• Tidak ada hasil yang ditemukan

ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kapal merupakan alat transportasi lintas laut yang biasanya digunakan manusia untuk menyeberang dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Tak hanya manusia yang biasa menggunakan kapal untuk melakukan penyeberangan ke wilayah lain. Namun, kapal juga digunakan untuk mengangkut barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya melalui lintas laut. Karena sebagian manusia (penumpang ataupun awak kapal) banyak menghabiskan waktu di dalam kapal, maka keadaan sanitasi kapal yang baik perlu dijaga dan dipantau terus menerus demi kesehatan para penumpang maupun awak kapal.

Menurut WHO (2005), sanitasi kapal merupakan salah satu usaha yang ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal mencakup seluruh aspek penilaian kompartemen kapal antara lain dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar anak buah kapal, penyediaan air bersih, dan penyajian makanan serta pengendalian vektor penular penyakit atau rodent. Sanitasi kapal yang buruk akan banyak menimbulkan permasalahan baik secara fisik, kesehatan, estetika dan daya tahan hidup manusia. Sanitasi yang buruk seperti menumpuknya sampah di dalam kapal akan menjadi tempat berkembangbiaknya vektor penyakit misalnya tikus, kecoa dan lalat.

(2)

Sanitasi kapal berlaku untuk semua jenis kapal baik kapal penmpang, maupun kapal barang. Pemeriksaan sanitasi kapal meliputi antara lain dapur, palka/kargo, tempat tinggal ABK, air bersih, sampah, ruang mesin, fasilitas medis dan bagian-bagian lainnya yang diperiksa. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan poin-poin yang telah ada di form pemeriksaan sanitasi kapal dengan menyesuaikan bagian-bagian kapal yang ada di kapal tersebut.

Menurut WHO (2007), pemeriksaan sanitasi kapal dimaksudkan untuk pengeluaran sertifikat sanitasi guna memperoleh Surat Izin Kesehatan Berlayar (SIKB). Hasil pemeriksaan dinyatakan berisiko tinggi maka diterbitkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC) setelah dilakukan tindakan sanitasi dan apabila faktor risiko rendah diterbitkan Ship Sanitation Exemption Control Certificate (SSECC), dan pemeriksaan dilakukan dalam waktu enam bulan sekali.

Upaya sanitasi kapal merupakan tanggung jawab pemilik kapal melalui nahkoda kapal dan anak buah kapal. ABK bertanggung jawab terhadap kebersihan kapal dan sarana lainnya sedangkan nahkoda kapal berfungsi sebagai pemimpin dan pengendali keseluruhan dari pelaksanaan sanitasi kapal. Nahkoda juga bertanggung jawab terhadap keamanan kapal dari sumber penyakit dan melaporkan dalam bentuk form MDH (Maritime Declaration of Health) kepada otoritas kesehatan pelabuhan setiap masuk wilayah suatu Negara.

Institusi yang terkait dalam hal pemeriksaan sanitasi kapal adalah kantor kesehatan pelabuhan (KKP). Hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan kesehatan kapal yaitu diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 356/Menkes/Per/Iv/2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja

(3)

Kantor Kesehatan Pelabuhan. KKP bertugas melaksanakan pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, kekarantinaan, pelayanan kesehatan terbatas di wilayah kerja Pelabuhan/ Bandara dan Lintas Batas, serta pengendalian dampak kesehatan lingkungan. Selain itu salah satu fungsi penting KKP adalah pelaksanaan pengamatan penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah nasional sesuai penyakit yang berkaitan dengan lalu lintas internasional, pelaksanaan pengawasan kesehatan alat angkut dan pelaksanaan pengendalian risiko lingkungan Pelabuhan/ Bandara dan Lintas Batas Darat (Depkes RI, 2008).

Dalam hal pencegahan masuk dan keluarnya penyakit karantina dan penyakit menular potensial wabah, seperti yang tersebut diatas salah satunya adalah pemberantasan vektor penyakit di kapal karena vektor penyakit berperan sebagai perantara dan sumber penyakit yang dapat merugikan kehidupan manusia. Di bidang kesehatan vektor penyakit berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa penyakit.

Komariah dkk (2010), berpendapat bahwa salah satu hewan yang dapat menyebabkan penyakit menular adalah tikus yang merupakan perantara penyakit dikenal sebagai Rodent Borne Disease dan salah satu penyakit yang termasuk Rodent Borne Disease adalah penyakit pes (plague) merupakan penyakit karantina yang ditetapkan secara internasional dalam Internasional Health Regulation.

Vektor penyakit seperti nyamuk, lalat, dan kecoa adalah serangga yang tidak pernah terlepas dari kehidupan manusia. Semua jenis vektor tersebut berada di lingkungan dimana manusia tinggal. Seperti halnya nyamuk yang

(4)

membutuhkan darah manusia untuk bertahan hidup bahkan berkembang biak di lingkungan manusia. Begitu juga dengan lalat dan kecoa yang selalu berada di lingkungan yang kotor, bahkan apabila kondisi rumah sangat kotor dan bau dapat mengundang vektor penyakit ini. Begitu juga dengan tikus merupakan binatang yang kehidupannya tidak terlepas dari kehidupan manusia karena tikus sangat menyukai makanan yang dimakan manusia termasuk padi-padian dan kacang-kacangan. Keberadaan tikus paling sering ditemukan di tempat sampah, lemari, selokan, dapur, gudang, dan tempat lainnya. Semua tempat itu terdapat dalam lingkungan dimana manusia tinggal, seperti rumah, sarana transportasi dan tempat-tempat lainnya sehingga faktor sanitasi yang tidak baik di atas kapal seperti : tempat sampah, dapur, gudang penyimpanan bahan makanan dapat mengundang tikus untuk berkembang biak.

Pelabuhan Belawan merupakan salah satu pelabuhan laut terbesar ketiga di Indonesia bahkan menjadi tempat perdagangan yang mana mendapat banyak kunjungan kapal, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Administrator Pelabuhan Belawan bahwa sejak Januari sampai Desember 2015 sebanyak 3177 buah kapal yang bersandar di pelabuhan Belawan dan berbendera Indonesia, diantaranya kapal barang sebanyak 2/3 dari jumlah seluruh kapal yaitu 2118 buah kapal. Sisanya merupakan kapal penumpang, kapal tanker, kapal tug boat, dan lain sebagainya .

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 28 Januari 2016, dari kantor Administrator Pelabuhan Belawan diperoleh data mengenai jenis kapal yang bersandar di pelabuhan Belawan. Jenis kapal barang dalam

(5)

negeri yang bersandar di pelabuhan Belawan adalah jenis kapal muatan curah seperti pupuk, minyak sawit, semen bag, garam, biji sawit, dan beras. Jenis kapal barang dalam negeri lainnya yang bersandar di pelabuhan Belawan adalah kapal barang muatan kemasan/ container seperti besi dan mesin-mesin.

Kapal barang tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia, misalnya pada kapal muatan semen biasanya dari Teluk Bayur (Padang), Lhokseumawe (Aceh), dan Gresik. Pada kapal muatan minyak CPO biasanya dari Pekan Baru, Kalimantan dan Bengkulu. Pada kapal muatan minyak BBM (solar/ bensin) biasanya dari Tanjung Uban, Dumai, dan Cilacap. Pada kapal muatan mesin-mesin dan besi biasanya dari Tanjung Priok (Jakarta) dan Tanjung Perak (Surabaya).

Sedangkan jenis kapal penumpang yang bersandar di pelabuhan Belawan adalah KM. Kelud merupakan kapal yang diopersikan oleh PT Pelayaran Nasional Indonesia (PELNI). Rute perjalanan KM. Kelud diawali dari pelabuhan Belawan yang dilanjutkan dengan tujuan Pelabuhan Sekupang Batam dan tujuan terakhir adalah Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta. Perjalanan KM. Kelud setiap minggunya menghabiskan waktu selama 3 hari.

Penelitian Sembiring (2003), menyatakan bahwa di pelabuhan Batu Ampar Kotamadya Batam Propinsi Riau, ditemukan adanya tikus pada kapal yang berbendera Indonesia sebanyak 50% dari kapal yang diperiksa, sedangkan pada kapal berbendera Asing ditemukan adanya tikus sebanyak 17,1% dari kapal yang diperiksa. Berdasarkan penelitian, tikus yang ditemukan pada kapal berbendera Indonesia lebih banyak meskipun sanitasi pada kapal sudah baik.

(6)

Penelitian Andriyani (2005), menyatakan bahwa di pelabuhan Domestik Gresik ditemukan persoalan sanitasi pelabuhan mencakup sanitasi kapal masih sangat rendah. Cakupan sanitasi kapal hanya 32,6% dari 3091 kapal yang bersandar. Rendahnya sanitasi kapal tersebut mengindikasikan minimnya penyediaan air bersih dan sanitasi dek kapal, serta masih ditemukannya vektor atau rodent dalam kapal meskipun dalam jumlah yang relatif kecil.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan, bahwa pada bulan Januari hingga Desember 2015 sebanyak 153 kapal memiliki hygiene sanitasi yang baik dari 159 kapal yang diperiksa. Namun diluar daripada itu ada 12 kapal yang mendapat perlakuan berbeda, yaitu dilakukan tindakan pelaksanaan dan pengawasan desinfeksi kapal serta pelaksanaan dan pengawasan fumigasi kapal. Data lain yang ditemukan menunjukkan bahwa pada bulan Januari 2016 masih ditemukan satu kapal dengan hygiene sanitasi yang buruk dari 10 kapal yang diperiksa, dan bahkan ditemukan tikus pada kapal tersebut sehingga dilakukan pengendalian dengan cara fumigasi.

Melihat keadaan demikian, maka kapal yang akan masuk dan berangkat akan diawasi dan diberi perhatian khusus, sehingga hal yang merugikan dapat dihindarkan bahkan dapat dihilangkan. Hal yang terpenting adalah penyakit karantina dapat dicegah atau dihindari dari satu tempat atau pelabuhan ke tempat atau pelabuhan lainnya seperti yang diharapkan pemerintah dan badan internasional.

Maka dengan beberapa permasalahan yang mungkin terjadi di kapal terutama masalah kesehatan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

(7)

mengenai kondisi sanitasi kapal dengan keberadaan vektor penyakit penular pada kapal penumpang dan kapal barang di pelabuhan Belawan, Kota Medan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data yang diperoleh dari Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan, diketahui bahwa kondisi hygiene sanitasi kapal terutama pada kapal barang yang berlabuh di pelabuhan Belawan Kota Medan masih kurang baik. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pelaksanaan hygiene sanitasi kapal dan keberadaan vektor (larva nyamuk, Musca domestica, Periplaneta americana dan tikus) pada kapal penumpang dan kapal barang di Pelabuhan Belawan Kota Medan tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui pelaksanaan hygiene sanitasi kapal dan keberadaan vektor (larva nyamuk, Musca domestica, Periplaneta americana dan Tikus) pada kapal penumpang dan kapal barang yang berlabuh di Pelabuhan Belawan Kota Medan tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui keadaan hygiene sanitasi pada kapal penumpang yang berlabuh di pelabuhan Belawan.

(8)

2. Untuk mengetahui keadaan hygiene sanitasi pada kapal barang yang berlabuh di pelabuhan Belawan.

3. Untuk mengetahui keberadaan vektor (larva nyamuk, Musca domestica, Periplaneta americana dan tikus) pada kapal penumpang yang berlabuh di pelabuhan Belawan.

4. Untuk mengetahui keberadaan vektor (larva nyamuk, Musca domestica, Periplaneta Americana dan tikus) pada kapal barang yang berlabuh di pelabuhan Belawan.

5. Untuk mengetahui bentuk pengawasan dan pengendalian yang dilakukan oleh pihak KKP.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Memberikan sumbangan masukan kepada Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Medan khususnya dan Kantor Kesehatan Pelabuhan lainnya dalam ketelitian untuk menginspeksi kapal sehingga keadaan kapal benar-benar bebas dari vektor penyakit.

2. Memberikan sumbangan pengetahuan bagi awak kapal untuk lebih memperhatikan keadaan sanitasi kapal yang ditumpangi agar tidak menjadi tempat perkembangbiakan vektor penyakit.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Retribusi parkir Kota Tasikmalaya memberikan kontribusi yang cukup berarti untuk kelangsungan pembangunan daerah, karena retribusi parkir juga memiliki pengaruh bagi

1) Pertama; kegiatan pelestarian pada aspek yang dalam kondisi tetap dan tingkat perubahan kecil, dipertahankan dan dikembalikan ke kondisi asli untuk memperkuat

Penyelesaian sengketa mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum di Pengadilan Negeri disebabkan oleh perbuatan melanggar

untuk mendapatkan klarifikasi untuk mendapatkan klarifikasi tentang kehidupan masyarakat tentang kehidupan masyarakat aman praaksara" perse$aran aman praaksara"

sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi,

Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 28 Oktober 2020

Variabel IRR secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa triwulan I tahun 2013 sampai