• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI LINGKUNGAN LOKALISASI WILAYAH KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL. Oleh: AMALIA NAZIMATUL UMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI LINGKUNGAN LOKALISASI WILAYAH KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL. Oleh: AMALIA NAZIMATUL UMA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 1 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI LINGKUNGAN LOKALISASI WILAYAH

KABUPATEN SEMARANG

ARTIKEL

Oleh:

AMALIA NAZIMATUL UMA 010112A008

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN

AGUSTUS, 2016

(2)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 2 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL

Artikel dengan judul “Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang” yang disusun oleh:

Nama : Amalia Nazimatul Uma

Nim : 010112a008

Program Studi : Keperawatan

Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama skripsi Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo.

Ungaran, Agustus 2016 Pembimbing utama

Ns. Umi Aniroh, S.Kep.,M.Kes.

(3)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 3 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

HUBUNGAN ANTARA SIKAP DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI LINGKUNGAN LOKALISASI WILAYAH KABUPATEN

SEMARANG

AMALIA NAZIMATUL UMA*)

Ns. Umi Aniroh, S.Kep.,M.Kes.**), Ns. HeniPurwaningsih, S.Kep., M.Kep.**)

*) Mahasiswa Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

**) Dosen Prodi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK

Masalah seksualitas di kalangan remaja akhir-akhir ini mengganggu ketenangan orang tua dan remaja baik remaja laki-laki maupun perempuan. Remaja yang kurang pengetahuan tentang seks bebas cenderung mempunyai sikap negatif (kecenderungan mendekati perilaku seks bebas) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara sikap dengan perilaku seks bebas pada remaja di lingkungan lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan menggunakan pendekatan cross sectional menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berumur 15-20 tahun berjumlah 95 remaja yang berada di sekitar lokalisasi Gembol dan lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang. Teknik sampling yang digunakan adalah quota sampling dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang. Data dianalisis menggunakan uji chi square.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui sikap remaja tentang seks bebas paling banyak adalah sikap mendukung yaitu sejumlah 41 responden (53,2%) dan perilaku remaja tentang seks bebas paling banyak adalah perilaku seks bebas kategori ringan yaitu sejumlah 54 responden (70,1%) Dari hasil uji statistik menggunakan chi square diketahui ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku seks bebas pada remaja di lingkungan lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang dengan nilai p value 0,002 ≤ 0,05.

Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan khususnya bagi remaja untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan remaja mengenai sikap dan perilaku seks bebas sehingga remaja memiliki kendali terhadap perilaku seks bebas.

Kata kunci : sikap, perilaku seks bebas, remaja, lingkungan lokalisasi

Kepustakaan : 45 kepustakaan (2003 -2015)

(4)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 4 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

ABSTRACT

Issues of sexuality among adolescents lately bother parents and adolescents both boys and girls. Adolescents who have lack knowledge about sex tend to have a negative attitude (tendency to approach sex behavior). The purpose of this study is to determine the correlation between attitudeof free sexual behavior in adolescents around localization environment of Semarang regency.

This type of research was descriptive correlation with cross sectional approach usingquestionnaires as a data collection tool. The population in this study were adolescents aged 15-20 years old amounted to 95 teenagers who were around Gembol localization and TegalPanas localization at Semarang regency. The sampling technique used quota sampling with the total samples of 77 people. Data were analyzed by using chi square test.

Based on this research, most respondents had supportive attitude about free sex as many as 41 respondents (53.2%) and sexual behavior of teenagers was mostly free sex behavior in lightcategory as many as 54 respondents (70.1%). Thestatistical test using chi square was known to have a significant correlation between attitude to free sexual behavior in adolescents around environment localization at Semarang regency with p value 0,002 ≤ 0.05.

This study may provide information or feedback, especially for adolescents to add insight and knowledge on the attitude and sex behavior so that have control over their sex behavior.

Keywords: attitude, free sexual behavior, adolescents, localization Bibliographies : 45 kepustakaan (2003 -2015)

PENDAHULUAN

Seksualitas dipandang sebagai aspek yang menyenangkan, natural dan sehat dalam kehidupan manusia serta mempunyai peranan penting dalam pemenuhan hasrat biologis manusia (Dewi, 2012). Masalah seksualitas di kalangan remaja akhir- akhir ini mengganggu ketenangan orang tua dan remaja baik remaja laki-laki maupun perempuan.

Keterbatasan akses dan informasi mengenai seksual dan kesehatan reproduksi bagi sebagian masyarakat masih menganggap seksual sebagai sesuatu yang tabu dan tidak dibicarakan secara terbuka. Orang tua biasanya tidak mau untuk memberikan penjelasan masalah- masalah seksual dan reproduksi kepada anak remajanya, dan anak pun cenderung malu bertanya secara terbuka kepada orang tuanya.

Kalaupun ada orang tua atau guru di sekolah yang ingin memberi penjelasan kepada anaknya, mereka seringkali kebingungan bagaimana caranya dan apa saja yang harus dijelaskan, sehingga diperlukan pendidikan kesehatan reproduksi (Tukiran, 2010).

Pendidikan kesehatan

reproduksi sangatlah penting untuk

meningkatkan kesadaran dan

tanggung jawab remaja dalam

menjalankan perilaku reproduksinya

(Tukiran, 2010). Menurut

Notoadmodjo (1997) dalam Wawan

dan Dewi (2011) sikap merupakan

reaksi atau respon seseorang yang

masih tertutup terhadap suatu

stimulus atau objek dan berkaitan erat

dengan tingkat pengetahuan

seseorang. Sikap seks bebas remaja

dapat dipengaruhi oleh banyak hal,

(5)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 5 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

selain dari faktor pengetahuan juga dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, media masa, pengalaman pribadi, lembaga pendidikan, lembaga agama dan emosi dari dalam diri individu (Azwar, 2013).

Menurut Green (1980) seperti dikutip Notoatmodjo (2003) kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok yakni faktor perilaku (behavior causer) dan faktor dari luar perilaku (non behavior causer) selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu: faktor- faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya, faktor-faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan misalnya puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, dan sebagainaya, dan faktor-faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Hasil pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Bawen Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang pada tanggal 11 April 2016 di dapat data sebagai berikut: 5 besar penyakit IMS PK (Pemandu Karaoke) Gembol yang berumur 15-24 tahun yang berkunjung ke layanan IMS di Puskesmas Bawenpada bulan April 2015-Maret 2016 (kandidis atau bacterial vaginosis (BV), gonore, servisitis proctitis, urethritis non- gonore, dan sifilis dini.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 remaja putra mengatakan merokok, pernah konsumsi minuman

keras,dan mempunyai pacar, sedangkan 6 remaja diantaranya mengatakan pernah masuk ke area lokalisasi di Gembol dengan alasan karena ajakan teman-temannya. 6 remaja putri yang berada di sekitar wilayah lokalisasi Gembol mengatakan pernah pacaran dan sering melihat PK di area lokalisasi. Mereka mengatakan pergaulan PK dianggap tidak tabu lagi, karena jalan yang di lalui memang melewati area lokalisasi, sehingga merupakan hal biasa. Selain itu rumah yang di huni PK berdekatan dengan perkampungan warga. 15 remaja mengatakan berpegangan tangan, berpelukan, berciuman dengan pacar. 8 dari 15 remaja mengatakan berciuman sampai daerah dada, saling menempelkan alat kelamin, saling meraba atau diraba payudara dan alat kelamin. 5 dari 15 remaja mengatakan melakukan bersenggama dan melakukan hubungan badan layaknya suami istri.

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik meneliti lebih lanjut mengenai “Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasional, yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan hubungan antara dua variabel bebas dengan variabel terikat (Notoamodjo, 2010). Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara sikap dan perilaku seks bebas remaja dilingkungan lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang.

Penelitian ini menggunakan

pendekatan secara cross sectional

yaitu tiap subjek penelitian hanya

diobservasi sekali saja dan

(6)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 6 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

pengukuran variabel tidak terbatas harus tepat pada satu waktu bersamaan, namun mempunyai makna bahwa setiap subyek hanya dikenai satu kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan (Setiawan & Saryono, 2010).

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kabupaten Semarang yang meliputi lokalisasi Gembol dan lokalisasi Tegal Panas. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 Juli 2016 di lokalisasi Tegal Panas dengan responden 35 remaja, dan 19 Juli 2016 di lokalisasi Gembol dengan responden 42 remaja.

Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang berumur 15-20 tahun berjumlah 95 remaja yang berada di sekitar lokalisasi Gembol dan lokalisasi Tegal Panas Kabupaten Semarang.

Alat pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner sikap dan kuesioner perilaku seks bebas remaja.

Berjumlah 25 item yang sudah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Analisis univariat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase dari tiap-tiap variabel penelitian yaitu sikap dan perilaku seks bebas remaja. Analisa bivariat dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan program penggolah data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16.0. Uji yang digunakan pada analisis bivariat menggunakan uji Chi square.

HASIL

1.Analisis Univariat

Tabel 4.1 Distribusi

Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap Pada Remaja di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang.

Sikap Frekuensi Persentase (%)

Mendukung 41 53,2

Tidak

mendukung 36 46,8

Total 77 100,0

Tabel 4.1 menunjukkan sebagian besar responden di lingkungan lokalisasi Gembol dan Tegal Panas mempunyai sikap mendukung perilaku seks bebas yaitu sejumlah 41 responden (53,2%).

Tabel 4.2 Distribusi

Frekuensi Responden Berdasarkan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang.

Tabel 4.2 menunjukkan sebagian besar responden di lingkungan lokalisasi Gembol dan Tegal Panas mempunyai perilaku tentang seks bebas dalam kategori ringan yaitu sejumlah 54 responden (70,1%).

2. Analisa Bivariat

Tabel 4.3 Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang.

Perilaku Seks Bebas

Frekuensi Persentase (%)

Ringan 54 70,1

Berat 23 29,9

Total 77 100,0

Sikap

Perilaku Seks Bebas

Total p value Berat Ringan

F % f % f %

Mendukung Tidak mendukung

19 4

46,3 11,1

22 32

53,7 88,9

41 34

100 100

0,002

Total 23 29,9 54 70,1 77 100

(7)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 7 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

Tabel 4.3 menunjukkan sebagian besar responden yang mempunyai sikap mendukung mempunyai perilaku seks bebas ringan yaitu sejumlah 22 responden (53,7 %) dan responden dengan sikap tentang seks bebas kategori tidak mendukung sebagian mempunyai perilaku seks bebas kategori ringan yaitu sejumlah 32 responden (88,9 %).

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan pvalue 0,002 ≤ 0,05 sehingga ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku seks bebas pada remaja di lingkungan lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang.

PEMBAHASAN

Gambaran Karakteristik Lokalisasi a. Lokalisasi Tegal Panas

Pada lokalisasi Tegal Panas ini terletak di dusun Senden RW 4 desa Jatijajar Kec. Bergas Kab.

Semarang. Di dusun Senden ini terdapat 8 RT dimala lokalisasi ini terdiri dari 3 RT yaitu RT 5,6,7 sedangkan rumah penduduk di RT 1,2,3,4, dan 8. Lokalisasi ini terdapat wisma dengan jumlah 70 dan PSK 150 orang.

b. Lokalisasi Gembol

Lokalisasi Gembol ini terletak di RW 6 Berokan, Kec.

Bawen Kab. Semarang. RW 6 ini memiliki 8 RT dan lokalisasi ini sendiri berada di RT 6, sedangkan perkampungan warga berada di RT 1,2,3,4,5,7,8. Lokalisasi Gembol Jumlah wisma 38 dan jumlah PSK 109 orang.

Gambaran Sikap Remaja Di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai sikap mendukung perilaku seks bebas hal ini

ditunjukkan dengan pengalaman pribadi dari responden sehingga membuat responden beranggapan bahwa hubungan seksual terhadap pasangan bukanlah hal yang harus dilarang asalkan keduanya suka sama suka, digambarkan dari pernyataan yang menyatakan bahwa seksual bebas bisa dilakukan asal persetujuan antara keduanya, laki-laki dan perempuan sebagian responden sejumlah 25 responden (32,5%). Menurut Middlebrook dalam Azwar (2013) kesan yang kuat dapat menjadi dasar pembuatan sikap, pengalaman pada diri individu. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila faktor emosional terlibat dalam pengalaman tersebut.

Pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama membekas jika situasinya sangat melibatkan emosi dan benar- benar dihayati oleh diri individu yang bersangkutan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian dari Pawesrti (2012) tentang gambaran perilaku seksual pranikah pada mahasiswa pelaku seks pranikah di Universitas Semarang berdasarkan hasil bahwa subyek penelitian menganggap perilaku seksual adalah sesuatu yanga wajar bila dilakukan atas dasar suka sama suka, selama tidak ada pemaksaan dan tidak ada yang merasa dirugikan meskipun mereka menggap itu bertentangan dengan aturan yang mereka anut, namun mereka mengaggap hal itu wajar karena sudah banyak orang yang melakukan.

Sejumlah 17 responden

(22,1%) menyatakan bahwa

hubungan seks merupakan suatu cara

untuk mengungkapkan rasa cinta

kepada sang pacar, serta tidak setuju

untuk melakukan komitmen untuk

tidak melakukan seks bebas saat

berpacaran sejumlah 28 responden

(36,4%). Selain itu usia juga

mempengaruhi sikap mendukung

(8)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 8 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

karena rasa keingintahuan remaja yang ingin mencoba hal baru dilihat dari hasil jawaban responden tentang sikap seks bebas yaitu 19 responden (24,7%) mengatakan bahwa timbulnya keinginan menikmati seks akan sejalan dengan matangnya organ-organ seksual pada remaja sehingga akan sulit saya kendalikan. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil Wahyuni (2013) tentang perilaku seksual pada remaja di SMA YP Serdang Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan, memperoleh hasil 53,8% responden mengaku punya pengalam seksual ketika usia 16 tahun rata-rata responden mengaku pernah melakukan deep kissing, pelukan, rabaan dan hubungan intim saat berpacaran. Hal ini dikarenakan pada masa remaja belum terkontrolnya cara pengambilan keputusan dan keadaan psikologi yang masil labil serta rasa keingintahuan yang besar maka dari itu remaja perlu perhatian khusus dari pihak intern dan ekstern.

Selain lingkungan tempat tinggal responden yang berada di lingkungan lokalisasi juga didapatkan beberapa responden yang bertempat tinggal tidak serumah dengan orang tuanya atau kos dan hidup sendiri di tempat kost, tanpa adanya pengawasan dari orang tua sejumlah 19 responden (24,7 %). Hal tersebut menurut asumsi peneliti juga merupakan salah satu faktor penyebab sikap responden yang cenderung permisif dan mendukung kegiatan atau perilaku seks bebas yang ada sekarang ini.

Asumsi peneliti tersebut juga diperkuat oleh penelitian Banun (2013), yang berjudul “ Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada Mahasiswa Semester V STIKes X Jakarta Timur 2012 ” tempat tinggal mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada siswa.

Dengan hasil penelitian p-value < 0,05 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tempat tinggal dengan perilaku seksual. Bertempat tinggal di kost atau asrama mempunyai risiko untuk melakukan perilaku seksual pranikah 0,6 kali lebih besar dibandingkan dengan responden bertempat tinggal bersama dengan orang tua.

Gambaran Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa remaja mempunyai sikap mendukung terhadap perilaku seks kategori ringan yaitu sejumlah 54 responden (70,1%). Perilaku seks bebas dalam kategori ringan dalam penelitian ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden terhadap kuesioner yang diberikan peneliti yaitu semua responden tidak ada yang akan melakukan perbuatan atau perilaku seks bebas dalam kategori berat seperti berciuman bibir atau mulut dan lidah dengan pasangan (pacar), meraba dan mencium payudara dan alat kelamin pasangan (pacar), oral seks (menghisap atau menjilat alat kelamin) dengan pasangan (pacar), menempelkan alat kelamin saya dengan pasangan (pacar) dan melakukan hubungan badan layaknya suami istri.

Hal tersebut menunjukkan bahwa

sebagian besar responden menyatakan

bahwa mereka tidak akan melakukan

perilaku seksual bebas terhadap pacar

atau kekasih mereka. Perilaku seksual

yang mereka lakukan hanyalah

perilaku yang wajar dan tidak

menjurus kepada perilaku seks bebas

seperti hanya menghayalkan

melakukan seks dengan seseorang

yang saya sukai yaitu sebanyak 61,0

(9)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 9 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

% responden dan mencium (kening, pipi) dan memeluk dengan pasangan (pacar) sebanyak 55,8 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak akan melakukan perilaku seks bebas walaupun mereka berada dalam lingkungan yang mempunyai pergaulan yang bebas karena berada dalam lingkungan lokalisasi.

Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup yang bersangkutan). Perilaku yang dikerjakan oleh organisme baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Sarwono (2011) mengatakan perilaku seksual remaja yang melewati batas dari kewajaran mempunyai dampak yang besar bagi remaja dan pasangannya, mulai dari perasaan tertarik, berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju, memegang buah dada di balik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di bawah baju, dan melakukan senggama merupakan perilaku seksual berisiko, mengakibatkan peningkatan masalah- masalah seksual.

Hubungan Antara Sikap Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar remaja mempunyai sikap terhadap perilaku seks bebas kategori ringan yaitu sejumlah 22 responden (53,7 %), responden dengan sikap tentang seks bebas kategori tidak mendukung mempunyai perilaku seks bebas kategori ringan yaitu sejumlah 32 responden (88,9 %), sikap mendukung terhadap perilaku seks bebas kategori

berat yaitu sejumlah 19 responden (46,3%), dan tidak mendukung perilaku seks bebas kategori berat yaitu sejumlah 4 responden (11,1%).

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa, responden baik yang mempunyai sikap mendukung dan tidak mendukung terhadap perilaku seks bebas mempunyai perilaku seks bebas dalam kategori ringan sehingga secara garis besar dapat disimpulkan bahwa sikap responden berpengaruh secara menyeluruh terhadap perilaku seks, dimana sikap yang tidak mendukung akan berpengaruh terhadap perilaku seks bebas.

Kesimpulan

1. Sebagian besar sikap remaja mempunyai sikap mendukung yaitu sejumlah 41 responden (53,2%).

2. Sebagian besar perilaku remaja tentang seks bebas adalah perilaku seks bebas kategori ringan yaitu sejumlah 54 responden (70,1%).

3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku seks bebas pada remaja di lingkungan lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang didapatkan pvalue 0,002

≤ 0,05.

Saran

1. Bagi remaja

Agar remaja tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, dan lebih berhati-hati dalam pergaulan memilih teman sebaya, mengoptimalkan media sosial secara positif, melakukan kegiatan positif dimasyarakat, mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Diharapkan bagi petugas

Puskesmas dapat meningkatkan

(10)

Hubungan antara Sikap dengan Perilaku Seks Bebas pada Remaja 10 di Lingkungan Lokalisasi Wilayah Kabupaten Semarang

promosi kesehatan terhadap remaja tentang peduli seks bebas dan dampak dari seks bebas, dengan meningkatkan promosi kesehatan kepada remaja dapat meningkatkan pengetahuan remaja. Melalui program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

3. Bagi Orang Tua

Agar mengawasi remaja terutama orang tua remaja yang berada di lingkungan lokalisasi supaya tidak lalai dan membiarkan anak untuk bergaul dengan pekerja penjaja seks supaya tidak menimbulkan pengaruh negatif terhadap remaja.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik pada masalah remaja terhadap perilaku seks bebas serta ingin menelitinya lebih lanjut, diharapkan dapat mengembangkan variabel kualitatif. Disertai dengan indepth interview yang dilakukan terhadap keluarga, agar data lebih valid.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2013. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar Offset Azwar, S.

(2013). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta :Pustaka Pelajar Offset CV Mandar Maju.

Banun fadila, O.S, dan Setyorogo Soedijono. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual Pranikah Pada

Mahasiswa Semester V STIKes X Jakarta Timur 2012. Jurnal Ilmiah

Kesehatan, 5(1).

http://lp3m.thamrin.ac.id/upload/ar tikel%203.%20vol%205%20no%2 01_fadila.pdf.

Diakses pada tanggal 31 juni 2016.

Dewi Dan Wawan. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Manusia, Yogyakarta: Nuha Medika.

Dewi, H.E. 2012. Memahami Perkembangan Fisik Remaja.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Notoatmodjo. 2007. Ilmu Perilaku dan Sikap. Jakarta: Rinera Cipta.

---. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sarlito W. Sarwono. 2013. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Setiawan, Ari dan Saryono, 2010. Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika

Tukiran, 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi.

Yogyakarta: Penerbit Pustaka

Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Pengetahuan remaja tentang seks bebas berdasarkan sikap menunilt&lt;Xan bahwa sebagian besar siswa dengan pengetahuan baik tidak mendukung sek. bebasl Hal

diatas diketahui bahwa hasil hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada remaja SMA Negeri X Kabupaten Tanggamus, dari 156

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lingkungan pergaulan yang meliputi: sekolah, keluarga dan masyarakat dengan sikap dan perilaku seks bebas

Tujuan penelitian ini adalah: 1). Untuk mengetahui hubungan antara pola asuh permisif dengan sikap terhadap perilaku seks bebas pada remaja. 2) untuk mengetahui

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja tentang seks bebas, untuk mengetahui perilaku seks bebas pada remaja, untuk

Hasil tabulasi silang tingkat pengetahuan baik kurang tentang kesehatan reproduksi dengan sikap remaja terhadap perilaku seks bebas di SMA N 1 Sewon Bantul

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai sikap remaja terhadap seks bebas diketahui bahwa sikap remaja sebelum mendapatkan promosi kesehatan sebagian besar memiliki sikap

Kecenderungan perilaku seks bebas dari para responden juga dapat dilihat dari berbagai data lapangan.Semua responden diketahui telah melakukan segala jenis hubungan