• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP MANAJEMEN LABA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT, DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP MANAJEMEN LABA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN, KUALITAS AUDIT,

DAN FAKTOR LAINNYA TERHADAP MANAJEMEN LABA

JASTIN ITA TRISNAWATI DICKY SUPRIATNA

Trisakti School of Management [email protected]

This research aims to obtain empirical evidence regarding the effect of firm size, financial leverage, firm age, return on assets, free cash flow, audit quality, managerial ownership, institutional ownership, and board size on earnings management. This research uses 118 non-financial companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX) during 2017-2019 as a sample with purposive sampling as the sampling method. The source of this research data is from www.idx.co.id and hypotheses were analyzed using the multiple regression method. The results of this research indicate that financial leverage, return on assets, and free cash flow affect earnings management. Firm size, firm age, audit quality, managerial ownership, institutional ownership, and board size show no effect on earnings management.

Keywords: Firm characteristics, audit quality, managerial ownership, institutional

ownership, the board size, and earnings management.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan, financial leverage, umur perusahaan, return on assets, arus kas bebas, kualitas audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan board size terhadap manajemen laba. Penelitian ini menggunakan 118 perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2017-2019 sebagai sampel dengan menggunakan purposive sampling sebagai metode pengambilan sampel. Data penelitian bersumber dari situs www.idx.co.id dan hipotesis dianalisis menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa financial leverage, return on assets, dan arus kas bebas berpengaruh terhadap manajemen laba. Ukuran perusahaan, umur perusahaan, kualitas audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan board size menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap manajemen laba.

Kata kunci: Karakteristik perusahaan, kualitas audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, board size, dan manajemen laba.

(2)

2 PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan laporan yang menjadi sumber informasi kondisi keuangan serta kinerja perusahaan bagi pihak eksternal (Agustia 2013). Laba merupakan pengukuran dari ringkasan kinerja perusahaan yang dijadikan dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, seperti investor atau kreditur yang menilai seberapa baik suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya.

Manajemen laba merupakan intervensi manajemen dalam proses pelaporan keuangan dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat bagi dirinya sendiri atau perusahaan (Bassiouny 2016). Laporan keuangan yang sudah dimanipulasi sehingga terlihat lebih baik akan berdampak buruk bagi investor yang menjadikan laporan keuangan sebagai acuan dalam mengambil keputusan.

Salah satu kasus manajemen laba di Indonesia adalah yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia pada laporan keuangan tahun 2018. Pada laporan keuangan PT Garuda, ada pengakuan pendapatan atas kerja sama antara PT Mahata Aero Teknologi dan PT Citilink sebesar USD 239.940.000. PT Mahata belum melakukan pembayaran hingga akhir tahun 2018, sehingga pendapatan tersebut tidak dapat diakui dalam tahun buku 2018 (Melani 2019).

Menurut Healy dan Wahlen (1999) manajemen laba terjadi saat pihak manajemen mempertimbangkan penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran laba yang dilaporkan. Penelitian mengenai manajemen laba telah banyak dilakukan dan terdapat kesenjangan penelitian antara satu dengan lainnya akibat dari banyaknya faktor dan perbedaan lingkup penelitian yang dapat mempengaruhi manajemen laba. Penelitian ini bertujuan

untuk memberikan bukti empiris mengenai pengaruh ukuran perusahaan,

financial leverage, umur perusahaan, return on assets, arus kas bebas, kualitas

audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan board size terhadap manajemen laba pada perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2017-2019.

Teori Agensi

Menurut Jensen dan Meckling (1976), Teori agensi menunjukkan adanya hubungan antara principal dengan agent. Principal adalah pemegang saham yang memberikan wewenang kepada agent untuk mengambil keputusan atas pengelolaan perusahaan. Agent adalah pihak manajemen yang diberikan kepercayaan atas pengambilan keputusan. Kedua belah pihak, principal dan agent yang ingin memaksimalkan kepentingannya masing masing, dimana principal ingin mensejahterahkan dirinya dengan profitabilitas perusahaan yang terus meningkat, sedangkan agent ingin memaksimalkan kebutuhan ekonomi perusahaan dengan memperoleh investasi, pinjaman, maupun kontrak kompensasi, oleh sebab itu manajemen melakukan manajemen laba untuk meningkatkan laba dalam laporan keuangan sehingga terlihat baik di mata investor sehingga tertarik untuk berinvestasi. Adanya perbedaan kepentingan principal dengan agent menimbulkan konflik kepentingan.

Konflik kepentingan terus meningkat karena principal tidak dapat mengawasi secara langsung aktivitas manajemen untuk memastikan pihak manajemen bekerja sesuai dengan keinginannya. Perbedaan kepentingan tersebut menimbulkan biaya keagenan

(3)

3 seperti monitoring cost, bonding cost, dan

residual lost. Monitoring cost merupakan

biaya yang muncul atas aktivitas pengawasan manajemen yang dilakukan oleh pemegang saham. Bonding cost merupakan biaya ditanggung manajemen untuk meyakinkan pemegang saham bahwa perusahaan telah berjalan sebagaimana mestinya. Residual lost merupakan kerugian yang muncul akibat adanya hubungan keagenan yang mempengaruhi kesejahteraan pemegang saham.

Biaya keaganean yang timbul karena manajemen bertindak tidak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, dapat diminimalkan dengan kebijakan tata kelola yang mengatur tindakan manajemen. Tata kelola yang baik diharapkan dapat menurunkan biaya agensi.

Manajemen Laba

Manajemen laba merupakan aktivitas yang dilakukan manajemen untuk kepentingan perusahaan. Hal ini dapat berupa menggunakan kebijakan akuntansi dalam meningkatkan laba atau mengurangi kerugian yang akan dilaporkan (Agustia 2013).

Healy dan Wahlen (1999) menjelaskan bahwa manajemen laba terjadi saat pihak manajemen mempertimbangkan penyusunan laporan keuangan dengan tujuan untuk memanipulasi besaran laba yang dilaporkan. Laporan keuangan yang sudah dimanipulasi yang terlihat lebih baik akan berdampak kepada pemangku kepentingan seperti investor karena para investor menggunakan laporan keuangan sebagai salah satu acuan dalam mengambil keputusan.

Ukuran Perusahaan dan Manajemen Laba

Ukuran perusahaan merupakan skala yang menentukan besar atau kecilnya suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat diukur dari total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar. Besarnya modal yang ditanamkan pada perusahaan, akan meningkatkan jumlah penjualan sehingga akan meningkatkan perputaran uang di perusahaan. Perusahaan yang memiliki kapitalisasi pasar yang besar akan semakin dikenal oleh publik (Guna dan Herawaty 2010).

Perusahaan yang besar cenderung memiliki pengendalian internal yang lebih baik karena mempekerjakan auditor internal yang lebih berkompeten dibanding perusahaan kecil. Pengendalian yang efektif membuat laporan keuangan menjadi dapat lebih diandalkan, hal ini akan mengurangi kemampuan manajemen dalam memanipulasi laporan keuangan. Perusahaan besar juga cenderung diaudit oleh Kantor Akuntan Publik Big Four, hal ini dapat membantu mencegah manajemen untuk melakukan manajemen laba karena kualitas audit yang baik. Perusahaan besar memiliki tekanan yang lebih besar dalam memenuhi harapan analis. Perusahaan besar memiliki kekuatan negosiasi yang lebih tinggi kepada perusahaan audit (Bassiouny 2016).

H1: Terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap manajemen laba.

Financial leverage dan Manajemen

Laba

Definisi financial leverage adalah perbandingan antara total kewajiban dengan total aset perusahaan (Yuliana dan Trisnawati 2015). Menurut Guna dan Herawaty (2010), semakin besar tingkat

(4)

4 manajemen melakukan manajemen laba juga semakin tinggi.

Rasio leverage menunjukan perbandingan antara jumlah utang yang digunakan sebagai pendanaan operasional perusahaan. Semakin tinggi nilai dari rasio leverage, semakin tinggi juga risiko yang ditanggung perusahaan dalam memperoleh laba di masa mendatang karena ketidakpastian dalam memperoleh laba semakin meningkat seiring meningkatnya risiko (Agustia 2013).

H2: Terdapat pengaruh financial leverage terhadap manajemen laba.

Umur Perusahaan dan Manajemen Laba

Umur perusahaan dapat dilihat dari berapa lama perusahaan tersebut berdiri. Perusahaan yang sudah lama berada di pasar cenderung tidak melakukan manajemen laba dibanding pendatang baru. Perusahaan yang sudah lama di pasar memiliki nama baik yang harus mereka lindungi, mereka juga sudah paham tentang aturan dan etika yang mengatur kegiatan mereka (Bassiouny 2016).

Perusahaan yang sudah lama berada di dalam pasar memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam melaporkan informasi perusahaan kepada publik (Nasir et al. 2013). Salah satu informasi yang disajikan kepada publik salah satunya adalah laporan keuangan. Hal ini memicu perusahaan yang sudah lama berada di dalam pasar melakukan aktivitas manajemen laba. H3: Terdapat pengaruh umur perusahaan terhadap manajemen laba

Return on Assets dan Manajemen Laba

Return on assets merupakan

salah satu pengukuran yang menunjukkan seberapa baik atau buruk

kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba serta mengukur seberapa baik atau buruk kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan aktiva yang dimiliki (Yuliana dan Trisnawati 2015). Return on

assets dapat dijadikan alat ukur kinerja

perusahaan, hal ini dapat dilihat dari laba bersih yang diperoleh dalam penggunaan aset.

Return on assets adalah bagian

dalam rasio profitabilitas, dimana return

on assets mengukur kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan laba menggunakan modal yang diinvestasikan dalam bentuk aset. Return on assets merupakan pengukuran yang paling penting diantara pengukuran profitabilitas lainnya karena dapat menunjukan kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba menggunakan asetnya (Kamal 2016). H4: Terdapat pengaruh return on assets terhadap manajemen laba.

Arus Kas Bebas dan Manajemen Laba Arus kas bebas merupakan arus kas aktual yang akan didistribusikan pada investor setelah perusahaan melakukan investasi dan modal kerja yang berguna untuk kelangsungan hidup perusahaan menurut (Agustia 2013). Manajemen laba cenderung lebih sering terjadi apabila terjadi surplus pada arus kas bebas bertujuan menutupi kinerja manajemen yang kurang optimal (Pradipta 2019).

Arus kas bebas merupakan dana yang tidak lagi diperlukan untuk pendanaan operasi. Karena arus kas diolah oleh pihak manajemen, maka akan muncul konflik kepentingan. Manajemen ingin memperlihatkan kinerja yang baik kepada publik, sehingga dana ini disalurkan kembali kepada proyek-proyek yang akan meningkatkan kinerja perusahaan serta intensif atau bonus yang diterima pihak manajemen atas

(5)

5 penyelesaian proyek-proyek tersebut (Arieska dan Gunawan 2011).

H5: Terdapat pengaruh arus kas bebas terhadap manajemen laba.

Kualitas Audit dan Manajemen Laba Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Arifin dan Destriana (2016) kualitas audit adalah kemampuan auditor dalam menemukan dan menyajikan laporan tentang ada tidaknya suatu pelanggaran pada sistem akuntansi perusahaan. Tujuan dari laporan keuangan diaudit adalah untuk memastikan integritas dari laporan keuangan yang disajikan perusahaan.

Kualitas audit yang tinggi meningkatkan rasa kepercayaan investor terhadap laporan keuangan perusahaan yang dijadikan acuan untuk mengambil keputusan (Agustina 2015). Kualitas audit yang baik akan lebih baik dalam menemukan salah saji dan kejanggalan dalam laporan keuangan, jadi kualitas audit yang baik dapat menjadi halangan bagi perusahaan dalam memanipulasi laba (Bassiouny 2016).

H6: Terdapat pengaruh kualitas audit terhadap manajemen laba.

Kepemilikan Manajerial dan Manajemen Laba

Kepemilikan manajerial merupakan jumlah saham yang dimiliki oleh manajer, direktur, maupun komisaris. Kepemilikan oleh manajemen akan mengurangi aktivitas manajemen laba karena manajer juga memiliki kepentingan atas saham mereka di perusahaan tersebut (Firnanti et al. 2019). Menurut Ahmed (2009) kepemilikan manajerial dapat berfungsi sebagai pengawasan internal. Pengawasan dari internal ini akan mengurangi konflik keagenan. Karena pihak manajemen memiliki bagian dari

kepemilikan perusahaan, manajemen akan mempertimbangkan risiko dari keputusan yang dibuat. Salah satu keputusannya adalah memanipulasi laba. H7: Terdapat pengaruh kepemilikan manajemen dengan manajemen laba Kepemilikan Institusional dan Manajemen Laba

Menurut Firnanti et al. (2019) kepemilikan institusional adalah kepemilikan yang dimiliki oleh lembaga, seperti pemerintah, lembaga keuangan, badan hukum, lembaga asing, dan lembaga lainnya. Kepemilikan institusional meningkatkan pengawasan yang lebih baik terhadap pihak manajemen. Pengawasan tersebut menjamin kemakmuran bagi pemegang saham karena kepemilikannya yang cukup besar dalam pasar modal.

Kepemilikan institusional berfungsi sebagai salah satu pengawasan terhadap aktivitas manajemen laba. Besarnya saham yang dimiliki oleh institusi akan menurunkan kecenderungan perusahaan melakukan manajemen laba (Agustina 2015). H8: Terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen laba.

Board size dan Manajemen Laba

Board size adalah banyaknya

dewan komisaris yang terdapat dalam suatu perusahaan. Dewan komisaris adalah salah satu bentuk pengendalian internal. Dewan komisaris akan mengawasi aktivitas perusahaan, sehingga dengan adanya dewan komisaris kemungkinan manajemen untuk melakukan manajemen laba akan menurun (Aygun et al. 2014).

Fungsi dewan komisaris adalah untuk mengawasi jalannya perusahaan apakah sudah sesuai dengan prinsip

(6)

6 komisaris harus independen, sehingga dapat mencegah terjadinya agency

problem. Jumlah dewan komisaris yang

terlalu banyak akan membuat pengawasan menjadi tidak efektif. Hal ini

dikarenakan semakin sulit dewan komisaris untuk mengambil keputusan serta berkomunikasi (Putra 2015). H9: Terdapat pengaruh board size terhadap manajemen laba.

Model Penelitian

Gambar 1 Model Penelitian

METODA PENELITIAN

Metoda Pemilihan Sampel dan Pengumpulan Data

Bentuk penelitian ini adalah kausalitas. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non-keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2017 sampai dengan 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yang diambil berdasarkan

kriteria-kriteria pemilihan sampel pada tabel 1, sehingga didapatkan 118 perusahaan dengan total data sebanyak 354 data penelitian.

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Manajemen laba merupakan keputusan yang diambil pihak manajemen untuk menggunakan kebijakan akuntansi guna mencapai tujuan tertentu (Agustia 2013). Pengukuran manajemen laba dalam penelitian ini diukur menggunakan

discretionary accruals yang dihitung

menggunakan modified jones model (1991). Model ini dipresentasikan oleh Dechow et al. (1995) dengan rumus sebagai berikut: TACCit = NIit - OCFit Ukuran perusahaan Financial leverage Umur perusahaan Return on assets

Arus kas bebas Kualitas audit Kepemilikan manajerial Kepemilikan institusional

Manajemen laba

(7)

7 TACCit /Ait-1= α1(1/Ait-1) + α2(ΔREVit -

ΔRECit) /Ait-1+ α3(PPEit / Ait-1) + e NDACCit / Ait-1 = α1(1/Ait-1) + α2(ΔREVit

-ΔRECit) /Ait-1 + α3(PPEit / Ait-1) DACCit = TACCit - NDACCit

TACCit total akrual, NIit laba bersih, OCFit arus kas operasi, PPEit aktiva tetap perusahaan i pada tahun t, ΔREVit pendapatan perusahaan i tahun t dikurang pendapatan tahun t-1, ΔRECit piutang perusahaan i tahun t dikurang piutang tahun t-1, Ait-1 total aset perusahaan i pada tahun t-1, α1-α3

regression parameters, e error term,

NDACCit non-discretionary accruals perusahaan i pada tahun t, DACCit

discretionary accruals.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan Trisnawati (2015), ukuran perusahaan merupakan ukuran besar kecilnya perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan, nilai pasar saham perusahaan, dan lain-lain. Ukuran perusahaan dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok antara lain kecil, menengah, dan besar. Variabel ukuran perusahaan dilambangkan FSIZE. Ukuran perusahaan diukur menggunakan skala rasio. Menurut Bassiouny (2016), ukuran perusahaan dapat diukur dengan persamaan berikut:

FSIZE = Logaritma natural dari total aset Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan Trisnawati (2015),

financial leverage adalah rasio dari total

kewajiban dengan total aset. Variabel

financial leverage dilambangkan FLEV. Financial leverage diukur menggunakan

skala rasio. Menurut Bassiouny (2016),

financial leverage dapat diukur dengan

rumus berikut:

FLEV= Total utangTotal aset

Pada penelitian yang dilakukan oleh Bassiouny (2016), umur perusahaan adalah lamanya suatu perusahaan berada di dalam pasar. Variabel umur perusahaan dilambangkan FAGE. Umur perusahaan diukur menggunakan skala rasio. Menurut Bassiouny (2016), umur perusahaan dapat diukur dengan persamaan berikut:

FAGE = Logaritma dari lamanya tahun perusahaan berdiri

Pada penelitian yang dilakukan oleh Yuliana dan Trisnawati (2015), return

on assets merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba serta untuk mengukur performa perusahaan dalam menghasilkan laba melalui penggunaan aktiva yang dimiliki (Yuliana dan Trisnawati 2015). Variabel

return on assets dilambangkan ROA. Return on assets diukur menggunakan

skala rasio. Menurut Firnanti et al. (2019),

return on assets dapat diukur dengan

rumus berikut:

ROA= Laba bersih setelah pajakTotal aset Pada penelitian yang dilakukan oleh Bukit dan Nasution (2015), arus kas bebas merupakan arus kas yang terdistribusi pada investor setelah perusahaan melakukan investasi. Manajemen sering menggunakan arus kas bebasnya untuk kegiatan investasi yang menguntungkan bagi perusahaan dibandingkan untuk membagi dividen

(8)

8 kepada para investor. Investor mempercayai bahwa perusahaan yang memiliki arus kas bebas yang tinggi akan meningkatkan keuntungan investasinya. Variabel arus kas bebas dilambangkan FCF. Arus kas bebas diukur menggunakan skala rasio. Menurut Bukit dan Nasution (2015), arus kas bebas dapat diukur dengan rumus berikut:

FCF =

Laba sebelum bunga dan pajak -depresiasi - amortisasi

Saldo awal total aset Pada penelitian yang dilakukan oleh Arifin dan Destriana (2016) kualitas audit adalah kemampuan auditor dalam menemukan dan menyajikan laporan tentang ada tidaknya suatu pelanggaran pada pelaporan keuangan perusahaan. Variabel kualitas audit dilambangkan AUQUL. Kualitas audit diukur menggunakan skala nominal. Menurut Bassiouny (2016), kualitas audit dapat diukur dengan persamaan berikut:

0 = Perusahaan diaudit oleh KAP

Non-Big Four

1 = Perusahaan diaudit oleh KAP Big

Four

Pada penelitian yang dilakukan oleh Firnanti et al. (2019), kepemilikan manajerial adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen. Variabel kepemilikan manajerial dilambangkan MO. Kepemilikan manajerial diukur menggunakan skala rasio. Menurut Arifin dan Destriana (2016), kepemilikan manajerial dapat diukur dengan persamaan berikut:

MO =

Kepemilikan saham oleh manajemen Total saham beredar

Pada penelitian yang dilakukan oleh Firnanti et al. (2019), kepemilikan institusional adalah jumlah saham yang dimiliki oleh lembaga seperti pemerintah, lembaga keuangan, badan hukum, lembaga asing, dan lembaga lainnya. Variabel kepemilikan institusional dilambangkan IO. Kepemilikan institusional diukur menggunakan skala rasio. Menurut Firnanti et al. (2019), kepemilikan institusional dapat diukur dengan rumus berikut:

IO =

Kepemilikan saham oleh institusi

Total saham beredar

Pada penelitian yang dilakukan oleh Aygun et al. (2014), board size adalah jumlah dari dewan komisaris, merupakan bagian dari pengendalian internal yang bertugas mengawasi jalannya perusahaan sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya manajemen laba dalam perusahaan. Variabel board size dilambangkan BZ.

Board size diukur menggunakan skala

rasio. Menurut Firnanti et al. (2019), board

size dapat diukur dengan persamaan

berikut:

BZ = Jumlah dewan komisaris HASIL PENELITIAN

Hasil statistik deskriptif ditampilkan pada tabel 2 dan 3.

Tabel 4 menunjukkan hasil pengujian normalitas data residual sebelum uji outlier dengan jumlah data penelitian sebanyak 354 data. Nilai

asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,000

dimana lebih kecil dari alpha (α) sebesar 0,05 yang menunjukkan bahwa data penelitian tidak berdistribusi normal. Data residual yang tidak berdistribusi normal perlu dilakukan uji outlier. Tabel 5

(9)

9 merupakan hasil uji normalitas data residual setelah melakukan uji outlier dengan jumlah data penelitian sebanyak 347 data. Nilai asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,028 dimana lebih kecil dari pada alpha (α) sebesar 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa data penelitian tidak berdistribusi secara normal serta data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil uji normalitas data residual sebelum uji

outlier.

Tabel 6 merupakan hasil pengujian multikolinearitas. variabel ukuran perusahaan (FSIZE), financial

leverage (FLEV), umur perusahaan

(FAGE), kualitas audit (AUQUL), kepemilikan manajemen (MO), kepemilikan institusional (IO), dan board

size (BZ) memiliki nilai tolerance > 0,1 dan

VIF < 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinearitas pada variabel independen dalam penelitian ini. Variabel return on assets (ROA) dan arus kas bebas (FCF) memiliki nilai tolerance ≤ 0,1 dan VIF ≥ 10 sehingga dapat disimpulkan kedua variabel tersebut saling berhubungan atau saling berkorelasi. Multikolinearitas dalam penelitian ini terjadi karena variabel return

on assets (ROA) dan arus kas bebas

(FCF) menggunakan pengukuran yang serupa dengan sama-sama menggunakan laba bersih dan total aset.

Tabel 7 merupakan hasil pengujian autokorelasi. Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai signifikansi (Sig.) RES_2 sebesar 0,106, dimana nilai signifikansi RES_2 lebih besar dari nilai alpha (α) sebesar 0,05. Hasil tersebut menunjukkan tidak terjadinya autokorelasi pada penelitian ini dimana tidak terdapat hubungan antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1.

Tabel 8 merupakan hasil pengujian heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada tabel 8, dimana didapatkan nilai signifikansi (Sig.) variabel independen ukuran perusahaan (FSIZE), financial

leverage (FLEV), dan board size (BZ)

lebih kecil dari alpha (α) yang sebesar 0,05. Hal ini menandakan terjadinya heteroskedastisitas pada ketiga variabel independen tersebut, dimana dalam persamaan regresi, variabel ukuran perusahaan (FSIZE), financial leverage (FLEV), dan board size (BZ) tidak memiliki kesamaan varians data residual dalam persamaan regresi. Variabel independen umur perusahaan (FAGE),

return on assets (ROA), arus kas bebas

(FCF), kualitas audit (AUQUL), kepemilikan manajemen (MO), dan kepemilikan institusional (IO) memiliki nilai signifikansi (Sig.) lebih besar dari

alpha (α) yang sebesar 0,05. Hal ini

menandakan tidak terjadinya heteroskedastisitas pada variabel-variabel tersebut.

Tabel 9 merupakan hasil analisis koefisien korelasi (R). Hasil analisis koefisien korelasi dengan nilai R sebesar 0,297 dibawah 0,5. Hal ini menjelaskan hubungan yang lemah antara variabel dependen (manajemen laba) dengan variabel independen (ukuran perusahaan,

financial leverage, umur perusahaan, return on assets, arus kas bebas, kualitas

audit, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan board size). Tabel 10 merupakan hasil analisis koefisien determinasi (adjusted R2). Hasil dari analisis koefisien determinasi (adjusted R2) dengan koefisien determinasi sebesar 0,065 atau sebesar 6,5%. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel dependen (manajemen laba) dapat dijelaskan sebesar 6,5% oleh variasi variabel

(10)

10 independen (ukuran perusahaan,

financial leverage, umur perusahaan, return on assets, arus kas bebas, kualitas

audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan board size), sedangkan sisanya 0,935 atau sebesar 93,5% dijelaskan oleh variasi variabel lain di luar model penelitian.

Tabel 11 merupakan hasil pengujian statistik F. Hasil pengujian statistik F menunjukkan nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari nilai alpha (α) sebesar 0,05. Hal tersebut menunjukkan semua variabel independen (ukuran perusahaan,

financial leverage, umur perusahaan, return on assets, arus kas bebas, kualitas

audit, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan board size) dalam penelitian ini memiliki pengaruh secara serentak terhadap variabel dependen (manajemen laba)

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 12, persamaan regresi dalam model penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

DACC = 0,081 - 0,002 FSIZE - 0,070 FLEV - 0,002 FAGE - 0,712 ROA + 0,633 FCF - 0,004 AUQUL - 0,018 MO + 0,014 IO + 0,002 BZ + ε

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 12, variabel independen ukuran perusahaan (FSIZE) memiliki nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,459 dan nilai koefisiennya (B) sebesar -0,002. Nilai signifikansi (Sig.) pada variabel (FSIZE) lebih besar dari nilai alpha (α) 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan (FSIZE) tidak berpengaruh kepada variabel manajemen laba (DACC).

Berdasarkan hasil pengujian t pada tabel 12, variabel independen financial leverage (FLEV) memiliki nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,001 dan memiliki nilai koefisien (B) sebesar

-0,070. Nilai signifikansi (Sig.) pada variabel (FLEV) lebih kecil dari alpha (α) yang menunjukkan bahwa variabel financial leverage (FLEV) berpengaruh terhadap variabel manajemen laba (DACC) Nilai koefisien (B) negatif memiliki arti variabel financial leverage (FLEV) memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba (DACC). Hal ini menunjukkan nilai financial leverage yang tinggi menyebabkan turunnya aktivitas manajemen laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestari dan Murtanto (2017) yang menyatakan tingginya tingkat utang akan meningkatkan pengawasan dari kreditor sehingga menekan aktivitas manajemen laba.

Berdasarkan hasil pengujian t pada tabel 12, variabel independen umur perusahaan (FAGE) dimana nilai signifikansinya (Sig.) sebesar 0,900 serta nilai koefisienya (B) sebesar -0,002. Nilai signifikansi (Sig.) pada variabel (FAGE) lebih besar dari alpha (α) 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan (FAGE) tidak berpengaruh terhadap variabel manajemen laba (DACC).

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 12, variabel independen return on assets (ROA) besar nilai signifikansinya (Sig.) sebesar 0,000 serta memiliki nilai koefisien (B) sebesar -0,712. Nilai signifikansi (Sig.) pada variabel (ROA) lebih kecil dari alpha (α) yang menunjukkan bahwa variabel return on assets (ROA) berpengaruh terhadap variabel manajemen laba (DACC) Nilai koefisien (B) negatif memiliki arti variabel return on assets (ROA) memiliki pengaruh negatif terhadap manajemen laba (DACC). Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Gulzar dan Wang (2011), yang menjelaskan perusahaan yang memiliki

(11)

11 kemampuan kurang baik dalam menghasilkan laba, manajemen akan cenderung melakukan manajemen laba dengan menaikan laba.

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 12, variabel independen arus kas bebas (FCF) memiliki nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,000 dan memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,633. Nilai signifikansi (Sig.) pada variabel (FCF) lebih kecil dari alpha (α), sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel arus kas bebas (FCF) berpengaruh terhadap variabel manajemen laba (DACC). Nilai koefisiennya (B) positif yang berarti variabel arus kas bebas (FCF) memiliki pengaruh positif terhadap manajemen laba (DACC). Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Bukit dan Iskandar (2009) yang menyatakan tingginya tingkat arus kas bebas manajemen cenderung akan melakukan manajemen laba dengan meningkatkan laba, sebaliknya jika perusahaan memiliki arus kas bebas yang sedikit, manajemen cenderung akan melakukan manajemen laba dengan menurunkan laba.

Berdasarkan hasil pengujian t pada tabel 12, variabel independen kualitas audit (AUQUL) nilai signifikansinya (Sig.) sebesar 0,644 dan nilai koefisienya (B) sebesar -0,004. Nilai signifikansi (Sig.) pada variabel (AUQUL) lebih besar dari nilai alpha (α) 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel kualitas audit (AUQUL) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba (DACC).

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 12, variabel independen kepemilikan manajerial (MO) memiliki nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,700 dan memiliki nilai koefisien (B) sebesar -0,018. Nilai signifikansi (Sig.) pada variabel (MO) lebih besar dari nilai alpha (α) 0,05 yang

menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial (MO) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba (DACC).

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 12, variabel independen kepemilikan institusional (IO) memiliki nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,501 dan memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,014. Nilai signifikansi (Sig.) pada variabel (IO) lebih besar dari nilai alpha (α) 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional (IO) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba (DACC).

Berdasarkan hasil uji t pada tabel 12, variabel independen board size (BZ) memiliki nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,455 dan memiliki nilai koefisien (B) sebesar 0,002. Nilai signifikansi (Sig.) variabel (BZ) lebih besar dari nilai alpha (α) 0,05 yang menunjukkan bahwa variabel board size (BZ) tidak memiliki pengaruh terhadap variabel manajemen laba (DACC).

PENUTUP

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan, umur perusahaan, kualitaspen audit, kepemilikan manajemen, kepemilikan institusional, dan board size tidak berpengaruh pada manajemen laba. Sementara financial leverage, return on

assets, dan arus kas bebas berpengaruh

pada manajemen laba.

Penelitian ini tidak luput dari keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini, pertama, variasi variabel dependen hanya dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen nya sebesar 6,5%, sedangkan sisanya sebesar 93,5% dapat dijelaskan oleh variasi variabel lain di luar penelitian ini, sehingga masih terdapat banyak variabel yang mampu

(12)

12 mempengaruhi manajemen. Kedua, periode penelitian hanya selama 3 tahun dimulai dari tahun 2017 sampai dengan 2019 dan hanya mendapatkan sampel sebanyak 118 perusahaan, sehingga variabel independen kurang mampu menjelaskan variabel dependen dalam jangka panjang dan data kurang mewakili populasi. Ketiga, data residual tidak berdistribusi normal, terdapat multikolinearitas pada variabel return on

assets, dan terdapat masalah

heteroskedastisitas pada variabel ukuran perusahaan, financial leverage, dan

board size.

Berdasarkan keterbatasan penelitian ini, penulis memberikan rekomendasi, pertama, Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel independen seperti spesialisasi auditor,

audit tenure, market to book value ratio,

aliran kas operasi (Yuliana dan Trisnawati 2015). Kedua, Penelitian selanjutnya dapat menggunakan periode penelitian yang lebih panjang, misalnya 5 tahun. Ketiga, Penelitian selanjutnya dapat menambahkan data penelitian, melakukan transformasi data, dan menggunakan metode pengukuran lain untuk variabel return on assets atau arus kas bebas agar data berdistribusi normal serta terhindar dari masalah uji asumsi klasik heteroskedastisitas dan multikolinearitas.

(13)

13

REFERENCES:

Agustia, Dian. 2013. Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash Flow, Dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 15, No. 1: 27–42.

Agustina, Dewi. 2015. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Perataan Laba Pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 17, No. 1: 1–12.

Ahmed, Huson Joher Ali. 2009. Managerial Ownership Concentration and Agency Conflict Using Logistic Regression Approach: Evidence from Bursa Malaysia.” Journal of

Management Research, Vol. 1, No. 1: 1–10.

Arieska, Metha, dan Barbara Gunawan. 2011. Pengaruh Aliran Kas Bebas Dan Keputusan Pendanaan Terhadap Nilai Pemegang Saham Dengan Set Kesempatan Investasi Dan Dividen Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Vol. 13, No. 1: 13–23.

Arifin, Lavenia, dan Nicken Destriana. 2016. Pengaruh Firm Size, Corporate Governance, dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis Dan

Akuntansi, Vol. 18, No.1: 84–93.

Aygun, Mehmet, Suleyman Ic, dan Mustafa Sayim. 2014. The Effects of Corporate Ownership Structure and Board size on Earnings Management: Evidence from Turkey. International Journal of Business and Management, Vol. 9, No. 12: 123–132. Bassiouny, Sara W. 2016. The Impact of Corporate Characteristics on Environmental

Information Disclosure: An Empirical Study on the Listed Firms in Egypt. Journal of

Business and Retail Management Research, Vol. 12, No. 2: 34–45.

Bukit, Rina Br., dan Fahmi N. Nasution. 2015. Employee diff, Free Cash Flow, Corporate Governance and Earnings Management. Procedia – Social and Behavioral Sciences, Vol. 211, 585-594.

Firnanti, Friska, Kashan Pirzada, dan Budiman. 2019. Company Characteristics, Corporate Governance, Audit Quality Impact on Earnings Management. Accounting and Finance

Review, Vol. 4, No. 2: 43–49.

Guna, Welvin I, dan Herawaty Arleen. 2010. Pengaruh Mekanisme Good Corporate Governance, Independensi Auditor, Kualitas Audit dan Faktor Lainnya Terhadap Manajemen Laba. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 1: 53–68.

Healy, Paul M., dan James M. Wahlen. 1999. A Review of the Earnings Management Literature and Its Implications for Standard Setting. Accounting Horizons, Vol. 13, No. 4: 365–383.

(14)

14

Jensen, Michael C., William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3, 305–360. Kamal, M. Basri. 2016. Pengaruh Receivable Turn Over dan Debt to Asset Ratio (DAR ) Terhadap Return on assets (ROA) Pada Perusahaan Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jurnal Ilmiah Manajemen Dan Bisnis, Vol. 17, No. 2: 68– 81.

Melani, Agustina. 29 Juni 2019. 7 Fakta Gonjang-Ganjing Laporan Keuangan Garuda Indonesia. Liputan 6, (https://www.liputan6.com/bisnis/read/4000383/7-fakta-gonjang-ganjing-laporan-keuangan-garuda-indonesia, 26 Mei 2021).

Nasir, Azwir, Pipin Kurnia, dan Teguh Dheki Hakri. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, dan Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Food and Beverage Yang Terdaftar Di Bei. Jurnal Ekonomi, Vol. 21, No. 4: 1–14.

Pradipta, Arya. 2019. Manajemen Laba: Tata Kelola Perusahaan dan Aliran Kas Bebas.

Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 21, No. 2: 205–214.

Putra, Brayen Prastika Dwi. 2015. Pengaruh Dewan Komisaris, Proporsi Komisaris Independen, Terhadap Kinerja Perusahaan. Jurnal Manajemen Teori Dan Terapan, Vol. 8, No. 2: 70–85.

Yuliana, Agustin, dan Ita Trisnawati. 2015. Pengaruh Auditor Dan Rasio Keuangan Terhadap Managemen Laba. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi Vol. 17, No. 1: 33–45.

(15)

15 LAMPIRAN

Tabel 1

Hasil Pemilihan Sampel

No Kriteria Pemilihan Sampel Total

Perusahaan

Total Data 1 Perusahaan non-keuangan yang terdaftar secara

konsisten di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2016-2019.

435 1305

2 Perusahaan non-keuangan yang tidak konsisten menerbitkan laporan keuangan tahunan selama tahun 2016-2019.

(21) (63) 3 Perusahaan non-keuangan tidak memiliki tahun buku

yang berakhir pada per 31 Desember selama tahun 2016-2019.

(9) (27)

4 Perusahaan non-keuangan yang tidak menyajikan Laporan Keuangan dalam satuan mata uang rupiah selama tahun 2016-2019.

(77) (231) 5 Perusahaan non-keuangan yang tidak menghasilkan

laba selama tahun 2017-2019. (132) (396)

6 Perusahaan non-keuangan yang tidak memiliki

kepemilikan manajerial selama tahun 2017-2019. (78) (234) 7 Perusahaan non-keuangan yang tidak memiliki

kepemilikan institusional selama tahun 2017-2019. (0) (0)

Total data penelitian 118 354

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Tabel 2 Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

DACC 354 -0,3286979 0,3272380 0,0000000 0,0711738 FSIZE 354 24,6236231 33,4945330 29,2008032 1,6589507 FLEV 354 0,0525795 0,8755623 0,4491828 0,1948851 FAGE 354 0,4771213 1,9344985 1,4920233 0,2144755 ROA 354 0,0005258 0,4666014 0,0629138 0,0607734 FCF 354 -0,0541655 0,6091666 0,0769496 0,0808459 AUQUL 354 0 1 0,3587571 0,4803146 MO 354 0,0000001 0,4119809 0,0560686 0,0974803 IO 354 0,0004903 0,9991132 0,7339819 0,2156055 BZ 354 2 18 4,4463277 2,0651432

(16)

16 Tabel 3

Variabel Kualitas Auditor

Frequency Percentage

Diaudit oleh KAP Big Four 127 35,9

Diaudit oleh KAP Non-Big Four 227 64,1

Sumber: Hasil Pengolahan Data IBM SPSS 25

Tabel 4

Hasil Uji Normalitas Data Residual Sebelum Uji Outlier

Unstandardized Residual

N 354

Asymp. Sig (2-tailed) 0,000 Sumber: Hasil Pengolahan Data IBM SPSS 25

Tabel 5

Hasil Uji Normalitas Data Residual Setelah Uji Outlier

Unstandardized Residual

N 347

Asymp. Sig (2-tailed) 0,029 Sumber: Hasil Pengolahan Data IBM SPSS 25

Tabel 6

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Independen

Collinearity Statistics

Kesimpulan

Tolerance VIF

FSIZE 0,539 1,855 Tidak terjadi multikolinearitas FLEV 0,740 1,351 Tidak terjadi multikolinearitas FAGE 0,920 1,086 Tidak terjadi multikolinearitas

ROA 0,100 10,034 Terjadi multikolinearitas

FCF 0,107 9,365 Terjadi multikolinearitas

AUQUL 0,728 1,374 Tidak terjadi multikolinearitas

MO 0,631 1,586 Tidak terjadi multikolinearitas

IO 0,651 1,536 Tidak terjadi multikolinearitas

BZ 0,687 1,456 Tidak terjadi multikolinearitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data IBM SPSS 25

Tabel 7 Hasil Uji Autokorelasi

Residual Sig. Kesimpulan

RES_2 0,106 Tidak terjadi Autokorelasi

(17)

17 Tabel 8

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel Independen Sig. Kesimpulan

FSIZE 0,025 Terjadi heteroskedastisitas

FLEV 0,000 Terjadi heteroskedastisitas

FAGE 0,154 Tidak terjadi heteroskedastisitas ROA 0,410 Tidak terjadi heteroskedastisitas FCF 0,990 Tidak terjadi heteroskedastisitas AUQUL 0,214 Tidak terjadi heteroskedastisitas MO 0,844 Tidak terjadi heteroskedastisitas IO 0,512 Tidak terjadi heteroskedastisitas

BZ 0,047 Terjadi heteroskedastisitas

Sumber: Hasil Pengolahan Data IBM SPSS 25

Tabel 9

Hasil Analisis Koefisien Korelasi (R)

Model R

1 0,297

Sumber: Hasil Pengolahan Data IBM SPSS 25

Tabel 10

Hasil Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Model Adjusted R2

1 0,065

Sumber: Hasil Pengolahan Data IBM SPSS 25

Tabel 11 Hasil Uji Statistik F

Model Sig.

1 0,000

(18)

18 Tabel 12 Hasil Uji Statistik t

Variabel B Sig. Kesimpulan

(Constant) 0,081 0,352

FSIZE -0,002 0,459 Ha1 tidak diterima

FLEV -0,070 0,001 Ha2 diterima

FAGE -0,002 0,900 Ha3 tidak diterima

ROA -0,712 0,000 Ha4 diterima

FCF 0,633 0,000 Ha5 diterima

AUQUL -0,004 0,644 Ha6 tidak diterima

MO -0,018 0,700 Ha7 tidak diterima

IO 0,014 0,501 Ha8 tidak diterima

BZ 0,002 0,455 Ha9 tidak diterima

Gambar

Gambar 1 Model Penelitian
Tabel 2  Statistik Deskriptif
Tabel 11  Hasil Uji Statistik F

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dalam penelitian ini yaitu: (1) Peta Sebaran guru geografi SMA per wilayah Kecamatan di Kabupaten Pringsewu, sebaran guru geografi masih belum merata di

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan sabagai berikut: a) Pendapatan rata-rata yang diperoleh responden

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian efek ekstrak etanol daun kemuning (Murraya paniculata L.Jack) selanjutnya disingkat EEDK, terhadap kadar kolesterol total sudah

Mengingat rasa dari daun sirih merah yang pahit dan getir, maka ekstrak etanol daun sirih merah dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan sirup untuk menutupi

Setelah dilakukan inspection dan didapatkan bahwa penyebab dari rudder tidak dapat bergerak bebas yang diakibatkan kerusakan pada valve power control unit (PCU) ,

operasional penjagaan atas Bumi sama sekali tidak dapat ditemukan dalam al-Qur’an. Untuk itulah, perlu ada ijtihad agar Bumi yang yang menjadi target eksplorasi tidak menyimpang dari

Dari hasil analisis pada kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan bahwa persentase kemampuan psikomotor siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

Waringin Margi Yusmaman, III/b PTBBN Diploma III Pranata Nuklir Ahli Melakukan kegiatan pengelolaan