• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Teori"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

5

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan kegiatan penting setiap orang termasuk di dalamnya belajar bagaimana seharusnya belajar. Meskipun kita melihat ada perbedaan-perbedaan di dalam rumusan pengertian belajar tersebut dari masing-masing ahli, namun secara prinsip kita menemukan kesamaan-kesamaannya. Menurut pendapat Burton yang dikutip Aunurrahman ( 2009: 35 ) merumuskan ”Belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya”. Dan menurut H.C. Witherington yang dikutip Aunurrahman ( 2009: 35 ) “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari reaksi berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepribadian atau suatu pengertian”. Menurut pendapat Harold Spears yang dikutip Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa ( 2011: 21 ) “ Learning is to observa, to read, to initate, to try

something themselves, to listen, to follow direction ( belajar adalah

mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar, dan mengikuti arah )”. Serta menurut Witherington yang dikutip Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa ( 2011: 20 )” Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati,

(2)

mendengarkan, meniru dan sebagainya. Selain itu, belajar akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar sebagai kegiatan individu sebenarnya merupakan rangsangan-rangsangan individu yang dikirim kepadanya oleh lingkungan.

b. Prinsip-prinsip Belajar

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk mampu mengembangkan potensi-potensi peserta didik secara optimal. Upaya untuk mendorong terwujudnya perkembangan potensi peserta didik tersebut tentunya merupakan suatu proses panjang yang tidak dapat diukur dalam periode tertentu, apalagi dalam waktu yang sangat singkat. Meskipun demikian, indikator terjadinya perubahan ke arah perkembangan pada peserta didik dapat dicermati melalui instrument-instrumen pembelajaran yang dapat digunakan guru. Oleh karena itu, seluruh proses dan tahapan pembelajaran harus terarah pada upaya peningkatan potensi siswa secara komprehensip, maka pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang benar, yang bertolak dengan internal siswa untuk belajar. Menurut Davies yang dikutip Aunurrahman (2009: 113), “mengingatkan beberapa hal yang dapat menjadikan kerangka dasar bagi penerapan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran, yaitu :

1. Hal apapun yang dipelajari murid, maka ia harus mempelajarinya sendiri. Tidak seorangpun yang dapat melakukan kegiatan belajar tersebut untuknya.

2. Setiap murid belajar menurut tempo ( kecepatannya ) sendiri dan untuk setiap kelompok umur, terdapat variasi kecepatan belajar.

3. Seorang murid belajar lebih banyak bilamana setiap langkah segera diberikan penguatan (reinforcement ).

4. Penguasaaan secara penuh dari setiap langkah-langkah pembelajaran, memungkinkan murid belajar secara lebih berarti.

5. Apabila murid diberikan tanggungjawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, dan ia akan belajar dan mengingat lebih baik”.

(3)

Prinsip belajar menunjuk kepada hal-hal penting yang harus dilakukan guru agar terjadi proses belajar siswa sehingga proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip-prinsip belajar juga memberikan arah tentang apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh guru agar para siswa dapat berperan aktif di dalam proses pembelajaran. Bagi guru, kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan dapat membantu terwujudnya tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam perencanaan pembelajaran. Sementara bagi siswa prinsip-prinsip pembelajaran akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.

c. Tujuan Belajar

Menurut Suprijono yang dikutip Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa ( 2011: 22), Tujuan belajar yang ekplisit bisa diusahakan

untuk dicapai dengan tindakan instruksional yang dinamakan

instructional effects, yang biasanya berbentuk pengetahuan dan

keterampilan. Sedangkan, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar instruksional disebut nurturant effect. Bentuknya berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain, dan sebagainya. Tujuan ini merupakan konsekuensi logis dari peserta didik menghidupi ( live in ) suatu sistem lingkungan belajar tertentu.

d. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan seperangkat tindakan yang dirancang kemudian dipakai oleh guru untuk mendukung proses belajar peserta didik. Sutikno (2013:32) mengemukakan bahwa, “ Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh guru (pendidik) agar terjadi proses belajar pada diri siswa”. Sedangkan menurut Depdiknas dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas pasal 1 ayat 20 dalam (Waluyo, 2013:18) bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Berdasarkan uraian diatas maka dapat diartikan bahwa pembelajaran bukan sekedar

(4)

transfer ilmu dari guru kepada siswa, melainkan suatu proses kegiatan yang ditandai dengan adanya interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa pada suatu lingkungan belajar. Siswa sebagai peserta didik merupakan subyek utama dalam proses pembelajaran. Peran guru sebagai pendidik sangat penting dalam proses pembelajaran, guru tidak hanya memberikan informasi melainkan juga mengarahkan dan memberi fasilitas belajar agar proses belajar lebih memadahi dan mudah diterima oleh siswa. Menurut Sutikno (2013: 34), pembelajaran akan terjadi jika memenuhi ciri-ciri sebagai berikut :

1) Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk siswa dalam suatu perkembangan tertentu

2) Terdapat mekanisme, langkah-langkah, metode dan teknik yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan 3) Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan baik

4) Adanya aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan pembelajaran

5) Tindakan guru yang cermat dan tepat

6) Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan siswa dalam proporsi masing-masing

7) Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran 8) Evaluasi, baik evaluasi proses maupun evaluasi produk

e. Komponen Pembelajaran

Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah situasi dimana siswa dapat berinteraksi dengan guru dan atau bahan pengajaran ditempat tertentu yang telah diatur dalam rangka tercapainya tujuan. Situasi itu dapat dioptimalkan dengan mengguankan metode dan media yang tepat. Agar dapat diketahui keefektifan kegiatan belajar-mengajar, maka setiap proses dan hasilnya harus dievaluasi. Dengan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan belajar-mengajar merupakan suatu kegiatan yang merupakan suatu kegiatan yang melibatkan beberapa komponen. Menurut H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, dan Sutijan (2000: 30) :

(5)

1. Siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan;

2. Guru adalah seseorang yang bertindak sebagai pengelola kegiatan belajar-mengajar, katalisator belajar-mengajar, dan peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar-mengajar yang efektif;

3. Tujuan yakni pernyataan tentang perubahan perilaku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah mengikuti belajar-mengajar. Perubahan tersebut mencakup perubahan kognitif, psikomotor dan afektif;

4. Isi pelajaran, yakni segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang diperlukan untuk mencapai tujuan;

5. Metode, yakni cara yang teratur untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan;

6. Media, yakni bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa agar mereka dapat mencapai tujuan;

7. Evaluasi, yakni cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar–mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen kegiatan belajar-mengajar. Komponen-komponen kegiatan belajar-mengajar tersebut saling berinteraksi dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan, sehingga merupakan suatu system

Sedangkan menurut menurut Sutikno (2013: 35) macam-macam komponen pembelajaran adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Pembelajaran

Adalah kemampuan-kemampuan yang diharapkan dimiliki siswa setelah memperoleh pengalaman belajar. Dengan kata lain tujuan pembelajaran merupakan suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan pembelajaran.

2) Materi Pembelajaran

Medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diperoleh oleh siswa. Karena itu, penentuan materi pembelajaran harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, misalnya berupa pegetahuan, ketrampilan, sikap, dan pengalaman lainnya. 3) Kegiatan Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan materi pembelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswalah yang lebih aktif, bukan guru. Oleh karena itu interaksi dikatakan maksimal bila terjadi antara guru dengan semua siswa, antara siswa dengan

(6)

guru, antara siswa dengan siswa, siswa dengan materi pembelajaran dan media pembelajaran, bahkan siswa dengan dirinya sendiri, namun tetap dalam kerangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

4) Metode

merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pembelajaran, metode diperlukan oleh guru dengan penggunaan yang bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

5) Media

Media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

6) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat dimana materi pelajaran terdapat.

7) Evaluasi

Evaluasi adalah suatu tindakan atau proses untuk menentukan nilai dari suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu. Evaluasi merupakan aspek yang sangat penting, yang berguna untuk mengukur dan menilai seberapa jauh tujuan pembelajaran telah tercapai atau hingga mana terdapat kemajuan belajar siswa, dan bagaimana tingkat keberhasilan sesuai dengan tujuan pembelajaran tersebut.

f. Hasil Belajar

Menurut Suprijono yang dikutip Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa (2011: 22 ) , “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan”. Menurut Bloom yang dikutip Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa (2011: 23), “Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik, yaitu sebagai berikut :

1) Domain Kognitif mencakup:

a) Knowledege ( pengetahuan, ingatan )

b) Comprehension ( pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh ) c) Application ( menerapkan )

d) Analysis ( menguraikan, menentukan hubungan )

e) Synthesis ( mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru )

f) Evaluating ( menilai ).

2) Domain Afektif mencakup :

a) Receiving ( sikap menerima ) b) Responding ( memberikan respons ) c) Valuing ( nilai )

(7)

d) Organization ( organisasi ) e) Characterization ( karakterisasi ).

3) Domain Psikomotor mencakup :

a) Initiatory b) Pre-routine c) Rountinized

d) Keterampilan produktif, teknik, fisik, social, manajerial, dan intelektual”.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, tetapi secara komprehensif.

2. Senam

a. Pengertian Istilah Senam

Senam adalah istilah atau nama ( nomen ) suatu cabang olahraga. Menurut Agus Margono ( 2009: 17-19) Sebagai cabang olahraga, senam mempunyai domein atau daerah dengan batas-batasnya sendiri, mempunyai ruang lingkup yang tertentu. Dan batasan senam menurut beliau adalah, “ Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara harmonis “. Ini berarti bahwa cabang olahraga senam berbeda dengan pencak silat, cabang olahraga senam tidak sama dengan sepak bola, dan bukan pula loncat indah. Senam mempunyai kaidah sendiri akan tetapi, sering kali kita mendengar seseorang yang mengajarkan sepak bola atau berenang berkata “ mari kita latihan senam lebih dahulu “ . Seolah - olah latihan senam terdapat juga dalam olahraga lain, seolah-olah istilah senam mempunyai arti yang sempit dan arti yang luas.

Kita perlu membahas istilah tersebut secara mendalam untuk mengetahui arti senam tersebut. Untuk menerangkan arti kata senam kita biasanya menjelaskannya dengan merentangkan lengan ke

(8)

samping, kemudian merenggut-renggutkannya ke kanan, memilin tubuh ke kiri dan ke kanan, membungkukkan badan ke depan, melenting ke belakang dan sebagainya. Senam sebagai terjemahan dari istilah “ gymnastik” mempunyai arti yang berbeda-beda sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan pada umumnya. Gerakan lengan yang dientangkan dan tubuh yang dipilin ke kiri dank e kanan sama dengan “ senam pagi “, akan tetapi senam pagi sebenarnya sebagian atau salah satu unsure dari arti senam yang sebenarnya. Senam pagi atau senam bebas adalah sinonim/kata lain dari “

calesthenic “ .

b. Asal Arti kata senam

Senam adalah terjemahan dari kata “gymnastick” ( bahasa Belanda ), “gymnastic“ ( bahas Inggris ), “ Thmmastiek” asal katanya dari “ gymnos” ( bahasa Greka ). “ Gymnos” berarti telanjang,

gymnastiek pada jaman kuno memang dilakukan dengan badan

telanjang atau setengah telanjang. Maksudnya agar gerakan dapat dilaukan tanpa gangguan sehingga menjadi sempurna, tempat berlatih senam di zaman Yunani Kuno disebut Gymnasium.

c. Macam-macam senam

Seperti telah dikemukakan di atas, bahwa dengan kemajuan dan ilmu dan tekhnologi dewasa ini tumbuh dan berkembang macam-macam bentuk gerakan senam, baik yang dilakukan di Indonesia maupun di negara-negara lain. Dari bermacam-macam bentuk gerakan senam tersebut, dalam bab ini Aip Syarifuddin dan Muhadi ( 1991: 100-115) menguraikan macam-macam senam yang diajarkan di sekolah-sekolah ( khususnya di SD ) yaitu :

1) Senam dasar

Senam dasar adalah berbagai bentuk dan ragam gerakan senam yang dilakukan orang terutama untuk latihan pembentukan tubuh dan sering juga dilakukan sebagai latihan pendahuluan

(9)

sebelum melakukan bentuk-bentuk gerakan yang pokok ( inti katihan ) atau sering juga dikatakan dengan latihan pemanasan badan pada setiap cabang olah raga. Dalam melakukan latihan senam dasar, biasanya tanpa mempergunakan alat akan tetapi dapat juga dilakukan dengan alat untuk menambah beban latihan.

2) Senam Irama

Senam irama ialah bentuk-bentuk gerakan senam yang merupakan perpaduan antara berbagai bentuk gerakan dengan irama yang mengiringinya. Misalnya seperti irama tepukan, ketukan, tambore, nyanyian, music dan sebagainya. Keindahan bentuk-bentuk gerakan, ,menciptakan variasi gerakan, dan membentuk gerakan melalui koordinasi antara berbagai bentuk gerakan dengan irama merupakan tuntutan dalam senam irama. Dapat juga dikatakan bahwa yang menjadi prinsip dasar dari gerakan-gerakan senam irama itu adalah adanya kelentukan tubuh di dalam melakukan gerakan dan kesinambungan antara gerakan yang satu dengan gerakan yang lainnyasesuai dengan irama, sehingga merupakan rangkaian urutan gerak yang terpadu antara gerakan dan irama yang dilakukan dengan luwes dan lancar.

3) Senam Ketangkasan

Senam ketangkasan adalah bentuk-bentuk gerakan senam yang harus dilakukan dengan kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelentukan, keberanian, dan keberanian dan kepercayaan diri dalam suatu rangkaian urutan gerak yang terpadu. Senam ketangkasan sering dikatakan sering dikatakan dengan senam pertandingan atau senam artistic, karena bentuk-bentuk gerakannya harus sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam pertandingan baik mengenai sikap pada waktu akan melakukan keindahan, dan ketepatan serta keseimbangan pada sikap akhirnya. Senam ketangkasan dapat dilakukan tanpa alat dan dengan alat, senam ketangkasan yang dilakukan tanpa alat, dinamakan (floor exercise),

(10)

sedangkan senam ketangkasan dengan mempergunakan alat dinamakan senam alat.

d. Bentuk-bentuk senam ketangkasan

Seperti yang telah dikemukakan bahwa senam ketangkasan yang akan diuraikan di sini adalah senam lantai, yaitu bentuk-bentuk gerakan yang dilakukan di lantai beralaskan permadani atau matras ( kasur yang terbuat dari karet busa ) dan dilakukan tanpa memakai alat. Di dalam senam ketangkasan tanpa alat terdapat bermacam-macam bentuk gerakan, baik yang dilakukan dengan lentigan dan putaran badan, maupun bentuk sikap keseimbangan. Sedangkan unsur-unsur yang terdapat dalam bentuk gerakannya, misalnya sepeti kelemasan, kekuatan, kecepatan, ketepatan, keseimbangan, dan ketangkasan dari yang akan melakukannya.

3. Sikap lilin

Sikap lilin adalah gerakan yang dilakukan dengan sikap tidur terlentang dengan panggul di dorong ke atas dan kedua kaki lurus rapat dan berguna untuk melatih keseimbangan. Menurut Tri Minarsih, Acep Hadi, dan Hanjaeli ( 2010: 37 ) gerakan sikap lilin apabila diuraikan adalah :

a. Sikap awal tidur terlentang

b. Angkat kedua kaki lurus dan rapat ke atas. Kedua tangan menahan pinggang dengan tumpuan tangan mulai bahu sampai siku. Tumpuan badan di pundak,

c. Tahan gerakan sampai 8 hitungan, lebih lama lebih baik. Mintalah temanmu untuk memegangi kakimu agar tetap tegak sampai 8 hitungan atau lebih.

Dan menurut Roji ( 2007: 109 ) gerakan Sikap lilin terbagi menjadi tiga tahap yaitu:

a. Tahap Persiapan : Tidur telentang kaki dan badan lurus, kedua tangan disamping badan lurus.

b. Tahap Gerakan : Kedua kaki diangkat lurus ke atas rapat dan lurus, kedua tangan menopang bagian belakang pinggul.

(11)

c. Akhir Gerakan : Turunkan kembali kedua kaki ke matras secara perlahan diawali menekuk kedua lutut hingga kembali ke posisi awal.

Sedangkan menurut Farida Mulyaningsih, Yulianto, Erwin Setyo, dan Herkamaya Jatmika ( 2010: 27 ) cara melakukan gerakan sikap lilin adalah sebagai berikut :

a. Mula-mula berbaring telentang, kedua kaki lurus, kedua tangan di samping badan

b. Punggung dan kedua kaki diangkat lurus ke atas

c. Kedua tangan menahan di pinggang, dengan ibu jari tangan di perut

d. Keempat jari-jari tangan di pinggang untuk menjaga agar pinggang tetap lurus.

Gambar 2.1 : Sikap lilin

Sumber : Tri Minarsih, dkk ( 2008: 37 )

4. Alat Bantu Pembelajaran

a. Pengertian alat bantu pembelajaran

Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam menyampaikan materi pembelajaran. Menurut Agus Kristiyanto ( 2010: 129 ), ”Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekan suatu dalam proses pendidikan pengajaran. Jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh, dengan kata lain alat peraga ini dimaksudkan utnuk mengerahkan indera sebanyak mungkin suatu objek sehingga mempermudah presepsi.”

Dalam web https://dwikurniasaputro, (Hendrawan,2009) mengemukakan pendapat bahwa,” alat bantu pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga karena

(12)

berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu dalam pembelajaran”. Dan menurut Wijaya & Rusyan [1994] dalam

http://www.pengertianku.net/2014/12/inilah-pengertian-alat-peraga-dan-menurut-para-ahli.html, “yang dimaksud Alat Peraga Pendidikan

adalah media pendidikan berperan sebagai perangsang belajar & dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga siswa tidak menjadi bosan dalam meraih tujuan – tujuan belajar”.

b. Syarat Alat Bantu pembelajaran yang baik

Agus Kristiyanto ( 2010: 130 ) mengemukakan pendapat, bahwa, “suatu alat pembelajaran dikatakan baik apabila mempunyai tujuan pendidikan untuk mengubah pengetahuan, pengertian, pendapat dan konsep-konsep, mengubah sikap dan presepsi, menanamkan tingkah laku/ kebiasaan baru. Selain itu alat bantu harus efisien dalam penggunaannya, dalam waktu yang singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu luas”.

c. Macam Alat Bantu dalam Pembelajaran Sikap Lilin

1) Bantal : Bantal yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah bantal kapuk dengan bentuk segi empat, ukuran 30x 20 cm. Siswa berpasangan, salah satu menjadi pelaku dan yang satunya lagi membantu dalam penggunaan alat bantu, siswa yang membantu meletakkan bantal di belakang pinggul siswa pelaku yang berfungsi untuk menahan pinggul siswa selama melakukan gerakan sikap lilin, bantal ini digunakan selama 10-20 detik dengan 2 kali melakukan, baru setelah itu bantal dilepas. Kendala yang kemungkinan dihadapi dalam penggunaan alat bantu bantal ini adalah ketergantungan siswa menggunakan bantal sehingga menimbulkan rasa malas untuk menopang pinggul dengan tangan dan untuk mengantisipasi kendala tersebut maka peneliti hanya menggunakan bantal selama 10-20 detik lalu melepasnya sehingga siswa tetap akan menggunakan kedua tangan untuk menopang pinggul mereka.

(13)

Gambar 2.2 : Bantal

Gambar 2.3 : Cara pemakaian alat bantu bantal

2) Gawang paralon : Gawang paralon yang digunakan dalam penelitian ini adalah paralon yang tingginya kurang lebih 90-100cm yang kemudian kedua ujung kanan dan kiri gawang paralon ditali ( rafia ) panjang tali raffia tersebut disesuaikan dengan panjang matras. Cara menggunakan alat bantu ini adalah gawang paralon tersebut dipasang di sisi kanan dan kiri matras , kemudian ujung paralon dari sisi kiri dan dari sisi kanan diikatkan raffia melewati atas matras, siswa melakukan sikap lilin dengan posisi kaki berada dibelakang rafia, kaki siswa yang melakukan tidak diperbolehkan melebihi raffia tersebut apabila kaki siswa tidak melebihi rafia maka gerakannya cukup dan sesuai keriteria dan sebaliknya jika kaki siswa tersebut sampai melewati rafia maka belum dikatakan sesuai dengan kriteria. Penggunaan alat bantu gawang paralon ini berfungsi agar kedua kaki siswa tidak terlalu kebelakang atau gerakan menjadi seperti akan melakukan gerakan rol belakang.

(14)

Gambar 2.4 : Gawang paralon

Gambar 2.5 : Cara pemakaian alat bantu gawang paralon 3) Bola kecil : Bola kecil yang digunakan dalam penelitian ini adalah

bola dengan ukuran diameter kurang lebih 5-10 cm. Cara menggunakan alat bantu bola kecil, yaitu berpasangan dan kedua siswa bergantian menjadi pelaku ataupun sebagai siswa yang membantu, bola diletakkan di tengah-tengah kedua kaki bagian kura-kura dalam dijepit dan jangan sampai terjatuh, fungsi dari bola kecil ini yaitu membantu kedua kaki untuk bisa tetap rapat pada saat melakukan sikap lilin, alasan peneliti menggunakan kedua media yang berfungsi sama adalah memvariasi alat bantu agar siswa tidak merasa bosan dan agar siswa lebih antusias lagi dalam proses pembelajaran sikap lilin.

(15)

Gambar 2.6 : Bola kecil ( bola bekel )

Gambar 2.7 : Cara pemakaian alat bantu bola bekel

B. Kerangka Berfikir

Tercapainya tujuan pembelajaran yang maksimal dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang berpengaruh adalah peran guru dalam menentukan penggunaan alat bantu sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran yang dilakukan. Alat bantu merupakan suatu cara yang diterapkan guru untuk memberikan materi pelajaran agar lebih menarik dan efektif dalam penggunaanya. Tidak bisa dipungkiri tuntutan bahwa guru harus kreatif, dalam menentukan alat bantu merupakan tuntutan bagi guru agar siswa mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi, berkreasi dan aktif sehingga hasil pembelajaran yang dilakukan oleh guru meningkat. Banyak alat bantu pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, alat bantu pembelajaran dapat diterapkan dalam semua pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah dasar termasuk pembelajaran sikap lilin.

Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan alat bantu untuk meningkatkan hasil belajar sikap lilin. Penggunaan alat bantu akan lebih merangsang minat siswa untuk berlatih karena bentuk atau wujudnya sangat

(16)

Guru : belum memanfaatkan alat bantu pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar sikap lilin.

menyenangkan dan menggembirakan anak. Dan berdasarkan uraian di atas, peneliti meyakini bahwa minat siswa yang telah dirangsang dengan alat bantu yang telah disebutkan tadi merupakan modal awal untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran dan proses berfikir siswa. Dari pemikiran kerangka berfikir di atas dapat digambarkan melalui bagan sebagai berikut:

Gambar 2.8 Kerangka Berfikir

Siswa:

- Siswa kurang tertarik dan kurang memperhatikan materi yang diberikan - Siswa kurang termotivasi

untuk mengikuti pembelajaran.

- Hasil belajar sikap lilin masih rendah

Tindakan Menggunakan alat bantu pembelajaran

Siklus I:

Peneliti bersama dengan guru menyusun dan melaksanakan pengajaran yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan sikap lilin siswa menggunakan alat bantu pembelajaran

Kondisi akhir

Motivasi siswa untuk belajar sikap lilin, sehingga hasil belajar sikap lilin juga meningkat sesuai dengan target yang ditetapkan. Kondisi

awal

Siklus II :

Merupakan penyempurna dari siklus sebelumnya. Siswa dapat melakukan gerakan sikap lilin sesuai capaian KKM.

Gambar

Gambar 2.1 : Sikap lilin
Gambar 2.3 : Cara pemakaian alat bantu bantal
Gambar 2.5 : Cara pemakaian alat bantu gawang paralon  3)  Bola kecil : Bola kecil yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Gambar 2.7 : Cara pemakaian alat bantu bola bekel
+2

Referensi

Dokumen terkait

BPR Syariah Artha Mas Abadi Pati sudah sesuai dengan teori yang ada antara lain: Penerapan unsur-unsur pembiayaan, jenis pembiayaan merupakan modal kerja yang

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Hasil dari perancangan aplikasi ini adalah sebuah aplikasi pelaporan sampah yang berbasis mobile yang memiliki sistem operasi android di provinsi Pangkalpinang, tools yang

Login Menu Utama File Master Laporan Ganti Password Transaksi Log out Keluar Tahun Ajaran Kelas Harga Pembayaran Siswa Beasiswa Petugas Pembayaran Data Siswa Data Pembayaran

Di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang ± 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, sementara di sebelah selatan

Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui tingkat keterlaksanaan Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) pada tahapan 1) masukan (antecedents), 2) proses (transactions), 3)

Bahan baku yang diterima oleh auditee adalah kayu bulat dari hutan Negara yang dilengkapi dengan dokumen FA- KB, namun karena untuk daerah Cianjur belum memiliki

Secara yuridis penodaan agama merupakan bagian dari delik agama yang memang telah diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) di Indonesia. Pengaturan