• Tidak ada hasil yang ditemukan

Activity Test Of Infusion Of Green Mustard Leaf (Brassica juncea (L) Czem.) To Lower Uric Acid Levels In White Male Rats Of Wistar Strain Eka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Activity Test Of Infusion Of Green Mustard Leaf (Brassica juncea (L) Czem.) To Lower Uric Acid Levels In White Male Rats Of Wistar Strain Eka"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Activity Test Of Infusion Of Green Mustard Leaf (Brassica juncea (L) Czem.) To Lower Uric Acid Levels In White Male Rats Of Wistar Strain

Eka Sulistiono, Nova Hasani Furdiyanti, Niken Dyahariesti ABSTRACT

Background : Gout or arthritis Gout is a disease caused by piles of acid / urate crystals in the tissues, especially in the joint tissue. One of the plants suspected to lower uric acid is green mustard leaf. Greens mustard leaf (Brassica juncea (L.) Czem) contains flavonoids. Objectives : The purpose of this study is to know the activity of administering infusion of green mustard leaf

(2)

(Brassica juncea (L.) Czem) to decrease uric acid levels in Wistar male rats and the dose which is proportional to the Allopurinol dose 2,52mg.

Method : This was pure experimental research pre and posttest control group design by using complete randomized design (CRD), which consists of five treatment groups. Blood sampling and first measurement of uric acid levels 1 (normal data) used UV-Vis spectrophotometer with the wavelength of 520 nm, then blood sampling and second measurement of uric acid levels 2 were done as the pre test, data day 8 to day 14. The first group aquadest + CMC Na 1%, the second group a positive control Allopurinol dose of 2.52 mg + CMC Na 1%, Group III, IV, and V were each given infusion of Greens mustard leaf with the doses of 0,625 g / kg, 1.25 g / kg, and 2.5 g / kg. On day 15, post-test blood sampling and third measurement of uric acid levels were done. The difference of pre-test and post-test was analyzed by using SPSS version 20.0 for Windows with one way ANOVA with 95% confidence level.

Result : ANOVA test results obtain F count equal to 54.858 with p-value of 0.000 <α (0.05), it is concluded that there is a significant difference between the reduction in uric acid levels in the five treatments.

Conclusion : Based on the test results it can be concluded that infusion of Greens mustard leaf (Brassica juncea (L) Czem) in dose of 2.5 g / kg body weight can lower uric acid levels in male rats of wistar strain which is comparable to Allopurinol 12.6 mg / kg.

Keywords: Gout, Greens mustard leaf (Brassica juncea (L) Czem), Flavonoids, Allopurinol

Uji Aktivitas Infusa Sawi Hijau (Brassica juncea (L) Czem.) Terhadap Penurunan Kadar Asan Urat Tikus Putih Jantan Galur Wistar

Eka Sulistiono, Nova Hasani Furdiyanti, Niken Dyahariesti INTISARI

Latar belakang : Penyakit asam urat atau Arthritis Gout adalah penyakit yang di sebabkan oleh tumpukan asam/kristal urat pada jaringan. Salah satu tanaman diduga sebagai penurun asam urat adalah daun sawi hijau. Daun sawi hijau (Brassica juncea (L.) Czem) mengandung flavonoid.

Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui aktivitas pemberian infusa daun sawi hijau (Brassica juncea (L.) Czem)terhadap penurunan kadar asam urat tikus putih jantan galur Wistar dan dosis yang sebanding dengan Allopurinol dosis 2,52mg.

Metode : Penelitian eksperimental murni pre and post test conrol group design menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 kelompok perlakuan. Pengukuran kadar asam urat ke-1 (data normal) dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 520 nm, kemudian pengukuran kadar asam urat ke-2 sebagai data pre test , Hari ke-8 sampai hari ke-14. Kelompok I aquades + CMC Na 1%, kelompok II Allopurinol dosis 2,52 mg + CMC Na 1%, kelompok III, IV, dan V masing-masing diberi infusa daun sawi hijau dosis 0,625 g/kg BB, 1,25 g/kg BB, dan 2,5 g/kg BB. Hari ke 15, pengukuran kadar asam urat ke-3 data pos test. Selisih data pre test dan post test dianalisa menggunakan SPSS versi 20.0 for Windows dengan uji ANAVA satu jalan dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil : Uji ANAVA didapatkan hasil F hitung sebesar 54,858 dengan p-value 0,000 < α (0,05), disimpulkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan penurunan kadar asam urat diantara kelima perlakuan.

Kesimpulan : Berdasarkan hasil uji dapat disimpulkan bahwa infusa Daun sawi hijau (Brassica juncea (L) Czem dosis 2,5 g/kg BB mampu menurunkan kadar asam urat tikus putih jantan galur wistar yang sebanding dengan Allopurinol 12,6 mg/kg BB.

Kata kunci : Asam Urat, Daun sawi hijau (Brassica juncea (L) Czem), Flavonoid, Allopurinol

(3)

PENDAHULUAN

Penyakit asam urat (gout) atau Arthritis Gout adalah penyakit yang di sebabkan oleh tumpukan asam/kristal urat pada jaringan, terutama pada jaringan sendi. Gout berhubungan erat dengan gangguan metabolisme purin yang memicu peningkatan kadar asam urat dalam darah (hiperurisemia), yaitu jika kadar asam urat dalam darah lebih dari 7,5 mg/dl (Junaidi, 2013). Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi pilihan saat ini, sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk pengobatan dengan tumbuhan obat (herbal). Sebenarnya, sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan menggunakan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya menangulang berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat. Selain lebih ekonomis, efek samping ramuan herbal sangat kecil. Karena itu, penggunaan obat herbal alami dengan formulasi yang tepat sangat penting dan tentunya lebih aman dan efektif (Agung dan Tinton, 2008).

Penelitian yang dilakukan Miptah Farid T 2009 (Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret) yang berjudul “pengaruh ekstrak daun tempuyung (Sonchus arvensis) terhadap penurunan kadar asam urat pada tikus putih (Rattus norvegicus)”, dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun tempuyung membuktikan bahwa flavonoid memiliki efek hipourisemia terutama pada dosis 250,39 mg/200 gr BB/2,5 ml yang hampir setara dengan allopurinol 5,04 mg/200 gr BB/2,5 ml.

Tanaman yang dapat di manfaatkan sebagai obat tradisional salah satunya adalah sawi hijau (Brassica juncea (L) Czem). Tanaman sawi hijau (Brassica juncea (L) Czem) mengandung senyawa 100 g sawi terdapat kandungan flavonoid isorhamnetin 16,20, kaempferol 38,30, dan queercetin 8,80 (seema et al, 2011). Flavonoid bekerja dengan menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga produksi asam urat berkurang. (Kristanti, 2003).

Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui aktivitas infusa daun sawi hijau (Brassica juncea (L.) Czern.) terhadap penurunan kadar asam urat.

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan

Alat : Kandang tikus, timbangan (Ohaus) dengan ketelitian 0,01 g, ayakan no. 30 mesh, blender, gelas beker, gelas ukur, labu takar, corong kaca, kain flanel, batang pengaduk, oven, spuit oral, waterbath, eppendorf, sentrifyuse, pipet hemokrit, mikropipet, spektrofotometer UV-Vis.

Bahan : Tikus putih jantan galur Wistar sebanyak, Daun sawi hijau, Allopurinol, CMC Na 1%, aquadest, pakan tikus berupa kacang, pellet, asam sulfat (H2SO4), metanol, pereaksi asam urat TBHBA.

Cara penelitian

Determinasi sawi hijau (Brassica juncea (L.) Czern.) dilakukan untuk memperoleh kepastian bahwa tanaman yang akan digunakan pada penelitian ini berasal dari tanaman yang dimaksud sehingga kemungkinan timbulnya kesalahan dalam pengumpulan bahan penelitian dapat dihindari. Determinasi tanaman dilakukan di Laboratorium Ekologi dan Biosistematik Jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang.

Pakan tikus dibuat dengan cara mencampur tepung melinjo 75% + pellet 25%. Infusa daun sawi hijau (Brassica juncea (L.) Czern) dibuat dengan dosis 0,625 g/kg BB, 1,25 g/kg BB, dan 2,5 g/kg BB. Penelitian ini merupakan eksperimental murni pretest dan postest dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Identifikasi flavonoid dengan cara 1 ml di ditambah H2SO4 pekat3 tetes, adanya warna kuning kemerahan menunjukan bahwa daun sawi hijau mempunyai kandungan flavonoid.

(4)

Penelitian ini menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur wistar BB 180-200 g, umur 2-3 bulan diadaptasikan terlebih dahulu selama 7 hari, pengambilan darah pertama dari sinus orbitalis sebagai data normal di ukur kadar asam urat dengan spektro UV-Vis. Hari ke-1 diberi pakan campuran melinjo 75% + pellet 25% selama 7 hari hari ke 7 pengambilan darah ke-2 sebagai data pre test, hari ke 8 diberi perlakuan tiap klompok, kelompok I kontrol negatif diberi aquades + CMC Na 1%, Kelompok II kontrol positif diberi allopurinol dosis 12,6 mg/kg BB, kelompok III infusa dosis 0,625 g/kg BB, kelompok IV infusa daun sawi hijau dosis 1,25 g/kg BB, dan kelompok V infusa daun sawi hijau dosis 2,5 g/kg BB selama 7 hari hari ke 15 pengambilan darah melalui sinus orbitalis, di tampung di eppendrof, darah yang di dapat di sentrifugasi kecepatan 3000 rpm selama 15 menit, Sampel yang mengandung asam urat direaksikan dengan pereaksi asam urat 1, diinkubasi selama selama 5 menit, lalu di tambahkan pereaksi asam urat 2, di inkubasi selama 10 menit pada suhu 370 C. Inkubasi ini bertujuan untuk memperoleh serapan yang optimum dan stabil. Kadar asam urat di tentukan dengan perbandingan serapan standarnya. Standar asam urat di perlakukan sama seperti sampel, standar asam urat memiliki kadar asam urat sebesar 6 mg/dL, pengukuran kadar asam urat dengan menggunakan spektro fotometer UV-Vis menggunakan persamaan. 1

x 6 mg/dml

...(1)

Ket :

ASx = absorbansi larutan uji Asb = absorbansi blangko Ass = absorbansi standar

Hasil yang di dapat dari pengukuran kadar asam urat menggunakan spektrofotometer UV-Vis di analisis menggunakan spss 20.0 dengan taraf kepercayaan 95%.

Analisa Data

Data yang digunakan adalah selisih pre and post test yang diperoleh dianalisis dengan SPSS 20 for Windows dengan taraf 95% kepercayaan. Untuk mengetahui normalitas data dengan menggunakan uji Shapiro-wilk karena jumlah sampel kecil (< 50). Data dikatakan terdistribusi normal p > 0,05 dan data dikatakan tidak terdistribusi normal p < 0,05. Kemudian dilanjutkan dengan uji Levene’s test (untuk mengetahui homogenitas data). Nilai p > 0,05 maka data yang diuji adalah homogen dan p < 0,05. Kemudian data dianalisa dengan statistik parametrik ANAVA satu jalan kemudian dilanjutkan dengan uji LSD (Dahlan, 2011).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1) Determinasi

Determinasitanaman dilakukan pada tahap awal penelitian untuk mengetahui kebenaran identitas dari tanaman yang diteliti. Selain itu untuk menghindari kesalahan dalam pengumpulan bahan utama dan mencegah kemungkinan tercampurnya tanaman yang akan diteliti dengan tanaman lain.

Kunci determinasi:

1b-2b-3b-4b-12b-13b-14b-17b-18b-19b-20b-21b-22b-23b-24a-25a-26b-27a-28b-29b-30b- 31a-32a-33b-34a-35a-36d-37b-38b-39b-41b-42b-44b-45b-46e-50b-51b-53b-54b-56b-57b- 58b-59b-72b-73b-74a-75b-76a-77a-78b-103c-104b-106b-107a-108a-109a-110b-115b119a- 120b-122a-(Famili 32. Brassicaceae) 1b-6b-7b-10b (Genus.Brassica)-species: Brassica juncea (L) Czern

Hasil determinasi diatas menunjukan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah sawi hijau (Brassica juncea (L.) Czern.).

(5)

Gambar 1. Tanaman sawi hijau

2) Identifikasi flavonoid

Hasil identifikasi kandungan flavonoid dalam daun sawi hijau Brassica juncea (L) Czern 1 ml di ditambah H2SO4 pekat3 tetes warna kuning kecoklatan menunjukan bahwa sawi hijau mempunyai kandungan flavonoid.

Gambar 2. Hasil identifikasi flavonoid

3) Data penelitian dan pembahasan

Tabel 1. Kadar Asam Urat Setelah Pemberian Pakan Campuran Melinjo 75% + Pellet 25% (pretest) dan Perlakuan (posttest)

Kelompok

Kadar Asam Urat ( mg/dL ) (mean±SD)

Kadar asam urat

normal Kadar asam urat

pre test Kadar asam urat

post test

Selisih kadar asam urat pre test dan post test

I 0,94 ±0,08 3,37 ±0,27 2,96 ±0,34 0,42 ±0,25

II 0,94 ±0,09 3,52 ±0,40 1,02 ±0,20 2,50 ±0,26

III 0,96 ±0,07 3,27 ±0,27 2,28 ±0,46 0,99 ±0,22

IV 0,96 ±0,07 3,30 ±0,36 1,90 ±0,56 1,40 ±0,32

V 0,96 ±0,08 3,65 ±0,39 1,41 ±0,37 2,23 ±0,24

Keterangan

Kelompok I : Diberi aquades + CMC Na 1% 2,5 ml/200 g dan pakan standar (kontrol -)

Kelompok II : DiberiAllopurinol + CMC Na 1% pada dosis 2,52 mg /200g dan pakan standar (kontrol +) Kelompok III : Diberi infusa daun sawi hijau dosis 0,625 g/kg BB dan pakan standar

Kelompok IV : Diberi infusa daun sawi hijau dosis 1,25 g/kg BB dan pakan standar Kelompok V : Diberi infusa daun sawi hijau dosis 2,5 g/kg BB dan pakan standar

Tabel 2. Hasil uji Post Hoc

Pasangan Perlakuan p-value Kesimpulan Kontrol Negatif vs kontrol Positif 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Dosis 0,625 0,002 Berbeda signifikan Kontrol Negatif vs Dosis 1,25 0,000 Berbeda signifikan

(6)

Kontrol Negatif vs Dosis 2,5 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Dosis 0,625 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Dosis 1,25 0,000 Berbeda signifikan Kontrol Positif vs Dosis 2,5 0,125 Berbeda tidak signifikan Dosis 0,625 vs Dosis 1,25 0,020 Berbeda signifikan Dosis 0,625 vs Dosis 2,5 0,000 Berbeda signifikan Dosis 1,25 vs Dosis 2,5 0,000 Berbeda signifikan

Hewan uji dikelompokkan menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok berisi 5 ekor tikus jantan. Sebelum diberi pakan campuran melinjo 75% + pellet 25% kadar asam urat pada masing-masing kelompok hewan uji 0,94 – 0,96 mg/dL, kadar asam urat normal untuk tikus 0,5-1,9 mg/dL sedangkan yang dikehendaki sebagai kondisi patologis hiperurisemia adalah 3 mg/dL atau lebih dari hasil pengukuran sebelum perlakuan hiperurisemia.

Kadar asam urat diukur dengan menggunakan metode fotometrik enzimatik. Pereaksi yang digunakan adalah pereaksi kit untuk asam urat TBHBA yang mengandung urikase dan peroksidase. Pemilihan metode ini merupakan cara sederhana, selektif dan spesifik untuk menentukan kadar asam urat. Asam urat diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 520 nm. Prinsip metode ini asam urat dioksidasi membentuk hidrogen peroksida dengan adanya urikase. Selanjutnya, hidrogen peroksida akan bereaksi dengan TBHBA dan 4-Aminoantipyrine membentuk senyawa quinoneimine yang dikatalis oleh peroksidase.

Tabel 1. menunjukkan bahwa pemberian pakan campuran melinjo 75% + pellet 25%

selama 7 hari mampu membuat hewan uji menjadi hiperurisemi di tunjukan dengan kenaikan dari nilai normal 0,94 - 0,96 mg/dL menjadi 3,27 – 3,65 mg/dL ini menunjukan bahwa pakan yang di berikan mampu menaikkan kadar asam urat sebesar 2,33 – 2,69 mg/dL. Produksi asam urat meningkat akibat konsumsi bahan makanan (campuran tepung melinjo 75% dan pellet 25%) yang mengandung purin tinggi secara terus menerus selama 7 hari dan kadar rata-rata asam urat berkisar 3,27 – 3,65 mg/dL tikus putih jantan galur wistar dikatan hiper urisemi jika kadar asam urat di atas 3 mg/dL. Setelah 7 hari diberi perlakuan infusa daun sawi hijau (post test), kadar asam urat rata-rata menjadi 1,02 – 2,96 mg/dL. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh melinjo dalam menaikkan kadar asam urat darah tikus dan pengaruh pemberian infusa daun sawi hijau terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus.

Selisih antara kadar asam urat setelah pemberian pakan campuran melinjo 75% + pellet 25% dengan kadar asam urat setelah pemberian infusa daun sawi hijau kemudian diuji statistik dengan SPSS 20.0 for Windows dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil pengolahan data uji normalitas dengan menggunakan uji Shapiro-wilk didapat hasil (p>0,05), sehingga disimpulkan bahwa kelima kelompok data yang diperoleh terdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji LSD pada tabel 2, kontrol negatif aquadest + CMC Na 1%

dengan kontrol positif Allopurinol, infusa daun sawi hijau dosis 0,625 g/kg BB, infusa daun sawi hijau dosis 1,25 g/kg BB, dan infusa daun sawi hijau dosis 2,5 g/kg BB, menunjukkan signifikansi nilai p<0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan dalam menurunkan kadar asam urat.

Hasil uji LSD kontrol positif (Allopurinol) dengan infusa daun sawi hijau (dosis 0,625 g/kg BB), dan infusa daun sawi hijau (dosis 1,25 g/kg BB) menunjukkan perbedaan signifikan. Di tunjukan dengan nilai signifikansi 0,000 yang berarti <0,05 Ini membuktikan bahwa pengaruh dari allopurinol dalam menurunkan kadar asam urat berbeda dengan infusa daun sawi hijau dosis 0,625 g/kg BB dan dosis 1,25 g/kg BB. Hasil uji LSD kontrol positif (Allopurinol) dengan infusa daun sawi hijau (dosis 2,5 g/kg BB) menunjukkan hasil yang berbeda tidak signifikan. Di tunjukan dengan nilai signifikan 0,125 yaitu >0,05 yang artinya

(7)

infusa daun sawi hijau dosis 2,5 g/kg BB memiliki aktivitas penurunan kadar asam urat yang sebanding dengan allopurinol dosis 2,25mg.

Infusa daun sawi hijau dapat menurunkan kadar asam urat karena adanya kandungan flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam urat, dengan mekanisme menghambat kerja enzim xantin oksidase sehingga tidak terjadi perubahan hipoxantin menjadi xantin dan xantin menjadi asam urat dan di ekskresi lebih banyak dalam urin sehingga kadar asam urat dalam darah dan urin menurun karena adanya proses ADME.

KESIMPULAN

a. Infusa daun sawi hijau Brassica juncea (L) Czern memiliki aktivitas menurunkan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur Wistar hiperurisemia.

b. Pemberian infusa daun sawi hijau Brassica juncea (L) Czern dosis 2,5 g/kg BB mempunyai aktivitas terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur Wistar sebanding dengan allopurinol dosis 12,6 mg/Kg BB.

SARAN

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut uji aktivitas penurunan asam urat dari infusa daun sawi hijau Brassica juncea (L) Czern dengan menggunakan sediaan yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

1. Junaidi, I. (2013). Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.

2. Agung dan Tinton., (2008). Buku PintarTanaman Obat. Agromedia pustaka : Jakarta.

3. Seema, David, and Joanne, 2011, USDA Database For The Flavonoid Content Of Selected Foods, U.S Department Of Agriculture.

4. Kristanti, N, (2003), Phaleria papuana, si Alternatif bagi Asam Urat, April 2012.

5. Dahlan, S., 2011, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, 11-12, Salemba Medika, Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Activity Diagram Melihat Informasi Penyakit Berdasarkan Kategori Umur, Melihat Gejala dan Solusi Penyakit .... Rancangan Menu

Oleh itu, sebagai hasil bagi persamaan 4 dan 5 di atas, swarm akan mengenalpasti dan memasuki kawasan yang berpotensi dalam ruang carian secara pengurusan-sendiri dengan

Beberapa prinsip yang harus di dalam desain untuk meningkatkan proses perakitan termasuk menyederhanakan dan mengurangi jumlah bagian, menggunakan bahan terpadu untuk

Rumput dengan kandungan lignin rendah tetapi mempunyai lebih banyak dinding sel kurang dapat dicerna dibanding legum yang mempunyai lignin dua kali lebih banyak karena

Transformasi merupakan proses pengubahan data atau sinyal ke dalam bentuk lain agar lebih mudah dianalisis, seperti transformasi fourier yang mengubah sinyal ke

Prinsip dari kerja sistem yang dirancang adalah Sensor ultrasonik hc-sr04 berfungsi sebagai input pada Arduino mega 2560, ketika gelombang ultrasonik terhalang oleh bahan baku

Sarung tangan yang kuat, tahan bahan kimia yang sesuai dengan standar yang disahkan, harus dipakai setiap saat bila menangani produk kimia, jika penilaian risiko menunjukkan,

Penelitian ini merupakan penelitian R &amp; D (Penelitian dan Pengembangan) yang meliputi tiga tahap penelitian yaitu: 1) Studi Pendahuluan, 2) Pengembangan bahan