• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 KAPASITAS FASILITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "7 KAPASITAS FASILITAS"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

7 KAPASITAS FASILITAS

7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas, kondisi gedung TPI dan aktivitas di dalamnya menjadi tanggung jawab pihak KUD Mina Samudera.

Berdasarkan hasil pengamatan, tempat pelelangan ikan (ruang lelang) yang tersedia masih cukup untuk menampung hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Cituis. Namun demikian nelayan masih kurang memanfaatkan gedung TPI tersebut.

Gedung TPI PPI Cituis memiliki luas bangunan 290,62 m2. Di dalam gedung TPI terdapat kantor, ruang peralatan, tempat kasir, ruang juru tulis, mushola, toilet dan ruang lelang. Luas ruang lelang adalah 206,64 m2 dan jumlah luas ruang kantor, ruang peralatan, tempat kasir, ruang juru tulis, mushola dan toilet adalah sebesar 83,98 m2. Ruang lelang yaitu tempat menimbang, memperagakan dan melelang ikan (Lubis, 2006). Perbandingan antara ruang lelang dengan gedung lelang (α) di PPI Cituis adalah 71:100. Nilai alpha tersebut keluar range yang telah ditentukan dari rumus karena berdasarkan hasil pengamatan ruang lelang lebih luas dari ruang kantor. Gedung TPI di luar negeri misalnya Perancis terdiri atas ruang lelang, pengepakan, penanganan dan kantor administrasi lelang sedangkan di Indonesia gedung TPI hanya terdiri atas ruang lelang dan kantor yang mengakibatkan persentase ruang lelang menjadi besar (Lubis E, 5 Juli 2010, komunikasi pribadi).

Sejak dibangun, gedung TPI Cituis memiliki daya tampung produksi hasil tangkapan sebesar 10 m2/ton sehingga ruang lelang dapat menampung 20,66 ton.

Dalam satu hari, kegiatan pelelangan ikan dilaksanakan sebanyak tiga kali.

Jumlah produksi ikan di PPI Cituis adalah 3,31 ton per hari. Jumlah tersebut meliputi ikan yang dilelang dan yang tidak dilelang. Proporsi ikan yang dilelang adalah 45% yaitu sekitar 1,49 ton per hari dan proporsi ikan yang tidak dilelang adalah 55% yaitu sekitar 1,82 ton per harinya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masih banyak nelayan yang belum memanfaatkan fasilitas tempat

(2)

pelelangan ikan. Dalam proses pengembangan PPI Cituis, gedung TPI akan dipindahkan ke dekat pantai agar proses pengangkutan hasil tangkapan lebih mudah karena jaraknya lebih dekat dengan dermaga. Saat ini gedung TPI berada 300 m dari tepi pantai dan 150 m dari dermaga sehingga memerlukan pengangkutan.

Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 10, luas gedung TPI seharusnya minimal sebesar 99,52 m2 dan luas ruang lelang minimal sebesar 15,54 m2. Luas ruang lelang berdasarkan standar kriteria produksi dan fasilitas pelabuhan perikanan untuk pelabuhan tipe D adalah 150 m2 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2004c vide Indrianto, 2006). Berdasarkan antara kebutuhan dan kapasitas maka dapat disimpulkan bahwa luas gedung TPI masih mencukupi dan tidak perlu penambahan luas. Luasnya TPI bergantung pada banyaknya jumlah kapal yang membongkar hasil tangkapan. Pihak pelabuhan perlu memaksimalkan pemanfaatan ruang lelang karena sampai saat ini luas ruang lelang yang tersedia tidak semuanya digunakan untuk pelelangan melainkan hanya digunakan oleh pedagang untuk meletakkan ikan jualannya. Harapan yang akan datang agar semua ikan yang didaratkan di PPI Cituis dapat dilelang di TPI.

Hasil tangkapan yang diperoleh oleh nelayan dibawa ke TPI untuk dilelang.

Hasil tangkapan tersebut sebelumnya telah disortir di atas kapal. Kemudian dibawa menggunakan keranjang atau basket berkapasitas 40 kg. Setelah basket ikan sampai di TPI, ikan dituang dan ditumpuk di atas lantai. Tingkat kesegaran ikan di TPI Cituis ditentukan dengan menggunakan uji organoleptik (Lampiran 3) yaitu dengan mengamati bagian tubuh ikan seperti mata, insang, daging dan perut serta konsistensi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran hasil tangkapan di PPI Cituis adalah segar dengan kriteria mata (cerah, bola mata rata dan kornea jernih); insang (warna merah kurang cemerlang dan tanpa lendir);

daging dan perut (sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perutnya utuh dan bau isi perut netral) dan konsistensi (agak lunak, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang). Penyebab hasil tangkapan segar karena rata-rata nelayan PPI Cituis melakukan operasi penangkapan harian.

(3)

7.2 Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN)

SPDN PPI Cituis memiliki 2 unit tangki dengan kapasitas 8000 liter/tangki dan 25 drum dengan kapasitas 220 liter/drum. Solar yang terdapat di SPDN PPI Cituis dipasok dari Pertamina Cilegon dengan frekuensi pengiriman kurang lebih 6 kali dalam sebulan. Volume solar minimum yang dikirim dalam setiap pengiriman adalah sama dengan kapasitas dari tangki yaitu 16.000 liter atau dua tangki. Dalam satu bulan, SPDN menyediakan 96.000 liter/bulan. Harga solar di PPI Cituis adalah Rp 4.500/liter.

SPDN ini dimanfaatkan oleh semua jenis kapal yang terdapat di PPI Cituis.

Namun karena kapasitasnya terbatas sebagian besar (76,10%) dari total kebutuhan nelayan peroleh di tempat lain atau bakul. Jenis kapal yang memanfaatkan SPDN antara lain gardan (mingguan), gardan (harian), payang, pancing ulur (mingguan), pancing ulur (harian), jaring rampus, bubu, rawai, sero, purse seine dan alat tangkap lain. Ukuran masing-masing kapal adalah untuk gardan 5-20 GT, payang 3 GT, pancing ulur 2-3 GT, jaring rampus 2 GT, bubu 3-5 GT, rawai 3 GT (PMT), sero 1-2 GT (PMT), purse seine 5-15 GT dan alat tangkap lain 1-2 GT (PMT).

Namun alat tangkap payang, pancing ulur dan rampus juga ada yang menggunakan perahu motor tempel (PMT). Kapal-kapal yang memanfaatkan SPDN adalah kapal-kapal yang terdaftar dan yang tidak terdaftar di KUD Mina Samudera.

Tingkat pemanfaatan tangki BBM terus meningkat. Pemanfaatan tersebut dipengaruhi oleh jumlah kebutuhan dalam operasi penangkapan ikan (Bambang dan Suherman, 2005). Semakin bertambah jumlah kapal dan semakin jauh daerah penangkapan ikan, maka semakin bertambah kebutuhan bahan bakar solar. Dalam satu bulan, semua unit penangkapan ikan di PPI Cituis membutuhkan solar sebanyak 401.692,1 liter (Lampiran 10) sedangkan SPDN menyediakan 96.000 liter/bulan. Melihat keadaan tersebut dapat disimpulkan bahwa SPDN Cituis hanya dapat menyediakan sebesar 23,90% dari total kebutuhan nelayan sedangkan 76,10% atau 305.692,1 liter diperoleh dari tempat lain atau bakul. Berdasarkan perhitungan, pihak pelabuhan perlu menambah kapasitas SPBN minimal sebesar 305.692,1 liter untuk memenuhi semua kebutuhan solar unit penangkapan ikan yang ada di PPI Cituis dan semua nelayan dapat membeli solar di SPDN. Nelayan

(4)

di PPI Cituis tidak semuanya membeli solar di SPDN karena kekurangan modal untuk membelinya. Sistem pembayaran yang diberlakukan di SPDN adalah tunai sehingga nelayan sering membeli solar di bakul dengan cara berhutang. Hutang tersebut dibayar setelah nelayan memperoleh pendapatan dari hasil penjualan hasil tangkapan.

7.3 Dermaga

Dermaga di PPI Cituis terbuat dari kayu dengan panjang 25,82 m dan lebar 7,96 m. Dermaga tersebut merupakan dermaga transportasi yang digunakan oleh kapal pengangkut penumpang untuk bersandar dan mengantarkan penumpangnya ke pulau-pulau sehingga rata-rata nelayan melakukan kegiatan bongkar muat hasil tangkapan di tepi kolam pelabuhan yang dangkal dan dekat dengan daratan. Setiap harinya kapal yang melakukan bongkar muat di dermaga rata-rata hanya 8 kapal.

Waktu rata-rata yang dibutuhkan kapal selama melakukan bongkar muat di dermaga adalah 3 jam.

Kapal-kapal yang berlabuh di PPI Cituis terdiri dari perahu motor tempel dan kapal motor. Ukuran kapal motor berkisar antara 1-20 GT. Panjang kapal terbesar adalah 17 m dan berat kapal terbesar adalah 20 ton. Jarak antar kapal di kolam pelabuhan adalah 25 cm. Lama fishing trip rata-rata kapal perikanan di PPI Cituis adalah 71 jam. Aktivitas penangkapan ikan di PPI Cituis setiap harinya dapat memproduksi 3,31 ton ikan.

Melihat kondisi dermaga PPI Cituis, panjang dermaga yang tersedia sekarang belum memenuhi standar panjang dermaga yang dibutuhkan oleh kapal-kapal yang berlabuh dan bertambat di PPI Cituis. Merujuk pada kriteria teknis klasifikasi pelabuhan perikanan menurut DKP (2006) bahwa panjang dermaga bongkar pelabuhan perikanan tipe D sekurang-kurangnya adalah 50 m.

Berdasarkan hal tersebut, panjang dermaga PPI Cituis saat ini belum memenuhi standar kriteria. Berdasarkan perhitungan (Lampiran 10) perlu adanya penambahan panjang dermaga sebesar 344,12 m atau menjadikan panjang dermaga sebesar 369,94 m dan pemisahan antara dermaga untuk kapal perikanan dengan dermaga transportasi. Hal ini dilakukan agar proses bongkar muat kapal perikanan dapat berjalan dengan baik.

(5)

Menurut Kramadibrata (2002), efektivitas operasional pelabuhan banyak tergantung dari cara penentuan bongkar muat barang, yaitu penanganan muatan (cargo handling) dan penyalurannya. Secara umum dapat dikatakan bahwa ukuran dermaga didasarkan pada perkiraan jenis kapal yang akan berlabuh pada pelabuhan tersebut. Sesuai dengan bentuk-bentuk tambatan/dermaga yang akan dibangun, maka perancangan dimensi dermaga tersebut harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal untuk menjaga agar kapal dapat dengan mudah dan aman bertambat/meninggalkan dermaga setelah melakukan bongkar muat angkutannya.

Taraf dermaga ditetapkan antara (0,5-150) m di atas MHWS sesuai dengan besar ukuran kapal (Kramadibrata, 2002). Pembongkaran hasil tangkapan masih menggunakan tenaga manusia. Benturan kapal dengan dermaga akibat adanya gelombang dicegah dengan membuat fender dari batang kelapa dan ban bekas yang bersifat sementara (Bambang dan Suherman, 2005). Di PPI Cituis tidak terdapat fender yang digunakan untuk melindungi kapal dari kerusakan akibat benturan dengan dermaga saat bertambat.

Pemanfaatan dermaga bongkar telah melebihi kapasitas yang ada. Tingkat pemanfaatan dermaga bongkar ini setiap tahun meningkat. Peningkatan ini disebabkan meningkatnya jumlah kapal yang melakukan bongkar. Hal lain yang berpengaruh pada peningkatan pemanfaatan dermaga adalah bertambahnya waktu bongkar (rata-rata setiap kapal memerlukan waktu bongkar 3 jam). Di PPI Cituis tidak ada ketentuan pelaksanaan pembongkaran hasil tangkapan harus mendahulukan hasil tangkapan udang. Sistem pendaratan ikan di PPI Cituis adalah dengan metode antrian dimana kapal yang datang pertama dapat melakukan proses pendaratan ikan. Tidak seperti halnya di Pelabuhan Perikanan Samudera Cilacap dimana pelaksanaan bongkar dilakukan bergantian. Kapal dengan tangkapan utama udang mendapat giliran lebih dahulu karena pembongkaran hasil tangkapan relatif singkat dan udang dilelang terlebih dahulu.

Setelah itu baru kapal-kapal yang memiliki hasil tangkapan utama berupa ikan untuk dibongkar (Bambang dan Suherman, 2005). Hasil wawancara dengan responden menunjukkan bahwa dalam sehari proses pendaratan hasil tangkapan sebesar 9,52% atau 8 unit kapal dilakukan di dermaga dan sebesar 90,48% atau 76 unit kapal dilakukan di pinggiran kolam pelabuhan. Telah dijelaskan sebelumnya

(6)

bahwa terganggunya kegiatan pendaratan ikan ini disebabkan banyaknya jumlah kapal yang berlabuh dan bertambat tidak sebanding dengan panjangnya dermaga bongkar muat. Selain itu, dermaga di PPI Cituis digunakan sebagai tempat bersandarnya kapal penumpang yang akan pergi ke Pulau.

7.4 Kolam PPI

7.4.1 Kedalaman kolam PPI

Kolam pelabuhan merupakan bagian dari sungai yang memiliki luas 25.000 m2 dengan rincian ukuran panjang 1000 m dan lebar 25 m. Kedalaman kolam PPI Cituis hanya 1,25 m dan sering terjadi pendangkalan sehingga kapal-kapal berukuran 5-20 GT sulit bertambat dan berlabuh di kolam pelabuhan. Kapal-kapal tersebut memasuki areal kolam pelabuhan dengan cara menunggu pasang di kolam pelabuhan. Kapal-kapal tersebut memasuki areal pelabuhan dengan cara didorong oleh tenaga manusia dengan menggunakan bambu. Bambu tersebut menyentuh dasar perairan, kemudian diletakkan di belakang kapal lalu didorong ke arah depan dengan posisi kapal ke arah depan (Gambar 26). Kapal tersebut didorong mulai jarak 50 meter dari muara sungai. Ukuran kapal yang bertambat dan berlabuh di kolam pelabuhan terdiri atas perahu motor tempel dan kapal motor. Tinggi gelombang maksimum di kolam pelabuhan adalah 20 cm sehingga tinggi ayunan kapal yang melaju sebesar 10 cm. Tingginya air di kolam pelabuhan mempengaruhi draft kapal dan jarak aman lunas kapal ke dasar perairan. Draft kapal terbesar di PPI Cituis adalah sebesar 150 cm dan jarak aman dari lunas kapal ke dasar perairan adalah 25 cm.

Gambar 26 Cara kapal memasuki kolam pelabuhan ketika air surut.

(7)

Berdasarkan keadaan luas dan ukuran kedalaman kolam pelabuhan saat ini, kolam pelabuhan di PPI Cituis belum memenuhi standar luas dan kedalaman kolam seharusnya. Kedalaman kolam pelabuhan masih terlalu dangkal, sehingga perlu menambah kedalaman sebesar 70 cm atau menjadikan kedalaman kolam sedalam 195 cm (Lampiran 10). Hal ini dilakukan agar kapal-kapal besar (5-20 GT) tidak kesulitan untuk bertambat dan berlabuh. Kedalaman kolam PPI Cituis belum memenuhi kriteria teknis klasifikasi pelabuhan perikanan menurut DKP (2006) bahwa kedalaman kolam pelabuhan tipe D sekurang-kurangnya adalah 2 m. Pihak KUD Mina Samudera akan melakukan pengerukan terhadap kolam dengan menggunakan kapal pengeruk. Pengerukan dikenal dalam teknik pembangunan pelabuhan sebagai sarana penunjang suatu proses pelaksanaan penggalian dan penimbunan dan penimbunan tanah (excavating and dumping, cut and fill) baik di dalam air/laut maupun di darat. Pengerukan digunakan pula untuk memelihara kedalaman suatu kolam/alur pelayaran atau alur sungai (maintenance dredging), dikarenakan adanya proses pergerakan dan pengendapan lumpur (sedimen transport) (Kramadibrata, 2002).

Melihat banyaknya jumlah kapal di PPI Cituis maka PPI Cituis dapat dikatakan cukup ramai, sehingga mendukung perlunya dilakukan pengembangan pelabuhan. Pada umumnya kedalaman dasar kolam pelabuhan ditetapkan berdasarkan sarat maksimum (max draft) kapal yang bertambat ditambah dengan jarak aman (clearance) sebesar (0,8-1,0) m di bawah lunas kapal. Jarak aman ini ditentukan berdasarkan ketentuan operasional pelabuhan (penambatan kapal dengan/tanpa kapal tunda) dan konstruksi dermaga (Kramadibrata, 2002). Namun kenyataan di PPI Cituis, jarak aman dari bawah lunas kapal hingga ke dasar kolam hanya 25 cm sehingga belum memenuhi kriteria jarak standar yang aman.

7.4.2 Luas kolam pelabuhan

Kolam pelabuhan di PPI Cituis merupakan bagian dari sungai yang memiliki luas 25.000 m2 dengan rincian ukuran panjang 1000 m dan lebar 25 m. Kolam pelabuhan berfungsi sebagai alur pelayaran dan sebagai kolam putar (Lubis, 2006). Ukuran panjang dan lebar kapal terbesar di PPI Cituis adalah 17 m dan 4 m sehingga luas daerah yang dibutuhkan untuk kapal terbesar memutar adalah 907,46 m2. Pada kolam pelabuhan, jumlah kapal maksimum yang berlabuh adalah

(8)

350 kapal. Berdasarkan kriteria teknis klasifikasi pelabuhan perikanan menurut DKP (2006) bahwa kapasitas tampung kolam pelabuhan tipe D sekaligus adalah 20 unit kapal. Dengan kondisi tersebut, PPI Cituis telah melampaui kapasitas tampung kolam pelabuhan yang menjadikan keadaan kolam pelabuhan menjadi sempit dan kapal kesulitan untuk memutar (turning basin). Selain itu terjadi pengantrian kegiatan bongkar sehingga ruang gerak kapal yang akan berlayar menjadi terbatas.

Luas kolam di PPI Cituis sekitar 25.000 m2. Dengan luas tersebut, kapal-kapal yang berada di PPI Cituis kesulitan untuk memutar, mendaratkan hasil tangkapannya dan keluar untuk melaut sehingga perlu penambahan luas kolam pelabuhan sebesar 47.307,46 m2 atau menjadikan luas kolam pelabuhan menjadi 72.307, 46 m2 (Lampiran 10). Hal ini tidak sesuai dengan standar kriteria produksi dan fasilitas pelabuhan perikanan berdasarkan tipe pelabuhan tipe D, yaitu sebesar

<5000 m2 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang, 2004c vide Indrianto, 2006). Pemanfaatan kolam pelabuhan dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kapal yang masuk, jumlah produksi dan jumlah alat tangkap yang cenderung menurun (Bambang dan Suherman, 2005). Semakin meningkatnya jumlah kapal yang masuk ke PPI Cituis maka jumlah produksi ikan yang didaratkan akan semakin meningkat. Namun sebaliknya, semakin menurunnya jumlah kapal dan alat tangkap, maka jumlah produksi yang didaratkan di PPI Cituis cenderung menurun.

Berdasarkan pengamatan dan perhitungan terhadap sebagian fasilitas di PPI Cituis dapat disajikan ukuran fasilitas yang tersedia dan ukuran yang seharusnya (Tabel 12).

Tabel 12 Ukuran fasilitas-fasilitas di PPI Cituis

No. Fasilitas Ukuran

Tersedia Seharusnya 1 Luas ruang pelelangan 206,64 m2 15,54 m2

2 SPDN liter/bulan 96.000 401.692,1

3 Panjang demaga 25,82 m 369,94 m

4 Kedalaman kolam pelabuhan 125 cm 195 cm 5 Luas kolam pelabuhan 25.000 m2 72.307,46 m2

Hasil perhitungan menunjukkan bahwa perlunya penambahan kapasitas terhadap beberapa fasilitas yang diteliti. Hal tersebut juga didukung oleh pihak

(9)

pelabuhan yang menyatakan bahwa semakin banyaknya kapal yang berlabuh dan bertambat di PPI Cituis, semakin besarnya ukuran kapal penangkap ikan dan semakin jauhnya daerah operasi penangkapan maka berdasarkan kriteria dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, PPI Cituis memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi pelabuhan tipe B. Perluasan lahan pun akan dilakukan agar PPI Cituis dapat dikembangkan secara optimal.

Gambar

Gambar 26  Cara kapal memasuki kolam  pelabuhan ketika air surut.

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan alat sensor suara dari fonokardiograf ini tergantung pada teknik perancangan dari mikrofon tidak mengubah getaran akustik menjadi tegangan listrik yang serupa untuk

Adapun kelompok perlakuan ekstrak lidah mertua 10%, 15%, 20% mengalami penyembuhan luka yang berbeda-beda dimana ekstrak lidah mertua 20% memberikan efek

Interaksi perlakuan macam tanaman hias dan macam pupuk nitrogen tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman dan pertambahan jumlah daun,

Dalam penelitian ini dikemukakan mengukur kelayakan media pembelajaran yang dikembangkan dari media online. Metode yang digunakan dalam penelitian ini, dengan melakukan

Sikap petani terhadap harga jual produk Harga jual bibit durian dinilai petani dengan sikap sangat setuju/sangat positif karena sebagian besar petani 54,1 persen

After taste yang paling disukai adalah sampel P1 sedangkan after taste yang paling tidak disukai adalah sampel P4.Semakin tinggi stevia yang digunakan maka semakin

Berdasarkan data hasil penelitian diperoleh bahwa Kegiatan pembelajaran yang terintegrasi dengan lifeskill lebih dominan pada aktivitas belajar siswa dalam

Toimijoiden välille syntyvät suhteet mainonnan alan toimijaverkostossa näyttäytyvät erityisesti voimasuhteina, jotka tukevat toimijoille syntyviä roolipositioita