• Tidak ada hasil yang ditemukan

Antara Kutu Buku dan Tuku Buku agung nugrohoadhi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Antara Kutu Buku dan Tuku Buku agung nugrohoadhi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANTARA KUTU BUKU DAN

TUKU

BUKU

Agung Nugrohoadhi

Pustakawan Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281

Daerah Istimewa Yogyakarta agungnugrohoadhi@ymail.com

Abstrak

Perpustakaan sebagai salah satu tempat pusat informasi ilmiah menjadi tujuan civitas akademika dalam memperkaya wawasan mereka untuk mendukung dalam mengembangkan daya intelektual mereka. Namun tentunya tugas perpustakaan tidak hanya melayani mereka dengan menyediaan sumber informasi saja namun tentunya pustakawan mempunyai tanggungjawab untuk mengembangkan budaya baca. Budaya membaca sebenarnya menjadi motivasi pribadi sehingga menjadi tugas perpustakaan untuk dapat merangsang motivasi agar gairah minat baca dapat ditingkatkan. Begitu banyak manfaat yang diperoleh ketika pengembangan budaya baca menuju minat baca yang tinggi akan menyebabkan kualitas pemustaka menjadi meningkat. Keterampilan menulis akan menyusul apabila minat baca sudah menjadi bagian gaya hidup mereka.

Kata Kunci : Minat baca, tuku buku, kutu buku,

A. Pendahuluan

Perpustakaan dalam perjalanan panjangnya mengalami dinamika dan akhir-akhir ini

keberadaannya mulai diperhitungkan walaupun tak lepas dari segala kekurangannya .

Perpustakaan tidak diragukan lagi sebagai unit pendukung kegiatan proses belajar mengajar

khususnya di perguruan tinggi memegang peran yang amat penting dengan tanggungjawabnya

terhadap penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh civitas akademika. Dalam menyediakan

informasi tidak saja berbentuk text book namun juga dalam bentuk digital bahkan saat ini

perpustakaan sudah menjadi salah satu unit mitra para vendor untuk menawarkan jurnal – jurnal

online atau buku-buku online seperti proquest dan Ebsco.

Profesi pustakawan ditengah maraknya mesin pencari infomasi (search engine) tetap

dibutuhkan oleh para pengguna atau pemustaka. Adanya mesin pencari informasi tidak serta

merta meminggirkan profesi pustakawan bahkan sekarang mulai timbul minat mahasiswa untuk

mengikuti kelas literasi informasi yang banyak ditawarkan oleh perpustakaan-perpustakaan

(2)

dipercaya ataupun tentang etika dalam pengutipan sesuatu sumber sehingga akan membawa

mahasiswa paham betul bagaimana menghadapi banjir informasi ini dengan bijak.

Perpustakaan sebagai salah satu tempat pusat informasi ilmiah akan menjadi tujuan civitas

akademika untuk memperkaya wawasan mereka guna mendukung pengembangan daya

intelektual mereka. Namun tentunya tugas perpustakaan tidak hanya melayani mereka dengan

menyediakan sumber informasi saja namun tentunya pustakawan mempunyai tanggungjawab

untuk mengembangkan budaya baca dikalangan civitas akademika. Kalau dalam judul tulisan ini

adalah antara kutu buku dan tuku buku hanyalah sebagai anekdot belaka . Ilustrasi ini hanya

ingin menunjukkan kepada pembaca walaupun hanya mempertukarkan dua suku kata antara ku

tu dan tu ku ternyata mempunyai implikasi yang membutuhkan energi tersendiri. Kalau hanya

sekedar tuku buku dalam Bahasa Jawa artinya membeli buku merupakan hal yang mudah asal

ada uang pasti kita dapat membeli buku namun kalau ingin kutu buku yang dimaksudkan untuk

menggemari membaca maka perpustakaan seharusnya dapat memberikan motivasi kepada

pemustaka agar mereka dapat mengembangkan budaya baca tidak saja ketika ada tugas-tugas

dari dosen atau ketika seorang dosen sedang melakukan penelitian tentunya bukan merupakan

sesuatu yang mudah untuk dilakukan sehingga perpustakaan memerlukan terobosan-terobosan

agar mampu mengoptimalkan pengembangan budaya baca yang akan memberikan kontribusi

bagi pengembangan sumber daya manusia yang unggul dan kreatif. Adanya pemaparan hasil

penelitian organisasi Kerjasama dan pembangunan Ekonomi (OECD) pada tahun 2013 yang

menempatkan Indonesia sebagai negara peringkat kedua paling inovatif dalam bidang

pendidikan di dunia tentu tidak lepas dari peran perpustakaan (Republika 27 Februari 2015) dan

ini akan mempertinggi kedudukan perpustakaan pada masa yang akan datang.

B. Metode

Tulisan ini merupakan hasil pengamatan penulis dengan beberapa sumber untuk menambah

pemahaman untuk mengembangkan budaya baca atau lebih dikenal sebagai peningkatan minat

baca untuk kemudian dianalisis guna memperoleh pemahaman pentingnya minat baca untuk

(3)

C. Pembahasan

Ketika penulis membaca sebuah berita di situs www.inilahduniakita.net. tergelitik dengan

berita “Kota di Rumania terapkan naik bus gratis jika membaca buku”. Dalam berita itu

dijelaskan bahwa untuk menarik masyarakat Rumania agar bersedia menaiki angkutan umum

sekaligus membudayakan minat baca penduduk maka pemerintah kota Cluj Napoca Rumania

akan menggratiskan penumpang bus kota jika selama dalam perjalanannya membaca buku .

Meski hanya berlangsung tiga hari (4-7 Juni 2015). Namun ide ini ternyata juga cukup

mengundang perhatian warga . Ide ini sebenarnya juga dapat memancing pustakawan untuk

mencari terobosan agar perpustakaan menjadi satu tempat yang akan dapat mengembangkan

budaya membaca khususnya dikalangan civitas akademika pada perpustakaan perguruan tinggi.

Menarik ucapan Prof. Suyanto dari UNY mengatakan bahwa penguatan Sumber daya

manusia untuk menghadapi pasar bebas khususnya AFTA 2015 ini ada lima keterampilan yang

harus dipenuhi oleh seorang lulusan perguruan tinggi yaitu kemampuan berkomunikasi secara

verbal, kolaborasi, professional dibidangnya, mampu menulis dengan baik serta kemampuan

untuk memecahkan masalah . Pernyataan ini seharusnya lebih dapat memacu pustakawan untuk

lebih menggiatkan minat baca karena salah satu keterampilan yaitu kemampuan menulis dari

para mahasiswa dapat diperoleh melalui peningkatan minat bacanya dan itu dapat dilakukan

melalui pembiasaan diri melakukan aktivitas intelektual di perpustakaan sebagai gudangnya ilmu

pengetahuan (http://www.uny.ac.id/berita/kesiapan-sdm-indonesia-menghadapi-afta-2015.html).

Minat baca merupakan kunci dalam membentuk seseorang terampil dalam menulis karena

membaca menjadi kemampuan tingkat pertama sebelum menulis. Pandangan ini dapat

menjelaskan ketika seseorang mampu memahami suatu bacaan , ia akan memiliki suatu

pengetahuan yang ada dalam otaknya. Otak seumpama bank data jelas sangat berguna ketika ia

hendak menulis. Ibarat menabung uang di bank, membaca dapat dipandang sebagai kegiatan

menabung ribuan kosa kata di dalam otak kita yang sewaktu-waktu dapat dikeluarkan kembali

secara total. Pandangan ini memang benar dan ini akan berbenturan dengan budaya malas

membaca yang masih menjadi permasalahan bagi kita (https://indonesiasaram.wordpress.com)

Meningkatkan budaya membaca seharusnya muncul dari motivasi sendiri sehingga

menjadi tugas perpustakaan dapat membantu merangsang motivasi agar gairah minat baca dapat

(4)

Rumania . Dalam realitasnya membaca hanya dilakukan ketika seorang mahasiswa

mendapatkan tugas dari dosen namun jarang sekali membaca dilakukan memang bertujuan

untuk menambah wawasannya. Sebenarnya kebiasaan membaca sebaiknya diperkenalkan semenjak anak-anak usia 0 – 2 tahun sebab pada masa ini perkembangan otak anak amat pesat

(80 % kapasitas otak manusia dibentuk pada periode dua tahun pertama) dan amat reseptif

(mudah menyerap apa saja dengan memori yang kuat) dan kebiasaan untuk meluangkan waktu

seperti dilakukan orang Jepang yang menyadari betul hal ini sehingga negara yang pernah hancur

lebur dibom oleh Amerika dan sekutunya ini melakukan gerakan 20 Minutes Reading of

Mother and Child, dimana seorang ibu harus mengajak anaknya membaca, minimal dua puluh

menit sebelum si anak tidur (www.suaramerdeka.com/harian/). Gerakan ini mirip dengan jam

wajib belajar masyarakat yang pernah dilakukan di kota Yogyakarta pada tahun 1995 tentang

Jam Belajar Masyarakat yang mewajibkan orang tua untuk mematikan televisi pada jam 18,00

sampai 20.00 agar anak dapat belajar. Gerakan ini harapannya dapat dipatuhi masyarakat

sehingga bukan tidak mungkin akan melahirkan anak-anak kutu buku dan mereka lebih dapat

menikmati membaca buku daripada bermain playstations misalnya. Gerakan ini sampai saat ini

masih terasa gaungnya ada beberapa sekolah dasar di Yogyakarta pada awal jam pertama selama

15 menit anak diwajibkan untuk membaca buku apa saja asalkan bukan buku komik.

Maka perpustakaan perguruan tinggi walaupun agak berat untuk menggenjot minat baca ini

karena umur mahasiswa sekitar 19 tahun cukup sulit untuk mengembangkan minat bacanya

namun perpustakaan masih dapat melakukan terobosan agar budaya minat baca dikalangan

civitas akademik khususnya mahasiswa terus dapat ditingkatkan. Kegiatan ilmiah seharusnya

juga mengajak peran perpustakaan untuk terlibat secara aktif misalnya ketika kegiatan UKM

(unit kegiatan Mahasiswa) seperti pers mahasiswa dapat menyelenggarakan usaha-usaha

pengembangan penulisan artikel ataupun penulisan ilmiah sehingga minat baca diharapkan

semakin meningkat dan ini sesuai dengan misi yang ingin dikembangkan perpustakaan.

Kultur minat baca apabila sudah berhasil ditanamkan pada mahasiswa maka ketakutan

adanya usaha-usaha penjiplakan skripsi sedikit lebih dapat dikurangi karena kurangnya faktor

keterampilan menulis mengakibatkan mahasiswa mengambil jalan pintas dengan melakukan

(5)

D. Penutup

Kesimpulan dan Saran

Begitu banyak manfaat yang diperoleh ketika pengembangan budaya baca menuju minat

baca yang tinggi akan menyebabkan kualitas mahasiswa menjadi meningkat. Keterampilan

menulis akan menyusul apabila minat baca sudah menjadi bagian gaya hidup. Maka

Perpustakaan tidak sekedar sebagai unit yang menyediakan koleksi buku (tuku buku) namun juga

seharusnya menciptakan kutu buku dalam arti menumbuhkan budaya minat baca menjadi

semakin meningkat. Beberapa hal yang mungkin dapat dilakukan oleh perpustakaan untuk

mengembangkan budaya membaca agar dapat meningkatkan kompetensi pemustaka adalah :

1. Melakukan pembelian koleksi buku yang selalu up to date sehingga ketertarikan

untuk membaca lebih tinggi

2. Selalu merawat buku dan memperbaiki buku-buku yang sekiranya sudah lusuh

sampulnya, karena dengan penampilan yang tidak menarik dari suatu buku akan

mengurangi minat seseorang untuk membaca suatu buku.

3. Perpustakaan dapat memberikan reward bagi pemustaka misalnya dalam bentuk

vocher pembelian buku di suatu took buku yang mengadakan kerjasama dengan

perpustakaan.

4. Melakukan lomba risensi buku bagi mahasiswa sehingga strategi ini sedikit banyak

akan membantu peningkatan minat baca mahasiswa.

5. Lebih mengintensifkan daftar usulan buku baru sehingga peprustakaan tahu betul

buku apa yang diperlukan oleh pemustaka

(6)

Daftar Pustaka

Corat-coret Bahasa. (2007) . Diakses pada 11 Oktober 2015. Melalui

http://indonesiasaram.wordpress.com/2007/01/06/masalah-kemampuan-berbahasa-indonesia/ .

Dokumentasi Kliping Arah Perkembangan Pendidikan di Indonesia Tahun XXVIII No 2 Februari (2015), Minat Baca, Jakarta, CSIS.

Kota Rumania Ter apkan Naik Bus Gr atis Jika Membaca Buku ,(2015) . Diakses pada 10 Oktober 2015 melalui :/ / w w w .Inilahduniakit a.net/ 2015/ 08/ html.

Muslih, Muh. Budaya Membaca Masih Diawang-awang . (2003) diakses pada 11 Oktober 2015 melalui www.suaramerdeka.com/harian.

Suyanto, (2013). Kesiapan SDM Menghadapi AFTA 2015. Diakses pada 11 Oktober 2015 melalui http://www.uny.ac.id/berita html.

Biografi Penulis

Nama : Agung Nugrohoadhi

TTL : Yogyakarta, 4 Februari 1965

Pekerjaan : Staf Bagian Pengadaan Serial Pelayanan Teknis Perpustakaan Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Alamat kantor : Jalan Babarsari 44 Yogyakarta

Alamat rumah : Ds Mojosari RT 03 , Desa Sitimulyo, Kec. Piyungan Kab. Bantul

No HP : 08156895514

Email : agungnugrohoadhi@ymail.com

Pendidikan : S1 Fakutas Sastra Sejarah UGM Lulus 1989

Referensi

Dokumen terkait

Kerjasama kegiatan pengabdian kepada masyarakat dituangkan melalui kesepakatan bersama dalam bentuk MoU (Memorandum of Understanding) atau/dan bentuk- bentuk nota

Oleh karena itu dalam program pelepasliaran burung kakatua hasil penyerahan masyarakat perlu dilakukan identifikasi secara morfologi dan teknik DNA molekuler untuk

Fotosintesis berperan penting bagi kehidupan organisme karena menyediakan oksigen yang diperlukan untuk proses pernapasan, mendaur ulang karbon dioksida yang dihasilkan dari

Batubara daerah Ransiki, Papua Barat menarik untuk diteliti karena berada pada Formasi Tipuma yang berumur Pra-Tersier.. Batubara Pra-Tersier ini diharapkan memiliki

Bagi perempuan yang melebihi 15 hari maka dia wajib sembahyang atau puasa walaupun masih keluar darah, tetapi mesti mengentahui segala syarat bagi orang

PP Nomor 19 Tahun 2010 tidak sedikit pun mengeliminasi pasal-pasal yang ada dalam UU Nomor 32 tentang Pemerintahan Daerah, tapi bobot kewenangan gubernur

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi pengembangan ilmu hukum di bidang hukum pidana, khususnya pemahaman teoritis mengenai

Melihat ciri-ciri perpustakaan tersebut, maka perpustakaan tidak hanya sekedar tempat menyimpan buku maupun non buku, namun harus ada pengelolaan (manajemen) terhadap