commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN
BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR
PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI
SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
VERONICHA DIANA MAYA SARI
NIM : X 5606025
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN
BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR
PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI
SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh :
VERONICHA DIANA MAYA SARI
NIM : X 5606025
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes Drs. Sukono
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd ____________
Sekretaris : Drs. Sugiyoto, M.Pd ____________ Anggota I : Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes ____________
Anggota II : Drs. Sukono ____________
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user
ABSTRAK
Veronica Diana Mayasari. PERBEDAN PENGARUH PEMBELAJARAN INOVATIF DENGAN BOLA MINI DAN BOLA LUNAK TERHADAP HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS XI SMK KRISTEN SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011.
Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Oktober 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) Perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil
belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011;(2) Pembelajaran inovatif yang lebih baik pengaruhnya antara dengan bola mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan rancangan
pretest-posttest design. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa
kelas XI SMK Kristen Surakarta yang berjumlah 162. Sampel yang digunakan berjumlah 32 orang dengan teknik purposive proporsional random sampling. Sampel dibagi dalam 2 kelompok dengan cara matched ordinal pairing. Kelompok 1 sebanyak 16 siswa mendapat perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola mini dan kelompok 2 sebanyak 16 siswa mendapat perlakuan pembelajaran inovatif passing bawah dengan bola lunak. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengukuran kemampuan passing bawah bolavoli. Teknik analisis dengan rumus t-tes dengan taraf signifikansi 5% dan uji beda prosentase.
commit to user
belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011. Pembelajaran inovatif dengan bola mini memiliki prosentase
peningkatan kemampuan passing bawah sebesar 145.46 %, sedangkan pembelajaran inovatif dengan bola lunak memiliki peningkatan kemampuan passing bawah sebesar 85.29%.
commit to user
MOTTO
Orang-orang yang gagal hanyalah mereka yang tidak pernah mencoba. (Davis Viscot)
Ilmu lebih penting dari harta, karena ilmu akan menjagamu sedangkan harta harus kau jaga (penulis)
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
- Bapak dan Ibu terhormat atas nasehat dan do’anya.
- Sahabat-sahabatku POK’O6
- Anak kost BAC
- Adik-adik JPOK FKIP UNS
- Almamater
commit to user
KATA PENGANTAR
Dengan diucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat diselesaikan penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof Dr. Sudjarwo,M.Pd, sebagai Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Drs. Sukono, sebagai Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
6. Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SMK Kristen Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian
7. Para siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2009/2010 yang
telah bersedia menjadi sampel penelitian.
8. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
Semoga segala amal baik tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya berharap semoga hasil penelitian yang sederhana ini dapat bermanfaat.
commit to user
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGAJUAN... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
DAFTAR ISI... v
HALAMAN ABSTRAK... vi
HALAMAN MOTTO... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR... ix
DAFTAR ISI... x
DAFTAR GAMBAR... xi
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR LAMPIRAN... xiii
BAB I. PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 5
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 6
D. Perumusan Masalah... 6
E. Tujuan Penelitian... 7
F. Manfaat Penelitian... 7
BAB II. LANDASAN TEORI ... 8
A. Tinjauan Pustaka... 8
1. Permainan Bolavoli... 8
a. Bolavoli dalam Konteks Pendidikan ... 9
b. Teknik Dasar Bermain Bolavoli... 10
2. PassingBawah... 12
a. Teknik Pelaksanaan Passing Bawah ... 13
commit to user
b. Kesalahan yang Sering Terjadi Pada Passing Bawah... 15
3. Hakikat belajar dan Pembelajaran Gerak... 16
4. Pembelajaran Inovatif... 21
a. Model-Model pembelajaran Inovatif... 23
b. Kelebihan Pembelajaran Inovatif... 26
c. Kekurangan Pembelajaran inovatif... 27
5. Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini.... 27
a. Hakikat Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini ... 27
b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini... 28
c. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola mini... 29
6. Pembelajaran Inovatif dengan Bola Lunak... 30
a. Hakikat Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak ... 30
b. Pelaksanaan Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak... 31
c. Kelebihan dan Kelemahan pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Lunak... 32
B. Kerangka Berpikir... 33
C. Hipotesis... 34
BAB III. METODE PENELITIAN... 35
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
commit to user
E. Teknik Analisis Data... 37
BAB IV. HASIL PENELITIAN... 42
A. Deskripsi Data... 42
B. Mencari Reliabilitas... 42
C. Pengujian Prasyarat Analisis... 43
1. Uji Normalitas... 43
2. Uji Homogenitas... 43
D. Hasil Analisis Data... 45
1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan... 45
2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan... 46
E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan... 48
BAB V. SIMPULAN,IMPLIKASI DAN SARAN... 50
A. Simpulan... 50
B. Implikasi... 50
C. Saran... 51
DAFTAR PUSTAKA... 52
LAMPIRAN-LAMPIRAN... 54
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Sikap saat Perkenaan Bola Pass Bawah... 14
2. Rangkaian Gerakan Passing Bawah... 14
3. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan Gerak... 19
4. Contoh Bola Mini... 28
5. Contoh Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini... 29
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi Hasil Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli pada
kelompok 1 (K1) dan Kelompok 2 (K2)... 42 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal dan Tes Akhir...
...43 3. Range Kategori Reliabilitas...
...43 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data...
...44 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data... ...45
6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal Pada Kelompok 1 (K1)
dan Kelompok 2 (K2)... 45 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada
Kelompok 1 (K1)... 46 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Pada
Kelompok 2 (K2)... 46 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Hasil Tes Akhir antara Kelompok 1 (K1) Dan Kelompok (K2)... 49 10.Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan Passing Bawah Bolavoli dalam Persen Pada Kelompok 1 (KI) dan
Kelompok 2 (K2 )... 48
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Data Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli Siswa Kelas XI SMK
Kristen Surakarta TahunPelajaran 2009/2010`... 54
2. Data Tes Akhir Kemampuan Passing bawah Bolavoli Siswa Kelas XI SMK Kristen 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010... 55
3. Data Tes Awal dan Tes Akhir Passing Bawah Bolavoli Pada Siswa Kelas XI SMK Kristen Surakarta Tahun Pelajaran 2009/2010... 56
4. Data Hasil Tes Awal Passing Bawah Bolavoli Pada Siswa Kelas XI SMK Kristen Surakarta Berdasarkan Urutan Ringking... 57
5. Pemasangan Subyek Penelitian Berdasarkan Hasil Tes Awal Passing Bawah Bolavoli... 58
6. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Passing Bawah Bolavoli pada kelompok 1... 59
7. Rekapitulasi Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Passing Bawah Bolavoli Pada Kelompok 2... 60
8. Uji Reliabilitas dengan Anava ...61
9. Uji Normalitas data Dengan Metode lillifors...67
10. Uji Homogenitas... 69
11. Uji Perbedaan...71
12. Petunjuk Pelaksanaan Tes Kemampuan Passing Bawah Bolavoli... 77
13. Program Pembelajaran Tiap Pertemuan...79
14. Contoh Kegiatan Awal dan Kegiatan Akhir Pembelajaran ... 99
commit to user
commit to user ABSTRACK
Veronicha Diana Maya Sari.The diffence of innovate learning effect using miniball and softball on the volleyball lower passing learning achievemen in XI graders of SMK Kristen Surakarta in the scool year of 2010/2011. Thesis: Teacher Training and Education Faculty, Surakarta Sebalas Maret University, October 2010.
The objecktive of research is to find out: (1) the Difference of innovative learning effect using miniball and softball on the volleyball lower passing learning achievement in XI graders of SMK Kristen Surakarta in the scool years of 2010/2011;(2) the innovative learning with better effect using miniball and softball on the volleyball lower passing learning achievement in XI graders of SMK Kristen Surakarta in the scool years of 2010/2011.
This reserch employed an experimental method with pretest-posttest design. The population used in this research XI graders of SMK Kristen Surakarta consisting of 162. The sample of research used was32 respondents taken using purposive proportional random sampling. The sample was divided into 2 groups using matched ordinal pairing. The group 1 consisted of 16 students obtaining the treatment of lower passing innovative learning with miniball and group 2 consisted of 16 students obtaining the treatment of lower passing innovative learning with softball. Techniques of collecting data used were test and volleyball lower passing competency measurement. Technique of analyzing data used wast t-test formula at signifacance level of 5% and percentage variance test.
commit to user
better effect that that using softball on the volleyball lower passing learning achievement in XI greders of SMK Kristen Surakarta in the scool year of 2010/2011. The learning innovative using miniball has the percentage improvement of lower passing competency of 145.46%, while that using softball has the percentage improvement of lower passing competency of 85.29%.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan merupakan bagian integral
dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek
kebugaran jasmani, keterampilan gerak, ketrampilan berfikir kritis, ketrampilan
sosial, penalaran stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan
pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga kesehatan
terpilih, yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan nasional
Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan yang diajarkan disekolah
memiliki peranan sangat penting, yaitu memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk terlibat langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas
jasmani, olahraga dan kesehatan yang dipilih yang dilakukan secara sistematis.
Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina pertumbuhan fisik
dan pengembangan psikis yang lebih baik, sekaligus membentuk pola hidup sehat
dan bugar sepanjang hayat. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah harus harus menyertakan
unsur-unsur positif pendidikan jasmani.
Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi sekarang ini di
pandang kurang baik, tidak sedikit guru pendidikan jasmani yang memasukkan
nilai-nilai negatif dalam proses pembelajaran. Tidak jarang terlihat seorang guru
pendidikan jasmani yang merokok ketika sedang mengajar, duduk santai di
warung sementara siswa dibiarkan sedemikian rupa dalam proses pembelajaran,
dan masih banyak lagi hal-hal serupa yang dapat menyebabkan guru pendidikan
jasmani dipandang sebagai guru yang seenaknya oleh masyarakat umum. Dengan
kata lain, guru pendidikan jasmani diragukan profesionalismenya.
commit to user
Guru pendidikan jasmani juga mendapat identitas sebagai guru yang
tidak kreatif dan monoton dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini
dikarenakan guru hanya menerapkan model pembelajaran itu-itu saja dalam
mengajar. Kondisi ini akan sangat disayangkan jika dihadapkan pada kenyataan
bahwa guru pendidikan jasmani saat ini sudah dijadikan sebagai profesi.
Sejalan dengan permasalahan di atas, maka kegiatan pembelajaran dalam
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan selalu terkait langsung dengan tujuan
yang jelas. Ini berarti, proses pembelajaran itu tidak begitu bermakna jika
tujuannya tidak jelas. Jika tujuan tidak jelas, maka isi pengajaran berikut metode
pembelajaran juga tidak mengandung makna apa-apa. Oleh karena itu seorang
guru harus menyadari benar-benar keterkaitan antara tujuan, pengalaman belajar,
metode pembelajaran, dan bahkan cara mengukur perubahan atau kemajuan yang
dicapai.
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam proses
pembelajaran, seorang guru harus mampu menerapkan metode pembelajaran
cocok untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Seorang guru harus memiliki ide
dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan kondisi yang
ada, agar tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan baik.
Model pembelajaran yang terjadi selama ini, khususnya dalam
pembelajaran bolavoli adalah pembelajaran konvensional yang hanya
memfokuskan pada komunikasi verbal, demonstrasi, sentralisasi pengajar, dan
pembelajaran yang otoriter, yakni pengajarlah yang berhak menentukan apa yang
akan dipelajari oleh siswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang
kreativitas baik bagi siswa dalam mengembangkan pembelajaran yang inovatif
dan kreatif. Untuk itu perlunya di terapkan Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,
Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM ). Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif
Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) adalah pola atau model pembelajaran
yang sedang digalakkan dewasa ini. Pembelajaran inovatif sebagai bagian dari
PAIKEM dapat dijadikan sebagai cermin dari PAIKEM itu sendiri. Hal ini
dikarenakan pembelajaran inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan
commit to user
berbagai teori pembelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi
pembelajaran. Di samping itu, pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan dan
membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat
siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Sehingga pembelajaran aktif memberikan
peluang siswa untuk bersifat aktif dan mandiri.
Berdasarkan permasalahan di atas, model pembelajaran inovatif dapat
dijadikan alternatif dalam pembelajaran bolavoli, khususnya dalam pembelajaran
teknik dasar passing bawah. Sebagai langkah awal pembelajaran permainan
bolavoli kepada siswa sekolah yaitu dikenalkan macam-macam teknik dasar
bolavoli. Belajar macam-macam teknik dasar bolavoli merupakan langkah awal
yang harus dilakukan siswa untuk mencapai prestasi bolavoli. Seperti
dikemukakan Marta Dinata (2004: 5) bahwa, “untuk meningkatkan prestasi,
seorang pemain bolavoli harus menguasai beberapa teknik dasar terlebih dahulu”.
Salah satu teknik dasar awal bolavoli yang harus dikuasai terlebih
dahulu dalam bermain bolavoli adalah passing khususnya passing bawah. Hal ini
karena, passing bawah memiliki tujuan untuk mengoperkan bola yang
dimainkannya itu kepada teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri.
Apabila penyajian bola dari passing bawah baik maka pengumpan bola (set-up)
akan mudah melakukan serangan dan mendapatkan nilai.
Passing bawah merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang paling
mudah jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun tidak menutup
kemungkinan bagi siswa sering melakukan kesalahan, sehinga kualitas passing
bawah yang dihasilkan tidak sesuai yang diharapkan. Tidak jarang para siswa
sekolah kurang mampu melakukan macam-macam bentuk passing bawah. Bahkan
masih banyak diantara mereka yang belum mengetahui dan menguasai teknik
passing bawah yang benar. Karena belum menguasai teknik dasar passing bawah
maka masih banyak para siswa tidak mampu melakukan passing bawah dengan
baik.
Kendala atau masalah yang sering di hadapi siswa dalam proses belajar
commit to user
solusi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik. Siswa
yang belum mampu melakukan passing bawah disebabkan oleh beberapa faktor
misalnya merasakan bola terlalu berat, terlalu besar ukurannya, tidak memiliki
pengalaman bermain bolavoli dan lain sebagainya. Untuk itu perlunya langkah
yang tepat sesuai dengan kondisi siswa. Menurut Rusli Lutan dan adang
Suherman (2000:75) berpandapat,” Lakukan modifikasi peralatan, apabila
peralatan di duga sebagai penghambat keberhasilan”.
Merubah peralatan pembelajaran (bola) merupakan salah satu cara untuk
mengatasi kesulitan dalam belajar passing bawah bolavoli, jika bola di anggap
sebagai kendalanya. Untuk memberi kemudahan dalam pembelajaran passing
bawah bolavoli dapat dilakukan dengan menggunakan bolavoli mini dan bolavoli
lunak. Menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia ( 1995:55 & 89) bahwa, ”
Bolavoli mini pada umumnya untuk mengembangkan serta meningkatkan mutu
permainan bolavoli. Sedangkan permainan bolavoli lunak di harapkan permainan
bolavoli lebih luas di kenal dan dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, hal ini
merupakan modal dasar dalam pencapaian prestasi yang tinggi dalam bolavoli”.
Pembelajaran passing bawah bolavoli menggunakan bola mini dan bolavoli lunak
merupakan cara untuk mengatasi kesulitan-kesulitan dalam belajar passing bawah
terutama bagi siswa putri. Namun dari kedua modifikasi pembelajaran passing
bawah bolavoli tersebut belum di ketahui tingkat efektifitasnya terhadap
peningkatan hasil belajar passing bawah bolavoli.
Berdasarkan permasalahan di atas penelitian ini akan membandingkan
model pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak. Dari kedua
pembelajaran passing bawah menggunakan bola mini dan bola lunak akan di
bandingkan manakah yang lebih baik pengaruhnya terhadap peningkatan hasil
belajar passing bawah bolavoli. Untuk mengetahui hal tersebut, maka perlu di kaji
dan di teliti secara teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen.
Penelitian eksperimen ini akan dilaksanakan pada siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011 yang sebagian besar siswa berjenis
kelamin perempuan. Pada umumnya proses pembelajaran yang dilaksanakan di
commit to user
bawah yang menuntut siswa untuk terlibat aktif dan dapat mandiri. Jarang sekali
seorang guru olahraga modifikasi pembelajaran keterampilan. Hal ini disebabkan
karena terbatasnya prasarana dan sarana yang ada. Tidak jarang juga, banyak
diantara guru olahraga kurang memperhatikan kesulitan-kesulitan yang dihadapi
siswa dalam belajar keterampilan termasuk passing bawah, apalagi bagi anak
perempuan.
Kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam belajar passing bawah di
SMK Kristen Surakarta khususnya anak perempuan menuntut guru untuk
berkreativitas menerapkan model pembelajaran yang tepat. Misalnya, bola yang
digunakan adalah bola mini dan bola lunak atau model pembelajaran permainan
passing bawah yang menyenangkan. Model pembelajaran yang dicontohkan akan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa lebih aktif, karena cara belajar yang
dilakukan lebih mudah, ringan dan menyenangkan. Model pembelajaran yang
disesuaikan dengan kondisi siswa akan meningkatkan motivasi belajar siswa,
sehingga akan diperoleh hasil belajar yang lebih optimal.
Berdasarkan permasalahan yang telah diungkapkan di atas, maka
penelitian ini mengambil judul “ Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Inovatif
dengan Bola Mini dan Bola Lunak Terhadap Hasil Belajar Passing Bawah
Bolavoli Pada Siswa Kelas Kelas XI SMK Kristen Surakarta Tahun Pelajaran
2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Proses pembelajaran pendidikan jasmani yang terjadi sekarang ini di pandang
kurang baik.
2. Guru pendidikan jasmani mendapat identitas sebagai guru yang tidak kreatif
dan monoton dalam menyampaikan materi pembelajaran.
3. Perlunya pembelajaran inovatif dalam menyampaikan materi pembelajaran
bolavoli.
commit to user
4. Belum pernah di lakukan pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola
lunak pada siswa SMK Kristen Surakarta.
5. Kurangnya sarana dan prasarana bolavoli yang berdampak pada proses
pembelajaran bolavoli.
6. Belum diketahui pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola
lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli.
7. Kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011 belum teruji.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang salah terhadap permasalahan
penelitan, masalah penelitian perlu dibatasi. Pembatasan masalah dalam
penelitian ini sebagai berikut :
1. Pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak terhadap
hasil belajar passing bawah bolavoli
2. Kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI SMK Kristen Surakarta
tahun pelajaran 2010/2011.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat di
rumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Adakah perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola
lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya pembelajaran inovatif dengan bola
mini dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa
kelas XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011?
commit to user E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui :
1. Perbedaan pengaruh pembelajaran inovatif dengan bola mini dan bola lunak
terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas XI SMK
Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
2. Pembelajaran inovatif yang lebih baik pengaruhnya antara dengan bola mini
dan bola lunak terhadap hasil belajar passing bawah bolavoli pada siswa kelas
XI SMK Kristen Surakarta tahun pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat baik bagi peneliti
maupun guru dan siswa yang dijadikan obyek penelitian antara lain:
1. Dapat meningkatkan kemampuan passing bawah bolavoli siswa kelas XI
SMK Kristen Surakarta yang di jadikan obyek penelitian.
2. Dapat di peroleh informasi tentang pembelajaran yang baik dan efektif untuk
meningkatkan kemampuan passing bawah bolavoli.
3. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi guru pendidikan jasmani
pada SMK Kristen Surakarta tentang pentingnya penerapan model
pembelajaran inovatif untuk meningkatkan kemampuan passing bawah
bolavoli.
4. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti, tentang karya
ilmiah untuk di kembangkan lebih lanjut.
commit to user
Bolavoli adalah cabang olahraga permainan yang cukup populer dan telah
dikenal di indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Maksud dan tujuan
permainan bolavoli adalah memasukkan bola ke daerah lawan melewati suatu
rintangan berupa tali atau net dan berusaha memenangkan permainan dengan
mematikan bola itu di daerah lawan. Semua bagian tubuh dapat digunakan untuk
memainkan bola.
Permainan bolavoli adalah olahraga beregu yang dalam pelaksanaan
permainannya dilakukan dengan memantulkan bola secara bergantian dari tim
yang satu ke lawannya bertujuan untuk mematikan lawan dan memperoleh
kemenangan. Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001: 43) menyatakan bahwa,
“Prinsip dasar permainan bolavoli adalah memantul-mantulkan bola agar jangan
sampai bola menyentuh lantai, bola dimainkan sebanyak-banyaknya tiga kali
sentuhan dalam lapangan sendiri dan mengusahakan bola hasil sentuhan itu
diseberangkan ke lapangan lawan melewati jaring masuk sesulit mungkin”.
Menurut Agus Mukholid (2004: 35) bahwa,
Permainan bolavoli adalah suatu permainan yang menggunakan bola untuk
di-volly (dipantulkan) di udara hilir mudik di atas net (jaring), dengan
maksud dapat menjatuhkan bola di dalam petak daerah lapangan lawan,
dalam rangka mencari kemenangan. Mem-volly atau memantulkan bola ke
udara dapat mempergunakan seluruh anggota atau bagian tubuh dari ujung kaki sampai ke kepala dengan pantulan sempurna.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, permainan
bolavoli adalah suatu permainan yang dilakukan dengan cara memantulkan bola
menggunakan seluruh bagian kaki untuk dimainkan di lapangan permainan sendiri
sebanyak tiga kali. Syarat pantulan bola harus sempurna tidak bertentangan
commit to user
menyeberangkan bola ke daerah lapangan permainan lawan sesulit mungkin untuk
dijatuhkan atau mematikan bola agar memperoleh kemenangan.
a. Olahraga Bolavoli Dalam Konteks Pendidikan
Tujuan pendidikan pada dasarnya bersifat menyeluruh menyangkut
domain kognitif, afektif dan psikomotor. Sebagaimana diungkapkan Sukintaka
(2004: 38) bahwa, “Tujuan pendidikan jasmani terdiri dari empat ranah yakni (1)
jasmani, (2) psikomotor, (3) afektif, dan (4) kognitif”. Dari keempat ranah
menyangkut beberapa persyaratan seperti kecerdasan, keterampilan berpikir,
kestabilan emosional, berbudi pekerti yang baik, sehat jasmani dan rohani, hidup
kreatif dan mandiri. Dengan demikian pendidikan jasmani menjadi bagian dari
program pendidikan formal di lembaga-lembaga pendidikan formal dan non
formal. Pendidikan jasmani merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan pada umumnya.
Olahraga bolavoli sebagai bagian dari mata rantai materi pendidikan
jasmani dalam arti kata merupakan bagian dari materi pendidikan jasmani secara
keseluruhan. Bila dikategorikan, maka olahraga bolavoli termasuk dalam olahraga
yang bercirikan permainan. Permainan bolavoli merupakan materi pokok
pendidikan jasmani yang wajib diajarkan kepada siswa. Sebagaimana
karakteristiknya permainan bolavoli mengandung unsur keterampilan gerak yaitu
berupa teknik-teknik memainkan bola di dalam permainan bolavoli. Menurut
Amung Ma’mum dan Toto Subroto (2001: 41-42) nilai-nilai yang terkandung
dalam permainan bolavoli meliputi “ (1) Nilai sosial, (2) Nilai kompetetif, (3)
Kebugaran fisik, (4) Keterampilan berpikir, (5) Kestabilan emosi, dan (6) Tertib
hukum dan aturan”.
Nilai-nilai sosial seperti unsur kerjasama di antara teman seregu sangat
dibutuhkan, memahami keterbatasan diri atau regu, memahami keunggulan teman
bermain di luar regu sendiri dan lain-lain. Nilai-nilai kompetetif seperti memaknai
keberhasilan dan ketidak-berhasilan. Nilai kompetetif ini sebaiknya ditanamkan
kepada setiap diri anak agar dapat terimplementasikan dalam kehidupan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mendorong anak untuk senantiasa bergerak (terintegrasi dengan pembelajaran
keterampilan gerak). Keterampilan berpikir yang diperoleh dari permainan
bolavoli yaitu dalam memainkan bola untuk mencapai suatu keberhasilan regu
dituntut untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan taktiknya agar regu
dapat memperoleh angka menuju keberhasilan secara keseluruhan. Ditinjau dari
kestabilan emosi bahwa, dengan bermain bolavoli anak akan terbiasa dan terlatih
untuk belajar memaknai keberhasilan dan kegagalan baik dalam setiap sub
kegiatan permainan maupun permainan secara keseluruhan. Sedangkan kesadaran
tertib hukum dan aturan karena dalam setiap cabang olahraga termasuk permainan
bolavoli ketentuan yang menjadi aturan permainan tercantum di dalamnya.
Dengan adanya aturan permainan anak akan terbiasakan untuk mentaati dan
menghormati aturan.
Dari nilai-nilai yang terkandung dalam permainan bolavoli tersebut akan
dapat memberikan pengaruh terhadap pengembangan berbagai potensi yang ada
pada diri individu ke arah yang dicita-citakan. Oleh karena itu, guru pendidikan
jasmani harus senantiasa menciptakan suasana pembelajaran permainan bolavoli
yang dapat mengarahkan anak agar nilai-nilai yang terkandung dalam permainan
bolavoli dapat dirasakan.
b. Teknik Dasar Bermain Bolavoli
Penguasaan teknik dasar permainan bolavoli merupakan salah satu unsur
yang ikut menentukan menang atau kalahnya satu regu di dalam suatu
pertandingan. Berkaitan dengan teknik dasar bolavoli Soedarwo, Sunardi & Agus
Margono (2000:6) menyatakan bahwa,” teknik bolavoli adalah suatu proses
melahirkan keaktifan jasmani dan pembuktian suatu praktek dengan sebaik
mungkin untuk menyelesaikan tugas yang pasti dalam cabang permainan
bolavoli”. Menurut M. Yunus (1992 : 68) mengemukakan bahwa, “teknik dalam
permainan bolavoli dapat di artikan sebagai cara memainkan bola dengan efektif
dan efisien sesuai dengan peraturan permainan yang berlaku untuk mencapai hasil
yang optimal”. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar
commit to user
menyelesaikan tugas yang pasti dalam permainan bolavoli. Teknik dalam
permainan bolavoli merupakan aktifitas jasmani yang menyangkut cara
memainkan bola dengan efektif dan efisien sesuai peraturan permainan yang
berlaku untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Teknik dasar bermain bolavoli
yang harus dikuasai oleh pemain bolavoli, menurut Suharno HP (1985 : 51)
Sedangkan menurut Sugiyanto (1993 : 6) teknik –teknik dasar yang perlu
dikuasai untuk dapat bermain bolavoli dengan baik adalah :
a. Gerak dasar
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa, teknik dasar
bolavoli dibedakan menjadi dua macam yaitu teknik dengan bola dan teknik
dengan bola atau gerak dasar dan gerak teknik dasar bermain. Kedua teknik
tersebut merupakan faktor yang penting dan harus dipahami serta dikuasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2. Passing Bawah
Passing merupakan operan bola yang dimainkannya kepada teman
seregunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Soedarwo dkk (2000:8) yang
menyatakan bahwa “ Passing didalam permainan bolavoli adalah usaha ataupun
upaya seorang pemain bolavoli dengan cara menggunakan suatu teknik tertentu
yang tujuannya adalah untuk mengoperkan bola yang dimainkannya itu kepada
teman seregunya untuk dimainkan dilapangan sendiri”. Sedangkan menurut M.
Yunus (1992:80) mengemukakan bahwa “ passing adalah mengoperkan kepada
teman sendiri dalam satu regu dengan suatu teknik tertentu, sebagai langkah awal
untuk menyusun pola serangan kepada regu lawan”. Oleh karena itu, menguasai
teknik dasar passing bolavoli merupakan faktor yang penting dan harus dipahami
serta dikuasai dengan benar.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan, passing bawah adalah
teknik dasar memainkan bola dengan mengunakan kedua tangan,dimana
perkenaan bola yaitu pada kedua lengan bawah ynag bertujuan untuk
mengoperkan bola kepada teman seregunya untuk dimainkan ke lapangan sendiri
atau sebagai awal melakukan serangan.
Passing bawah merupakan teknik dasar bolavoli yang paling awal
diberikan dalam mengajar atau melatih bolavoli. G. Durrwachter (1990:52)
menyatakan, “teknik passing bawah bagi anak didik dirasakan lebih wajar,
gampang dan terutama lebih aman pada saat menerima bola yang keras,
dibandingkan dengan gerak passing atas yang memerlukan sikap tangan dan jari
khusus”. Dengan demikian passing bawah memiliki keuntungan yang lebih baik
jika dibandingkan dengan passing atas. Hal ini dapat dilihat dalam permainan, jika
menerima servis atau smash yang keras dan tajam harus dilakukan dengan passing
bawah.
a. Teknik Pelaksanaan Passing Bawah
Teknik passing bawah merupakan satu pola gerakan yang di rangkaikan
commit to user
dan sempurna. Untuk mencapai hal tersebut seorang pemain harus menguasai
teknik passing bawah.
Cara melakukannya adalah ibu jari sejajar dan jari-jari tangan yang satu
membungkus jari-jari tangan lainnya. Semua penerimaan bola dengan teknik ini
sebaiknya bola di sentuh persis sedikit lebih atas dari pergelangan tangan. Sikap
lengan dan tangan diupayakan seluas mungkin dari kedua sikut sebaiknya difiksir
untuk mencegah terjadinya pergeseran yang memberikan kemungkinan arah bola
yang dikehendaki tidak melenceng. Sikap kaki dibuka selebar bahu, dan salah satu
kaki berada di depan. Ketika bola datang cepat dan sangat menukik, maka
gunakan sikap penjagaan rendah, demikian pula jika bola datang tidak terlalu
cepat dan rendah gunakan sikap penjagaan menengah ( Amung ma’mun dan Toto
Subroto, 2001: 57). Sedangkan menurut Soedarwo dkk (2000:9) teknik
pelaksanaan pass bawah adalah sebagai berikut :
(a) Sikap permulaan :
Ambil sikap siap normal pada saat tangan akan dikenakan pada bola, segera tangan dan juga lengan diturunkan serta tangan dan lengan dalam keadaan terjulur kebawah depan lurus. Siku tidak boleh ditekuk, kedua lengan merupakan papan pemukul yang selalu lurus keadaannya.
(b) Sikap saat perkenaan :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar 1. Sikap saat perkenaan bola pass bawah (Soedarwo dkk. 2000:10)
(c) Sikap akhir :
Setelah bola berhasil dipass bawah maka segera diikuti pengambilan sikap siap normal kembali dengan tujuan agar dapat bergerak lebih cepat untuk menyesuaikan diri dengan keadaan.
Rangkaian gerakan passing bawah secara keseluruhan dapat dilihat pada
gambar di bawah ini:
Gambar 2: Rangkaian gerakan passing bawah
(Amung ma’mun dan Toto Subroto, 2001 :58)
Menurut Suharno HP (1985 : 18) Penggunaan teknik terima tangan
bawah ini pada prakteknya ada tiga macam kategori. Ketiga kategori tersebut
adalah sebagai berikut :
commit to user
penerima harus mengambil posisi sedemikian ( misalnya dengan mengadakan langkah surut) hingga bola akan berjarak sejangkauan lengan sipenerima. Pada saat lengan diayunkan dari bawah keatas depan diikuti juga oleh gerakan kaki keatas dengan cara meluruskan lutut dan badan dalam keadaan tegak. Gerak demikian ini sebenarnya bertitik tolak kepada usaha agar pantulan bola pada saat mengenai bagian proximal dari pergelangan itu dapat memantul 900.
(2) Bila bola jatuh pada ketinggian diantara bahu dan panggul. Secara ideal penerimaan bola dengan teknik terima tangan bawah sebenarnya pelaku memang harus dapat menempatkan diri pada posisi sedemikian hingga bola tepat bedara didepannya dan dengan ketinggian antara bahu dan panggul. Sebab pada posisi yang demikian ini relatip akan dibutuhkan koordinasi badan yang lebih sederhana daripada bila bola jatuh pada ketinggian yang lain. Dengan demikian kestabilan bola akan lebih terjamin dan lebih terarah. Dengan keadan seperti tersebut diatas maka untuk melaksanakan teknik terima tangan bawah cukup hanya mengayunkan lengan dari bawah keatas depan saja.
(3) Bila bola jatuh setinggi panggul kebawah. Biasanya menerima bola dalam keadaan demikian itu perlu diadakan langkah kedepan sebelum mengenakan bagian proximal dari pergelangan tangan kepada bola. Setelah melangkah kedepan segera diikuti ayunan lengan dari bawah keatas depan dalam keadaan lurus dan fixir, maka pada saat bagian proximal daripada pergelangan tangan mengenai bola bersamaan dengan itu diikuti gerakan penurunan panggul ke bawah. Gerakan ini merupakan gerakan pengungkit. Jadi bola diungkit keatas dengan jalan ayunan lengan dan ditambah dengan penurunan panggul. Maksud daripada gerakan ini tidak lain agar bola dapat dipantulkan keatas dengan sudut pantul 900
Untuk memperoleh kualitas passing bawah yang baik, maka setiap terjadi
kesalahan harus dicermati letak kesalahannya dan kesalahan harus dihindari.
Kemampuan siswa dalam mencermati setiap kesalahan yang dilakukan akan dapat
membentuk pola passing seperti yang diharapkan.
b. Kesalahan Yang Sering terjadi pada Passing Bawah
Passing bawah merupakan salah satu teknik dasar bolavoli yang paling
mudah jika dibandingkan dengan teknik lainnya. Namun tidak menutup
kemungkinan, bagi siswa sekolah seringkali dalam melakukan passing bawah
terjadi kesalahan, sehingga kualitas passing yang di hasilkan tidak sesuai yang di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
passing bawah antara lain :
1) Lengan terlalu tingi ketika memukul bola
2) Merendahkan tubuh dengan menekuk pingang bukan lutut, sehingga bola yang di operkan terlalau rendah dan terlalu kencang.
3) Tidak memindahkan berat badan ke arah sasaran, sehingta bola tidak bergerak ke muka.
4) Lengan terpisah sebelum pada saat atau sesudah menerima bola, sehinga operan salah.
5) Bola mendarat di lengan di daerah siku atau menyentuh tubuh.
Hal-hal tersebut di atas harus diperhatikan oleh guru atau pelatih dalam
mengajar passing bawah bolavoli. Pada umumnya siswa tidak mampu mengamati
letak kesalahan yang dilakukan. Seorang guru harus mampu mencermati setiap
kesalahannya dan setiap kesalahan yang dilakukan siswa, guru segera mungkin
untuk membetulkan gerakan yang salah tersebut. Kesalahan yang dibiarkan akan
membentuk pola gerak yang salah, sehingga kualitas passing bawah yang
dilakukan hasilnya tidak sesuai yang diharapkan.
3. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Gerak
Pengertian belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada
umumya, tetapi dalam belajar gerak mengandung karakteristik tertentu.
Karakteristik tersebut berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi
sasarannya yaitu menyangkut penguasaan ketrampilan dan gerak tubuh.
Pengertian belajar merupakan sesuatu yang kompleks, karena itu
pengertiannya bisa bermacam-macam. Belajar bisa dipandang sebagai suatu hasil
apabila yang dilihat adalah bentuk terakhir dari berbagai pengalaman interaksi
edukatif, bisa dipandang sebagai suatu proses apabila yang dilihat adalah kejadian
selama siswa menjalani proses belajar untuk mencapai suatu tujuan, dan bisa juga
dipandang sebagai suatu fungsi apabila yang dilihat adalah aspek-aspek yang
menentukan terjadinya perubahan tingkah laku siswa.
Belajar gerak mempelajari pola-pola gerak ketrampilan tubuh. Proses
belajarnya melalui pengamatan dan mempraktikkan pola-pola gerak yang di
commit to user
adalah domain psikomotor yang juga termasuk domain fisik. Hasil akhir dari
belajar gerak adalah berupa kemampuan melakukan pola-pola gerak ketrampilan
tubuh. Misalnya ketrampilan siswa dalam melakukan passing bawah bolavoli,
sebelumnya siswa merespon dengan unsur kognitif, afektif, yang kemudian di
wujudkan dalam unsur psikomotor.
Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar gerak, hanya
saja intensitas keterlibatannya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan domain
kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil dibandingkan keterlibatan domain
psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor tercermin dalam respon-respon
muslular yang diekspresikan alam gerakan tubuh secara keseluruhan atau
bagian-bagian tubuh. Berkaiatan dengan belajar gerak, Sugiyanto (1996:27) menyatakan,
” Belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular
yang diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh’. Menurut Rusli
Lutan (1988:102) ” Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian
dengan latihan atau pengalaman yang mengantarkan ke arah perubahan permanen
dalam perilaku terampil”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat di simpulkan bahwa, belajar
gerak (motorik) merupakan perubahan perilaku motorik berupa ketrampilan
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman. Upaya menguasai ketrampilan gerak
sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.
Pada awal tahap pembelajaran siswa yang baru mengenal subtansi yang
dipelajari baik yang menyangkut pembelajaran kognitif, afektif, dan psikomotor
bagi siswa materi pembelajaran itu menjadi asing pada awalnya, namun setelah
guru berusaha untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa pada materi
pembelajaran, maka diharapkan sesuatu yang asing bagi siswa tersebut
berangsur-angsur hilang dengan sendirinya.
Dalam tahap ini seorang guru harus mengupayakan pembelajaran dengan
menata lingkungan belajar dan perencanaan materi yang akan dipelajari atau akan
dibahas. Guru harus berperan sebagai fasilitator dan motivator sehingga siswa
berminat untuk mengikuti pembelajaran. Klasifikasi tingkah laku domain kognitif,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Guiford dalam Magill (l982:2), menamakan “(intelectual activities)” yaitu
"kemampuan individu dalam hubungannya dengan pengenalan informasi, dan
ingatan yang berkenaan dengan aktivitas berpikir”. Kemudian domain afektif
adalah penalaran yang mempunyai peran penting sebagai motivasi dalam belajar
keterampilan gerak dan yang terakhir adalah domain psikomotor sangat penting
dalam belajar keterampilan gerak, karena berhasil tidaknya seseorang memahami
keterampilan gerak dari gerakan yang sederhana ke dalam gerakan yang lebih
kompleks. Belajar gerak terjadi dalam bentuk atau melalui respon-respon
muskular yang diekspresikan dalam gerakan-gerakan bagian tubuh.
Menurut Pate, Rotella dan McClenaghan (1993:201), bahwa
“Pembelajaran bertahap keterampilan gerakan yang rumit adalah fenomena yang
kompleks dimulai secara periodik dalam kandungan dan berlangsung sampai usia
dewasa. Kemampuan untuk bergerak dengan baik dalam lingkungan seseorang
tergantung pada perpaduan aspek sensorik dan aspek sistem syaraf secara efisien”.
Sebelum memulai dengan pembahasan tentang perbaikan keterampilan olahraga
tingkat lanjut, perlu terlebih dahulu dibahas bagaimana seseorang memperoleh
kemampuan untuk dapat bergerak dengan kompleks. Tanpa informasi dasar ini
akan sulit bagi guru untuk memahami mengapa beberapa penampilan mempunyai
kesulitan yang lebih besar dalam menguasai gerakan yang menuntut keterampilan
siswa. Pembelajaran bertahap keterampilan gerak dapat benar-benar dipahami
apabila menggunakau model “tingkatan”. Ketika seorang anak menjadi dewasa
sistem syaraf otot mulai mampu melakukan gerakan yang makin lama makin sulit
Perkembangan gerak dapat dibagi dalam dua periode utama : tahap
pra-keterampilan dan tahap perbaikan pra-keterampilan. Dalam masing-masing tahap
terdapat tingkatan yang berurutan yang digunakan untuk membantu dalam
menggambarkan pengamatan tingkah laku. Ciri khas tingkah laku untuk
mendapatkan keterampilan yang lebih tinggi secara berkelanjutan, sesuai dengan
tahap tingkatan perkembangan keterampilan gerak. Berikut ini di sajikan tahap
commit to user
Gambar 3. Tingkatan Perkembangan Ketrampilan gerak
Sumber. Pate, Rotclla dan McClenaghan, 1993. Scientific Foundation of
Coaching (Terjemahan : Rasiyo Dwijoyowinoto). Semarang : IKIP Semarang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar tersebut dia atas memberikan asumsi bahwa selama masa awal
pra-remaja anak-anak mulai sangat mementingkan keikutsertaan yang berhasil
dalam olahraga. Ketika remaja telah membatasi pilihannya dan berkonsentrasi
pada keterampilan gerak, tekanan harus diarahkan pada perbaikan keterampilan
tersebut. Keterampilan olahraga dapat menjadi lebih baik ketika kesempatan
untuk turut serta dalam kegiatan yang cocok bertambah. Tahap-tahap dalam
perolehan keterampilan olahraga mencakup periode perkembangan perbaikan,
penampilan, dan kemunduran. Satu hal yang sangat penting adalah bahwa cara
seseorang dalam tahap-tahap perkembangan tergantung pada kecenderungannya
untuk ikut serta kegiatan yang berorientasi pada kegiatan olahraga.
Tingkat perbaikan keterampilan remaja secara terus menerus mulai
mengatur pola gerak dasar dengan penuh terpadu. Gerakan dasar secara penuh
sudah terkuasai. Latihan diperlukan untuk perbaikan keterampilan dan
pengendalian gerakan. Program gerak ini didefinisikan sebagai suatu perangkat
perintah gerak yang membantu dalam menampilkan pola keterampilan gerak yang
sulit dengan campur tangan susunan syaraf sadar yang terbatas. Latihan yang
terus-menerus selama tingkat perkembangan ini penting untuk mengembangkan
mekanisme kontrol gerakan. Kemampuan dalam mengontrol gerakan akan
memberikan kemungkinan bagi seseorang untuk berbuat sesuai dengan yang
seharusnya dilakukan akan lebih mudah untuk mengikuti aturan-aturan,
termasuk mengikuti aturan agar dirinya dapat menjadi terampil. Belajar gerak
adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh, proses belajarnya
melalui pengamatan dan mempraktekkan pola-pola yang dipelajari.
Periode pra-remaja sangat penting dalam pembelajaran gerak yang makin
terpadu. Schmidt dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993;205)
”menggunakan dasar kognitif dari bagan untuk menolong perolehan penampilan
yang terampil bahwa program gerak yang disimpan dalam selaput otak bukan
rekaman khusus dari gerakan-gerakan, tetapi lebih merupakan aturan-aturan
umum yang membantu mengatur penampilan”. Hal senada diungkapkan oleh
Fitts, Adams dalam Pate, Rotella dan McClenaghan (1993 : 205) menandai tiga
commit to user
umur, maju melalui langkah-langkah perkembangan berikut ini :
Langkah 1. Tingkat kognitif ditandai oleh usaha pertama siswa untuk menguasai suatu keterampilan gerak baru atau dengan kata lain proses belajarnya diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajari. Siswa berusaha untuk mengetahui dan memahami gerakan dari informasi yang diberikan kepadanya
Langkah 2. Tingkat asosiatif yaitu dalam perbaikan keterampilan olahraga ditandai oleh naiknya penampilan melalui latihan dan pada saat program gerak dibuat atau seorang siswa sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat dalam pelaksanaannya
Langkah 3. Tahap otonom. Latihan yang rutin dan terus-menerus menghasilkan perbaikan lebih lanjut dari keterampilan gerak rnenjadi suatu gerak
dirancang sedemikian rupa sehingga memungkinkan seorang siswa menampilkan
kegiatan itu dalam berbagai situasi lingkungan. Tujuan guru memberikan materi
latihan dasar ini adalah tercapainya kemampuan untuk menampilkan segala
macam keterampilan yang mungkin dibutuhkan dalam perundingan yang
sebenarnya. Untuk itu siswa harus memperhatikan contoh gerakan dan merespon
gerakan tersebut. Dalam tahap otonom ini keterampilan gerak yang dikuasai oleh
siswa akan berlanjut sejalan dengan bertambahnya latihan dan berlanjut ke tahap
yang lebih kompleks.
Dengan demikian keterampilan dapat di gambarkna sebagai kualitas
penampilan seseorang dalam melakukan tugas-tugas gerak fisik. Indikator kualitas
yang di penuhi sebagai gerak terampil yaitu efektif, efisien dan adaptif. Untuk
dapat menguasai ketrampilan gerak olahraga harus melalui proses pembelajaran.
Melalui pembelajaran yang sistematis dan kontinyu, maka ketrampilan dapat di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4. Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran inovatif sebenarnya merupakan suatu pemaknaan terhadap
proses pembelajaran yang bersifat komprehensif yang berkaitan dengan berbagai
teori pembelajaran modern yang berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti
halnya teori belajar konstruktivis dan teori lainnya.
Dari segi definisinya, Pembelajaran inovatif adalah suatu proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan
pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru (konvensional).
Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada
siswa. Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa agar
belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks
siswa menjadi bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh
perancangan proses pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa
menjadi hubungan yang saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa
sehingga subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses
pembelajaran dengan mengacu pada pembelajaran aktif dan inovatif. Seperti yang
di kemukakan oleh I Wayan Santyasa (2008:5) bahwa “ Pembelajaran inovatif
adalah pembelajaran yang lebih bersifat student centered”.
Pembelajaran inovatif sebagai inovasi pembelajaran dapat mencakup
modifikasi pembelajaran, baik dari segi sarana dan prasarana maupun model
pembelajaran yang diterapkan. Pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan
(rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk
dapat membuat siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih
efektif dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Dalam berbagai kegiatan inovasi yang dilakukan guru lebih ditekankan
pada penerapan gagasan yang lebih praktis dan mudah. Dengan demikian
kegiatan-kegiatan inovasi yang dilakukan oleh guru dapat berupa gagasan kreatif
dan kegiatan sederhana di tingkat kelas yang dianggap dapat mengatasi
commit to user
Berbagai kegiatan guru dalam melakukan inovasi pembelajaran inovatif
menurut Moh. Ansyar dan H. Nurtain yang dikutip Hermanto (1999: 4) meliputi:
”a) mengetahui dan menemukan masalah; b) mengidentifikasi dan menyeleksi
alternatif pemecahan masalah; c) penentuan alternatif pemecahan masalah; d)
melaksanakan; e) menilai; f) perbaikan produk inovasi”. Keseluruhan rangkaian
kegiatan tersebut berkaitan sehingga produk yang dihasilkan benar-benar
merupakan solusi yang mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh
guru yang bersangkutan. Meskipun melalui kegiatan inovasi ini para guru
mempunyai peluang untuk meningkatkan mutu pembelajaran, akan tetapi dalam
mewujudkan kegiatan inovasi tergantung kesempatan pada guru yang ada, biaya,
situasi sosial kultural warga sekolah yang, kualitas kepemimpinan kepala sekolah,
dan karakteristik guru sebagai pelaksana kurikulum. Dengan demikian, apabila
guru hendak melakukan kegiatan inovasi dalam pembelajaran sebaiknya
memperhatikan hal-hal tersebut sehingga kegiatan inovasi yang dilakukan dapat
terlaksana dengan baik dan berhasil maksimal.
a. Model - Model Pembelajaran Inovatif
Model-model pembelajaran inovatif yang akan diangkat oleh penulis
dalam penelitian ini adalah ini diantaranya: model pembelajaran langsung, model
pembelajaran kooperatif, dan beberapa contoh model dan langkah-langkah
pembelajaran Inovatif.
1) Model pembelajaran langsung
Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan
pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi
selangkah. Istilah lain model pengajaran langsung antara lain: training model,
active teaching model, mastery teaching, dan explicit instruction.
Ciri-ciri model pengajaran langsung adalah sebagai berikut:
a) Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Sintaks atau pola keseluruhandan luar kegiatan pembelajaran
c) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar
kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.
(a) Tujuan pembelajaran dan hasil belajar siswa
Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam
pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.
Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan
tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang
bagaimana melakukan sesuatu. Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu:
tekanan adalah hasil bagi antara gaya dan luas bidang benda yang dikenai gaya
(p=F/A). pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif
di atas adalah bagaimana memperoleh rumus atau persamaan tekanan tersebut.
Menghafal hukum atau rumus tertentu dalam bidang studi fisika , kimia,
dan matematika merupakan contoh pengetahuan deklaratif sederhana atau
informasi faktual. Pengetahuan yang lebih tinggi tingkatannya memerlukan
penggunaan pengetahuan dengan cara tertentu, misalnya membandingkan dua
rancangan penelitian, menilai hasil karya seni dan lain-lain. Seringkali
penggunaan pengetahuan prosedural memerlukan penguasaan pengetahuan
prasyarat yang berupa pengetahuan deklaratif. Para guru selalu menghendaki agar
siswa-siswa memperoleh kedua macam pengetahuan tersebut, supaya mereka
dapat melakukan suatu kegiatan dan melakukan segala sesuatu dengan berhasil.
(b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting.
Guru mengawali pelajaran dengan penjelasan tentang tujuan dan latar belakang
pembelajaran, serta mempersiapkan siswa untuk menerima penjelasan guru.
Pengajaran langsung dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan
atau praktek, dan kerja kelompok. Pengajaran langsung digunakan untuk
menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada siwa.
commit to user
seefisien mungkin, sehingga guru dapat merancang dengan tepat waktu yang
digunakan.
b) Pembelajaran Kooperatif
Pakar-pakar yang memberikan sumbangan pemikiran bagi
pengembangan model pembelajaran kooperatif adalah John Dewey dan Herbert
Thelan. Menurut Dewey kelas seharusnya merupakan cerminan masyarakat yang
lebih besar. Thelan telah mengembangkan prosedur yang tepat untuk membantu
para siswa bekerja secara berkelompok. Tokoh lain adalah ahli sosiologi Gordon
Alport yang mengingatkan kerja sama dan bekerja dalam kelompok akan
memberikan hasil lebih baik. Shlomo Sharan mengilhami peminat model
pembelajaran kooperatif untuk membuat setting kelas dan proses pengajaran yang
memenuhi tiga kondisi yaitu (a) adanya kontak langsung, (b) sama-sama berperan
serta dalam kerja kelompok dan (c) adanya persetujuan antar anggota dalam
kelompok tentang setting kooperatif tersebut.
Hal yang penting dala model pembelajaran kooperatif adalah bahwa
siswa dapat belajar dengan cara bekerja sama dengan teman. Teman yang lebih
mampu dapat menolong teman yang lemah. Dan setiap anggota kelompok tetap
memberi sumbangan pada prestasi kelompok. Para siswa juga mendapat
kesempatan untuk bersosialisasi.
c) Pembelajaran Demonstration
Langkah-langkah dalam model pembelajaran demonstration meliputi:
1) Guru menyampaikan Tujuan Pembelajaran Khusus.
2) Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan.
3) Siapkan bahan atau alat yang diperlukan.
4) Menunjukan salah seorang siswa untuk mendemontrasikan sesuai skenario
yang telah disiapkan.
5) Seluruh siswa memperhatikan demontrasi dan menganalisa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pengalaman siswa didemontrasikan.
7) Guru membuat kesimpulan
d) Inside-Outside-Circle/Lingkaran Kecil-Lingkaran Besar
Pada model pembelajaran ini, siswa saling membagi informasi pada saat
yang bersamaan, dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur.
Langkah-langkah pembelajarannya meliputi:
1) Separuh kelas berdiri membentuk lingkaran kecil dan menghadap keluar.
2) Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran pertama,
menghadap ke dalam.
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan besar berbagi informasi.
Pertukaran informasi ini bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu
yang bersamaan.
4) Kemudian siswa berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa
yang berada di lingkaran besar bergeser satu atau dua langkah searah jarum
jam.
5) Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi.
Demikian seterusnya.
Pembelajaran inovatif sebagai bagian dari PAIKEM (Pembelajaran Aktif
Inovatif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) dapat dijadikan sebagai cermin dari
PAIKEM itu sendiri. Pembelajaran inovatif bersifat menyenangkan (rekreatif) dan
membutuhkan kreativitas guru dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat
siswa agar aktif selama pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam
pencapaian tujuan pembelajaran. Sebagai pembelajaran yang rekreatif, dalam
pembelajaran inovatif ditekankan pada kegiatan belajar yang mengandung unsur
commit to user b. Kelebihan Pembelajaran Inovatif
Saat ini model pembelajaran yang sedang digalakkan adalah
pembelajaran inovatif. Hal ini dikarenakan pembelajaran inovatif memiliki
beberapa kelebihan, antara lain sebagai berikut:
1) Pembelajaran inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat
pada siswa.
2) Proses pembelajaran dirancang, disusun, dan dikondisikan untuk siswa
agar belajar.
3) Menuntut kreativitas guru dalam mengajar.
4) Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang saling belajar
dan saling membangun.
5) Bersifat menyenangkan (rekreatif) dan membutuhkan kreativitas guru
dalam proses pembelajaran untuk dapat membuat siswa agar aktif selama
pembelajaran berlangsung sehingga lebih efektif dalam pencapaian tujuan
pembelajaran.
6) Otonomi siswa sehingga subjek pendidikan menjadi titik acuan seluruh
perencanaan dan proses pembelajaran.
7) Siswa adalah penerima informasi secara aktif.
8) Pengetahuan dibangun dengan penemuan terbimbing.
9) Pembelajaran lebih konkret dan praktis.
10) Perilaku dibangun atas pengalaman belajar.
11) Perilaku baik berdasarkan motivasi instrinsik.
c. Kekurangan Pembelajaran Inovatif
Di samping memiliki kelebihan, pembelajaran inovatif juga memiliki
beberapa kekurangan, antara lain sebagai berikut:
1) Pembelajaran akan bersifat monoton jika guru kurang kreatif dalam
mengelola kelas.
2) Siswa yang kurang aktif dalam proses belajar akan semakin tertinggal.
3) Situasi kelas kurang terkoordinir karena pusat kegiatan belajar adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4) Program pembelajaran kurang terkonsep.
5. Pembelajaran Inovatif Passing Bawah dengan Bola Mini
a. Hakikat Pembelajaran inovatif Passing Bawah dengan Bolavoli Mini
Pembelajaran passing bawah bolavoli dengan modifikasi bola mini
merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada perubahan peralatan
khususnya bola. Bolavoli ukuran standart dianggap sebagai penghambat
pelaksanaan passing bawah. Karena bola dianggap sebagai penghambat
pelaksanaan pembelajaran passing bawah bolavoli, mka perlu diciptakan kondisi
belajar yang lebih mudah agara siswa mampu melakukan passing bawah. Rusli
Lutan & Adang Suherman (2000:75) menyatakan,” Manakala kondisi sebenarnya
menjadi penghambat belajar ketrampilan tertutup, rubahlah kondisi latihan itu
pada tingkat yang bisa dilakukan siswa selama perubahan kondisi tersebut tidak
merusak integritas skill yang dipelajarinya”. Sedangkan Sugiyanto (1996 : 64 )
menyatakan, penyusunan materi pelajaran hendaknya mengikuti prinsip-prinsip:
1) Dimulai dari materi belajar yang mudah dan di tingkatakan secara
berangsur-angsur ke materi yang lebih sukar. 2) Dimulai dari materi belajar yang sederhana
dan ditingkatkan secara berangsur-angsur ke materi yang semakin kompleks.
Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan bahwa pembelajaran passing bawah menggunakan bola mini merupakan bentuk pembelajaran yang merubah kondisi belajar sesungguhnya (bola standart dirubah menggunakan bolavoli mini. Ukuran bolavoli mini menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (1995:57) yaitu,” Bola nomor 4, berat 230- 250 gram, keliling 22-24 cm ”. Perubahan penggunaan bolavoli ukuran mini karena sisa mengalami kesulitan melakukan passing bawah menggunakan bola ukuran standart. Ukuran bolavoli standart menurut Persatuan Bolavoli Seluruh Indonesia (1995: 12) Yaitu,” Keliling 65 sampai 67 cm, berat 260 sampai 280 gram, tekanan udara 0.40 sampai 0. 45 kg/cm2 ( 392-444)”. Contoh bentuk bola mini dapat dilihat pada gambar di bawah ini.