LAPORAN PENYUSUNAN TENAGA KERJA
SEKTOR EKONOMI KREATIF
DI INDONESIA TAHUN 2010-2015
Naskah : Sub Direktorat Statistik Ketenagakerjaan
Penanggung Jawab Umum : Dr. Ir. Sukardi, M.Si Penanggung Jawab Teknis : Wachyu Winarsih, M.Si Editor : Rachmi Agustiyani, S.ST, M.Si
Eko Sriyanto, S.Kom
Kurniati Bachrun, S.ST, M.Si
Penulis Naskah : Septiarida Nonalisa, S.ST
Sri Isnawati, S.ST, M.Si
Andam Satika, MM
Pengolah Data : Daniel Bastian Lubis, S.ST
Weni Lidya Sukma, S.ST
Putu Wira Wirbuana, S.ST
Jondan Indhy Prastyo, S.ST
Neny Aditina, S.ST
Saprudin Zuhri, S.Sos.I
Dewi Rochani, S.ST
Supriyadi
Kata Pengantar
Segala puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Taufik dan Hidayah-Nya, sehingga “Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015” dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Laporan ini merupakan salah satu output dari Kerjasama Swakelola antara Badan Pusat statistik (BPS) dengan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf).
“Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015” menyajikan gambaran umum tentang perkembangan dan karakteristik tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2010-2015. Data yang disajikan pada publikasi ini menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2010-2015.
Dengan diterbitkannya “Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015”, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan terkait ketenagakerjaan di sektor ekonomi kreatif.
Akhirnya, ucapan syukur dan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak, terutama Tim BPS dan Tim Bekraf yang telah bekerja keras dan bekerjasama untuk menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan Kerjasama BPS-Bekraf Tahun 2016 ini.
Semoga output dari kerjasama ini bermanfaat bagi semua pihak, dan semoga Allah SWT meridhoi. Aamiin.
Jakarta, Desember 2016 Sekretaris Utama
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia,
Daftar Isi
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... i
Daftar Tabel ... iii
Daftar Grafik ... i
Daftar Lampiran ... 3
BAB I PENDAHULUAN ... 10
1.1. Latar Belakang ... 3
1.2. Tujuan ... 4
1.3. Sumber Data ... 4
1.4. Sistematika Penyajian ... 4
BAB II PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF ... 7
2.1. Sejarah Ekonomi Kreatif di Indonesia ... 9
2.2. Konsep dan Definisi Ekonomi Kreatif... 13
2.3. Tata Cara Penghitungan Tenaga kerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015 ... 18
2.3.1. Perbedaan Sakernas antara tahun 2010 dengan 2011 – 2015 ... 18
2.3.2. Metode Penghitungan Penduduk Bekerja Pada Sektor Ekonomi Kreatif ... 21
BAB III PERKEMBANGAN SEKTOR EKONOMI KREATIF DI INDONESIA .... 25
3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015 ... 28
3.2. Share Pekerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015 ... 31
BAB IV KARAKTERISTIK TENAGA KERJA SEKTOR EKONOMI KREATIF DI INDONESIA TAHUN 2010-2015 ... 33
4.1. Umur ... 34
4.2. Jenis Kelamin ... 38
4.3. Tingkat Pendidikan ... 39
4.4.1. Jenis Pekerjaan White/Blue Collar ... 45
4.5. Status Pekerjaan ... 48
4.5.1. Status Pekerjaan Formal/Informal ... 49
4.6. Jam Kerja ... 52
BAB V LAMPIRAN TABEL ... 57
47
47
48
51
Daftar Tabel
Tabel 4.1. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur, Tahun 2010-2015 ... 34 Tabel 4.2. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015 ... 35 Tabel 4.3. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015 ... 41 Tabel 4.4. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Jenis Pekerjaan, Tahun 2010-2015 ... 44 Tabel 4.5. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015 ... 46 Tabel 4.6. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Status Pekerjaan, Tahun 2010-2015 ... 48 Tabel 4.7. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015 ... 50 Tabel 4.8. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Jam Kerja, Tahun 2010-2015 ... 53 Tabel 4.9. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Jam Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun 2010-2015 ... 54
33
34
40
43
45
47
49
52
Daftar Grafik
Grafik 3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia, 2010-2015 ... 28 Grafik 3.2. Jumlah Tenaga Kerja Subsektor Ekonomi Kreatif di Indonesia,
2010-2015 ... 29 Grafik 4.1. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Usia Muda, Dewasa, dan Lansia, 2010-2015 ... 36 Grafik 4.2. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Usia Muda, Dewasa, dan Lansia per Subsektor, 2014-2015... 37 Grafik 4.3. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Jenis Kelamin, 2015 Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015 ... 38 Grafik 4.4. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Jenis Kelamin per Subsektor Tahun 2014-2015 ... 39 Grafik 4.5. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Tingkat Pendidikan, 2010-2015 ... 41 Grafik 4.6. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Tingkat Pendidikan per Subsektor, 2014-2015 ... 43 Grafik 4.7. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif sebagai
White/Blue Collar, 2010-2015 ... 45 Grafik 4.8. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Jenis Pekerjaan White/Blue Collar per Subsektor, 2014-2015 . 47 Grafik 4.9. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Status Formal/Informal, 2010-2015 ... 49 Grafik 4.10. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Status Formal/Informal per Subsektor, 2014-2015 ... 51 Grafik 4.11. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut
Daftar Lampiran
Lampiran 1.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor (ribu orang), 2010 ... 59 Lampiran 1.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 60 Lampiran 1.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor (ribu orang), 2012 ... 61 Lampiran 1.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 62 Lampiran 1.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor (ribu orang), 2014 ... 63 Lampiran 1.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor (ribu orang), 2015 ... 64 Lampiran 2.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Usia Muda, Dewasa, dan Lansia per Subsektor (ribu orang), 2010 ... 65 Lampiran 2.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Usia Muda, Dewasa, dan Lansia per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 66 Lampiran 2.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Lampiran 2.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Usia Muda, Dewasa, dan Lansia per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 68 Lampiran 2.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Usia Muda, Dewasa, dan Lansia per Subsektor (ribu orang), 2014 ... 69 Lampiran 2.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Usia Muda, Dewasa, dan Lansia per Subsektor (ribu orang), 2015 ... 70 Lampiran 3.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan per Subsektor (ribu orang), 2010 ... 71 Lampiran 3.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 72 Lampiran 3.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan per Subsektor (ribu orang), 2012 ... 73 Lampiran 3.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 74 Lampiran 3.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan per Subsektor (ribu orang), 2014 ... 75 Lampiran 3.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan per Subsektor (ribu orang), 2015 ... 76 Lampiran 4.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Lampiran 4.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 78 Lampiran 4 c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2012 ... 79 Lampiran 4.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 81 Lampiran 4.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2014 ... 82 Lampiran 4.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2015 ... 83 Lampiran 5.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut White/Blue Collar per Subsektor (ribu orang), 2010 ... 85 Lampiran 5.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut White/Blue Collar per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 86 Lampiran 5.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut White/Blue Collar per Subsektor (ribu orang), 2012 ... 87 Lampiran 5.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut White/Blue Collar per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 88 Lampiran 5.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Lampiran 5.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut White/Blue Collar per Subsektor (ribu orang), 2015 ... 90 Lampiran 6.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2010 ... 91 Lampiran 6.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 92 Lampiran 6.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2012 ... 93 Lampiran 6.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 94 Lampiran 6.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2014 ... 95 Lampiran 6.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan per Subsektor (ribu orang), 2015 ... 96 Lampiran 7.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ketas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Formal/Informal per Subsektor (ribu orang), 2010 ... 98 Lampiran 7.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ketas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Formal/Informal per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 99 Lampiran 7.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ketas yang Bekerja di
Lampiran 7.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ketas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Formal/Informal per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 101 Lampiran 7.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ketas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Formal/Informal per Subsektor (ribu orang), 2014 ... 102 Lampiran 7.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ketas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Formal/Informal per Subsektor (ribu orang), 2015 ... 103 Lampiran 8.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja per Subsektor (ribu orang), 2010 ... 104 Lampiran 8.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 105 Lampiran 8.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja per Subsektor (ribu orang), 2012 ... 106 Lampiran 8.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 107 Lampiran 8.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja per Subsektor (ribu orang), 2014 ... 108 Lampiran 8.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja per Subsektor (ribu orang), 2015 ... 109 Lampiran 9.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Lampiran 9.b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Pekerja Tidak Penuh/Penuh per Subsektor (ribu orang), 2011 ... 111 Lampiran 9.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Pekerja Tidak Penuh/Penuh per Subsektor (ribu orang), 2012 ... 112 Lampiran 9.d. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Pekerja Tidak Penuh/Penuh per Subsektor (ribu orang), 2013 ... 113 Lampiran 9.e. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Pekerja Tidak Penuh/Penuh per Subsektor (ribu orang), 2014 ... 114 Lampiran 9.f. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di
BAB I
Bab I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Orientasi ekonomi telah mengalami berbagai pergeseran, berawal dari era ekonomi pertanian, lalu era industrialisasi, dan sekarang beralih ke era ekonomi informasi yang diikuti dengan banyaknya penemuan baru di bidang teknologi informasi komunikasi dan globalisasi ekonomi. Terjadinya pergeseran ekonomi tersebut mengantarkan peradaban manusia ke era yang baru, yaitu era ekonomi kreatif. Menurut Diktum Pertama Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang pengembangan Ekonomi Kreatif: “Kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat individu untuk
menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang bernilai
ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat Indonesia.”
Ekonomi kreatif pada dasarnya merupakan wujud dari upaya pembangunan yang berkelanjutan melalui kreatifitas dalam suatu iklim perekonomian yang berdaya saing dan memiliki cadangan sumber daya yang terbarukan, yang dapat berjalan dengan baik jika didukung oleh perancangan aktivitas ekonomi kreatif.
1.2. Tujuan
Tujuan “Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia Tahun 2010-2015” ini adalah untuk melihat perkembangan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2010-2015, dan mengetahui karakteristik tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif, baik dari sisi demografi maupun karakteristik pekerjaannya pada tahun 2010-2015.
1.3. Sumber Data
Data yang disajikan pada “Laporan Penyusunan Tenaga Kerja Ekonomi Kreatif di Indonesia Tahun 2010-2015” ini menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2010-2015, dengan 16 subsektor ekonomi kreatif yang dibentuk dari 223 kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2015.
1.4. Sistematika Penyajian
Laporan ini disajikan dalam lima bab, dengan sistematika penyajian sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, meliputi latar belakang, tujuan, sumber data, dan sistematika penyajian.
BAB II PEMAHAMAN TENTANG EKONOMI KREATIF, meliputi sejarah ekonomi kreatif di Indonesia (perkembangan kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif), konsep dan definisi ekonomi kreatif, serta metode pengukuran ekonomi kreatif. BAB III PERKEMBANGAN EKONOMI KREATIF DI INDONESIA,
BAB IV KARAKTERISTIK TENAGA KERJA EKONOMI KREATIF DI INDONESIA TAHUN 2015, meliputi umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, status pekerjaan, dan jam kerja.
BAB II
Bab II
Pemahaman Tentang Ekonomi Kreatif
2.1. Sejarah Ekonomi Kreatif di Indonesia
2.1.1. Perkembangan Kelembagaan Badan Ekonomi Kreatif
Pengembangan ekonomi kreatif berawal dari gagasan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang pentingnya kreativitas dan inovasi dalam pembangunan, khususnya dalam mengembangkan industri kerajinan dan kreativitas untuk mencapai ekonomi yang berdaya saing. Hal ini disampaikan dalam pidato pembukaan beliau dalam pembukaan International Handicraft (INACRAFT) 2005.
Berawal dari gagasan tersebut, Kementerian Perdagangan kemudian membentuk Indonesia Design Power dengan tujuan untuk meningkatkan kekuatan desain dan penciptaan merek. Melalui Trade Expo yang diselenggarakan secara rutin per tahun, Kementerian Perdagangan mulai memberikan zona khusus dalam pameran-pameran yang diselenggarakan kepada pelaku dan industri kreatif. Untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif ini, maka pemerintah kemudian menyelenggarakan pameran khusus bagi ekonomi kreatif yang pada tahun 2007 disebut sebagai Pekan Produk Budaya Indonesia (PPBI) dan kemudian diubah menjadi Pekan Produk Kreatif Indonesia (PPKI) pada tahun 2009. Melalui ajang PPKI ini, pemerintah kembali memperkuat tujuan dari kegiatan ini dengan menunjukkan daya saing Indonesia yang kuat melalui ekonomi kreatif.
tahun 2009, Kementerian Perdagangan menyusun rencana pengembangan ekonomi kreatif Indonesia hingga tahun 2025, serta rencana pengembangan ekonomi kreatif dan 14 subsektor ekonomi kreatif untuk periode 2009–2015. Pengembangan ekonomi kreatif pun semakin diperkuat melalui peraturan pemerintah, dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif. Dengan keluarnya Instruksi Presiden ini, maka pengembangan ekonomi kreatif menjadi program nasional dan menjadi sektor yang mendapatkan perhatian dalam pembangunan nasional, serta secara kelembagaan, pengembangan ekonomi kreatif bersifat lintas kementerian dan mendapat dukungan penuh dari Presiden.
ekonomi kreatif di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif maka disusunlah Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nasional yang merupakan dasar pelaksanaan program dan kegiatan pengembangan ekonomi kreatif hingga 2014 dengan fokus utama pada upaya-upaya peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia kreatif, penguatan kelembagaan, dan akses pasar bagi karya kreatif lokal.
Dengan masuknya ekonomi kreatif ke dalam agenda pembangunan nasional, maka dibutuhkan dokumen-dokumen yang dapat menjadi rujukan para pemangku kepentingan untuk memahami dan mengembangkan industri kreatif sebagai motor penggerak ekonomi kreatif sehingga dapat tercipta kolaborasi serta sinergi yang positif dalam pemanfaatan sumber daya yang dimiliki oleh masing-masing pemangku kepentingan untuk mengembangkan ekonomi kreatif. Beberapa dokumen cetak biru pun telah diluncurkan pemerintah yaitu Cetak Biru Pelestarian dan Pengembangan Batik Nasional 2012-2025,
Untuk memberikan gambaran terkini mengenai perkembangan ekonomi kreatif di Indonesia, pada 2012, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik menerbitkan Laporan Penguatan Data dan Informasi Ekonomi Kreatif. Terdapat beberapa pencapaian dalam pengembangan ekonomi kreatif sejak diluncurkannya Inpres No. 6 Tahun 2009, yaitu dalam hal penyerapan tenaga kerja, ekonomi kreatif telah menyerap lebih dari 10 persen angkatan kerja di Indonesia. Dalam hal kontribusi ekonomi, ekonomi kreatif telah menyumbang 7 persen dari pendapatan domestik bruto Indonesia. Dari segi ekspor, ekonomi kreatif juga telah menyumbang sekitar 6 persen dari total ekspor Indonesia. Namun perlu diakui masih banyak pula tantangan yang harus diselesaikan, disamping masih banyaknya peluang dan potensi yang belum dikembangkan secara optimal.
Pada tahun 2012 dilakukan revitalisasi terhadap penyelenggaraan kegiatan akbar PPKI. Sejak saat itu, penyelenggaraan PPKI memiliki visi “Unleashing Indonesia’s Full Creative Power” yang bertujuan untuk menempatkan negara Indonesia sebagai negara yang memiliki soft power yang kuat di dunia. Pada tahun ini pula pemerintah meluncurkan maskot ekonomi kreatif yang bernama OK –singkatan dari Orang Kreatif– yang merupakan kekuatan utama dari ekonomi kreatif Indonesia.
BPI, diharapkan terjadi koordinasi dan sinergi antar pemangku kepentingan untuk bersama-sama mengembangkan industri perfilman Indonesia.
Pada tahun 2015, upaya pengembangan ekonomi kreatif semakin terealisasi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Nomor 6 Tahun 2015 mengenai pembentukan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2015 mengenai Perubahan atas Peraturan Presiden No. 6 Tahun 2015 mengenai Bekraf.
2.2. Konsep dan Definisi Ekonomi Kreatif
Kreativitas adalah suatu keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru, unik, dan berbeda. Industri kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Sedangkan, ekonomi kreatif menurut Diktum Pertama Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang pengembangan Ekonomi Kreatif: “Kegiatan ekonomi berdasarkan kreativitas, keterampilan, dan bakat
individu untuk menciptakan daya kreasi dan daya cipta individu yang
bernilai ekonomis dan berpengaruh pada kesejahteraan masyarakat
Indonesia.”
merupakan sektor yang dapat menciptakan produk dan karya dengan nilai tambah yang tinggi dengan sumber daya yang terbatas.
Jenis-Jenis Subsektor Ekonomi Kreatif: 1. Kriya
Bagian dari seni rupa terapan yang merupakan titik temu antara seni dan desain yang bersumber dari warisan tradisi atau ide kontemporer yang hasilnya dapat berupa karya seni, produk fungsional, benda hias dan dekoratif, serta dapat dikelompokkan berdasarkan material dan eksplorasi alat teknik yang digunakan, dan juga tematik produknya.
2. Kuliner
Kegiatan persiapan, pengolahan, penyajian produk makanan dan minuman yang menjadikan unsur kreativitas, estetika, tradisi, dan/atau kearifan lokal; sebagai elemen terpenting dalam meningkatkan cita rasa dan nilai produk tersebut, untuk menarik daya beli dan memberikan pengalaman bagi konsumen.
3. Fashion
Suatu gaya hidup dalam berpenampilan yang mencerminkan identitas diri atau kelompok.
4. Lainnya a Arsitektur
Wujud hasil penerapan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan seni secara utuh dalam menggubah lingkungan binaan dan ruang, sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia sehingga dapat menyatu dengan keseluruhan lingkungan ruang.
b Desain Interior
memenuhi aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan publik.
c Desain Komunikasi Visual
Seni menyampaikan pesan (arts of commmunication) dengan menggunakan bahasa rupa (visual language) yang disampaikan melalui media berupa desain yang bertujuan menginformasikan, memengaruhi hingga mengubah perilaku target audience sesuai dengan tujuan yang ingin diwujudkan. Dalam hal ini, bahasa rupa yang dipakai adalah berbentuk grafis, tanda, simbol, ilustrasi Grafik/foto, tipografi/huruf dan sebagainya.
d Desain Produk
Desain produk salah satu unsur memajukan industri agar hasil industri produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena produk yang mereka dapatkan mempunyai kualitas baik, harga terjangkau, desain yang menarik, mendapatkan jaminan dan sebagainya. Industrial Design Society of America (IDSA) mendefinisikan desain produk sebagai layanan profesional yang menciptakan dan mengembangkan konsep dan spesifikasi yang mengoptimalkan fungsi, nilai, dan penampilan suatu produk dan sistem untuk keuntungan pengguna maupun pabrik.
e Film, Animasi, dan Video Film
Animasi
“Tampilan frame ke frame dalam urutan waktu untuk menciptakan ilusi gerakan yang berkelanjutan sehingga tampilan terlihat seolah-olah hidup atau mempunyai nyawa.” Video
“Sebuah aktivitas kreatif, berupa eksplorasi dan inovasi dalam cara merekam (capture) atau membuat Grafik bergerak, yang ditampilkan melalui media presentasi, yang mampu memberikan karya Grafik bergerak alternatif yang berdaya saing, dan memberikan nilai tambah budaya, sosial, dan ekonomi.”
f Fotografi
Sebuah industri yang mendorong penggunaan kreativitas individu dalam memproduksi citra dari suatu objek foto dengan menggunakan perangkat fotografi, termasuk di dalamnya media perekam cahaya, media penyimpan berkas, serta media yang menampilkan informasi untuk menciptakan kesejahteraan dan juga kesempatan kerja.
g Musik
Segala jenis usaha dan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan pendidikan, kreasi/komposisi, rekaman, promosi, distribusi, penjualan, dan pertunjukan karya seni musik.
h Aplikasi dan Game Developer
Suatu media atau aktivitas yang memungkinkan tindakan bermain berumpan balik dan memiliki karakteristik setidaknya berupa tujuan (objective) dan aturan (rules).
i Penerbitan
keunikan tertentu, dituangkan dalam bentuk tulisan, Grafik, dan/atau audio ataupun kombinasinya, diproduksi untuk dikonsumsi publik, melalui media cetak, media elektronik, ataupun media daring untuk mendapatkan nilai ekonomi, sosial, ataupun seni dan budaya yang lebih tinggi
j Periklanan
Bentuk komunikasi melalui media tentang produk dan/atau merek kepada khalayak sasarannya agar memberikan tanggapan sesuai tujuan pemrakarsa.
k Televisi dan Radio Televisi
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara dan Grafik yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.
Radio
Kegiatan kreatif yang meliputi proses pengemasan gagasan dan informasi dalam bentuk hiburan yang berkualitas kepada penikmatnya dalam format suara yang disiarkan kepada publik dalam bentuk virtual secara teratur dan berkesinambungan.
l Seni Pertunjukan
m Seni Rupa
Penciptaan karya dan saling berbagi pengetahuan yang merupakan manifestasi intelektual dan keahlian kreatif, yang mendorong terjadinya perkembangan budaya dan perkembangan industri dengan nilai ekonomi untuk keberlanjutan ekosistemnya.
2.3.
Tata Cara Penghitungan Tenaga kerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-20152.3.1. Perbedaan Sakernas antara tahun 2010 dengan 2011 – 2015 a. KBLI (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia)
KBLI yang menjadi dasar pengelompokkan Sektor Ekonomi Kreatif adalah KBLI 2015 yang baru digunakan pada Sakernas 2016. Sedangkan Sakernas 2010 menggunakan KBLI 2005 dan Sakernas 2011 – 2015 menggunakan KBLI 2009. Untuk menghitung banyaknya orang yang bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif selama periode 2010 – 2015 maka KBLI 2005 dan 2009 harus disesuaikan (bridging) dengan KBLI 2015. Selama proses bridging terdapat beberapa kode dari KBLI 2005 maupun 2009 yang tidak terdistrisbusi ke satu kode ataupun sebaliknya sehingga harus dilakukan pemecahan secara manual. Proses ini tentu saja memberikan akibat tidak langsung terhadap besaran angka Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif 2010 – 2015. Khususnya tahun 2010, karena untuk mendapatkan Tenaga Kerja Sektor ekonomi Kreatif melalui tahap yang lebih panjang yaitu bridging KBLI 2005 ke KBLI 2009 dan bridging ke KBLI 2015, dengan demikian dampaknya akan berbeda dengan penghitungan tenaga kerja sektor ekonomi kreatif 2011 – 2015 yang cukup
dilakukan dengan satu tahapan saja yaitu bridging KBLI 2009 ke KBLI 2015.
b. Metodologi
Sakernas merupakan survei yang dirancang khusus untuk mengumpulkan data yang dapat menggambarkan keadaan umum ketenagakerjaan pada periode pencacahan. Pada tahun 2010 Sakernas dilaksanakan secara semesteran, yakni semester I bulan Februari dan semester II bulan Agustus. Mulai tahun 2011 sampai 2014 Sakernas dilaksanakan secara triwulanan, yakni triwulan I bulan Februari, triwulan II bulan Mei, triwulan III bulan Agustus (estimasi kabupaten/kota), dan triwulan IV bulan November. Mulai tahun 2015, Sakernas kembali dilaksanakan secara semesteran yaitu pada bulan Februari (Semester I) dengan besar sampel sebanyak 50.000 rumahtangga untuk mendapatkan estimasi hingga tingkat provinsi. Sementara itu, Sakernas Agustus (Semester II) dengan besar sampel sebanyak 200.000 rumahtangga dirancang untuk mendapatkan estimasi ketenagakerjaan nasional, provinsi dan kabupaten/kota. Sakernas 2010, Sakernas 2011 – 2014, dan Sakernas 2015 menggunakan metodologi yang berbeda.
Sakernas 2010 menggunakan Two stage and three stage sampling (panel rumah tangga). Kerangka sampel yang
digunakan adalah daftar blok sensus terpilih Sakernas 2007. Sampel Blok Sensus (BS) yang digunakan dibagi dalam 6 paket.
SP2010. Kerangka sampel tahap II adalah daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih. Kerangka sampel tahap III adalah daftar rumah tangga biasa. Sampel Blok Sensus (BS) yang digunakan dibagi dalam 7 paket.
Sakernas 2015 menggunakan Two stage-one phase stratified sampling (Panel Blok Sensus). Kerangka sampel
tahap I yang digunakan adalah daftar wilayah pencacahan (wilcah) SP2010. Kerangka sampel tahap II adalah daftar blok sensus pada setiap wilcah terpilih. Sampel Blok Sensus (BS) yang digunakan dibagi dalam 7 paket. Sakernas 2015 sudah menggunakan strata lapangan usaha dalam pengambilan sampel.
c. Penimbang
Pada tahun 2010, data Sakernas menggunakan penimbang dari hasil olah cepat SP 2010. Sedangkan Sakernas 2011 – 2015 menggunakan penimbang dari hasil proyeksi penduduk tahun 2010 – 2035.
Sakernas 2010 – 2014 menggunakan rasio estimate dalam menentukan penimbang awal. Sedangkan Sakernas 2015 menggunakan direct estimate.
Tingginya jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2010 diakibatkan oleh tingginya Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) dari hasil olah cepat SP 2010. Sehingga pada tahun 2014 dilakukan koreksi untuk penimbang semua survei di BPS (termasuk Sakernas) dengan menggunakan penimbang dari hasil proyeksi penduduk tahun 2010 – 2035. Namun data yang dibackcasting baru dilakukan sampai tahun 2011. Tahun 2010 kebawah belum bisa dibackcasting dikarenakan data penimbang
jumlah penduduk sampai karakteristik yang lebih detil belum tersedia.
Untuk itu disarankan memakai data tahun 2011 sebagai patokan dasar penghitungan perkembangan ketenagakerjaan sektor ekonomi kreatif bagi perancangan sektor ekonomi kreatif ke depan.
2.3.2. Metode Penghitungan Penduduk Bekerja Pada Sektor Ekonomi Kreatif
Sumber data yang digunakan dalam penghitungan penduduk bekerja pada sektor ekonomi kreatif adalah Sakernas 2010-2015. Ekonomi kreatif terdiri dari 16 sub sektor yang dibentuk dari 223 kode KBLI 2015. KBLI 2015 baru digunakan pada Sakernas 2016, sedangkan Sakernas 2010 menggunakan KBLI 2005 dan Sakernas 2011-2015 menggunakan KBLI 2009, dengan demikian dalam penghitungan penduduk bekerja pada sub sektor ekonomi kreatif tahun 2010-2015 diperlukan tahapan bridging KBLI terlebih dahulu sehingga nantinya pada setiap dataset Sakernas memiliki variabel lapangan usaha pekerjaan utama dengan kode KBLI 2015 sebagai dasar pembentukan variabel sektor ekonomi kreatif.
a. Tahap I: Bridging KBLI 2005/2009 ke KBLI 2015
Bridging KBLI 2005 ke KBLI 2015 (Raw data Sakernas 2010)
manual dalam penentuan kode KBLI 2009. Setelah semua record telah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan bridging KBLI 2009 ke KBLI 2015.
Contoh:
No. KBLI
2005 Estimasi sesuai KBLI 2005 pada Sakernas 2010 KBLI 2009 Jumlah 2011-2015 Estimasi pada Sakernas 2010
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
1. 51399 33.155 46421 75 149 5 476
46422 75 163 5 818
46430 15 551 1 179
46495 9 483 724
46496 4 322 331
46497 32 326 2 473
46498 24 975 1 911
46499 171 104 13 091
46695 12 016 921
46696 16 219 1 231
Jumlah 436 308 33 155
2. 93091 596 754 14120 2 338
124 496 202 96991 474 402 100 552
Jumlah 2 812
526 596 754
Penjelasan:
Pada contoh nomor 1 diatas, jumlah estimasi yang dialokasikan pada kolom 5 ditentukan dengan menghitung proporsi kode KBLI 2009 (yang bersesuaian) dalam rentang waktu 2011-2015,
masi
2 338
2 812
selanjutnya proporsi yang telah diperoleh dikalikan dengan jumlah KBLI 51399 pada Sakernas 2010 (33.155 orang tenaga kerja).
Bridging KBLI 2009 ke KBLI 2015 (Raw data Sakernas 2011-2015)
Pada raw data Sakernas 2011-2015, ditemukan sebanyak 10 kode KBLI 2009 yang terkorespondensi ke lebih dari satu kode KBLI 2015 sehingga untuk record yang demikian harus dipisahkan untuk kemudian dilakukan identifikasi secara manual dalam penentuan kode KBLI 2015. Setelah semua record telah teridentifikasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan bridging KBLI 2009 ke KBLI 2015.
Contoh:
No. KBLI 2009
Estimasi pada Sakernas 2011 sesuai KBLI
2009
KBLI 2015 Estimasi pada
Sakernas 2011
(1) (2) (3) (4) (5)
1. 70209 13 899 70204 7 057
70209 6 842
Jumlah 13 899
2. 72202 1 148 72202 532
72204 616
Jumlah 1 148
Penjelasan:
BAB III
Bab III
Perkembangan Sektor Ekonomi Kreatif
di Indonesia
3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015
Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2010-2015, tenaga kerja sektor ekonomi kreatif cenderung terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun kecuali dari tahun 2010 ke tahun 2011. Tenaga kerja sektor ekonomi kreatif pada tahun 2010 sebesar 14,35 juta orang turun menjadi hanya sebesar 13,45 juta orang, akan tetapi perlahan terus meningkat dari 13,45 juta orang pada tahun 2011 hingga mencapai 15,96 juta orang pada tahun 2015.
Grafik 3.1. Jumlah dan Pertumbuhan Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia, 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015 14,35
13,45 14,49
14,73
15,17
15,96
13 13,5 14 14,5 15 15,5 16
2010
2011
2012
2013
2014
2015
Juta Orang
Jika kita amati pertumbuhan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif dari tahun ke tahun, maka dalam periode 2010 - 2015 jumlah tenaga kerja sektor ekonomi kreatif cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 2,15 persen per tahun.
Grafik 3.2. Jumlah Tenaga Kerja
Subsektor Ekonomi Kreatif di Indonesia, 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
Pembahasan selanjutnya adalah jumlah tenaga kerja ekonomi kreatif berdasarkan 4 kategori subsektor ekonomi kreatif. Pengelompokan ini didasarkan atas jumlah tenaga kerja terbesar, yaitu yaitu subsektor Kuliner, Kriya, Fashion, dan Lainnya. Subsektor Lainnya
0 1.000 2.000 3.000 4.000 5.000 6.000 7.000 8.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015
Kriya 3.840 3.368 3.552 3.380 3.387 3.640
Kuliner 6.017 5.596 5.847 6.324 6.860 7.411
Fashion 3.495 3.554 4.122 4.016 3.905 3.855
Lainnya 996 929 971 1.015 1.016 1.053
Ribu Orang
r (2010-2015) = 1,13 r (2010-2015) = -1.06
r (2010-2015) = 1,13 r (2010-2015) = -1.06
r (2010-2015) = 1.98 r (2010-2015) = 4,25
mencakup gabungan dari 13 subsektor, yaitu Arsitektur, Desain Interior, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Film Animasi Video, Fotografi, Musik, Aplikasi Dan Game Developer, Penerbitan, Periklanan, Televisi Dan Radio, Seni Pertunjukan, dan Seni Rupa.
Grafik 3.2 menampilkan jumlah tenaga kerja di empat subsektor ekonomi kreatif yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Pada tahun 2015, subsektor Kuliner mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 7,41 juta orang, subsektor Fashion dan subsektor Kriya mampu menyerap masing-masing sebesar 3,86 juta orang dan 3,64 juta orang. Sedangkan subsektor Lainnya yang merupakan gabungan 13 subsektor hanya menyerap 1,05 juta orang.
Apabila tahun 2010 dijadikan titik awal maka dari empat subsektor ekonomi kreatif tersebut, hanya subsektor Kriya yang mengalami penurunan jumlah tenaga kerja, yaitu dari 3,84 juta orang pada tahun 2010 menjadi 3,64 juta orang tahun 2015. Subsektor yang cukup signifikan berkembang adalah subsektor Kuliner, yaitu pada tahun 2010 menyerap 6,02 juta tenaga kerja hingga pada tahun 2015 mampu menyerap 7,41 juta tenaga.
3.2. Share Pekerja Sektor Ekonomi Kreatif Tahun 2010-2015
Share pekerja ekonomi kreatif merupakan persentase antara
pekerja ekonomi kreatif dengan total penduduk bekerja. Indikator ini berguna untuk mengukur tingginya penyerapan tenaga kerja pada sektor ekonomi kreatif.
Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2010-2015 pada Grafik 3.5 terlihat bahwa share pekerja sektor ekonomi kreatif pada tahun 2015 sebesar 13,90 persen, yang berarti dari 100 orang penduduk bekerja sekitar 14 orang bekerja pada sektor ekonomi kreatif. Apabila melihat dari trennya, maka share pekerja ekonomi kreatif dari tahun 2010 cenderung menurun hingga tahun 2011, yaitu dari 13,26 persen menjadi 12,52 persen. Peningkatan share pekerja sektor ekonomi kreatif terjadi mulai pada tahun 2011 sebesar 12,52 persen hingga tahun 2015 mencapai 13,90 persen.
Grafik 3.3. Share Pekerja Sektor Ekonomi Kreatif di Indonesia, 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
0.13
0.13
0.13
0.13
0.13
0.14
12 12,4 12,8 13,2 13,6 14
2010
2011
2012
2013
2014
2015
BAB IV
KARAKTERISTIK TENAGA KERJA
SEKTOR EKONOMI KREATIF
Bab IV
Karakteristik Tenaga Kerja Sektor Ekonomi Kreatif
di Indonesia Tahun 2010-2015
4.1. Umur
Umur berpengaruh terhadap sikap seseorang di dalam pekerjaan. Tenaga kerja dengan umur muda biasanya baru mulai bekerja dan belum banyak memiliki pengalaman. Semakin bertambahnya umur seseorang, maka diperkirakan semakin bertambah pengalaman kerjanya. Akan tetapi ada titik tertentu dimana semakin bertambahnya umur, maka produktifitas kerjanya semakin menurun.
Tabel 4.1. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur, Tahun 2010-2015
Kelompok
Umur 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
15-17 tahun 2,87 3,03 3,11 3,02 2,06 1,70
18-24 tahun 16,38 17,81 17,70 16,57 16,21 16,09
25-34 tahun 30,50 29,36 28,63 27,84 28,02 26,99
35-54 tahun 40,47 40,35 40,91 42,16 42,79 43,10
55-64 tahun 6,80 6,74 6,82 7,58 8,14 8,83
>65 tahun 2,98 2,71 2,83 2,83 2,78 3,29
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
persen (Tabel 4.1). Disusul oleh mereka yang berumur 25-34 tahun dan 18-24 tahun yaitu masing-masing sebesar 26,99 persen dan 16,09 persen. Jika dilihat tren perkembangannya dari tahun 2010 hingga 2015, tenaga kerja sektor ekonomi kreatif memang didominasi oleh mereka yang berumur 35-54 tahun yaitu sekitar 40 hingga 43 persen.
Tabel 4.2. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015
Kelompok Umur
2014 2015
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
15-17 tahun 2,00 2,12 1,52 1,86
18-24 tahun 16,16 16,25 15,42 16,67
25-34 tahun 30,08 26,26 29,26 25,02
35-54 tahun 41,54 43,85 42,71 43,44
55-64 tahun 7,70 8,51 8,02 9,53
>65 tahun 2,52 3,02 3,08 3,48
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
Jika dilihat dari kelompok umur dan jenis kelamin, secara umum tenaga kerja perempuan lebih mendominasi di semua kelompok umur kecuali kelompok umur 25-34 tahun (Tabel 4.2). Pada tahun 2014 dan 2015, persentase tenaga kerja laki-laki dan perempuan paling banyak terdapat pada kelompok umur 35-54 tahun, disusul kelompok umur 25-34 tahun. Persentase tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif yang paling sedikit terdapat pada kelompok umur 15-17 tahun, baik laki-laki maupun perempuan.
perempuannya sebesar 43,85 persen. Pada kelompok umur yang sama pada tahun 2015, persentase tenaga kerja laki-lakinya sebesar 42,71 persen, sedangkan tenaga kerja perempuannya sebesar 43,44 persen.
Penduduk usia muda adalah penduduk yang berumur 15-24 tahun menurut ILO (International Labour Organization). Jika ditilik lebih lanjut ternyata tenaga kerja usia muda yang bekerja di sektor ekonomi kreatif hanya sebesar 17,79 persen pada tahun 2015. Jika dilihat perkembangannya ternyata persentase tenaga kerja usia muda pada sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 cenderung meningkat hingga tahun 2012 yaitu dari 19,25 persen menjadi 20,80 persen, tetapi terus mengalami penurunan hingga tahun 2015 menjadi 17,79 persen.
Penduduk usia dewasa (25-59 tahun) yang bekerja di sektor ekonomi kreatif sebesar 75,47 persen pada tahun 2015. Jika dilihat perkembangannya ternyata persentase tenaga kerja usia dewasa pada sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 hingga tahun 2012 cenderung menurun yaitu dari 75,31 persen menjadi 73,86 persen, tetapi mengalami peningkatan hingga tahun 2014 menjadi 75,78 persen dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2015 menjadi 75,47 persen.
Grafik 4.1. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Usia Muda, Dewasa, dan Lansia, 2010-2015
Penduduk lanjut usia (lansia) merupakan penduduk yang berumur 60 tahun ke atas. Berdasarkan Grafik 4.1 terlihat bahwa tenaga kerja lansia yang bekerja di sektor ekonomi kreatif pada tahun 2015 sebesar 6,74 persen. Jika dilihat trennya, persentase tenaga kerja usia lansia pada sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 ke tahun 2011 yaitu dari 5,44 persen menjadi 5,03 persen, tetapi mulai tahun 2012 terus mengalami peningkatan hingga tahun 2015 menjadi 6,74 persen.
Grafik 4.2. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Usia Muda, Dewasa, dan Lansia per Subsektor, 2014-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
Grafik 4.2 menunjukkan bahwa penduduk yang bekerja di sektor ekonomi kreatif didominasi oleh penduduk usia dewasa (25-59 tahun) baik pada subsektor Kriya, Kuliner, Fashion maupun subsektor Lainnya. Pola ini terlihat baik pada tahun 2014 maupun tahun 2015.
2015 proporsinya hanya sekitar 14 persen hingga 24 persen. Sementara itu, kelompok umur lansia di empat subsektor ekonomi kreatif pada tahun 2014 dan 2015, proporsinya sekitar 2 persen hingga 8 persen. 4.2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil Sakernas tahun 2015, sektor ekonomi kreatif lebih banyak menyerap tenaga kerja perempuan dibanding laki-laki. Pada sektor ekonomi kreatif, sebesar 53,68 persen tenaga kerjanya berjenis kelamin perempuan, sementara sisanya yaitu 46,32 persen berjenis kelamin laki-laki (Grafik 4.3).
Dilihat dari tren selama tahun 2010-2015, persentase tenaga kerja perempuan di ekonomi kreatif cenderung berfluktuatif. Akan tetapi polanya tetap sama yaitu lebih tinggi persentase tenaga kerja perempuan dibanding laki-laki.
Grafik 4.3. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Kelamin, 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
subsektor Kriya sebesar 58,94 persen. Persentase perempuan yang bekerja di subsektor Kuliner sebesar 61,27 persen dan subsektor Fashion sebesar 60,19 persen.
Grafik 4.4. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Kelamin per Subsektor Tahun 2014-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
Pada tahun 2015, persentase tenaga kerja laki-laki yang bekerja di subsektor Lainnya sebesar 74,73 persen sedangkan pada subsektor Kriya sebesar 57,83 persen. Sedangkan persentase perempuan yang bekerja di subsektor Fashion sebesar 60,31 persen dan subsektor Kuliner sebesar 59,92 persen.
4.3. Tingkat Pendidikan
1. Pengetahuan (Knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki karyawan yang lebih berorientasi pada kecerdasan dan daya pikir serta penguasaan ilmu yang luas yang dimiliki oleh karyawan.
2. Keterampilan (Skill) merupakan kemampuan dan penguasaan teknis operasional di bidang tertentu yang dimiliki oleh karyawan.
3. Kemampuan (Abilities) yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang karyawan yang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerjasama, dan tanggung jawab.
Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan dari tenaga kerja dapat tercipta salah satunya dari sekolah atau pendidikan yang telah ditempuhnya. Dengan kata lain pendidikan dapat dijadikan salah satu acuan sederhana pengukuran kualitas tenaga kerja.
Grafik 4.5. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan, 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
Selama tahun 2010-2015, persentase tenaga kerja berpendidikan rendah (SMP ke bawah) di sektor ekonomi kreatif terus mengalami penurunan yaitu dari sebesar 40,84 persen (2010) menjadi 36,13 persen (2015). Di sisi lain, persentase tenaga kerja berpendidikan tinggi cenderung mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 4,57 persen pada tahun 2010 menjadi 6,67 persen pada tahun 2015.
Tabel 4.3. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015
Pendidikan 2014 2015
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
SMP ke bawah 30,66 40,91 31,45 40,18
SMA sederajat 62,64 54,23 60,61 54,25
Diploma ke atas 6,70 4,86 7,94 5,57
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Dari tabel 4.3 dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 dan 2015, tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif didominsi oleh tenaga kerja berpendidikan SMA sederajat, baik laki-laki maupun perempuan. Pada tahun 2014, tenaga kerja laki-laki yang berpendidikan SMA sederajat sebesar 62,64 persen, sedangkan tenaga kerja perempuan berpendidikan SMA sederajat sebesar 54,23 persen. Tenaga kerja berpendidikan tinggi sebesar 6,70 persen pada laki-laki dan hanya 4,86 persen pada perempuan. Berbeda dengan tingkat pendidikan SMA sederajat dan Diploma ke atas yang didominasi tenaga kerja laki-laki, pada tingkat pendidikan SMP ke bawah lebih didominasi oleh perempuan yaitu sebesar 40,91 persen sedangkan tenaga kerja laki-laki hanya 30,66 persen.
Pada tahun 2015 memiliki pola yang sama dengan tahun 2014 dimana tenaga kerja laki-laki lebih mendominasi pada tingkat pendidikan SMA sederajat dan Diploma ke atas, sedangkan tenaga kerja perempuan lebih mendominasi pada pendidikan SMP ke bawah. Tenaga kerja laki-laki yang berpendidikan SMA sederajat sebesar 60,61 persen, sedangkan tenaga kerja perempuan berpendidikan SMA sederajat sebesar 54,25 persen. Tenaga kerja berpendidikan tinggi sebesar 7,94 persen pada laki-laki dan 5,57 persen pada perempuan. Pada tingkat pendidikan SMP ke bawah, tenaga kerja perempuan sebesar 40,18 persen, sedangkan laki-laki hanya 31,45 persen.
Grafik 4.6 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 dan 2015, subsektor ekonomi kreatif didominasi oleh tenaga kerja berpendidikan SMA sederajat. Pada tahun 2014, tenaga kerja yang berpendidikan SMA sederajat paling banyak berkecimpung di subsektor Fashion yakni sebesar 68,97 persen, disusul subsektor Lainnya (59,79 persen), kemudian subsektor Kriya (55,59 persen), dan terakhir subsektor Kuliner 52,90 persen.
berkecimpung di subsektor Fashion yakni sebesar 68,43 persen, disusul subsektor Lainnya (57,30 persen), kemudian subsektor Kriya (54,44 persen), dan terakhir subsektor Kuliner 52,70 persen.
Grafik 4.6. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Tingkat Pendidikan per Subsektor, 2014-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
4.4. Jenis Pekerjaan
Jenis pekerjaan/jabatan adalah macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang atau ditugaskan kepada seseorang yang sedang bekerja atau yang sementara tidak bekerja. Jenis pekerjaan pada publikasi ini didasarkan atas Klasifikasi Baku Jenis Pekerjaan Indonesia (KBJI) 2002 yang mengacu kepada International Standard Classification of Occupations (ISCO) Tahun 1988.
Terbesar kedua adalah jenis pekerjaan tenaga usaha penjualan dengan persentase sebesar 35,53 persen. Sedangkan jenis pekerjaan dengan persentase terkecil adalah tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan yaitu sebesar 1,10 persen. Pola yang sama juga terlihat pada periode 2010-2014.
Tabel 4.4. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan, Tahun 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
Jika dilihat trennya, persentase tenaga produksi operator alat angkutan dan pekerja kasar dari tahun 2010 hingga 2012 cenderung mengalami peningkatan dari 51,37 persen menjadi 54,62 persen. Setelah itu terus mengalami penurunan hingga menjadi 49,37 persen pada tahun 2015. Sementara pada tenaga usaha penjualan terjadi pola
Jenis Pekerjaan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Tenaga Profesional, Teknisi dan Tenaga Lain Ybdi
3,17 3,10 2,90 3,17 3,21 3,13
Tenaga Kepemimpinan
dan Ketatalaksanaan 0,98 1,33 0,91 1,18 0,89 1,10 Pejabat Pelaksana,
Tenaga Tata Usaha dan Tenaga Ybdi
3,14 3,24 3,48 3,29 3,31 3,59
Tenaga Usaha Penjualan 36,31 33,21 31,94 33,55 35,73 35,53
Tenaga Usaha Jasa 5,03 6,10 6,15 6,45 6,85 7,28
Tenaga Produksi Op Alat Angkutan dan Pekerja Kasar
51,37 53,02 54,62 52,36 50,01 49,37
Lainnya*) 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
sebaliknya yaitu selama 2010-2012 cenderung mengalami penurunan, namun kemudian meningkat kembali hingga tahun 2015. Hal yang cukup menarik adalah terjadi peningkatan tenaga usaha jasa dari sebesar 5,03 persen pada tahun 2010 menjadi 7,28 persen pada tahun 2015.
4.4.1. Jenis Pekerjaan White/Blue Collar
Penentuan seorang penduduk yang bekerja sebagai white/blue collar dilihat berdasarkan kategori-kategori pada
jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan white collar terdiri dari kategori: 1). Tenaga profesional, teknisi, dan tenaga lain yang berhubungan dengan itu; 2). Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan; dan 3). Pejabat pelaksana, tenaga tata usaha, dan tenaga yang berhubungan dengan itu. Selain dari ketiga kategori tersebut, maka termasuk pada jenis pekerjaan blue collar.
Grafik 4.7. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif sebagai White/Blue Collar, 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
bekerja pada jenis pekerjaan white collar hanya sebesar 7,81 persen. Pola tersebut tidak mengalami perubahan selama tahun 2010 – 2015, dengan persentase tenaga kerja di jenis pekerjaan blue collar berada pada kisaran 92 hingga 93 persen, sedangkan
white collar berada pada kisaran 7 persen.
Tabel 4.5. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015
Jenis Pekerjaan 2014 2015
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
BlueCollar 90,48 94,39 89,84 94,22
WhiteCollar 9,52 5,61 10,16 5,78
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
Berdasarkan jenis pekerjaan dan jenis kelamin, tenaga kerja sektor ekonomi kreatif pada tahun 2014 dan 2015 didominasi oleh tenaga kerja yang bekerja sebagai blue collar baik laki-laki maupun perempuan (Tabel 4.5). Pada tahun 2014, tenaga kerja laki-laki dengan jenis perkerjaan blue collar sebesar 90,48 persen dan white collar hanya 9,52 persen. Tenaga kerja perempuan dengan jenis pekerjaan blue collar yaitu sebesar 94,39 persen dan white collar hanya 5,61 persen.
Berdasarkan Grafik 4.8 dapat diketahui bahwa pada tahun 2014 persentase terbesar tenaga kerja ekonomi kreatif yang berjenis blue collar terdapat pada subsektor Kuliner (97,32 persen). Sedangkan pada subsektor Kriya, Fashion, dan Lainnya masing-masing sebesar 95,06 persen, 91,70 persen dan 55,79 persen. Persentase tenaga kerja di jenis pekerjaan white collar adalah subsektor Lainnya (44,21 persen), Fashion (8,30
persen), Kriya (4,94 persen), dan subsektor Kuliner (2,68 persen).
Pada tahun 2015, persentase terbesar tenaga kerja ekonomi kreatif yang berjenis blue collar juga terdapat pada subsektor Kuliner yaitu sebesar 96,97 persen, disusul Kriya (94,71 persen), Fashion (91,54 persen) dan subsektor Lainnya (52,25 persen). Sedangkan persentase terbesar tenaga kerja di jenis pekerjaan white collar terdapat pada subsektor Lainnya (47,75 persen), kemudian Fashion (8,46 persen), Kriya (5,29 persen), dan subsektor Kuliner (3,03 persen).
Grafik 4.8. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jenis Pekerjaan White/Blue Collar per Subsektor,
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
4.5. Status Pekerjaan
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam melakukan pekerjaan di suatu unit usaha/kegiatan. Informasi mengenai status dalam pekerjaan utama yang dikumpulkan dalam Sakernas adalah: 1). Berusaha sendiri; 2). Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tak dibayar; 3). Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar; 4). Buruh/karyawan/ pegawai; 5). Pekerja bebas di pertanian; 6). Pekerja bebas di nonpertanian; dan 7). Pekerja keluarga/tak dibayar.
Tabel 4.6. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan, Tahun 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
Berdasarkan Tabel 4.6, pada tahun 2015 sektor ekonomi kreatif didominasi oleh tenaga kerja dengan status pekerjaan buruh/karyawan/pegawai yaitu sebesar 43,44 persen, disusul status pekerjaan berusaha sendiri yaitu sebesar 23,71 persen. Persentase
Status Pekerjaan 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Berusaha Sendiri 29,68 22,45 20,73 22,36 24,79 23,71
Berusaha dibantu buruh
tidak tetap/tidak dibayar 16,24 16,56 13,36 13,66 12,56 13,11 Berusaha dibantu buruh
tetap/dibayar 4,67 4,91 5,10 4,87 5,32 5,12
Buruh/Karyawan/Pegawai 34,17 41,98 45,83 44,39 43,39 43,44
Pekerja Bebas 3,08 3,23 3,18 2,74 2,96 3,41
Pekerja keluarga/tidak
dibayar 12,16 10,88 11,80 11,99 10,98 11,22
terkecil adalah pekerja bebas yaitu 3,41 persen. Pola yang sama juga terlihat pada tahun 2010-2014.
Apabila diperhatikan trennya, persentase buruh/karyawan/ pegawai di sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 hingga tahun 2012 cenderung mengalami peningkatan yaitu dari sebesar 34,17 persen menjadi 45,83 persen, namun selanjutnya mengalami penurunan hingga menjadi sebesar 43,44 persen pada tahun 2015. Sementara persentase berusaha sendiri pada sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 hingga tahun 2012 mengalami penurunan dari sebesar 29,68 persen menjadi 20,73 persen tetapi kembali mengalami peningkatan hingga mencapai 23,71 persen pada tahun 2015.
4.5.1. Status Pekerjaan Formal/Informal
Penentuan status formal/informal hanya secara sederhana yaitu tenaga kerja berstatus berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai masuk pada kategori formal, sedangkan sisanya (berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar, pekerja bebas, dan pekerja keluarga) masuk pada kategori informal.
Grafik 4.9. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Formal/Informal, 2010-2015
Hasil Sakernas tahun 2015 menunjukkan bahwa dari 15,96 juta orang yang bekerja pada sektor ekonomi kreatif sebesar 51,44 persen bekerja pada sektor informal sementara sisanya yaitu 48,56 persen bekerja di sektor formal.
Apabila kita lihat tren perkembangannya, persentase pekerja informal di sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 hingga tahun 2012 cenderung mengalami penurunan yaitu dari sebesar 61,16 persen menjadi 49,07 persen. Akan tetapi persentase pekerja informal perlahan mengalami peningkatan hingga tahun 2015 yaitu sebesar 51,44 persen.
Tabel 4.7. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Pekerjaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2014-2015
Status Pekerjaan
2014 2015
Laki-Laki Perempuan Laki-Laki Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5)
Formal 57,52 41,19 57,04 41,25
Informal 42,48 58,81 42,96 58,75
Total 100,00 100,00 100,00 100,00
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
Pada tahun 2015, tenaga kerja laki-laki yang berstatus pekerja formal sebesar 57,04 persen, sedangkan pekerja informal hanya 42,96 persen. Seperti halnya tahun 2014, pada tahun 2015 tenaga kerja perempuan lebih mendominasi sektor informal yakni sebesar 58,75 persen dan pada sektor formal sebesar 41,25 persen.
Grafik 4.10. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Status Formal/Informal per Subsektor, 2014-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2014-2015
Pada tahun 2014, subsektor yang didominasi oleh tenaga kerja informal hanya subsektor Kuliner dengan persentase sebesar 71,27 persen. Sementara untuk subsektor Lainnya, Fashion dan Kriya didominasi oleh pekerja formal dengan persentase masing-masing sebesar 73,92 persen, 68,78 persen, dan 58,46 persen.
persen. Sementara subsektor Lainnya, Fashion dan Kriya didominasi oleh pekerja formal yaitu masing-masing sebesar 76,35 persen, 68,85 persen dan 56,48 persen.
4.6. Jam Kerja
Jam kerja yang digunakan dalam publikasi ini berdasarkan data Sakernas yaitu jumlah jam kerja seminggu. Jumlah jam kerja seminggu adalah waktu yang dinyatakan dalam jam yang dipergunakan untuk bekerja. Jumlah jam kerja berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan penduduk yang bekerja, serta tingkat produktivitas dan biaya tenaga kerja perusahaan. Mengukur tingkat dan tren jam kerja di masyarakat untuk berbagai kelompok penduduk bekerja dan untuk penduduk bekerja secara individu menjadi penting ketika melakukan pemantauan kerja dan kondisi hidup, maupun ketika menganalisis perkembangan ekonomi.
Jam kerja bagi para buruh/karyawan/pegawai biasanya tetap, penghitungan jumlah jam kerja harus dikurangi dengan jam istirahat resmi maupun jam meninggalkan kantor/bolos. Bila melakukan lembur, maka jam kerjanya harus dihitung. Sedangkan bagi pedagang keliling jam kerjanya dihitung mulai dari menyiapkan usaha, berangkat dari rumah sampai tiba kembali di rumah dikurangi dengan jam kerja yang digunakan untuk kegiatan lain, seperti mampir ke rumah famili/kawan, istirahat, mengurus KTP, dan sebagainya.
Bila dilihat dari indikator pekerja tidak penuh (pekerja dengan jam kerja 1-34 jam seminggu) pada tahun 2015 pekerja tidak penuh mencapai 20,73 persen. Hal ini dapat diartikan bahwa pada tahun 2015 dari 100 orang yang bekerja, terdapat sekitar 21 orang yang bekerja dengan jam kerja 1-34 jam seminggu.
Tabel 4.8. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja, Tahun 2010-2015
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
Jika dilihat trennya, pekerja tidak penuh pada sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 cenderung menurun hingga tahun 2011 yaitu dari 19,34 persen menjadi 18,96 persen, tetapi mengalami peningkatan hingga tahun 2013 menjadi 23,05 persen dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2014 hingga mencapai 20,73 persen pada tahun 2015.
Jam Kerja 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
0 Jam *) 3,26 3,14 3,60 8,75 3,09 1,57
1-14 Jam 3,59 3,62 3,76 5,15 3,98 3,90
15-34 Jam 15,75 15,34 15,82 17,90 16,82 16,83
Pekerja Tidak Penuh
(1-34 Jam) 19,34 18,96 19,58 23,05 20,80 20,73
35-40 Jam 10,93 12,91 13,67 13,98 12,98 14,12
41-48 Jam 25,69 32,01 32,12 27,17 31,11 31,60
Lebih dari 48 Jam 40,78 32,98 31,03 27,05 32,02 31,98
Total 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
1-Tabel 4. 9. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin, Tahun 2010-2015
Jam Kerja 2010 2011 2012 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Laki-Laki
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,000 Jam *) 3,12 2,65 2,90 8,84 3,07 1,48
1-14 Jam 2,02 2,20 2,05 3,22 2,15 2,11
15-34 Jam 10,15 10,11 10,37 14,03 11,31 10,38
Pekerja Tidak Penuh
(1-34 Jam) 12,17 12,31 12,42 17,25 13,46 12,49
35-40 Jam 9,35 11,53 12,43 13,17 11,31 13,12
41-48 Jam 28,83 35,60 36,13 30,16 36,22 36,08
Lebih dari 48 Jam 46,53 37,91 36,12 30,58 35,94 36,83
Perempuan
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,000 Jam *) 3,37 3,60 4,20 8,68 3,10 1,64
1-14 Jam 4,95 4,92 5,23 6,84 5,55 5,44
15-34 Jam 20,59 20,11 20,47 21,29 21,52 22,40
Pekerja Tidak Penuh
(1-34 Jam) 25,54 25,03 25,70 28,13 27,07 27,84
35-40 Jam 12,30 14,17 14,74 14,69 14,41 14,98
41-48 Jam 22,96 28,73 28,70 24,56 26,75 27,74
Lebih dari 48 Jam 35,83 28,47 26,66 23,94 28,67 27,80
*) 0 Jam: Sementara Tidak Bekerja
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010-2015
sedangkan pekerja tidak penuh laki-laki hanya sebesar 12,49 persen. Jika dilihat trennya, pekerja tidak penuh perempuan pada sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 cenderung menurun hingga tahun 2011 yaitu dari 25,54 persen menjadi 25,03 persen, tetapi mengalami peningkatan hingga tahun 2013 menjadi 28,13 persen dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2014 menjadi 27,07 persen dan kembali naik pada tahun 2015 menjadi 27,84 persen.
Tenaga kerja tidak penuh laki-laki pada sektor ekonomi kreatif dari tahun 2010 cenderung meningkat hingga tahun 2013 yaitu dari 12,17 persen menjadi 17,25 persen, akan tetapi terus mengalami penurunan hingga tahun 2015 menjadi 12,49 persen.
Grafik 4.11. Persentase Tenaga Kerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Jam Kerja per Subsektor, 2014-2015
Grafik 4.11 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 dan 2015 sebagian besar subsektor ekonomi kreatif didominasi oleh pekerja penuh (memiliki jam kerja lebih besar dari 35 jam dalam seminggu)1.
Apabila diurutkan subsektor dengan proporsi pekerja penuh paling besar ke paling kecil pada tahun 2014 yaitu subsektor Fashion (83,59 persen); subsektor Lainnya (79,19 persen); subsektor Kriya (79,23 persen); dan subsektor Kuliner (76,64 persen). Pola yang sama juga terlihat pada tahun 2015 dimana Fashion menjadi subsektor dengan proporsi pekerja penuh paling besar.
BAB V
≥65 Tahun
≥65 Tahun
Lampiran 1.a. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor
(ribu orang), 2010
Sumber: BPS RI, Sakernas 2010
Kelompok Umur
(tahun) Kriya Kuliner Fashion Lainnya Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total 3.840 6.017 3.495 996 14.348
15-17 Tahun 115 173 109 14 412
18-24 Tahun 633 717 817 183 2.350
25-34 Tahun 1.213 1.545 1.247 371 4.376
35-54 Tahun 1.453 2.812 1.164 377 5.806
55-64 Tahun 260 554 124 39 976
≥65 Tahun 166 216 34 12 428
Laki-laki 2.175 2.377 1.385 720 6.656
15-17 Tahun 43 69 32 7 151
18-24 Tahun 336 323 258 106 1.022
25-34 Tahun 719 705 489 267 2.180
35-54 Tahun 859 1.026 522 301 2.707
55-64 Tahun 139 186 69 29 424
≥65 Tahun 79 68 15 10 172
Perempuan 1.665 3.640 2.110 276 7.691
15-17 Tahun 72 105 77 7 261
18-24 Tahun 297 395 559 77 1.328
25-34 Tahun 494 840 759 104 2.196
35-54 Tahun 594 1.785 643 76 3.098
55-64 Tahun 121 368 54 9 552
Lampiran 1 b. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor
(ribu orang), 2011
Sumber: BPS RI, Sakernas 2011
Kelompok Umur
(tahun) Kriya Kuliner Fashion Lainnya Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total 3.368 5.596 3.554 929 13.447
15-17 Tahun 103 160 129 15 407
18-24 Tahun 622 768 843 161 2.394
25-34 Tahun 987 1.409 1.199 352 3.948
35-54 Tahun 1.289 2.552 1.233 353 5.426
55-64 Tahun 226 522 118 42 907
≥65 Tahun 141 185 32 6 365
Laki-laki 2.004 2.322 1.378 707 6.411
15-17 Tahun 51 62 36 8 158
18-24 Tahun 347 376 256 100 1.080
25-34 Tahun 636 676 467 266 2.045
35-54 Tahun 776 941 540 291 2.548
55-64 Tahun 126 206 63 36 430
≥65 Tahun 68 61 16 6 150
Perempuan 1.364 3.275 2.175 223 7.037
15-17 Tahun 51 98 93 7 249
18-24 Tahun 275 392 587 60 1.314
25-34 Tahun 352 733 732 87 1.903
35-54 Tahun 513 1.612 692 62 2.879
55-64 Tahun 100 316 55 6 477
≥65 Tahun 73 124 16 1 215
≥65 Tahun
≥65 Tahun
≥65 Tahun
≥65 Tahun
≥65 Tahun
Lampiran 1.c. Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja di Sektor Ekonomi Kreatif Menurut Kelompok Umur per Subsektor
(ribu orang), 2012
Sumber: BPS RI, Sakernas 2012
Kelompok Umur
(tahun) Kriya Kuliner Fashion Lainnya Total
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Total 3.552 5.847 4.122 971 14.491
15-17 Tahun 106 178 148 17 450
18-24 Tahun 630 767 998 170 2.565
25-34 Tahun 1.019 1.407 1.343 379 4.149
35-54 Tahun 1.419 2.708 1.450 352 5.928
55-64 Tahun 237 565 142 45 988
≥65 Tahun 141 222 41 8 411
Laki-laki 2.097 2.309 1.519