• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai karakter serta cita rasa dari pengguna bahasa itu sendiri. Berdasarkan observasi yang ada menyatakan bahwa terdapat banyak peristiwa yang menunjukan hal tersebut. Salah satunya dapat ditemukan dalam proses penerjemahan yang melibatkan dua atau lebih bahasa. Pada saat sebuah buku dalam bahasa Jepang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia tentu tidak semua kalimat dalam kedua bahasa tersebut dapat diterjemahkan secara benar dan tepat. Hal ini diakibatkan oleh perbedaan konteks sosio-kultural yang berbeda antara orang Jepang dan orang Indonesia. Fakta sederhana ini, sudah menjadi salah satu unsur kuat yang dapat membuktikan bahwa setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai karakter serta cita rasa dari pemakai bahasa itu sendiri.

Gaya bahasa seringkali digunakan untuk mengungkapkan tujuan yang ingin disampaikan seseorang lewat rangkaian kalimat. Rangkaian kalimat tersebut lumrahnya dikemas secara halus dalam lagam pujian, sindiran, dan perbandingan.

Penutur tidak hanya mengungkapkannya secara verbal tetapi juga dalam format tertulis. Gaya bahasa (style) merupakan bagian dari sarana retorika yang mengacu pada kalimat atau ujaran-ujaran baik yang diucapkan oleh penutur dalam bentuk lisan maupun tertulis.

(2)

Retorika adalah suatu teknik pemakaian bahasa sebagai seni, yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun baik (Keraf, 2004:1).

Sedangkan Kridalaksana (2010:210) mengartikan retorika adalah sistem dan penyelidikan mengenai alat-alat stilistis ragam bahasa resmi. Retorika digunakan untuk menyajikan ragam bahasa resmi yang bersifat variatif ke dalam bentuk lisan dan tulisan.

Penggunaan retorika ini berfungsi untuk meyakinkan, mempengaruhi pendengar atau pembaca terhadap hal/topik yang dituju. Oleh karena itu, retorika adalah teknik untuk mengungkapkan gaya bahasa yang berupa rangkaian kalimat digunakan baik secara lisan maupun tertulis dalam kehidupan sehari-hari. Dalam retorika tidak terlepas dari penggunaan gaya bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan maksud atau tujuan dari penutur yang bersifat estetik.

Di setiap negara penggunaan retorika seringkali digunakan untuk menghaluskan sebuah kalimat agar terdengar lebih sopan, halus dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Karena retorika dapat mempengaruhi sikap dan perasaan orang dengan menggunakan semua unsur yang berkaitan dengan kaidah- kaidah keefektifan dan keindahan gaya bahasa, misalnya : ketepatan pengungkapan kata-kata, keefektifan struktur kalimat, penggunaan bahasa kiasan yang tepat, situasi yang terjadi dan lain sebagainya. Dari retorika ini akan memunculkan gaya bahasa yang indah dalam bertutur kata atau menulis dengan menggunakan ragam bahasa tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu pula.

Salah satu contohnya adalah seperti di Jepang. Penggunaan retorika di negeri Sakura ini pada umumnya digunakan dalam bahasa lisan seperti saat

(3)

berpidato di depan umum atau saat berbicara dengan orang-orang. Retorika dalam sebuah kalimat tidak terlepas dari gaya bahasa (style). Selain itu retorika juga sangat melekat pada setiap karya tulis baik itu puisi, cerpen, novel, lirik lagu dan lainnya. Dalam kehidupan sehari-hari, orang Jepang menggunakan ungkapan- ungkapan untuk menggungkapkan maksud dan tujuan tertentu agar lawan tuturnya dapat lebih mudah memahami hal yang ingin disampaikan oleh penutur.

Seperti pemaparan contoh di bawah ini:

1) 君 は 僕 の 太陽だ。

Kimi wa boku no taiyouda.

Kamu TOP aku GEN matahari Kamu adalah matahariku.

(Sutedi, 2011:193)

2) 彼女 は 本棚 を 整理した。

Kanojo wa hondana wo seirishita.

Perempuan TOP rak buku AKU membereskan BTK LMP Dia membereskan rak buku.

(Seto, 1997 dalam Sutedi, 2011: 195)

3) 彼 は 来月 また リング に あげる。

Kare wa raigetsu mata ringu ni ageru.

Dia TOP bulan depan lagi ring KOM naik.

Dia bulan depan akan naik ring lagi.

(Sutedi, 2011: 195)

Data (1) merupakan sebuah metafora. Metafora sendiri adalah suatu gaya komparasi (perbandingan) dari dua atau lebih hal yang memiliki kesamaan atau kemiripan. Persamaan dan kemiripan dari kata 君 “kimi” (kamu/kekasih) dengan kata 太 陽 “taiyou” (matahari). Matahari sebagai sumber energi, sedangkan kekasih bisa dijadikan sebagai sumber inspirasi atau semangat. Matahari sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia, kekasih juga sangat diperlukan dalam kehidupan seseorang. Metafora ini tidak terbatas pada corak fisik, tetapi lebih

(4)

menonjol pada karakter, perbuatan, dan keadaan. Makna yang dapat ditarik dari gaya bahasa metafora ini adalah bahwa seseorang yang tidak dapat hidup tanpa kekasihnya sehingga ia mengibaratkan kekasihnya itu seperti matahari yang mampu memberikan semangat pada hidupnya oleh karena itu, ia tidak akan mampu menerima jika kekasihnya itu pergi. Pada data (2) dan (3) merupakan contoh dari metonimia. Metonimia adalah suatu kalimat yang memiliki kedekatan baik secara ruang maupun waktu. Data (2) menunjukkan metonimia dalam bentuk wadah (tempat) yang menyatakan isi (benda). Pada kata 本 棚 を 整 理 し た

“hondana wo seirishita” (membereskan rak buku) yang dibereskan bukanlah rak buku melainkan buku-buku yang ada di dalam rak buku. Makna yang terkandung dalam metonimia ini adalah seseorang yang sedang membersihkan buku di dalam rak bukunya, tetapi ia hanya menyebutkan membersihkan rak buku untuk menyatakan secara keseluruhan, hal ini menyatakan metonimia berdasarkan ruang.

Sedangkan pada data (3) metonimia yang menyatakan sebab akibat. Kata 来月

“raigetsu” yang berarti menyatakan rentan waktu dan kata リングにあげる

“ringgu wo ageru” adalah suatu cara untuk mencapai tujuan. Makna yang terdapat dalam kalimat ini berarti minggu depan ia akan naik ring untuk bertanding tinju. Metonimia pada data (3) ini menggunakan kata benda yang berdekatan untuk menyampaikan maksud bahwa ia akan melakukan pertandingan tinju minggu depan (contoh ini menunjukkan metonimia berdasarkan waktu).

Menindaklanjuti permasalahan yang telah dijabarkan di atas, maka dalam penelitian ini akan menjelaskan mengenai jenis-jenis retorika dan makna dalam bahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan novel berbahasa Jepang sebagai

(5)

sumber data. Novel yang digunakan dalam penelitian ini adalah novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki Murakami. Novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki Murakami ini dipilih karena dalam novel tersebut menggunakan ragam bahasa yang variatif sehingga terdapat berbagai jenis gaya bahasa. Gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa dalam kehidupan sehari-hari berupa dialog percakapan antar tokoh sehingga memunculkan makna yang dapat di teliti lebih mendalam.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah retorika yang terdapat dalam novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki Murakami?

2. Bagaimanakah makna kontekstual yang terdapat pada penggunaan retorika dalam novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki Murakami?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Kedua tujuan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat mengenai penggunaan jenis-jenis

(6)

retorika dalam sebuah novel. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan mengenai ilmu retorika dan ilmu semantik.

1.3.2 Tujuan Khusus

Selain memiliki tujuan umum penelitian ini juga memiliki tujuan khusus.

Adapun tujuan khusus yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk memahami jenis-jenis retorika yang terdapat dalam novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki Murakami.

2. Untuk memahami makna kontekstual yang terdapat pada penggunaan retorika dalam novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki Murakami.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Kedua manfaat yang diharapkan tersebut uraikan di bawah ini:

1.4.1 Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk dijadikan salah satu sumber informasi teoretis di bidang ilmu linguistik. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan dokumentasi ilmiah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara umum maupun untuk bahan belajar tambahan bagi pelajar khususnya pelajar bahasa Jepang.

1.4.2 Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan membantu pembaca memahami penggunaan retorika dan penggunaan makna kontekstual yang terdapat pada novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki

(7)

Murakami agar dapat lebih jauh memahami penggunaan retorika dan makna yang disampaikan dalam novel tersebut.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Dari permasalahan yang telah dirumuskan di atas, supaya penelitian ini dapat lebih terfokus dan tidak terlalu jauh penelitian ini hanya membahas mengenai penggunaan retorika serta membahas mengenai makna dalam sebuah novel.

1.6 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan yaitu novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki Murakami yang ditulis tahun 1979 dan dicetak pada tahun 2004 di Jepang. Data sekunder yang digunakan yaitu novel terjemahan Kaze no Uta wo Kike (Dengarlah Nyanyian Angin) berbahasa Indonesia yang digunakan sebagai pembanding serta menggunakan buku-buku referensi yang berkaitan dengan retorika untuk mengklasifikasikan jenis-jenis retorika dan menggunakan buku- buku referensi yang berkaitan dengan semantik untuk membahas makna-makna yang terdapat dalam novel tersebut agar dapat menunjang penelitian ini.

(8)

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Dalam tahap pengumpulan data, metode yang digunakan adalah metode simak. Metode simak adalah metode yang digunakan dalam penelitian bahasa dengan cara menyimak penggunaan objek bahasa yang akan diteliti (Sudaryanto, 1993:133). Metode simak dipilih karena objek yang diteliti berupa bahasa yang sifatnya teks. Metode simak digunakan untuk menyimak penggunaan retorika dan makna dalam novel Kaze no Uta wo Kike.

Teknik yang digunakan adalah teknik catat, yang berarti peneliti mencatat data yang dinilai tepat dalam kajian analisis yang kemudian dilanjutkan dengan klasifikasi data (Sudaryanto, 1988:4-5) Dalam tahap ini, teknik catat digunakan untuk mencatat semua penggunaan jenis-jenis retorika dalam novel Kaze no Uta wo Kike yang dibagi atas tiga kelompok yaitu retorika makna, retorika bentuk dan retorika struktur kemudian yang terakhir memeriksa kembali data yang sudah terkumpul.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Dalam tahap menganalisis data merupakan tahap yang dilakukan untuk mengklarifikasi data, mengelompokkan data, dan menganalisis data. Untuk menganalisis data digunakan metode dan teknik deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis merupakan metode penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta

(9)

kebahasaan yang ada, yaitu dengan menjabarkan, memfokuskan pada sebuah permasalahan, dan dipaparkan berdasarkan data yang ada (Sudaryanto, 1993:62).

Dalam penelitian ini, metode deskriptif analisis digunakan untuk menyajikan data- data dalam novel yang sudah diklarifikasi dan dikelompokkan berdasarkan pemakaian dari jenis retorika yang dibagi menjadi tiga kelompok besar (retorika makna, retorika bentuk, dan retorika struktur) kemudian dikumpulkan menjadi satu dan dianalisis secara mendalam untuk mengetahui makna dalam novel Kaze no Uta wo Kike tersebut.

1.7.3 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Tahap akhir dalam penelitian adalah penyajian hasil analisis data. Metode dan teknik yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini mengunakan metode formal dan informal. Metode formal adalah menyajikan hasil analisis dengan tanda-tanda, lambang, dan singkatan. Sedangkan metode informal adalah menyajikan hasil analisis dengan uraian atau kata-kata (Sudaryanto, 1993:145). Penyajian hasil analisis data akan dianalisis mempergunakan kata-kata atau kalimat kemudian dijabarkan dan ditarik kesimpulan untuk memperjelas hasil analisis data. Dalam peneltian ini, metode formal dan informal digunakan untuk menyampaikan hasil analisis retorika dalam novel dan untuk menyajikan hasil analisis mengenai makna dengan menggunakan berbagai singkatan, tanda-tanda dan uraian-uraian kalimat dalam novel Kaze no Uta wo Kike karya Haruki Murakami.

Referensi

Dokumen terkait

Aturan-aturan telah menjadi landasan bagi KJRI Davao City dalam mengeluarkan kebijakan dan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat keturunan Indonesia di

penggantian apabila barang dan jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak

97 4.20 Manfaat Hasil Belajar Berkaitan Dengan Sikap Ketelitian Dalam Pembuatan Jewelry Dengan Prinsip Desain Sebagai Kesiapan Menjadi Desainer Jewelry .... 98 4.21

hubungan yang positif dan signifikan antara keaktifan mengikuti kegiatan OSIS dan kemandirian belajar secara bersama-sama dengan prestasi belajar PKn siswa kelas

Pengembangan mobile learning bertujuan terjadi proses belajar sepanjang waktu (long life learning), peserta didik dapat lebih aktif dalam proses

Hal tersebut didukung oleh hasil uji beda statistik yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan secara nyata antara petani yang menggunakan benih sertifikat dengan

Untuk meningkatkan keragaman genetik ikan betok, dilakukan dengan cara introduksi individu-individu baru yang memiliki keragaman genetik yang lebih tinggi kedalam populasi

Adanya pandangan para partisipan dalam penelitian ini bahwa perempuanlah yang merasakan ketidaknyamanan kehamilan dan melahirkan, pentingnya persetujuan suami dalam memilih dan