• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelimpahan Wewenang Pengelolaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dari Pemerintah Pusat ke Daerah besturc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pelimpahan Wewenang Pengelolaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan dari Pemerintah Pusat ke Daerah besturc"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

VOLUME II NOMOR 3 JunI 2013

ISSN : 2302-3783

. w

BestuuR

Jurnal Hukum Administrasi Negara

IGusti Ayu Ketut Rachmi Handay,

• • . j

Wida Astuti

jM Ayu Ke,u, Rach,™ Handayani dan Djoko Wahyu Winarno

: „

i r e w r e n s i i n s r e r

4 9

Ridzke Faradila

i

^ ^

-Dika Yudanto

Agung Pambudi

°™> ^"i,^,nBuruhSeiahtera.ndonesla 1992 unfuk Mewujudkan

la : '

;s Pel kan Ki

'omor 24 1

jdana

ihun 2

'eraturan Daerah

atho Muhamma

wati Agustina

n Di PT F

^daulaian Nega

BAGIAN HI KL MAIIMIMSTRASI NEGAB \

FAKULTAS HUKUM

(2)

DAFTARISI

Editorial •

Daftarlsi

Penegakan Hukum Lingkungan Administrasi di Indonesia.

IGusti Ayu Ketut Rachmi Handayani

>Pelimpahan Wewenang Pengelolaan Pemungutan Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan

Nr Perkotaan dari Pemerintah Pusatke Daerah

WidaAstutl.

Undang-Undang Nomor 7Tahun 2004tentang Sumber DayaAir dan Dampak Pemberiakuannya.

IGusti Ayu Ketut Rachmi Handayani dan DJoko Wahyu Winarno.

asi

Upaya Penyelesalan Persellsihan Hubungan Industrial PT. Freeport Indonesia dengan Serikat

Pekerja.

Nlndy Ockta Mutiara Hapsari dan Mlta Ardlantl

Kebijakan Izin Usaha Perhotelan dl Kota Surakarta (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10

Tahun 2009Tentang Kepartwisataan)

Rldzke Faradila

Anallsis Penerapan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Balkdalam Surat Keputusan Pejabat

«

Tata Usaha Negara yang Materinya BersKat Konkrit-lndMdual di Lingkungan Pengadllan Tata

Usaha Yogyakarta

DikaYudanto.. •••

Peranan SBSI(Serikat Buruh Sejahtera Indonesia) 1992 Untuk Mewujudkan Kesejahteraan bagi

buruh/Pekerja dalam Pelaksanaan Upah Minimum di Kota Surakarta

|fl

AgungPamudl

S1

Pengaruh Undang-Undang Ketenagakerjaanterhadap ProsesPekerja Pensiuan yang Dipekerjakan

^

Kembali Sebagai Pekerja Kontrak di PT. Dan Liris Sukoharjo.

Niken Tri Haryatl dan Feklh Wahyu Widarningrum

ProsedurPendaftaran Tanah Hak Milik Melalui Jual BefiBerdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

24Tahun 1997 Tentang Prosedur Pendaflaran Tanah.

wi

Ika Dyah Ayu Subrata.

Efektifitas Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 13Tahun 2010tentang Bea Perolehan Hak

atasTanah dan Bangunan Sebagai Pajak Daerah terhadap Kepatuhan Wajib Pajak di Kola Surakarta

Adityo Bayu Baskoro dan Nicko Bayu Pradana

|g

Perlindungan Hak Pekerja Perempuan di PT Petrokimia Gresik.

Bagus Raditya dan Kurniawati Agustina

#

ImptementasiAsas Cabotagesebagai Ipad Poiitik Hukum Kelautan Indonesiadalam Menciptakan

Kedaulatan Negara Bahari.

Latho Muhammad dan Rohmadl

4 Bestuur Edisi03 Juni 2013- September 2013

.ri'*

••v: -" \vi VI*;.:,1.. .;A m m

4*1

(3)

PELIMPAHAN KEWENANGAN PENGELOLAAN PEMUNGUTAN PAJAK BUMI

DAN BANGUNAN PEDESAAN DAN PERKOTAAN DARI PEMERINTAH PUSAT KE DAERAH

Oleh:

Wida Astuti

Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

E-mail: widaastuti_60@yahoo.co.id

Abstract

Transferofproperty tax management and urban from central government to local government is a form of

follow-up regional autonomy and fiscal decentralization policy form thatis pouredilntothe Numberlegisla

tion. 28 of 2009 on regional taxes andlevies I?

In order to transfer the management of the local government in charge of and responsible for setting up, among others, local regulations, infrastructure, human resources, and better socialization.

Keywords: Land TaxBuildingRuraland urban, delegation ofauthority

Abstrak

Pengalihan pengelolaan pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi

fiskal bentuk kebijakan itu dituangkan ke dalam undang-undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah

dan retribusi daerah

Dalamrangka pengalihan pengelolaan pemerintahdaerah bertugas dan bertanggungjawab untukmenyiapkan antara lain, peraturan daerah, sarana dan prasarana, sumber daya manusia, sosialisasi dan sebaiknya.

Kunci: Pajak Bumi Bangunan Perdesaan dan perkotaan, pelimpahan kewenangan.

A Pendahuluan

Pajak Bumi dan bangunan merupakan pajak yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986 berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1985, undang tersebut di ubah dengan Undang-undang No. 12 tahun 1998Pajak Bumi dan Banhunan adalah penerimaan pajak pusat yang

sebagian besar hasilnya diserahkan ke pada daerah

karena pajak Bumi dan Bangunan termasuk jenis

pajak yang penerimaannya dibagi-bagikan kepada

daerah sebagai hasil dana perimbangan.Wacana desentralisasi fiskal muncul dengan diberlakukan

kebijakan pemerintahtentang otonomiDaerah, yang

secara efektif dilakukan tanggal 1 januari 2001,

kebijakan tersebut diwujudkan dalam 2 (dua) undang-undang yaitu UU Nomor 22tahun 1999 Jo

UU Nomor 35 tahun 2004 Jo undang-undang No. 25 bit 1999 Jo UU Nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan anatara pemerintah pusat dan daerah.Kompleksitas persoalan otonomi daerah di Indonesia juga terkait dengan Hubungan

keuangan pusat dan daerah walau terdapat

kepentingan yang sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk mengembangkan kontrol atas keuangan, namaun kedua belah pihak

juga memilih kelemahan yang sangat mengganggu

mekanisme pengelolaan keuangan pusat dan

daerah padan tingkatan daerah terdapat persoalan akuntabilitas dan responsibilitas pengelolaan keuangan serta belum terbentuknya sistem yang

sempurna untuk memastikan setiap uang rakyat

dikelola secara bertanggungjawab oleh pemerintah daerah sedang pada tingkatan pemerintah pusat adanya kualitasyang tinggiantar departemen dalam pengelolaan keuangan daerah.Dari perkembangan antara pro dan kontra atas ke dua Undang-undang

tersebut, berkembang pemikiran untukmenjadikan PBB sebagai pajak Daerah. Bentuk kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dengan pengalihan ini, maka kegiatan

proses pendataan, penilaian, penetapan,

pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan PBB perdesaan dan perkotaan akan diselenggarakan oleh pemerintah Daerah

(Kabupaten/kota)

B. Otonomi Daerah Dan Asas Desentralisasi

Untuk membangaiin sarana prasarana,

menertibkan dan mensejahterakan serta

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat seluruh Indonesia, pemerintah pusat tidak dapat mengelolanya sendiri, untuk itu pemerintah pusat

membentuk pemerintah daerah di setai provensi,

10 Bestuur Edisi 03Juni20i3 - September 2013 Pelimpahan Kewenangan Pengelolaan

c

r

1

1

s

o

u

s

D

d.

d; te

m

b<

. di tif

*kc

tic

dc

N|

Di

(4)

kabupaten dan kota tidak lain untuk membantu

mengatur dan mengawasi keadaan dan

kesejahteraan masyarakat di setiap provensi,

kabupaten, kota.

Berdasarkan Amanat pasal 1 ayat (1) UUD

1945 yang berbunyi" Negara Indonesia ialah negara

kesatuan yang berbentuk Republik, adanya daerah

yang mempunyai kewenangan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangga sendiri harus diletakkan

dalam kerangka negara Kesatuan, bukannegara

federasi.

Sedangkan daerah otonorn berdasarkan

ketentuan pasal 1angka 6undang-undang no. 12

tahun 2008 tentang pemerintah daerah, dinyatakan

bahwa, daerah otonomi selanjutnya disebut daerah

adalah kesatuan masyarakat hukum yang

mempunyai

batas-batas

wilayah

yang

berwewenwng mengatur dan mengurus urusan

pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan sistem

negara kesatuan Republik Indonesia.

Dilihat dari kota otonomi, istilah otonomi

berasal dari bahasa Yunini "Outos" yang berarti

sendiri dan "Nomos" yangberarti Undang-undang

atau aturan. Dengan demikian otonomi dapat

diartikan sebagai kewenangan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangga sendiri (bayu Suryaningrat,

1980;33).

Berdasar pasal 1angka 5 Undang-undang No.

12 tahun 2008, Istilah otonomi daerah diartikan

sebagai hal, wewenang dan kewajiban daerah

otonorn untuk mengatur dan mengukur sendiri

urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat

setempat sesuai peraturan perundang-undangan.

Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa otonomi

daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan

daerah dapat mengaktualisasikan segala potensi

teknik yang dimiliki secara optimal. Dimana untuk

mewujudkan keadaan tersebut berlaku proposisi

bahwa pada dasamya segala persoalan sepatutnya

diserahkan kepada daerah untuk

mengiden-tifikasikan, merumuskan dan memecahkannya,

kecuali untukpersoalan-persoalan yang memang

tidak mungkin diselesaiakn oleh daerah itu sendiri

dalam prespektif keutuhan negara bangsa (

Ngamazoo.2009.Ulasan mengewnai otonomi

Daerah. Http://cofe-eko™^'i^nn?Pnt.com/2009/

05/ulasan. Mengebai otonomi daerah. htm 1 (27

Mei2013)

Secara teoritis, hubungan kekuasaan antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah

berdasarkan atas 3 (tiga) asas, yaitu asas

desentralisasi, asas dekonsentrasi dan asas tugas

pembantuan.

BestuurEdisi 03Juni 2013 - September 2013

1. Asas desentralisasi

Asas penyelenggaraan otonomi daerah

yang tepenting adalah desentralisasi

(desentrum). Desentralisasi dapat diartikan"

lepas dari pusat" atau" tidak terpusaf. Dalam

hal ini penyerahan weweanang sepenuhnya dari

pemerintah pusat kepada pemerintah daerah

tentang ukuran tertentu sehingga pemerintah

daerah dapat mengambil prakasa sepenuhnya

baik menyangkut kebijakan, perencanaan,

pelaksanaan dan penbiayaan.

2. Asas Dekonsentrasi

Meruapakan pelimpahan wewenang dari

pemerintah pusat kepada pejabat-pejabat di

daerah. Pelimpahan berdasarkan asas

Dekonsentrasi, tanggung jawab tetap pada

pemerintah pusat, baik dari segi policy,

perencanaan, maupun pembiayaan ( PM

Tangke 2009, otonomi Daerah, landasan

Hukum, Asas dan pemda. http:// paulusm

tangke.wordpress.com/2009/03/18/otonomi

daerah-landasan-Hukum-asas dan pemda)

Unsur pelaksana dekonsentrasi adalah segala

Instansi vertikal%ang ada di daeah yang

dikoodiner oleh kepala wilayah sebagai alat

atau aparat dekonsentrasi dalam hal koodinasi

ini kepala wilayah tidakboleh membuat

kebijakan sendiri, karena kebijakan terhadap

pelaksana urusan dekonsentrasi tersebut

sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah pusat.

3. Asas tugas pembentukan (Medebewind)

Asas tugas pembantuan adalah tugas

untuk turut sertadalam melaksanakan urusan

pemerintah yang ditugaskan kepada

pemerintah daerah oleh pemerintah atau

pemerintah daerah tingkat atasnya dengan

kewajiban mempertanggungjawabkan kepada

yang menugaskan istilah medebewind berasal

dari kata Mede, berarti turut serta dan bewind

berarti berkuasa, memerintah.

Desentralisasi memiliki berbagai mavam tujuan

secara umum tujuan tersebut dapat diklasiflkasikan

ke dalam dua variabel penting, yaitu pertama

penlngkatan efisiensi dan efektivitas penye

lenggaraan pemerintah, dan kedua penlngkatan

partipasi masyarakat dalam pemerintah dan

pembangunan.Desentralisasi merupakan salah

satu sendi dalam negara kesatuan dan mencririkan

sebagai negara demokrasi. Tetapi hal tidaklah ada

artinya jika dalam iniplementasinya tidak

dilaksanakan secara konsisten dan

sungguh-sungguh. Dalam realitasnya, desentralisasi yang

terjadi di Indonesia sangat jauh dari nilai-nilai ideal.

Adanya masalah inkonsistensi didaerah

Pelimpahan Kewenangan Pengelolaan.

11
(5)

penyelenggaraan pemerintah di daerah

mere-fleksikan bahwa konsistensi hukum sering terjadi

di daerah perundang-undangan di Indonesia.

Tepatnya In ronsistensi vertikal dan Horizontal dalam

pejiieyelenggaraan pemerintah di daeah, khususnya

pada hubungan kewenangan dan menimbulkan

dampak hukum yangmempunyaipengaruh secara signifikan terhadap kepastian hukum yang

dicita-citakan oleh pemerintah (fahmi sudi, 2007,

165-166)Desentralisasi adalah cara atau sistem untuk

mewujudkan asas demokrasi, yang memberikan kesempatan kepada rakyat untuk ikut serta dalam

pemerintah negara Indonesia dengan wilayahnya yang luas dengan jumlahpenduduknya yang banyak serta dengan tingkat heterogenitas yang begitu kompleks, tentu tidak mungkin pemerintah pusat dapat secara efektif menjalankan fungsi-fungsi

pemerintah tanpa melibatkan perangkatdaerah dan

menyerahkan keweangan kepada daerah otonorn,

untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemerintah dimaksud salah satunya diperlukan desentralisasi

(Josep Riwu Kaho, 1991:33)MenurutThe liang gie

dalam (moriun, 1975, 49) alasan dianutnya

desentralisasi adalah sebagai berikut:

1. Dilihat dari sudut politik, sebagai perijinan

kekuasan desentralisasi di maksudkan untuk

mencegah penumpukan kekuasaan pada salah

satu pihak saja yang pada akhirnya dapat

: menimbulkan tirani.

2. Dalam bidang penyelenggaraan pemerintah,

desentralisasi dianggap sebagai tindakan pendemokrasian untuk menarik rakyat ikut

serta dalam pemerintah dan melatih diri dalam

mempergunakan hak-hak demokrasi.

3. Dari sudut teknik organisatoris pemerintah,

alasan mengadakan pemerintahan daerah (desentralisasi) adalah semata-mata untuk

mencapai suatu pemerintah yang efisien aya

yang dianggap lebih utama untuk dilukis

pemerintah setempat pengurusannya diserahkan kepada daerah. Hal-hal yang lebih

tepat ditangani pusat tetap diurus oleh pemerintah pusat.

4. Dari sudut kultural, desentralisasi perlu

diadakan supaya perhatian dapat sepenuhnya

ditujukan keapada kekhususan suatu daerah, seperti geografi, keadaan penduduk, kegiatan ekonomi, watak kebudayaan atau latar belakang sejarahnya.

5. Dari sudut kepentingan pembangunan

ekonomi, desntralisasi diperlukan karena pemerintah daerah dapat lebih banyak dan

secara langsung membantu pembangunan

daerah.

C. Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)

Pajakadalahgejalamasyarakat, artinya bahwa pajak hanya terdapat dalam masyarakat, jikatidak ada masyarakat tidak akan ada pajak karena di dalam masyarakat ada kelangsungan hidup dari individu dan kelompok masyarkattersebut sebagai suatukelangsungan hidupbemegara. Untuk menjadi kelangsungan hidup itudiperlukan biaya. Disinilah filosofi pajak sesungguhnya,bahwapajak digunakan

sebagai alat untukpembiayaan kelansungan hidup bemegara yang di ambil dengan mengurangi

penghasilan rakyatnya.Ada beberapa pengertian pajak yang dikemukan oleh beberapa ahli.

Pengertian pajak menurut addelyani yang dikutip

R. Santoso, pajak adalah iuaran kepada negara (yang dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurutperaturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung

dapat ditunjuk, dan yang dipergunakan untuk

membiayai pengeluaraiprpengeluaran umum

berhubungan dengam|ugas negara untuk

menyelenggarakan pemerintaha.Sedangkan menurutRochmat Soemitrp, pajakadalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik

berdasarkan undang-undang yang dapat

dipaksakan dengan tidak mendapat imbalan (tegen prestasi)yang seorang langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan sebagai alat pendorong,

penghambat, atau pemegang untuk mencapai

tujuan yang ada diluar bidang keuangan negara (Rochmat Soemitro, 1996,12)

Berdasarkan beberapa pengertian pajakdapat

disimpulkan bahwa ciri-ciri pajak adalah:

1. Adanya pengalihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor pemerintah.

2. Pemungutan pajak dapat dipaksakan secara

hukum

3. Pajakdapat dikenakan atas orang atau barang 4. Pajak dipungut secara periodik maupun

insidental.

5. Pungutan pajak tidak dapat ditunjukkan ada

jasa timbal secara langsung

6. Pajak mempunyai fungsi bergerak (sebagai sumber keuangan negara)dan fungsi mengatur

(mardiasmo. 1995.3)

Sedangkan (Santoso Brotodiharjo, 2008.10)

menegaskan bahwa ciri-ciri yang melekat pada

pajak antara lain adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanaannya. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual

oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh negara, baik oleh pemerintahpusat maupun daerah

12 BestuurEdisi03 JunI201|-September2013

Pelimpahan Kewenangan Pengelolaan...

(6)

4.

Pajak diperuntukkan bagi

pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang bila dari

pema-sukannya masih terdapat surplus dipergunakan

untuk membiayai publik investmen.

5.

Pajak dapat pula membiayai tujuan yang tidak

budgeter yaitu mengatur.

Pajak bumi dan bangunan adalah pajak yang

di kenakan atas kepemilikan atau pemanfaatan

tanah dan atau bangunan . PBB merupakan pajak

pusat namun demikian hampir seluruh realisasi

penerimaan PBB diserahkan kepada pemerintah

daerah baik provensi maupun kabupaten/kota.

Mulji 1 januari 2010 PBB perdesaan dan

perkotaan menjadi pajak daerah sepanjang

peraturan daerah tentang PBB yang terkait dengan

pedesaan dan perkotaan telah diterbitkan. Apabila

dalam jangka wakti dari 1 januari 2010 sampai

dengan paling lambat 31 Desember 2013 peran

daerah belum diterbitkan mana daerah tersebut

akan berpotensi kehilangan salah satu sumber

pendapatan asli daerah. Untuk PBB perkebunan,

perhutanan, pertamvangan meski tetap merupakan

pajak pusat.

Dalam pasal 77 undang-undang No. 28 tahun

2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah

dinyatakan obyek pajak bumi dan bangunan

pedesaan dan perkotaan adalah bumi dan/atau

banunan yang dimiliki, dikuasai dan/ atau

dimanfaatkan oleh orang pribadi ataubadan kecuali

kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha

perkebunan, perhutanan dan pertambangan.

Sedang pasal 78 menyatakan: (1) subyek

pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan

adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata

mempunyai suatu hak atas bumi dan/atau

memperoleh manfaatatas bumi, dan/atau memiliki,

menguasai dan/atau memperoleh manfaat atas

bangunan (2) wajib pajak bumi dan bangunan

perdesaan dan perkotaan adalah orang pribadi atau

badan yang secara nyata mempunyai suatu hak

atas bumi dan/atau memproleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, mengusai dan/atau memperoleh

manfaat atas bangunan.

Obyek pajak bumi dan bangunan pedesaan dan

perkotaan yang tidak dikebakan dalam pasal 77

ayat (3)

1.

Digunakan oleh pemerintah dan daerah untuk

penyelenggaraan pemerintahan.

2.

Digunakan semata-mata untuk melayani.

Kepentingan umum dibidang ibadah,

sosial, kesehatab pendidikan dan kebudayaan

nasional, yang tidak dimaksudkan untuk

memperoleh keuntungan.

3. Digunakan untuk kuburan, peninggalan

purbakala atau yang sejenis dengan itu.

4.

Merupakan hutang lindung, hutan suaka alam,

hutan wisata, taman nasional, tanah

pengembalaan yang dikuasai oleh desa dan

tanah negara yang belum dibebani suatu hak.

5.

Digunakan oleh perwakilan deplomatik dan

konsulsi berdasarkan asas perlakuan timbal balik.

6.

Digunakan oleh badan atau perwakilan

lembaga internasional yang ditetapkan dengan

peraturan menteri keuangan.

D.

Pengalihan Pengelolaan PBB

Dengan terbitnay undang-undang no. 28 tahun

2009 tentang pajak daerah dan retribuasi daerah

yang disahkan pada tanggal 23 Mei 1997,

pemerintah daerah mempunyai tambahan sumber

pendapatan asli daerah yang bersala dari pajak

daerah, sehingga berdasarkan undang-undang

tersebut jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas:

1. Pajak Hotel

2. Pajak Restoran 3. Pajak Hiburan 4. Pajak Reklame

5. Pajak peneranganjalan

6.

Pajak mineral bukan logam dan batuan

7. Pajak parkir 8. Pajak air tanah

9.

Pajak sarang burung walet

10. Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan

perkotaan

11. Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

Pengalihan pengelolaan pajak bumi dan

bangunan pedesaan dan perkotaan dari pemerintah

pusat kepada pemerintah daerah merupakan suatu

bentuk tindak lanjut kebijakan ekonomi daerah dan

desentralisasi fiskal bentuk kebijakan tersebut

dituangkan ke dalam undang-undang no. 28 tahaun

2009 tentang pajak daerah dan retribusi

daerah.Tujuan pengalihan pengelolaan pajak bumi

dan bangunan perdesaan dan perkotaan menjadi,

pajak daerah sesuai dengan undang-undang pajak

daerah dan retribusi daerah adalah:

1.

Meningkat akuntabilitas penyelenggaraan

otonomi daerah.

2. Mengerikan peluang baru kepada daerah untuk

mengenakan pungutan baru (menambah jenis

pajak daerah dan retribusi daerah)

3.

Memberikan kewenangan yang lebih besar

dalam perpajkan dan retribusi dengan

memperluas basis pajak daerah.

(7)

4. Memberikan kewenangan kepada daerah

dalam penetapan tarif pajak daerah dan

5.

Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen

penggaran dan pengaturan padadaerah.

Agartercipta kelancaran dalam pengelolaan

pajakbumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan

pemerintah kabupaten/kota harus memperhatikan

hal-hal sebagai berikut:

1. Kebijakan NJOP (nilai jual obyek pajak) agar

memperhatikan konsistensi, kesinambungan

dan keseimbangan antar wilayah.

Kebijakan tarif PBB, agar tidak menimbulkan

gejolak dimasyarakat.

Menjaga kualitas pelayanan kepada wajib

pajak.

Akrasi data subyek dan obyek pajak tetap

terjaga.

2.

Dengan pengalihan ini penerimaan pajak bumi

dan bangunan perdesaan dan perkotaan akan

sepenuhnya masuk ke pemerintah kabupaten/ kota

sehingga diharapkan mampu meningkatkan jumlah

pendapatan asli daerah pada saat dikelola

pemerintah pusat, pemerintah kabupaten/kota

hanya mendapat bagian sebesar64,8 %.

C. Simpulan

Dari urian yang telah dipaparkan tersebut maka

salah satu hal yang harus dilakukan oleh pemerintah

daerah adalah menyiapkan peraturan daerah dan

peraturan pelaksana-annya. Selain itu yang tidak

kalah pentingnya adalah menyiapkan sarana dan

prasarana sumber daya manusia, struktur organisasi dan tata kerja.

Daftar Pustaka

Brotodihardjo, santoso, 2003, Pengantar llmu Hukum Pajak, Edisi keempat, RefikaAditama, Bandung

Brotodihardjo, santoso, 2003, Pengantar llmu Hukum Pajak, RefikaAditama, Bandung

Devas, Nick, 1989, Keuangan pemerintah daerah di Indonesia, sebuah Tinjauan limum, Ul Press, Jakarta

Fahmij^007,Pen^^^

'"^Y^S""*' SyarifUddin Jurdi> 2005'Po,itik PerPajakan, membangun Demokrasi negara, UN Press,

Karim,c^takanaiffpustaka pelajaf6Sukmajati'NurAzizah-2003. Kompleksitas persoalan otonomidaerah,

Kaho, Josef Riwo, 1991. Prospek otonomi daerah di Negara Rl, Rajawali, Jakarta

Majalah direktorat penyuluhan, pelayanan dan hubungan masyarakat, direktorat jenderal pajak. 2012

Marlun, 1975, Asas-asas llmu pemerintahan, Fisip UGM. Yogyakarta

Mardiasmo, 1999tanya jawab ketentuan umum dan tata cara perpajakan (KUP), harvarindo Jakarta.

NgamaZoh.2009Ulasanmengenaiotonomidaerah.Http://(»fe-Ekonomi-blogsport.com/2009/05/ulasan

mengenji-otonomKlaerah.html

R. Santoro. 1986. Pengantar Hukum Pajak. PT Repika. Bandung.

Soemitro Rohmad,. 1996. Pengantar Pajak, Eresco. Bandung

Undang-undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi daerah.

Peraturan direWur jenderal pajak nomor per-61/pj/2010 tentang tata cara persiapan pengalihan PBB

perdesaan dan perkotaan sebagai pajak.

PM Tongke. 2009. Otonomi daerah. Landasan Hukum Asas dan Pemda. Http://DauluS nTangke

wordpress.com/2009/03/18/Otonomi-daerah-landasan-Hukum asas dan pe'^dlT^

Referensi

Dokumen terkait

Menjelaskan perbedaan pola lantai gerak tari Nusantara daerah setempat dengan daerah yang

Berpijak pada data dan fakta di atas, permasalahan dan tantangan yang dihadapi sampai tahun 2020 serta mempertimbangkan potensi, tantangan dan harapan masyarakat

Bahasa pemrograman yang digunakan oleh Google Maps yang terdiri dari HTML, Javascript dan AJAX serta XML, memungkinkan untuk menampilkan peta Google Map di website

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Djannah dan Arianti (2009), yang menyatakan bahwa pre eklampsia lebih sering didapatkan pada masa awal dan akhir usia reproduktif yaitu

Rumusan dalam penelitian ini adalah 1) Adakah pengaruhpengawasan melekat (waskat) kerjaterhadap kepuasan kerjakaryawan pada PT.Dewi Darma Tour dan Travel

Pemilihan supplier merupakan masalah multi kriteria yang komplek dimana terdapat lebih dari satu objective function yang dipertimbangkan agar pemilihan supplier

Hubungan kerja yang terjadi merupakan perilaku muamalah dalam bab Ija@rah ‘ala al-asykhash yaitu sewa atas jasa, keahlian, atau pekerjaan orang, yang didalam