• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS. Utara adalah Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS. Utara adalah Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri,"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. PEMBANGUNAN EKONOMI

Rencana pembangunan jangka menengah (RPJM), visi Pemerintah Sumatera Utara adalah Terwujudnya masyarakat Sumatera Utara yang beriman, maju, mandiri, mapan dan berkeadilan di dalam Bhinekaan yang didukung oleh Tata Pemerintahan yang baik. Kemapanan masyarakat Sumatera Utara terwujud melalui agenda Pemerintah Daerah melalui upaya membangun ekonomi daerah termasuk pengentasan kemiskinan dan pengendalian inflasi.

Tingginya pertumbuhan penduduk di negara yang sedang berkembang dapat berakibat bagi kesejahteraan penduduk. Kesejahteraan tersebut dapat dilihat dari peningkatan pendapatan per penduduk. Bila terjadi kenaikkan penduduk yang lebih besar dari pada pertumbuhan ekonomi, maka tidak menutup kemungkinan kesejahteraan penduduk akan semakin kecil dengan arti tejadi pengurangan jumlah pendapatan per kapita.

1. Beberapa pengaruh negatif dari pertumbuhan penduduk

a. Pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang pesat akan menurunkan pendapatan perkapita.

b. Kemiskinan, dengan semakin tingginya pertambahan penduduk akan memebuat angka kemiskinan bertambah, dan menyebabkan pengaruh yang bururk.

c. Pendidikan, jumlah keluarga yang semakin besar akan mengurangi kesempatan bagi mereka untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi, karena minimnya dana.

(2)

d. Kesehatan, makin banyak anak akan mengancam keselamatan ibu yang melahirkan dan biaya yang akan dikeluarkan utuk berobat juga akan semakin besar bagi si anak.

e. Makanan, semakin banyak jumlah penduduk, maka akan semakin besar pula jumlah pangan yang harus disediakan.

f. Lingkungan,dengan bertambahnya penduduk maka akan semakin besar kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan yang berasal dari limbah rumah tangga.

g. Migrasi internasional, kebutuhan hidup yang semakin besar mengakibatkan sebahagian penduduk harus melakukan migrasi agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.

2.2. INFLASI

1. Pengertian Inflasi

inflasi adalah suatu keadaan dalam perekonomian di mana terjadi kenaikan harga-harga secara umum. Kenaikan dalam harga barang dan jasa yang biasa terjadi jika permintaan bertambah dibandingkan dengan jumlah penawaran atau persediaan barang di pasar, dalam hal ini lebih banyak uang yang beredar yang digunakan untuk membeli barang dibanding dengan jumlah barang dan jasa.

Ada beberapa pemahaman dalam memahami pengertian inflasi ini, yaitu :

1. bahwa inflasi merupakan suatu proses kenaikan tingkat harga bukanlah bukan pertambahan jumlah uang beredar.

2. bahwa kenaikan tingkat harga tidak sama untuk seluruh sector ekonomi, ada yang naik cepat ada hyang naik lambat. Kenaikan harga di setiap sector dipengaruhi oleh elastisitas permintaan dan penawaran.

(3)

2. Model Teori Inflasi a. Teori Srukruralis

Menurut teori ini inflasi timbul disebabkan oleh adanya kelemahan dan hambatan structural dalam struktur ekonomi. Hambatan-hambatan structural tersebut bias berupa tidak elastisnya penawaran bahan makanan, yang disebabkan oleh cukup besarnya peran factor musim atau cuaca.di lain pihak dengan meningkatnya pendapatan juga akan mendorong kenaikan dari pada permintaan akan bahan makanan, padahal penawaran tidak mencukupi.

Menurut Bulmer-Thomas, jika suatu Negara mengalami kekurangan bahan makanan pemerintah boleh melakukan impor dari luar negeri guna mencegah tekanan kelebihan permintaan terhadap harga. Menurutnya untuk mengatasi situasi seperti ini pemerintah boleh melakukan impor dari luar negeri. Namun bagi Negara berkembang hal ini mungkin sulit karena keterbatasan devisa untuk mengimpor barang dari luar negeri.

H. Chenery dan A. Strout mengatakan bahwa hambatan-hambatan tersebut timbul akibat pesatnya permintaan impor yang tercermin dalam program pembangunan ekonoi berencana, mobililitas factor produksi yang tak sempurna, dan tidak cukup cepatnya peningkatan penerimaan devisa karena permintaan impor tidak diimbangi oleh ekspor.

Sehingga hal ini mendorong kecenderungan terjadinya deficit dalam neraca perdagangan.

Dalam meningkatkan perolehan devisa ada beberapa alternative yang dapat di tempuh, yaitu : mengadakan pengawasan lalu lintas barang melalui pengawasan devisa dan melakukan devaluasi. Selain daripada itu golongan strukturalis mengemukakan bahwa suatu ketidakseimbangan neraca perdanganinternasional akan menimbulkan

(4)

keinginan untuk mendirikan industri dalam negeri yaitu industri substitusi impor.

Meskipun seringkali produksi dalam negeri mempunyai onkos produksi yang lebih tinggi. Dan bila proses substitusi impor ini semakin meluas keberbagai barang, sehingga banyak lagi harga barang-barang lain yang naik. Dan akhirnya akan menyebabkan terjadinya inflasi.

b. Teori Kuantitas

teori ini merupakan teori yang paling tua dan merupakan teori yang mendekti inflasi dari segi permintaan. Teori ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh sekelompok ekonom dari Chicago University, yang juga dikenal sebagai kelompok monetaris.

Menurut teori kuantitas ada dua factor yang berperan dalam terjadinya inflasi, yaitu :

1. Jumlah uang beredar

Inflasi hanya akan tejadi kalauada pertambahan uang yang beredar baik uang kartal maupun uang giral. Kenaikkan harga karena kegagalan panen atau karena sebab lainnya hanya bersifat sementara. Bila jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya.

2. Psikolog (harapan Masyarakat mengenai kenaikkan harga-harga pada masa yang akn dating)

Harapan masyarakat mengenai kenaikkan harga-harga pada masa yang dapat mempercepat laju inflasi. Ada tiga kemungkinan harapan masyarakat pada masa yang akan dating:

(5)

a. apabila masyarakat belum mengharapkan harga-harga untuk naik pada bulan mendatang, sehingga sebahagian besar dari penambahan jumlah uang beredar akan diterima masyarakat untuk menambah uang kas yang disimpannya. Hal ini berarti tidak akan meningkatkan permintaan masyarakat terhadap barang sehingga harganya tidak naik.

b. Masyarakat yang mengharapkan adanya kenaikkan harga pada masa yang akan dating mengakibatkan adanya pertambahan uang kas yang dipegang tetapi dipergunakan untuk membeli barang-barang yang diperkirakan akan naik pada masa yang akan dating sehingga dengan demikian masyarakat terhindardari kerugian.

c. Teori Keynes

Teori inflasi menurut pendekatan ini mengatakan bahwa inflasi terjadi karena sesuatu kelompok masyarakat ingin hidup diluar batas kemampuan ekonominya, sehingga proses inflasi merupakan proses tarik-menarik antar golongan masyarakat untuk memperoleh bagian dana masyarakat sendiri. Kalau hal ini selalu terjadi makan timbul kesenjangan inflasi. Tekanan dari golongan ini akan mengakibatkan kenaikkan biaya.

Kesenjangan inflasi ini dapat ditimbulkan oleh pemerintah yang menjalankan devisit dalam anggaran belanja yang dibiayai untuk mencetak uang baru. Selain itu dapat ditimbulkan oleh pengusaha swasta yang ingin melakukan investasi baru dan memperoleh kenaikkan gaji yang melebihi produktifitas buruh.

3. Jenis-jenis inflasi

A. berdasarkan penyebabnya

(6)

1. Demand Pull Inflation ( Inflasi Tarikan Permintaan )

Inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi disuatu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh ( full employment ). Jika kondisi produksi telah berada pada kesempatan kerja penuh, maka kenaikan permintaan tidak lagi mendorong kenaikan output ( produksi ), tetapi hanya mendorong kenaikanharga-harga yang biasa akibatnya sesuai dengan hukum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung terus menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karenanya untuk mengatasi itu diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan menambah tenaga kerja yang baru.

Harga

S D1

P2 P1

D2

0 Output

(7)

Q1 Q2 Gambar 1 : Inflasi Tarikan Permintaan

Karena permintaan masyarakat akan barang-barang bertambah maka kurva permintaan agregat bergeser dari D1 ke D2. bertambahnya permintaan ini mungkin disebabkan adanya kenaikan pengeluaran pemerintah yang dibiayai melalui percetakan uang atau kenaikan permintaan luar negeri akan barang-barang ekspor atau bertambahnya infestasi swasta akibatnya tingkat harga naik dari P1 ke P2.

2. Cost Push Inflation ( Inflasi Dorongan Biaya )

Cost Push Inflation ( Inflasi Dorongan Biaya ) adalah inflasi yang terjadi akibat pergeseran kurva penawaran agregat. Pada kondisi ini, tingkat penawaran lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat permintaan. Ini terjadi karena kenaikan harga factor produksi sehingga produsen terpaksa mengurangi produksinya sampai pada jumlah tertentu. Penawaran total terus menurun karena semakin mahalya biaya produksi. Apabila keadaan tersebut berlangsung cukup lama mak terjadilah inflasi disertai resesi. Kenaikan biaya produksi yang menimbulkan cost push inflation didorong oleh beberapa factor, yaitu :

a. adanya tuntutan kenaikan upah dari para pekerja yang biasanya dikoordinir oleh organisasi serikat buruh.

b. Adanya industri yang monopolis, yang memberi kekuatan kepada pengusaha untuk menguasai pasar dan selanjutnya menaikkan harga lebih tinggi.

c. Kenaikan harga barang baku industri.

(8)

Harga

S2 P2

P1 S1 D

0 Output Q2 Q1

Gambar 2 : Inflasi Dorongan Biaya

Apabila biaya produksi naik, maka kurva penawaran agregat bergeser dari S1 ke S2. jika dibandingkan dengan inflasi tarikan permintaan,inflasi penawaran kalau sudah terjadi relative lebih sulit diatasi. Yang paling berbahaya adalah apabila organisasi produk melibatkan diri secara langsung terutama serikat-serikat buruh. Dengan naiknya harga-harga barang mendorong biaya hidup semakin tinggi sehingga serikat buruh menuntut kenaikan upah. Akibatnya sector industri akan menaikkan harga jual barang- barang produksi sehingga akan mendorong kenaikan harga umum dan suatu saat jika keadaan yang seperti ini terus berlangsung, maka bisa mengakibatkan pengangguran semakin tinggi dan akhirnya kehidupan ekonomi bias jadi lumpuh sama sekali.

B. Berdasarkan Asal Terjadinya

1. Domestic Inflation ( Inflasi Domestik )

Inflasi Domestik ialah inflasi yang berasal dari dalam negeri. Kenaikan harga disebabkan karena adanya kejutan dari dalam negeri, baik karena perilaku masyarakat

(9)

maupun perilaku pemerintah dalam mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang secara psikologis berdampak inflatoar. Kenaikan harga terjadi secara absolut, akibatnya terjadilah inflasi atau semakin meningkatnya angka (laju) inflasi.

2. Imported Inflation

Imported Inflation adalah inflasi yang terjadi didalam negeri karena adanya pengaruh harga dari luar negeri, terutama barang-barang ipor atau bahan baku industri yang masih belum dapat diproduksi didalam negeri.

C. Berdasarkan Intensitasnya

1). Creeping Inflation atau Mild Inflation

Inflasi ini sering disebut sebagai merayap, yaitu inflasi yang terjadi dengan laju pertumbuhan berlangsung lambat.

2). Hyper Inflation atau Galloping Inflation

Inflasi ini sangat berat yang timbul akibat adanya kenaikan harga-harga yang umum yang berlangsung sangat cepat. Inflasi ini dapat merusak struktur perekonomian Negara.

D. Berdasarkan Sudut Bobotnya

a. Inflasi Ringan disebut juga creeping inflation, yaitu inflasi dengan laju pertumbuhan yang berlangsung secara perlahan dan berada pada posisi satu digit atau dibawah 10% per tahun.

b. Inflasi sedang adalah inflai dengan tingkat laju pertumbuhan berada diantara 10%- 30% per tahun atau melebihi 2 digit dan sangat mengancam perekonomian Negara.

(10)

c. inflasi berat adalah inflasi dengan laju pertumbuhan berada diantara 30%-100% per tahun. Pada kondisi demikian sector-sektor produksi hamper lumpuh total kecuali yang dikuasai oleh pemerintah.

d. inflasi sangat berat merupakan inflasi dengan laju pertumbuhan melampaui100% per tahun yang pernah terjadi pada perang dunia ke II (1939-1945).

4. Efek Inflasi

Distribusi pendapatan, alokasi factor produksi dan produk nasional dapat dipengaruhi oleh inflasi. Efek terhadap distribusi pendapatan disebut juga dengan equity effect, sedang efek terhadap alokasi factor produksi dan produk nasional masing-masing disebut dengan efficiency dan output effect.

A. Efek Terhadap Pendapatan (Equity Effect)

Equity Effect adalah dampak inflasi terhadap pendapatan. Efek terhadap pendapatan sifatnya tidak merata, ada yang dirugikan tetapi ada juga yang diuntungkan oleh adanya inflasi. Seseorang yang memperoleh pendapatan tetap akan dirugikan oleh adanya inflasi. Misalnya seseorang yang pendapatannya tetap Rp. 500.000,00 per tahun sedangkan laju inflasi sebesar 20% akan menderita kerugian penurunan pendapatan rill sebesar laju inflasi tersebut, yakni Rp 100.00,00.

Selain itu,inflasi akan menyebabkan terjadinya perubahan pada distribusi pendapatan dan kekayaan masyarakat. Inflasi seolah-olah berfungsi sebagai pajak bagi seseorang dan merupakan subsidi bagi orang yang berpenghasilan rendah. Namun jika

(11)

keadaan tersebut tidak segera diatasi, dalam jangka panjang akan semakin memperlebar kesenjangan antara kelompok yang berpenghasilan menengah kebawah, antara kelompok kaya dan kelompok miskin dan antara kelompok konglomerat dan kelompok pengusaha menegah kebawah yang semakin lama akan merusak tatanan perekonomian dan melumpuhkan sector ekonomi.

B. Efficiency Effect

Inflasi selain berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat dan rumah tangga perusahaan karena lemahnya daya beli masyarakat, juga berpengaruh terhadap biaya produksi. Harga-harga factor produksi semakin meningkat sehingga dapat mengubah pola alokasi factor produksi. Perubahan tersebut dapat terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang selanjutnya akan mendorong perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu. Dengan adanya inflasi, permintaan barang-barang tertentu akan mendorong peningkatan prodiksi terhsdsp barang-barang tersebut.

Kenaikan produksi yang demikian akan mengubah pola alokasi factor produksi barang- barang tersebut akan menjadi efisien yang disebut efficiency Effect.

5. Metode Penghitungan Inflasi

1. Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah suatu indeks harga yang mengukur biaya sekelompok barang-barang dan jasa di pasar, termasuk harga-harga makanan, pakaian, perumahan, transportasi, perawatan kesehatan, pendidikan, komoditi, yang dibeli untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

(12)

2. Indeks Harga Produsen, adalah suatu indeks dari harga bahan baku, produk setengah jadi, peralatan modal seperti mesin yang dibeli oleh sector bisnis atau perusahaan.

3. GDP Deflator, adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan atau ratio antara GDP nasional dan GDP rill dikalikan dengan 100. GDP rill adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam perekonomian, yang diperoleh keika output dinilai dengan menggunakan harga tahun dasar. Sedangkan GDP nominal adalah GDP yang dinilai berdasarkan harga yang berlaku. Jadi singkatnya GDP deflator merupakan suatu ukuran tentang tingkat harga.

Inflasi di Indonesia diukur berdasarkan penggunaan berrbagai indicator yang disebutkan diatas walaupun sebagaimana di banyak Negara lainnya, IHK lebih sering menjadi basis perhitungan inflasi tersebut. IHK mengukur perkembangan harga barang dan jasa di daerah perkotaan dimana banyaknya barang-barang tergantung pada kota dan tahun dasar. Inflasi sebagai bagian dari keadaan perekonomian tentu akan dialami oleh setiap negara, hanya saja setiap negara memiliki tingkat inflasi yang berbeda-beda. Untuk mengukur tingkat inflasi dapat menggunakan indek harga konsumen.

Rumus untuk menentukan indek harga konsumen.

Harga sekarang x 100 IHK =

Harga pada Tahun Dasar Kegiatan Belajar 2 Contoh:

Harga suatu jenis barang pada tahun 2002 sebesar Rp. 6.000,- dan pada tahun dasar harga barang tersebut Rp. 4.000,-, maka Indek harga pada tahun 2002 adalah

(13)

Harga sekarang x 100 IHK =

Harga pada Tahun Dasar

Rp. 6.000,- x 100 = Rp. 4.000,-

= Rp. 150,00

Artinya pada tahun 2002 telah terjadi kenaikan harga sebesar 50%.

Dalam menyajikan IHK, jenis barang dan jasa yang disurvey tersebut, dikelompokkan menjadi 7 kelompok, yaitu :

1. Bahan makanan

2. Makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 3. Perumahan

4. Sandang 5. Kesehatan

6. Pendidikan, rekreasi, dan olahraga 7. Transportasi dan komunikasi

Di Indonesia secara umum terdapat 4 kelompok barang yang mempunyai peran yang besar terhadap tingkat harga, yaitu :

(14)

1. Komoditi yang berpengaruh dalm menentukan tingkat upah seperti beras.

2. Komoditas yang harganya diatur oleh pemerintah seperti bahan baker minyak, tariff listrik, dan beberapa jasa public.

3. Barang-barang yang tergolong traded goods dimana harganya ditentukan melalui keseimbangan di pasar global. Sebagian barang-barang tersebut dikenakan tata niaga baik dalam bentuk hambatan tarif maupun non tariff.

4. barang-barang yang tergolong nontraded goods yang harganya merupakan keseimbangan permintaan dan penawaran dalam negeri.

2.3. KEBIJAKAN MONETER DALAM PEMBANGUNAN

Untuk memudahkan analisa permasalahan pengendalian inflasi dalam perspektif kebijakan moneter, maka penulis terlebih dahulu akan memabahas secara singkat berkaitan dengan pengertian moneter dan inflasi ini. Mengatakan kebijakan moneter (monetary policy) adalah suatu pengaturan di bidang moneter yang bertujuan untuk menjaga dan memelihara kestabilan nilai uang dan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Inflasi adalah merupakan suatu proses dimana nilai uang semakin turun, dan untuk mengatasinya harus diperhatikan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan uang. Penyebab perubahan nilai uang dipengaruhi oleh tiga factor yaitu M, V dan T. factor M dan V adalah vaktor uang, sedangkan factor T adalah factor jumlah barang yang diperdagangkan. Kenaikan harga atau adanya inflasi disebabkan oleh

(15)

naiknya M dan V, ataupun mungkin karena kenaikan T tidak sebanding dengan kenaikan kedua factor M dan V. untuk mengatasi inflasi ini dapat dilakukan dengan mengurangi M atau V atau pula dengan menaikkan T.

Cara-cara mengatasi inflasi dengan kebijaksanaan moneter sebagian besar sebenarnya berhubungan dengan politik bank sentral. Tujuanyya adalah untuk mengurangi pengeluaran dari masyarakat seluruhnya.

Bank sentral dapat menyempitkan pemberian kredit atau mengurangi jumlah uang yang beredar dalm masyarakat dengan 3 cara, yaitu :

1. Politik Diskonto

Keinginan dari orang-orang atau badan-badan usaha untuk mengadakan pinjaman kepada badan-badan kredit berhubungan erat dengan keuntungan yang diharapkan dari investasi yang akan dijalankan dan besarnya bunga yang harus dibayar dari modal yang dipinjam. Jika bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan tertahannya aktivitas yang besar yang pembiayaannya didasarka atas pinjaman dari badan kredit.

Dengan demikian jika bank sentral menetapkan bunga kredit yang tinggi maka akan menyebabkan bank-bank umum mengurangi pinjamannya dari bank sentral. Hal ini akan menyebabkan pinjaman kemasyarakatpun akan berkurang dari bank-bank umum atau badan-badan kredit, yang berarti akan mengurangi tekanan inflasi.

2. Politik Pasar Terbuka

Salah satu cara umum yang dipergunakan untuk mengatasi inflasi oleh Bank Sentral adalah dengan mengadakan Politik Pasar Terbuka. Politik pasar terbuka yang digunakan untuk mengatasi inflasi ini kadang-kadang disebut juga sabagai “tight money policy”. Dengan kebijakan ini diharapkan bank sentral diharapkan akan menjual surat-

(16)

surat berharga seperti obligasi kepada masyarakat. Karena penjualan surat-surat berharga ini ditujukan pula kepada bank-bank umum maka hal ini mengakibatkan berkurangnya uang dari tangan masyarakat dan juga dari bank-bank tersebut.

3. Menaikkan Cash Ratio

Cash Ratio adalah perbandingan antara uang tunai bank-bank ditambah dengan dmand deposit pada bank sentral terhadap demand deposit daripada masyarakat terhadap bank yang bersangkutan. Menaikkan cast ratio daripada bank-bank dagang merupakan suatu tindakan anti inflasi, oleh karena hal ini selain mengurangi reserve yang berlebihan dari bank, juga dapat mengurangi kemungkinan memenuhi permintaan kredit daripada masyarakat.

Selain dari kebijaksanaan moneter usaha untuk mengatasi masalah inflasi dapat juga dilakukan dengan suatu kebijaksanaan fiscal, yaitu:

1. Penurunan Pengeluaran Pemerintah

Ada 2 sektor yang manimbulkan inflasi yaitu sector pemerintah dan sector swasta.

Dalam mempengaruhi sector pengeluaran sector swasta ini dapat dilakukan dengan kebijaksanaan moneter. Tetapi upaya pengeluaran tersebut benar-benar dapat dikurangi kebijaksanaan tersebut harus dibarengi dengan kebijaksanaan fiscal berupa pengeluaran pemerintah, untuk bias menetralisir kenaikan pengeluaran swasta sehingga pengeluaran agregat dalam perekonomian bias dikendalikan.

2. Menaikkan Pajak

Dalam keadaan dimana dalam perekonomian jumlah uang beredar terlalu besar, sehingga menyebabkan terjadinya inflasi, sehingga dengan mengurangi jumlah uang beredar dengan jalan menaikkan pajak dapat mengurangi tingkat inflasi tersebut. Dengan

(17)

adanya kenaikkan pajak, berarti penghasilan seseorang akan berkurang oleh karena sebagian dari penghasilannya itu dalam bentuk pajak diberikan kepadapemerintah.

3. Mengadakan Pinjaman Pemerintah

Suatu cara untuk mengatasi masalah inflasi yang cukup efektif adalah dengan mengadakan pinjaman pemerintah, terutama pinjaman paksaan. Hal ini juga dianjurkan oleh Keynes dalam rencananya untuk membiayai peperangan, yaitu sebagian dari gaji pegawai dan buruh dipotong untuk disimpan menjadi pinjaman pemerintah selama jangka waktu yang ditentukan.

Kebijaksanaan Non-Moneter, Non-Fiskal juga merupakan kebijakan untuk menanggulangi inflasi, Kebijaksanaan Non-Moneter, Non-Fiskal yang ditujukan untuk mengatasi inflasi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :

1. Menaikkan hasil produksi

Salah satu cara untuk menaikkan nilai uang adalah dengan cara menaikkan T, yaitu menaikkan produksi. Cara ini cukup efektif karena inflasi pada dasarnya terjadi karena kenaikkan jumlah barang yang diperdagangkan tidak seimbang dengan banyaknya uang yang beredar di masyarakat. Untuk bias mencapai tujuan tersebut terutama dapat dilakukan dengan pengelolaan factor-faktor produksi pada kapasitas penuh, atau dengan jalan “reallocation of recources”, artinya menaikkan hasil barang yang sejenis dengan jalan menarik sebagian factor-faktor produksi dari sector lain untuk menghasilkan barang yang persediaannya sangat terbatas atau dapat juga dilakukan dengan cara system pemberian prioritas atau dengan memberikan subsidi atau bantuan kepada sector produksi yang sangat sensitive terhadap inflasi.

(18)

2. Kebijaksanaan upah

Kebijaksanaan ini menyangkut tidak dinaikkannya upah/ gaji. Setidak tidaknya kenaikkan gaji dapat dilakukan hanya apabila produktivitas umum bertambah. Jadi sejalan dengan naiknya hasil produksi para pekerja upah boleh dinaikkan sebanding dengan peningkaan produktivitas tersebut. Hal ini dapat juga dilakukan dengan menganjurkan kepada orghanisasi-organisasi buruh agar mereka tidak melakukan tuntutan kenaikkan upah.

3. Pengawasan harga dan distribusi barang-barang

Kecenderungan naiknya harga barang-barang dapat pula diatasi melalui penetapan dan pengawasan harga oleh pemerintah dengan sangsi yang cukup berat. Pengawasan harga oleh pemerintah sering kemudian menimbulkan pasar gelap. Dan untuk mengatasi kemungkinan timbulnya pasar gelap, pemerintah dapat mendistribusikan barang kebutuhan masyarakat, sebagaimana dilakukan oleh pemerintah Indonesia dengan didirikannya Bulog. Namun menurut Keynes cara ini tidak akan menghasilkan suatu keseimbangan antara permintaan dan penawaran.keynes lebih setuju jika pengendalian inflasi dilakukan dengan cara pemajakan dan simpanan paksaan untuk mengurangi daya beli masyarakat.

2.4. PENGANGGURAN

1. Pengertian Pengangguran

Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya.

(19)

Seseorang yang tidak bekerja tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong sebagai pengangguran. Sebagai contoh, seorang ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja karena ingin mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai pengangguran.

2. Sebab dan Akibat Buruk Pengangguran a. Sebab Pengangguran

Factor utama yang menyebabkan pengangguran adalah kekurangan pengeluaran agregat. Para pengusaha memproduksi barang dan jasa dengan maksud untuk memperoleh keuntungsn. Keuntungan tersebut hanya akan dapat di peroleh apabila para pengusaha dapat menjual barang yang mereka produksikan. Semakin besar permintaan semakin banyak barang dan jasa yang mereka wujudkan. Kenaikkan produksi yang dilakukan akan menambah penggunaan tenaga kerja. Dengan demikian terdapat perhubungan yang erat diantara tingkat pendpatan nasional yang dicapai dengan menggunakan tenaga kerja yang dilakukan. Semakin tinggi pendapatan nasional semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian.

Pada umumnya pengeluaran agregat yang terwujud dalam perekonomian adalah lebih rendah dari pengeluaran agregat yang diperlukan untuk mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Kekurangan permintaan agregat ini adalah factor penting yang menimbulkan pengangguran.

Selain pernyataan diatas, ada beberapa factor-faktor lainnya yang menyebabkan pengangguran, yaitu :

1. Factor pendidikan

Khususnya pemahaman masyarakat akan pendidikan dan juga pelatihan

(20)

keterampilan.

2. Faktor Pembangunan

Dimana adanya anggapan bahwa pemerintah mengalami kegagalan dalam melakukan pembangunan disuatu Negara, padahal pemerintah merupakan agen of change yang seharusnya melaksanakan perubahan-perubahan.

3. Sikap Pekerja

Dimana mereka tidak lagi berjuang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dasar mereka masing-masing tetapi berjuang menuntut persamaan hak terkadang sehingga mereka lebih baik memilih menganggur daripada bekerja.

Disamping factor-faktor lain yang menimbulkan pengangguran adalah : 1. Menganggur karena ingin mencari pekerjaan yang jauh lebih baik

2. Pengusaha menggunakan peralatan produksi moderen yang mengurangi penggunaan tenaga kerja

3. Ketidaksesuaian diantara keterampilan pekerja yang sebenarnya dengan keterampilan yang diperlukan dalam industri-industri

b. Akibat buruk pengangguran

Salah satu factor penting yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatannya. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila tingkat pengangguran tenaga kerja panuh dapat diwujudkan. Pengangguran mengurangi pendapatan masyarakat., dan ini mengurangi tingkat kemakmuran yang mereka capai.

Ditinjau dari sudut individu, pengangguran menimbulkan beberapa masalah ekonomi dan social kepada yang mengalaminya. Ketiadaan pendapatan menyebabkan

(21)

para penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya. Disamping itu juga mereka dapat menggangu taraf kesehatan keluarga. Pengangguran yang berkepanjangan menimbulkan efek psikologis yang buruk keatas diri penganggur dan keluarganya.

Apabila keadaan pengangguran di suatu Negara adalah buruk, kekacauan politik dan social selalu berlaku dan menimbulkan efek yang buruk pada kesejahteraan masyarakat dan prospek pengangguran ekonomi dalam jangka panjang.

Nyatalah masalah pengangguran adalah masalah yang sangat buruk efeknya kepada perekonomian dan masyarakat. Dan oleh sebab-sebab itu secara terusmenerus usaha-usaha harus terus dilakukan untuk mengatasinya.

3. Macam-macam Pengangguran 1. Pengangguran Struktural

Pengangguran structural adalah pengangguran yang terjadi karena adanya structural perekonomian, sebagai akibat dari gelombang conjungtur ( pasang surutnya perekonomian ), atau didunia pertanian produksi kurang sehingga menimbulkan terjadinya pengangguran.

2. Pengangguran Frictionil

Pengangguran Frictionil adalah pengangguran yang terjadi karena pada disuatu pihak disuatu lapangan pekerjaan terjadi pergeseran .

3. Pengangguran Seasonal

Pengangguran Seasonal adalah pengangguran musiman oleh karena pada waktu

(22)

tertentu tidak dibutuhkan lagi tenaga tersebut. Ada 2 macam pengangguran musiman ini yaitu :

a. Natural

b. Artificial (buatan)

4. Pengangguran Potential

Pengangguran Potential,missal penemuan takhnik baru dalam pertanian akan menimbulkan pengangguran. Dimana tenaga penganggur ini adalah potential.

4. Upaya Mengatasi Pengangguran

Masalah pengangguran ini juga terjadi di Indonesia, tingginya jumlah pengangguran tentunya juga akan membawa pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi makro Indonesia. Pemerintah telah menargetkan dan mengupayakan adanya peningkatan aktifitas ekonomi di Indonesia. Dilihat secara ekonom biasanya menganalisis pertumbuhan ekonomi dengan melihat menggunakan Produk Nasional, yakni :

 Untuk konsumsi masyarakat ( C )

 Investasi ( I )

 Pengeluaran Pemerintah ( G )

 Ekspor ( X )

Dikurangi dengan Impor ( M ) atau disebut Ekspor Netto

Pernyataan ini sering disebut dibuat dengan sebuah persamaan identitas, yaitu Y = C + I + G + ( X – M )

Adanya inflasi ini tentunya akan berpengaruh pada dunia perekonomian lainnya,

(23)

termasuk kedunia industri, diantaranya inflasi akan mempengaruhi biaya produksi sehingga akan menyebabkan kenaikkan harga pokok produksi dan harga jual barang ataupun jasa. Naiknya harga di dua kelompok harga ini akan berpengaruh pada biaya angkutan barang ataupun orang, yang pada akhirnya akan mempengaruhi harga jual barang. Pengaruh-pengaruh ini mempunyai efek domino,yang akan terus melebar pada berbagai harga lainnya.

Proses kenaikkan harga ini tidak berjalan sekali tetapi berkali-kali sehingga persentase kenaikkan harga barang ataupun jasa akan lebih besar dari persentase kenaikkan harga BBM maupun listrik. Semua kenaikkan harga-harga ini tentu akan dipikul oleh konsumen, akhirnya masyarakat akan berupaya sendiri untuk mempertahankan hidupnya.

Komponen lain yang kurang mendapat perhatian adalah Investasi ( I ). Hal ini berkaitan dengan adanya penutupan perusahaan asing. Akibat hal ini juga beberapa rencana investasi dalam negeri justru akan semakin terganggu akibat hal itu.

Hengkangnya beberapa perusahaan modal asing di Indonesia tersebut dan juga terhambatnya rencana investasi dari dalam negeri tentunya akan menyebabkan masalah baru yaitu masalah pengangguran.

Hilangnya daya dorong investor untuk berinvestasi akan mempersulit Indonesia memperkecil jumlah penganggur yang ada pada saat ini. Disamping mempengaruhi perekonomian masyarakat dan tingkat kesejahteraan rakyat adalah sangat potensial mengganggu stabilitas social dan keamanan.

(24)

2.5. HUBUNGAN INFLASI DENGAN PENGANGGURAN

1. Hubungan Inflasi dengan Pengangguran dalam ( Kurva Philips )

Menurut A. W. Philips terdapat suatu trade off antara tingkat inflasi dengan tingkat pengangguran, yaitu bila tingkat pengangguran tinggi maka laju inflasi akan rendah, sedang jika tingkat pengangguran rendah maka laju inflasi akan tinggi. Philips memperoleh penemuannya ini pada tahun 1958 dengan meneliti hubungan antara tingkat perubahan upah dengan tingkat perubahan kesempatan kerja.

I

Kurva Philips

0 U Gambar 3 : Kurva Philips

Tingkat inflasi dicerminkan dari adanya kenaikkan tingkat upah. Menurut Philips ia menemukan keadaan jika tingkat upah naik tajam apabila tingkat pengangguran rendah, karena bila tidak banyak orang yang menganggur perusahaan akan sulit untuk mendapatkan tenaga kerja. Maka perusahaan harus menetapkan gaji yang tinggi. Gaji yang tinggi mencerminkan terciptanya inflasi yang tinggi pula. Kemudian, jika banyak orang yang menganggur maka tingkat upah akan semakin arendah, karena perusahaan sangan mudah untuk memperoleh kariawan. Dan orang akan mau bekerja walaupun dengan gaji yang rendah. Penurunan gaji mencerminkan adanya penurunan inflasi .

(25)

2. Dasar Teori Kurva Philips

Tujuan utama dari kebijakaan ekonomi makro adalah untuk memecahkan masalah inflasi sebagai penyebab terjadinya ketidakstabilan harga dan untuk memecahkan masalah pengangguran. Jadi kebijakan ekonomi makro harus dapat mencapai sasarannya, yaitu menciptakan stabilitas harga dan dalam waktu bersamaan menciptakan kesempatan kerja. Pandangan demikian berlangsung cukup lama dan berakhir sampai dengan tahun 1950-an.

Kurva Philips membuktikan bahwa antara stabilitas harga dan kesempatan kerja yang tinggi tidak mungkin terjadi secara bersamaan karena harus ada trade off. Jika ingin mencapai kesempatan kerja yang tinggi, berarti sebagai konsekuensinya harus bersedia menanggung beban inflasi yang tinggi. Demikian implikasi dari kurva philips yang mendasarkan teorinya pada hasil study empiric. Kemudian pada tahun 1960, Lipsey berusaha memperkuat landasan teori kurva Philips dengan menggunakan teori pasar tenaga kerja sebagai landasan dasarnya.

Dipasar tenaga kerja penurunan tingkat upah akan menyebebkan meningkatnya pengangguran karena adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya, tingkat upah akan naik jika terjadi kelebihan permintaan tenaga kerja. Jadi apabila dipasar terjadi kelebihan penawaran tenaga kerja atau jumlah pengangguran meningkat dan jumlah pencari kerja bertambah. Maka tingkat upah akan turun. Demikian pula sebaliknya jika penawaran tenaga kerja menurun upah tenaga kerja akan meningkat. Namun Lipsey berpendapat bahwa kenyataannya pasar tenaga kerja tidaklah sempurna. Karena meskipun tingkat penawaran tenaga kerja sama dengan tingkat permintaan tenaga kerja

(26)

tetap saja masih terapat pengangguran. Kondisi demikian disebut dengan Natural Unemployment disebabkan oleh beberapa factor, seperti tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM ) yang ditawarkan tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri, informasi pasar yang tidak transparan dna mahalnya biaya untuk memperoleh informasi pasar.

Natural Rate of Unemployment atau Frictional Unemployment dalam kurva Philips digambarkan sebagai perpotongan antara kurva Philips dan sumbu horizontal sebagaimana dijelaskan pada gambar 4 berikut:

W

UN = Natural Rate Of Unemployment W = Tingkat Kstabilan Upah = 0 U = Upah

0 UN U

Gambar 4: Natural Rate Of Unemployment

UN merupakan tingkat pengangguran yang didalamnya terdapat tingkat upah yang stabil, yaitu W = 0 Lipsey dalam analisisnya tentang kurva Philips menggunakan teori pasar tenaga kerja yang didasarkan pada dua asumsi sebagai berikut :

1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja akan menentukan tingkat upah.

2. perubahan tingkat upah ditentukan oleh besarnya kelebihan permintaan tenaga kerja yang disebut Excess Demand.

(27)

Perubahan tingkat upah dan kelebihan permintaan mempunyai hubungan yang positif ( searah ), yaitu semakin besar kelebihan permintaan tenaga kerja akan semakin besar pula perubahan tingkat upah. Sedangkan kelebihan permintaan tenaga kerja dengan tingkat pengangguran mempunyai hubungan negative ( tidak searah ), yaitu semakin besar kelebihan permintaan tenaga kerja tingkat pengangguran akan semakin kecil. Jadi perubahan tingkat upah mempunyai hubungan terbalik. ( negative ) dengan perubahan tingkat pengangguran sebagaimana digambarkan dalam kurva Philips.

Hasil analisa Lipsey berbeda dengan hasil analisis kurva Philips, yaitu :

1. Teori pasar tenaga kerja klasik yang dijadikan landasan analisis Lipsey mencerminkan tingkah laku upah rill.

2. Kurva Philips mencerminkan tingkah laku upah nominal.

Upah rill dan upah nominal akan sama jika dipasar tenaga kerja terdapat stabilitas harga-harga, inilah kelemahan lipsey, jadi untuk dapat melakukan analisis hubungan antara tingkat inflasi atau tingkat harga dan tingkat pengangguran, maka sumbu vertical dengan perubahan tingkat upah rill atau upah nominal dibagi dengan harga sebagaimana banyak dilakukan oleh ekonom sejak akhir tahun 1960-an.

3. Pergeseran Kurva Philips

Pada awal analisis kurva Philips dijelaskan bahwa terdapat trade off antara inflasi dan pengangguran, yaitu kenaikkan tingkat inflasi akan diikuti dengan penurunan tingkat pengangguran. Namun kenyataanya di AS selama periode 1950-1982 menunjukkan bahwa kwnaikkan tingkat inflasi diikuti dengan kenaikkan tingkat pengangguran. Jadi tidak terdapat trade off, kurva Philips telah bergeser kekanan atas. Dengan demikian hasil

(28)

analisis kurva Philips perlu diuji lagi kebenarannya.

Pergeseran kurva Philips pertama kali terjadi pada awal tahun 1976 dan kemudian terjadi lagi pada periode tahun 1973-1975 sebagai dampak embargo minyak Arap terhadap Negara-negara industri yang berpihak pada Israel dalam perang Timur Tengah.

Banyak industri mengalami kebangkrutan karena dilanda resesi ekonomi dunia yang sangat parah. Pergeseran kurva Philips berakhir pada periode tahun 1979-1982. selama kurun waktu tersebut terjadi kenaikkan tingkat inflasi bersamaan dengan kenaikkan tingkat pengangguran dengan bentuk pergeseran kuva Philips yang berbeda-beda.

Terjadi perbedaan pergeseran kurva Philips tersebut disebabkan dua factor yaitu:

1. Demografi

Terjadi kenaikan tingkat pertumbuhan penduduk AS, khususnya kaum wanita dan anak-anak yang selanjutnya meningkatkan angka pertumbuhan angkatan kerja.

Angkatan kerja wanita dan anak-anak yang sebahagian tidak dapat diserap pasar tenaga kerja semakin memperparah jumlah pengangguran, karena bidang industri lebih mengutamakan tenaga kerja dewasa dan pria.

2. Keseimbangan pasar tenaga kerja

Dalam kondisi keseimbangan pasar tenaga kerja, secara alamiah terdapat pengangguran yang oleh Milton Friedmsn disebut Natural Rate of Unemployment. Dalam kurva Philips pengangguran alamiah tersebut dibuktikan dengan adanya titik perpotongan antara kurva Philips dan sumbu

Gambar

Gambar 2 : Inflasi Dorongan Biaya
Gambar 4: Natural Rate Of Unemployment

Referensi

Dokumen terkait

1. Penerapan Model Project Based Learning dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa. Disini pada siklus pertama memakai materi IPS sebagai mata pelajaran penelitian, dengan

Sebagai seorang ketua Sekretariat kongres Maria Ullfah dengan tegas mengatakan kepada organisasi perempuan yang masuk ke dalam Gerakan Massa untuk memilih Kongres

“Analisis pengaruh Nilai Pelanggan, Kualitas Pelayanan dan Kedekatan Emosional terhadap Loyalitas Nasabah (Studi pada Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional“Veteran” Yogyakarta

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyeleseikan skripsi yang berjudul “

ICRC merupakan lembaga non-state yang bersifat netral dan bekerja untuk kemanusiaan, Konvensi Jenewa 1949 telah menempatkan ICRC untuk mengawalnya agar dapat

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber... khususnya surat kabar, merupakan awal dunia jurnalisme yang

Untuk itu prediksi yang tepat terhadap nilai tukar idr akan sangat membantu dalam perencanaan strategi dalam suatu investasi.Mengantisipasi hal tersebut dibutuhkan

pembelajaran Creative Problem Solving dalam menyelesaikan soal cerita pada siswa kelas 5 SDN Blaru 02 Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017. Meningkatkan