Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 78
Pengaruh Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Penentuan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Paris Dauda1*
STIM Nitro Makassar
*email korespondensi:
padaudanitro@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Penentuan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dalam penelitian ini dianalisis mengenai pengaruh variabel-variabel ekonomi makro (Jumlah Uang Beredar dan Inflasi) terhadap penentuan kebijakan suku bunga SBI. Dengan didukung oleh beberapa teori tentang Suku Bunga, SBI, Jumlah Uang Beredar dan Inflasi, maka penelitian ini dapat dilakukan untuk melihat berbagai pengaruh variabel-variabel tersebut. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian yang diperoleh, variabel Inflasi dan Jumlah Uang Beredar berpengaruh positif terhadap suku bunga SBI, sementara itu pengujian hipotesis menunjukkan bahwa: 1) variable inflasi berpengaruh positif tidak signifikan. 2) variable jumlah uang beredar berpengaruh positif signifikan.
Kata kunci : inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku bunga SBI I. PENDAHULUAN
Dalam menetapkan dan menjalankan Kebijakan moneter, pemerintah memberi kewenangan kepada bank Indonesia. Kewenangan tersebut antara lain menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan laju Inflasi, melakukan pengendalian Jumlah Uang beredar dan menentukan Tingkat Suku Bunga (SBI).
(SBI) adalah surat berharga dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia dan digunakan sebagai pengakuan utang berjangka pendek yang tujuan utama untuk menarik likuiditas dari masyarakat, khususnya dari bank-bank. SE.BI No.21/30/UPG ditetapkan bahwa pada prinsipnya Tingkat Suku Bunga (SBI) dilakukan dengan sistem lelang. Dari berbagai macam suku bunga di dalam negeri, suku bunga Tingkat Suku Bunga (SBI) merupakan salah satu instrumen moneter yang penting dalam perekonomian negara dan berada di bawah tanggung jawab bank Indonesia.
Inflasi merupakan salah satu indikator perekonomian yang penting, laju perubahannya selalu di upayakan rendah dan stabil, agar tidak menimbulkan penyakit makroekonomi yang nantinya akan memberikan dampak ketidakstabilan dalam perekonomian. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 telah membuat perekonomian Indonesia menjadi tidak stabil dikarenakan adanya kenaikan Inflasi yang cukup tinggi hingga mencapai 77.63%. (Laporan BI)
Melalui penetapan suku bunga bank Indonesia yang merupakan signal bagi tingkat bunga perbankan, yang bertujuan untuk mempengaruhi Jumlah Uang beredar yang nantinya membuat perubahan pada Inflasi menjadi rendah dan stabil. Timbulnya Inflasi dari sisi permintaan hanya bisa terjadi jika ada penambahan volume uang beredar, yang dilakukan oleh bank sentral dengan tujuan menambah kegiatan perekonomian untuk mengejar pertumbuhan ekonomi, melalui penentuan suku bunga Bank Indonesia yang rendah.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah adalah:
1. Apakah Inflasi berpengaruh terhadap sertifikat bank Indonesia?
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 79 2. Apakah Jumlah uang yang beredar berpengaruh terhadap Sertifikat bank Indonesia?
II. TINJAUAN PUSTAKA 1. Inflasi
Secara luas Inflasi dapat dikatakan sebagai kenaikan harga yang terus menerus sehingga mengakibatkan daya beli dari masyarakat pun menjadi menurun, hal ini disebabkan karena Jumlah uang yang ada di tangan masyarakat tidak sebanding dengan tingkat kenaikan harga yang terjadi. Dalam berbagai litelatur-litalatur dapat ditemukan bahwa pengertian Inflasi adalah :“Inflasi merupakan Salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum.
Yang berarti terjadinya penurunan nilai uang”(Judisseno, 2002;16). Sedangkan menurut Irham Fahmi menyebutkan bahwa“Inflasi adalah keadaan yang menggambarkan perubahan tingkat harga dalam sebuah perekonomian” (Fahmi, 2006;79).
2. Jumlah uang beredar
Pengendalian terhadap JUB, merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan dengan perekonomian suatu negara. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Departemen Keuangan, merupakan ‘aktor’ utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di Indonesia.
a. Pengertian Jumlah Uang beredar (JUB)
Ada sebagian ahli yang mengklasifikasikan Jumlah Uang beredar menjadi dua, yaitu:
1) Jumlah Uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit);
2) Uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).
Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank.
Dalam tulisan ini, Jumlah Uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2). Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas tersebut, penting dijelaskan disini tentang uang primer atau uang inti (reserve money), yang dinotasikan dengan M0. Uang inti merupakan cikal-bakal lahirnya uang kartal dan uang giral (Insukindro;1994).
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat.
Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan di bank- bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal.
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.
Ada dua pendekatan utama dalam menghitung Jumlah Uang beredar, yaitu pendekatan transaksional (transactional approach) dan pendekatan likuiditas (liquidity approach).
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 80 b. Pendekatan transaksional (transactional approach)
Pendekatan ini memandang bahwa Jumlah Uang beredar yang dihitung adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk keperluan transaksi. Pendekatan ini menghitung Jumlah Uang beredar dalam arti sempit (narrow money) atau M1.
c. Pendekatan Likuiditas (liquidity approach)
Sesuai pendekatan ini, Jumlah Uang beredar didefinisikan sebagai jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi (quasy money). Hal ini dilandasi pertimbangan bahwa sekalipun uang kuasi merupakan aset finansial yang kurang likuid dibanding uang kertas, uang logam dan uang rekening giro, tetapi sangat mudah diubah menjadi uang yang dapat digunakan untuk keperluan transaksi. Dalam prakteknya, pendekatan ini menghitung Jumlah Uang beredar dalam arti luas (broad money) yang dikenal dengan M2 yang terdiri dari M1
ditambah uang kuasi (di Indonesia uang kuasi adalah deposito berjangka).
3. Suku Bunga
Bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk penggunaan uang. Suku bunga adalah harga yang dibayar untuk meminjam uang, diukur dalam dollar per tahun yang dibayar per dollar yang dipinjam atau dalam % per tahun (Samuelson, 2004:190). Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Para ekonom menyebutkan tingkat bunga yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal (nominal interest rate) dan kenaikan daya beli masyarakat sebagai tingkat bunga riil (real interest rate).(Mankiw, 2006:89).
BI Rate, Sebagaimana yang disebutkan dalam Inflation Targeting Framework bahwa BI Rate merupakan suku bunga acuan Bank Indonesia dan merupakan sinyal (stance) dari kebijakan moneter Bank Indonesia.“BI Rate adalah suku bunga instrumen sinyaling Bank Indonesia yang ditetapkan pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) triwulanan untuk berlaku selama triwulan berjalan (satu triwulan), kecuali ditetapkan berbeda oleh RDG bulanan dalam triwulan yang sama”.(Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework)
Dari pengertian tersebut terlihat jelas bahwa BI Rate berfungsi sebagai sinyal dari kebijakan moneter Bank Indonesia, dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa respon kebijakan moneter dinyatakan dalam kenaikan, penurunan, atau tidak berubahnya BI Rate tersebut. Sedangkan menurut Dahlan Siamat dalam bukunya yang berjudul Manajemen Lembaga Keuangan Kebijakan moneter dan Perbankan menyebutkan bahwa “BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter” (siamat, 2005;139).
Dari pengertian yang dikeluarkan oleh Dahlan Siamat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa Bi Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan hasil lelang OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada disekitar BI Rate.
Penelitian Terdahulu
a. Fery magaline (2006). Melakukan penelitian mengenai “pengaruh tingkat suku bunga SBI dan Jumlah Uang beredar terhadap tingkat Inflasi di Indonesia tahun 1995-2004” Dari penelitian tersebut diproleh hasil sebagai berikut: hasil analisis menunjukan bahwa variable tingkat suku bunga SBI mempunyai pengaruh negative dan signifikan terhadap tingkat Inflasi. variabel Jumlah Uang beredar mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap tingkat Inflasi. Dengan nilai statistic R-square adjusted (R2) sebesar 0,75 yang artinya variabel independen dalam model persamaan regresi setelah diadakan penyesuaian dapat menjelaskan
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 81 variasi dari variabel dependen sebesar 75% dan sisanya dijelaskan oleh faktor- faktor lain di luar persamaan. Hal ini dapat diartikan bahwa variabel suku bunga SBI dan Jumlah Uang beredar dapat menjelaskan dengan kekuatan sebesar 75%
terhadap tingkat Inflasi di Indonesia.
b. Irodah Ishlakha (2004) dengan judul “pengaruh konsumsi, investasi, Jumlah Uang beredardanInflasi terhadap penentuan kebijakan suku bunga sbi” dengan hasil penelitian menyatakan bahwa dari keempat variabel yaitu (Konsumsi, Investasi, Jumlah Uang beredar dan Inflasi) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap suku bunga SBI, kecuali variabel Investasi.
c. Theodores Manuela Langi dengan judul “analisis pengaruh suku bunga sbi, Jumlah Uang beredar, dan tingkat kurs terhadap tingkat Inflasi di Indonesia” dengan hasil yaitu
1) Suku bunga SBI berpengaruh Positif dan signifikan terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia dan temuan ini tidak sesuai dengan teori jika Suku bunga meningkat maka Tingkat Inflasi di Indonesia akan menurun. Dalam penelitian yang telah dilakukan Suku Bunga BI mempunyai hubungan Positif dengan tingkat Inflasi.
2) Jumlah Uang beredar berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia dan temuan ini tidak sesuai dengan teori dimana apabila Jumlah Uang beredar Bertambah maka Tingkat Inflasi akan Meningkat. Dalam penelitian yang telah dilakukan Jumlah Uang beredar mempunyai hubungan negatif dengan tingkat Inflasi.
3) Untuk uji kebaikan (uji F dan R2) menunjukkan bahwa model cukup bagus karena secara bersama-sama variabel independen yaitu Suku bunga BI, Jumlah Uang beredar dan Tingkat kurs berpengaruh signifikan terhadap tingkat Inflasi di Indonesia. Variasi variabel independen (Bir, Jub, dan Kurs) mampu menjelaskan variasi dependen yaitu Tingkat Inflasi di Indonesia.
Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu dan kerangka penelitian, maka hipotesis penelitian telah disusun sebagai berikut:
H1= Inflasi berpengaruh positif terhadap penentuan tingkat suku bunga (SBI).
H2= Jumlah Uang beredar berpengaruh negative terhadap penentuan tingkat suku bunga (SBI).
Populasi dan Sampel
Pengertian populasi menurut sugiyono (2010:80) adalah Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan adalah seluruh data time series dari periode januari 2012 sampai dengan januari 2014.
Pengertian sampel menurut sugiyono (2010:73) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan analisis bulanan (month to month) dan data yang digunakan adalah seluruh data dari populasi dari periode Januari 2012 sampai dengan januari 2014.
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda untuk menganalisis Pengaruh Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Penentuan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dalam perhitungannya menggunakan program Statistic Program for Social Science (SPSS) model regresi berganda sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan:
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 82 Y = Penentuan Suku Bunga (SBI)
a = konstanta
b1 = koefisien regresimultiple variable bebas x1terhadap variable bebas lainya dianggap konstan
X1 = Inflasi
X2 = Jumlah Uang beredar e = standar error
Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual dapat diukur melalui goodness of fit-nya (GFI). Secara statistika, hal ini dapat diukur dari nilai statistik t, nilai statistik F, dan koefisien determinasi.
Hasil Penelitian Suku Bunga SBI
Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan surat berharga yang dikeluarkan oleh BI dan merupakan salah satu mekanisme yang digunakan untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Berdasarkan data yang diperoleh, maka pergerakan suku bunga SBI untuk periode tahun 2012-2014 dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Pergerakan Suku Bunga SBI Tahun 2012-2014
Bulan SBI dalam %
2012 2013 2014
Januari 4,883 4,840 7,232
Februari 3,822 4,861 7,174
Maret 3,826 4,861 7,174
April 3,925 4,869 7,174
Mei 4,237 4,890 7,174
Juni 4,320 5,022 7,174
Juli 4,457 5,275 7,174
Agustus 4,540 5,275 7,174
September 4,671 5,275 7,174
Oktober 4,746 5,275 7,174
November 4,770 5,275 7,174
Desember 4,802 5,275 7,174
Sumber: Bank Indonesia Inflasi
Secara luas Inflasi dapat dikatakan sebagai kenaikan harga yang terus menerus sehingga mengakibatkan daya beli dari masyarakat pun menjadi menurun, hal ini disebabkan karena Jumlah uang yang ada di tangan masyarakat tidak sebanding dengan tingkat kenaikan harga yang terjadi. Dalam berbagai litelatur- litalatur dapat ditemukan bahwa pengertian Inflasi adalah :“Inflasi merupakan Salah satu peristiwa moneter yang menunjukkan suatu kecenderungan akan naiknya harga barang-barang secara umum. Yang berarti terjadinya penurunan nilai uang.
Berdasarkan data yang diperoleh, maka pergerakan Inflasi untuk periode tahun 2012- 2014.
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 83 Pergerakan Inflasi Tahun 2012-2014
Bulan INFLASI dalam %
2012 2013 2014
Januari 0.76 1.03 1.07
Februari 0.05 0.75 0.26
Maret 0.07 0.63 0.08
April 0.21 -0.1 -0.02
Mei 0.07 -0.03 0.16
Juni 0.62 1.03 0.43
Juli 0.7 3.29 0.93
Agustus 0.95 1.12 0.47
September 0.05 -0.35 0.27
Oktober 0.16 0.09 0.47
November 0.07 0.12 1.5
Desember 0.54 0.55 2.46
Sumber: Badan Pusat Statistik Jumlah Uang beredar
Jumlah Uang beredar (M2) merupakan uang kartal (uang kertas dan uang logam) yang ada dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Jumlah uang yang dipegang masyarakat paling banyak digunakan untuk proses transaksi. Semakin banyak jumlah uang yang dipegang, maka semakin besar proses transaksi yang dilakukan. Berdasarkan data yang diperoleh, pergerakan JUB untuk periode tahun 2012-2014.
Pergerakan Jumlah Uang beredar Tahun 2012-2014
Bulan JUMLAH UANG BEREDAR dalam Rp (millyar)
2012 2013 2014
Januari 2,854,978 3,268,789 3,652,145
Februari 2,849,796 3,280,420 3,642,809
Maret 2,911,920 3,322,529 3,660,298
April 2,927,259 3,360,928 3,730,101
Mei 2,992,057 3,426,305 3,789,058
Juni 3,050,355 3,413,379 3,865,758
Juli 3,054,836 3,506,574 3,895,835
Agustus 3,089,011 3,502,420 3,895,116
September 3,125,533 3,584,081 4,009,857
Oktober 3,161,726 3,576,869 4,024,153
November 3,205,129 3,614,520 4,076,294
Desember 3,304,645 3,727,887 4,170,731
Sumber: Bank Indonesia Uji Asumsi Klasik
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (indenpenden). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel. Untuk dapat menentukan apakah terdapat multikolinearitas dalam model regresi pada penelitian ini adalah dengan melihat nilai
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 84 VIF (Variance Inflation Factor) dan tolerance serta menganilisis matrix korelasi variabel- variabel bebas. Adapun nilai VIF
Pengujian Multikolinearitas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
Inflasi .944 1.059
Jumlah_uang_beredar .944 1.059
Dependent Variable: SBI
Sumber: Data Primer yang diolah,
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel yang digunakan sebagai predictor model regresi menunjukkan nilai VIF di atas , dimana semuanya berada dibawah 10 dan nilai tolerance semua variabel berada diatas 0,10. Hal ini berarti bahwa variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian tidak menunjukkan adanya gejala multikolinearitas, yang berarti semua variabel tersebut dapat digunakan sebagai variabel yang saling indenpenden.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan dalam penelitian ini dengan tujuan untuk membuktikan hipotesis mengenai adanya pengaruh variabel Inflasi (X1), Jumlah Uang beredar (X2)secara parsial maupun secara bersama-sama terhadap suku bunga SBI (Y). Perhitungan statistik dalam analisis regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bantuan program computer SPSS for Windows versi 20.0. Hasil pengolahan data dengan menggunakan program SPSS selengkapnya ada pada lampiran dan selanjutnya diringkas sebagai berikut :
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Coefisient
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std.
Error Beta
1
(Constant) 7551.360 2342.978 3.223 .010
Inflasi 93.055 68.563 .260 1.357 .208
Jumlah Uang
beredar .001 .000 .728 3.791 .004
Sumber : Data Primer yang diolah
Berdasarkan berdasarkan hasil regresi berganda tersebut dapat ditulis dalam bentuk persamaan regresi bentuk Standardized Coefficients diperoleh persamaan sebagai berikut:
Y = 7551.360+ 93.055 X1 +0.001 X2 Persamaan regresi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 85
a.
Nilai konstanta persamaan diatas adalah 7551.360. Angka tersebut menunjukkan Sertifikat Bank Indonesia yang diperoleh oleh perusahaan bila Inflasi dan Jumlah Uang beredar di abaikan.b.
Koefisien variabel X1 (Inflasi) diperoleh sebesar 93.055 dengan tanda positif. Hal ini berarti setiap perubahan Inflasi satu persen dengan asumsi variabel lainnya konstan, maka perubahan Suku Bunga SBI akan mengalami perubahan sebesar 93.055 dengan arah yang sama. Hal ini menunjukkan bila semakin besar Inflasi maka semakin tinggi suku bunga Sertifikat Bank Indonesia.c.
Koefisien variabel X2 (Jumlah Uang beredar) diperoleh sebesar 0.001 dengan tanda positif. hal ini berarti setiap perubahan Jumlah Uang beredar (JUB) satu persen dengan asumsi variabel lainnya konstan, maka perubahan Suku Bunga SBI akan mengalami perubahan sebesar 0.001 dengan arah yang sama. Hal ini menunjukkan bila semakin tinggi Jumlah Uang beredar maka semakin tinggi suku bunga Sertifikat Bank IndnesiaDari hasil koefisien regresi berganda yang telah dijelaskan pada uraian diatas selanjutnya akan dilakukan pengujian hipotesis yang dilakukan secara parsial maupun simultan.
Pengujian Parsial (Uji t)
Hasil pengujian regresi untuk variabel Inflasi terhadap sertifikat bank Indonesia menunjukkan nilai t hitung = 1.357 dengan nilai signifikasi 0.208. Dengan menggunakan batas signifikansi 0.05 maka nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0.05 maka hipotesis dapat ditolak. Pada hasil penelitian ini diperoleh bahwa Inflasi berpengaruh positif tidak signifikan karna nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0.208 lebih besar dari batas signifikansi 0.05 itu berarti tidak signifikan. Dengan demikian semakin besar Inflasi yang terpenuhi pada akhirnya tidak menciptakan suku bunga Sertifikat bank Indonesia yang baik. Hasil pengujian regresi untuk variabel Jumlah Uang beredar terhadap suku bunga sertifikat bank Indonesia menunjukkan bahwa nilai thitung=3.791 dengan signifikansi 0.004. Dengan menggunakan batas signifikasi 0.05, nilai signifikansi tersebut lebih kecil dari 0.05 maka hipotesis dapat diterima dengan demikian semakin banyak Jumlah Uang beredar maka semakin tinggi suku bunga Sertifikat bank Indonesia.
III. KESIMPULAN
1. Inflasi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap suku bunga sertifikat bank Indonesia.
2. Peredaran uang berpengaruh positif dan signifikan terhadap suku bunga sertifikat bank Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Dornbusch,Rudiger dan Fischer, Stanley. 1997.Makroekonomi Edisi keempat, Jakarta:
Erlangga
Fahmi, I. (2006). Analisis Investasi Dalam Perspektif Ekonomi Dan Politik, Cetakan Pertama PT. Refika Aditama.
Firdaus, M. (2011). Ekonometrika Suatu Pendekatan Aplikatif Edisi Kedua. PT. Bumi
Aksara. Jakarta.Mankiw, N. G. (2006). Principles of Economics, Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Ketiga, Salemba 4.
Ghozali, Imam, (2005). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, semarang:
badan penerbit Universitas di ponegoro.
Hutabarat, Akhis R. (2006). Jangan Kecanduan Inflasi. Peneliti Ekonomi Bank Indonesia
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 86
Iskandar, P. (2002). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Galia Indonesia.
Irwan, I., & Haryono, D. (2015). Pengendalian Kualitas Statistik (Pendekatan Teoritis dan
Aplikatif). Bandung, Alfabeta.Setiawan, I., & Bratakusumah, D. S. (2005). Pengaruh Konsumsi Investasi, Jumlah Uang Beredar Dan Inflasi Terhadap Penentuan Kebijakan Suku Bunga SBI. Jurnal
Universitas Esa Unggul.Insukindro. (1994). Pendektan Kointegrasi Dalam Analisis Ekonomi, Study Kasus Permintaan Deposito Dan Volute Asing Di Indonesia, Jurnal Ekonomi Indonesia Vol
1 No 2.Judisseno, R. K. (2002). Sistem moneter dan perbankan di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Langi, T. M. (2014). Analisis Pengaruh Suku Bunga BI, Jumlah Uang Beredar, dan Tingkat Kurs Terhadap Tingkat Inflasi di Indonesia. Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi, 14(2).
Komariyah, A. (2016). Analisis Pengaruh Jumlah Uang Beredar (Jub), Kurs dan Suku Bunga
Terhadap Laju Inflasi Di Indonesiatahun 1999-2014 (Doctoral dissertation,Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Mc Eachern, William A. (2000). Ekonomi Makro: Pendekatan Kontemporer, Edisi 1, Jakarta: Salemba Empat.
Prasetiantono, A. T. (2000). Keluar dari krisis: analisis ekonomi Indonesia. Gramedia Pustaka Utama.
Ramirez, M. D., & Khan, S. (1999). A cointegration analysis of purchasing power parity:
1973–96. International Advances in Economic Research, 5(3), 369-385.
Siamat, D. (2005). Manajemen Lembaga Keuangan: Kebijakan Moneter & Perbankan. FE UI Jakarta.
Sugiyono, S. (2010). Metode penelitian kuantitatif dan kualitatif dan R&D. Bandung, Alfabeta
Sukirno, S. (2004). Makro ekonomi teori pengantar edisi ketiga. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sadono, S. (2005). Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT Raja Grafibdo Persada:
Jakarta.
Supranto, J. (2004). Statistik Pasar Modal Keuangan dan Perbankan. Jakarta: Rineka Cipta.
Samuelson, P. A., & Nordhaus, W. D. (1992). Makro-Ekonomi, Edisi Keempatbelas. Penerbit Erlangga. Jakarta.
. (2004). Ilmu Makroekonomi. Edisi ketujuh belas, Jakarta: PT media global edukasi
Ulfa, S. A. (2011). Pengaruh Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Impor, Ekspor terhadap Kurs Riah atau Dollar Amerika Serikat Periode Januari 2006 sampai Maret 2010. Skripsi Universitas Negeri Semarang. Semarang.
Widarjono, A. (2010). Analisis statistika multivariat terapan. Yogyakarta: UPP STIM
YKPN.Yodiatmaja, B. (2012). Hubungan Antara BI Rate Dan Inflasi Periode Juli 2005-Desember 2011: Uji Kausalitas Toda–Yamamoto. Economics Development Analysis
Journal, 1(2), 1-7. Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework).UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia.
Nomer, U. U. (23). Tahun 1999 tentang Bank Sentral.
Indonesia, B. (1998). Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 26/67/KEP/DIR tanggal 28 Februari 1991. Perihal tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank.
Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Bank
Indonesia
Jurnal Manajemen Perbankan Keuangan Nitro (JMPKN), Vol 2, No 2, Juli 2019 | 87