• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA DALAM MENGHADAPI SEKS BEBAS

DI DESA PETUARAN HILIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2008

SHERLY MELISA NIM: 075102054

KARYA TULIS ILMIAH

(2)

SURAT PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Judul Penelitian : Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Serdang Bedagai

Peneliti : Sherly Melisa

Alamat Peneliti : Jl. Pembangunan no. 59 Medan

Dengan menandatangani lembaran ini saya memberikan persetujuan untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Saya mengerti bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku remaja desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai dalam menghadapi seks bebas.

Saya mengerti bahwa penelitian ini tidak mengandung resiko yang berarti dan saya telah diberitahu bahwa kuesioner ini bersifat rahasia dan jawabannya hanya untuk penelitian.

Saya telah mendapatkan penjelasan mengenai penelitian ini dan diberi kesempatan untuk bertanya. Saya secara sukarela berperan serta dalam penelitian ini.

Tanda Tangan Medan, 2008

(Responden) (Peneliti)

(3)

RANCANGAN / ANGGARAN BIAYA PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU TAHUN 2007 / 2008

NO URAIAN QUALIT - Collecting Data

(4)

LEMBAR PENGESAHAN KARYA TULIS ILMIAH

Judul : PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU REMAJA DALAM MENGHADAPI SEKS BEBAS DI DESA PETUARAN HILIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI TAHUN 2008

Nama : Sherly Melisa NIM : 075102054

ProgramStudi : D-IV Bidan Pendidik FK USU

Pembimbing,

(5)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai. Nama : Sherly Melisa

Nim : 075102054

Program Studi : D-IV Bidan Pendidik

Pembimbing Penguji

( Dina Indarsita, SST, M.Kes) ………...Penguji I (dr. Cut Adeya Adella, Sp.OG)

………..Penguji II (dr. Rina Amelia)

(6)

Judul : Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

Penulis : Sherly Melisa

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun Akademik : 2007 / 2008

ABSTRAK

Seks Bebas dikalangan remaja yang dianggap lepas kontrol masih sering dirasakan sebagai ancaman. Banyak remaja pada usia dini sudah terjebak pada perilaku reproduksi yang tidak sehat tersebut. Antara 10-31% (N=300 disetiap kota) remaja yang belum menikah di 12 kota besar di Indonesia menyatakan sudah pernah melakukan hubungan seks. Karena itu, seks bebas dijadikan bahan pembicaraan lagi oleh beberapa pakar.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam menghadapi seks babas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008. Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah populasi 445 orang dan sampel 82 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan langsung kepada responden. Data hasil penelitian diolah berdasarkan analisis deskiptif untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti.

Berdasarkan hasil pelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik tentang seks bebas (68.3%), bersikap baik (positif) dalam menghadapi seks bebas (59.8%), dan termasuk berperilaku seksual yang beresiko rendah terjadinya hubungan seks bebas ( 68.3%).

Untuk itu agar dapat memiliki pengetahuan baik, remaja diharapkan mencari informasi yang lengkap dan benar dari sumber yang dapat dipercaya atau pihak yang berkopeten dibidang promosi kesehatan sehingga dapat bersikap positif dan berperilaku yang tidak beresiko.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kepada :

1. Prof. Chairuddin P Lubis, DTM &H, SpA (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, SpPD. KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. dr. Guslihan Dasa Tcipta, SpA (K), selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

4. dr. Murniati Manik, Msc, SpKK, selaku Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dina Indarsita, SST. M.Kes, selaku pembimbing yang telah banyak mengorbankan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis.

(8)

7. dr. Rina Amelia, selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dan bimbingan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Ibu Dewi Elizadiani Suza, SKp. MNS, selaku Koordinator mata kuliah Metodologi Penelitian dan Penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

9. Para dosen dan staf Program D-VI Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara yang telah benyak memberikan bantuan dan masukan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Bapak Kepala Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

11. Kedua orang tua serta saudara penulis tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Medan, Juni 2008

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN………. i

LEMBAR PERSETUJUAN………ii

ABSTRAK………iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI ……... vi

DAFTAR TABEL……….x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan ... 6

2.1.1 Pengertian Pengetahuan ... 6

2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan………6

2.1.3 Tingkatan Pengetahuan didalam Domain Kognitif .... 7

2.2 Sikap ... 8

(10)

2.2.3 Tingkatan Sikap ... 9

2.2.4 Dimensi Sikap………..9

2.3 Perilaku ... 10

2.3.1 Pengertian Perilaku ... 10

2.3.2 Bentuk Perilaku ... 11

2.3.3 Perubahan Perilaku ... 11

2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku... 12

2.3.5 Proses Adopsi Perilaku……… 13

2.3.6 Determinan Perilaku………13

2.4 Remaja ... 14

2.4.1 Pengertian Remaja... 14

2.4.2 Tahap Perkembangan Remaja... 15

2.5 Seks Bebas ... 16

2.5.1 Pengertian Seks Bebas ... 16

2.5.2 Aktivitas Seksual Remaja yang Memiliki Resiko Terjadinya Aktivitas Seks Bebas (Hubungan intim) Berdasarkan Tingkatan-Tingkatan Menurut Derajat Keintiman ... 16

2.5.3 Dampak Seks Bebas ... 17

2.5.4 Fartor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas... 18

(11)

2.6 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja ... 22

BAB III KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep... 25

3.2 Defenisi Konseptual ... 25

3.3 Defenisi Operasional ... 26

BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian ... 29

4.2 Populasi dan Sampel ... 29

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

4.4 Pertimbangan Etik... 30

4.5 Instrumen Penelitian ... 31

4.6 Pengumpulan Data ... 31

4.7 Analisa Data ... 32

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian……….33

5.1.1 Karakteristik Responden……….33

5.1.2 Pengetahuan……….34

5.1.3 Sikap……….37

5.1.4 Perilaku……….41

5.2 Pembahasan ... 44

5.2.1 Pengetahuan……….44

(12)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan ... 50 6.2 Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 5.1.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

dan Jenis kelamin di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008. ...33 Tabel 5.1.2.a Distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas

Berdasarkan Jawaban Benar dan Salah di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008. ……….35 Tabel 5.1.2.b Distribusi Kategori Pengetahuan Remaja Tentang Seks

Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2008.……….37 Tabel 5.1.3.a Distribusi Sikap Remaja dalam Menghadapi Seks

Bebas Berdasarkan Jawaban Responden di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008. ……….39 Tabel 5.1.3.b Distribusi Kategori Sikap Remaja dalam Menghadapi

Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang

Bedagai Tahun 2008. ………..41 Tabel5.1.4.a Distribusi Perilaku Remaja dalam Menghadapi Seks

Bebas Berdasarkan Jawaban Ya dan Tidak di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008. ………42 Tabel 5.1.4.b Distribusi Kategori Perilaku Remaja dalam

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 2. Surat Izin Melakukan Penelitian Lampiran 3. Surat Izin dan Selesai Penelitian Lampiran 4. Surat Persetujuan Sebagai Responden Lampiran 5. Jadwal Kegiatan ( Time Table) Lampiran 6. Rencana Biaya Penelitian Lampiran 7. Data Hasil Penelitian

- Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Penelitian - Hasil Tabulasi Data Penelitian

- Distribusi Frekue nsi Hasil Penelitian

(15)

Judul : Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

Penulis : Sherly Melisa

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik FK USU Tahun Akademik : 2007 / 2008

ABSTRAK

Seks Bebas dikalangan remaja yang dianggap lepas kontrol masih sering dirasakan sebagai ancaman. Banyak remaja pada usia dini sudah terjebak pada perilaku reproduksi yang tidak sehat tersebut. Antara 10-31% (N=300 disetiap kota) remaja yang belum menikah di 12 kota besar di Indonesia menyatakan sudah pernah melakukan hubungan seks. Karena itu, seks bebas dijadikan bahan pembicaraan lagi oleh beberapa pakar.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam menghadapi seks babas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai tahun 2008. Desain penelitian ini bersifat deskriptif dengan jumlah populasi 445 orang dan sampel 82 orang. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner yang disebarkan langsung kepada responden. Data hasil penelitian diolah berdasarkan analisis deskiptif untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti.

Berdasarkan hasil pelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berpengetahuan baik tentang seks bebas (68.3%), bersikap baik (positif) dalam menghadapi seks bebas (59.8%), dan termasuk berperilaku seksual yang beresiko rendah terjadinya hubungan seks bebas ( 68.3%).

Untuk itu agar dapat memiliki pengetahuan baik, remaja diharapkan mencari informasi yang lengkap dan benar dari sumber yang dapat dipercaya atau pihak yang berkopeten dibidang promosi kesehatan sehingga dapat bersikap positif dan berperilaku yang tidak beresiko.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Seks bebas atau dalam bahasa populernya extra-marital intercourse atau

kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar.

Tidak terkecuali bukan saja oleh agama dan negara tetapi juga oleh filsafat. Seks bebas merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini cenderung disukai oleh anak muda terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan (Amirudin dkk, 1997).

Remaja adalah bagian dari penduduk dunia yang berskala kecil namun memiliki sumbangan teramat besar bagi perkembangan masa depan dunia. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Indonesia tahun 2000, jumlah remaja usia 10-19 tahun mencapai sekitar 60.901.709 atau 30% dari jumlah penduduk Indonesia yang berjumlah 201.241.999 jiwa. Melihat jumlahnya yang sangat besar, maka remaja sebagai generasi penerus bangsa perlu dipersiapkan menjadi manusia yang sehat secara jasmani, rohani, dan mental spiritual. Namun berbagai penelitian menunjukkan bahwa banyak remaja pada usia dini sudah terjebak dalam perilaku reproduksi tidak sehat. Diantaranya adalah seks pranikah atau seks bebas. Dari data yang ada menunjukkan:

(17)

2. Di Denpasar Bali, dari 633 pelajar SLTA kelas II, sebanyak 24,4% (155 remaja) mempunyai pengalaman hubungan seks (Pangkahila, 1996).

3. Di Lampung, 75 dari 100 remaja yang belum menikah dilaporkan sudah pernah melakukan hubungan seks (Studi PKBI, 1997).

4. Di Medan, 27% remaja laki-laki dan 9% remaja perempuan (15-19 tahun) mengatakan sudah pernah berhubungan seksual (Situmorang, 2001).

(BKKBN, 2006).

Menurut Soetjiningsih (2004), perilaku seks bebas yang dilakukan oleh remaja tidak terlepas dari kurangnya pengetahuan remaja mengenai seks bebas tersebut. Berdasarkan hasil survey SKRRI 2002-2003, pengetahuan seks remaja Indonesia masih relatif rendah, pengetahuan remaja laki laki hanya 46,1% dan pengetahuan remaja perempuan hanya sekitar 43,1%. (SKRRI, 2004) Dari data lain diketahui hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan hanya 24% mengetahui tentang PMS. (Baseline Survey, 1999) Selain itu ada 86% remaja, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak mengerti tentang kapan terjadinya masa subur. Disamping itu, hanya satu diantara dua remaja yang mengetahui adanya kemungkinan hamil apabila melakukan hubungan seks meskipun hanya sekali (SKRRI, 2004).

(18)

16,2%, saling mencintai sebanyak 12,0%, dan suka sama suka 12,3% (SKRRI, 2004).

Berdasarkan Laporan Hasil Survei MCR-PKBI (Mitra Citra Remaja) Jawa Barat, terdapat delapan faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seksual pranikah atau seks bebas remaja. Berdasarkan jawaban yang masuk, faktor sulit mengendalikan dorongan seksual menduduki peringkat tertinggi (63,68%), selanjutnya faktor kurang taat menjalankan agama (55,79%), rangsangan seksual (52,63%), sering nonton blue film (49,47%), tidak ada bimbingan orang tua (9,47%), pengaruh tren (24,74%), tekanan dari lingkungan (18,42%), dan masalah ekonomi (12,11%) (Tempo, 2006).

Menurut Laporan Hasil Survei Surveilans Perilaku (SSP) 2002-2003 di Indonesia, di Kabupaten Deli Serdang terdapat 250 WPS (Wanita Penjaja Seks) langsung dan 200 WPS tidak langsung yang sebagian besar berasal dari kalangan remaja (BPS, 2004).

Perilaku seks bebas yang dianggap melanggar norma bukan merupakan masalah baru lagi. Dibeberapa kota metropolitan, beberapa remaja sudah mulai melakukan hubungan seks bebas, walaupun kebanyakan secara sembunyi-sembunyi. Memang kegiatan seks bebas yang dianggap lepas kontrol masih sering dirasakan sebagai ancaman. Karena itu, seks bebas dijadikan bahan pembicaraan lagi oleh beberapa pakar (Kompas, 2001).

(19)

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Untuk mengetahui pengetahuan remaja tentang seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

1.2.2 Untuk mengetahui sikap remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

1.2.3 Untuk mengetahui perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

1.3 Pertanyaan Penelitian

1.3.1 Bagaimana pengetahuan remaja tentang seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008?

1.3.2 Bagaimana sikap remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008?

(20)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Remaja

Sebagai sumber informasi dan bahan masukan bagi remaja untuk lebih meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam menghadapi seks bebas.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai.

1.4.3 Bagi Peneliti

Mengaplikasikan ilmu yang didapat selama ini, serta menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian selanjutnya.

1.4.4 Bagi Institusi Pendidikan

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmodjo,2007).

2.1.2 Cara Memperoleh Pengetahuan

Cara yang dapat digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan : a. Cara Tradisional

Cara kuno sebelum dikemukakan metode ilmiah. Cara ini meliputi : 1. Cara coba salah

2. Cara kekuasaan atau otoritas 3. Berdasarkan pengalaman pribadi 4. Melalui jalan pikiran

b. Cara Modren

(22)

2.1.3 Tingkat Pengetahuan Didalam Domain Kognitif

Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, Yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu meteri yang telah dipelajari sebelumnya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi-materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu sruktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

(23)

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulasi atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek (Notoadmodjo, 2007).

Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Menurut

Berkowitz (1972) (dalam Azwar, 2007), sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Secara lebih spesifik, Edwards (1957) (dalam Azwar, 2007) memformulasikan sikap sebagai derajat efek positif atau efek negatif terhadap suatu objek psikologis.

2.2.2 Komponen Pokok Sikap

Dalam pembagian lain Allport (1954) (dalam Notoadmodjo, 2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok, yaitu:

(24)

2.2.3 Tingkatan Sikap

Menurut Notoadmodjo (2007), sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatunya.

2.2.4 Dimensi Sikap

a. Arah

Sikap mempunyai arah, artinya sikap terpilah pada dua arah yaitu apakah setuju atau tidak setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. b. Intensitas

(25)

c. Keluasan

Sikap memiliki keluasan, artinya kesetujuan atau ketidak setujuan terhadap suatu objek sikap dapat mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.

d. Konsistensi

Sikap memiliki konsistensi, artinya kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukakan dengan responnya terhadap objek sikap yang dimaksud.

e. Spontanitas

Sikap memiliki spontanitas, yaitu menyangkut sejauh mana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya secara spontan(Azwar, 2007).

2.3 Perilaku

2.3.1 Pengertian Perilaku

(26)

Skiner membedakan adanya dua respon, yakni:

a. Respondent respons atau reflesive, yakni respon yang ditimbulkan oleh ransangan-ransangan (stimulus tertentu).

b. Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu.

2.3.2 Bentuk Perilaku

a. Perilaku tertutup (covert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup

(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati oleh orang lain. (Notoadmodjo, 2007)

2.1.3 Perubahan Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003), perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu:

a. Perubahan alamiah (natural change)

(27)

lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat didalamnya akan berubah.

b. Perubahan terencana (planned change)

Perubahan ini memang karena direncanakan subjek. c. Kesediaan untuk berubah (readdiness change)

Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat menerima perubahan tersebut (berubah perilaku) dan sebagian orang lagi sangat lambat. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan yang berbeda-beda untuk berubah.

2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku

Konsep umum yang digunakan untuk mendiagnosis perilaku adalah konsep dari Lawrence Green (1980) (dalam Notoadmodjo, 2007). Menurut

Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu: a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)

Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi, dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pemungkin (enambling factors)

(28)

c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,tokoh agama,dan para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.

2.1.5 Proses Adopsi Perilaku

Penelitian Rogers (1974) (dalam Notoadmodjo, 2007) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru atau berperilaku baru, didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni:

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.

b. Interest, yakni orang mulai tertarik terhadap stimulus.

c. Evaluation, yakni menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.

d. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.6 Determinan Perilaku

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan.

(29)

2.4 Remaja

2.4.1 Pengertian Remaja

Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolescence memiliki arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Ali dan Asrori, 2004).

Masa remaja adalah masa transisi antara masa anak-anak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapai fertilitas, dan terjadi perubahan-perubahan psikologik serta kognitif (Soetjiningsih, 2004).

Masa remaja dalam hidup kita adalah suatu periode transisi yang memiliki rentang dari masa kanak-kanak yang bebas dari tanggung jawab sampai pencapaian tanggung jawab pada masa dewasa. Remaja secara umum dianggap mencakup individu berusia 10 sampai 19 tahun, sehingga kesehatan reproduksi remaja memperhatikan kebutuhan fisik, sosial, dan emosional kaum muda (Glasier dan Gebbie, 2005).

Menurut defenisi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), remaja

(30)

2.4.2 Tahap Perkembangan Remaja

Menurut ciri-ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu:

a. Masa remaja awal (10-12 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1. Lebih dekat dengan teman sebaya.

2. Ingin bebas.

3. Lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir abstrak.

b. Masa remaja tengah (13-15 tahun), dengan ciri khas antara lain: 1. Mencari identatas diri.

2. Timbulnya keinginan untuk kencan. 3. Mempunyai rasa cinta yang mendalam. 4. Mengembangkan kemampuan berpikir abstra. 5. Berkhayal tentang aktivitas seks.

c. Masa remaja akhir (16-19), dengan ciri khas antara lain: 1. Pengungkapan kebebasan diri.

2. Lebih selektif dalam mencari teman sebaya. 3. Mempunyai citra jasmani dirinya.

(31)

2.5 Seks Bebas

2.5.1 Pengertian Seks Bebas

Seks bebas merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah. Perilaku ini cenderung disukai oleh anak muda terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan (Amirudin dkk, 1997). Pada hakekatnya, dalam eksesivitasnya seks bebas itu tidak ada bedanya dengan promiscuity atau campur aduk seksual tanpa aturan (Kartono, 2006).

2.5.2 Aktivitas Seksual Remaja yang Memiliki Resiko Terjadinya Aktivitas

Seks Bebas (hubungan intim) Berdasarkan Tingkatan-Tingkatan

Menurut Derajat Keintiman

a. Tingkatan pertama berupa pegangan-pegangan tangan, pelukan- pelukan ringan, meletakkan tangan ke pundak, ciuman ringan di pipi dan bibir. b. Tingkatan kedua berkembang menjadi pelukan yang lebih mendalam,

ciuman pada dahi dan mata, memepat telinga, adu mulut dengan lidah, dan mengusap pinggang.

c. Tingkatan ketiga yaitu mencumbui buah dada.

(32)

2.5.3 Dampak Seks Bebas

a. Kehamilan yang tidak diharapkan

Hubungan seks bebas atau seks pra nikah yang dilakukan remaja secara tidak bertanggung jawab terbukti telah banyak mengakibatkan kehamilan tak diharapkan (KTD). Banyak KTD diakhiri dengan aborsi. Aborsi selain dapat merusak organ reproduksi remaja perempuan juga dapat menyebabkan kematian ibu.

1. Menurut Prof. Biran Affandi, sekitar 2,1-2,4 juta perempuan setiap tahun diperkirakan melakukan aborsi, 30% diantaranya remaja.

2. Aborsi dikalangan remaja sering kali dilakukan dengan cara tidak aman seperti memijat, minum jamu, dan memasukkan benda kedalam jalan lahir.

b. Penyakit menular seksual (PMS) dan HIV / AIDS.

Hubungan seks bebas atau seks pra nikah yang dilakukan secara tidak aman terbukti telah menyebabkan infeksi atau penyakit menular seksual termasuk HIV / AIDS. Apabila PMS tidak diobati secara tepat maka dapat meningkatkan resiko kemandulan, kanker leher rahim, dan lain-lain

(33)

2.5.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Remaja dalam

Menghadapi Seks Bebas

a. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

b. Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental, dan lain-lain).

c. Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan untuk melanggar hal-hal tersebut.

(34)

menjadikan mereka tidak terbuka pada anak, bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.

f. Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria (Sarwono, 2006)

Menurut para ahli, alasan seorang remaja melakukan hubungan hubungan seks diluar nikah atau seks bebas terbagi dalam beberapa faktor, yaitu: a. Tekanan yang datang dari teman pergaulannya.

Lingkungan pergaulan yang telah dimasuki oleh seorang remaja dapat juga berpengaruh untuk menekan temannya yang belum melakukan hubungan seks.

b. Adanya tekanan dari pacarnya.

Karena kebutuhan seseorang untuk mencintai dan dicintai, seseorang harus rela melakukan apa saja terhadap pasangannya, tanpa memikirkan risiko yang dihadapinya.

c. Adanya kebutuhan badaniah.

Seks merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang termasuk remaja.

d. Rasa penasaran.

(35)

penasaran tersebut semakin mendorong mereka untuk lebih jauh lagi melakukan berbagai macam percobaan sesuai dengan yang diharapkannya. e. Pelampiasan diri.

Faktor ini tidak hanya datang dari diri sendiri. Misalnya, karena putus asa lalu seseorang mencari pelampiasan yang akan semakin menjerumuskannya kedalam pergaulan bebas.

f. Faktor lingkungan keluarga.

Bagi seorang remaja, mungkin aturan yang diterapkan oleh kedua orang tuanya tidak dibuat berdasarkan kepentingan kedua belah pihak (orang tua dan anak). Akibatnya remaja tersebut merasa tertekan, sehingga ingin membebaskan diri dengan menunjukkan sikap sebagai pemberontak, yang salah satunya dalam masalah seks. (Dianawati, 2006)

2.5.5 Tindakan yang Perlu Dilakukan dalam Menghadapi Seks Bebas

Remaja

a. Tindakan Preventif 1. Internal

(36)

yang positif dan produktif, menyaring berbagai informasi yang masuk, dan belajar disiplin.

2. Eksternal

Pencegahan yang dilakukan oleh pihak diluar diri remaja. Antara lain oleh orang tua, lingkungan permainan (masyarakat), lembaga pendidikan atau sekolah, dan lembaga-lembaga lainnya. Misalnya; orang tua harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis, mengembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif, menunjukkan penghargaan secara terbuka, dan melatih anak untuk mengekspresikan dirinya ; orang tua dan masyarakat memperhatikan sarana dan prasarana rekreasi yang tepat dan sehat bagi remaja, mendorong remaja terhadap latihan penyaluran kreativitas, dan melaksanakan pembinaan psikososial edukatif.

b. Tindakan preservatif

Orang tua dan masyarakat berupaya memotivasi anak remaja dengan cara mempertahankan dan mengembangkan kondisi-kondisi yang positif yang telah dimiliki remaja atau yang telah dilakukan remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan remaja.

c. Tindakan rehabilitatif

(37)

1. Menyelidiki apakah remaja itu tergolong berperilaku sehat secara sosial-psikologis

2. Latar belakang apa yang menyebabkan remaja berperilaku menyimpang, apakah faktor lingkungan keluarga, sekolah, teman, atau lainnya.

3. Tumbuhkan motivasi bahwa remaja memiliki psikis yang sehat, serta motivasinya untuk menghadapi kehidupan masa mendatang.

4. Salurkan remaja terhadap pelatihan keterampilan dan kembangkan pengetahuan serta tanamkan mental untuk dapat mandiri, bertanggung jawab, dan aktif kreatif.

d. Tindakan korektif

Orang tua memberikan penanganan yang efektif dan tepat atas gangguan yang dialami remaja. Misalnya dengan memberikan terapi, baik psikologis, spiritual dan medis, maupun secara sosial-psikologis ( Iriany, 2006).

2.6 Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Remaja

(38)

Menurut Wilopo (2002), pengetahuan remaja Indonesia mengenai masalah kesehatan reproduksi memang masih sangat minim. Hal ini disebabkan kurangnya informasi kesehatan reproduksi baik dari sekolah maupun lingkungan keluarganya.

Berdasarkan hasil survey SKRRI 2002-2003, pengetahuan seks remaja Indonesia masih relatif rendah, pengetahuan remaja laki laki hanya 46,1% dan pengetahuan remaja perempuan hanya sekitar 43,1% (SKRRI, 2004). Dari data lain diketahui hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV/ AIDS dan hanya 24% mengetahui tentang PMS (Baseline Survey, 1999). Selain itu ada 86% remaja, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak mengerti tentang kapan terjadinya masa subur. Disamping itu, hanya satu diantara dua remaja yang mengetahui adanya kemungkinan hamil apabila melakukan hubungan seks meskipun hanya sekali (SKRRI, 2004).

Kurangnya pengetahuan seks remaja menyebabkan meningkatnya perilaku seks bebas dikalangan remaja sehingga meningkatkan resiko kehamilan usia remaja dan penyakit menular seksual (Soetjiningsih, 2004).

(39)

menghargai arahan yang diberikan dari orangtua, sehingga remaja lebih senang menggali informasi mengenai seks bebas dengan teman-teman terdekatnya.

(40)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian ini dimodifikasi dari teori Green tahun 1980 (dalam Notoatmodjo, 2007) tentang teori perilaku, seperti yang tergambar dalam kerangka konsep berikut ini:

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Defenisi Koseptual

3.2.1 Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu (Notoadmodjo, 2007). 3.2.2 Sikap adalah reaksi atau respon dari seseorang terhadap suatu stimulus

atau objek (Notoadmodjo, 2007).

3.2.3 Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati langsung oleh pihak luar (Notoadmodjo, 2007).

Perilaku Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas Pengetahuan

(41)

3.3 Defenisi Operasional

3.3.1 Pengetahuan remaja tentang seks bebas adalah segala sesuatu yang remaja ketahui tentang seks bebas, meliputi: pengertian seks bebas, aktivitas seksual remaja yang memiliki resiko terjadinya aktivitas seks bebas, dampak seks bebas, faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ramaja dalam menghadapi seks bebas, dan tindakan yang perlu dilakukan dalam menghadapi seks bebas remaja.

Cara ukur dengan menghitung jawaban responden dalam 15 pertanyaan pengetahuan dalam kuesioner.

Skala ukur ordinal. Hasil ukur adalah :

a. Pengetahuan kurang baik, bila responden menjawab benar ≤ 8 pertanyaan kuesioner.

b. Pengetahuan baik, bila bila responden menjawab benar > 8 pertanyaan kuesioner.

3.1.2 Sikap remaja dalam menghadapi seks bebas adalah respon atau pendapat dari remaja tentang paham yang berhubungan dengan seks bebas, meliputi:

a. Sikap sangat setuju terhadap paham seks bebas. b. Sikap setuju terhadap paham seks bebas.

(42)

Cara ukur dengan menghitung jawaban responden dalam 10 pertanyaan sikap ( 5 favourable dan 5 unfavourable ) dalam kuesioner.

Skala ukur ordinal. Hasil ukur adalah :

a. Kurang baik (negatif) bila skor ≤ 30 b. Baik (positif), bila skor > 30

Aspek pengukuran sikap:

Pernyataan

Favourable

Skor Pernyataan

Unfavourable

Skor

Sangat setuju 5 Sangat setuju 1

Setuju 4 Setuju 2

Ragu-ragu 3 Ragu-ragu 3

Tidak setuju 2 Tidak setuju 4

Sangat tidak setuju 1 Sangat tidak setuju 5

3.1.3 Perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan remaja dalam menghadapi seks bebas , meliput i pernah atau tidak pernah melakukan:

a. Aktivitas seksual remaja yang memiliki resiko terjadinya aktivitas seks bebas (hubungan seks), yaitu:

(43)

2. Tingkatan kedua berupa pelukan yang lebih mendalam, ciuman pada dahi dan mata, mencumbu telinga, adu mulut dengan lidah, dan mengusap pinggang.

3. Tingkatan ketiga yaitu mencumbui buah dada.

4. Tingkatan keempat yaitu melakukan perangsangan pada bagian- bagian organ seksual.

b. Aktivitas seks bebas remaja (hubungan seks).

Cara ukur dengan menghitung jawaban responden dalam 13 pertanyaan perilaku dalam kuesioner.

Skala ukur ordinal. Hasil ukur adalah :

a. Perilaku beresiko rendah, bila responden menjawab ya pada sebagian atau seluruhnya pertanyaan kuesioner nomor 1-10

(44)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

4.2 Populasi Dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja (10-19 tahun) desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai yaitu sebanyak 445 remaja.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diteliti. Penghitungan sampel dalam penelitian ini menggunakan rumus Notoadmodjo (2003):

N

n

=

1 + N (

d

² )

Keterangan:

N = Besar populasi

n

= Besar sampel

(45)

445

n

= 1 + 445 ( 0.1² )

n =

81.6

n

= 82

Jadi sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini berjumlah 82 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai.

4.3.2 Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai bulan Agustus 2007 sampai dengan Juni 2008. Pelaksanaan pengisian dan pengumpulan kuesioner mulai tanggal 22 Maret sampai dengan 31 Maret 2008.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengajukan permohonan kepada ketua pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Kedokteran Sumatera Utara, dan mengajukan permohonan izin kepada kepala desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai, sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan.

(46)

tersebut. Data-data yang diperoleh akan digunakan semata-mata demi perkembangan ilmu pengetahuan.

Setelah calon responden memahami serta menerima maksud dan tujuan peneliti, maka subjek secara sukarela menandatangani lembar persetujuan (informedconsent) dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner.

4.5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat peneliti dengan mengacu pada teori dan kerangka konsep. Kuesioner yang dibuat berisikan tentang data demografi, pertanyaan pengetahuan, pertanyaan sikap, dan pertanyaan perilaku remaja dalam menghadapi seks babas . Sebelum dilakukan penyebaran data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas kuesioner terhadap 20 remaja di Desa Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai.

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Jenis Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yaitu data yang langsung diambil oleh peneliti sendiri dengan menggunakan kuesioner.

4.6.2 Cara Pengumpulan data

(47)

4.6.3 Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Proses editing

Dilakukan pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pengumpulan data akan diperbaiki dan dilakukan pendataan ulang.

2. Proses coding

Data yang diperoleh dari setiap pertanyaan diberi kode sesuai dengan petunjuk.

3. Proses tabulating

Dilakukan dengan memasukkan data kedalam table berdasarkan variebel yang ada, sehingga memudahkan dalam menganalisa data.

4. Entry data

Memasukkan data kedalam komputer sehingga memudahkan dalam menganalisa data.

4.7 Analisa Data

(48)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Setelah dilakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 22 Maret sampai dengan 31 Maret 2008 dengan jumlah responden 82 orang, maka diperoleh hasil:

5.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik responden, dapat diketahui bahwa dari 82 responden mayoritas responden berada di kelompok umur 16-19 tahun yaitu sebanyak 56 (68,3%) orang, dan minoritas berada di kelompok umur 10-12 tahun yaitu sebanyak 9 (11%) orang. Sementara itu, perempuan merupakan responden terbanyak yaitu 48 (58.5%) orang, sedangkan responden laki-laki sebanyak 34 (41.5%) orang. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1.1

Tabel 5.1.1

Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis kelamin di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

No Karakteristik N %

1 Umur

a. 10 – 12 tahun 9 11.0

b. 13-15 tahun 17 20.7

c. 16-19 tahun 56 68.3

Total 82 100

2 Jenis Kelamin

a. Laki-laki 34 41.5

b. Perempuan 48 58.5

(49)

5.1.2 Pengetahuan Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa

Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. (Notoadmodjo, 2007) Pengetahuan remaja tentang seks bebas adalah segala sesuatu yang remaja ketahui tentang seks bebas.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden mengetahui dan memberi jawaban yang benar atas pertanyaan yang berhubungan dengan informasi tentang seputar seks bebas. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden terkecil yang menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan, yaitu 52.4% responden yang menjawab benar bahwa perempuan bisa hamil bila melakukan hubungan seks pada masa subur (14 hari setelah haid), 59.8% responden yang menjawab benar bahwa hubungan seks bebas yang dilakukan secara tidak aman dapat menyebabkan penyakit menular seksual. Sementara itu 61% sampai 100% responden menjawab benar pada pertanyaan pengetahuan lainnya. Yaitu 61% responden menjawab benar bahwa HIV dan AIDS termasuk penyakit menular seksual, 100% responden menjawab benar bahwa meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan YME serta belajar disiplin merupakan salah satu upaya dalam menghadapi seks bebas.

(50)

Tabel 5.1.2.a

Distribusi Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas Berdasarkan Jawaban Benar dan Salah

di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

No Pernyataan

Jawaban

Benar Salah Total

N % N % N %

1 Seks bebas merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah.

82 100 0 0 82 100

2 Berciuman termasuk salah satu

aktivitas seksual remaja. 58 70.7 24 29.3 82 100 3 Berpelukan sambil berciuman

merupakan salah satu aktivitas seksual yang beresiko kearah aktivitas seks bebas (hubungan intim).

55 67.1 27 32.9 82 100

4 Rangsangan yang dilakukan oleh pasangan pada bagian-bagian organ seksual seperti alat kelamin dapat menyebabkan seseorang sulit untuk mengendalikan nafsu seksualnya.

82 100 0 0 82 100

5 Perempuan bisa hamil bila melakukan hubungan seks pada saat masa subur ( 14 hari setelah haid).

43 52.4 39 47.6 82 100

6 Hubungan seks bebas dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diharapkan.

81 98.8 1 1.2 82 100 7 Tindakan aborsi merupakan

salah satu akibat dari kehamilan yang tidak diharapkan.

69 84.1 13 15.9 82 100

8 Aborsi selain dapat merusak organ reproduksi remaja juga dapat menyebabkan kematian.

53 64.6 29 35.4 82 100 9 Hubungan seks bebas yang

dilakukan secara tidak aman dapat menyebabkan penyakit menular seksual.

(51)

Tabel 5.1.2.a (Lanjutan) 11 Penyakit menular seksual yang

tidak diobati secara tepat dapat mengakibatkan kematian.

53 64.6 29 35.4 82 100 12 Penyebaran informasi melalui

media massa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi remaja berperilaku beresiko kearah

aktivitas seks bebas.

82 100 0 0 82 100

13 Hubungan seksual merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang termasuk remaja.

58 70.7 24 29.3 82 100

14 Adanya tekanan dari pacar

mempengaruhi remaja melakukan seks bebas.

67 81.7 15 18.3 82 100 15 Meningkatkan keimanan dan

ketakwaan terhadap Tuhan YME serta belajar disiplin merupakan salah satu upaya dalam menghadapi seks bebas.

82 100 0 0 82 100

Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai dikategorikan baik dan kurang baik. Pengetahuan diukur dengan menjawab 15 pertanyaan. Pengetahuan baik diperoleh dengan menjawab benar > 8 pertanyaan, sedangkan pengetahuan kurang baik diperoleh dengan menjawab benar ≤ 8 pertanyaan.

(52)

responden dan yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang seks bebas yaitu sebanyak 31.7% responden. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1.2.b

Tabel 5.1.2.b

Distribusi Kategori Pengetahuan Remaja Tentang Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

Pengetahuan Jumlah %

Baik 56 68.3

Kurang baik 26 31.7

Jumlah 82 100

5.1.3 Sikap Remaja Dalam Menghadapi Seks bebas di Desa Petuaran Hilir

kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008.

Sikap remaja dalam menghadapi seks bebas adalah respon atau pendapat remaja tentang paham yang berhubungan dengan seks bebas.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pernyataan positif (favourable) yang menyangkut tentang seks bebas mayoritas responden menyatakan penilaian yang positif (sangat setuju / setuju) yaitu meliputi 45.1% responden sangat setuju dan 54.9% setuju pada pernyataan: hubungan seks hanya dibenarkan jika sudah menikah karena sesuai dengan hukum agama dan negara, seks bukan satu-satunya cara untuk mengungkapkan kasih sayang kepada pasangan karena seks dapat membawa akibat yang dapat merusak masa depan,

gejolak seks adalah wajar pada remaja tetapi bukan berarti harus melakukan hubungan

seks karena seks hanya dibenarkan jika sudah menikah, mampu menahan diri pada saat

berpacaran merupakan sikap yang tepat untuk menghindari hubungan seks karena

(53)

responden sangat setuju dan 54.9% setuju pada pernyataan mengatakan tidak bila pacar

mengajak berhubungan seks merupakan cara yang tepat dalam mengambil keputusan

karena menyangkut masa depan dan harga diri.

Sementara pada pernyataan negatif (unfavourable) yang menyangkut tentang seks bebas masih ada responden menyatakan penilaian negatif (sangat setuju / setuju). Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian bahwa sebesar 8.5% responden sangat setuju dan 35.4% setuju pada pernyataan hubungan seks sebelum

menikah sah-sah saja karena berhubungan seks berarti serius dengan pacar, 30.5%

responden sangat setuju dan 18.3% setuju pada pernyataan dikatakan pacaran

kalau sudah berciuman karena ciuman merupakan variasi dari pacaran, 3.7%

responden sangat setuju dan 37.8% setuju pada pernyataan melakukan rangsangan pada alat kelamin pacar merupakan hal yang wajar dalam berpacaran karena melakukan

rangsangan bukan berarti melakukan hubungan seksual (hubungan antar kelamin), 11%

responden sangat setuju dan 35.4% setuju pada pernyataan melakukan hubungan seks

bebas adalah suatu hal yang wajar asalkan tidak membuat hamil, dan 9.8% responden

sangat setuju dan 37.8% setuju pada pernyataan melakukan seks bebas merupakan suatu

hal yang trendi saat ini karena mengikuti perkembangan zaman.

(54)

Tabel 5.1.3.a

Distribusi Sikap Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas Berdasarkan Jawaban Responden

di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

No Pernyataan

Jawaban

Hubungan seks hanya dibenarkan

jika sudah menikah karena sesuai

dengan hukum agama dan negara.

37

Seks bukan satu-satunya cara

untuk mengungkapkan kasih

sayang kepada pasangan karena

seks dapat membawa akibat yang

merusak masa depan.

37

Gejolak seks adalah wajar pada

remaja tetapi bukan berarti harus

melakukan hubungan seks karena

seks hanya dibenarkan jika sudah

menikah.

Mampu menahan diri pada saat

berpacaran merupakan sikap yang

tepat untuk menghindari hubungan

seks, karena hubungan seks dapat

mengakibatkan kehamilan yang

tidak diinginkan.

Mengatakan tidak bila pacar

mengajak berhubungan seks

merupakan cara yang tepat dalam

mengambil keputusan karena

menyangkut masa depan dan harga

(55)

Tabel 5.1.3.a (Lanjutan)

No Pernyataan

Jawaban

Hubungan seks sebelum menikah

sah-sah saja karena berhubungan

seks berarti serius dengan pacar.

7

Dikatakan pacaran kalau sudah

berciuman karena ciuman

merupakan variasi dari pacaran.

25

Melakukan rangsangan pada alat

kelamin pacar merupakan hal yang

wajar dalam berpacaran karena

melakukan rangsangan bukan

berarti melakukan hubungan

seksual (hubungan antar kelamin). 3

Melakukan hubungan seks bebas

adalah suatu hal yang wajar

asalkan tidak membuat hamil.

9

Melakukan seks bebas merupakan

suatu hal yang trendi saat ini

karena mengikuti perkembangan

zaman.

Sikap Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai dikategorikan baik (positif) dan kurang baik (negatif). Sikap diukur dengan menjawab 10 pertanyaan (5 favourable dan 5

(56)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 82 responden lebih banyak memiliki sikap baik (positif) dalam menghadapi seks bebas yaitu sebanyak 59.8% responden dan yang memiliki sikap kurang baik (negatif ) dalam menghadapi seka bebas yaitu sebanyak 40.2% responden. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 5.1.3.b

Tabel 5.1.3.b

Distribusi Kategori Sikap Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

Sikap Remaja Jumlah %

Baik (positif) 49 59.8

Kurang baik (negatif) 33 40.2

Jumlah 82 100

5.1.4 Perilaku Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran

Hilir Kabupaten Serdang Bedagai

Perilaku remaja dalam menghadapi seks bebas adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan remaja dalam menghadapi seks bebas.

(57)

Tabel 5.1.4.a.

Distribusi Perilaku Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas Berdasarkan Jawaban Ya dan Tidak

di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

No Pernyataan

Jawaban

Total

Ya Tidak

n % n % N %

1 Saling pegangan tangan dengan

pacar pada saat berduaan. 80 97.6 2 2.4 82 100 2 Membiarkan pacar untuk

memeluk / memeluk pacar pada saat berduaan.

74 90.2 8 9.8 82 100

3 Membiarkan pacar meletakkan tangannya ke pundak / meletakkan tangan ke pundak pacar pada saat berduaan.

73 89 9 11 82 100

4 Setiap bertemu pacar selalu ada

ciuman di pipi. 58 70.7 24 29.3 82 100 5 Pernah berciuman bibir dengan

pacar pada saat berduaan. 56 68.3 26 31.7 82 100 6 Pernah berpelukan dengan

pacar sambil ciuman di dahi. 53 64.6 29 35.4 82 100 7 Pernah berpelukan dengan

pacar sambil ciuman di mata. 49 59.8 33 40.2 82 100 8 Pernah berpelukan dengan

pacar sambil mencumbui telinga.

47 57.3 35 42.7 82 100

9 Pernah berpelukan dengan pacar sambil adu mulut dengan lidah.

(58)

Tabel 5.1.4.a. (Lanjutan)

No Pernyataan

Jawaban

Total

Ya Tidak

n % n % N %

10 Pernah berpelukan dengan pacar sambil mengusap pinggang.

46 56.1 36 43.9 82 100

11 Membiarkan pacar mencumbu buah dada / mencumbu buah dada pacar pada saat berduaan.

26 31.7 56 68.3 82 100

12 Pernah saling melakukan rangsangan dengan pacar pada bagian-bagian organ seksual seperti alat kelamin.

6 7.3 76 92.7 82 100

13 Bersedia diajak oleh pacar untuk melakukan hubungan intim (hubungan kelamin).

2 2.4 80 97.6 82 100

Perilaku Remaja Dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai dikategorikan beresiko tinggi dan berisiko rendah terjadinya hubungan seks bebas. Perilaku diukur dengan menjawab 13 pertanyaan. Perilaku beresiko rendah, jika menjawab ya pada sebagian atau seluruhnya pertanyaan nomor 1-10. sedangakan perilaku beresiko tinggi jika menjawab ya pada sebagian atau seluruhnya pertanyaan nomor 11-13.

(59)

berperilaku seksual yang beresiko tinggi terjadinya hubungan seks bebas yaitu sebanyak 31.7%.

Secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.1.4.b

Tabel 5.1.4.b

Distribusi Kategori Perilaku Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2008

Perilaku n %

Beresiko tinggi 26 31.7

Beresiko rendah 56 68.3

Total 82 100

.

5.2 Pembahasan

5.2.1. Pengetahuan Remaja Dalam menghadapi Seks bebas di Desa

Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai

Berdasarkan distribusi kategori pengetahuan remaja dalam menghadapi seks bebas di Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan bahwa dari 82 responden lebih banyak memiliki pengetahuan baik tentang seks bebas yaitu sebanyak 68.3% responden. Namun masih ada yang memiliki pengetahuan kurang baik tentang seks bebas yaitu sebanyak 31.7%. Hal ini disebabkan masih ada responden yang tidak mengetahui bahwa:

a. Perempuan bisa hamil bila melakukan hubungan seks pada masa subur (14 hari setalah haid) yaitu sebanyak 47.6% responden.

(60)

c. HIV dan AIDS termasuk penyakit menular seksual yaitu sebanyak 39% responden.

d. Aborsi selain dapat merusak organ reproduksi remaja juga dapat menyebabkan kematian yaitu sebanyak 35.4% responden.

e. Penyakit menular seksual yang tidak diobati secara tepat dapat mengakibatkan kematian yaitu sebanyak 35.4% responden.

Melihat hasil diatas, remaja yang berpengetahuan kurang baik, dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang seks bebas. Hasil Penelitian ini sesuai dengan hasil survey Baseline (1999) yang menyatakan bahwa pengetahuan seks remaja Indonesia masih kurang / relatif rendah antara lain hanya 55% remaja yang mengetahui proses kehamilan dengan benar, 42% mengetahui tentang HIV / AIDS dan hanya 24% mengetahui tentang penyakit menular seksual (PMS).

Menurut Wilopo (2002), pengetahuan remaja Indonesia mengenai masalah kesehatan reproduksi memang masih sangat kurang / minim. Kurangnya pengetahuan tersebut disebabkan karena kurangnya informasi kesehatan reproduksi baik dari sekolah maupun lingkungan keluarganya.

5.2.2. Sikap Remaja Dalam menghadapi Seks bebas di Desa Petuaran Hilir

Kabupaten Serdang Bedagai

(61)

sikap kurang baik (negatif ) dalam menghadapi seks bebas yaitu sebanyak 40.2% responden. Adanya sikap kurang baik (negatif) tersebut disebabkan oleh:

a. Masih ada responden yang menyatakan penilaian negatif (sangat setuju / setuju) pada pernyataan unfavourable yang menyangkut tentang seks bebas, yaitu antara lain:

1. 8.5% responden sangat setuju dan 35.4% setuju pada pernyataan hubungan

seks sebelum menikah sah-sah saja karena berhubungan seks berarti serius

dengan pacar.

2. 30.5% responden sangat setuju dan 18.3% setuju pada pernyataan dikatakan pacaran kalau sudah berciuman karena ciuman merupakan variasi dari pacaran.

3. 3.7% responden sangat setuju dan 37.8% setuju pada pernyataan

melakukan rangsangan pada alat kelamin pacar merupakan hal yang wajar

dalam berpacaran karena melakukan rangsangan bukan berarti melakukan

hubungan seksual (hubungan antar kelamin).

4. 11% responden sangat setuju dan 35.4% setuju pada pernyataan melakukan

hubungan seks bebas adalah suatu hal yang wajar asalkan tidak membuat

hamil.

5. 9.8% responden sangat setuju dan 37.8% setuju pada pernyataan melakukan

seks bebas merupakan suatu hal yang trendi saat ini karena mengikuti

perkembangan zaman.

Data-data ini menunjukkan adanya kecenderungan sikap menyetujui

(62)

LDFEUI & NFPCB (1999) yang menyatakan bahwa ada 2,2% remaja Indonesia setuju apabila berhubungan seks sebelum menikah.

b. Masih ada responden yang berpengetahuan kurang baik yaitu sebanyak 31.7% responden. Berdasarkan hasil uji silang (Lampiran 7), dari 26 responden yang berpengetahuan kurang baik, 61.5% diantaranya memiliki sikap kurang baik (negatif) dalam menghadapi seks bebas.

Melihat hasil diatas, remaja yang bersikap kurang baik, dapat dikarenakan kurangnya pengetahuan tentang seks bebas. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Dianawati (2006) bahwa sikap remaja yang kurang baik dalam menghadapi seks bebas dikarenakan kurangnya pengetahuan remaja tentang seks bebas tersebut. Kurangnya pengetahuan remaja dikarenakan remaja kurang menerima dan menghargai arahan yang diberikan dari orangtua, sehingga remaja lebih senang menggali informasi mengenai seks bebas dengan teman-teman terdekatnya.

5.2.3. Perilaku Remaja Dalam menghadapi Seks bebas di Desa Petuaran

Hilir Kabupaten Serdang Bedagai

(63)

a. Masih ada responden yang bersedia melakukan hubungan intim yaitu sebanyak 2.4% responden, pernah saling melakukan rangsangan pada alat kelamin yaitu sebanyak 7.3% responden, dan pernah melakukan atau mencumbu buah dada yaitu sebanyak 31.7% responden.

Data-data ini menggambarkan adanya pergeseran nilai perilaku seksual dibandingkan nilai yang pada umumnya dianut oleh masyarakat Indonesia yang religius dan masih taat pada adat istiadatnya. Para responden sadar bahwa seharusnya hubungan seks sebelum menikah itu tidak sesuai dengan hukum agama dan negara (100%), namun masih ada responden yang melakukan perilaku seks bebas tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian PSK UII /Pusat Studi Kriminologi Universitas Indonesia 1991 Yogyakarta yang menunjukkan bahwa dari 1200 remaja, 23.1% sudah berciuman bibir diwaktu pacaran, 11.9% sudah memegang buah dada, 8.7% sudah pegang alat kelamin, bahkan 4.2% sudah melakukan hubungan kelamin. (Sriwidodo, 1992)

(64)

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Soetjiningsih (2004) bahwa Kurangnya pengetahuan seks remaja menyebabkan meningkatnya perilaku seks bebas dikalangan remaja sehingga meningkatkan resiko kehamilan usia remaja dan penyakit menular seksual.

Hal ini juga didukung oleh pendapat Green (dalam Notoatmodjo, 2007) bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi seseorang untuk berperilaku.

c. Masih ada responden yang memiliki sikap kurang baik (sikap negatif ) dalam menghadapi seks bebas yaitu sebanyak 40.2% responden. Berdasarkan hasil uji silang (Lampiran 7), dari 26 responden yang berperilaku beresiko tinggi, 53.8% diantaranya memiliki sikap yang kurang baik dalam menghadapi seks bebas.

(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian didapatkan gambaran:

6.1.1 Remaja lebih banyak memiliki pengetahuan baik tentang seks bebas. 6.1.2 Remaja lebih banyak memiliki sikap baik (positif) dalam menghadapi

seks bebas.

6.1.3 Remaja lebih banyak memiliki perilaku seksual yang beresiko rendah terjadinya hubungan seks bebas.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Remaja

Agar dapat memiliki pengetahuan yang baik, remaja diharapkan mencari informasi yang lengkap dan benar dari sumber yang dapat dipercaya atau pihak yang berkopeten dibidang promosi kesehatan sehingga dapat bersikap positif dan berperilaku yang tidak beresiko. Selain itu remaja perlu menanamkan nilai-niali agama dan norma adat istiadat dalam rangka mengantisipasi terjadinya perilaku yang menyimpang di kalangan remaja.

6.2.2 Bagi Tempat Penelitian

(66)

DAFTAR PUSTAKA

Ali dan Asrori. 2004. Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara. Amirudin, dkk. 1997. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan.

Semarang.

Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baseline Survey. 1999. Remaja Indonesia Peduli Kesehatan Reproduksi.

BKKBN. 2006. Informasi Kesahatan Reproduksi Remaja. Medan.

BPS. 2004. Laporan Hasil Survei Surveilans (SSP) 2002-2003 di Indonesia. Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) Kesehatan Reproduksi Untuk Petugas Kesehatan di Tingkat Pelayanan Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan.

Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks untuk Remaja. Jakarta: PT Kawan Pustaka.

Glasier dan Gebbie. 2005. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC.

Iriany. 2006. Dampak dan Penanggulangan Penyimpangan Perilaku Seksual

Remaja.

Kartono, Kartini. 2006. Psikologi Wanita. Bandung: Mandar Maju.

Kompas. 2001. Bahaya Pengutukan Seks Bebas.

LDFEUI & NFPCB.1999. Kesehatan Reproduksi Remaja.

Lim Su Min. 2007. 101 Questions about Sex. Surabaya: PT. Java Pustaka Media Utama.

(67)

. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Raditya. 2002. Pendidikan Seks bagi Remaja. Jakarta.

Sijabat, Ridwan (Ed). 2007. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga. Sarwono, Sarlito wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sherris, Jacqueline (Ed). 2000. Out Look. Washington: Path.

SKRRI. 2004. Remaja Indonesia Peduli Kesehatan Reproduksi.

Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Sriwidodo. 1992. Cermin Dunia Kedokteran. Jakarta: Grup PT Kalbe Farma. Tempo. 2006. Free Sex Remaja Bandung Mengkhawatirkan. Bandung.

(68)

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Riset Design dan Metodologi Instrumen Penelitian Final Proposal Ujian Proposal Perbaikan Proposal

3Mengajukan Ijin Penelitian Melakukan Data Collection Analisa Data

4Searching Literatur

Menyusunan Hasil Penelitian dan Diskusi Membuat Kesimpulan dan Rekomendasi Appendices

Vitae Final Laporan Ujian KTI

Oktober November Desember Januari

Dina Indarsita, SST, M.Kes

Februari

Dosen Pembimbing Mengetahui

JADWAL KEGIATAN (TIME TABLE) PENYUSUNAN KARYA TULIS ILMIH (KTI) D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU

(69)
(70)

KUESIONER PENELITIAN

MAHASISWI D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU 2008

JUDUL : Perilaku Remaja Desa Petuaran Hilir Kabupaten Serdang Bedagai dalam Menghadapi Seks Bebas.

A. Petunjuk

1. Bacalah terlebih dahulu kuesioner penelitian ini dengan seksama. 2. Jawablah pertanyaan sesuai dengan apa yang saudara anggap benar. 3. Berilah tanda (√ ) pada salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan

pendapat saudara.

B. Identitas Responden

1. Nomor responden :

2. Umur :

(71)

C. Pengetahuan Remaja dalam Menghadapi Seks Bebas

No Pernyataan Benar Salah

1 Seks bebas merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa dilandasi oleh suatu ikatan perkawinan yang sah.

2 Berciuman termasuk salah satu aktivitas seksual remaja.

3 Berpelukan sambil berciuman merupakan salah satu aktivitas seksual yang beresiko kearah aktivitas seks bebas (hubungan intim).

4 Rangsangan yang dilakukan oleh pasangan pada bagian-bagian organ seksual seperti alat kelamin dapat menyebabkan seseorang sulit untuk mengendalikan nafsu seksualnya.

5 Perempuan bisa hamil bila melakukan hubungan seks pada saat masa subur ( 14 hari setelah haid).

6 Hubungan seks bebas dapat mengakibatkan kehamilan yang tidak diharapkan.

7 Tindakan aborsi merupakan salah satu akibat dari kehamilan yang tidak diharapkan.

(72)

aman dapat menyebabkan penyakit menular seksual. 10 HIV dan AIDS termasuk penyakit menular seksual. 11 Penyakit menular seksual yang tidak diobati secara

tepat dapat mengakibatkan kematian.

12 Penyebaran informasi melalui media massa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi remaja berperilaku beresiko kearah aktivitas seks bebas.

13 Hubungan seksual merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang termasuk remaja.

14 Adanya tekanan dari pacar mempengaruhi remaja melakukan seks bebas.

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian
Tabel 5.1.1
Tabel 5.1.2.a (Lanjutan)
Tabel 5.1.2.b
+6

Referensi

Dokumen terkait

Diagram alir ini dieksekusi apabila dilakukan request untuk prosedur pemakaian ruang pada diagram alir aplikasi dekstop dan apabila prosedur sudah selesai dilakukan maka

With the establishment of cloud terminal mIoT sleep laboratories at Zhongshan Hospital in Fudan Universtity, some patients have joined the platform, enabling community and

Berdasarkan masalah-masalah yang telah peneliti rumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara burnout dengan

Hasil penilitian ini mempunyai kemampuan sinkronisasi pengontrolan jarak jauh dengan pengontrolan ketika berada disekitar area gedung, jika kita berada jauh dari lokasi maka sistem

DAFTAR URUT PRIORITAS (LONG LIST)CALON PESERTA SERTIFIKASI BAGI GURU RA/MADRASAH DALAM JABATAN UNTUK MATA PELAJARAN KEAGAMAAN (QUR'AN HADIST, AKIDAH AKHLAK, FIQH, SKI), BAHASA

Dari penelitian yang dilakukan terhadap para pelanggan bengkel AHASS Motor Sagan, diketahui bahwa kinerja atau pelayanan yang diberikan oleh bengkel AHASS Motor Sagan kepada

• TRIPs, WCCT, WIPO Perfomance and Phonogram Treaty, Beijing Treaty : Mewajibkan negara anggota (termasuk Indonesia) untuk menyediakan pelindungan hukum yang layak dan upaya

Pada Gambar 4.37 dapat dilihat pada hasil pengujian kuat tekan beton dengan sampel pasir Cepu tanpa cuci admixture 50% pada umur 28 hari dengan kuat tekan benda uji secara