BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Gugus fungsi adalah suatu gugus yang memberikan karakteristik kepada senyawa organik, oleh karena itu jika suatu molekul memiliki dua gugus fungsi berlainan dengan jarak yang berjauhan, maka senyawa itu akan mempunyai sifat atau karakteristik dari masing-masing gugus fungsi, namun apabila letak kedua gugus fungsi tersebut berdekatan maka gugus fungsi itu akan saling berinteraksi sehingga akan memberikan sifat-sifat khusus pada senyawa yang bersangkutan tersebut yaitu akan memiliki sifat gabungan dari kedua gugus yang diikatnya.
Struktur dan reaksi yang menyangkut gugus fungsi paling penting dalam kimia organic, yaitu gugus karbonil (C=O). Keton mempunyai dua gugus fungsi (Aril) yang terlihat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya.
Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam oksigen adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat menjadi ion H+. Banyak ester memiliki bau seperti
bau buah-buahan, sehingga banyak senyawanya dijadikan perasa dan aroma buatan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dilakukan percobaan ini untuk mengamati berbagai reaksi terhadap gugus fungsi dan mengenal bagaimana sifat fisis maupun kimia dari masing-masing gugus fungsi, serta mengetahui apa saja ciri khas dari masing-masing senyawa yang direaksikan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan mengenai identifikasi gugus fungsional senyawa organik adalah mempelajari sifat-sifat senyawa organik melalui identifikasi gugus fungsionalnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gugus fungsi senyawa karbon merupakan gugus atom/sekelompok atom yang menentukan sifat khas senyawa karbon tersebut. Gugus fungsi senyawa karbon merupakan bagian yang aktif, sebab bila senyawa karbon tersebut bereaksi maka yang mengalami perubahan adalah gugus fungsinya. Senyawa karbon dikelompokkan menjadi alkohol, eter, aldehid, keton, asam karboksilat dan ester (Sudarmo, 2006: 196).
Atom karbon bergabung dengan atom lain (misalnya H, N, O, S dan halogen) untuk membentuk satuan struktural yang disebut gugus fungsi. Gugus fungsi ini sangat penting karena gugus fungsi merupakan acuan untuk membagi senyawa organik menjadi kelas-kelas, lalu gugus fungsi merupakan situs untuk mengetahui karakteristik reaksi kimia. Pada gugus fungsi tertentu, untuk semua senyawa yang mengandung gugus fungsi yang sama akan memiliki reaksi kimia yang sama pula, kemudian gugus fungsi ini berperan penting sebagaia dasar penamaan senyawa organik. Macam-macam gugus fungsi diantaranya adalah alkohol, amina, aldehid dan keton dan asam karboksilat. Gugus fungsi dari alkohol adalah –OH (hidroksi) gugus yang berikatan pada atom karbon tetrahedral (karbon yang mempunyai empat ikatan tunggal untuk atom lain. Gugus fungsi dari amina adalah gugus amino yaitu atom nitrogen yang berikatan pada satu, dua atau tiga atom karbon dengan ikatan tunggal. Gugus fungsi untuk aldehid dan keton adalah C=O (gugus karbonil). Pada rumus struktur secara singkat, gugus aldehid ditulis dengan menunjukkan karbon-oksigen yang berikatan ganda sebagai –CH=O, atau alternatifnya ditulis sebagai –CHO, sedangkan pada gugus keton, karbon karbonil mengikat dua atom karbon. Gugus fungsi asam karboksilat adalah –COOH (gugus karboksil = karbonil + hidroksil). Pada rumus struktur secara singkat, gugus karboksil bisa ditulis sebagai –CO2H (Brown dkk, 2009).
Gugus fungsi memberikan sifat fisika dan kimia yang spesifik pada molekul yang dilekatkan kepadanya, molekul tersebut memiliki grup yang sama pada senyawa organik (dan, oleh karena itu, bersama-sama menempati gugus fungsi yang sama) secara umum menunjukkan sifat
fisika dan kimia yang mirip. Misalkan terdapat senyawa organik yang memiliki gugus fungsi –OH maka dikelompokkan dalam alkohol (Crowe dan Bradshaw, 2014).
Aldehid dan keton yang kecil dapat larut secara bebas dalam air tetapi kelarutannya berkurang seiring dengan bertambahnya panjang rantai, sebagai contoh : metanol,etanol,dan propanon yang merupakan aldehid dan keton dengan berat molekul rendah dapat bercampur dengan air pada semua perbadingan volume. Alasan mengapa aldehid dan keton dapat larut adalah walupun aldehid dan keton tidak bisa saling berikatan hidrogen sesamanya. Namun, keduanya bisa berikatan hidrogen dengan molekul air. Sebab salah satu atom hidrogen sedikit bermuatan positif dalam sebuah molekul air bisa tertarik dengan baik ke salah satu pasangan elektron bebas pada atom oksigen dari sebuah aldehid atau keton membentuk ikatan Hidrogen (Clark, 2007:173).
Gugus fungsi tertentu bereaksi hanya dengan pereaksi tertentu dengan memberikan gejala yang khas, karena itu gugus fungsi menjadi ciri suatu kelompok senyawa dan dapat dikenali dengan peraksi pengenalnya. Beberapa pereaksi pengenal gugus fungsi adalah sebagai berikut : (Hoffman, 2007).
1. Pereaksi Air Brom
Pereaksi ini menunjukkan bahwa senyawa organik sebagai senyawa tak jenuh. Pereaksi ini memberikan tanda yaitu hilangnya warna coklat dari Brom (Br2) apabila positif
mengandung ikatan rangkap pada suatu senyawa organik. Reaksinya yaitu R-HC=CH-R + Br2→R-BrHC-CHBr-R (Hoffman, 2007).
2. Pereaksi Logam Na
Pereaksi ini penunjuk adanya gugus OH- pada suatu senyawa organik dengan
ditandai oleh timbulnya gelembung gas H2. Tanda tersebut berarti senyawa tidak memiliki
gugus – OH.Reaksinya yaitu 2R-OH + 2Na→ 2R-Ona + H2 (Hoffman, 2007).
3. Pereaksi Fehling
Pereaksi ini mengandung ion Cu2+ (berwarna biru transparan), penunjuk adanya
gugus aldehid (-CHO) oleh timbulnya endapan Cu2O berwarna merah bata. Pada reaksi ini,
gugus aldehid mereduksi ion Cu2+ menjadi ion Cu+ (Hoffman, 2007).
KOH Hasil FeCl3 Hasil BAB III METODOLOGI 3.1 Peralatan
Peralatan yang diguanakan dalam praktikum ini adalah tabung reaksi dan rak, pipet tetes dan water bath.
3.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah etanol, fenol pekat dan 5%, KOH 2 M, NaOH 2 M, HCl pekat, FeCl3 0,2 M, glukosa,
aseton, reagen benedict (Na-sitrat, Na-karbonat, CuSO4), benzamida dan
ammonium benzoat. 3.3 Skema Kerja
3.3.1 Alkohol dan Fenol 3.3.1.1 Reaksi dengan KOH
Disedikan dua tabung reaksi.
Diisi etanol pada tabung I dan fenol pada tabung II. Ditambahkan masing-masing 10 tetes larutan KOH. Digoyangkan setiap penambahan 1 tetes KOH. Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
Ditambahkan 5 tetes HCl pekat kedalam tabung yang berisi fenol.
Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
3.3.1.2 Reaksi dengan larutan FeCl3
Disediakan 2 tabung reaksi.
Diisi 1 mL etanol pada tabung I dan 1 mL fenol 5% pada tabung II.
Ditambahkan 5 tetes FeCl3 0,2 M pada masing-masing
tabung.
Aldehid dan Keton
Hasil
Asam Karboksilat dan Amida
Hasil
Dicatat apa yang terjadi.
3.3.2 Aldehid dan Keton
Dituangkan 2 mL reagen benedict ke dalam dua tabung reaksi.
Ditambahkan 5 tetes glukosa ke tabung I dan 5 tetes aseton ke tabung II.
Dipanaskan kedua tabung dalam water bath. Diamati dan dicatat apa yang terjadi.
3.3.3 Asam Karboksilat dan Amida
Disiapkan dua tabung reaksi.
Diisi kristal benzamida pada tabung I dan diisi sedikit kristal ammonium benzoat pada tabung II.
Ditambah 2 mL NaOH pada masing-masing tabung. Dipanaskan hingga mendidih selama 2 menit.
Didinginkan kedua tabung.
Ditambah 5 tetes HCl pada kedua tabung.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan
4.1.1 Alkohol dan Fenol 4.1.1.1 Reaksi dengan KOH
No Perlakuan Hasil
1. Tabung I : diisi etanol Tabung II : diisi fenol pekat
Tabung I : berwarna bening Tabung II : berwarna jingga 2. Kedua tabung ditetesi
dengan 10 tetes KOH
Tabung I : berwarna putih
Tabung II : berwarna putih untuk dua kelompok dan satu kelompok berwarna coklat bening
3. Pada tabung II (fenol pekat) ditambahkan 5 tetes HCl pekat
Berwarna jingga dibagian atas pada larutan dan berwarna putih dibagian bawah, hal ini menurut dua kelompok, sedangkan untuk satu kelompok lainnya menghasilkan larutan putih yang berkristal 4.1.1.2 Reaksi dengan larutan FeCl3
No Perlakuan Hasil
1. Tabung I : diisi etanol Tabung II : diisi fenol 5%
Tabung I : berwarna bening Tabung II : berwarna bening 2. Kedua tabung ditambah 5
tetes FeCl3 0,2 M
Tabung I : berwarna kuning Tabung II : berwarna ungu kehitaman
3. Kedua tabung dimasukkan dalam water bath.
Tabung I : berwarna kuning Tabung II : berwarna ungu kehitaman
4.1.2 Aldehid dan Keton
No Perlakuan Hasil
1. Kedua tabung reaksi diisi reagen benedict 2 mL
Berwarna biru bening
glukosa
Tabung II : diisi 5 tetes aseton
bening
Tabung II : berwarna biru bening
3. Dipanaskan dalam water bath
Tabung I : berwarna kecoklatan menurut dua kelompok dan berwarna biru bening menurut satu kelompok
Tabung II : berwarna biru bening.
4.1.3 Asam Karboksilat dan Amida
No Perlakuan Hasil
1. Tabung I : diisi benzamida Tabung II : diisi ammonium benzoat
Tabung I : berupa padatan atau kristal putih
Tabung II : berupa padatan atau kristal putih
2. Kedua tabung ditambahkan 2 mL NaOH
Tabung I : berwarna bening Tabung II : berwarna bening 3. Kedua tabung dipanaskan
sampai mendidih lalu didinginkan
Tabung I : berwarna bening Tabung II : berwarna bening 4. Kedua tabung ditambahkan
HCl pekat
Tabung I : berwarna bening larutannya dan terdapat asap pada dinding tabung reaksi dan tabung reaksi terasa panas Tabung II : berwarna bening larutannya dan terdapat asap pada dinding tabung reaksi dan tabung reaksi terasa panas 4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Prosedur
Pada praktikum mengenai identifikasi gugus fungsionl senyawa organik digunakan beberapa peralatan yaitu tabung reaksi yang berfungsi sebagai tempat direaksikannya bahan-bahan kimia untuk praktikum gugus fungsi, rak tabung reaksi yang berfungsi untuk meletakkan tabung reaksi yang tidak terpakai agar larutan didalamnya
tidak tumpah, pipet tetes berfungsi untuk mengambil larutan dalam percobaan gugus fungsi ini dan water bath digunakan sebagai pemanas larutan agar didapatkan larutan yang mendidih. Pada praktikum ini juga digunakan beberapa bahan yaitu etanol dimasukan dalam tabung reaksi kemudian diteteskan dengan larutan KOH 2 M. Bahan selanjutnya yang digunakan adalah Fenol pekat dan 5% yang digunakan sebagai bahan reaksi dengan FeCl3 0,2 M. Bahan yang digunakan selanjutnya adalah KOH 2 M sebagai bahan reaksi dengan etanol dan Fenol. NaOH 2 M sebagai bahan reaksi dengan Kristal benzamida dan Kristal ammonium benzoat. HCl pekat digunakan sebagai bahan reaksi pada uji asam karboksilat dan amida. Bahan yang selanjutnya FeCl3 0,2 M sebagai
bahan reaksi etanol dan Fenol. Glukosa sebagai bahan uji aldehid. Bahan selanjutnya digunakan aseton sebagai bahan uji keton. Kemudian reagen benedict digunakan untuk uji aldehide dan keton. Benzamida digunakan sebagai bahan uji asam karboksilat dan ammonium benzoate sebagai bahan uji amida.
4.2.2 Analisa Hasil
4.2.2.1 Alkohol dan Fenol 4.2.2.1.1 Reaksi dengan KOH
Pada reaksi etanol dengan fenol pekat, dimana digunakan reaksi dengan KOH, pertama etanol yang dimasukkan pada tabung I berwarna bening dan fenol yang dimasukkan pada tabung II berwarna jingga kemudian saat ditambahkan 10 tetes larutan KOH maka etanol berubah warna menjadi putih dan fenol berubah warna menjadi putih untuk dua kelompok kecil dan salah satu kelompok berubah warna menjadi coklat bening. Perbedaan warna fenol yang diperoleh saat penambahan KOH mungkin disebabkan oleh kurang telitinya praktikan saat menambahkan tetesan larutan KOH itu sendiri, sehingga tetesan yang diberikan pada tabung melebihi atau kurang dari jumlah yang ditentukan, selain itu mungkin disebabkan oleh perbedaan volume awal fenol yang digunakan karena pada percobaan ini volume awal etanol dan fenol tidak tentukan. Setelah ditambahkan KOH 10 tetes selanjutnya pada tabung yang berisi fenol ditambahkan HCl pekat 5 tetes dan fenol yang dihasilkan oleh dua kelompok adalah terdapat
larutan yang berwarna jingga dibagian atas dan larutan yang berwarna putih dibagian bawah, sedangkan untuk satu kelompok lainnya menghasilkan larutan putih yang berkristal. Perbedaan warna fenol yang diperoleh setelah penambahan 5 tetes HCl pekat ini mungkin disebabkan oleh perbedaan warna pada larutan fenol sebelumnya (setelah ditambahkan KOH), selain itu mungkin disebabkan oleh kurang telitinya praktikan saat memberikan HCl pekat dalam tabung, sehingga mungkin HCl yang ditambahkan jumlahnya kurang ataupun melebihi dari batas yang ditentukan.
Dalam percobaan, alkohol dan fenol direaksikan dengan KOH bertujuan untuk mengindentifikasi gugus fungsional dari alkohol dan fenol. Dari percobaan ini dibagi menjadi dua perlakuan:
1. Alkohol direaksikan dengan KOH
Mula-mula alkohol, yang berjenis etanol, direaksikan dengan KOH. Dari hasil pengamatan ketiga kelompok kecil, setelah etanol direaksikan dengan KOH tidak terjadi perubahan warna. Dari tidak adanya perubahan warna pada pereaksian alkohol dan KOH, menandakan bahwa etanol dan KOH tidak dapat bereaksi. Hal tersebut disebabkan oleh KOH yang bersifat basa kuat dan alkohol memiliki sifat keasaman yang lebih lemah dibandingkan air yaitu sebesar 10—100 kali lipat dari keasamaan air. Derajat ionisasi dari air adalah sebesar 10-14 sedangkan derajat ionisasi dari alkohol adalah sebesar 10-5—10-16.
Gugus fungsi dari alkohol bersifat asam lemah sehingga sulit bereaksi dengan basa kuat. Berdasarkan literatur, etanol tidak dapat bereaksi dengan KOH sehingga etanol dapat dikelompokkan sebagai alkohol primer (Hart,2007).
2. Fenol direaksikan dengan KOH
Mula-mula, fenol direaksikan dengan KOH. Dari hasil pengamatan ketiga kelompok kecil, larutan fenol dari dua kelompok kecil berwarna putih dan larutan fenol dari satu kelompok kecil berwarna kecoklatan. Seharusnya apabila fenol direaksikan dengan KOH, kedua larutan tersebut akan bereaksi dan berubah warna menjadi putih. Kesalahan yang terjadi pada satu kelompok kecil tersebut adalah akibat dari praktikan yang tidak teliti pada saat melakukan pereaksian antara fenol dengan KOH serta kondisi dan kualitas bahan yang digunakan sudah tidak bagus. Selain kondisi dan kualitas bahan, pada
tabung reaksi satu kelompok kecil tersebut kemungkinan terdapat air sehingga air tersebut bercampur dengan fenol dan KOH yang dapat mempengaruhi reaksi dari fenol dan KOH. Fenol yang memiliki sifat asam lemah akan bereaksi dengan KOH sehingga membentuk garam yang larut dalam air. Fenol memiliki tingkat keasaman 10.000 kali lebih kuat daripada air sehingga fenol dapat dengan mudah bereaksi dengan larutan bersifat basa.
Jika garam fenol tersebut direaksikan dengan HCl pekat, maka akan terjadi perubahan dari larutan yang ditandai dengan adanya endapan putih pada dasar tabung. Sedangkan teori menyatakan bahwa apabila garam fenol direaksikan dengan HCl pekat maka akan berubah kembali menjadi fenol (Hart,2007). Kesalahan yang terjadi pada percobaan ini kemungkinan adanya ketidaktelitian dari praktikan dalam mereaksikan garam fenol dengan HCl serta garam fenol yang terbentuk sudah terkontaminasi dengan zat-zat yang lain sehingga dapat mempengaruhi reaksi dari garam fenol dan HCl. Reaksi yang terjadi pada saat fenol direaksikan dengan KOH adalah:
C6H5OH+KOH → C6H5OK+H2O
Sedangkan reaksi yang terjadi pada saat garam fenol direaksikan dengan HCl adalah:
C6H5OK+HCl → C6H5OH+KCl
4.2.2.1.2 Reaksi dengan larutan FeCl3
Pada reaksi etanol dengan fenol 5% yang direaksikan dengan larutan FeCl3, pertama etanol yang dimasukkan pada tabung I
berwarna bening dan fenol yang dimasukkan pada tabung II berwarna bening, kemudian saat pada masing-masing ditambahkan 5 tetes FeCl3
0,2 M maka etanol berubah warna menjadi kuning dan fenol berubah warna menjadi ungu kehitaman.
Pada percobaan didapat hasil tabung 1 (etanol) ketika ditambah dengan FeCl3 didapat perubahan warna dari bening menjadi
kuning kecoklatan hal ini terjadi karena air dalam larutan etanol bereaksi dengan FeCl3 membentuk Fe(OH)3 dan HCl, adapun hasil yang
berubah warna menjadi ungu kehitaman . Berdasarkan literatur pengujian FeCl3dilakukan untuk mengetahui apakah destilat yang didapatkan mengandung fenol atau tidak. Hasil positif apabila terbentuk warna larutan ungu kehitaman, berupa senyawa kompleks [Fe (C6H5)]Cl3 (Ahluwalia dan Dingra, 2004). Dari hasil praktikum dan
literatur maka dapat disimpulkan bahwa percobaan yang dilakukan sudah benar. Reaksi antara Fenol dan FeCl3 adalah
6C6H5OH+FeCL3H3[Fe(OC6H5)6]+3HCl. Sedangkan etanol tidak dapat
bereaksi dengan FeCl3, sehingga reaksinya C2H5OH+FeCl3.
4.2.2.2 Aldehid dan Keton
Pada reaksi aldehid dengan keton, aldehid yang digunakan adalah glukosa dan keton yang digunakan adalah aseton. Pertama pada dua tabung reaksi diisi dengan larutan reagen benedict yang berwarna biru bening sebanyak 2 mL. Satu tabung yang telah berisi reagen benedict ditetesi 5 tetes glukosa dan warnanya tetap seperti semula yaitu biru bening, untuk satu tabung lainnya ditetesi 5 tetes aseton dan warnanya tetap seperti semula yaitu biru bening. Tabung yang telah diisi reagen benedict dan ditetesi glukosa dan aseton tersebut, selanjutnya dipanaskan pada water bath. Pada tabung yang telah ditetesi glukosa, setelah dipanaskan terjadi perubahan warna menjadi kecoklatan untuk kedua kelompok sedangkan untuk satu kelompok lainnya pada tabung yang telah ditetesi glukosa tidak terjadi perubahan warana atau tetap biru bening. Penyebab terjadinya perbedaan warna setelah ditetesi larutan glukosa dan dipanaskan, mungkin saja disebabkan oleh kurang telitinya praktikan saat menambahkan tetesan glukosa pada tabung reaksi atau mungkin disebabkan kurang mendidihnya larutan glukosa saat dipanaskan sehingga tidak terjadi perubahan warna seperti kedua kelompok lainnya. Pada tabung yang telah ditetesi aseton, setelah dipanaskan tidak terjadi perubahan warna yaitu tetap biru bening.
Dari data hasil percobaan, reagen Benedict yang berupa cairan bening tidak berwarna, namun terdapat kelompok kecil lain yang menyebutkan berwarna biru bening. Tabung reaksi I ditambahkan glukosa sehingga cairan berwarna biru bening. Tabung reaksi II ditambahkan aseton sehingga cairan berwarna biru bening. Kedua cairan tersebut
dipanaskan dalam water bath. Dihasilkan warna cairan tabung reaksi I coklat namun kelompok kecil lain ada yang mendapatkan warna biru dan terdapat endapan. Sedangkan tabung reaksi II dihaslkan warna biru bening namun kelompok kecil lain ada yang mendapatkan berwarna biru dengan endapan Sedangkan pada buku Kimia Organik I, glukosa hasil uji benedict menimbulkan warna hijau kuning, yang diendapkan berwarna merah bata, memiliki endapan yang kasar dan jumlahnya sedikit. Sedangkan pada buku Kimia Organik I, reagen Benedict yang ditambahkan aseton, sebelum dipanaskan larutan berwarna biru muda dan setelah pemanasan terbentuk dua lapisan (Rasyid, 2009). Dari percobaan yang telah dilakukan terdapat perbedaan dengan hasil percobaan dari literatur. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan ini diantaranya ketidaktelitian praktikan pada saat melihat warna reagen benedict, tabung ukur dicuci kurang bersih sehingga terkontaminasi oleh senyawa lain yang menyebabkan ketidakakuratan hasil yang didapat, perbedaan waktu saat dipanaskan tiap kelompok kecil yang berbeda sehingga menghasilkan hasil berbeda pula.
4.2.2.3 Asam Karboksilat dan Amida
Pada reaksi asam karboksilat dan amida, asam karboksilat yang digunakan adalah kristal benzamida sedangkan amida yang digunakan adalah ammonium benzoat. Pertama sedikit kristal benzamida yang berwarna putih dimasukkan pada tabung I dan sedikit kristal ammonium benzoat yang berwarna putih dimasukkan pada tabung II. Pada kedua tabung tersebut ditambahkan 2 mL NaOH dan pada tabung yang berizi benzamida dan ammonium benzoat, kedua-duanya mengalami perubahan warna menjadi putih bening. Langkah selanjutnya kedua tabung tersebut dipanaskan sampai mendidih kemudian didinginkan. Setelah kedua tabung dingin, barulah ditambahkan 5 tetes HCl pekat. Setelah ditambahkan 5 tetes HCl pekat, kedua tabung yang berisi benzamida dan ammonium benzoat tersebut tidak mengalami perubahan warna larutan, artinya larutan tetap bening akan tetapi, terdapat asap pada dinding tabung reaksi dan tabung reaksi terasa panas.
Untuk menguji asam karboksilat dan amida dilakukan dengan cara mengambil kristal benzamida dan kristal ammonium benzoat lalu diletakkan pada dua tabung reaksi yang berbeda. Kedua kristal tersebut berbentuk padatan putih dan ditambahkan 2mL NaOH. Setelah ditambahkan 2mL NaOH larutan berwarna bening
kemudian dipanaskan dalam water bath hingga mendidih. Setelah mendidih tabung diangkat dan didinginkan, lalu ditambahkan HCl sebanyak 5 tetes. Saat ditambahkan HCl pekat muncul asap putih dan terasa hangat.
Asam karboksilat adalah asam organik yang diidentikkan dengan gugus karboksil. Asam karboksilat merupakan asam Bronsted-Lowry. Asam karboksilat merupakan senyawa polar dan membentuk ikatan hidrogen satu sama lain. Sedangkan, amida adalah suatu jenis senyawa kimia yang dapat memiliki dua pengertian. Jenis pertama adalah gugus fungsional organik yang memiliki gugus karbonil (C=O) yang berikatan dengan suatu atom nitrogen (N) atau suatu senyawa yang mengandung gugus fungsional ini. Jenis kedua adalah suatu bentuk anion nitrogen. Amida merupakan salah satu turunan dari asam karboksilat. Turunan-turunan asam karboksilat memiliki stabilitas dan reaktifitas yang berbeda tergantung pada gugus yang melekat pada gugus karbonil.
BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan
Pada percobaan identifikasi gugus fungsional sifat fisis dan kimia tiap bahan seperti alkohol, fenol, aldehid, keton, asam karbosilat, amida memiliki sifat berbeda- beda. Alkohol yaitu etanol mempunyai sifat fisik yang berwarna bening, fenol berwarna jingga, aldehid yaitu glukosa berwarna biru bening, keton yaitu aseton berwarna biru bening, asam karboksilat yaitu benzamida berbentuk kristal putih dan amida yaitu ammonium benzoat berbentuk kristal berwarna putih.
5.2 Saran
Pada saat praktikum identifikasi gugus fungsional sedang berlangsung, sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dalam menggunakan beberapa bahan, karena beberapa bahan yang digunakan untuk praktikum ini merupakan basa kuat dan asam kuat sehingga ditakutkan terkena bagian tubuh praktikan, karena bahan-bahan tersebut bersifat korosif. Selain itu, praktikan juga harus berhati-hati dalam penggunaan beberapa alat praktikum, karena dikhawatirkan terjadi kerusakan pada alat praktikum tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahluwalia, VK dan Sunita Dhingra, 2004, Comprehensive Practical Organic Chemistry, Universities Press, India
Brown, William H., Christopher S. Foote, Brent L. Iverson dan Eric V. Anslyn, 2009, Organic Chemistry Fifth Edition, Brooks/Cole Cengage Learning, Canada.
Clark, 2007, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Crowe, Jonathan dan Tony Bradshaw, 2014, Chemistry for the Biosciences: The Essential Concepts, Oxford University Press, Oxford.
Hart, David, 2007, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Hoffman, Robert V., 2007, Organic Chemistry Second Edition, John Wiley and Sons, Amerika.
Rasyid, Muhaidah, 2009, Kimia Organik I, Badan Peneliti UNM, Makassar