-prosedur yang sudah ada untuk pengendalian risiko, kemudian dinilai kelebihan dan kekurangannya.Alat-alat yang digunakan dinilai kesesuaiannya.Pendekatan- pendekatan yang dilakukan misalnya, seperti inspeksi dan teknik pengendalian dengan penilaian sendiri atau professional judgement.

2. Konsekuensi/dampak dan kemungkinan

Konsekuensi dan probabilitas dikombinasikan untuk melihat level atau tingkat risiko. Berbagai metode dapat digunakan untuk menghitung konsekuensi dan probabilitas, diantaranya dengan menggunakan metode statistik.

Metode lain juga bisa digunakan jika data terdahulu tidak tersedia, dengan melakukan ekstrapolasi data-data sekunder umum dari lembaga- lembaga internasional maupun industri sejenis, kemudian dibuat perkiraan secara subyektif. Metode ini disebut metode penentuan dengan professional judgement. Hasilnya dapat memberikan gambaran secara umum mengenai level risiko yang ada.

Berikut ini merupakan penjelasan mengenai metode yang digunakan dalam analisis risiko menurut AS/NZS 4360 :

(38)

Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau probability diberi rentang antara risiko yang jarang terjadi (rare) sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat (almost certain).Sedangkan untuk keparahan atau consequence dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau kerugian kecil sampai dampak yang paling parah yaitu menimbulkan kejadian fatal (meninggal dunia) atau kerusakan besar terhadap asset perusahaan.

Berikut merupakan tabel konsekuensi atau kemungkinan menurut standar AS/NZS 4360.

Tabel 2.3 Ukuran dari keparahan (consequence)

Tingkatan Kriteria Penjelasan

1 Insignificant/Tidak Significan

Tidak ada cidera

2 Minor Memerlukan perawatan. P3K,

langsung dapat di tangani.

3 Moderate/Sedang Memerlukan perawatan medis, dapat ditangani dengan bantuan pihak luar

4 Mayor Cidera yang mengakibatkan

cacat/hilang fungsi tubuh secara total,

off site release tanpa efek merusak

(39)

5 Catastropic/Bencana Menyebabkan kematian, off site release bahan toksik dan efeknya merusak.

(Sumber :AS/NZS 4360)

Tabel 2.4 Ukuran dari kemungkinan

Level Kriteria Penjelasan

5 Almost certain Terjadi hampir disemua keadaan 4 Likely Sangat mungkin terjadi hampirdisemua

keadaan

3 Possible Dapat terjadi sewaktu-waktu 2 Unlikely Kemungkinan terjadi jarang

1 Rare Hanya dapat terjadi dikeadaan tertentu (Sumber :AS/NZS 4360)

Tabel 2.5 Matriks Analisis Risiko (level risiko)

Probability

Consequence Insignificant

1

Minor 2

Moderate 3

Mayor 4

Catastropic 5

1 (rare) L L L M M

2(unlikely) L M M M H

3 (possible) L M M H H

4 (likely) M M H H VH

5 (almost certain) M H H VH VH

(Sumber :AS/NZS 4360) Keterangan :

VH : Sangat berisiko, dibutuhkan tindakan secepatnya

H : Berisiko besar, dibutuhkan perhatian dari manajemen puncak M : Risiko sedang, tanggung jawab manajemen harus spesifik L : Risiko rendah , ditangani dengan prosedur rutin.

(40)

2.4.1.4 Evaluasi risiko

Suatu risiko tidak akan memberikan makna yang jelas bagi manajemen atau pengambil keputusan hanya jika tidak diketahui apakah risiko tersebut signifikan bagi kelangsungan bisnis. Oleh karena itu sebagai tindak lanjut dari penilaian risiko perlu dilakukan evaluasi risiko.Evaluasi risiko mempunyai tujuan untuk melihat apakah risiko yang telah dianalisis dapat diterima atau tidak dengan membandingkan tingkat risiko yang telah dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang digunakan.

Tingkat risiko atau peringkat risiko sangat penting sebagai alat manajemen dalam pengambilan keputusan.Melalui peringkat risiko manajemen dapat menentukan skala prioritas dalam penanganannya.Manajemen juga dapat mengalokasikan sumber daya yang sesuai untuk masing-masing risiko sesuai dengan tingkat prioritasnya. (Soehatman Ramli).

2.4.1.5 Pengendalian risiko

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko.Risiko yang telah diketahui besar dan potensi akibatnya harus dikelola dengan tepat, efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kondisi perusahaan.Menurut standar AS/NZS 4360, pengendalian risiko meliputi identifikasi alternatif-alternatif pengendalian risiko, analisis pilihan-pilihan yang ada, rencana pengendalian dan pelaksanaan pengendalian.

(41)

Alternatif-alternatif pengendalian risiko dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut : (AS/NZS 4360)

a. Penghindaran risiko

Beberapa pertimbangan penghindaran risiko yaitu :

1. Keputusan untuk menghindari atau menolak risiko sebaiknya memperhatikan informasi yang tersedia dan biaya pengendalian risiko.

2. Kemungkinan kegagalan pengendalian risiko.

3. Kemampuan sumber daya yang ada tidak memadai untuk pengendalian 4. Penghindaran risiko lebih menguntungkan dibandingkan dengan

pengendalian risiko yang akan dilakukan sendiri.

5. Alokasi sumber daya tidak terganggu

b. Mengurangi kemungkinan terjadi (reduce likelihood)

Pengurangan kemungkinan terjadinya risiko dapat dilakukan dengan berbagai macam pendekatan seperti engineering control (eliminasi, subsitusi, isolasi, pengendalian jarak), administrative control (shift kerja, wrok permit), dan pemberian pelatihan kepada pekerja mengenai cara kerja yang aman, budaya K3, dll.

c. Mengurangi konsekuensi kejadian (reduce consequences)

Beberapa risiko tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena pertimbangan teknis, ekonomis atau operasi sehingga risiko tersebut akan tetap ada. Oleh karen itu, hal yang dapat dilakukan adalah dengan cara pengurangan konsekuensi. Konsekuensi suatu kejadian dapat dikurangi

(42)

dengan cara penerapan sistem tanggap darurat yang baik dan terencana, penyediaan Alat Pelindung Diri (APD) dan sistem pelindung.

d. Pengalihan risiko ke pihak lain (risk transfer)

Transfer risiko dapat berupa pengalihan risiko kepada pihak kontraktor sehingga beban risiko yang ditanggung perusahaan menjadi menurun. Oleh karena itu di dalam perjanjian kontrak dengan pihak kontraktor harus jelas tercantum ruang lingkup pekerjaan dan juga risiko yang akan di transfer. Selain itu konsekuensi yang mungkin dapat terjadi juga dapat ditransfer risikonya kepada pihak asuransi.

2.4.1.6 Pemantauan dan telaah ulang

Pemantauan selama pengendalian risiko berlangsung perlu dilakukan untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat terjadi.Perubahan-perubahan tersebut kemudian perlu di telaah ulanmg untuk selanjutnya dilakukan perbaikan- perbaikan. Pada prinsipnya pemantauan dan telaah ulang perlu dilakukan untuk menjamin terlaksananya seluruh proses manajemen risiko dengan optimal.

2.4.1.7 Komunikasi dan konsultasi

Hasil manajemen risiko harus dikomunikasikan dan diketahui oleh semua pihak yang berkepentingan sehingga akan memberikan manfaat dan keuntungan bagi semua pihak. Pihak manajemen harus memperoleh informasi yang jelas mengenai semua risiko yang ada dibawah kendalinya.Demikian pula dengan para pekerja perlu diberi informasi mengenai semua potensi bahaya yang

(43)

ada di tempat kerjanya sehingga mereka bisa melakukan pekerjaan atau kegiatannya dengan aman. Pihak lainpun seperti pemasok, kontraktor dan masyarakat sekitar aktivitas perusahaan juga perlu mendapat informasi yang jelas tentang kegiatan perusahaan dan potensi terhadap bahaya yang dapat timbul dan akan membawa pengaruh terhadap keselamatan dan kesehatannya. Dengan mengetahui dan memahami semua risiko yang ada di lingkungannya, maka semua pihak akan dapat bertindak dengan hati-hati.

(Ramli, 2010).

2.5 Tindakan Pengendalian

Pengendalian adalah proses, peraturan, alat, pelaksanaan atau tindakan yang berfungsi untuk meminimalisasi efek negatif atau meningkatkan peluang positif (AS/NZS 4360 : 2004). Tindakan pengendalian terhadap bahaya yang ada harus dilakukan sesuai dengan hierarki pengendalian. Hierarki pengendalian bahaya yaitu : 1. Eliminasi

Eliminasi merupakan langkah pengendalian yang paling baik untuk dapat mengendalikan paparan.Risiko dapat dihindarkan dengan menghilangkan sumbernya. Jika sumber bahaya dihilangkan maka risiko yang akan timbul dapat dihindarkan.

(44)

2. Subsitusi

Subsitusi adalah mengganti bahan, alat atau cara kerja dengan yang lain sehingga kemungkinan kecelakaan dapat ditekan. Sebagai contoh penggunaan bahan pelarut yang bersifat beracun diganti dengan bahan lain yang lebih aman dan tidak berbahaya.

3. Pengendalian engineering

Pengendalian engineering dapat merubah jalur transmisi bahaya atau mengisolasi dari bahaya. Pengendalian engineering antara lain yaitu :

 Isolasi, yaitu sumber daya bahaya diisolir dengan penghalang (barrier) agar tidak dapat memajan pekerja.

 Pengendalian jarak, prinsip dari pengendalian ini yaitu dengan menjauhkan jarak antara sumber bahaya dengan pekerja.

 Ventilasi, cara ini merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi

kontaminasi udara

4. Pengendalian administrative

Prinsip dari pengendalian ini adalah untuk mengurangi kontak antar penerima dengan sumber bahaya. Contoh pengendalian administrativeyaitu :

 Rotasi dan penempatan pekerja, cara ini dilakukan untuk mengurangi paparan

yang diterima pekerja dengan membagi waktu kerja dengan pekerja yang lain.

Penempatan pekerja terkait dengan masalah kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan

(45)

 Perawatan secara berkala terhadap peralatan penting untuk menimbulkan penurunan performance dan memperbaiki kerusakan secara lebih dini

 Monitoring, yaitu untuk memonitor efektivitas pengendalian yang sudah

dilakukan 5. Training

Training dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan pekerja sehingga pekerja dapat bekerja dengan lebih aman.

6. Alat Pelindung Diri (APD)

Tujuan dari penggunaan APD adalah untuk mengurangi dampak/keparahan risiko dari suatu bahaya yang memajan tubuh manusia/pekerja.

2.6 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data 2.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara dan penyebaran kuesioner mengenai Manajemen Risiko K3 dan yang terdapat di lapangan. Sumber data yang diperoleh terdiri dalam 2 bagian yaitu:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut. (Idrus, 2009) Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesioner.

(46)

Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna. Struktur kuesioner terbagi dalam tiga bagian:

a. Profil responden

Berisi mengenai informasi identitas responden yaitu nama, pendidikan, terakhir, umur, dan jabatan (spesifikasi pekerjaan).

b. Petunjuk Pengisian Kuesioner

Pada bagian ini, responden diberi petunjuk pengisian kuesioner, sehingga responden tidak salah dalam pengisian jawaban kuesioner.

c. Kuesioner

Pertanyaan yang digunakan adalah jenis pertanyaan tertutup.Untuk mempermudah responden menjawab pertanyaan dan memfokuskan jawaban yang diharapkan penulis.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut.(Idrus, 2009).Data sekunder dapat diambil dari bacaan, buku-buku refrensi dan informasi lain yang berhubungan dengan penelitian.

(47)

2.6.2 Teknik Pengolahan Data

2.6.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas menggunakan softwareSPSS (Statistical Package for Social Science)

a. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.Suatu Instrumen yang valid mempunyai validitas tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang valid mempunyai produktivitas rendah. Sebuah Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan.

Cara untuk menguji validitas adalah sebagai berikut:

1. Mendefinisikan secara operasional konsep yang akan diukur, yaitu dengan (1) mencari definisi dan merumuskan tentap konsep yang akan diukur yang telah ditulis para ahli dalam literatur, (2) kalau sekiranya tidak ditemukan dalam literatur maka untuk lebih mematangkan definisi dan rumusan tersebut peneliti harus mendiskusikannya dengan para ahli. (3) menanyakan langsung kepada calon responden penelitian mengenai aspek-aspek konsep yang akan diukur. Dari jawaban yang diperoleh peneliti dapat membuat kerangka konsep dan kemudian menyusun pertanyaan yang operasional.

2. Melakukan uji coba skala pengukuran yang dihasilkan dari langkah pertama kepada sejumlah responden. Responden diminta untuk menjawab apakah mereka setuju atau tidak setuju dari masing-masing pertanyaan.

3. Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban

(48)

4. Menghitung korelasi antara masing-masing pernyataan dengan skor total dengan menggunakan rumus teknik korelasi produk moment. Adapun rumusnya adalah:

Keterangan :

r : koefisien korelasi Y : produktivitas pekerja Xi : elemen variabel bebas n : jumlah data

Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat validitas adalah jika r hitung > r tabel

dan taraf signifikasinya sebesar 5 % ( Suharsimi Arikunto, 2006).

b. Uji Reliabilitas

Pengukuran reliabilitas adalah pengukuran tentang stabilitas dan konsintensi dari alat pengukuran. Reabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik.Instrumen reliabel sebenarnya yang mengandung arti bahwa instrumen tersebut cukup baik sehingga mampu mengungkapkan data yang bisa dipercaya.

(49)

2.8 Review Terdahulu

NO PENELITI JUDUL KESIMPULAN

1. Imam

Kurniawan Wicaksono dan Moses L.

Singgih, 2011

MANEJEMEN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA) PADA PROYEK PEMBANGUNAN APARTEMEN PUNCAK PERMAI SURABAYA

a. Dari perkalian probabilitas risiko dan dampak risiko maka diperoleh nilai tertinggi dari total indeks risiko, yaitu pada pekerjaan: lifting material menggunakan tower crane terdapat risiko material terjatuh/sebagian besar dari material yang diangkat dengan total indeks risiko sebesar 13,95.

b. Berdasarkan analisa yang dilakukan, diketahui root cause nilai tertinggi daritotal indeks risiko adalah pada material terjatuh/sebagian besar dari material ygdiangkat pada kegiatan lifting material

(50)

NO PENELITI JUDUL KESIMPULAN

menggunakantower crane disebabkanoleh proses pengepakan barang/material yang tidak tepat, sling dan shacklemengalami kerusakan.

c. Berdasarkan analisa lapangan, brainstorming interview dan studi literatur,diperoleh alternatif pengendalian risiko yang dapat dilakukan pada risikomaterial terjatuh/sebagian besar dari material yang diangkut,

pengendalianrisikonya adalah inspeksi K3 harian untuk sling dan shackle sebelum digunakandan pemasangan barrigation, traffic cone serta rambu K3.

Hasil analisis biaya untuk

(51)

jumlah total biaya pengendalian risiko

K3(Keselamatan dan

Kesehatan Kerja) pada

kegiatan proyek

pembangunanApartemen Puncak Permai Surabaya adalah sebesar Rp.

182.861.600 2. Gabby E. M.

Soputan 2014

MANAJEMEN RISIKO K3 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) (Study Kasus pada

Pembangunan Gedung SMA Eben Haezer )

a. Variabel yang dikategorikan memiliki level resiko yang sangat tinggi (Very High Risk), yaitu variabel material terjatuh dari ketinggian dan menimpa pekerja. Untuklevel risiko yang tinggi (High Risk)didapatkan 21 variabel. Untuk level risiko yang sedang (Medium Risk) didapatkan 18 variabel.

b. Pengendalian yang dapat dilakukan dariketiga level

(52)

risiko yang diketahui, yaitudengan cara mengurangi risiko denganrekayasa teknik, Administrative

danmenggunakan Alat

Pelindung Diri

(APD).Penangannya dengan mengurangi,

mendanai,menanggulangi dan mengalihkan risiko ke pihak lain seperti asuransi serta pihak lain yang berhubungan langsung.

3. I Ketut Sucita dan Agung Budi

Broto , 2011

IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN RISIKO K3 PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG ( Study Kasus : Proyek Gedung Centro Residences)

a. Hasil identifikasi bahaya pada kegiatanproyek pembangunan Centro CityResidences meliputi 33 kegiatan dengan118 potensi bahaya/risiko kecelakaan kerja,yang dikelompokan ke dalam 3kategori/level risiko yaitu Risiko rendah/Low risk (L) sebayak 9 jenis,

(53)

Risikosedang/ Medium risk (M) sejumlah 82jenis dan risiko tinggi/ High risk (H)sebanyak 27 jenis. Hasil penelitian jugaberhasil membuat 300 bentuk pengendalianuntuk

menanggulangi risiko-risko yang ada.

b. Perencanaan Program Kerja.Meliputi penetapan sasaran K3 proyek,perencanaan kegiatan dan pengawasan K3.

1) Sasaran/ target K3 pada proyekpembangunan gedung Centro City Residences a) Zero Accident (kecelakaan Fatal)

b) Meningkatkan kepedulian tentang K3kepada seluruh pekerja

c) Pada pelaksanaan proyek

(54)

tidak terjadikecelakaan dan penyakit akibat kerja.

d) Wajib menggunakan alat pelindungdiri dan alat

keamanan lainnya.

e) Material ditumpuk rapi dan sesuaidengan jenisnya.

f) Proyek bersih, rapi dan sehat.

g) Meningkatkan hasil produksi yanglebih baik.

2) Perencanaan Kegiatan K3Beberapa bentuk kegiatan K3 angrencanakan pada proyek pembangunangedung Centro City Residences antaralain:a) Safety Induction b) Safety Talk

c) Safety Meeting d) Safety Patrol e) Training K3

f) Pemasangan rambu k3

(55)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendahuluan

Metodologi penelitian adalah suatu kerangka pendekatan pola pikir dalam rangka menyusun dan melaksanakan suatu penelitian. Tujuan dari adanya suatu metodologi penelitian adalah untuk mengarahkan proses berfikir dan proses kerja untuk menjawab permasalahan yang akan diteliti lebih lanjut.

Sebuah penelitian dilakukan untuk memperoleh jawaban atas sesuatu yang saat ini terjadi, sehingga dalam melakukan sebuah penelitian, perlu dibuat suatu sistem penelitian yang sistematis dan mudah untuk dilakukan secara efektif agar penelitian tersebut dapat mencapai tujuan yang hendak dicapai dan menjawab permasalahan yang diinginkan. Dalam bab ini, akan dijelaskan bagaimana penulis melakukan metode penelitian yang dapat mencapai tujuan dan sasaran penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitianinidilaksanakan di Kota Medan, Sumatera Utara pada proyek pembangunan Apartemen Grand Jati Junction.

3.3 Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber, yaitu :

(56)

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti dari sumber asli (langsung dari informan) yang memiliki informasi atau data tersebut.(Idrus, 2009). Data primer diperoleh dengan cara penyebaran kuesionerkepada 30 orang kontaktor di proyek pembangun Apartement Grand Jati Junction.

Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna. Struktur kuesioner terbagi dalam tiga bagian:

a. Profil responden

Berisi mengenai informasi identitas responden yaitu nama, pendidikan terakhir, umur, dan jabatan (spesifikasi pekerjaan).

b. Petunjuk pengisian kuisoner

Pada bagian ini, responden diberi petunjuk pengisian kuesioner, sehingga responden tidak salah dalam pengisian jawaban kuesioner.

c. Kuisoner

Pertanyaan yang digunakan adalah jenis pertanyaan tertutup. Untuk mempermudah responden menjawab pertanyaan dan memfokuskan jawaban yang diharapkan penulis.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (bukan orang pertama, bukan asli) yang memiliki informasi atau data tersebut.(Idrus, 2009).

Pada penelitian ini data sekunder merupakan struktur organisasi dari proyek

(57)

Apartement Grand Jati Junction. Data sekunder yang lain dapat diambil dari bacaan, buku-buku refrensi dan informasi yang berhubungan dengan penelitian.

.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Studi Lapangan

Pengumpulan data secara studi lapangan adalah dengan mendapatkan data-data secara langsung dari lapangan.

Adapun data secara studi lapangan yang digunakan diperoleh dari dua metode, yaitu :

a) Wawancara

Yaitu berupa hasil wawancara tidak terstruktur dengan tanya jawab sepihak terhadap beberapa sumber yang bersangkutan dilapangan.

b) Kuesioner

Yaitu metode pengumpulan data melalui beberapa pertanyaan tertulis yang disebarkan kepada sumber yang bersangkutan.

2. Studi pustaka

Pengumpulan data secara studi pustaka adalah pengumpulan data dengan cara membaca literatur yang dapat berupa buku, jurnal, tugas akhir, artikel ataupun yang lainnya yang berhubungan dengan penelitian yaitu mengenai Manajemen Risiko K3.

(58)

Manajemen Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada Proyek Konstruksi Gedung Studi Kasus : Pembangunan Apartemen Grand Jati

Junction

9 3.5 Flowchat

Perumusan Masalah Tujuan penelitian

Tinjauan Pustaka Pengambilan data

Data primer :

1. Identifikasi risiko 2. Data probability 3. Data consequences

Data sekunder : 1. Struktur Organisasi 2. Jurnal

1. Uji Validitas 2. Uji Reabilitas

Penilaian data :

1. Analisis data dengan metode matriks 2. Evaluasi terhadap risiko K3 Pengendalian untuk risiko-risiko K3

Kesimpulan dan saran

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari

Ikan yang diamati pada percobaan ini adalah ikan tongkol, golongan ikan ini adalah ikan karnivora, yaitu ikan pemakan daging, hal ini dapat dilihat dari bentuk mulut dan gigi

U uzorak za istraživanje i analizu bilješki je, dakle, odabrano pet najvećih tvrtki pružatelja primarno fiksne telefonije, interneta i televizije koje posluju

4< ◆ ◆ Kagcbkbtj ugtuh Kagcbkbtj ugtuh kagcjlagtjejhbsj lbg kagcjlagtjejhbsj lbg karukushbg kbsbibo karukushbg kbsbibo tagtbgc fdyah 0 ljkagsj tagtbgc fdyah 0 ljkagsj ◆

In this review of three grassroots examples from three different countries in Asia we can note that the grassroots communities are dynamic on the ground.

Semua yang dikemukakan responden mengenai green product promotion yang dirasakannya ini tidak cukup mampu mendorong responden untuk merasa yakin dalam

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan penelitian dengan judul: “PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, KOMITMEN

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan XRD dan SEM menunjukan bahwa semakin lama waktu pengadukan semakin kecil ukuran kristalit maupun partikel serbuk paduan