• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kewibawaan Guru Akidah Akhlak terhadap Sikap Disiplin Peserta Didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Kewibawaan Guru Akidah Akhlak terhadap Sikap Disiplin Peserta Didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

KECAMATAN CINA KABUPATEN BONE

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Jurusan Pendidikan Agama Islam pada Fakultas

Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar

Oleh:

NURUL FADILLAH MAGFIRAH NIM: 20100119095

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN ALAUDDIN MAKASSAR

2023

(2)

ii

(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI Mahasiswa yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurul Fadillah Magfirah

NIM : 20100119095

Tempat, Tanggal Lahir : Arasoe, 20 Juni 2001

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Alamat : Jl. H. M Yasin Limpo Samata Gowa

Judul : Pengaruh Kewibawaan Guru Akidah Akhlak terhadap Sikap Disiplin Peserta Didik di Mts Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

Menyatakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar merupakan hasil karya sendiri. Jika di kemudian hari terbukti bahwa ini merupakan duplikat, tiruan, plagiat atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.

Gowa, 5 Februari 2023 Penyusun,

Nurul Fadillah Magfirah NIM: 20100119095

(4)

iv

KATA PENGANTAR

الله الرحمن الرحيم مسب

َن َو اَنِدِّيَس ،َنْيِلَس ْرُملْا َو ِءاَيِبْنَلأْا ِفَرْشَأ ىَلَع ُم َلََّسلا َو ُة َلََّصلا َو َنْيِمَلاَعلْا ِّبَر ِللهِ ُدْمَحلا دَّمَحُُ اََِّيِب

ُدْعَب َو .َنْيِعَمْجَأ ِهِبْحَص َو ِهِلآ ىَلَع َو

Tiada kata yang paling indah selain ucapan syukur alhamdulillah penyusun persembahkan kepada Allah swt, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul: “Pengaruh Kewibawaan Guru Akidah Akhlak terhadap Sikap Disiplin Peserta Didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone” Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah saw, kepada para keluarga serta sahabatnya yang senantiasa menjadi suri teladan kepada kita sebagai umat-Nya.

Melalui tulisan ini, peneliti menyadari bahwa pada proses penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai akhir tidak luput dari segala kekurangan maupun berbagai hambatan. Oleh karena itu, peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah turut membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini. Dengan penuh kesadaran dan dari dalam dasar hati nurani peneliti menyampaikan permohonan maaf dan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada ayahanda Ismail Marzuki dan ibunda Jusmawati yang telah membesarkan, mendidik, dan mengasuh peneliti dengan sabar, ikhlas, penuh cinta dan kasih sayang serta senantiasa memanjatkan doa-doanya untuk peneliti. Tidak lupa pula peneliti mengucapkan terima kasih kepada kakak dan adik peneliti, Nurul Fadita Rahmania, Syahrul Ramadhan, Gibran Arhabu Rizki yang selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada peneliti. Selanjutnya ucapan terima kasih juga ditujukan kepada:

(5)

v

1. Prof. H. Hamdan Juhannis, M.A., Ph.D., selaku Rektor UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Rektor I, Prof. Dr. H. Mardan, M.Ag., Wakil Rektor II, Prof. Dr. H. Wahyuddin Naro, M.Hum., Wakil Rektor III, Prof. Dr. H.

Darusalam Syamsuddin, M.Ag., dan Wakil Rektor IV, Dr. H. Kamaluddin Abu Nawas, M.Ag., yang telah membina dan memimpin UIN Alauddin Makassar menjadi tempat bagi peneliti untuk memperoleh ilmu baik dari segi akademik maupun ekstrakurikuler.

2. Dr. H. Marjuni, S.Ag., M.Pd.I., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar beserta Wakil Dekan I, Dr. M. Shabir U., M.Ag, Wakil Dekan II, Dr. M. Rusdi, M.Ag., dan Wakil Dekan III, Dr. H.

Ilyas, M.Pd., M.Si, yang telah membina penulis selama kuliah.

3. Dr. H. Syamsuri, S.S., M.A., dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Alauddin Makassar yang telah memberikan petunjuk dan arahannya selama penyelesaian kuliah.

4. Dr. Awaliyah Musgamy, M.Ag. dan Dr. Muhammad Rusmin B., M.Pd.I., selaku pembimbing I dan II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan megarahkan peneliti mulai dari bagian awal hingga selesainya skripsi ini.

5. Dr. H. Syamsul Qamar M.Th.I., dan Dr. Nuryamin M.Ag., selaku penguji I dan II yang telah bersedia dan bersabar meluangkan waktunya dalam mengarahkan penulis hingga selesainya skripsi ini.

(6)

vi

6. Segenap dosen, karyawan, dan karyawati Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar yang penuh ketulusan hati dan keikhlasan mengabdikan diri tanpa mengenal lelah.

7. Seluruh keluarga A. Yusuf Pada dan Madeali yang telah memberikan semangat yang tidak terhingga dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sepupuku tercinta A. Nisa Salsabila beserta sahabatnya Nur Rokhmah, Anisa Mutmainnah dan semua keluarga tercinta yang telah membantu secara fisik maupun materi.

9. Sahabat-sahabat tercinta dan seperjuangan tercinta yang menjadi teman dalam segala hal baik menemani dari awal hingga akhir penyusunan skripsi yang menjadi teman curhat, teman makan, tertawa dan menangis bersama Nurul Afiqah, St. Nurchairah, Nur Zakhia Tahir, Ayu Reski Sulfiana, Fadilah Putri Qanaah yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan selama peneliti selama menempuh pendidikan.

10. Teman-temanku Nurfadhila dan Muh. Nur Ikhsan, Rekan-rekan mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2019 terkhusus kepada kelas PAI C atas dukungan, semangat, partisipasi, dan kerja samanya selama menempuh proses studi.

11. Senior-senior terutama Qurrota A’yun Anwar, Selfa Alfia, Sona Fitri Purnama dan kawan-kawan.

12. Ibu Rifha Jannati dan Suami yang senantiasa memberikan dukungan dan support nya

13. Teman- teman PLP Nasional yang senantiasa memberikan support dan motivasi- motivasi.

(7)

vii

14. Kepala madrasah, pendidik dan tenaga kependidikan, serta peserta didik kelas MTs Cina Kecamatan cina yang telah memberi izin mengadakan penelitian dan membantu dalam proses pengumpulan data.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, peneliti berharap akan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini. Sekali lagi peneliti mengucapkan terima kasih sebanyak- banyaknya untuk semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk semua orang. Aamiin

Gowa, 5 Februari 2023 Penyusun,

Nurul Fadillah Magfirah NIM: 20100119095

(8)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

ABSTRAK ... xii

BAB I ... 1-14 A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Hipotesis Penelitian ... 6

D. Defenisi Operasional Penelitian ... 7

E. Kajian Pustaka ... 9

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 13

BAB II TINJAUAN TEORETIS ... 15-31 A. Kewibawaan Guru Akidah Akhlak ... 15

B. Pengertian Guru ... 24

C. Sikap Disiplin Peserta Didik ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 32-51 A. Jenis dan Lokasi Penelitian ... 32

B. Pendekatan Penelitian ... 33

C. Variabel dan Desain Penelitian ... 33

D. Populasi dan Sampel ... 35

E. Metode Pengumpulan Data ... 36

F. Instrumen Penelitian ... 37

G. Prosedur penelitian ... 42

H. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 42

I. Teknik pengolahan dan Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52-82 A. Deskripsi dan Hasil Penelitian ... 52

B. Pembahasan ... 78

BAB V PENUTUP ... 83-85 A. Kesimpulan ... 83

B. Implikasi ... 84 DAFTAR PUSTAKA ... 86-89

(9)

ix LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

(10)

x

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

1.1 Tabel Indikator Variabel ... 8

3.1 Tabel Populasi Penelitian MTs Cina ... 35

3.2 Tabel Penskoran Instrumen Penelitian ... 39

3.3 Tabel Kisi-kisi Penilaian Angket Kewibawaan Guru Akidah Akhlak ... 40

4.1 Tabel Daftar Nama Guru dan Pegawai MTs Cina ... 56

4.2 Tabel Nama Peserta Didik MTs Cina ... 59

4.3 Tabel Rekapitulasi Hasil Angket Kewibawaan Guru Akidah akhlak ... 62

4.4 Tabel Distribusi Frekuensi Skor Responden ... 65

4.5 Tabel Menghitung Nilai Mean ... 65

4.6 Tabel Menghitung Standar Deviasi dan Variansi ... 66

4.7 Tabel Analisis Data Deskriptif Kewibawaan Guru Akidah Akhlak ... 67

4.8 Tabel Kategorisasi Kewibawaan Guru Akidah Akhlak MTs Cina ... 67

4.9 Tabel Rekapitulasi Hasil Angket Sikap Disiplin Peserta Didik MTs Cina .... 68

4.10 Tabel Daftar Distribusi Frekuensi Sikap Disiplin Peserta Didik ... 71

4.11 Tabel Menghitung Mean ... 72

4.12 Tabel Menghitung Deviasi dan variansi ... 72

4.13 Tabel Analisis data Deskriptif Sikap Disiplin Peserta Didik ... 73

4.14 Tabel Kategorisasi Sikap Disiplin Peserta Didik ... 74

4.15 Tabel Uji Normalitas ... 75

4.16 Tabel Uji Linearitas... 76

4.17 Tabel Uji Regresi Linear Sederhana ... 76

4.18 Tabel Uji Signifikansi Persamaan Regresi (X-Y) ... 77

4.19 Tabel Model Summary (X-Y) ... 77

(11)

xi

ABSTRAK Nama : Nurul Fadillah Magfirah NIM : 20100119095

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Tarbiyah dan Keguruan

Judul : Pengaruh Kewibawaan Guru Akidah Akhlak terhadap Sikap Disiplin Peserta Didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone

Pokok permasalahan yang dibahas pada skripsi ini yakni Pengaruh Kewibawaan Guru Akidah Akhlak Tehadap Sikap Disiplin Peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone” kemudian dibreak down ke sub masalah 1) Mendeskripsikan kewibawaan guru akidah akhlak di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone; 2) Mendeskripsikan sikap disiplin peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone; 3) Menganalisis pengaruh kewibawaan guru akidah akhlak terhadap sikap disiplin peserta didik di Mts Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif expost facto dengan desain penelitian regresi linier sederhana. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone. Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik MTs Cina yang berjumlah 169 siswa. Sedangkan sampel dalam penelitian ini sebanyak 68 orang dengan menggunakan teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Instrumen penelitian yang digunakan untuk memperoleh data adalah skala kewibawaan guru akidah akhlak terhadap sikap disiplin peserta didik, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis regresi.

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh hasil penelitian kewibawaan guru akidah akhlak berada pada kategori sedang, yaitu 69,11%, sedangkan kedisiplinan peserta didik kelas berada pada kategori sedang, yaitu 75%. Dari hasil perhitungan diperoleh (thitung) = 2,267 sementara (ttabel) = 1,667 untuk taraf signifikansi 0,05%. Karena thitung lebih besar dari ttabel maka dapat disimpulkan H0 ditolak dan h1 diterima. Artinya ada pengaruh Kewibawaan guru akidah akhlak terhadap sikap disiplin peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan maka dikemukakan adapun imlikasinya bagi peserta didik, untuk lebih meningkatkan sikap disiplin peserta didik. Bagi pendidik, agar dapat mengarahkan peserta didik ke hal yang lebih positif dalam menanamkan sikap kedisiplinan peserta didik. Bagi madrasah, agar bisa menjadi bahan masukan serta untuk meningkatkan mutu pendidik sebagai tenaga pendidikan dalam memberikan pengajaran sesuai dengan perkembangan yang ada.

Bagi peneliti yang akan datang, bisa dijadikan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian terhadap kewibawaan guru akidah akhlak terhadap sikap disiplin peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu usaha membina dan mengembangkan kepribadian manusia baik dari segi rohani atau segi jasmani. Pendidikan adalah usaha yang secara sengaja dari orang tua yang dapat menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya.1

Pendidikan sejatinya adalah kepentingan setiap manusia. Pendidikan merupakan salah satu dari berbagai faktor penentu masa depan, karena pendidikan berfungsi untuk mempersiapkan generasi penerus yaitu peserta didik untuk melengkapi kebutuhan manusia. Hal ini sejalan dengan apa yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003:

Pendidikan nasional mempunyai fungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.2

Pendidikan merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan umat manusia. Pendidikan adalah usaha sadar seseorang bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

1Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h. 11.

2Sekretaris Ditjen Pendidikan Islam, UU dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan (Cet. I; Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2016), h. 5.

(13)

bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3

Pendidikan merupakan hal terpenting bagi setiap individu karena dengan adanya pendidikan maka tercipta individu yang berkualitas, berintelektual dan bebas dari kebodohan. Pendidikan yang baik akan mempermudah memahami antara benar dan salah, sehingga menyadarkan dampak yang akan dihadapi dalam hidup.

Dalam Islam, seseorang yang berilmu bahkan akan ditinggikan derajatnya oleh Allah swt Sebagaimana firman-Nya dalam QS al-Mujadalah/58: 11.

اَهُّيَآٰ ي ٍَْيِرَّنا ا ْٰٓىَُُي ا اَذِا َمْيِق ْىُكَن ا ْىُحَّسَفَت ِه جًَْناىِف

ِس ا ْىُحَسْفاَف ِحَسْفَي ُٰاللّ

ْىُكَن اَذِا َو َمْيِق ا ْو ُصُشَْا ا ْو ُصُشَْاَف ِعَف ْسَي ُٰاللّ

ٍَْيِرَّنا

ا ْىَُُي ا ْىُكُِْي ٍَْيِرَّنا َو اىُت ْوُا َىْهِعْنا ت ج َزَد ُٰاللّ َو اًَِب ٌَ ْىُهًَْعَت سْيِبَخ Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.4

Pendidikan dalam arti luas yakni proses pengembangan aspek kepribadian manusia yang meliputi pengetahuan, nilai dan sikap, dan keterampilan.5 Sebagai individu dapat mengembangkan sikap dan bentuk perilaku lain dalam masyarakat tempat mereka tinggal, proses sosialisasi seseorang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang dipilih dan dikendalikan, sehingga mereka dapat memahami perkembangan dan kemampuan sosial mereka sendiri secara maksimal.

3Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), h. 7.

4 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010), h.

543.

5Uyoh Sadulloh, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2017), h. 57.

(14)

3

Tujuannya agar manusia mampu memelihara, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi yang dimilikinya. Salah satu komponen terpenting dari pendidikan adalah guru. Keberhasilan transfer ilmu dan peningkatan kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh guru, oleh karena itu perhatian pada guru harus diperhatikan dalam rangka meningkatkan hasil pendidikan. Guru sebagai pribadi, pendidik, pengajar dan pembimbing dituntut agar memiliki kematangan atau kedewasaan secara pribadi serta kesehatan jasmani dan juga rohani.6

Menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen, yang dimaksud dengan guru adalah:

Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.7

Guru berperan dalam membantu perkembangan perserta didik untuk mencapai tujuan hidupnya secara optimal namun tak hanya guru, peserta didik juga harus berusaha agar dapat meningkatkan kemampuan yang dimilikinya.

Kemampuan dan potensi yang dimiliki anak tidak akan berkembang secara optimal tanpa adanya bantuan dari guru yang ditunjang oleh usaha peserta didik, olehnya itu sebagai seorang pendidik guru harus mampu memengaruhi peserta didiknya, guru harus berpandangan luas serta harus memiliki kriteria tertentu. Salah satu keriteria untuk menjadi guru adalah memiliki kewibawaan. Guru yang memiliki wibawa dapat diartikan bahwa pada pribadinya ada kesungguhan, keuletan, kekuatan serta suatu yang dapat memberikan kesan dan pengaruh.

6Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 2.

7UU RI No. 14, Undang-Undang Guru dan Dosen (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 3.

(15)

Dengan adanya kewibawaan segala bentuk bimbingan yang diberikan oleh guru secara otomatis akan diikuti oleh peserta didik. Sebaliknya jika kewibawaan itu tidak dimunculkan, maka proses bimbingan dan didikan tidak mungkin ditiru oleh peserta didik. Sehingga jika tanpa kewibawaan, guru akan kehilangan predikatnya sebagai pendidik yang harus ditiru.

Guru merupakan seseorang yang bisa digugu dan ditiru. Digugu artinya segala sesuatu yang disampaikan senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua peserta didiknya. Guru merupakan suri teladan bagi peserta didik baik cara berpikir dan cara berbicara maupun tingkah lakunya yang baik.8

Peserta didik yang mampu bersikap sebagai manusia yang bertakwa dan beriman kepada Tuhan yang Maha Esa serta memiliki disiplin tinggi dikatakan berhasil dalam mengembangkan pembelajaran sikap dan karakter. Bertakwa dan beriman kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan hal yang harus dilakukan, dengan mengikuti segala perintah Allah maka dikatakan bahwa peserta didik dapat memunculkan sikap disiplin dalam diri sendiri.

Kedisiplinan juga berperan dalam menyukseskan proses pendidikan. Upaya yang dilakukan agar sikap disiplin itu dapat tercermin pada diri adalah dorongan dari situasi serta lingkungan yang mendukung. Jika berada dalam lingkungan dimana tingkat kedisiplinannya tinggi, maka secara tidak langsung dengan adanya kebiasaan maka seseorang akan menjadi manusia yang memiliki sikap disiplin.

Kemudian dalam mewujudkan kedisiplinan harus adanya suatu sanksi atas pelanggaran tata tertib madrasah, serta sebagai peserta didik hendaknya sadar dan

8Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa (Jakarta: Grasindo, 2004), h.

127.

(16)

5

taat pada aturan agar kedisiplinan itu dapat terealisasikan. Dalam firman Allah QS an-Nisa/4: 59.

اَهُّيَآٰ ي ٍَْيِرَّنا ا ْٰٓىَُُي ا اىُعْيِطَا َٰاللّ

اىُعْيِطَا َو َل ْىُس َّسنا

ىِنوُا َو ِسْيَ ْلْا ْىُكُِْي ٌِْاَف ْىُتْع َشاََُت ْيِف ءْيَش ُِ ْوُّد ُسَف ىَنِا ِٰاللّ

ِل ْىُس َّسنا َو

ٌِْا ْىُتُُْك ٌَ ْىُُِي ْؤُت ِٰللّاِب ِو ْىَيْنا َو ِس ِخ ْلْا َكِن ذ سْيَخ ٍَُسْحَا َّو ًلْيِوْأَت

ࣖ Terjemahnya:

Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nabi Muhammad) serta ulil amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al- Qur’an) dan Rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Yang demikian itu lebih baik (bagimu) dan lebih baik akibatnya.9

Al-Qur’an surah an-Nisa ini menjelaskan, bahwa orang beriman itu harus taat kepada Allah dan Rasul-Nya, begitu pula kepada pemimpin atau pemerintah.

Jika ketaatan itu dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari maka dikatakan bahwa hal tersebut termasuk ke dalam sikap disiplin. Ayat ini mengajarkan bagaimana seseorang mematuhi pemerintah atau pemimpin terhadap segala aturan serta norma- norma yang ada. Terkhusus pada aturan atau tata tertib yang ada di sekolah, peraturan dibuat untuk ditaati tidak untuk dilanggar. Adanya suatu aturan, maka akan menciptakan suasana yang aman, kondusif dan terkendali, selain itu adanya rasa sadar untuk patuh kepada aturan akan memunculkan sikap disiplin dalam setiap perbuatan, kedisiplinan mempermudah seseorang untuk mencapai kesuksesan dan tujuan yang hendak dicapai.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan penulis di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone pada tanggal 2 Februari 2022, diketahui bahwa kewibawaan guru Akidah Akhlak tergolong cukup baik. Dilihat dari cara pembawaan materi ajarnya yang penuh dengan keseriusan, ketegasan, serta kasih

9 Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010), h. 87.

(17)

sayang dan kelembutan tidak luput dari itu di sela-sela pembelajaran guru memberikan motivasi-motivasi kepada peserta didik sehingga suasana kelas tidak begitu membosankan. Namun kedisiplinan peserta didik perlu ditingkatkan karena saat pembelajaran masih terdapat peserta didik yang terlambat masuk, tidak mengerjakan tugas, serta tidak disiplin dalam menaati tata tertib sekolah.

Terkadang guru telah berada di dalam kelas namun masih ada peserta didik yang berada di luar kelas, sehingga hal tersebut dapat menghambat jalannya pembelajaran. Berdasarkan kondisi dan situasi tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul pengaruh kewibawaan guru akidah akhlak terhadap sikap disiplin peserta didik di MTs Cina Kabupaten Bone.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kewibawaan guru Akidah Akhlak di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone?

2. Bagaimana sikap disiplin peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone?

3. Apakah terdapat pengaruh kewibawaan guru terhadap sikap disiplin peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone?

C. Hipotesis

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu hipo (hypo) yang berarti kurang dari dan tesis (thesis) berarti pendapat.10 Perlu diketahui bahwa hipotesis berasal dari

10S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 8.

(18)

7

bahasa Yunani yang terdiri dari dua suku kata yaitu "hypo" (sementara) dan

"thesis" (pernyataan atau teori). Karena hipotesis merupakan pernyataan sementara yang masih lemah kebenarannya, maka perlu dilakukan pengujian kebenaran. Kemudian para ahli memaknai hipotesis yang merupakan asumsi adanya hubungan antara dua variabel atau lebih. Berdasarkan definisi di atas, dapat diartikan bahwa hipotesis merupakan jawaban atau asumsi sementara yang harus diuji kebenarannya.11 Suharsimi Arikunto berpendapat bahwa hipotesis merupakan kesimpulan yang belum final, masih harus dibuktikan atau hipotesis tersebut merupakan jawaban sementara.12 Jadi perlu diketahui bahwa hipotesis yaitu dugaan sementara yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi suatu jawaban yang benar adanya.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti mengemukakan hipotesis dalam penelitian ini yaitu: terdapat Pengaruh Kewibawaaan Guru Akidah Akhlak terhadap Sikap Disiplin Peserta Didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

D. Definisi Operasional Variabel

Adanya defenisi operasional variabel bertujuan untuk menghindari terjadinya kekeliruan penafsiran terhadap variabel-variabel dalam judul pengaruh kewibawaan guru akidah akhlak terhadap kedisiplinan peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

11Soffan Siregar, Metode Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Pernadamedia Group, 2015), h. 38.

12Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2017), h. 15.

(19)

1. Kewibawaan Guru

Kewibawaan merupakan suatu pembawaan sikap yang dapat memengaruhi tindakan atau perilaku orang-orang sekitar untuk bertindak sesuai dengan arahan.

Kewibawaan adalah suatu pengaruh yang diakui kebenaran dan kebesarannya, bukan suatu yang memaksa, kewibawaan harus berbanding dengan ketidak berdayaan peserta didik, maka kewibawaan tersebut sukar ditegakkan.Kewibawaan guru adalah independent variable (variabel bebas). Variabel ini biasanya dilambangkan dengan X.

2. Kedisiplinan peserta didik

Kedisiplinan berasal dari kata disiplin, disiplin yaitu suatu perilaku yang sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan sebelumnya. Kata disiplin sangat identik dengan tata tertib yang ada di sekolah, tata tertib dibuat untuk ditaati agar tercipta suasana sekolah yang aman dan kondusif. Kedisiplinan peserta didik pada penelitian ini sebagai dependent variable (variabel terikat). Variabel terikat biasanya disimbolkan dengan Y.

Tabel 1.1 Indikator Variabel

No Variabel Indikator

1. Kewibawaan Guru 1. Pengakuan

2. Kasih sayang dan kelembutan 3. Penguatan

4. Pengarahan 5. Tindakan tegas 6. Keteladanan 2. Kedisiplinan Peserta Didik 1. Disiplin waktu

2. Disiplin perbuatan

(20)

9

E. Kajian Pustaka

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan Pada bagian ini, peneliti akan mendeskripsikan beberapa hasil penelitian sebelumnya terkait dengan penelitian yang akan dilakukan. Berikut beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya:

1. Siti Komariah, tahun 2017 dengan judul penelitian “Pengaruh Kewibawaan Guru terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Ma’Arif NU 5 Sekampung”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kewibawaan guru memiliki pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas VIII MTs Ma’arif NU 5 Sekampung. Dilihat dari hasil perhitungan analisis dan Chi Kuadrat. Berdasarkan pengelolaan data yang diperoleh guru bahwa yang memiliki kewibawaan rata-rata hasil belajar peserta didiknya meningkat dengan pesat. Adanya sikap wibawa peserta didik cenderung mudah untuk mersapi pelajaran yang dibawakan oleh guru.

Karenanya bahwa kewibawaan guru sangat berperan dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.13Penjelasan di atas menunjukkan bahwa penelitian sebelumnya belum membahas terkait kedisiplinan peserta didik. Selain itu perbedaanya juga terletak pada waktu, dan tempat pelaksanaan penelitian.

Adapun persamaannya yaitu jenis penelitian yang digunakan itu jenis ex post facto. Artinya penelitian berdasarkan fakta.

2. Qoriyati, tahun 2020 dengan judul “Hubungan antara Kewibawaan Guru PAI dengan Kedisiplinan Belajar Siswa SMK Muhammadiyah 01 Keling Jepara”.

Dari analisis deskriptif, korelasi pearson product moment serta uji t.

13Siti Komariah, Pengaruh Kewibawaan Guru terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas VIII MTs Ma’Arif NU 5 Sekampung”, Skripsi (Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Metro, 2017), h. V.

(21)

Menjelaskan bahwa kewibawaan guru PAI yang pada pelajaran Akidah Akhlak berada di kategori tinggi pada interval 61-80. Maka terdapat hubungan signifikan antara kewibawaan guru PAI dengan kedisiplinan peserta didik.14 Persamaan antara penelitian yang nantinya akan dilakukan oleh peneliti yaitu variabel bebas dan terikatnya sama, kemudian instrument penelitiannya menggunakan angket dan pendekatan yang dilakukan yakni pendekatan kuantitatif. Sebagaimana diketahui bahwa pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang bertujuan untuk menguji teori. Dan jenis penelitiannya yaitu ex post facto. Sedangkan perbedaanya terletak pada populasi, objek penelitian serta lokasi penelitian.

3. Irwan Saputra, tahun 2018 dengan judul skripsi "Pengaruh Kewibawaan Guru Terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara”. Dari penelitian itu menunjukkan bahwa nilai perhitungan statistik deskriptif tentang kewibawaan guru terhadap minat belajar peserta didik kelas V di MI Al-Falah Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara rata-rata berada di kategori sedang dengan presentase 60,00%. Hasil perhitungan statistic deskriptif terkait minat Belajar peserta didik berada pada taraf kategori sedang dengan presentase 40,00. Dari hasil analisis statistik inferensial dengan menggunakan regresi linear sederhana maka diperoleh ttabel= 2,04 dan thitung lebih besar dari ttabel atau 19,37

> 2,04. Berdasarkan teknik analisis data diperoleh thitung lebih besar dari ttabel dan dapat diketahui ada pengaruh yang signifikan antara kewibawaan guru

14 Qoriyati, “Hubungan antara Kewibawaan Guru PAI dengan Kedisiplinan Belajar Siswa SMK Muahammadiyyah 01 Keling Jepara”, Skripsi (Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negari Kudus, 2020), h. V.

(22)

11

terhadap minat belajar peserta didik kelas V di MI Al-Falah Kecamatan Bone- Bone Kabupaten Luwu Utara. 15 Persamaan antara penelitian sebelumnya dan penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis penelitian kuantitatif yang bersifat ex post facto, dan variabel bebasnya biasa disimbolkan dengan X yakni kewibawaan guru. adapun perbedaannya terletak pada variabel Y atau variabel terikat pada penelitian sebelumnya membahas terkait minat belajar peserta didik sedangkan penelitian yang akan diteliti oleh peneliti yakni terkiat kedisiplinan peserta didik. Selain dari variabel Y perbedaanya juga terletak pada lokasi penelitian.

4. Rini Rahayu, tahun 2018 dengan judul skripsi "Korelasi antara Kewibawaan dan Keteladanan Guru Akidah Akhlak siswa di MTsN Sewulan". Tujuan penelitian tersebut adalah untuk mengetahui korelasi antara kewibawaan guru Aqidah Akhlak dengan Akhlak peserta didik kelas VIII di MTsN Sewulan tahun ajaran 2017/ 2018, untuk mengetahui korelasi antara keteladanan guru Akidah Akhlak dengan akhlak peserta didik kelas VIII di MTsN, serta bertujuan mengetahui korelasi antara kewibawaan guru dan keteladanan guru aqidah akhlaq dengan akhlak peserta didik kelas VIII di MTsN Sewulan tahun ajaran 2017/ 2018. Sampel yang diambil yakni sampel secara acak sebanyak 72 peserta didik di MTsN Sewulan. Dari hasil penelitian ini kewibawaan guru sangat berhubungan signifikan dengan akhlak peserta didik. Keteladanan guru berhungan signifikan dengan sebesar 63,00% sedangakan sisanya 37,00%.

Sedangkan kewibawaan guru dan keteladanan guru berhubungan secara

15Irwan Saputra, “Pengaruh Kewibawaan Guru terhadap Minat Belajar Siswa Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Al-Falah Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara”, Skripsi (Makassar:

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar, 2017), h. 52.

(23)

signifikan sebesar 63,9% akhlak peserta didik dan sisanya 35,1% variabel lain yang tidak masuk dalam model yang diteliti. Dengan demikian artinya Ha diterima dan Ho ditolak, dikatakan signifikan.16Penjelasan di atas menunjukkan bahwa penelitian sebelumnya belum membahas terkait pengaruh kewibawaan terhadap sikap disiplin peserta didik. Selain perbedaan juga terletak pada waktu dan lokasi penelitian otomatis sampel dan populasi yang digunakan juga berbeda. Sedangkan persamaannya terletak pada variabel X yang membahas terkait kewibawaan guru. selain itu jenis penelitiannya sama- sama menggunakan penelitian kuantitatif yang berbentuk ex post facto.

5. Sariyani, tahun 2014 dengan judul “Pengaruh Kepribadian dan Kewibawaan Guru terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Pada SMP Negeri 5 Tamuku Kecamatan Bone-Bone” dalam skripsi ini membahas terkait kepribadian dan kewibawaan guru di SMP Negeri 5 Tamuku Kecamatan Bone-Bone. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan psikologi. Sedangkan pengumpulan datanya yaitu dengan angket dan juga wawancara. Pada hasil penelitian diketahui bahwa kepribadian dan kewibawaan guru dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik sangat tinggi kemudian setelah ditinjau ternyataterdapat pengaruh antara kepribadian dan kewibawaan guru terhadap prestasi belajar peserta didik.17Persamaan antara penelitian yang dahulu yakni pengumpulan datanya sama-sama menggunakan angket dan juga wawancara. Selain itu jenis penelitian yang

16Rini Rahayu, “Korelasi antara Kewibawaan dan Keteladanan Guru Akidah akhlak Siswa di MTsN Sewulan”, Skripsi (Ponorogo: Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018), h. 2.

17Sariyani, “Pengaruh Kepribadian dan Kewibawaan Guru terhadap Prestasi Pelajar Peserta Didik pada SMP Negeri 5 Tamuku Kecamatan Bone-Bone”,skripsi (Palopo: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri palopo, 2014), h. x.

(24)

13

digunakan yakni penelitian kuantitatif dengan pendekatan psikologi. Adapun perbedaan nya yakni terletak pada lokasi penelitian dan variabel Y nya pada penelitian dahulu membahas tentang prestasi belajar peserta didik sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan yakni terkait kedisiplinan peserta didik.

F. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini yaitu:

a. Untuk mendeskripsikan kewibawaan guru Akidah Akhlak di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

b. Untuk mendeskripsikan sikap disiplin peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

c. Untuk menganalisis Pengaruh kewibawaan guru terhadap sikap disiplin peserta didik di MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone.

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini sebagai berikut:

a. Kegunaan Ilmiah

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dan menambah wawasan baru tentang pengaruh kewibawaan guru terhadap kedisiplinan peserta didik.

b. Kegunaan Praktis

1) Bagi peneliti, untuk mengetahui pengaruh kewibawaan guru Akidah Akhlak terhadap kedisiplinan peserta didik.

(25)

2) Bagi sekolah, sebagai bahan pertimbangan kedepan bagi kemajuan MTs Cina Kecamatan Cina Kabupaten Bone untuk meningkatkankan kewibawaan guru dan kedisiplinan peserta didik.

3) Bagi peserta didik mendapatkan stimulus yang baik dalam berperilaku.

(26)

15 BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Kewibawaan

1. Pengertian Kewibawaan

Kewibawaan terdiri dari imbuhan ke-an dengan kata dasar wibawa. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa wibawa adalah pembawaan agar mampu menguasai dan memengaruhi orang lain melalui sikap maupun perilaku yang mengarah kepada kepemimpinan serta daya tarik.1 Kewibawaan dalam proses pendidikan termasuk syarat bagi pendidik selain itu digunakan untuk membawa anak didik pada kedewasaan.2

2. Kewibawaan Guru

Guru merupakan seseorang yang memegang peranan penting yang strategis dalam membentuk watak peserta didik.3 Begitu pula dalam proses pembelajaran guru memegang peran yang sangat penting, guru harus mampu mengarahkan peserta didik kepada tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian harus mampu memengaruhi peserta didik dan berpandangan luas sehingga itulah dibutuhkan suatu kriteria oleh seorang guru salah satunya yakni memiliki kewibawaan.4

Guru yang berwibawa akan lebih cepat menghantarkan peserta didiknya mengetahui, memahami, dan menerapkan materi-materi pelajaran pada peserta didik

1Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Media Pustaka Phoenix, 2008), h. 971.

2Muhammad Yaumi, Pendidikan Karakter Landasan Pilar dan Implementasi (Cet. III;

Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h. 119.

3Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Cet. II; Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 18.

4Cece Wijaya, Upaya Pembaharuan dalam Pendidikan dan Pengajaran (Cet. IV; Bandung:

Remaja Rosdakarya, 1992), h. 23.

(27)

selain itu peserta didik mau mendengar pelajaran dengan baik dan mau mengikuti saran atau perintah.

Guru harus memiliki kepribadian yang baik salah satunya berwibawa. Hal itu karena guru merupakan teladan bagi peserta didiknya dengan demikian guru harus berhati-hati agar senantiasa terpelihara dari perbuatan yang tidak baik.

Semua guru harus berperilaku baik pada peserta didiknya sama halnya yang dikemukakan oleh F. Hassett yang dikutip pada buku Muhammad Rahman bahwa ketika berbicara mengenai kualitas mengajar guru berfokus pada masalah teknik konten dan prestasi. Olehnya itu guru yang baik adalah:

a. Memiliki kesadaran dan tujuan b. Mentolerir ambiguitas

c. Melanjutkan kemauan beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan peserta didik d. Merasa tidak nyaman jika kurang dalam pemahaman

e. Mencerminkan komitmen pekerja keras serta berakhlak baik f. Belajar dari berbagai modal

g. Memiliki harapan dan keberhasilan5 3. Jenis- Jenis Wibawa

Patut diketahui bahwa kewibawaan itu ada dua yakni:

a. Kewibawaan alamiah

Kewibawaan alamiah biasanya berkaitan erat dengan keturunan misalnya kewibawaan ayah pada anak-anaknya sehingga merasa sungkan. Walaupun secara tidak langsung tidak memiliki suatu jabatan sebagai abdi negara. Kewibawaan alamiah itu sudah menjadi hukum alam karena ayahlah yang menjadi kepala keluarga dan pemimpin dalam keluarga olehnya itu dihormati dan ditiru oleh anak- anaknya.

5Muhammad Rahman, Kode Etik Profesi Guru (Jakarta: Prestasi Pusta Karya, 2014), h. 183.

(28)

17

b. Wibawa non alamiah

Wibawa non alamiah yakni, wibawa yang diperoleh karena adanya suatu pengakuan atau jabatan yang berasal dari eksternal. Contohnya jabatan sebagai kepala sekolah, kepala desa dan sebagainya.6

Jadi dapat diketahui bahwa kewibawaan guru itu termasuk dalam wibawa non alamiah dan alamiah. Guru dikatakan memiliki wibawa alamiah karena guru itu dijadikan sabagai orangtua dari peserta didiknya, sedangkan guru dikatakan memiliki wibawa non alamiah dikarenakan jabatan yang diperolehnya menjadikannya memiliki suatu pengaruh yang mampu mendorong orang lain untuk bertindak sesuai dengan harapan yang diinginkan. Kewibawaan guru yang bersifat non alamiah itu terbagi menjadi dua bagian yakni kewibawaan karena pendidikan, berkenaan dengan jabatan sebagai pendidik maka guru menerima kewibawaannya sebagai seorang patut untuk digugu dan ditiru. Selanjutnya yaitu kewibawaan memerintah, itu dikarenakan guru diberikan kekuasaan oleh pemerintah ataupun instansi.

4. Aspek-aspek kewibawaan guru a. Kepribadian yang mulia

Sekarang ini banyak orang yang berpengetahuan tinggi, namun tidak semua memiliki kepribadian akhlak yang baik. Ahmad Tafsir menjelaskan terkait sifat yang hendak dimiliki oleh guru yang baik yakni bersih tubuhnya, zuhud, baik jiwanya serta tidak riya dan tidak mendedam, tidak mudah bermusuhan, ikhlas, bijaksana, rendah hati, pemaaf, serta mampu memberikan kasih sayang pada peserta didik layaknya anak sendiri. Guru sabagai pendidik yang menjadi model bagi

6Thoifuri, Menjadi Guru Inisiator (Semarang: Rasail Media Group, 2013), h. 145.

(29)

peserta didik hendaklah mengikuti keteladanan Rasulullah dalam menyampaikan ilmu. Sebagaimana dijelaskan dalam QS al- Ahzab/33: 21.

ْدَقَن ٌَاَك ْىُكَن ْيِف ِل ْىُس َز ِٰاللّ

ة َىْسُا تََُسَح ًٍَِّْن ٌَاَك اىُج ْسَي َٰاللّ

َو ْىَيْنا َو َس ِخ ْلْا َسَكَذ َو َٰاللّ

ا ًسْيِثَك Terjemahnya:

Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat serta yang banyak mengingat Allah.7

b. Ilmu pengetahuan

Pengetahuan yang luas adalah syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai bekal untuk peserta didiknya. Karena dengan ilmu atau pengetahuan merupakan salah satu bagian dari kewibawaan dimana mereka akan dianggap berwibawa oleh peserta didik jika memiliki ilmu pengetahuan yang luas.8

Seorang guru senantiasa belajar dan juga mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki kepada peserta didik. seorang guru yang cerdas ia akan senantiasa menemukan ide-ide baru untuk menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya setiap materi dengan persoalan yang ada dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kewibawaannya sebagai seorang guru dapat terpancar dan terjaga.

c. Disiplin

Seorang guru haruslah memiliki perilaku disiplin dilihat dari segi administrasi ataupun dilihat dari kedisiplinan waktu. Guru hendaklah memperlihatkan contoh- contoh yang baik, agar orang lain meniru kebaikan- kebaikan tersebut jika guru menunjukkan perilaku disiplin maka orang-orang sekitar

7 Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: Diponegoro, 2010), h. 420

8Usman Sutisna, “Pengaruh Kewibawaan Guru PAI terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Al-Kautsar” Jurnal Ilmiah Kependidikan Vol. 3, no. 2 (2016), h. 127.

(30)

19

juga akan meniru kedisiplinannya. Namun jika guru itu jika ia tidak bersikap disiplin maka secara tidak langsung kewibawaannya akan hilang.

d. Penampilan

Seorang guru harus memiliki penampilan yang menarik dan memiliki wibawa, meskipun penampilan bukan termasuk faktor utama, namun dengan adanya penampilan menarik mampu menunjang kewibawaan guru.

Seorang guru harus memiliki wibawa dalam berpenampilan, itu dikarenakan perkembangan setiap zamannya. Jika dilihat dari segi penampilan seseorang lebih disegani jika berpenampilan yang baik dan rapih itu karena berpakaian yang rapih akan memancarkan wibawa. Secara tidak langsung hal itu juga akan ditiru oleh peserta didik dan orang di lingkungannya. Karena pada dasarnya peserta didik akan menjadikan guru sebagai role models.

e. Kesehatan

Kesehatan seorang guru juga dapat memengaruhi wibawa saat proses pembelajaran karena dengan kondisi yang tidak sehat maka akan memengaruhi kualitas mengajar guru.

5. Indikator Kewibawaan

Menurut Hasbullah pada proses pendidikan, kewibawaan termasuk syarat yang harus ada pada pendidik dan berfungsi untuk mendewasakan peserta didik.9 Ada beberapa indikator kewibawaan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran:

a. Pengakuan, adalah penerimaan dan perlakuan yang merupakan dasar dari sikap.

9Hasbullah, Dasar-Dasar Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), h. 118.

(31)

Guru yang memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi dalam pembelajaran, didasarkan pada kenyamanan dan kualitas dari pribadi guru terhadap peserta didik.

b. Kasih sayang dan kelembutan, kasih sayang dan kelembutan merupakan sikap perilaku dan komunikasi guru dan peserta didik yang berlandaskan atas hubungan emosional yang dekat.

c. Penguatan, yakni usaha guru untuk meningkatkan meneguhkan tingkah laku positif dalam bentuk pemberian penghargaan.

d. Pengarahan, adalah upaya guru dalam mengembangkan serta mendidik kemana peserta didik kedepannya mampu mengembangkan kemampuan ke arah yang baik.

e. Tindakan tegas, yaitu upaya guru dalam mengubah perilaku peserta didik yang kurang dikehendaki dengan cara memberikan rasa sadar pada peserta didik atas kekeliruan.

f. Keteladanan, yaitu suatu penampilan positif dan normatif guru serta suatu perilaku atau sikap yang dapat ditiru oleh peserta didik.10

6. Faktor yang Memengaruhi Munculnya Kewibawaan

Pada dasarnya kewibawaan itu terdiri dari dua faktor yakni faktor internal dan eksternal :

a. Faktor internal (dari dalam) yang termasuk faktor internal yakni semua yang berasal dari diri, kepribadian dan batin seseorang, misalnya sabar, tenang, tidak mudah emosi, santun dan berakhlak baik.

10Prayitno, Dasar Teori dan Praksis Pendidikan (Jakarta: Gramedia Widia sarana Indonesia, 2009), h. 51.

(32)

21

b. Faktor eksternal (dari luar) yang dimaksud faktor eksternal adalah semua yang berasal dari pengaruh luar tidak berasal dari diri. Misalnya lingkungan baik itu lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Agar kewibawaan seseorang tidak goyah maka hendaklah seorang guru selalu bersikap:

1) Memberi alasan, guru harus siap dalam memberi alasan jika memberikan aturan baik itu melarang ataupun memerintah peserta didiknya.

2) Bersikap demi kamu, seorang guru harus bersikap mengedapankan peserta didik, dalam artian menunjukkan sikap perhatian kepada peserta didiknya.

3) Sabar, seorang guru yang harus memiliki rasa sabar karena tidak semua murid memiliki kemampuan kecerdasan yang sama dalam mengolah pelajaran yang diberikan oleh guru, terkadang ada peserta didik yang dapat mengerti jika pelajarannya dijelaskan beberapa kali namun ada juga peserta didik yang hanya perlu satu kali penjelasan ia akan paham akan materi ajar yang diberikan.

4) Bersikap memberi kebebasan, menjadi seorang guru harus senantiasa memberikan kebebasan kepada peserta didiknya selama hal itu bersifat positif. Di samping kebebasan perlu adanya pertimbangan peserta didik agar lambat laun akan tumbuh menjadi sosok yang dewasa, oleh karena itu peserta didik harus diberi kebebasan yang bersifat ke arah positif. Namun dalam memberi kebebasan perlu adanya pengawasan agar senantiasa berada pada jalan yang benar.11

7. Karakteristik Kewibawaan Guru

Berikut ini akan diuraikan terkait sifat guru yang baik, tugas dan tanggung jawab seorang guru, serta fungsi dan peranannya:

11Uyoh Sadullah, Pedagogik Ilmu Mendidik (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 17.

(33)

a. Sifat-sifat guru yang baik dijelaskan bahwa seorang guru akan dihormati hal itu karena guru dengan sepenuh hati membimbing serta mengajar peserta didik untuk menjadi seorang yang memiliki karakter dan pengetahuan yang baik demi masa depan peserta didik dalam menghadapi kehidupan. Untuk mewujudkan peserta didik yang berakhlak mulia perlu adanya pengalaman dan proses penyesuaian diri ke arah yang bersifat positif. Karena ke depannya peserta didik akan bersosialisasi dengan masyarakat sekitar sehingga pengalaman itu sangat diperlukan demi mencapai kedewasaan. Berikut ini hal-hal yang mendasari proses pendewasaan sebagaimana yang dikatakan W.A. Gerungan yakni:

1) Imitasi, yaitu dorongan untuk senantiasa melakukan peniruan terhadap orang lain.

2) Sugesti, dorongan untuk melakukan sesuatu seperti yang diharapkan oleh pemberi sugesti.

3) Identifikasi, faktor yang menjadi pendorong agar menjadi identik (sama) dengan orang lain.

4) Simpati, yakni faktor perasaan akan rasa tertarik kepada orang lain.12 Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka seorang guru secara tidak langsung dapat mengangkat wibawa yang dimilikinya. Karenanya peserta didik akan mengakui dan menghormati guru, jika wibawa seseorang kuat maka dapat membawa perubahan kearah yang lebih baik kepada peserta didik.

M. Suparta dan Herry Noer Aly, menjelaskan ada sepuluh sifat yang harus dimiliki oleh guru:

1) Guru senantiasa insaf dengan segala sesuatu yang tidak mencerminkan kebaikan. Baik itu ditinjau dari segi perkataan dan perbuatan serta insaf akan penegasan Allah swt karena amanat yang diberikannya.

2) Memelihara kemuliaan ilmu

3) Mempunyai sifat zuhud yakni mengambil dari rezeki dan hanya untuk dirinya sendiri dan keluarga sesuai dengan kebutuhannya secara sederhana.

4) Tidak berorientasi pada dunia.

12A.Gerungan, Psikologi Sosial (Bandung: Eresco, 1991), h. 85.

(34)

23

5) Mencari rezeki yang halal dan menjauhkan diri dari hal yang haram dan hina

6) Hendaklah guru melaksanakan syiar-syiar agama dan melaksanakan segala hal positif.

7) Hendaklah seorang guru rajin dan taat dalam beribadah.

8) Senantiasa memelihara akhlak yang mulia sebagai role model peserta didik.

9) Cerdas dalam management waktu serta mengisi waktu luangnya dengan hal bermanfaat seperti membaca buku.

10) Seorang guru senantiasa belajar untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki.13

8. Fungsi Kewibawaan Guru dalam Pendidikan

Pergaulan pendidikan jika di dalamnya terdapat kepatuhan anak, yaitu bersikap menuruti atau mengikuti kewibawaan yang ada pada guru, mau menjalankan perintahnya dengan sadar. Satu-satunya yang dapat dinamakan pendidik adalah pengaruh yang menuju kedewasaan anak untuk menjadi seorang yang kelak mandiri dalam menjalani kehidupan nya. Sikap anak yang dapat dikatakan tunduk terhadap kewibawaan pendidikan yakni:

a. Sikap menurut atau mengikuti, yaitu mengakui kewibawaan orang lain yang lebih besar karena paksaan, takut, jadi bukan tunduk atau menuruti yang sebenarnya.

b. Sikap tunduk atau patuh yaitu, dengan sadar mengikuti kewibawaan, artinya mengakui hak pada orang lain untuk memerintah dirinya dan merasa terikat untuk memenubi perintahnya.

Karena hal tersebut tampaklah fungsi kewibawaan pendidikan, yaitu membawa anak ke arah pertumbuhan yang kemudian dengan sendirinya mengakui kewibawaan orang lain dan mau menjalankannya. Sebagaimana yang dinyatakan bahwa pergaulan antara orang dewasa dan anak adalah lapangan pendidikan, tetapi

13M. Suparta dan Herry Noer Aly, Metodologi Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Amisco, 2003), h. 14.

(35)

dalam pergaulan itu baru terdapat pendidikan jika di dalamnya terdapat kepatuhandengan sadar bukan karena paksaan.

9. Cara Membentuk dan Meningkatkan Kewibawaan Guru

Kewibawaan termasuk syarat yang harus ada dalam pelaksanaan pendidikan.

Dengan kewibawaan membuat guru tersebut akan dihormati dan disegani oleh orang- orang yang ada disekitarnya. Olehnya itu terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan oleh seorang guru. Beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh guru yakni diantaranya:

a. Guru harus menemukan jati dirinya sendiri terlebih dahulu (self-discovery) b. Harus dapat menentukan pilihan

c. Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi

Sedangkan cara untuk meningkatkan kewibawaan guru yakni:

a. Dalam pembelajaran guru hendaknya memiliki tekad visi dan misi yang kuat.

b. Mengajar dengan sepenuh hati

c. Menjaga citra profesi guru dalam proses pembelajaran

d. Jika mengajar didasari dengan rasa tanggung jawab serta berkomitmen14 B. Pengertian Guru

1. Pengertian Guru

Guru ialah sesorang yang bekerja mengajar orang lain (a person whos Accupation is teaching others).15 Dalam bahasa Arab guru disebut sebagai mu’allim.

Menurut Nganum Naim guru merupakan sosok yang mencurahkan sebagian besar waktunya untuk mendidik dan mengajarkan peserta didik, sedangkan penghargaan dari sisi material sangat jauh dari apa yang diharapkan.16Menjadi seorang guru merupakan suatu jabatan yang terhormat serta mempunyai tanggung jawab yang besar untuk menjadi panutan bagi peserta didik maupun masyarakat sekitar. Guru

14M.Ngalim Purwanto MP, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis (Bandung: Rosda, 2007), h.51.

15Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Cet. III; Jakarta: Grafindo Persada, 2008), h. 228.

16Nganum Naim, Menjadi Guru Inspiratif, Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 1.

(36)

25

adalah jabatan atau karier fungsional maupun profesional, olehnya itu diperlukan suatu latar belakang pendidikan yang khusus (keguruan) atau latihan serta pengalaman yang memakan waktu cukup lama.

Pelaksanaan jabatan memakan memerlukan suatu kode etik profesional karena berhubungan langsung antara manusia dengan manusia yang lainnya bersifat transedental.17 Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa guru merupakan salah satu alat pendidik serta pegajar suatu bidang ilmu maupun sikap dan tingkah laku.

2. Peran dan Tugas Guru

Seorang guru memegang suatu peran yang sangat penting yakni menjadi pembentuk watak bangsa serta mengembangkan potensi peserta didik. Guru memegang peranan yang sangat penting sebagai penentu keberhasilan pendidikan.

Guru profesional diharapkan mampu mencetak generasi yang berkualitas. Dalam proses pembelajaran guru bertugas untuk menjadi pendorong, pembimbing, serta memberi fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Hamzah B.Uno dalam UU No. 20 Tahun 2005, peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengaruh, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik.18

Untuk lebih rinci berikut tugas dan fungsi guru:

a. Guru sebagai pendidik, guru merupakan pendidik yang menjadi panutan, dan identifikasi untuk peserta didik serta lingkungannya. Karenanya seorang guru

17Abdul Rahman,Pengelolaan Pengajaran (Cet. IV; Ujung Pandang: Bintang Selatan, 1993), h. 57.

18Hamzah B. Uno, Tugas Guru dalam Pembelajaran (Aspek yang Mempengaruhi) (Jakarta:

Bumi Aksara, 2016), h. 3.

(37)

harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu dimana mencakup tanggung jawab, kewibawaan, Kemandirian, dan kedisiplinan.

b. Guru sebagai pengajar, sebagai seorang guru bertugas untuk menyampaikan materi pembelajaran, menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Sebagai seorang guru harus mengikuti perkembangan zaman sehingga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan suatu hal yang harus terus terupdate.

c. Guru sebagai pembimbing, dapat diibaratkan sebagai penuntun jalan berdasarkan pengalaman-pengalaman dan pengetahuannya. Guru sebagai seorang pembimbing tentu harus merumuskan terlebih dahulu jalan-jalan atau proses yang akan ditempuh serta tujuan yang jelas.

d. Guru sebagai pengarah, menjadi seorang guru harus mampu mengarahkan peserta didik ke arah yang baik dan benar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Sebagai seorang pengarah guru harus mampu mencerahkan suatu permasalahan yang dihadapi, terutama mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dalam menemukan jati dirinya.

e. Guru sebagai pelatih, dalam proses pembelajaran memerlukan suatu latihan baik itu intelektual ataupun motorik sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih. Pelatihan kompetensi yang dimiliki yang dimiliki peserta didik merupakan salah satu tugas dan fungsi guru.19

f. Guru sebagai penilai, penilaian merupakan suatu aspek yang tidak terlepas dalam pembelajaran. Dimana pada penilaian itu terdapat berbagai macam latar belakang dan hubungan. Penilaian merupakan penetapan suatu kualitas pembelajaran,

19Hamzah B. Uno, Tugas Guru dalam Pembelajaran Aspek yang Mempengaruhi, h. 5.

(38)

27

proses untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman peserta didik terkait materi ajar yang telah diberikan. Teknik apapun yang digunakan, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas melalui tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan serta tindak lanjut.

C. Sikap Disiplin Peserta Didik 1. Pengertian Kedisiplinan

Pengertian kedisiplinan secara etimologi yakni, berasal dari kata disiplin, yang berasal dari bahasa latin yakni disciplina serta discipulus yang berarti perintah.

Menurut The Liang Gie, dikutip dalam buku Ondi Saondi disiplin merupakan keadaan tertib semua orang tunduk pada peraturan yang telah ditetapkan dengan merasa senang.

Kemudian dijelaskan arti disiplin yakni:

a. Suatu proses atau pengarahan serta pengendalian Keinginan, dorongan atau suatu kepentingan guna mencapai tujuan.

b. Mencari suatu tindakan dengan ulet, aktif dan diarahkan sendiri walaupum harus menghadapi masalah.

c. Sebagai pengendali perilaku secara langsung serta otoriter dengan hukuman atau hadiah.

d. Sebagai penekanan atau dorongan dengan cara tidak nyaman atau menyakitkan.

Agar kegiatan sekolah dapat berlangsung secara efektif dengan suasana tenang, tenteram maka setiap guru merasa puas karena terpenuhi kebutuhannya.

Sedangkan tujuan disiplin yakni:

1) Tujuan Umum dari disiplin adalah agar kurikulum dapat terlaksana dengan baik.

(39)

2) Tujuan khusus yakni:

a) Agar kepala sekolah dapat menciptakan suasana kerja yang menggairahkan bagi semua warga sekolah.20

b) Agar guru melaksanakan proses pembelajaran seoptimal mungkin dengan semua sumber yang ada di sekolah maupun di luar sekolah.

c) Agar terciptanya kerjasama yang erat antara sekolah dengan orang tua serta sekolah dengan masyarakat.

2. Macam-Macam Disiplin

Disiplin peserta didik terbagi menjadi beberapa macam diantaranya disiplin negatif dan positif.

a. Disiplin negatif/ disiplin otoriter, dengan menggunakan hukuman serta ancaman agar semua patuh pada perintah serta mengikuti peraturan dan hukum yang berlaku. Sehingga semua yang tidak taat tata tertib tidak akan mengulang kesalahan yang telah dilakukan.

b. Disiplin positif, yang termasuk disiplin positif yakni pendidikan dan bimbingan karena kedua hal tersebut menekankan pada pertumbuhan diri, disiplin diri serta pengendalian diri yang akhirnya didorong dengan motivasi dari dalam.21 Adanya motivasi tersebut peserta didik tentu sedikit demi sedikit akan mematuhi tata tertib yang telah ditetapkan.

Ada pula yang berpendapat bahwa macam-macam disiplin itu terbagi menjadi:

20 Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan, h. 40.

21Ondi Saondi, Etika Profesi Keguruan (Cet. II; Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 42.

(40)

29

1) Disiplin tradisional, yakni disiplin yang sifatnya menekan, menghukum, mengawasi serta memaksa sehingga karena paksaanya itu dapat merusak penilaian.

2) Disiplin modern, yakni suatu pendidikan hanya menciptakan keadaan yang memungkinkan agar seseorang mengatur dirinya.

3) Disiplin liberal, yakni kedisiplinan yang diberikan dimana terdapat pula kebebasan.22

3. Pentingnya disiplin sekolah

Sekolah tentu tidak dapat terpisah dari berbagai persoalan mengenai perilaku negatif peserta didik olehnya itu, diperlukan disiplin sekolah.23 Pelanggaran yang dilakukan peserta didik misalnya terlambat masuk kelas saat guru telah berada dalam ruang kelas, menyontek, ribut di dalam kelas walau sebelumnya telah mendapat teguran dari guru. Hal tersebut dapat merusak diri sendiri serta citra sekolah. Perilaku peserta didik itu dipengaruhi oleh berbagai faktor misalnya lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah.

Peserta didik tentunya akan berinteraksi dengan guru dalam pembelajaran.

Memperlihatkan perilaku yang baik maka sikap teladan dan perbuatan guru yang dilihat dan didengar oleh peserta didik dapat masuk dan diterima dengan baik. Sikap serta perilaku guru yang demikian merupakan bagian dari upaya yang mampu membuat seseorang untuk berperilaku disiplin.24

22Fakhtur Rohman, Peran Pendidikan dalam Pembinaan Disiplin Siswa di Sekolah/

Madrasah, journal kebangkitan bahasa arab. 4 No. 1 (2018), h. 80.

23M. Kurniawan,Implemantasi Pendidikan Karakter Disiplin dalam Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 1 Batungsangkar, Journal AlFikrah.Vol.6 No. 2 (2016), h. 148.

24Fakhtur Rohman, Peran Pendidikan dalam Pembinaan Disiplin Siswa di Sekolah/

Madrasah, Journal Kebangkitan Bahasa Arab. 4 No. 1 (2018), h. 76.

(41)

4. Indikator Disiplin

Disiplin merupakan pengendalian terhadap peserta didik akan aturan-aturan baik tertulis atau yang tersirat yang telah diterapkan. Menurut Wibowo indikator kedisiplinan adalah 1) datang tepat waktu, 2) membiasakan mengikuti aturan, 3) tertib berpakaian, 4) mempergunakan fasilitas dengan baik.25 Daryanto membagi disiplin belajar yaitu: 1) ketaatan dalam menaaati tata tertib sekolah, 2) ketaatan terhadap kegiatan pembelajaran di sekolah, 3) melaksanakan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawab, 4) disiplin belajar dirumah.26

a. Disiplin waktu meliputi: a) Tepat waktu dalam belajar, mencakup datang dan pulang sekolah tapat waktu, dari awal pembelajaran sampai akhir pembelajaran.

b) Tidak keluar dan membolos, c) Menyelesaikan tugas sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

b. Disiplin perbuatan, meliputi: a) Patuh dan tidak menentang peraturan, b) Tidak malas belajar, c) Tidak menyuruh orang lain bekerja demi dirinya d) Tidak suka berbohong e) Tingkah laku menyenangkan, tidak menyontek tidak membuat keributan dan tidak mengganggu orang lain yang sedang belajar.27

5. Pembinaan Disiplin Peserta Didik

Membina kedisiplinan peserta didik harus disertai dengan suatu pertimbangan berbagai situasi dan kondisi. Olehnya itu, agar guru melakukan hal-hal dalam membina peserta didik:

25Wibowo, manajemen kinerja, Edisi ketiga (Jakarta: Raja Grafindo Prasada, 2012), h. 101.

26Daryanto, Strategi dan Tahap Mengajar ( Bandung: Yrama widya, 2013), h. 141.

27A.S Moenir, Manajemen Umum Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h.

131.

(42)

31

a. Senantiasa memulai dengan disiplin waktu dan taat pada aturan.

b. Mempelajari nama-nama peserta didik.

c. Berbuat sesuatu yang berbeda serta bervariasi, tidak tetap agar peserta didik dapat semangat dalam menaati aturan dalam bersikap disiplin.

d. Membuat peraturan yang jelas serta tegas agar dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh peserta didik.28

28Mulyasa, Manajemen Pendidikan Karakter (Cet. II; Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 173.

Referensi

Dokumen terkait

signifier-signified , tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna

1. Reading I’am Nujood Age 10, and Divorced novel by Delphino Minoui. Identifying elements the novel by using Dean Howells theory. Making cards and then write down the symbol

Dengan kegiatan tersebut bertujuan untuk mengenalkan dan memberikan informasi produk Butik Latifah pada masyarakat akan kelebihan, ciri khas yang dimiliki Butik Latifah

Variabel dengan nilai heritabilitas tinggi ialah tinggi tanaman, umur silking, panjang daun, lebar daun, jumlah daun, umur panen, unfilled cob tip, bobot tongkol,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) stres berpengaruh langsung positif terhadap pelayanan lalu lintas penerbangan di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, sehingga

Terkait dengan demokratisasi penyelenggaraan sekolah ini, setidaknya ada tiga aspek yang menjadi pusat perhatian dalam kajian ini, yakni demokratisasi dalam

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat serta Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

digulfukan dalam bentuk kegiatan pemberdayaan potensi pondok pesantren baik dibidang. pendidikan, sarana prasarana maupun dibidang