• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMKN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMKN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS TERHADAP

HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMKN

Khoirul Qudsiyah, dan Fitriani

Pendidikan Matematika STKIP PGRI Pacitan Email: azril.dito@gmail.com

Email: fitria37@gmail.com

Abstrak— Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan komunikasi matematis terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif atau expost facto dengan teknik pengumpulan data menggunakan tes. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan simple random sampling. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Negeri Bandar sebanyak 3 kelas yang berjumlah 96 siswa. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes kemampuan komunikasi matematis. Teknik analisa data menggunakan uji one way anova berbantuan program SPSS 16.0 for windows. Prasyarat analisisnya menggunakan uji normalitas dan uji homogenitas. Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi mendapatkan hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis sedang dan rendah.

Kata Kunci—kemampuan komunikasi matematis, siswa, hasil belajar matematika

I. PENDAHULUAN

Matematika adalah pola berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, matematika juga adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan jelas, cermat, akurat, dengan simbol yang padat, pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat atau teori dibuat secara deduktif (Jihad, 2008: 152). Matematika merupakan salah satu pelajaran yang memiliki karakteristik abstrak, oleh karena itu kemampuan komunikasi matematis siswa sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran untuk dapat memahami dan menyampaikan ide-ide matematis dengan baik.

brought to you by CORE

View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk

(2)

Secara umum komunikasi merupakan suatu cara untuk menyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima pesan untuk memberitahukan pendapat baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media. Sanjaya (2012: 81) menyatakan bahwa komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari sumber (pembawa pesan) ke penerima pesan dengan maksud untuk memengaruhi penerima pesan. Komunikasi dapat secara langsung (lisan) dan tak langsung melalui media atau tulisan. Makna suatu komunikasi adalah aktifitas untuk mencapai tujuan komunikasi itu sendiri. Dengan demikian proses komunikasi tidak terjadi secara kebetulan melainkan dirancang dan diarahkan kepada pencapaian tujuan.

Tujuan umum pembelajaran matematika yang telah dirumuskan National Council of Teacher of Mathematics (Hodiyanto, 2017: 10), adalah belajar untuk berkomunikasi (mathematical communication). Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menghubungkan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide matematika; menjelaskan ide, situasi dan relasi matematik baik secara lisan maupun tulisan dalam bentuk gambar atau grafik; menjelaskan serta membuat pertanyaan tentang matematika yang dipelajari dari suatu situasi yang diberikan (Elida, 2012: 181).

Berkomunikasi harus dipikirkan bagaimana caranya agar pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh orang yang akan menerima pesan tersebut. Seseorang yang menyampaikan pesan dapat menggunakan dengan berbagai macam bahasa dalam pengembangan kemampuan berkomunikasi, salah satunya adalah bahasa matematika. Komunikasi dalam bidang matematika diartikan sebagai suatu peristiwa yang saling berhubungan atau dialog yang terjadi dalam suatu lingkungan kelas dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi matematika yang dipelajari di kelas. Pihak yang terlibat dalm peristiwa di dalam lingkungan kelas antara siswa dengan guru maupun siswa dengan siswa.

Menurut National Council of Teachers of Mathematics (NCTM, 2000), standar proses dari pembelajaran matematika adalah bahwa setelah mendapat pembelajaran matematika siswa diharapkan mendapat kemampuan problem solving, reasoning and proof, komunikasi, koneksi dan representasi. Komunikasi merupakan bagian penting dari pendidikan matematika sebab komunikasi merupakan sebuah jalan untuk berbagi ide dan mengklarifikasi pemahaman matematika. Komunikasi matematis merupakan kemampuan siswa dalam menjelaskan suatu algoritma dan cara unik untuk memecahkan masalah, kemampuan siswa mengkonstruksikan dan menjelaskan sajian nyata secara grafis, kata-kata atau kalimat, persamaan, dan tabel. Kemampuan komunikasi matematis siswa dapat diartikan sebagai suatu kemampuan siswa dalam menyampaikan sesuatu yang diketahui melalui peristiwa dialog dalam lingkungan kelas, dimana terjadi pengalihan pesan. Pesan yang dialihkan berisi tentang materi

(3)

matematika yang dipelajari siswa, misalnya berupa konsep, rumus, atau strategi penyelesaian suatu masalah.

Komunikasi matematis adalah cara bagi siswa untuk mengomunikasikan ide-ide

pemecahan masalah, strategi maupun solusi matematika baik secara tertulis maupun lisan. Sedangkan, kemampuan komunikasi matematis dalam pemecahan masalah dapat dilihat ketika siswa dapat menggunakan bahasa matematika untuk menyatakan ide matematika dengan tepat. Kemampuan komunikasi matematis menunjang kemampuan-kemampuan matematis yang lain, misalnya kemampuan pemecahan masalah. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka suatu masalah akan lebih cepat bisa direpresentasikan dengan benar dan hal ini akan mendukung untuk penyelesaian masalah. Hulukati (2005) menyatakan bahwa kemampuan komunikasi matematis merupakan syarat untuk memecahkan masalah, artinya jika siswa tidak dapat berkomunikasi dengan baik memaknai permasalahan maupun konsep matematika maka ia tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Berkaitan dengan hal tersebut, Pugalee (2001 : 12) menyatakan bahwa agar siswa bisa terlatih kemampuan komunikasi matematisnya, maka dalam pembelajaran siswa perlu dibiasakan untuk memberikan argumen atas setiap jawabannya serta memberikan tanggapan atas jawaban yang diberikan oleh orang lain, sehingga apa yang dipelajari lebih bermakna.

Kemampuan komunikasi dalam pembelajaran matematika merupakan masalah yang sering dialami siswa di sekolah. Siswa yang mengalami kesulitan dalam mengkomunikasikan ide atau gagasannya akan mengalami kesulitan juga dalam menyelesaikan masalah matematika. Kemampuan komunikasi matematis yang rendah akan mengakibatkan hasil belajar matematika juga rendah. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin mengetahui manakah hasil belajar siswa yang lebih baik antara kemampuan komunikasi matematis tinggi, sedang, dan rendah.

II. METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kausal komparatif atau expost facto. Penelitian ex-post facto adalah penelitian tentang variabel yang kejadiannya sudah terjadi sebelum penelitian dilaksanakan (Arikunto, 2013: 17). Penelitian dilakukan untuk menguji pengaruh kemampuan komunikasi matematis terhadap hasil belajar matematika.

Penelitian dilaksanakan di SMKN Bandar Kabupaten Pacitan Provinsi Jawa Timur. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN Bandar. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Menurut Sugiyono (2015: 120)

(4)

Simple random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Variabel yang dikaji pada penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas (independent variable) dan satu variabel terikat (dependent variable). Variabel bebas pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis serta variabel terikatnya yaitu hasil belajar siswa.

Teknik pengumpulan data menggunakan tes. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2013: 193). Instrumen yang digunakan berupa tes kemampuan komunikasi matematis dan hasil belajar matematika. Untuk menganalisis perolehan data tentang data kemampuan komunikasi matematis siswa, menggunakan uji One way anova dengan taraf signifikansi α = 0,05. Uji prasyarat yang digunakan adalah uji normalitas dengan statistik uji Shapiro Wilk, dan uji homogenitas dengan statistik uji Levene Statistic. Pengolahan data menggunakan program SPSS 16.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan output pada SPSS 16.0 diperoleh hasil analisis data sebagai berikut. Tabel 1. Uji Normalitas

kemampuan_komunikasi_matematis

Shapiro-Wilk

Statistic df Sig.

Skor kemampuan komunikasi matematis

tinggi .886 9 .180

kemampuan komunikasi matematis

sedang .953 42 .085

kemampuan komunikasi matematis

rendah .945 11 .587

a. Lilliefors Significance Correction

*. This is a lower bound of the true significance.

Berdasarkan hasil output SPSS pada uji normalitas diperoleh Sig. (0,180) > α (0,05) untuk kemampuan komunikasi matematis tinggi, Sig. (0,085) > α (0,05) untuk kemampuan komunikasi matematis sedang, dan Sig. (0,587) > α (0,05) untuk kemampuan komunikasi matematis rendah, artinya sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Tabel 2. Deskripsi data kemampuan komunikasi matematis tinggi

Kategori Descriptives Statistic Std.error

kemampuan komunikasi matematis tinggi

Mean 50,5556 0,50308

Median 50,5062

(5)

Berdasarkan hasil output SPSS pada kemampuan komunikasi matematis tinggi diperoleh nilai rata-rata 50,5556, nilai mediannya 50,5062, dan variansinya adalah 2,278

Tabel 3.Deskripsi data kemampuan komunikasi matematis sedang

Kelas Descriptives Statistic Std.error

kemampuan komunikasi matematis sedang

Mean 40,5714 0,54862

Median 41,0000

Variance 12,641

Berdasarkan hasil output SPSS pada kemampuan komunikasi matematis sedang diperoleh nilai rata-rata 40,5714, nilai mediannya 41,000, dan variansinya adalah 12,641.

Tabel 4.Deskripsi data kemampuan komunikasi matematis rendah

Kelas Descriptives Statistic Std.error

kemampuan komunikasi matematis rendah

Mean 28,7273 1.00987

Median 29.0000

Variance 11,218

Berdasarkan hasil output SPSS pada kemampuan komunikasi matematis rendah diperoleh nilai rata-rata 28,7273, nilai mediannya 29,000, dan variansinya adalah 11,218.

Tabel 5. Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.935 2 59 .153

Berdasarkan hasil output SPSS pada uji homogenitas diperoleh Sig. (0,153) > α (0,05), artinya sampel berasal dari populasi yang homogen.

Tabel 6. One way Anova HASIL BELAJAR MTK

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups 3608.152 2 1804.076 15.353 .000

Within Groups 6932.768 59 117.505

Total 10540.919 61

Tabel tersebut menunjukkan bahwa signifikansi 0,000 < α (0,05) . Ini berarti siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis sedang dan rendah.

(6)

Data hasil penskoran tes komunikasi matematis dikategorikan terlebih dahulu yaitu kategori tinggi, sedang, dan rendah sesuai dengan teori Azwar (2010: 109). Setelah itu data dengan kategori kemampuan komunikasi matematis tinggi, sedang, dan rendah di uji normalitasnya. Statistik uji yang digunakan adalah Shapiro Wilk dengan tingkat signifikansi α = 0,05. Diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,180 > α = 0,05 untuk kemampuan komunikasi matematis tinggi, signifikansi sebesar 0,085 > α = 0,05 untuk kemampuan komunikasi matematis sedang, dan signifikansi 0,587 > α = 0,05 untuk kemampuan komunikasi matematis rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Setelah itu dilakukan uji homogenitas dengan statistik uji Levene Statistic dan tingkat signifikansi α = 0,05. Diperoleh nilai sig. 0, 153 > α = 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel berasal dari populasi yang homogen. Setelah dilakukan uji prasyarat tersebut maka dilanjutkan uji One Way Anova dengan tingkat signifikansi α = 0,05 . Diperoleh hasil signifikansi 0,000 < α (0,05) . Ini berarti siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis sedang dan rendah.

IV. KESIMPULAN

Simpulan hasil penelitian ini adalah siswa dengan kemampuan komunikasi matematis tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik daripada siswa dengan kemampuan komunikasi matematis sedang dan rendah.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Elida, Nunun. 2012. Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Think-Talk-Write (Ttw). Jurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung. Vol 1 No. 2 tahun 2012. http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/ infinity/article/ view/17. Di unduh pada 4 Januari 2019.

Hulukati, E. 2005. Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Dan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Smp Melalui Model Pembelajaran Generatif. Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia.

Hodiyanto. 2017. Kemampuan Komunikasi Matematis Dalam Pembelajaran Matematika.

Jurnal AdMathEdu. Vol.7 No.1 tahun 2017. http://journal.

uad.ac.id/index.php/AdMathEdu/article/view/7397. Di unduh pada 4 Januari 2019.

Jihad, Asep. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika (Ditinjau teoritis dan Historis). Yogyakarta : Multi Pressindo.

NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston: The National Council of Teachers of Mathematics, Inc.

Pugalee, K. D. 2001. Using Communication to Develop Students Mathematical Literacy Mathematics Teaching in The Middle School. Vol. 6 No. 5: 296-299.

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Tabel 1. Uji Normalitas
Tabel 4.Deskripsi data kemampuan komunikasi matematis rendah  Kelas  Descriptives  Statistic  Std.error  kemampuan  komunikasi

Referensi

Dokumen terkait

Statistik rumah sakit yaitu statistik yang bersumber pada data rekam medis sebagai informasi kesehatan yang digunakan untuk memperoleh kapasitas bagi praktisi

Pengaruh Konsentrasi Pelarut (n-Heksana) terhadap Rendemen Hasil Ekstraksi Minyak Biji Alpukat untuk Pembuatan Krim Pelembab Kulit (Suratmin Utomo).. PENGARUH KONSENTRASI

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama hemodialisa dengan kepatuhan pembatasan asupan cairan pada pasien hemodialisa di RS PKU

Hal ini berarti uang dari pidana denda yang dibayarkan oleh korporasi pelaku pembuangan limbah B3 harus disetor ke kas negara dan pencairanya untuk pemulihan lingkungan

Materi tersebut diatas adalah sebuah paket pembelajaran foniks sebagai bagian dari mata pelajaran Bahasa Inggris di sekolah yang diperuntukkan bagi siswa-siswi kelas 1 dan 2

Cari lokasi fotokopi yang optimal, jika diketahui koordinat centroid masing-masing divisi dan rata-rata trafic penggunaan ke fotokopi baru per divisi.. Asumsi jarak yang

Gambar 5.17 sketsa 2 yang menunjukkan aktivitas erupsi Gunung

Selanjutnya menyelesaikan studi S2 pada Program Magister Sains Fakultas Ekonomi &amp; Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dengan konsentrasi Manajemen Sumber