• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis dengan potensi sumber daya alam melimpah dan memiliki tingkat keanekaragaman hayati (biodiversity) tinggi baik flora maupun fauna. Kelapa (Cocos nucifera L.) adalah salah satu tanaman yang cocok dengan iklim tropis. Kelapa juga merupakan komoditas unggulan yang menjadi sumber utama penghasil devisa non migas bagi Indonesia dari sektor perkebunan pada beberapa tahun silam. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa terbesar di dunia selain Malaysia dan India (Kementerian Pertanian RI, 2014). Tanaman kelapa dapat tumbuh dengan baik hampir di seluruh pelosok Indonesia karena sifat tanaman kelapa sendiri yang tidak memerlukan lahan yang subur dan perawatan khusus.

Suatu keistimewaan tanaman kelapa adalah semua bagian tumbuhan ini baik buah, batang dan daun dapat dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi kehidupan manusia. Manfaat yang besar dan luas dari tanaman kelapa menyebabkan tanaman ini dijuluki sebagai pohon kehidupan atau the tree of life (Nurmanaf dan Supadi, 2006). Fakta yang berkembang bahwa pada beberapa tahun terakhir tanaman kelapa kurang mendapatkan perhatian seiring dengan semakin meningkatnya produksi dan aplikasi tanaman kelapa sawit. Berdasarkan faktor penyebaran penanamannya, kelapa jauh lebih merata untuk tumbuh di seluruh wilayah Indonesia dibandingkan dengan kelapa sawit yang hanya dapat tumbuh di beberapa daerah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Jika potensi tanaman kelapa dapat dikembangkan melalui diversifikasi produk, maka akan sangat menguntungkan dan meningkatkan kesejahteraan para petani kelapa di Indonesia.

Produk-produk yang dapat dikembangkan dari tanaman kelapa antara lain minyak kelapa, santan, nata de coco, kecap, produk minuman pengganti ion tubuh, arang aktif tempurung kelapa, serat untuk geotekstil, perabot rumah (furniture), bahan bangunan dan bahan kerajinan. Semua produk olahan kelapa yang dihasilkan masih terbatas dalam jumlah maupun jenisnya. Produk

(2)

dari kelapa yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan kecenderungan permintaan pasar akan semakin tinggi adalah minyak kelapa mentah (crude coconut oil) yang dihasilkan dari daging buah kelapa. Secara tradisional minyak kelapa diproduksi melalui proses pemasakan santan kelapa yang membutuhkan waktu lama dan energi yang besar. Cara lain untuk mendapatkan minyak kelapa adalah melalui proses fermentasi terhadap daging buah kelapa yang memang membutuhkan waktu lama tetapi tidak boros energi (Suastuti, 2009). Minyak kelapa merupakan bahan baku yang penting untuk pengembangan produk-produk oleokimia yang berguna dalam berbagai aplikasi penting. Salah satu senyawa oleokimia penting yang dapat diproduksi dari minyak kelapa yaitu senyawa monoasilgliserol.

Monoasilgliserol atau monogliserida merupakan senyawa golongan lipid yang memiliki gugus hidrofilik dan hidrofobik sekaligus dalam molekulnya. Sebagai senyawa lipid maka monoasilgliserol dapat dihasilkan dari minyak nabati maupun lemak hewani. Berdasarkan struktur molekul yang dimilikinya maka monoasilgliserol merupakan surfaktan non ionik yang sangat potensial untuk diaplikasikan sebagai pengemusi, penstabil, pemplastis dan kondisioner. Zeng et al. (2010) melaporkan bahwa sekitar 200.000-250.000 ton pengemulsi telah diproduksi setiap tahun di dunia dan jumlah monoasilgliserol kira-kira 75% dari total produksi yang ada. Jenis monoasilgliserol penting yang dapat disintesis dari daging buah kelapa adalah monolaurin, monomiristin, monopalmitin, monokaprilat dan monokaprat. Hal ini karena trigliserida dari minyak kelapa murni banyak tersusun dari asam lemak jenuh rantai sedang (medium chain fatty acid) seperti asam laurat, asam miristat, asam palmitat, asam kaprilat dan asam kaprat. Diantara semua asam lemak yang ada dalam minyak kelapa, asam laurat merupakan asam lemak dengan kandungan tertinggi. Bouaid et al. (2010), melaporkan bahwa komposisi asam lemak jenuh rantai medium dalam minyak kelapa berturut-turut adalah asam laurat (49,70%), asam miristat (19,30%), asam palmitat (11,10%), asam kaprilat (6,05%) dan asam kaprat (4,25%). Selain itu, juga terdapat asam stearat (6,55%) dan asam lemak tidak jenuh yaitu asam oleat (2,90%). Monolaurin merupakan surfaktan non ionik yang sangat bermanfaat dalam dunia farmasi yaitu sebagai suplemen untuk diet secara alami, membantu

(3)

melindungi sistem kekebalan tubuh dari bahan-bahan penginfeksi. Widiyarti et al. (2009) melaporkan bahwa potensi medis dari produk olahan minyak kelapa seperti asam laurat dan monolaurin sebagai senyawa antibakteri, antivirus dan antijamur untuk pertama kali diidentifikasi dan dilaporkan oleh Kabara di era 1970-an. Aktivitas antimikroba monolaurin merupakan aktivitas antimikroba berspektrum luas termasuk beberapa spesies jamur yaitu Aspergilus sp, Penicillium sp., Cladosporium sp., Fusarium sp., Alternaria sp., Candida albicans, Fonsecaea pedrosoi dan Cryptococcus neoformans (Esquenazi et al., 2002). Monolaurin juga memiliki aktivitas antivirus yaitu bekerja dan aktif untuk melarutkan lipid dan fosfolipid dalam lapisan pembungkus virus yang menyebabkan pembungkus virus tersebut pecah (Arora et al., 2011). Baik monolaurin maupun asam laurat dapat digunakan untuk menghancurkan lipid yang membungkus virus seperti HIV, herpes, influenza, berbagai bakteri patogen (Listeria monocytogenes dan Helicobacter pylori) dan protozoa seperti Giardia

lamblia pada manusia maupun hewan (Lieberman et al dalam Freitas et al., 2010).

Selain sebagai anti virus, monolaurin juga dapat meningkatkan kemampuan dan daya tahan tubuh manusia terhadap serangan virus serta terhadap reaksi-reaksi imun yang diinisiasi oleh antigen. Banyak kasus penduduk meninggal setiap hari karena penyakit influenza, yang disebabkan oleh rendahnya sistem imun atau daya tahan tubuh seseorang. Air susu ibu (ASI) adalah makanan penting yang sangat diharuskan bagi bayi karena mengandung bahan untuk meningkatkan daya tahan atau kekebalan tubuh terhadap berbagai penyakit.

Lemak penting yang terkandung dalam ASI adalah monolaurin (Hegde, 2006). Air susu ibu juga banyak mengandung asam laurat (132,7 mg/100 mL ASI) selain asam miristat dan asam palmitat (Cruz-Hernandes et al., 2013). Asam laurat yang merupakan komponen utama penyusun trigliserida minyak kelapa dapat dikonversi di dalam tubuh manusia menjadi monolaurin sehingga minyak kelapa dapat menggantikan ASI sebagai bahan makanan bagi bayi. Bayi dan anak-anak bergantung pada monolaurin untuk pengembangan sistem kekebalan tubuh dan kemampuan mereka untuk melawan berbagai infeksi akibat kuman (Hierholzer and Kabara, 1982). Kabara dalam Widiyarti et al. (2009) juga melaporkan bahwa

(4)

mikroorganisme tertentu seperti bakteri, jamur dan virus menjadi tidak aktif dengan adanya asam lemak rantai sedang dan monogliserida turunannya.

Senyawa monoasilgliserol selain monolaurin seperti monomiristin, monoolein, monolinolein, dan monolinolenat juga memiliki aktivitas antimikroba (Zhao et al., 2011). Monokaprin memiliki fungsi fisiologis yang meliputi antimikroba dan antivirus melawan Campylobacter jejuni, Escherichia coli, dan HIV (Park et al., 2010). Secara konvensional senyawa monoasilgliserol, diproduksi melalui reaksi gliserol dengan minyak nabati atau lemak hewani baik dengan metode kimia maupun enzimatik. Pada skala industri, monoasilgliserol dibuat melalui reaksi gliserolisis kontinu lemak dan minyak pada temperatur yang tinggi (220-250 °C), menggunakan katalis basa anorganik dalam kondisi atmosfir nitrogen dan produk dimurnikan melalui distilasi dengan vakum tinggi (Langone

et al., 2002; Zhong et al., 2009). Dengan metode ini dihasilkan monolaurin dan

monoasilgliserol yang lain dengan rendemen yang rendah, berwarna gelap dan rasanya seperti hangus. Kekurangan utama dari proses ini adalah memerlukan energi yang tinggi, rendemen dan kualitas produk rendah. Sintesis monoasilgliserol juga dapat dilakukan melalui proses gliserolisis minyak nabati atau lemak hewani dengan enzim lipase sebagai katalis namun biasanya menghasilkan campuran lipid seperti monoasilgliserol dan diasil gliserol (Bornscheuer, 1995; Yang et al., 2005; Valerio et al., 2009).

Metode sintesis monoasilgliserol lain seperti sintesis monoasilgliserol dari bahan baku minyak sawit telah dikembangkan oleh Jumina et al. (2012) melalui reaksi transesterifikasi parsial menggunakan pereaksi metanol terbatas. Produk mono gliserida yang dihasilkan sebanyak 38%. Rendemen yang rendah ini kemungkinan disebabkan oleh tidak murninya trigliserida minyak kelapa sawit yang digunakan karena masih mengandung pengotor-pengotor seperti asam lemak bebas. Sintesis monolaurin dan uji aktivitasnya sebagai senyawa antibakteri terhadap Staphylococus aureus telah dilakukan oleh Widiyarti et al. (2009). Sintesis dilakukan melalui reaksi esterifikasi langsung asam laurat dengan gliserol menggunakan katalis asam sulfat. Pemurnian produk monolaurin dilakukan menggunakan kromatografi kolom dengan silika gel sebagai fasa diam dan

(5)

campuran pelarut n-heksana dan etil asetat sebagai fasa gerak. Monolurin dan dilaurin yang dihasilkan masing-masing memiliki kemurnian 31,05% dan 4,48% yang dicapai pada ratio asam laurat dan gliserol adalah 1:1, katalis H2SO4

sebanyak 5%, waktu reaksi 6 jam, temperatur reaksi 130 °C dan tanpa pelarut. Monomiristin dan monokaprin dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi secara enzimatik antara gliserol dengan asam miristat dan asam kaprat yang lebih ramah lingkungan tetapi rendemen dan kemurnian kedua senyawa ini masih rendah (Langone et al., 2002; Freitas et al., 2010). Studi esterifikasi asam kaprat dengan gliserol juga telah dilakukan menggunakan enzim karboksilesterase yang diisolasi dari Calotropis procera R. Br.(Park et al., 2010). Reaksi ini dilakukan dalam suatu reversed micellar system menggunakan surfaktan (Bis(2-etilheksil) natriumsulfosuksinat) dan pelarut organik (isooktan) untuk menghomogenkan sistem reaksi. Senyawa 1-monokaprin dapat dihasilkan dengan rendemen lebih besar dari 80%. Reaksi esterifikasi asam oleat dengan gliserol untuk menghasilkan monoolein menggunakan katalis enzim lipase dari candida sp. 99-125 telah berhasil dilaporkan oleh Zhao et al. (2011). Monoolein dihasilkan dengan kemurnian 49,6% sedangkan diolein dengan kemurnian 54,3%. Rendahnya rendemen monoolein yang dihasilkan mungkin disebabkan oleh jenis katalis enzim lipase yang belum sesuai sehingga perlu diterapkan penggunaan jenis enzim lipase yang lain.

Terdapat juga jalur reaksi untuk sintesis monoasilgliserol yang menggunakan senyawa turunan gliserol yaitu 1,2-asetonida gliserol. Dua gugus hidroksi pada C1 dan C2 gliserol diproteksi sebelum direaksikan dengan asam lemak bebas dan pada akhirnya harus dideproteksi untuk menghasilkan monoasilgliserol. Yu et al. (2003) telah berhasil mensintesis gliserol monostearat melalui tahapan reaksi proteksi gliserol dengan aseton, transesterifikasi berkatalis basa terhadap 1,2-asetonida gliserol, dan tahapan deproteksi produk transesterifikasi menggunakan Amberlyst-15 untuk menghasilkan gliserol mono stearat. Reaksi esterifikasi 1,2-asetonida gliserol dengan asam oleat yang dikatalis Novozym 435 yang diikuti tahapan deproteksi menggunakan Amberlyst-15 untuk menghasilkan 1-monoolein juga telah berhasil dilaporkan oleh Wang et al. (2013).

(6)

Kedua metode sintesis monoasilgliserol melalui tahap proteksi gliserol ini dapat diterapkan dalam sintesis monolaurin yang tentunya disertai dengan modifikasi tertentu. Misalnya mereaksikan metil laurat hasil distilasi fraksinasi dari produk transesterifikasi minyak kelapa dengan senyawa gliserol terproteksi yaitu 1,2-asetonida gliserol atau dikenal dengan 1,2-O-isopropiliden gliserol dan diikuti oleh tahapan deproteksi menggunakan resin asam yaitu Amberlyst-15 untuk menghasilkan1-monolaurin.

Metode-metode untuk mensintesis monoasilgliserol dari minyak nabati termasuk proses gliserolisis baik secara kimia maupun enzimatik, esterifikasi gliserol dengan asam lemak bebas, maupun transesterifikasi parsial memiliki banyak kelemahan antara lain sulit untuk mendapatkan monoasilgliserol yang murni. Oleh karena itu, dalam penelitian ini kelemahan-kelemahan metode sintesis monoasilgliserol dari minyak nabati khususnya minyak kelapa akan diperbaiki terutama untuk mendapatkan monolaurin, monomiristin, monokaprin, monokaprilin dan monoolein dengan rendemen dan kemurnian yang tinggi.

Salah satu produk yang diharapkan dalam penelitian ini adalah senyawa 1-monolaurin dari minyak kelapa mentah dengan kemurnian dan rendemen yang tinggi untuk diujikan sebagai bahan antibakteri dan imunostimulan (suatu bahan yang berfungsi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh). Hal ini didasarkan pada fakta penelitian yang menunjukkan bahwa minyak kelapa mengandung asam laurat yang di dalam tubuh manusia akan diubah menjadi monolaurin yaitu suatu lemak yang terdapat dalam air susu ibu dan berfungsi meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap patogen berbahaya. Penelitian lain yang dilakukan Winarsih et al. (2008) telah memanfaatkan minyak kelapa yaitu Virgin Coconut Oil (VCO) tanpa pemurnian komponen-komponennya sebagai immunostimulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa VCO yang diperkaya dengan Zn menaikkan sel Tc, Th dan IL-2 pada pasien candidiasis.

Dari data yang telah disebutkan dapat diperkirakan bahwa komponen utama dalam minyak kelapa terutama asam laurat dan asam-asam lainnya turut berperan memberikan efek imunostimulan. Oleh karena itu, proses pemisahan bahan-bahan aktif ini untuk diaplikasikan sebagai imunostimulan dari minyak

(7)

kelapa diharapkan menaikkan atau memperbaiki kualitas bahan imunostimulan itu sendiri. Penelitian ini dipandang sangat penting karena pengembangan imunostimulan dari bahan alam minyak kelapa merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan senyawa imunostimulan yang aman, selain menaikkan nilai ekonomis dari bahan baku kelapa itu sendiri.

Produk lain selain 1-monolaurin yang juga dihasilkan dari penelitian ini adalah senyawa monoasilgliserol dari fraksi asam lemak yang lain dari minyak kelapa mentah yaitu 2-monoasilgliserol, 2-monolaurin, 1-monomiristin, 1-monokaprin, 1-monokaprilin, 1-monoolein, dan 2-monoolein. Masing-masing produk ini memiliki potensi sebagai bahan antibakteri baik terhadap bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif. Beberapa produk seperti 2-monolaurin, 1-monomiristin, 1-monokaprin dan 1-monokaprilin merupakan monoasilgliserol dari fraksi asam lemak jenuh rantai sedang (medium chain saturated fatty acid) minyak kelapa mentah. Produk lain yaitu 1-monoolein dan 2-monoolein merupakan asam lemak tidak jenuh rantai panjang (long chain unsaturated fatty acid) minyak kelapa mentah yang memiliki nilai nutrisi yang tinggi terhadap kesehatan manusia.

Berdasarkan uraian sebelumnya maka penelitian ini dimaksudkan untuk mensintesis 1-monolaurin dari trigliserida minyak kelapa untuk diaplikasikan sebagai bahan antibakteri dan imunostimulan. Kebaruan dari penelitian ini adalah mengembangkan sekaligus mengoptimasi metode baru dalam sintesis 1-monolaurin dari minyak kelapa dimana akan diterapkan juga beberapa prinsip “Green Chemistry” seperti penggunaan bahan baku sintesis dari bahan alam yang terbarukan dan penggunaan katalis enzim yang ramah lingkungan dalam beberapa tahapan sintesis. Selain itu akan dikembangkan metode baru dalam sintesis beberapa monoasilgliserol dari fraksi asam lemak lain dalam minyak kelapa yaitu 2-monoasilgliserol, 2-monolaurin, 1-monomiristin, 1-monokaprin, 1-monokaprilin, 1-monoolein, dan 2-monoolein. Pendekatan metode sintesis ini akan dilakukan melalui reaksi kimia maupun reaksi menggunakan katalis enzim lipase. Senyawa 2-monoasilgliserol, 2-monolaurin, 1-monomiristin, 1-monokaprin, 1-monokaprilin, 1-monoolein, dan 2-monoolein akan diujikan

(8)

aktivitasnya sebagai bahan antibakteri terhadap bakteri Staphylococus aureus, Salmonella thypimorium, Bacillus cereus, dan Eschericia coli.

I.2 Tujuan Penelitian I.2.1 Tujuan umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengembangkan dan mengoptimasi metode baru untuk sintesis monoasilgliserol yaitu 1-monolaurin dari minyak kelapa (Cocos nucifera L.) dan menguji aktivitas monolaurin sebagai bahan antibakteri dan juga sebagai imunostimulan. Selain itu, mengembangkan metode baru dalam sintesis senyawa 2-monoasilgliserol, 2-monolaurin, 1-monolaurin, 1-monomiristin, 1-monokaprin, 1-monokaprilin, 1-monoolein, dan 2-monoolein dan menguji aktivitasnya sebagai bahan antibakteri.

I.2.2 Tujuan khusus

Tujuan khusus yang akan dicapai dari penelitian ini adalah:

(1) Mengoptimasi sintesis 2-monolaurin melalui reaksi transesterifikasi parsial terhadap trigliserida minyak kelapa, etanolisis trigliserida minyak kelapa dan etanolisis trilaurin.

(2) Mensintesis asam laurat melalui reaksi transesterifikasi penuh trigliserida minyak kelapa mentah, isolasi metil laurat secara distilasi fraksinasi diikuti hidrolisis basa senyawa metil laurat.

(3) Melakukan sintesis senyawa gliserol terproteksi yaitu 1,2-asetonida gliserol dari aseton dan gliserol.

(4) Melakukan sintesis 1-monolaurin melalui reaksi esterifikasi asam laurat dengan gliserol dan reaksi transesterifikasi baik metil laurat dan etil laurat dengan 1,2-asetonida gliserol diikuti deproteksi menggunakan Amberlyst-15.

(5) Melakukan sintesis 1-monomiristin, 1-monokaprin, 1-monokaprilin, 1-monoolein melalui reaksi transesterifikasi berkatalis basa masing-masing etil miristat, etil kaprat, etil kaprilat dan etil oleat dengan 1,2-asetonida gliserol diikuti tahapan deproteksi menggunakan Amberlyst-15.

(9)

(6) Melakukan sintesis 2-monoolein melalui tahapan pembentukan triolein dari asam oleat diikuti etanolisis triolein menggunakan enzim Lipozyme TL IM. (7) Menguji aktivitas antibakteri senyawa 1-monolaurin melalui penentuan

diameter zona hambat dan penentuan nilai kadar hambat minimum.

(8) Menguji aktivitas antibakteri senyawa asam laurat, 2-monoasilgliserol, 2-monolaurin, 1-monolaurin, 1-monomiristin, 1-monokaprin, 1-monokaprilin, 1-monoolein, dan 2-monoolein melalui penentuan diameter zona hambat.

(9) Melakukan uji sitotoksisitas senyawa 1-monolaurin dan 2-monolaurin terhadap sel Vero menggunakan metode MTT assay.

(10) Menguji aktivitas imunostimulan senyawa 1-monolaurin secara in vivo melalui uji aktivitas fagositosis makrofag dan uji proliferase limfosit.

I.3 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan beberapa manfaat sebagai berikut: 1) Bagi perkembangan ilmu pengetahuan, penelitian ini akan menghasilkan

metode atau terobosan baru dalam sintesis asam laurat dan monoasilgliserol seperti 2-monoasilgliserol, 2-monolaurin, 1-monolaurin, 1-monomiristin, 1-monokaprin, 1-monokaprilin, 1-monoolein dan 2-monoolein dari minyak kelapa mentah. Metode sintesis yang dihasilkan dapat berpotensi untuk dihasilkan publikasi nasional dan internasional.

2) Bagi mahasiswa, penelitian ini dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam pengembangan metode sintesis monoasilgliserol dari minyak nabati maupun hewani yang selanjutnya dikembangkan menjadi bahan obat-obatan. 3) Bagi institusi, penelitian ini dapat merupakan investasi keahlian peneliti yang

akan ditularkan kepada anak didik di perguruan tinggi asal, sehingga terciptalah suatu kaderisasi dalam bidang penelitian sintesis dan rekayasa molekul organik terutama monoasilgliserol dari minyak nabati maupun lemak hewani.

4) Bagi masyarakat dan pembangunan negara, penelitian ini akan meningkatkan nilai ekonomi dari komoditas kelapa di Indonesia yang pada hakekatnya akan menaikkan devisa negara dan sangat menunjang kesejahteraan petani kelapa.

(10)

Disamping itu, penelitian ini berpotensi menghasilkan monolaurin, monomiristin, monokaprin, monokaprilin, dan monoolein yang sangat berguna dalam dunia kesehatan terutama obat-obatan yaitu sebagai bahan antibakteri dan imunostimulan.

I.4 Kebaruan Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran pustaka di berbagai jurnal sampai saat ini, maka dapat dikemukakan bahwa:

1) Sintesis monoasilgliserol dari reaksi transesterifikasi parsial terhadap minyak sawit sudah pernah dilakukan oleh Jumina et al. (2012). Sintesis monoasilgliserol yaitu monolaurin melalui reaksi transesterifikasi yang menggunakan metanol terbatas atau transesterifikasi parsial terhadap trigliserida minyak kelapa belum pernah dipublikasikan.

2) Sintesis monolaurin melalui reaksi esterifikasi asam laurat dengan gliserol menggunakan katalis asam sulfat telah dilakukan dan dipublikasikan oleh Widiyarti et al. (2009) namun asam sulfat tergolong asam kuat sehingga menghasilkan produk samping dilaurin dan trilaurin. Ekstraksi produk monoalurin menggunakan n-heksana sehingga tidak semua produk monolaurin terambil dan masih terdapat banyak pengotor dari asam laurat yang juga larut baik dalam n-heksana. Dalam penelitian ini, katalis asam sulfat dalam reaksi sintesis monolaurin diganti dengan katalis asam p-toluena sulfonat yang bersifat lebih lemah. Pelarut untuk ekstraksi produk monolaurin diganti dengan pelarut hidroalkohol yang lebih efektif melarutkan produk monolaurin dibanding dengan n-heksana.

3) Sintesis 2-monoasilgliserol dari reaksi minyak kenari (canarium oil) dengan etanol telah dilakukan oleh Rahman et al. (2015) menggunakan katalis enzim lipase Mucor miehei. Dalam penelitian ini akan dilakukan sintesis 2-monolaurin dari minyak kelapa mentah menggunakan enzim Lipozyme TL IM. Ide ini juga menjadi dasar dalam pengembangan sintesis 2-monolaurin dari bahan dasar asam laurat melalui pembentukan trilaurin diikuti reaksi etanolisis trilaurin menggunakan enzim Lipozyme TL IM. Kedunya merupakan

(11)

jalur reaksi baru dalam sintesis 2-monolaurin yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Pembuatan senyawa 2-monoolein melalui etanolisis triolein menggunakan enzim lipase jenis Lipozyme TL IM (reaksi asam oleat dan gliserol) merupakan jalur sintesis 2-monoolein yang belum pernah dipublikasikan.

4) Reaksi sintesis monoasilgliserol melalui penggunaan gugus pelindung terhadap gliserol yaitu 1,2-asetonida telah dipublikasikan oleh Wang et al. (2013). Dalam penelitian ini, berhasil disintesis 1-monoolein melalui reaksi asam oleat dengan 1,2-asetonida gliserol menggunakan katalis enzim lipase yaitu Novozym 435 dan diikuti tahapan deproteksi menggunakan Amberlyst-15. Dengan menggunakan ide ini maka akan dilakukan sintesis 1-monolaurin melalui reaksi 1,2-asetonida gliserol dengan asam laurat menggunakan katalis enzim lipase jenis Lipozyme TL IM. Jalur reaksi sintesis 1-monolaurin ini belum pernah dipublikasikan sebelumnya.

5) Reaksi transesterifikasi metil stearat dengan senyawa gliserol terproteksi diikuti tahapan deproteksi untuk menghasilkan 1-monostearin telah dilakukan Yu et al. (2003). Dalam penelitian ini akan dilakukan reaksi transesterifikasi metil laurat dan etil laurat dengan gliserol terproteksi yaitu senyawa 1,2-asetonida gliserol menggunakan katalis basa diikuti tahapan deproteksi menggunakan Amberlyst-15 untuk menghasilkan 1-monolaurin. Juga akan dilakukan sintesis 1-monoolein melalui reaksi etil oleat dengan 1,2-asetonida gliserol menggunakan katalis basa diikuti tahapan deproteksi menggunakan Amberlyst-15. Juga akan dilakukan sintesis 1-monokaprilin melalui reaksi etil kaprilin dengan 1,2-asetonida gliserol menggunakan katalis basa diikuti tahapan deproteksi menggunakan Amberlyst-15.

6) Reaksi pembuatan 1-monomiristin dan 1-monokaprin telah dilakukan oleh Langone et al. (2002) dari reaksi asam miristat dan asam kaprat dengan gliserol menggunakan enzim lipase jenis Lipozyme IM-20. Dalam penelitian ini akan dikembangkan rute reaksi pembuatan 1-monomiristin dan 1-monokaprin dari reaksi etil miristat dan etil kaprat dengan 1,2-asetonida

(12)

gliserol menggunakan katalis basa diikuti tahapan deproteksi menggunakan Amberlyst-15.

7) Senyawa 1-monolaurin diyakini memiliki aktivitas baik sebagai antibakteri, antivirus dan antijamur namun belum pernah ada publikasi yang menampilkan sifat sitotoksisitas senyawa 1-monolaurin terhadap sel normal tubuh atau sel Vero. Untuk itu dalam penelitian ini akan dilakukan uji sitotoksisitas terhadap senyawa 1-monolaurin dan senyawa monoasilgliserol yang lain dari minyak kelapa.

8) Minyak kelapa jenis VCO telah berhasil diaplikasikan sebagai imunostimulan untuk pasien yang terinfeksi jamur Candida albicans yang dilaporkan oleh Winarsih et al. dalam DebMandal and Mandal (2010). Asam laurat dalam tubuh manusia dikonversi menjadi monolaurin yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Juga Hegde (2006) menuliskan bahwa monolaurin adalah lemak terbaik yang dimiliki atau terkandung dalam air susu ibu. Bayi yang baru lahir dan anak-anak membutuhkan monolaurin untuk perkembangan sistem kekebalan tubuh mereka dan kapasitas mereka untuk bertahan melawan berbagai infeksi akibat kuman. Dalam penelitian ini akan dilakukan uji aktivitas antibakteri secara in vitro yaitu dengan penentuan kadar hambat minimum senyawa monolaurin terhadap bakteri S. aureus, S. thypimorium, B. cereus,dan E. coli. Uji imunostimulan senyawa monolaurin secara in vivo akan dilakukan melalui uji aktivitas fagositosis makrofag dan uji proliferasi limfosit yang belum pernah dipublikasikan sebelumnya. Juga akan dilakukan uji aktivitas antibakteri senyawa monomiristin, monokaprin, 1-monokaprilin, 1-monoolein, dan 2-monomiristin akan diujikan aktivitasnya sebagai bahan antibakteri terhadap bakteri S. aureus, S. thypimorium, B. cereus, dan E. coli.

Referensi

Dokumen terkait

Abdul Syukur selaku anggota pengurus dari Majelis Kehormatan Notaris menyatakan bahwa Majelis Kehormatan Notaris Pusat yang baru dibentuk dan dilantik oleh Menteri

Although Florida’s historic preservation contexts that cover the recent past (Florida Division of Historical Resources 1996) do not rule out archaeological

Kelompok aset dan liabilitas diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi adalah aset dan liabilitas keuangan dimiliki untuk diperdagangkan yang diperoleh

PLN Distribusi Jakarta dan Tangerang, terlihat bahwa kinerja karyawan pada tahun 2011-2012 masih belum memenuhi target berdasarkan acuan yang ditetapkan berdasarkan tabel penilaian

Setelah itu teller akan memanggil dan nasabah akan memberikan sejumlah uang dan buku tabungan untuk meminta pencetakan transaksi setor tunai ke bank..

Dalam keseharian yang terjadi anggota dalam artian anggota aktif dan anggota non aktif tidak ada sekat yang terlihat jelas. Dalam artian siapa yang menjadi anggota non

Didalam website ini terdapat bermacam informasi Klinik Sosial Candra Naya / profile, informasi yang terdiri dari fasilitas umum dan jadwal praktek dokter, pelayanan yang terdiri

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI