• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR PRODUKSI LAHAN, MODAL, TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI KEDELAI SKRIPSI OLEH : RITA ANGGRAINI SEP / AGRIBISNIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH FAKTOR PRODUKSI LAHAN, MODAL, TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI KEDELAI SKRIPSI OLEH : RITA ANGGRAINI SEP / AGRIBISNIS"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR PRODUKSI LAHAN, MODAL, TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI KEDELAI

(Studi kasus :Desa Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam)

SKRIPSI

OLEH : RITA ANGGRAINI

040304016 SEP / AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

(2)

PENGARUH FAKTOR PRODUKSI LAHAN, MODAL, TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI KEDELAI

(Studi kasus :Desa Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam)

SKRIPSI

OLEH : RITA ANGGRAINI

040304016 SEP / AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian pada Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Dr.Ir.Rahmanta Ginting,MS)

Ketua Anggota

(Ir.Luhut Sihombing,MP)

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2008

(3)

RINGKASAN

RITA ANGGRAINI (040304016), dengan judul penelitian

“PENGARUH FAKTOR PRODUKSI LAHAN, MODAL, TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI KEDELAI”, Studi Kasus Desa Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Dr.Ir.Rahmanta Ginting,MS dan Bapak Ir.Luhut Sihombing,MP.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di daerah ini sebagian besar penduduknya adalah petani kedelai dan merupakan sentra produksi kedelai di Kecamatan Kembang Tanjung.

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani kedelai yaitu sebanyak 25 KK.

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus yaitu semua petani yang ada dalam populasi dijadikan sebagai sampel.

Adapun yang menjadi indentifikasi masalah dari penelitian ini adalah:

1.) Bagaimana pengaruh faktor produksi modal, tenaga kerja terhadap produksi tanaman kedelai /Ha/musim tanam di daerah penelitian.

2.) Bagaimana pengaruh faktor produksi lahan, modal, tenaga kerja terhadap pendapatan bersih usahatani kedelai/musim tanam di daerah penelitian.

3.) Apa faktor produksi yang paling dominan mempengaruhui produksi kedelai di daerah penelitian.

Tujuan dari penelitian ini adalah

1.) Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi modal, tenaga kerja terhadap produksi tanaman kedelai /Ha/musim tanam di daerah penelitian.

2.) Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi lahan, modal, tenaga kerja terhadap pendapatan bersih usahatani kedelai /musim tanam di daerah penelitian.

3.) Untuk mengetahui faktor produksi yang paling dominan mempengaruhui produksi kedelai di daerah penelitian.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis Deskriptif dan Regresi Linier Berganda.Dari hasil penelitian diperoleh :

1. Secara serempak modal dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi per hektar. Pengujian yang dilakukan secara parsial memperoleh bahwa faktor yang berpengaruh terhadap produksi usahatani kedelai adalah modal. Tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi usahatani kedelai.

2. Lahan, modal dan tenaga kerja secara serempak berpengaruh nyata terhadap pendapatan sedangkan secara parsial modal berpengaruh nyata sedangakan tenaga kerja tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pendapatan.

3. Faktor produksi modal yang paling dominan mempengaruhui produksi kedelai di daerah penelitian.

Medan, Juni 2009

Penulis

(4)

RIWAYAT HIDUP

RITA ANGGRAINI dilahirkan di Krueng Geukueh,Lhokseumawe pada tanggal 20 Juli 1986 sebagai anak ke pertama dari 4 (empat) bersaudara dari keluarga Bapak dr.Ir.H Syamsul Bahri,MP dan Ibu Hj Nuraini,Spd.

Pendidikan yang pernah ditempuh adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar Pinus PT.KKA Nanggroe Aceh Darussalam dan tamat pada tahun 1998.

2. Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Madrasah Tsanawiyah Ulumul Quran Nanggroe Aceh Darussalam dan tamat pada tahun 2001.

3. Tahun 2001 masuk Sekolah Madrasah Aliyah Ulumul Quran Nanggroe Aceh Darussalam dan tamat pada tahun 2004.

4. Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP.

Kegiatan yang pernah diiukuti Penulis selama kuliah adalah:

1. Bulan Juli - Agustus 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di Nagori Purba Sinombah Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun

Propinsi Sumatera Utara.

2. Bulan April – November 2008 melaksanakan penelitian skripsi di Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie, Nanggroe

Aceh Darussalam.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan berkat-Nya penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan masa perkuliahan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGARUH FAKTOR PRODUKSI LAHAN, MODAL, TENAGA KERJA TERHADAP PENDAPATAN PETANI KEDELAI”, Studi Kasus Desa Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie, Nanggroe Aceh Darussalam.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak DR. Ir. Rahmanta Ginting,MS, selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. dan Bapak Ir.Luhut Sihombing,MP. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP-USU.

4. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku sekretaris Departemen SEP, FP-USU.

5. Seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Departemen SEP, FP-USU.

6. Bapak Yunus selaku Kepala DesaMatangkuli.

(6)

7. Seluruh instansi dan para responden yang terkait dengan penelitian ini atas bantuannya selama penulis mengambil data penelitian.

Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih dan hormat yang sedalam-dalamnya kepada orangtuaku tercinta Ayahanda Dr.Ir.H Syamsul Bahri,MP dan Ibunda Hj Nuraini,Spd serta saudara-saudara saya yang terkasih Adik Rizki Hidayah , Rahmat Mauliansyah, dan Muhammad Masykur yang telah banyak memberikan kasih sayang, cinta kasih, motivasi dan bantuan kepada penulis. Penulis juga tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Waq Y Gank (Ai,KakIchut,Qy,Icha,Putri,Rini,Yudi,Tama,Rizal,Ahmad,Tri,Taqim,Wina) dan teman-temanku stambuk ’04 Sep yang telah banyak membantu dan memberi dorongan terhadap saya.

Penulis menyadari Skripsi ini masih belum sempurna karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua.

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... ii

DAFTAR GAMBAR ... iii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 6

Tinjauan Agonomis ... 6

Tinjauan Ekonomi ... 10

Landasan Teori ... 11

Kerangka Pemikiran ... 17

HipotesisPenelitian ... 20

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

Metode Pengambilan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 22

Defenisi dan Batasan Operasional ... 26

Defenisi ... 26

Batasan Operasional ... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 28

Penggunaan Tanah ... 28

Keadaan Penduduk ... 29

Perekonomian Desa ... 30

Sarana dan Prasarana ... 31

Karakteristik Petani Sampel ... 32

TAHAPAN KEGIATAN USAHATANI KEDELAI Pengolahan Tanah ... 35

Penanaman Bibit ... 36

Pemupukan ... 37

(8)

Penyiangan ... 37 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman ... 37 Panen dan Pasca Panen ... 37 HASIL PENELITIAN

Pengaruh Faktor Produksi Modal, Tenaga Kerja Terhadap Produksi Usahatani Kedelai ... 60 Pengaruh Faktor Produksi Modal, Tenaga Kerja Terhadap Produksi Usahatani Kedelai ... ... 61 Pengaruh Faktor Produksi Tenaga Kerja Terhadap Produksi Usahatani Kedelai... 62 Pengaruh Faktor Produksi Lahan, Modal, Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Bersih Usahatani Kedelai ... 63 Pengaruh Faktor Produksi Lahan Terhadap Pendapatan Bersih Usahatani Kedelai ... 64 Pengaruh Faktor Produksi Modal Terhadap Pendapatan Bersih Usahatani Kedelai ... 65 Pengaruh Faktor Produksi Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Bersih Usahatani Kedelai ... 65 Faktor Produksi Modal yang Paling Dominan Mempengaruhui Produksi Kedelai di Daerah Penelitian ... 67 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 68 Saran ... 69 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1. Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Matangkuli, Tahun

2007……… 29

2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa

Matangkuli, Tahun 2007……….... 30

3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Matangkuli,

Tahun 2007 ……….. 31

4. Sarana dan Prasarana di Desa Matangkuli, Tahun

2007………... 32

5. Karakterisrik Petani Sampel...……….. 33

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

1. Tanaman Kedelai ... 7

2. Buah Kedelai ... 9

3. Biji Kedelai ... 9

4. Skema Kerangka Pemikiran ... 19

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1. Lampiran 1. Karakteristik Petani Sampel Usahatani Kedelai 70 2. Penggunaan Sarana Produksi Bibit dan Pupuk Pada Usahatani Kedelai

Per Petani/Per Musim Tanam Buah Kedelai 71

3. Lampiran 3. Penggunaan Sarana Produksi Bibit dan Pupuk Pada Usahatani Kedelai Per Ha/ Per Musim Tanam 72 4. Lampiran 4. Penggunaan Sarana Produksi Obat-obatan Pada

Usahatani Kedelai Per Petani/Per Musim Tanam 73 5. Lampiran 5. Penggunaan Sarana Produksi Obat-obatan Pada

Usahatani Kedelai Per Ha / Per Musim Tanam 74 6. Lampiran 7. Curahan Tenaga Kerja Per Petani Pada Usahatani Kedelai

Per Ha / Per Musim Tanam 75

7. Lampiran 8. Distribusi Nilai dan Biaya Penyusutan Alat Pertanian Per Petani/Per Musim Tanam Pada Usahatani Kedelai 76 8. Lampiran 9. Biaya Penyusutan Alat Pertanian Per Petani/Per Musim

Tanam Pada Usahatani Kedelai 78

9. Lampiran 10. Biaya Penyusutan Alat Pertanian Per Ha / Per Musim

Tanam Pada Usahatani Kedelai 79

10. Lampiran 11. Biaya Penyusutan Alat Pertanian Per Ha / Per Musim

Tanam Pada Usahatani Kedelai 80

11. Lampiran 12. Total Biaya Produksi Per Pertani/Per Musim Tanam 12. Lampiran 13. Total Biaya Produksi Per Ha/Per Musim Tanam 81 13. Lampiran 14. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Per Musim 82 14. Lampiran 15. Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih Usahatani

Kedelai Per Petani 83

15. Lampiran 16. Produksi, Penerimaan, Pendapatan Bersih Usahatani

Kedelai Per Ha 84

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan sektor utama bagi perekonomian Aceh.

Kontribusi terhadap PDRB tanpa migas Aceh tahun 2001-2007 merupakan yang tertinggi yaitu berkisar 37,24 – 42,88%. Sektor pertanian Aceh juga menyerap tenaga kerja terbesar, yakni sekitar 35% dari jumlah angkatan kerja yang berjumlah 2.487.426 orang. Selain itu sekitar 70% rumah tangga pedesaan umumnya bergantung kepada sektor pertanian khususnya sub sektor tanaman bahan makanan.

Menurut luas lahan secara umum, sektor pertanian didominasi oleh sub sektor perkebunan dan subsektor tanaman bahan makanan. Total luas lahan perkebunan mencapai sekitar 1.103.803 Ha, sedangkan luas lahan persawahan hanya sebesar 390.366 Ha, sedangkan menurut sumbangan terhadap PDRB sektor pertanian, sektor pertanian didominasi oleh subsektor tanaman bahan makanan (34,36%) sedangkan subsektor perkebunan menempati peringkat kedua dengan sumbangan sebesar 20,29%. Artinya perhatian pada sektor pertanian dapat difokuskan pada kedua sub sektor ini.

Kurang lebih 47 % masyarakat Aceh sebagai petani dan nelayan, daris jumlah penduduk 4.031.589 jiwa. Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam telah menetapkan kebijakan agar diutamakan penanaman jenis – jenis tanaman yang mempunyai nilai ekonomis, mempunyai kandungan gizi yang tinggi, serta yang mempunyai prospek pemasaran yang baik. Tanaman kacang-kacangan seperti kedelai merupakan komoditas strategis yang menduduki

(13)

Ada beberapa alasan mengapa Pemerintah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam berkeinginan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan dan memprioritaskan pada tanaman kedelai yaitu:

a. Kedelai mempunyai multi fungsi dimana selain berperan sebagai bahan pangan, juga dipakai sebagai bahan pakan ternak.

b. Kebutuhan Indonesia akan kedelai menurut catatan masih mengimpor yang jumlahnya akan semakin besar dari tahun ke tahun. Hal ini tentu akan menguras devisa negara, sedangkan dilihat dari potensi sumber daya alam memungkinkan Indonesia untuk berswasembada bahkan pengekspor komiditi ini, apalagi komoditi ini memiliki keunggulan komperatif dibanding komoditi lain.

Pada tahun 2005 sektor pertanian Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,89% akibat kerusakan yang ditimbulkan bencana gempa dan tsunami dipenghujung tahun 2004. Bahkan jauh sebelumnya kondisi perekonomian di Aceh sudah sangat merosot akibat adanya konflik politik dan keamanan yang berkepanjangan. Ekonomi rakyat begitu gerah, karena adanya kerusakan yang terjadi di berbagai sektor seperti rusak dan terkendalanya pembangunan infrastruktur pertanian seperti irigasi, terhambatnya distribusi saprodi, hilangnya asset petani dan pengusaha pertanian, tidak tersedianya modal petani, lemahnya penyuluhan pertanian dan pengembangan kelembagaan petani.

Jika dilihat tahun sebelumnya, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam memiliki potensi besar sebagai penghasil kedelai. Pada tahun 1987, kedelai Bireuen pernah menduduki peringkat kedua sebagai kedelai kualitas terbaik di

(14)

Indonesia. Masih di dekade yang sama, produksi kedelai Aceh juga kedua terbesar di Indonesia. Sementar tahun 1995/1996, pemerintah pusat juga menetapkan Aceh dalam 10 provinsi andalan bersama dengan Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, DI Yogyakarta dan Sumatera Selatan untuk dikembangkan menjadi sentra penghasil kedelai dalam program intensifikasi kedelai.

Kebijakan pemerintah menurunkan tarif impor nol persen pada tahun 1998, merupakan titik awal hancurnya produksi kedelai dalam negeri. Harga kedelai lokal tak mampu bersaing dengan kedelai impor dari Amerika dan Brasil yang lebih murah. Jika dicermati ini terjadi karena kurangnya perhatian pemerintah terhadap pertanian sehingga mengurangi kualitas dan produksi (Soraya, 2008).

Produksi kedelai nasional tampak mengalami kemunduran yang sangat memprihatinkan, kedelai sulit diperoleh di pasar lokal dan harus mengimpor.

Sejak tahun 2000, kondisi tersebut semakin parah, dimana impor kedelai semakin besar. Disisi lain produksi kedelai nasional yang rendah dan biaya produksi semakin tinggi di dalam negeri, sehingga petani kedelai semakin terpuruk.

Rendahnya produksi akan mengancam kelangsungan usaha tani, dengan lahan yang sempit, terbatasnya modal, terbatasnya persediaan dan skill tenagakerja, sehingga menyebabkan turunnya minat petani untuk mengembangkan usaha budidaya kedelainya.

Perlunya peningkatkan peran pemerintah dalam memperbaiki persoalan- persoalan yang dihadapi petani, dengan tidak pernah mengabaikan bahwa

(15)

sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan sumber pendapatannya pada sektor

Untuk mengtahui pengaruh faktor produksi lahan, modal, tenaga kerja terhadap produksi dan pendapatan usahatani kedelai didaerah penelitian maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

1.2. Indentifikasi Masalah

Setelah dilihat dari uraian pada latar belakang maka dapat disimpulkan beberapa permasalahan sebagi berikut :

4.) Bagaimana pengaruh faktor produksi modal, tenaga kerja terhadap produksi tanaman kedelai /Ha/musim tanam di daerah penelitian.

5.) Bagaimana pengaruh faktor produksi lahan, modal, tenaga kerja terhadap pendapatan bersih usahatani kedelai/musim tanam di daerah penelitian.

6.) Apa faktor produksi yang paling dominan mempengaruhui produksi kedelai di daerah penelitian.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

4.) Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi modal, tenaga kerja terhadap produksi tanaman kedelai /Ha/musim tanam di daerah penelitian.

5.) Untuk mengetahui pengaruh faktor produksi lahan, modal, tenaga kerja terhadap pendapatan bersih usahatani kedelai /musim tanam di daerah penelitian.

(16)

1.) Untuk mengetahui faktor produksi yang paling dominan mempengaruhui produksi kedelai di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.) Sebagai bahan informasi bagi pemerintah dan lembaga lainnya dalam usaha peningkatan produksi kedelai dan pendapatan petani

2.) Sebagai bahan masukan bagi petani kedelai dalam upaya mencapai efisiensi pengunaan faktor produksi.

3.) Sebagai bahan referensi dan studi bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Agronomis tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril).

Kedelai (Glycine max (L) Merril) diperkirakan dibawa oleh pedagang dari daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke negara-negara lain di Amerika, Afrik dan Indonesia. Di Indonesia, kedelai dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman makanan.

Sistematika tanaman kedelai adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantea

Divisio : Spermathophyta Class : Dycotyledonae Familia : Leguminosae Subfamili : Papilionoidae Genus : Glycine

Species : Glycine max L Merril (Rukmana,1996).

Di salah satu negara bagian Amerika Serikat, terdapat areal pertumbuhan kedelai yang sangat luas sehingga menghasilkan 57 % produksi kedelai dunia. Di Indonesia, saat ini kedelai banyak ditanam di dataran rendah yang tidak banyak mengandung air, seperti di Nanggroe Aceh Darussalam, pesisir Utara Jawa Timur,

(18)

Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Utara(Gorontalo), Lampung, Sumatera Selatan dan Bali.

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki sumberdaya alam berupa lahan yang relatif cukup subur. Dengan iklim, suhu dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, maka hampir seluruh tanaman pangan pokok tersebut (biji-bijian, umbi-umbian dan kacang- kacangan asli Indonesia) dapat tumbuh dengan relatif baik. Salah satu jenis tanaman pangan yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar penduduk Indonesia adalah tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril).

Gambar 1.1 Tanaman Kedelai

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagitanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab.

Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam

(19)

pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan menyebabkan busuknya akar. Kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Kedelai juga membutuhkan tanah yang kaya akan humus atau bahan organik. Bahan organik yang cukup dalam tanah akan memperbaiki daya olah dan juga merupakan sumber makanan bagi jasad renik, yang akhirnya akan membebaskan unsur hara untuk pertumbuhan tanaman (Andrianto dan

Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka benih yang digunakan harus yang berkualitas baik, artinya benih mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Benih yang ditanam juga harus merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur genjah/pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit (Mukhlis, 2008)

Novo, 2004)

Beberapa varietas unggul kedelai adalah: Ainggit, Clark 63, Davros, Galunggung, Guntur, Lakon, Limpo Batang, Merbabu, No.27, No.29, No.452, Orba, Peter, Raung, Rinjani, Shakti, Taichung, Tambora, Tidar, TK 5, Wilis.

(Suprapto, 1997).

Serangan hama dan penyakit pada kedelai merupakan kendala utama dalam peningkatan produksi. Menyempitnya keragaman genetik tanaman dan usaha peningkatan produksi kerap kurang memperhatikan faktor-faktor lingkungan yang menjaga populasi hama, seperti penggunaan pestisida secara tidak proporsional, sehingga memicu peningkatan populasi Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) (Anshari, 1995).

(20)

Pengendalian terhadap hama penyakit tanaman kedelai dapat dilakukan dengan mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacang-kacangan, membuang bagian tanaman yang terserang hama dan membakarnya, penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan bawah, pestisida hanya digunakan bila populasi OPT sudah mencapai ambang kendali.

Kelemahan atau kekurangan petani dalam mengendalikan hama kedelai : 1. Umumnya petani terlambat mengambil tindakan karena kurang mengamati

perkembangan hama dan/atau tidak mengetahui saat yang tepat dalam aplikasi insektisida dalam kaitannya dengan fase pertumbuhan hama

2. Jenis pestisida yang diaplikasikan tidak sesuai dengan hama sasaran

Tanaman kedelai membutuhkan pupuk. Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak banyak diperlukan. Pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil (AAK, 1991).

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.

Contoh buah dan biji kedelai yang siap untuk dipanen sebagai berikut:

(21)

Gambar 1.2 Buah Kedelai Gambar 1.3 Biji Kedelai 2.1.2. Tinjauan Ekonomi

Kedelai merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan mengingat mengingat potensi sumber daya alam,sumber daya manusia, mulai tersedianya benih kedelai unggul dengan produktivitas yang relatif tinggi, ketersediaan teknologi serta potensi pasar baik pasar didalam negeri dan pasar luar negeri yang terus meningkat.

Tujuan dari kegiatan atau aktifitas ekonomi seperti yang dilakukan oleh setiap orang adalah bagaimana memadukan factor ekonomi yang dimiliki (dengan jumlah yang terbatas) agar memperoleh hasil berupa keuntungan selanjutnya akan dapat meningkatkan pendapatan dari kegiatan ekonomi (Soekartawi, 1995).

Peningkatan pendapatan petani atau pengusaha pertanian ditentukan oleh jumlah produksi, jumlah produksi merupakan banyaknya hasil produksi fisik yang dapat diperoleh dari satu kesatuan faktor produksi(input). Pada setiap akhir panen petani akan menghitung berapa hasil bruto produksinya yaitu luas tanah/tanam dikalikan hasil per kesatuan luas. Dan semu ini dinilai dengan uang. Tetapi tiadak semua hasil diterima oleh petani. Hasil itu harus dikurangi dengan biaya-biaya

(22)

yang dikeluarkannya yaitu harga pupuk, bibit, biaya pengolahan tanah, upah menanam, upah membersihkan rumput dan biaya panenan yang biasanya berupa bagi hasil(in natura). Setelah semua biaya-biaya tersebut dikurangikan barulah petani memperoleh apa yang disebut hasil bersih atau keuntungan.

Biaya produksi adalah sebagai kompensasi yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, atau biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi, baik secara tunai maupun tidak tunai. Didalam analisa ekonomi, biaya diklasifikasikan dalam beberapa golongan sesuai dengan tujuan spesifik dari analisa yang dikerjakan yaitu Biaya upah dan biaya natura, biaya tetap dan biaya variabel, biaya rata-rata dan biaya marginal (Tarigan, 2001).

2.2. Landasan Teori

Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi dimana peranan input (faktor produksi atau korbanan) dalam menghasilkan output (hasil atau produksi) menjadi perhatian yang utama. Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan manajemen. Dalam beberapa literatur, sebagian para ahli mencantumkan hanya tiga faktor produksi yaitu modal, tenaga kerja dan lahan (Daniel, 2002).

1. Lahan.

Lahan merupakan faktor produksi yang sangat penting kerena lahan merupakan tempat tumbuhnya tanaman dan usahatani keseluruhannya. Tentu saja lahan tidak terlepas dari upaya konservasi dan pengaruh faktor alam. Yang termasuk faktor alam dapat dibagi menjadi dua, yakni faktor tanah dan lingkungan alam dan sekitarnya. Faktor tanah misalnya janis tanah dan kesuburan. Faktor

(23)

alam sekitarnya yaitu iklim yang berkaitan dengan air,suhu, dan lain sebagainya.

Lahan mempunyai sifat istimewa antara lain tidak dapat diperbanyak dan tidak dapat dipindah-pindah. Oleh karena itu, lahan dalam usahatani mempunyai nilai terbesar (Suratiyah, 2006).

Perusahaan pertanian selalu didasarkan pada luasan lahan pertanian tertentu. Pentingnya faktor produksi lahan, bukan saja dilihat dari segi luas atau sempitnya lahan, tetapi juga dari segi yang lain, misalnya aspek kesuburan tanah, macam penggunaan lahan (tanah sawah, tegalan, dan sebagainya), topografi (tanah dataran tinggi, rendah dan dataran pantai), pemilikan tanah, nilai tanah, fragmentasi tanah dan konsolidasi tanah.

Luas lahan pertanian akan mempengaruhui skala usaha dan skala usaha ini pada akhirnya akan mempengaruhui efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian. Sering kali di jumpai, semakin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah tersebut. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisiensi akan berkurang karena hal berikut :

a. Lemahnya pengawasan pada faktor produksi seperti bibit, pupuk, obat- obatan, dan tenaga kerja.

b. Terbatasnya persediaan tenaga kerja disekitar daerah itu yang pada akhirnya akan mempengaruhi efisiensi usaha pertanian tersebut.

c. Terbatasnya persediaan modal untuk membiayai usaha pertanian dalam skala luas tersebut.

Sebaliknya pada luasan lahan yang sempit, upaya pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan

(24)

tersedianya modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian sepert ini sering lebih efisien (Tarigan, 2001).

2. Modal

Modal adalah produk atau kekayaan yang digunakan untuk memproduksi hasil selanjutnya. Modal pada hakikatnya merupakan jumlah yang terus menerus ada dalam menompang usaha yang menjembatani antara saat pengeluaran untuk memperoleh bahan atau jasa dengan waktu penerimaan (Simanjuntak, 2004).

Modal memiliki peranan yang sangat besar dalam penggadaan sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan) dan upah tenaga kerja. Modal yang telah dikeluarkan itu akan diperolah kembali dari hasil penjualan produksinya. Modal inilah yang akan dipergunakan untuk membiayai proses produksi pada musim tanam selanjutnya, oleh sebab itu kekurangan modal akan mempengeruhui keuntungan yang diperoleh usahataninya, sementara tidak semua petani terutama petani kecil yang mempunyai lahan yang sempit dapat menyediakan biaya secara tepat, baik tepat waktu maupun tepat jumlah. Keadaan ini timbul karena pola penerimaan dan pengeluaran petani yang tidak seirama, bila biaya tidak dapat dipenuhi maka akibatnya produksi atau hasil yang dicapai tidak sesuai harapan (Daniel, 2002).

Pada umumnya modal daripada petani meliputi : a) Tanah

b) Bangunan-bangunan (gudang, kandang, lantai jemur dan lain-lain) c) Alat-alat pertanian (Traktor, garu,sprayer,cangkul,dan lain-lain) d) Tanaman ternak dan kolam ikan.

e) Bahan-bahan pertanian(pupuk, bibit, obat-obatan)

(25)

f) Tagihan-tagihan yang belum diterima pembayarannya g) Uang tunai dan lain-lainnya milik pribadi

Modal dapat dibedakan atas kegunaan dan fungsinya. Menurut kegunaan modal dapat dibagi kedalam modal aktif dan modal pasif. Modal aktif ialah modal yang secara langsung dapat meningkatkan produksi, seperti gangguan traktor, pompa air. Sedangkan modal pasif adalah modal yang dapat mempertahankan produksi seperti obat-obatan, modal gedung, pembungkusan.

Menurut fungsinya modal dapat digolongkan dalam modal tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali produksi seperti tanah,bangunan,alat-alat dan perlengkapan pertanian. Modal bergerak adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam satu kali produksi seperti membeli bibit, pakan, obat-obatan dan upah tenaga kerja (Tarigan, 2001).

Terbatasnya sumber modal merupakan salah satu ciri yang melekat dalam masyarakat pedesaan dalam melakukan usahataninya, terutama untuk pengadaan sarana produksi dan upah tenaga kerja. Padahal modal merupakan unsur yang esesensial dalam mendukung peningkatan produksi dan taraf hidup masyarakat pedesaan itu sendiri, kekurangan modal sangat membatasi gerak aktifitas usahanya yang ditunjukkan untuk meningkatkan pendapatan dan produksi usahataninya (Hanani, 2003).

Pemberian modal ke petani sangat penting terutama untuk penerapan teknologi seperti pengolahan tanah, pemupukan, penyediaan benih unggul bermutu, bersertifikat dan kegiatan pascapanen lainnya. Tanpa adanya bantuan

(26)

modal tersebut petani tidak mungkin untuk meningkatkan produksinya. Akibatnya petani akan tetap miskin karena produksinya rendah (Soraya, 2008).

3. Tenaga kerja

Tenaga kerja juga merupakan salah satu faktor produksi yang penting, pada umumnya tenaga kerja dipedesaan memiliki tingkat pendidikan dan ketrampilan yang rendah dalam melakukan usahataninya. Sementara untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani tergantung kepada faktor produksi yang digunakan, keterampilan petani, kondisi sarana atau prasarana dan sumber daya manusia yang mampu menganalisis usahatai secara terpadu mulai dari penyediaan sarana produksi, proses produksi, pengolahan dan distribusi. Keahlian tenaga kerja dipedesaan diperoleh berdasarkan pengalaman (Marwan, 2007)

Pada umumnya kita mengenal jenis tenaga kerja sebagai berikut :

• Tenaga kerja manusia

• Tenaga kerja ternak

• Tenaga kerja mekanis (Tarigan, 2001).

Tenaga kerja manusia dapat dibedakan atas tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, dan tenaga kerja anak-anak. Tenaga kerja usahatani dapat diperoleh dari dalam keluarga dan luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga diperoleh dengan cara upah. Tenaga kerja upahan ini biasanya terdapat pada usahatani yang berskala luas.

Kebutuhan tenaga kerja meliputi proses produksi berlangsung untuk pertanaman kegiatan ini dapat dilakukan pada usaha-usaha :

- Persiapan tanaman

(27)

- Pengadaan sarana produksi - Penanaman

- Pemeliharaan - Penjualan (Hernanto, 1993).

Perhitungan tenaga kerja dalam kegiatan proses produksi adalah menggunakan satuan HKP (Hari Kerja Pria). Adapun klasifikasi tenaga kerja adalah sebagai berikut :

1. Tenaga kerja pria dewasa, dengan usia ≥ 15 tahun, bekerja selama 8 jam/hari = 1 HKP

2. Tenaga kerja wanita dewasa, dengan usia ≥ 15 tahun, bekerja selama 8 jam/hari = 0,8 HKP

3. Tenaga kerja anak-anak, dengan usia 10 - 15 tahun jika pria = 0,5 HKP wanita = 0,4 HKP, catatan bekerja selama 8 jam/hari.

(Mubyarto, 1989).

Sedangkan manajemen sebenarnya melekat pada tenaga kerja. Namun demikian, ada beberapa pendapat yang memasukkan manajemen sebagai faktor produksi keempat walaupun tidak langsung. Manajemen pada tenaga kerja akan sangat menentukan bagaimana kinerjanya dalam menjalankan usahatani.

Manajemen keberadaannya tidak menyebabkan proses produksi tidak berjalan atau batal. Secara fisik, fungsi produksi, fungsi pengelolaan atau manajemen adalah memaksimalkan produk dengan mengkombinasikan faktor tanah, modal, tenaga kerja dengan menerapkan teknologi yang tepat

(Daniel, 2002).

(28)

Faktor-faktor yang mempengaruhui besarnya biaya dan pendapatan sangatlah kompleks. Faktor dapat dibagi dalam dua goongan yaitu golongan internal dan golongan eksternal dan golongan yang kedua adalah manajemen.

Faktor eksternal dan factor internal akan bersama-sama mempengaruhui biaya dan pendapatan usahatani. Faktor internal terdiri dari umur,pendidikan dan jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari input(ketersediaan harga) dan output(permintaan dan harga). Disamping faktor internal dan faktor eksternal maka manajemen juga dapat mempengaruhui biaya dan pendapatan dalam usahatani. Kurang seringnya faktor atau variabel manajemen dipakai dalam analisis ekonomi pertanian disebabkab sulitnya melakukan pengukuran terhadap variabel tersebut.

Dalam operasi usahatani, petani akan menerima penerimaan dan pendapatan usahataninya. Penerimaan usahatani adalah perkalian antara produksi dengan harga. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Dalam menghitung penerimaan perlu diperhatikan keseragaman pemanenan, frekuensi penjualan dan harga jual serta ukuran waktu penerimaan (Soekartawi, 2002).

Dapat dirumuskan sebagai berikut : Pd = TR – TC

Keterangan :

Pd = Pendapatan usahatani TR = Total penerimaan TC = Total biaya (Soekartawi, 1995).

(29)

Pendapatan petani diperoleh dengan meihat apa sumbangan keluarga kepada produksi. Sumbangan ini bersumber kepada faktor tanah/ lahan, modal dan tenaga

• Sudut tanah : jika tanah itu miliknpetani maka sewa tanah yang diperhitungkan adalah pendapatan.

• Sudut modal : jika modal yang digunakan dalam usahatni baik berupa modal variabel dan modal tetap adalah harta milik petani sendiri maka bunga yang dihitung merupakan pendapatan.

• Sudut tenaga : biaya yang diperhitungkandari tenaga kerja petani dan anggota keluarganya sendiri merupakan pendapatan keluarga petani.

(Tampubolon, 1984)

2.3. Kerangka Pemikiran

Dalam mengusahakan usahatani, petani selalu berusaha menggunakan sumber daya yang dimilikinya (lahan, tenaga kerja dan modal) seefisien mungkin.

Usahatani kedelai sangat ditentukan oleh faktor produksi seperti modal kerja, luas lahan, dan tenaga kerja. Suatu produksi dapat terwujud karena adanya unsur faktor produksi.

Modal adalah faktor produksi yang juga penting dalam produksi pertanian, memiliki peranan dalam pengadaan sarana produksi dan upah tenaga kerja.Lahan sebagai salah satu faktor produksi adalah tempat dimana proses produksi berjalan dan dimana hasil-hasil produksi keluar. Pentingnya factor produksi lahan dapat diihat dari luas atau sempitnya lahan tanaman. Luas lahan tanaman akan mempengaruhui efisien atau tidaknya suatu usaha pertanian.

(30)

Setiap usaha yang dijalankan pasti memerlukan tenaga kerja. Pencurahan tenaga kerja dinyatakan dengan curahan tenaga kerja. Perbedaan dalam penggunaan ketiga faktor produksi tersebut akan mempengaruhi tingkat produksi yang akhirnya akan mempengaruhi penerimaan usahatani. Penerimaan usahatani merupakan hasil produksi dikalikan dengan harga jual, dan selisih antara penerimaan usahatani dan modal inilah yang disebut dengan pendapatan usahatani. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil yang maksimal maka faktor produksi tersebut harus diberikan dalam susunan atau jumlah yanh maksimal.

Setiap usahatani yang dijalankan tentu menghadapi masalah-masalah yang dapat mempengaruhui penerimaan petani baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh karena itu perlu upaya-upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Secara skematis kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

(31)

Keterangan :

: Pengaruh

Gambar 1.4. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Kedelai

Faktor Produksi : - Modal

- Luas Lahan - Tenaga Kerja

Petani

Produksi

Penerimaan

Harga

Pendapatan Usahatani

(32)

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori maka dapat disimpulkan hipotesis sebagai berikut:

1.) Faktor produksi modal, tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman kedelai /Ha/musim tanam di daerah penelitian.

2.) Faktor produksi lahan, modal, tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap pendapatan usahatani kedelai /musim tanam di daerah penelitian.

3.) Faktor produksi modal yang paling dominan mempengaruhui produksi kedelai di daerah penelitian.

(33)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Desa Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa di daerah ini sebagian besar penduduknya adalah petani kedelai dan merupakan sentra produksi kedelai di Kecamatan Kembang Tanjung.

3.2. Metode Pengumpulan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani kedelai yaitu sebanyak 25 KK. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode sensus yaitu semua petani yang ada dalam populasi dijadikan sebagai sampel.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden dengan menggunakan kuisioner yang telah dibuat terlebih dahulu dan pengamatan langsung kelapangan. Data sekunder diperoleh dari instansi – instansi atau lembaga yang terkait seperi Badan Pusat Statistik, buku – buku pendukung, dan dari artikel internet.

(34)

3.4. Metode Analisa Data

Semua data yang diperoleh terlebih dahulu ditabulasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan alat uji yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan

Hipotesis 1 dianalisis dengan menggunakan model penduga regresi linear berganda, jika fungsi produksinya linear, dengan rumus :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 (Soekartawi,2002)

Dimana :

Y = Produksi ( ton/Ha) b0 = Koefisien intercept

b1, b2, b3 = Suatu konstanta yang disebut koefisien regresi setiap koefisien regresi yang mencerminkan pengaruh X terhadap Y

X1 = Luas Lahan (Ha)

X2 = Modal yang digunakan ( Rp/Ha/Musim Tanam) X3 = Tenaga Kerja ( HKP)

Untuk mengetahui variabel tersebut berpengaruh secar a serempak maka digunakan uji F yakni :

r2 / k F(hitung) =

( 1- r2) (n-k-1)

( Sudjana,2002) Dimana :

r2 = Koefisien korelasi

k = Derajat bebas pembilang

(35)

n = Jumlah sampel

n-k-1 = Derajat bebas penyebut Dengan kriteria uji:

Fhitnug≤ Ftabel , maka terima Ho dan tolak H1

Fhitnug > Ftabel , maka tolak Ho dan terima H1

Untuk mengetahui secara parsial dapat diuji melalui uji t yakni : bi

t-hitung =

Sbi

Sy12 Sbi =

X12(1r122)

Sy12 =

2 )

( 2

n

y y x

Sbi Sy12 =

3 )

( 1 2

n

y y

( Sudjana, 2002) Dimana :

bi = Parameter b (I = 1,2,3)

Sbi = Standart error parameter b ( I = 1,2,3) Sy12 = Standart error of estimates

X1 = Variabel X1

X2 = Variable X2

r12 = Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan X2

(36)

Hipotesis 2 dianalisis digunakan analisis deskriptif dan regresi linear berganda, jika fungsi produksinya linear, dengan rumus :

Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 (Soekartawi, 2002).

Dimana :

Y = Pendapatan Kedelai b0 = Koefisien intercept

b1, b2, b3 = Suatu konstanta yang disebut koefisien regresi setiap koefisien regresi yang mencerminkan pengaruh X terhadap Y

X1 = Luas Lahan (Ha)

X2 = Modal yang digunakan ( Rp/Ha/Musim Tanam) X3 = Tenaga Kerja ( HKP)

Untuk melihat apakah variabel tersebut berpengaruh terhadap pendapatan maka diuji dengan uji – F dan uji – t yaitu:

Secara serempak maka digunakan uji F yakni : r2 / k

F(hitung) =

( 1- r2) (n-k-1) ( Sudjana,2002)

Dimana :

r2 = Koefisien korelasi

k = Derajat bebas pembilang n = Jumlah sampel

n-k-1 = Derajat bebas penyebut

(37)

Dengan kriteria uji:

Fhitnug≤ Ftabel , maka terima Ho dan tolak H1 Fhitnug > Ftabel , maka tolak Ho dan terima H1

Untuk mengetahui secara parsial dapat diuji melalui uji t yakni : bi

t-hitung =

Sbi

Sy12 Sbi =

X12(1r122)

Sy12 =

2 )

( 2

n

y

y x

Sbi Sy12 =

3 )

( 1 2

n

y y

( Sudjana, 2002) Dimana :

bi = Parameter b (I = 1,2,3)

Sbi = Standart error parameter b ( I = 1,2,3) Sy12 = Standart error of estimates

X1 = Variabel X1

X2 = Variable X2

r12 = Koefisien korelasi sederhana antara X1 dan X2

Untuk hipotesis 3 dianalisis secara deskriptif berdasarkan hasil regresi

(38)

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini,maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1) Faktor produksi adalah semua korbanan yang diberikan kepada tanaman agar tanaman tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan produksi dengan baik.

2) Usahatani adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan atas tanah itu, sinar matahari, bangunan yang didirikan di atas tanah dsb.

3) Lahan adalah areal yang diusahakan petani sebagai tempat melakukan kegiatan usahatani kedelai dengan satuan Ha.

4) Modal adalah biaya input produksi yang terpakai selama satu kali proses produksi.

5) Tenaga kerja adalah tenaga yang digunakan untuk melakukan kegitan usaha tani yang dinyatakan dalam HKP.

6) Harga jual adalah nilai jual dari tanaman kedelai yang dinyatakan dalam rupiah.

7) Produksi adalah besarnya hasil panen usahatani kedelai yang diperoleh dalam satu kali produksi dengan satuan ton.

8) Penerimaan adalah hasil kali antara produksi kedelai dengan harga jual kedelai.

(39)

9) Biaya produksi adalah keseluruhan baiya yang dikeluarkan petani selama proses produksi.

10) Pendapatan bersih adalah selisih antara penerimaan dengan total biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani selama proses produksi.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung Kabupaten Pidie Propinsi Nenggroe Aceh Darussalam.

2. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai dengan Agustus tahun 2008

3. Sampel penelitian adalah petani yang menanam dan mengusahakan kedelai

(40)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Matangkuli, Kecamatan Kembang Tanjung, Kabupaten Pidie, secara administrasi batas-batas desa Matangkuli adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan denagn Desa Keureumbok b. Sebelah Timur berbatasan denagn Desa Jurong Masjid c. Sebelah Selatan berbatasan denagn Desa Dayah Mon Ara d. Sebelah Barat berbatasan denagn Desa Reureung

Desa Matangkuli terletak pada ketinggian 20 - 60 Lintang Utara dan 950- 980 Lintang Selatan dengan ketinggian rata-rata 125 meter di atas permukaan laut.

Orbitasi dan jarak tempuh Desa Matangkuli dapat diuraikan sebagai berikut

a. Ibukota Kecamatan : 1 KM b. Ibukota Kabupaten : 13 KM c. Ibukota Propinsi : 113 KM

4.2. Penggunaan Tanah

Penggunaan tanah dapat memberikan gambaran bagaimana tingkat kemampuan suatu masyarakat memanfaatkan alam demi kesejahteraan.

Luas wilayah Desa Matangkuli menurut fungsinya dibagi menjadi areal persawaahan, Tegalan, Pekarangan dan lain-lainnya

(41)

Tabel 1. Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Matangkuli, Tahun 2007

No. Uraian Luas (Km2) Luas ( % )

1 Irigasi ½ Tehnis 18 72

2 Tegalan 2 8

3 Bangunan / Pekarangan 5 20

Jumlah 25 100

Sumber : Monografi Desa 2007

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa Luas Desa Matangkuli secara keseluruhan adalah 25 Km2. Pemanfaatan lahan terbesar adalah untuk areal Irigasi

½ Tehnis ( 72 %) dan yang terkecil adalah untuk tegalan dan pekarangan ( 20 %).

Sehinngga dapat dikatakan bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Matangkuli adalah bertani.

4.3. Keadaan Penduduk

Data demografis Desa Matangkuli menunjukkan saat ini jumlah kepala keluarga yang menetap adalah 42 KK yang terdiri dari 160 jiwa. Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa saat ini mayoritas penduduk Desa Matangkuli adalah Perempuan dengan jumlah 89 jiwa atau 59,62 %, Sedangkan penduduk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 78 jiwa atau 48,75 % dari jumlah keseluruhan.

Distribusi penduduk menurut Kelompok Umur di Desa Matangkuli dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut ini:

(42)

Tabel 2. Disrtibusi Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Matangkuli, Tahun 2007

NO Umur ( Tahun) Jumlah( Jiwa ) Persentase ( % )

1 0-9 45 28,13 %

2 10-19 38 23,75 %

3 20-29 30 18,75 %

4 30-39 20 12,5 %

5 40-49 10 6,25 %

6 50-59 9 5,62 %

7 60 8 5 %

160 100

Sumber : Monografi Desa 2007

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa kelompok umur yang paling besar adalah umur 0-9 yaitu sebesar 45 jiwa ( 28,13 % ), Kemudian diikuti oleh kelompok umur 10-19 sebesar 38 jiwa ( 23,75 % ) dan yang paling kecil pada kelompok umur 60 yaitu sebesar 8 jiwa ( 5 % ).

4.5. Perekonomian Desa

Jumlah penduduk usia kerja di Desa Matangkuli adalah 42 KK. Mata pencaharian yang menopang kehidupan penduduk di Desa Matangkuli meliputi ptani, Pegawai Negeri Sipil dan Lainnya. Berikut dapat dilihat jumlah penduduk menurut mata pencaharian di Desa Matangkuli.

(43)

Tabel 3. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Matangkuli, Tahun 2007

No Mata Pencaharian Jumlah Penduduk ( KK ) Persentase ( % )

1 Petani 25 59,52

2 PNS / ABRI 10 23,81

3 Lainnya 7 16,67

42 100

Sumber : Monografi Desa 2007

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Desa Matangkuli hidup dari pertanian yaitu sebanyak 25 KK ( 59,52 % ), 10 KK ( 23,81 % ) sebagai PNS/ABRI dan 7 KK ( 16,67 % ) bekerja pada sektor lainnya.

4.6. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam suatu desa akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Sarana dan prasarana di Desa Matangkuli sangat kurang memadai. Hal ini dapat dilihat bahwa sarana vital seperti,sarana pendidikan yang tidak tersedia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

(44)

Tabel 4. Sarana dan Prasarana di Desa Matangkuli, Tahun 2007

No. Uraian Jumlah

1 Mushalla 1 buah

2 Posyandu 1 unit

3 Tenaga Medis 1 orang

4 Jalan

• Aspal 7 Km

Sumber : Monografi Desa 2007

Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa sarana dan prasarana di Desa Matangkuli sangat kurang memadai. Daerah ini belum memiliki sarana pendidikan, penduduk dapat melanjutkan pendidikannya ke sekolah di Kecamatan. Hal ini tidak mempersulit penduduk karena jaraknya tidak terlalu jauh dan mudah ditempuh dan didukung oleh jalan dan sarana transportasi yang memadai.

4.7. Karakterisrik Petani Sampel

Petani di tiap-tiap daerah memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda. Untuk itu diperlukan pengenalan karakterisrik petani agar dapat memiliki sudut pandang dalam melihat berbagai permasalahan dengan lebih baik. Berikut ini adalah karakteristik petani kedelai di daerah penelitian

(45)

Tabel 5. Karakterisrik Petani Sampel

No Karakteristik Petani Sampel Range Rataan

1 Luas Lahan (Ha) 0.25-1.00 0.4988

2 Umur (Tahun) 23-63 44.12

3 Tingkat Pendidikan (Tahun) 10-12 8.08 4 Pengalaman Bertani (Tahun) 2-25 13.36

5 Jumlah Tanggungan (Jiwa) 0-7 3.64

Sumber : Monografi Desa 2007

Tabel menunjukkan karakteristik petani kedelai di daerah penelitian yang meliputi Luas Lahan ( Ha ), Umur petani ( Tahun ), Tingkat pendidikan ( Tahun ), Pengalaman bertani ( Tahun ) dan jumlah tamggungan ( Jiwa )

Luas Lahan tanaman kedelai di daerah penelitian secara keseluruhan adalah 12.47 Ha. Luas lahan tanaman kedelai yang saat ono diusahakan petani di Desa Matangkuli adalah berada pada kisaran 0.25-1.00 Ha, dengan rata-rata sebesar 0.4988 Ha

Umur petani sampel di daerah penelitian berada pada kisaran23-63tahun.

Artinya, petani tanaman kedelai di daerah penelitian masih berada pada usia yang produktif

Tingkat pendidikan petani sampel di daerah penelitian berada pada kisaran 10-12 tahun, dengan rata-rata 8.08 tahun. Artinya rata-rata petani masih memiliki pandidikan yang sangat kurang baik

Pengalaman bertani para petani di daerah penelitian berada pada kisaran 2-25 tahun dengan rata-rata 13.36 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman petani dalam hal bertani sangat bervariasi, sebagian masih ada yang pemula dan sebagian lagi sudah sangat berpengalaman. Pada umumnya petani

(46)

sampel memulai pekerjaan mereka sebagai petani usia anak-anak dan sebagian besar memilih pakerjaan sebagai petani setelah mulai berumah tangga.

Jumlah tanggungan petani sampel didaerah penelitian berada pada kisaran 0-7 Jiwa, dengan rata-rata 3.64 jiwa. Data ini menunjukkkan bahwa petani sampel didaerah penelitian memiliki jumlah tanggungan yang relatif kecil, sehingga dapat dikatakan bahwa para petani sampel sudah mulai mengikuti kegiatan Keluarga Berencana ( KB ) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga.

(47)

V. TAHAPAN KEGIATAN USAHATANI KEDELAI

5.1. Gambaran umum kronologis kerja pada usahatani kedelai

Usahatani kedelai di daerah penelitian meliputi kegiatan pengolahan tanah, penanaman bibit, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen.

5.1.1. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dilakukan sebelum penanaman bibit. Kedelai yang ditanam pada tanah bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh AAK, 1991 tanah bekas ditanami padi akan lebih baik hasilnya, sebab tekstur tanahnya masih baik dan tidak perlu diberi pemupukan awal. Pengolahan tanah hanya ditujukan untuk perbaikan drainase ,pengaturan kelembaban tanah dan membersihkan lahan dari sisa batang padi, dan biasanya sisa batang padi langsung diolah petani sebagai bahan organik.

Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan traktor, kemudian baru dibuat bedengan dengan lebar 3-4 meter atau disesuaikan dengan luas lahan, petani membuat parit drainase dengan lebar 20-25 cm dan dalam 20-30 cm, tanah penggalian parit diletakkan di atas bedengan dan diratakan, bedengan siap ditanami. untuk mencegah terjadinya kejenuhan air tanah yang mengakibatkan akar tanaman membusuk, pertumbuhan terhambat dan tanaman kerdil Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur oleh petani. Namun bila tidak ada irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu tanamnya dan pemberian mulsa.

(48)

5.1.2. Penanaman Bibit

Setelah pengolahan tanah maka kemudian dilakukan penanaman bibit, di mana bibit yang biasa digunakan petani adalah bibit yang dibeli dari toko pupuk yang ada didaerah penelitian. Untuk mendapatkan hasil panen yang baik, maka bibit yang digunakan harus yang berkualitas baik, artinya bibit mempunyai daya tumbuh yang besar dan seragam, tidak tercemar dengan varietas-varietas lainnya, bersih dari kotoran, dan tidak terinfeksi dengan hama penyakit. Bibit yang ditanam juga harus merupakan varietas unggul yang berproduksi tinggi, berumur pendek dan tahan terhadap serangan hama penyakit, varietas unggul kedelai yang digunakan petani adalah adalah Orba.

Penanaman dilakukan dengan membuat lubang tanam dengan menggunakan tugal, kedalamannya 4-5 cm dengan jarak tanam 40 x 20 cm dimana setiap lubang dimasukkan 2- 3 butir bibit. Pada saat penanaman kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong.

5.1.3. Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan oleh petani bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah agar dapat diperoleh produksi yang lebih tinggi. Dosis pupuk yang digunakan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh AAK, 1991 Pemupukan sangat tergantung pada jenis lahan dan kondisi tanah. Pada tanah subur atau tanah bekas ditanami padi dengan dosis pupuk tinggi, pemupukan tidak terlalu diperlukan tetapi pada tanah yang kurang subur, pemupukan dapat menaikkan hasil.

(49)

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Suprapto, 1997. Untuk meningkatkan produksi dan hasil biji yang tinggi tanaman kedelai memerlukan unsur hara P dan K dalam jumlah yang yang banyak Meskipun demikian, sementara ini berkaitan dengan pemupukan P dan K untuk pertanaman kedelai yang ditanam setelah pertanaman padi di lahan sawah dianggap tidak mutlak harus dilakukan, khususnya pada lahan-lahan sawah intensif yang umumnya penggunaan pupuk P maupun K/jerami dikembalikan telah umum dilakukan pada saat penanaman padi. Hal ini didasari pada anggapan bahwa pada tanah bekas ditanami padi masih terkandung cukup banyak unsur-unsur hara P dan K yang bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman kedelai

Pupuk Urea dan SP-36 seluruhnya diberikan pada umur 10-15 hari setelah tanam (HST), sedangkan pupuk KCl diberikan 2 kali yaitu setengah dosis diberikan pada umur 10-15 HST bersamaan dengan pemberian pupuk Urea dan SP-36 dan sisanya diberikan pada umur 28 HST. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara dibenamkan dalam tanah di sekitar rumpun tanaman. Petani memperoleh pupuk dari toko pupuk yang satu-satunya ada di daerah itu yaitu toko pupuk Pak Teuku.

5.1.4. Penyiangan

Penyiangan ke-1 pada tanaman kedelai dilakukan pada umur 2-3 minggu.

Penyiangan ke-2 dilakukan pada saat tanaman selesai berbunga, sekitar 6 minggu setelah tanam. Penyiangan ke-2 ini dilakukan bersamaan dengan pemupukan ke-2 (pemupukan lanjutan). Penyiangan dapat dilakukan dengan cara mengikis gulma yang tumbuh dengan tangan.

(50)

5.1.5. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman.

Hasil kedelai akan menurun apabila terserang hama dan penyakit Pengendalian dapat dilakukan secara mekanis atau kimiawi.Penggunaan insektisida apabila populasi hama sudah mencapai ambang kendali. Volume dan konsentrasi insektisida, disesuaikan dengan petunjuk.

5.1.6. Panen dan Pasca Panen

Panen kedelai dilakukan pada umur 100-110 hari , apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.

Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Setelah dipanen, polong kedelai yang masih melekat dibatangnya segera dijemur. Penjemuran dilakukan hingga polong mudah pecah. Kemudian biji dirontok dengan cara dipukul atau menggunakan mesin perontokyang disewa petani. Setelah dirontok, biji segera dijemur atau dikeringkan dengan sinar matahari. hasil panen kedelai pada umumnya dijual sendiri di pasar oleh para petani yang bersangkutan.

(51)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian dilaksanakan terhadap petani yang ada di Desa Matangkuli Kecamatan Kembang Tanjung Kabupatan Pidie Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Adapun yang diteliti adalah bagaimana pengaruh modal, tenaga kerja terhadap produksi petani kedelai, bagaimana pengaruh faktor lahan, modal, tenaga kerja terhadap pendapatan petani kedelai, faktor apa saja yang paling dominan yang mempengaruhui produksi kedelai di daerah penelitian.

6.1. Pengaruh Faktor Produksi Modal, Tenaga Kerja Terhadap Produksi Usahatani Kedelai.

Menurut daniel, 2002 bahwa faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga kerja, dan manajemen. Dalam beberapa literatur, sebagian para ahli mencantumkan hanya tiga faktor produksi yaitu modal, tanah dan tenaga kerja sedangkan manajemen keberadaannya tidak menyebabkan proses produksi tidak berjalan atau batal.

Setiap kegiatan usaha membutuhkan modal untuk dapat menjalankan usahatani dengan baik. Modal kerja terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan dan pajak tanah. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya bibit, pupuk, tenaga kerja, sewa traktor. Total biaya produksi yang dikeluarkan petani kedelai adalah jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.

Tenaga kerja dibedakan menjadi dua yaitu tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Peranan anggota keluaraga yang lain adalah sebagai

(52)

tenaga kerja disamping juga tenaga luar yang diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani berbeda-beda, tergantung jenis tanaman yang diusahakan.

Produksi adalah seluruh hasil usahatani kedelai. Dari penelitian yang telah dilakukan diperileh bahwa daerah penilitian memiliki produksi yang cukup tinggi bila dibandingkan dengan produksi yang ada dari buku Haryanto,dkk., 2004, karena petani dapat memperolah hasil yang cukup tinggi padahal lahan yang diusahakan relative dalam jumlah yang kecil, maka dapat dikatakan bahwa daerah penelitian tersebut memiliki potensi untuk megembangkan tanaman hortikultura khususnya kedelai.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hanani dkk., 2003, bahwa hasil persatuan luas lahan harus semakin dioptimalkan melalui berbagai penelitian dan uji coba komoditi dan insentisitas pemanfaatan lahan juga harus ditingkatkan agar lahan tidak banyak yang menganggur. Peningkatan produktivitas ini harus memperhatikan daya dukung lahan. Banyaknya sumber komoditas akan semakin memperbesar keuntungan yang diterima petani dan akhirnya akan meningkatkan kesejahteraannya.

Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh modal dan tenaga kerja terhadap produksi diuji dengan analisis regresi linear berganda.

(53)

Tabel 1. Data Signifikansi Faktor Produksi Modal, Tenaga Kerja Terhadap Produksi Tanaman Kedelai/Ha/Musim Tanam.

Variabel Koefisien regresi t - hitung Signifikansi Intercept -4485,1

Modal (X1) 7,787 3,60 Nyata

Tenaga Kerja (X2) 0,254 1,60 Tidak Nyata R. Square = 0,58

F – hitung = 15,32 F – tabel (α = 5%) = 4,82 t – tabel (α = 5%) = 1,717

Sumber : Analisis Data Primer, lampiran 20

Sesuai dengan model penduga yang dibangun, maka dihasilkan model penduga regresi adalah sebagai berikut:

Y = -4485,1+ 7,787 X1 + 0,254 X2 Dari persamaan dapat diketahui bahwa :

b0 = -4485,1 yaitu konstanta yang disebut koefisien intersepsi yang mencerminkan pengaruh alami terhadap Y atau nilai produksi per hektar apabila nilai modal, tenaga kerja nol ( X= 0). Tidak mungkin jumlah produksi negative. Ini berarti berlaku fungsi penduga mulai saat x>150. Setiap kenaikan 1 % maka produksi kedelai akan meningkat 7,787 %, dan setiap s pertambahan tenaga kerja 1 % maka produksi kedelai akan meningkat 0,254%

b1b2 = Suatu konstanta yang disebut koefisien regresi yang mencerminkan pengaruh X terhadap Y ( perubahan nilai produksi/hektar/musim tanam apabila terjadi perubahan satu satuan modal, tenaga kerja ) Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa :

1. Untuk mengetahui tingkat pengaruh variabel independen secara bersama- sama atau secara serempak terhadap variabel dependen digunakan uji F.

Dari Tabel 1 diketahui bahwa nilai F-hitung sebesar 15,32 lebih besar dari

(54)

nilai F-tabel 4,82 pada tingkat kesalahan 5%. Ini berarti bahwa hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh modal, tenaga kerja terhadap produksi usahatani kedelai dapat diterima (Ho ditolak dan H1 diterima) yaitu ada pengaruh nyata modal dan tenaga kerja terhadap produksi kedelai /Ha/musim tanam pada tingkat kesalahan 5 %.

2. Secara parsial diperoleh bahwa :

- Variabel modal X1 memiliki nilai koefisien regresi sebesar 7,787 yang merupakan pengaruh perubahan modal, Hal ini berarti apabila terjadi pertambahan modal 1 % maka produksi kedelai akan meningkat 7,787 %, dan untuk modal diperoleh t-hitung = 3,60 > t- tabel = 1,717, modal mempunyai pengaruh yang positip terhadap permintaan kedelai dan berpengaruh secara nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.

- Variabel tenaga kerja X2 memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,254 yang merupakan pengaruh perubahan tenaga kerja, Hal ini berarti apabila terjadi pertambahan tenaga kerja 1 % maka produksi kedelai akan meningkat 0,254%, dan tenaga kerja diperoleh t-hitung

=1,60< t-tabel = 1,717, tenaga kerja mempunyai pengaruh yang vegatif terhadap permintaan kedelai dan berpengaruh secara nyata pada tingkat kepercayaan 95 %.

3. Nilai R2 ( Koefisien Determinasi) yang diperoleh sebesar 0,58 berarti bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan keragaman variable terikat sebesar 58 % sedangkan sisanya sebanyak 42 % diterangkan oleh variable lainnya.

(55)

6.1.1. Pengaruh Faktor Produksi Modal Terhadap Produksi Tanaman Kedelai/Ha/Musim Tanam.

Setiap kegiatan usaha membutuhkan modal untuk dapat menjalankan usahatani dengan baik. Modal kerja terdiri dari biaya (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Yang termasuk biaya tetap adalah biaya penyusutan dan Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya bibit, pupuk, tenaga kerja, sewa traktor.

Total biaya produksi yang dikeluarkan petani kedelai adalah jumlah biaya tetap dan biaya tidak tetap.

A. Biaya Bibit

Bibit yang digunakan oleh petani sampel adalah bibit yang dibeli dari toko pupuk yang ada didaerah penelitian. Bibit yang digunakan adalah orba. Adapun biaya bibit yang digunakan oleh petani dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 2. Biaya Bibit Per Petani dan Per Ha di Desa Matangkuli Biaya Bibit (Rp. 1000)

Per Petani Per Ha

Jumlah 22.470,00 4.178.189

Rata - Rata 89.880 167.130

Sumber : Analisis Data Primer, lampiran 5 dan15

Rata – rata biaya yang dikeluarkan oleh petani sampel adalah sebesar Rp. 89.880 per petani dan rata – rata biaya bibit per Ha adalah Rp. 167.130.

B. Biaya Pupuk

Untuk meningkatkan produksi dan hasil biji yang tinggi tanaman kedelai memerlukan unsur hara P dan K dalam jumlah yang yang banyak Meskipun demikian, sementara ini berkaitan dengan pemupukan P dan K untuk pertanaman kedelai yang ditanam setelah pertanaman padi di lahan sawah dianggap tidak mutlak harus dilakukan, khususnya pada lahan-lahan sawah intensif yang

Gambar

Gambar 1.1  Tanaman Kedelai
Tabel 1.   Distribusi Penggunaan Tanah di Desa Matangkuli, Tahun 2007
Tabel 2.  Disrtibusi Penduduk Berdasarkan Kelompok  Umur di Desa    Matangkuli, Tahun 2007
Tabel 3.  Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa  Matangkuli, Tahun 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

relevansi laporan keuangan (Y) pada Pemerintah Kota Cimahi dengan taraf sig pada uji t di atas menunjukkan hasil dimana taraf signifikannya berada di bawah 0,05 atau

2 Tahun 1992 Pasal 1 angka 1 adalah: “Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak pertanggungan mengikat diri

Metode yang digunakan adalah Proportional Random Sampling dan diperoleh 39 petani padi responden yang terdiri dari 3 petani padi lahan luas, 12 petani padi

(2) Bagi setiap ODTW di kawasan pengembangan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam pasal 14, dapat disusun rencana detail dan teknis obyek wisata dengan berpedoman kepada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kedalaman gerusan dan pola gerusan yang terjadi di sekitar abutmen pada kondisi aliran jernih (clear-water scour) untuk saluran

Data were recorded for each school on the following var- iables: Average faculty salary (full professor in that pro- gram), GMAT and undergraduate GPA scores upon entry to the

Disampaikan kepada masyarakat luas bahwa Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tegal melalui Pejabat Pengadaan Barang/Jasa telah melakukan proses Pengadaan Langsung pekerjaan

  Ensiklopedi  Tematis