• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMENTAN MENUJU SATU DATA SPASIAL LAHAN BAKU SAWAH NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEMENTAN MENUJU SATU DATA SPASIAL LAHAN BAKU SAWAH NASIONAL"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

L ahan merupakan aset dan faktor produksi yang sangat vital dan strategis untuk memenuhi kebutuhan dan ketahanan pangan nasional. Selain itu, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, maka meningkat pula kebutuhan konsumsi beras. Sehingga penyediaan lahan pertanian (sawah) sebagai sarana utama produksi beras perlu mendapat perhatian dan kepastian baik dari sisi luas, serta lokasi secara spasial dan produktivitas. Hasil pendataan secara spasial oleh Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional ditahun 2018 menyebetkan bahwa luas sawah di Indonesia seluas 7.105.145 Ha. Pernyataan mengenai luas sawah ini sudah ditetapkan dalam Ketetapan Menteri ATR/Kepala BPN-RI No. 399/Kep-23.3/X/2018.

Pada Tahun 2019 Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional akan merilis pembaruan data luas lahan baku sawah pada bulan Desember tahun 2019. Pembaruan tersebut bakal memuat verifikasi dan koreksi

NEWSLETTER PUSDATIN EDISI JANUARI 2020 Volume 17 No 1

ISSN : 1411-9196

1

Survei Pengukuran Produktifitas 4

Bawang Merah . . . . Prospek “Si Buah Ular” Menjadi 6

Primadona Dunia . . .

7

Peningkatan Kapasitas SDM Melalui Short Term Award di Australia . . .

9

Workshop Hasil Analisis Pendataan Sapi dan Kerbau Secara Online . . . .

11

Pergerakan Kementan Menuju Satu Data Spasial Lahan Baku Sawah Nasional . . . .

Info Data Pertanian . . . . 12

Perkembangan ASN di

Kementerian Pertanian . . . .

PERGERAKAN KEMENTAN MENUJU SATU DATA SPASIAL LAHAN BAKU SAWAH NASIONAL

DAFTAR ISI

2

Prospek Ubi Kayu 2019-2023 . . . .

Gambar : independensi.com

(2)

terkait pendataan lahan sawah yang telah ditetapkan dalam Ketetapan Menteri ATR/

Kepala BPN-RI No. 399/Kep-23.3/X/2018.

Verifikasi dan koreksi lahan baku sawah tahun 2018 dilakukan dengan berbagai metode antara lain ; ground check dengan menggunakan aplikasi Collector for ArcGIS, Ground check dilakukan dengan metode AVENZA MAP dengan sistem titik kordinat di 333 titik, dan interpretasi menggunakan citra satelit resolusi sangat tinggi dari LAPAN.

Setelah dilakukan verifikasi dan koreksi lahan baku sawah dilapangan, Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional melakukan integrasi dan sinkronisasi lahan baku sawah dengan Kementerian Pertanian, Badan Informasi Geospasial, dan Badan Pusat statistik di Balai Besar Sumber Daya Lahan Pertanian di Bogor. Integrasi dan sinkronisasi dilakukan dengan memasukan berbagai data antara lain; (1) Data hasil kompilasi kegiatan data LP2B, Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional tanggal 1 November 2019, (2) Hasil updating verifikasi luas baku sawah per 4 September oleh Badan Informasi Geospasial, (3) Titik Kerangka sampling Area (KSA) dari Badan Pusat Statistik, (4) Collector for arcgis

dari Pusdatin – sekretariat jenderal kementerian pertanian, yang dilakukan oleh Pusat, Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten sampai tingkat desa/

kelurahan himgga per-tanggal 24 November 2019, (5) Hasil Interpretasi citra SPOT 6/7 tahun 2017-2018 dan google earth yang dilakukan BBSDLP yang telah diverifikasi lapangan oleh BBSDLP dan BPTP di 34 Provinsi pertanggal 15- 25 November 2019, (6) Titik Groundchek pada 7 Provinsi ( Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat) oleh Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian, (7) Kompilasi spasial kegiatan cetak sawah baru oleh Ditjen PSP, (8) Titik verifikasi Lahan baku sawah oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).

Hasil integrasi dan sinkronisasi data spasial lahan baku sawah 2019 didapati luas lahan baku sawah seluas 7.459.644 ha.

Namun luas lahan baku sawah yang resmi akan ditetapkan oleh Kementerian Agraria Tata Ruang/Badan Pertahanan Nasional di Bulan Desember Tahun 2019.

Aulia Azhar

P erkembangan luas panen ubi kayu di Jawa dan di Luar Jawa cukup berbeda. Pada periode 1980 – 2018 secara rata-rata luas panen ubi kayu di Jawa turun sebesar 2,54%

per tahun, sementara pertumbuhan luas panen di Luar Jawa justru meningkat sebesar 0,65%

per tahun. Pada periode lima tahun terakhir, pertumbuhan luas panen ubi kayu di Jawa mengalami penurunan signifikan yaitu sebesar 7,49% per tahun, dan Luas panen di Pulau Luar Jawa mengalami penurunan sebesar 3,79%

per tahun, sehingga menyebabkan penurunan luas panen ubi kayu Indonesia sebesar 5,55%

per tahun. Demikian pula untuk produksi pada periode yang lebih pendek yaitu lima tahun terakhir antara tahun 2014 hingga tahun 2018, perkembangan produksi ubi kayu Indonesia cenderung mengalami penurunan yaitu rata-rata 4,62% per tahun.

Perkembangan rata-rata luas panen ubi kayu antara tahun 2014-2018, terdapat 9 (sembilan) provinsi sentra ubi kayu dengan kontribusi luas panen sebesar 87,18%. Provinsi

yang dominan adalah Bangka Belitung (143,07 ribu hektar), Lampung (117,15 ribu hektar) dan Jawa Tengah (92,11 ribu hektar), sedangkan enam provinsi lainnya dengan kisaran share kurang dari 11%, enam provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, Nusa Tenggara Timur dan Sumatera Utara.

Seperti halnya luas panen, produksi ubi kayu di Indonesia selama 5 tahun terakhir 2014- 2018 terkonsentrasi di 8 (delapan) provinsi dengan kontribusi produksi sebesar 89,45%

atau produksi rata-rata mencapai 20,78 juta ton.

Provinsi Lampung dengan rata-rata produksi mencapai 6,81 juta ton cukup dominan berada di urutan pertama dengan share produksi mencapai 32,76%, di susul di urutan kedua Provinsi Jawa Tengah yang memberi kontribusi terhadap produksi ubi kayu nasional sebesar 16,84% atau mencapai rata-rata produksi 3,50 juta ton dan Provinsi Jawa Timur dengan share sebesar 14,61% atau mencapai produksi rata- rata 3,04 juta ton. Lima provinsi sentra lainnya dengan kisaran share produksi antara 2,17%

PROSPEK UBI KAYU TAHUN 2019-2023

(3)

hingga kurang dari 10%.

Perkembangan konsumsi per kapita ubi kayu tingkat rumah tangga di Indonesia antara tahun 1993-2023 hasil SUSENAS diprediksi akan mengalami kenaikan rata-rata 0,28% atau mencapai konsumsi rata-rata 6,98 kilogram per kapita per tahun yaitu sebesar 12,78 kilogram per kapita di tahun 1993 dan diprediksi sebesar 5,25 kilogram per kapita di tahun 2023. Prediksi konsumsi perkapita ubi kayu untuk tahun 2019- 2023 diperkirakan masih akan mengalami kenaikan rata-rata sebesar 4,99% atau mencapai angka konsumsi perkapita 3,31 kilogram per kapita per tahun.

Perkembangan harga produsen ubi kayu di Indonesia antara tahun 2002-2018 cenderung terus meningkat dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 13,65% per tahun, demikian juga harga di tingkat konsumen rata-rata terus meningkat sebesar 10,48%. Selama kurun waktu tersebut terjadi peningkatan pertumbuhan harga tertinggi di tingkat produsen tahun 2004 sebesar 59,65% dan tahun 2008 sebesar 28,99%. Harga di tingkat konsumen meningkat tertinggi tahun 2007 dengan peningkatan sebesar 63,34%.

Margin perdagangan terbesar terjadi tahun 2011 sebesar Rp 2.492,-.

Perkembangan volume ekspor total ubi kayu Indonesia yaitu penjumlahan antara ekspor dalam bentuk ubikayu segar dan ubi kayu olahan antara tahun 2000-2019 mempunyai pola yang sangat berfluktuasi. Rata-rata pertumbuhan volume ekspor ubi kayu meningkat sebesar 72,16% per tahun, demikian halnya dengan nilai ekspornya meningkat sebesar 92,51% per tahun.

Bila dilihat dari sisi impor, perkembangan volume impor ubi kayu Indonesia pada periode yang sama juga cukup berfluktuasi dengan kecenderungan terus mengalami peningkatan.

Pertumbuhan volume impor ubi kayu Indonesia rata-rata meningkat 92,51% per tahun atau rata-rata sebesar 27,01 ribu ton per tahun.

Peningkatan pertumbuhan volume impor pada 5 tahun terakhir yaitu antara 2015-2019 mengalami penurunan dengan kisaran 31,18%

hingga 85,35% atau mencapai volume impor tertinggi di tahun 2016 yaitu sebesar 30,94 ribu ton.

Penawaran Ubi Kayu di Indonesia, 2018-2023 Neraca penawaran dan permintaan ubi kayu di Indonesia didekati dengan perhitungan antara besaran ketersediaan ubi kayu dan

besaran permintaan ubi kayu untuk konsumsi.

Ketersediaan ubi kayu Indonesia dihitung berdasarkan perhitungan input produksi dikurangi penggunaan dalam negeri yaitu pemakaian ubi kayu untuk pakan, pamakaian ubi kayu sebagai bahan dasar industry makanan dan bahan dasar industri non makanan maupun yang tercecer atau yang hilang saat panen dan penanganan pasca panen. Proyeksi luas panen, produksi dan produktivitas ubi kayu diperoleh dari perhitungan metode simultan dengan keterkaitan komoditas lainnya seperti padi, jagung, kedelai, cabai dan ubi kayu.

Proyeksi produksi ubi kayu untuk 5 tahun kedepan diperkirakan akan meningkat rata-rata sebesar 4,00% per tahun. Peningkatan produksi diperkirakan karna kenaikan produktivitas, rata- rata meningkat sebesar 0,11% demikian pula prediksi luas panen akan terus naik, rata-rata 3,70%.

Pengunaan ubi kayu di Indonesia dihitung dengan pendekatan perkalian antara ketersediaan per kapita untuk konsumsi dengan jumlah penduduk, ditambah penggunaan untuk pakan, tercecer dan penggunaan ubi kayu untuk diolah menjadi bahan makanan yang terperinci dalam neraca bahan makanan (NBM). Model proyeksi ketersediaan perkapita di hitung dengan menggunakan metode simultan.

Berdasarkan proyeksi pemintaan ubi kayu tahun 2019-2023 diperkirakan akan mengalami peningkatan rata-rata sebesar sebesar 1,60% per tahun. Berdasarkan selisih hasil perhitungan antara prediksi produksi dengan penggunaan ubi kayu untuk konsumsi, maka neraca ubi kayu di Indonesia tahun 2019 diperkirakan akan mencapai defisit 1,03 juta ton, dan diperkirakan defisit ubi kayu terus menurun di tahun-tahun yang akan datang. Hingga tahun 2023 di perkirakan akan turun 1,30 juta ton. Perlu perhatian berbagai kalangan untuk mengantisipasi adanya defisit produksi ubi kayu agar memperkecil atau malah meniadakan impor. Model yang disusun menunjukkan bahwa produksi ubi kayu dipengaruhi oleh produksi ubi kayu tahun sebelumnya dan teknologi. Peluang untuk meningkatkan produksi ubi kayu nasional, perlu meningkatkan peran teknologi budidaya, yang diharapkan dapat meningkatkan produksi, sehingga bisa memenuhi kebutuhan dalam negeri dan bahkan membuka peluang ekspor di masa yang akan datang.

Retno S

(4)

SURVEI

PENGUKURAN PRODUKTIVITAS BAWANG MERAH

K ementerian Pertanian telah menyusun rencana strategis beserta program dan kebijakan pembangunan yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan pengembangan masing-masing komoditas hortikultura. Salah satunya adalah komoditas bawang merah, dimana tanaman sayuran ini setiap hari dibutuhkan oleh rumah tangga di Indonesia sebagai bumbu masak dan mempunyai pengaruh terhadap tingkat inflasi.

Oleh karena itu, perencanaan dan penanganan komoditas bawang merah secara tepat akan dapat memberikan dampak yang sangat baik bagi perekonomian Indonesia.

Selama ini data produktivitas bawang merah dihitung berdasarkan data luas panen dan produksi yang dilaporkan oleh petugas kecamatan menggunakan formulir SPH-SBS dengan metode pelaporan lengkap. Metode pengumpulan data luas panen dan produksi tersebut berdasarkan informasi dari beberapa sumber yang kompeten dan penaksiran petugas dengan estimasi pandangan mata (eye estimate). Oleh karena itu, pengukuran langsung produktivitas tanaman bawang merah perlu dilakukan untuk meningkatkan akurasi data melalui survei pengukuran produktivitas bawang merah, sehingga angka produksi diperoleh dari hasil kali data luas panen dengan produktivitas tersebut.

Pada tahun 2019 Pusdatin menguji metode pengukuran produktivitas 5 x 5 rumpun pada bawang merah, dengan sampel di Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah dan kabupaten

Garut Provinsi Jawa Barat, dengan banyak sampel masing- masing kabupaten sebanyak 50 sampel rumah tangga petani bawang merah.

Maksud dan tujuan survei produktivitas bawang merah ini adalah memberikan pedoman kepada petugas pencacah dalam melaksanakan pengukuran produktivitas bawang merah yang lebih obyektif, efisien, dan akurat dan memberikan pedoman kepada petugas pengolah data untuk mendapatkan angka produktivitas di wilayah survei. Survei produktivitas bawang merah dilakukan dengan cara a)Pengambilan listing rumah tangga petani di kabupaten Brebes dan Garut, kemudian di pilih secara rendem masing-masing sebanyak 50 rumah tangga petani bawang merah pada tiap kabupaten b) Pengukuran produktivitas dilaksanakan oleh petugas KCD yang terlebih dahulu di beri pelatihan tata cara mengambil sampel, pengukuran dan di adakan pula wawancara yang berhubungan dengan tata cara penanaman dan hasil panen ke petani sampel yang bertujuan sebagai bahan pendukung c) Hasil survei sebanyak 100 sampel rumah tangga pada ke 2 kabupaten kemudian di olah agar menghasilkan angka produktivitas bawang merah.

Hasil Suvei Bawang Merah

Setelah di lakukan pemanenan sebanyak 5 x 5 rumpun kemudian di timbang berat basahnya.

Luas lahan di mana terdapat tanaman 5 x 5

rumpun di ukur luasnya dan di ukur pula luas

peta lahannya. Setelah 5-7 hari panen, bawang

merah akan di timbang kembali untuk melihat

(5)

Dalam jurnal Pharmacological Reports yang diterbitkan pada tahun 2009, disebutkan bahwa zat quercetin yang cukup tinggi ada di

dalam bawang merah mampu menurunkan tekanan darah yang tinggi. Seseorang yang mempunyai tekanan darah tinggi berisiko

untuk mengalami berbagai penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung kroner,

stroke, gagal ginjal, dan diabetes melitus.

Sumber : health.detik.com

DID YOU KNOW?

BAWANG MERAH

Retno S berat kering atau di sebut askip, hal ini di lakukan

untuk mengetahui susut bawang merah sebelum di jual kepasaran dengan harga lebih tinggi di bandingkan dengan harga waktu di panen.

Berat rata-rata dari total 50 sampel ubinan yang diamati, berat rata-rata umbi basah dengan daun di Kabupaten Garut jauh lebih besar dibandingkan dengan hasil yang didapatkan di Kabupaten Brebes, yaitu sebesar 4,24 kg/plot, sementara di Kabupaten Brebes hanya sebesar 1,89 kg/plot atau kurang dari setengahnya.Pada umumnya varietas bawang merah di Kabupaten Bredes adalah Bima Brebes bentuknya lebih kecil di bandingkan dengan varietas yang umumnya di kabupaten Garut yaitu Batu Ijo di mana bentuknya lebih besar.

Setelah bawang merah hasil ubinan dikeringkan, rata-rata persentase konversi dari umbi basah ke umbi kering di tiap kabupaten mendekati angka konversi NBM (64,56%), yaitu 61,63% di Kabupaten Garut dan 68,18%

di Kabupaten Brebes, atau berat umbi kering panen masing-masing secara berurutan sebesar 2,89 kg/plot dan 1,16 kg/plot. Rata-rata luas plot di Kabupaten Garut lebih besar bila dibandingkan dengan Kabupaten Brebes, yakni 1,91 m2 berbanding 1,12 m2. Hal ini disebabkan karena jarak tanam antar rumpun di Kabupaten Garut juga lebih besar dibandingkan dengan Kabupaten Brebes. Apabila ditambahkan dengan lebar parit, maka rata-rata luas plot di Kabupaten Garut menjadi 2,52 m2, sedangkan di Kabupaten Brebes menjadi 2,01 m2. Hasil survei menunjukkan bahwa produktivitas bawang merah dalam bentuk umbi basah dalam plot di Kabupaten Garut sebesar 41,57 ton/hektar, lebih tinggi dibandingkan produktivitas di Kabupaten Brebes yang hanya 25,70 ton/hektar.

Sementara jika dikonversi ke umbi kering, produktivitas bawang merah di Kabupaten

Garut menjadi 29,07 ton/hektar, sedangkan produktivitas di Kabupaten Brebes menjadi 15,82 ton/hektar. Berbeda dengan produktivitas dalam plot, produktivitas bawang merah dalam satu petak di Kabupaten Brebes untuk umbi basah dengan daun lebih tinggi dibandingkan dengan Kabupaten Garut, yaitu sebesar 31,56 ton/

hektar, sementara di Kabupaten Garut sebesar

25,49 ton/hektar. Namun apabila dikonversi ke

umbi kering, produktivitas bawang merah di

Kabupaten Brebes turun cukup signifikan yaitu

menjadi 18,38 ton/hektar, sedangkan susut di

Kabupaten Garut relatif lebih kecil, yaitu menjadi

21,18 ton/hektar. Hasil survei tersebut berbeda

cukup signifikan dengan angka ATAP 2018

di masing-masing kabupaten, yaitu sebesar

10,13 ton/hektar di Kabupaten Brebes dan

9,69 ton/hektar di Kabupaten Garut. Dari hasil

perngukuran produktivitas dengan metode

5 x 5 rumpun yang di lakukan di dua tempat

yang berbeda iklim maupun varietas serta

cara penanamannya maka dapat disimpulkan

bahwa 1) Metode ubinan 5 × 5 rumpun belum

dapat digunakan untuk mengukur produktivitas

bawang merah. Hal ini karena jumlah sampel

yang kurang memadai. Oleh karena itu perlu

dipertimbangkan penambahan jumlah sampel,

2) Perlu studi lebih lanjut mengenai pengukuran

produktivitas bawang merah menggunakan

beberapa metode yang berbeda.

(6)

PROSPEK “SI BUAH ULAR” MENJADI PRIMADONA DUNIA

S i buah ular disebut demikian karena kulitnya bersisik atau dikenal buah Salak (Salacca edulis l). Buah tropik asli Indonesia yang banyak tersebar di seluruh kepulauan nusantara yang disukai masyarakat dan mempunyai prospek baik untuk diusahakan.

Menurut Penelitian Mardiah, IPB Bogor bahwa buah salak dapat menjadi makanan diet pengganti nasi karena zat yang terkandung dalam 100 mg buah salak dapat dapat menggantikan fungsi nasi dalam tubuh manusia karena kandungan gizinya yang cukup lengkap.

Adapun manfaat mengkonsumsi buah salak segar dan salak olahan baik berupa makanan dan minuman antara lain menurunkan kolesterol dalam tubuh, menurunkan kadar gula dalam darah, mempertahankan kelembaban kulit, memperkuat struktur tulang dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit (antibodi). Buah salak biasanya dimakan segar atau dibuat manisan dan asinan. Pada saat ini manisan salak dibuat beserta kulitnya, tanpa dikupas. Buah matang disajikan sebagai buah meja. Buah segar yang diperdagangkan biasanya masih dalam tandan atau telah dilepas (petilan).

Komoditas salak di Indonesia terdiri dari berbagai varian. Lima jenis salak varietas unggul yang ada di Indonesia yaitu 1) Salak Pondoh, merupakan salak terbaik di Indonesia. Salak ini rasanya manis terkenal hingga mancanegara dan sering jadi buruan oleh-oleh turis asing, 2) Salak madu, jenis salak ini mengandung banyak air. Rasanya manis seperti madu, dagingnya berwarna kekuningan, bertekstur renyah, dan lembut. Salak madu bisa berbuah berbuah sepanjang tahun, tanpa mengenal musim, 3) Salak gading, warnanya kuning gading dan mengkilap, ukurannya sedang hingga besar.

Rasa salak gading sedikit lebih masam, 4) Salak gula pasir berasal dari pulau Bali. Keistimewaan salak Bali adalah rasanya yang manis, dagingnya yang tebal, dan bijinya yang kecil. Tekstur daging buahnya renyah dan berwarna putih kusam, 5) Salak Sidempuan banyak dibudidayakan di Padang Sidempuan, Sumatera Utara. Salak

Sidempuan terbagi dalam dua varietas, yakni salak Padang Sidempuan merah dan salak Padang Sidempuan Putih.

Salak menjadi komoditas ekspor yang menjanjikan, dengan semakin gencarnya promosi oleh pemerintah ke manca negara.

Secara umum perkembangan luas panen salak di Indonesia pada periode tahun 1980–2018 berfluktuatif namun cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan per tahun sebesar 7,45%. Peningkatan luas panen disebabkan karena harga salak yang cukup menjanjikan dan dibutuhkan oleh masyarakat secara luas, baik untuk dikonsumsi rumah tangga maupun industri makanan. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2013, naik sebesar 10,27%

dibandingkan tahun sebelumnya, sementara penurunan luas panen salak yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2018, turun sebesar 20,41%, hal ini disebabkan dampak El Nino yang melanda sentra-sentra salak di Indonesia seperti Jawa, Bali dan Sulawesi Selatan.

Wilayah pertanaman luas panen salak di Indonesia, selama periode tahun 2014 - 2018 didominasi wilayah Jawa atau tanaman ini lebih tinggi dibandingkan di luar Jawa, yaitu sebesar 69,27% berada di Jawa dan 30,73% di luar Jawa, namun selama periode tersebut pertumbuhan luas panen cenderung menurun 9,23% di Jawa dan 15,70% di luar Jawa. Hal ini perlu mendapat perhatian bersama mengingat buah salak ini berpeluang untuk menjadi komoditas dunia.

Kebijakan Pemerintah tentang Paket Kebijakan Ekonomi IV adalah mendorong kegiatan berorientasi ekspor. Berbagai upaya dilakukan Kementerian Pertanian untuk mendukung kebijakan tersebut guna memfasilitasi akselerasi ekspor beberapa komoditas pertanian, salah satu keuntungan dari ciri khas tumbuhan salak adalah tumbuh subur di Indonesia dan tidak dimiliki di negara lain sehingga menjadi nilai tambah yang sangat menguntungkan bagi Indonesia.

Secara umum perkembangan harga salak

di tingkat produsen dan konsumen di Indonesia

lima tahun belakangan ini menunjukkan

(7)

PENINGKATAN KAPASITAS SDM MELALUI SHORT TERM AWARD DI AUSTRALIA

Hanny M kecenderungan meningkat. Perkembangan

harga salak di tingkat produsen maupun konsumen meningkat cukup signifikan, sehingga margin yang dihasilkan cukup besar, yaitu sekitar Rp.4.480,- sampai Rp.5.353,- per kilogram. Jika pada tahun 2014 perbedaan harga konsumen dan produsen sebesar Rp 4.749/kg, maka pada tahun 2015 margin mengalami peningkatan kembali menjadi Rp 4.906/kg, pada tahun 2016 margin keuntungan kembali meningkat menjadi Rp 5.244/kg, tahun 2017 margin sedikit menurun menjadi Rp 4.480/kg dan pada tahun 2018 kembali meningkat Rp.5.353,-/kg.

Harga jual tingkat konsumen yang cukup tinggi ini sebagai dampak meningkatnya biaya transportasi secara signifikan akibat kenaikan bahan bakar, atau sarana jalan yang makin tidak seimbang dengan pertumbuhan jumlah kendaraan sehingga mengganggu sistem distribusi. Sementara harga jual tingkat produsen yang lebih rendah mengindikasikan tidak cukupnya insentif bagi petani untuk meningkatkan produksi dan produktivitas atau elastisitas transmisi harga dari konsumen ke

produsen kecil sehingga petani yang harus menanggung perbedaan harga di tingkat konsumen dan produsen tersebut.

Komoditas salak sangat berpeluang ekspor ke berbagai belahan dunia. Menurut data BPS, tahun 2013-2018 Indonesia tidak mengimpor buah salak. Volume ekspor salak kurun waktu 5 tahun terakhir, sangat menggembirakan rata- rata tumbuh sebesar 19,37%, pertumbuhan dipicu adanya volume ekspor yang spektakular di tahun 2015 dan 2018 masing-masing sebesar 130,32% dan 27,71%. Ekspor buah ini tanpa mengalami hambatan karena telah memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh negara tujuan.

Negara terbesar pengimpor salak Indonesia yakni New Zealand, China, Kamboja, Malaysia, Saudi Arabia, Singapura, Thailand dan Belanda menjadi, rata-rata volume ekspor salak Indonesia diatas 110 ribu kilogram. Semoga peluang ekspor si buah Ular atau salak dan buah lainnya akan semakin terbuka dan tanpa hambatan teknis dari negara tujuan.

T antangan terbesar yang dihadapi saat ini ialah kompetisi peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia. “Dunia sudah terbuka, untuk bekerja sama di bidang apapun dengan berbagai negara belahan dunia. Untuk itu, sebagai upaya peningkatan kemampuan sumber daya manusia di lingkup instansi pemerintah

maupun sektor swasta di Indonesia, Department

of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia

yang dalam hal ini diwakili oleh Kedutaan Besar

Australia di Jakarta telah menyelenggarakan

kursus tentang kebijakan pertanian dengan tema

Agriculture Policy - Promoting Competitiveness

Short Term Award pada tanggal 22 November

(8)

R. Zikria 2019 – 8 Desember 2019. Pelaksanaan kursus

diinisiasi oleh Kedutaan Besar Australia di Jakarta berkonsultasi dengan Bappenas melalui program the Australia-Indonesia Partnership for Promoting Rural Incomes through Support for Markets in Agriculture (PRISMA). Kursus singkat tentang kebijakan pertanian ini diikuti oleh 22 partisipan dari sektor swasta yang merupakan mitra kerja PRISMA serta instansi pemerintah meliputi Bappenas, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Pemerintah Jawa Tengah, Papua, Papua Barat, Kalimantan Tengah dan Nusa Tenggara Barat.

Melalui short term awards tentang kebijakan pertanian ini masing-masing peserta diwajibkan untuk membuat Award Project yang harus dipresentasikan selama tiga tahap yaitu pre-course workshop, in-Australia course dan post-course workshop. Pre-course workshop dan post-course workshop dilaksanakan di Indonesia sedangkan in-Australia course dilaksanakan di the University of Queensland, Australia. Pre- Course Workshop telah dilaksanakan pada tanggal 6-8

November 2019 di Hotel Harper, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat. In- Australia Course dilaksanakan pada tanggal 22 November 2019 – 8 Desember 2019 bertempat di 3 kota yaitu Brisbane, Canberra dan Sydney.

Post-course workshop direncanakan akan dilaksanakan pada Bulan Maret 2020 dengan lokasi pelaksanaan di Indonesia.

Program kursus singkat ini memiliki beberapa tujuan antara lain (i) sebagai benchmark kebijakan untuk mempromosikan daya saing produk pertanian, investasi swasta dan meningkatkan produktivitas sektor pertanian, (ii) menganalisa peran pemerintah serta penganggaran untuk sektor pertanian di Australia, (iii) mempelajari analisis rantai nilai produk pertanian di Australia, (iv) mempelajari pendekatan yang dilakukan di Australia untuk menstimulasi permintaan domestik dan meningkatkan konsumsi, (v) membandingkan dan mengambil pelajaran dari pengembangan sistem pasar dan layanan penguatan bisnis sektor pertanian di Australia, dan (vi) mempelajari kebijakan dengan target peningkatan nutrisi dan pertanian cerdas iklim. Sejauh mana pemahaman peserta terhadap materi kursus serta implementasinya akan dievaluasi melalui pelaksanaan award project oleh masing-masing

peserta sebagai bentuk pengabdian di instansi tempat bertugas maupun di masyarakat.

Proses pembelajaran selama pelaksanaan short term awards di the University of Queensland (UQ) dimulai dari jam 9.00 hingga jam 17.00 waktu setempat. Kursus dipandu oleh Professor Malcolm Wegener dan Dr. Gunnar Kirchhof selaku pimpinan kursus merangkap perwakilan dari the University of Queensland.

Adapun beberapa topik yang didiskusikan selama kursus di UQ antara lain :

a. The Australian system of government: key agencies, research entities and thinktanks, their responsibilities.

b. Policy and institutional levers for promoting market competitiveness, private investment and productivity in Australian agriculture.

c. Promoting agriculture competitiveness and productivity: the Australian experience

d. Advancing the competitiveness and productivity of the Indonesian agriculture sector.

e. Case study on consumer patterns in beef consumption: Indonesia’s food marketing and retail.

f. Agriculture financing and market systems development in Australia and developing economics.

g. Promoting inclusiveness in agriculture value chains: the Australian and Indonesian contexts.

Selain proses pembelajaran di kelas, peserta juga diberi kesempatan untuk mengunjungi beberapa institusi pemerintah maupun non pemerintah. Instansi yang dikunjungi Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT), Department of Agriculture (DA), Australian Bureu of Agricultural and Resource Economics (ABARES), serta Australian Center for Internaional Agricultural Research (ACIAR).

Selain itu peserta juga diajak beriskusi dengan beberapa petani paprika dan kentang di Brisbane.

Secara umum, pihak Kedutaan Besar Australia

dan the University of Queensland memberikan

penghargaan kepada seluruh peserta yang

telah berpartisipasi dalam Short Term Awards

ini. Perwakilan KBRI di Canberra juga telah

memberikan apresiasi atas koordinasi yang

telah terjalin selama pelaksanaan kursus dan

berharap agar seluruh peserta tetap menjalin

networking baik antar instansi di Indonesia

maupun dengan institusi di Australia.

(9)

P ada tanggal 10 Desember 2019, dilaksnakan workshop hasil kegiatan Pendataan Sapi dan Kerbau Secara Online dan Survei Produktivitas Tebu. Pada workshop itu hadir narasumber dari Jurusan Statistika IPB yaitu Dr. Farid, dan hadir narasumber dari PSEKP yaitu Dr. Nyak Ilham, narasumber dari Biro Perencanaan, dan narasumber dari Direktorat Statistik Peternakan dan Perikanan – BPS. Workshop dilaksanakan di Hotel Arch – Bogor.

Dinamika ketersediaan daging sapi nasional dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Faktor pertama adalah populasi dan kualitas sapi dalam negeri. Perhitungan populasi selama ini hanya menggunakan parameter, kecuali pada saat Sensus Pertanian populasi sapi dan kerbau dihitung secara keseluruhan. Sensus Pertanian itu sendiri dilaksanakan oleh BPS sepuluh tahun sekali. Parameter yang digunakan untuk mengestimasi populasi meliputi parameter penambah yaitu persentase kelahiran, persentase pembelian, dan persentase penambahan lain, parameter pengurang yaitu persentase kematian, persentase pemotongan, persentase penjualan, dan persentase pengurangan lain.

Pada tahun 2019 Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, melaksanakan kegiatan pendataan sapi dan kerbau secara online. Uji coba pendataan ini dilaksanakan di 2 (dua) provinsi, yaitu provinsi dengan tingkat populasi paling rendah yaitu Provinsi DKI Jakarta dan

provinsi dengan tingkat populasi paling tinggi yaitu Provinsi Jawa Timur. Provinsi DKI Jakarta kontribusi populasi terhadap populasi nasional kurang dari 1%, sebaliknya Provinsi Jawa Timur kontribusi terhadap populasi nasional sekitar 30%. Tujuan dari pendataan ini adalah melakukan uji coba pengumpulan data by nama by address, uji coba pengiriman data populasi ke iSIKHNAS, meningkatkan akurasi data populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau, serta membentuk database peternak di kabupaten yang menjadi lokasi pendataan.

Pendataan sapi dan kerbau di Provinsi DKI Jakarta telah dilaksanakan pada pertengahan Februari 2019. Pendataan dilakukan secara lengkap di Kota Jakarta Selatan, Kota Jakarta Pusat, Kota Jakarta Timur, Kota Jakarta Barat, dan Kota Jakarta Utara. Pendataan dilakukan untuk mendapatkan database peternak dan populasi sapi dan kerbau di masing-masing wilayah. Hasil pendataan di DKI Jakarta menghasilkan angka populasi sapi potong sebanyak 2.352 ekor, populasi sapi perah 2.090 ekor, dan kerbau 59 ekor. Jumlah total populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau sebanyak 4.501 ekor. Struktur populasi di DKI Jakarta terdiri dari sapi potong 52%, sapi perah 47%, dan kerbau 1%. Struktur populasi untuk jumlah anak yang berumur kurang dari 1 tahun, mencerminkan jumlah kelahiran setahun yang lalu. Persentase kelahiran untuk sapi potong 6%, sapi perah 13%, dan kerbau 25%.

Pendataan Sapi dan Kerbau yang

WORKSHOP

HASIL ANALISIS

PENDATAAN

SAPI DAN

KERBAU SECARA

ONLINE

(10)

dilaksanakan oleh Pusdatin, menghasilkan angka jumlah rumah tangga /non rumah tangga usaha ternak sapi dan kerbau di Provinsi DKI Jakarta sebanyak 206 rumah tangga, sementara populasi sebanyak 4.501 ekor, sehingga rata- rata kepemilikan/pengusahaan sebanyak 22 ekor per rumah tangga/ non rumah peternak.

Pendataan sapi dan kerbau secara online dilaksanakan di Jawa Timur mulai tanggal 1 Juli 2019 sampai 15 Nopember 2019. Jumlah sapi kerbau yang didata adalah kondisi per tanggal 1 Juli 2019.

Hasil pendataan jumlah populasi sapi potong, sapi perah dan kerbau per tanggal 1 Juli 2019 di 17 kabupaten/kota di Jawa Timur sebanyak 2.577.442 ekor, terdiri dari sapi potong sebanyak 2.450.248 ekor atau 95,1%, sapi perah sebanyak 117.590 ekor atau 4,6%, dan kerbau 9.604 ekor atau 0,4%. Jumlah tersebut masih belum mencapai 100%, karena persentase pemasukan data ke iSIKHNAS sebesar 95,97%.

Berdasarkan hasil estimasi jika pemasukan data mencapai 100%, maka populasi sapi dan kerbau di 17 kabupaten/kota yang menjadi sampel di Jawa Timur adalah sebanyak 2.703.604 ekor, terdiri dari 2.568.631 ekor sapi potong atau 93,8%, sapi potong sebanyak 124.746 ekor atau 5,7%, kerbau sebanyak 10.226 ekor atau 0,5%.

Berdasarkan hasil pendataan di 17 kabupaten/kota di Jawa Timur, maka estimasi total populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau untuk Provinsi Jawa Timur adalah sebesar 4.050.393 ekor. Untuk pendugaan selang, dengan tingkat keyakinan 95% total populasi sapi potong, sapi perah, dan kerbau pada tanggal 1 Juli 2019 berkisar antara 3.683.021 ekor sampai 4.417.765 ekor. Rincian untuk estimasi populasi ternak di Jawa Timur, untuk sapi potong sebanyak 3.800.677 ekor, sapi perah 229.750 ekor, dan kerbau 19.966 ekor.

Hasil pendataan sapi dan kerbau di Provinsi Jawa Timur menghasilkan data populasi di 17 kabupaten/kota sebanyak 2.577.442 ekor, dengan jumlah peternak yang terdata sebanyak 867.321 peternak, sehingga rata-rata pengusahaan adalah 2,97 ekor per peternak.

Hasil pendataan ini juga menghasilkan angka estimasi parameter kelahiran, karena pada kuesioner ada struktur umur masing-

umur kurang dari 1 tahun, diasumsikan sama dengan jumlah kelahiran setahun yang lalu.

Untuk sapi potong parameter kelahiran sebesar 23,9% dari populasi, sementara untuk sapi perah parameter kelahiran sebesar 20,3% dari populasi, dan kerbau sebesar 18,3%. Parameter penting lainnya adalah persentase betina dewasa untuk sapi perah sebesar 59,1% dari populasi sapi perah.

Gambar 1. Sosialisasi Pendataan Sapi dan Kebau Secara Online di Kabupaten Bondowoso

Pendataan sapi dan kerbau secara online di Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Timur dapat terlaksana sesuai dengan rencana berkat dukungan dan kerjasama yang erat antara Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Setditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, Suku Dinas yang membidangi peternakan lingkup Provinsi DKI Jakarta, dan Dinas Peternakan atau yang membidangi peternakan di 17 kabupaten/kota Provinsi Jawa Timur.

Mohammad Chafid

(11)

Tahun Anggaran 2019, Kementerian Pertanian membuka kesempatan bagi Warga Negara Republik Indonesia yang berminat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Pertanian sebanyak 520 Formasi, yang terdiri dari Umum sebanyak 443 Formasi, Penyandang Disabilitas sebanyak 11 Formasi, Putra Putri Papua dan Papua Barat sebanyak 3 Formasi, dan “Dengan Pujian”/Cumlaude sebanyak 63 Formasi.

Sesuai pesan Presiden Joko Widodo, demi membangun kemajuan bangsa, beliau mengingatkan para menteri dan aparatur sipil negara (ASN) untuk tak lagi bekerja dengan berorientasi proses, melainkan berorientasi pada hasil-hasil yang konkret. Presiden pun mengingatkan, tugas eksekutif bukan hanya menyusun dan melaksanakan kebijakan, melainkan membuat masyarakat maupun petani menikmati hasil pelayanan pemerintah dan hasil pembangunan. serta tugas ASN adalah menjamin agar manfaat program pemerintah dirasakan seluruh masyarakat, terutamanya bagi Pertanian.

S aat ini dengan perkembangan revolusi industri 4.0 tak bisa dipandang sebelah mata. Seluruh elemen masyarakat, baik swasta maupun pemerintah bergerak melakukan perubahan agar tak tergilas zaman. Sejumlah strategi ditata, terutama oleh pemerintah, termasuk menyiapkan aparatur sipil negara (ASN) agar berdaya saing dalam menghadapi perubahan.

Tahap demi tahap perubahan itu tampak, mulai dari proses rekrutmen pegawai pemerintah yang menggunakan sistem komputer atau internet, hingga pelayanan publik yang kian canggih.

Data pertanggal 31 desember 2019, jumlah pegawai Kementerian Pertanian berjumlah 17.962 pegawai, yang terdiri dari laki- laki sebanyak 10.666 (59,38%) dan Perempuan sebanyak 7.296 (40,62%). Dari tahun ke tahun, jumlah pegawai Kementerian Pertanian mengalami penurunan, ini disebabkan karena jumlah pegawai yang pensiun lebih banyak dibandingan jumlah pegawai yang diterima melalui penerimaan CPNS. Sesuai Analis Beban Kerja (ABK), Kementerian Pertanian membutuhkan jumlah pegawai sebanyak 24.606 sampai tahun 2023, sehingga terjadi selisih (kekurangan) pegawai sebanyak 6.914 sampai dengan akhir Tahun 2019.

Dalam rangka mengisi lowongan formasi Calon Pegawai Negeri Sipil Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2019, sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 402 Tahun 2019 tentang Kebutuhan Pegawai Aparatur Sipil Negara di Lingkungan Kementerian Pertanian

PERKEMBANGAN ASN DI KEMENTERIAN PERTANIAN

Heri

(12)

REDAKSI

PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN Tim Redaksi

Penanggung jawab : Redaktur :

Kapusdatin

Kepala Bagian Umum

Editor :

Dr. M. Luthful Hakim, SP., M.Si Dra. P. Hanny Muliany, MM Andry Polos, S.Kom

Hani Hanifah R, S. Kom Fotografer :

Budi Setiono Iswadi

Desain Grafis :

Dhanang Susatyo, SE

Rizky Purnama Rihaldiyan, S.Kom

Sekretariat :

Eli David, S.Sos, MM

Apriadi Setiawan, S.Kom, MT Cahyani Wartianingsih, S.Kom Sri Lestari, SE

Hotlanis Mangatur Sibarani, S.Kom Musdino

Priatna Sari

Didik Pratama Saputra, S.Kom

Alamat Redaksi :

Sumber BPS

INFO DATA PERTANIAN

1. INFLASI

Pada Desember 2019 terjadi inflasi sebesar 0,34 persen. Tingkat inflasi tahun kalender 2019 dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Desember 2019 terhadap Desember 2018) masing-masing sebesar 2,72 persen.

2. PERTUMBUHAN PDB

• Ekonomi Indonesia triwulan III-2019 dibanding triwulan III-2018 tumbuh sebesar 5,02 persen (y-on-y).

• Ekonomi Indonesia triwulan III-2019 dibanding triwulan II-2019 tumbuh sebesar 3,06 persen (q-to-q).

• Ekonomi Indonesia triwulan I s.d. triwulan III 2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya tumbuh sebesar 5,04 persen (c-to-c).

3. EKSPOR

• Nilai ekspor November 2019 sebesar US$14,01 miliar, turun 6,17 persen jika dibanding ekspor Oktober 2019 dan turun 5,67 persen dibanding ekspor November 2018.

• Nilai ekspor nonmigas November 2019 mencapai US$12,90 miliar yang terdiri dari produk hasil pertanian US$0,33 miliar, hasil industri pengolahan US$10,58 miliar, serta hasil tambang dan lainnya US$1,99 miliar.

4. IMPOR

• Nilai impor Indonesia November 2019 mencapai US$15,34 miliar atau naik 3,94 persen dibanding Oktober 2019, namun jika dibandingkan November 2018 turun 9,24 persen.

• Nilai impor menurut golongan penggunaan barang November 2019 mencakup barang konsumsi sebesar US$1,67 miliar, bahan baku/penolong US$11,17 miliar, dan barang modal US$2,50 miliar.

5. UPAH BURUH

• Upah nominal harian buruh tani dan buruh bangunan November 2019 naik masing- masing sebesar 0,25 persen dan 0,01 persen dibanding upah nominal bulan sebelumnya.

• Upah riil harian buruh tani dan buruh bangunan November 2019 turun masing- masing sebesar 0,05 persen dan 0,13 persen dibanding upah riil bulan sebelumnya.

6. Nilai Tukar Petani (NTP), Inflasi Perdesaan, dan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)

• NTP Desember 2019 naik sebesar 0,35 persen dibanding November 2019.

• Pada Desember 2019 terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,28 persen.

• NTUP Desember 2019 naik 0,43 persen

dibanding November 2019.

Referensi

Dokumen terkait

Secara historis, perubahan politik besar telah mewarnai Indonesia sejak reformasi bergulir tahun 1998, setidaknya jika observasi dibatasi pada partai yang mendapat dukungan

Proses komunikasi secara interpersonal dengan mereka sesama mahasiswa asal raja ampat, dilakukan dengan unsur empati, berkaitan dengan penyelesaian studi di fispol Unsrat,

Hasil chi square test diperoleh nilai p value sebesar 0.000 ≤ nilai α (0.05), artinya ada pengaruh kepercayaan dengan komitmen pencegahan tersier pada siswa perokok

Hasil pengolahan data kelerengan pada penampang Stasiun 1 bentuk sungai curam pada sisi kanan sungai dan sisi kanan sungai lebih tinggi dari pada sisi kiri,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Formulasi dan

Ketua STISIPOL Raja Haji Ketua Program Studi PEMBANTU KETUA I BIDANG AKADEMIK... Ketua STISIPOL Raja Haji Ketua Program Studi PEMBANTU KETUA I

No Kegiatan Kode RUP Nama Paket Sumber Dana Lokasi Keterangan Pemilihan Penyedia Pagu.

Dari gambar terlihat bahwa efisiensi sel surya p-i-n a-Si:H doping-delta tanpa annealing menurun dari 5,39 % sampai 3,49 % dengan meningkatnya lama penyinaran dari 0 sampai 2,5