PENGARUH DIVERSIFIKASI OPERASI, LEVERAGEDAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA MANAJEMEN LABA
SKRIPSI
Oleh :
NI LUH FLORIANI RIA DIMARCIA NIM : 1215351035
PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
2
PENGARUH DIVERSIFIKASI OPERASI, LEVERAGEDAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA MANAJEMEN LABA
SKRIPSI
Oleh :
NI LUH FLORIANI RIA DIMARCIA NIM : 1215351035
Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
di Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh tim penguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta diuji pada tanggal : 1 April 2016
Tim Penguji : Tanda tangan
1. Ketua : Dr. I Gusti Ayu Made Asri Dwija Putri, SE., M.Si ...
2. Sekretaris : Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak ...
3. Anggota : Dr. I Gusti Ketut Agung Ulupui, SE., M.Si., Ak ...
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansi
Dr. A. A. G. P. Widanaputra, S.E., M.Si., Ak NIP. 19650323 199103 1 004
Pembimbing
ii
PERNYATAAN ORISINILITAS
Saya menyatakan dengan sebenarnya sepanjang pengetahuan saya, di dalam naskah skripsi ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila ternyata di dalam naskah skripsi ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur plaginasi, saya bersedia diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, 4 April 2016 Mahasiswa
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yesus Kristus, karena atas berkat dan karunia-Nyalah skripsi yang berjudul “Pengaruh Diversifikasi Operasi, Leverage dan Kepemilikan Manajerial pada Manajemen Laba” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dan bimbingan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1) Dr. I Nyoman Mahendra Yasa, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2) Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa S.E., M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3) Dr. A. A. G. P. Widanaputra, S.E., M.Si., Ak., dan Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE., M.Si., Ak masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4) Drs. I Ketut Suardhika Natha, M.Si., dan Drs. I Made jember, M.Si., masing-masing selaku Ketua dan Sekretaris Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana
5) Ni Gusti Putu Wirawati, SE., Msi., Ak selaku Koordinator Jurusan Akuntansi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
6) Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, SE., MSi., Ak selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dan memberikan dukungan untuk kemajuan penulis.
7) Komang Ayu Krisnadewi, SE., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan dan pengarahan dalam proses penyelesaian skripsi ini.
iv
9) Dr. I Gusti Ketut Agung Ulupui, SE., M.Si., Ak selaku anggota dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini. 10) Papa dan Mama yang telah memberikan dukungan dan doanya yang tulus
selama penulis menempuh studi dan menyelesaikan skripsi ini
11) Teman-teman seperjuangan, L.K Inten Pratiwi Sucandra, Ni Luh Made Windha Pratiwi, dan Ida Ayu Radha Arestantya, Ni Nyoman Adi Kusuma Dewi, Dwi Parama Yogi, Dewa Gede Yudha Dananjaya, dan teman-teman seperjuangan angkatan 2012 lainnya yang membantu memberikan semangat dan dukungan moral dalam menyelesaikan skripsi ini.
12) Semua pihak yang tidak mungkin saya dapat sebutkan satu persatu baik secara langsung maupun tidak langsung yang telah turut memberikan semangat dan dukungan selama proses pengerjaan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga penulis mengharapkan adanya saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan.
Denpasar, 4 April 2016
v
Judul : Pengaruh Diversifikasi Operasi, Leverage dan Kepemilikan Manajerial pada Manajemen Laba
Nama : Ni Luh Floriani Ria Dimarcia NIM : 1215351035
ABSTRAK
Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang tujuannya adalah untuk menilai kinerja manajemen. Oleh karena itu, manajemen melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan terlihat baik. Tindakan ini disebut dengan manajemen laba. Perusahaan yang mempunyai tingkat kompleksitas usaha yang tinggi seperti perusahaan terdiversifikasi secara operasional, perusahaan yang mempunyai tingkat leverage yang tinggi diindikasikan cendrung melakukan manajemen laba. Untuk menekan tindak manajemen laba adanya kepemilikan manajerial dalam perusahaan diduga dapat mengurangi terjadinya manajemen laba.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meneliti kembali pengaruh diversifikasi operasi, leverage dan kepemilikan manajerial pada manajemen laba. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2010-2014. Teknik pemilihan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan metode dokumentasi dan teknik analisis yang digunakan adalah uji regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian dengan 65 sampel perusahaan amatan, diketahui bahwa diversifikasi operasi tidak berpengaruh pada manajemen laba,
leverage tidak berpengaruh pada manajemen laba, dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif pada manajemen laba.
vi DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
PERNYATAAN ORISINILITAS ... iii
KATA PENGANTAR ...iv
ABSTRAK ...vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ...ix
DAFTAR GAMBAR ...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ...7
1.3 Tujuan Penelitian...7
1.4 Kegunaan Penelitian ...7
1.5 Sistematika Penulisan ...8
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep...10
2.1.1 Teori keagenan ...10
2.1.2 Manajemen laba...13
2.1.3 Diversfikasi operasi ...18
2.1.4 Leverage ...21
2.1.5 Kepemilikan manajerial ...24
2.2 Hipotesis Penelitian ...25
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ...29
3.2 Lokasi Penelitian...30
3.3 Objek Penelitian ...30
3.4 Identifikasi Variabel...30
3.5 Definisi Operasional Variabel ...31
3.6 Jenis dan Sumber Data ...34
3.7 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ...35
3.8 Metode Pengumpulan Data ...36
3.9 Teknik Analisis Data...37
3.9.1 Analisis statistik deskriptif...37
3.9.2 Uji asumsi klasik...38
3.9.3 Uji regresi linier berganda...40
3.9.4 Koefisien determinasi (R2) ...41
3.9.5 Uji kelayakan model (uji statistik F)...41
vii
BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah atau Wilayah Penelitian...43
4.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 45
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian...54
4.3.1 Pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba...54
4.3.2 Pengaruh leveragepada manajemen laba...56
4.3.3 Pengaruh kepemilikan manajerial pada manajemen laba...57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...59
5.2 Saran...60
DAFTAR RUJUKAN ...61
viii
DAFTAR TABEL
No. Tabel Halaman
4.1 Hasil Seleksi Pemilihan Sampel ...44
4.2 Nama Perusahaan Sampel ...45
4.3 Hasil Uji Statistik Deskriptif ...46
4.4 Hasil Uji Normalitas ...48
4.5 Hasil Uji Multikolinearitas ...49
4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas...50
4.7 Hasil Uji Autokorelasi...51
ix
DAFTAR GAMBAR
No Gambar Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
No Lampiran Halaman
1. Rekapitulasi Nilai DA, DIVOP, LEV, MGR Perusahaan Sampel...66
2. Perhitungan Total Akrual...68
3. Perhitungan ΔREVit, ΔRECit, dan PPEit...70
4. Perhitungan Koefisien Regresi dari Total Akrual ...72
5. Regresi The Modified Jones Model...74
6. Hasil Perhitungan Non Discretionary Accrual (NDA) dan Discretionary Accrual (DA) ...75
7. Hasil Statistik Deskriptif...78
8. Hasil Uji Asumsi Klasik ...79
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan keuangan merupakan alat utama bagi para manajer untuk
menunjukan efektivitas pencapaian tujuan dan melaksanakan fungsi
pertanggungjawaban dalam organisasi. Laporan keuangan merupakan bentuk
pertanggungjawaban pihak manajemen perusahaan atas tanggung jawab yang
telah dilaksanakan. PSAK No.1 Tahun 2013 tentang penyajian pelaporan
keuangan menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan
infromasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi dan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen
atas penggunaan sumber daya. Manajemen perusahaan dapat memberikan
kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu.
Laporan keuangan yang disusun oleh pihak manajemen terdapat informasi
laba. Laba merupakan salah satu informasi potensial yang terkandung di dalam
laporan keuangan yang sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal.
Informasi laba merupakan komponen laporan keuangan perusahaan yang
bertujuan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan
laba yang representatif dalam jangka panjang dan menaksir risiko investasi atau
meminjamkan dana (Juniarti, 2005). Informasi laba merupakan perhatian utama
2
operasi yang telah ditetapkan (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Oleh karena itu,
manajemen umumnya melakukan tindakan yang dapat membuat laporan
keuangan terlihat baik melalui pemilihan metode akuntansi untuk tujuan tertentu
hal ini dikenal dengan sebutan manajemen laba.
Manajemen laba dinilai tidak menyalahi aturan dan prinsip-prinsip
akuntansi berterima umum. Akan tetapi, praktik manajemen laba dapat mengikis
kepercayaan investor terhadap kualitas pelaporan keuangan dan mengurangi
keandalan laba karena laba yang dilaporkan bias dan menyebabkan kesalahan
dalam menggambarkan laba yang sebenarnya (Fatmawati, 2013). Praktik
manajemen laba dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, beberapa diantaranya
adalah leverage, kepemilikan manajerial dan kompleksitas bisnis dalam suatu
perusahaan. Penelitian Purnamaningtyas (2010) mengungkapkan bahwa
manajemen laba justru ditemukan pada perusahaan yang multi segmen. Hal ini
terjadi karena arus kas dan informasi mengenai perusahaan dikuasai oleh pihak
manajer, yang menyebabkan pihak ekternal cenderung terkelabui karena laporan
keuangan konsolidasi menyampaikan informasi keuangan yang kurang relevan.
Diversifikasi merupakan bentuk pengembangan usaha dengan memperluas
jumlah segmen, baik secara bisnis maupun geografis. Menurut Harto (2005)
diversifikasi merupakan strategi pengembangan usaha dengan cara memperluas
segmen bisnis maupun geografis, diversifikasi dapat dilakukan dengan membuka
lini usaha baru, memperluas lini produk yang ada, memperluas wilayah
pemasaran produk, membuka kantor cabang, melakukan merger dan akuisisi dan
3
geografis. Diversifikasi operasi yang terdapat dalam PSAK No.5 Tahun 2013
(Revisi 2009) tentang segmen operasi disebutkan bahwa segmen usaha adalah
komponen perusahaan yang terlibat dalam aktivitas usaha dan memperoleh
pendapatan dan terjadi beban yang hasilnya dikaji ulang secara reguler oleh organ
pengambil keputusan tentang sumber daya dan kinerja, dimana informasi
keuangannya dibuat secara terpisah. Melalui penerapan diversifikasi, manajer
dapat mengajukan reward yang lebih besar karena semakin banyak jenis usaha
yang dikelola, semakin besar tingkat kompleks perusahaan. Damciwar (dalam
Lupitasari, 2012) menyatakan bahwa strategi diversifikasi dipilih dan diterapkan
oleh perusahaan ketika perusahaan berada dalam kondisi tertentu, yaitu ketika
perusahaan merasakan profit dan pertumbuhan perusahaan mulai menurun pada
industri awal usahanya, selain itu diversifikasi juga dilakukan dalam rangka
memperkuat keunggulan bersaing dengan kompetitor serta dalam rangka
memperkecil risiko investasi karena apabila perusahaan hanya melakukan bisnis
pada sektor tunggal maka risiko investasinya cukup besar. Ketika melakukan
diversifikasi maka perusahaan akan menjadi perusahaan multi bisnis yang tidak
hanya bergerak pada satu lini bisnis saja, semakin beragam lini bisnis yang
dimiliki perusahaan maka akan semakin banyak pula sumber pendapatan yang
dimiliki oleh perusahaan. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa
penerapan diversifikasi bertujuan untuk memaksimumkan ukuran dan keragaman
usaha sehingga pemilik dapat memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi dari
4
Diversifikasi tidak hanya berdampak positif bagi perusahaan tetapi juga
menimbulkan beberapa biaya dari penerapan diversifikasi ini, menurut Meyer
(dalam Satoto, 2007), dalam perusahaan yang terdiversifikasi lini bisnis yang
tidak memberikan keuntungan dapat menimbulkan kerugian yang lebih besar bila
dibandingkan apabila perusahaan tersebut bergerak pada satu lini bisnis saja.
Penerapan diversifikasi juga akan mengakibatkan struktur organisasi yang
terdapat dalam perusahaan menjadi lebih kompleks serta tingkat transparansi lebih
rendah dan kompleksitas informasi bagi investor dan analisis keuangan menjadi
semakin tinggi (El Mehdi dan Sebuoi, 2011). Menurut teori keagenan, kondisi
seperti ini akan menciptkan keadaan yang mendukung bagi manajer untuk
melakukan manajemen laba.
Fenomena hubungan antara diversifikasi perusahaan dan manajemen laba
semakin menjadi sorotan. Diversifikasi operasi dan manjemen laba telah diteliti
oleh beberapa peneliti. Jirapon et al. (2008), Aryati dan Walansendouw (2011)
serta Lupitasari (2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa diversifikasi
operasi perusahaan tidak berpengaruh pada tindakan manajemen laba. Sebaliknya
Indraswari (2010), dalam penelitiannya menemukan bahwa diversifikasi operasi
perusahaan meningkatkan manajemen laba.
Leverage disebut juga sebagai salah satu penyebab manajemen laba.
Dengan adanya leverage hal itu dapat menunjukan seberapa besar aset perusahaan
yang dibiayai oleh utang. Leverage merupakan rasio antara total kewajiban
dengan total aset. Semakin besar tingkat leverage berarti semakin tinggi nilai
5
besarnya jumlah utang dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan akan
cenderung melakukan manipulasi dalam bentuk manajemen laba
(Widyaningdyah, 2001). Perusahaan akan berusaha memenuhi perjanjian utang
agar memperoleh penilaian yang baik dari kreditur. Hal inilah yang kemudian
dapat memotivasi manajer melakukan manajemen laba untuk menghindari
pelanggaran perjanjian utang. Peneliti Tarjo (2008), Wisnu (2013), serta Putri dan
Titik (2014) menemukan hasil bahwa leverage mempunyai pengaruh positif
signifikan terhadap manajemen laba. Sebaliknya, beberapa penelitian Chung et al.
(2005) dan Lee et al. (2007) menunjukkan bahwa utang menurunkan manajemen
laba. Hal ini terjadi karena perusahaan mendapat pengawasan dari pemberi utang
sehingga menyulitkan bagi manajer untuk melakukan manajemen laba. Penelitian
Murhadi (2009),Jao dan Pagulung (2011), dan Elfira (2014) menunjukkan bahwa
leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Kepemilikan manajerial disebut juga sebagai salah satu faktor yang
memengaruhi manajemen laba. Menurut Palestin (2009) manajemen laba terjadi
karena adanya pemisahan antara kepemilikan dengan pengelolaan perusahaan.
Konflik keagenan ini dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan.
Struktur kepemilikan menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari suatu
perusahaan, salah satu dari struktur kepemilikan adalah kepemilikan manajerial.
Kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang
secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Direktur dan
Komisaris). Kepemilikan manajerial diukur dari jumlah persentase saham yang
6
memiliki persentase yang tinggi dalam kepemilikan saham akan bertindak
layaknya seseorang yang memegang kepentingan dalam perusahaan. Secara
teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif terhadap
kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat. Dengan
meningkatkan kepemilikan saham oleh manajer, diharapkan manajer akan
bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal karena manajer akan termotivasi
untuk meningkatkan kerja.
Penelitian yang dilakukan Siregar dan Utama (2005), Kusumawardhani
(2012) dan Indriastuti (2012) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Semakin rendah tingkat
kepemilikan manajerial dalam perusahaan, maka probabilitas perusahaan untuk
melakukan manajemen laba akan meningkat. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Al-Fayoumi et al. (2010), Widiatmaja (2010) dan Liu (2012)
menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap
manajamen laba.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini dirancang
utuk menguji kembali pengaruh diversifikasi operasi, leverage dan kepemilikan
7 1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka permasalahan
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1) Apakah pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba ?
2) Apakah pengaruh leverage pada manajemen laba ?
3) Apakah pengaruh kepemilikan manajerial pada manajemen laba ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai rumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya, maka tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh diversifikasi operasi pada
manajemen laba.
2) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh pengaruh leverage pada
manajemen laba.
3) Untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan manajerial pada
manajemen laba.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan
praktis sebagai berikut.
1) Kegunaan teoritis
Penelitian ini dilakukan untuk menguji teori keagenan yang terjadi di
8
diharapkan mampu memberikan bukti empiris dan sumbangan konseptual
mengenai pengaruh diversifikasi operasi, leverage dan kepemilikan
manajerial pada manajemen laba.
2) Kegunaan praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada para
pengguna laporan keuangan untuk proses pengambilan keputusan sehingga
keputusan yang dihasilkan lebih tepat. Sebagai bahan pertimbangan
perusahaan untuk memerhatikan beberapa faktor yang memengaruhi tinggi
rendahnya manajemen laba, seperti diversifikasi operasi, leverage dan
kepemilikan manajerial.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan penelitian ini tersusun menjadi lima (5) bab yang mana antara
bab satu dengan bab lainnya memiliki keterkaitan hubungan. Gambaran dari
masing-masing bab adalah sebagai berikut, yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan dan
kegunaan penelitian yang dilakukan, serta menguraikan sistematika
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Bab ini menguraikan teori-teori dan konsep-konsep yang relevan
sebagai acuan dan landasan dalam memecahkan masalah yang
diangkat dalam skripsi ini, serta hipotesis penelitian.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini membahas deskripsi tentang desain penelitian, lokasi
penelitian atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian,
identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber
data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode
pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian serta teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian.
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Bab ini menguraikan deskripsi obyek penelitian, hasil analisis
statistik, serta interpretasi terhadap hasil berdasarkan alat dan
metode analisis yang digunakan dalam penelitian.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menjabarkan simpulan yang diperoleh dari hasil
pembahasan penelitian ini beserta saran-saran yang dianggap perlu
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1 Landasan Teori dan Konsep
2.1.1 Teori keagenan
Teori keagenan adalah teori yang mengungkapkan hubungan antara
pemilik (principal) dan manajemen (agent) dalam bentuk kontrak kerjasama.
Pemilik memberi perintah kepada agen untuk melakukan suatu jasa atas nama
pemilik dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang
terbaik (Belkoui, 2001). Teori agensi mengasumsikan bahwa semua individu
bertindak atas kepentingan mereka sendiri. Pemegang saham sebagai prinsipal
diasumsikan hanya tertarik kepada hasil keuangan yang bertambah atau investasi
mereka di perusahaan. Para agen diasumsikan termotivasi untuk memaksimalkan
kompensasi yang diterima dalam hubungan tersebut. Hal ini menimbulkan adanya
konflik kepentingan antara agen dan prinsipal.
Pihak agen memiliki informasi internal perusahaan dan prospek
perusahaan di masa yang akan datang yang lebih dibandingkan dengan prinsipal,
oleh karena itu manajer sudah seharusnya selalu memberikan sinyal mengenai
kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang dapat diberikan oleh manajer
yakni melalui pengungkapan informasi akuntasi seperti laporan keuangan.
Laporan keuangan merupakan hal yang sangat penting bagi pengguna eksternal
karena kelompok ini berada dalam kondisi yang paling besar ketidakpastiannya.
11
manajemen dan prinsipal dapat menjadi pemicu munculnya suatu kondisi yang
disebut asimetri informasi dengan asumsi bahwa individu-individu manajemen
bertindak untuk memaksimalkan kepentingan diri sendiri, inilah yang mendorong
manajemen untuk bertindak oportunis atau memperoleh keuntungan pribadi.
Menurut Brigham dan Houston (2006) hubungan keagenan dapat timbul di
antara.
1) Pemegang saham dengan manajer
Masalah keagenan dapat timbul jika manajer menempatkan tujuan dan
kesejahteraan mereka sendiri pada posisi yang lebih tinggi dari kepentingan
pemegang saham. Masalah keagenan potensial terjadi bila proporsi
kepemilikan atas saham perusahaan kurang dari seratus persen sehingga
manajer cenderung bertindak untuk mengejar kepentingannya sendiri dan
bukan memaksimalkan nilai perusahaan dalam mengambil keputusan
pendanaan. Tindakan manajer yang opoturnistik tersebut akan mempertinggi
cost perusahaan dan mengurangi kemakmuran pemegang saham.
2) Pemegang saham (melalui manajer) dengan kreditur
Kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaan untuk
pembayaran bunga dan pokok utang. Mereka memiliki klaim atas aset
perusahaan saat perusahaan mengalami kebangkrutan. Pada saat perusahaan
mengalami kebangkrutan, keputusan harus segera diambil untuk mengatasi
kondisi tersebut, yaitu apakah akan melikuidasi perusahaan dengan menjual
seluruh aset atau melakukan reorganisasi. Manajemen perlu segera bertindak
12
mempertahankan pekerjaannya. Keputusan manajer ini tentu saja berdampak
pada pemegang saham atau kreditur atau kedua belah pihak tersebut. Kreditur
pada umumnya menghendaki likuidasi perusahaan sehingga mereka dapat
segera menarik dananya dengan cepat. Di lain pihak, manajemen
menginginkan perusahaan tetap eksis sehingga mereka memilih
mereorganisasi perusahaan. Pada saat bersamaan, pemegang saham
kemungkinan mencoba mencari pengganti manajer lama yang mau dibayar
lebih rendah meskipun proses tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Konflik kepentingan antara agen dan prinsipal dapat diminimalkan melalui
beberapa cara. Menurut Masdupi (2005) mengemukakan cara-cara untuk
mengatasi masalah keagenan antara lain :
1) Meningkatkan kepemilikan manajerial
Dengan adanya kepemilikan manajerial saham maka manajer akan merasakan
langsung manfaat dari keputusan yang diambil dan juga merasakan langsung
manfaat dari keputusan yang diambil dan juga merasakan apabila ada
kerugian yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang
salah.
2) Pendekatan pengawasan eksternal
Pendekatan ini dilakukan melalui penggunaan utang. Adanya utang akan
dapat mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh
manajer karena perusahaan harus melakukan pembayaran atas bunga dan
pokok pinjaman secara periodik serta mematuhi ketentuan pada perjanjian
13
3) Institutional investor sebagai monitoring agent
Adanya kepemilikan saham oleh investor institusional seperti perusahaan
asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi lain akan
mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja
manajemen.
2.1.2 Manajemen laba
Terdapat beberapa pandangan mengenai manajemen laba. Secara umum
para pelaku ekonomi menganggap manajemen laba sebagai suatu kecurangan
manajerial, karena aktivitas rekayasa manajerial ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk menyesatkan dan merugikan pihak lain yang menggunakan laporan
keuangan sebagai sumber informasi untuk mengetahui segala sesuatu mengenai
perusahaan. Sementara bagi akademisi, termasuk para peneliti menilai bahwa
manajemen laba bukanlah suatu kecurangan, karena aktivitas rekayasa manajerial
ini merupakan dampak dari luasnya prinsip akuntansi yang berterima umum.
Manajemen laba sebagai bentuk dari manipulasi laporan keuangan, hingga
saat ini belum mempunyai batasan mengenai definisi dari manajemen laba.
Menurut Scott (2009 : 403) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan bagi
manajer atas kebijakan akuntansi dari berbagai kebijakan yang diperbolehkan
dalam standar, untuk mencapai tujuan khusus. Wolk et al. (dalam Astuti, 2005)
menyatakan bahwa manajemen laba merupakan suatu intervensi dalam proses
pelaporan keuangan eksternal dengan maksud untuk memperoleh keuntungan
14
memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan
dengan pemilihan metode akuntansi untuk mengatur keuntungan yang bisa
dilakukan karena memang diperkenankan menurut kebijakan akuntansi.
Scott (2009: 337) menyebutkan beberapa motivasi manajemen untuk melakukan
manajemen laba, yaitu.
1) Bonus Purpose
Manajer yang memiliki informasi atas laba bersih akan bertindak secara
oportunistik untuk melakukan manajemen laba dengan memaksimalkan laba
saat ini.
2) Political Motivation
Manajemen laba digunakan untuk mengurangi laba yang dilaporkan karena
adanya tekanan publik yang mengakibatkan pemerintah menetapkan
peraturan yang lebih ketat.
3) Taxation Motivation
Motivasi penghematan pajak menjadi motivasi manajemen laba yang paling
nyata. Berbagai metode akuntansi digunakan dengan tujuan penghematan
pajak pendapatan.
4) Pergantian CEO
CEO yang mendekati masa pensiun akan cenderung menaikan pendapatan
untuk meningkatkan bonus mereka. Jika kinerja perusahaan buruk, maka akan
15
5) Initial Public Offering (IPO)
Perusahaan yang akan go public belum memiliki nilai pasar dan
menyebabkan manajer perusahaan yang akan melakukan go public
melakukan manajemen laba dalam prospectus mereka dengan harapan dapat
menaikkan harga saham perusahaan.
6) Pentingnya Memberi Informasi kepada Investor
Informasi mengenai kinerja perusahaan harus disampaikan kepada investor
sehingga pelaporan laba perlu disajikan agar investor tetap menilai bahwa
perusahaan tersebut dalam kinerja yang baik.
Teknik manajemen laba menurut Setiawati dan Na'im, 2000 dapat
dilakukan dengan tiga teknik yaitu.
1) Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Manajemen dapat memengaruhi laba melalui perkiraan terhadap estimasi
akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi kurun
waktu depresiasi aset tetap atau amortisasi aset tak berwujud, estimasi
biaya garansi dan lain-lain.
2) Mengubah metode akuntansi.
Manajemen laba dapat dilakukan dengan mengubah metode akuntansi yang
digunakan untuk suatu transaksi. Contohnya mengubah metode depresiasi
aset tetap, dari metode depresiasi angka tahun ke metode depresiasi garis
16
3) Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Manajemen laba dapat dilakukan dengan menggeser periode atau pendapatan.
Contohnya mempercepat atau menunda pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan sampai pada periode akuntansi berikutnya, mempercepat atau
menunda pengeluaran promosi sampai periode berikutnya, mempercepat atau
menunda pengiriman produk ke pelanggan, mengatur saat penjualan aset
tetap yang sudah tidak dipakai.
Manajemen laba memiliki pola-pola tertentu di dalam praktiknya. Menurut
(Scott, 2009:383) manajemen laba dilakukan dengan pola sebagai berikut.
1) Taking a bath
Pola manajemen laba yang melaporkan laba pada periode berjalan dengan
nilai yang sangat rendah atau sangat tinggi.
2) Income minimization
Pola manajemen ini seperti taking a bath tapi tidak lebih ekstrim
dibandingkan dengan pola taking a bath. Menjadikan laba di periode berjalan
lebih rendah dari pada laba sesungguhnya.
3) Income maximization
Pola manajemen laba ini berkebalikan dengan income minimization.
Melaporkan laba lebih tinggi dari pada laba sesungguhnya.
4) Income smoothing
Pola manajemen laba yang paling menarik yaitu dengan cara melaporkan
tingkatan laba yang cenderung berfluktualisasi yang normal pada
17
Deteksi manajemen laba adalah suatu cara untuk memprediksi kualitas
suatu laba berkaitan dengan kemampuannya menghasilkan aliran kas di masa
mendatang. Secara umum ada tiga cara yang telah dihasilkan para peneliti untuk
mendeteksi manajemen laba yaitu.
1) Model Berbasis Aggregate Accrual
Model berbasis aggregate accrual yaitu model yang digunakan untuk
mendeteksi aktivitas rekayasa dengan menggunakan discretionary accruals
sebagai proksi manajemen laba. Model ini pertama kali dikembangkan oleh
Healy (1985), De Angelo (1986), dan Jones (1991). Selanjutnya Dechow,
Sloan, dan Sweeney (1995) mengembangkan model Jones menjadi model
Jones yang dimodifikasi (modified Jones model). Model-model ini
menggunakan total akrual dan model regresi untuk menghitung akrual yang
diharapkan dan akrual yang tidak diharapkan (Sulistyanto, 2008:211).
2) Model Berbasis Specific Accruals
Model yang berbasis akrual khusus yaitu pendekatan yang menghitung akrual
sebagai proksi manajemen laba dengan mengunakan item atau komponen
laporan keuangan tertentu dari industri tertentu, misalnya piutang tak tertagih
dari sektor industri tertentu atau cadangan kerugian piutang dari industri
asuransi (Sulistyanto, 2008:213).
3) Model Berbasis Distribution of Earnings After Management
Model distribution of earnings dikembangkan oleh Burgtahler dan Dichev,
Degeorge, Patel, dan Zeckhauser, serta Myers dan Skinner. Pendekatan ini
18
komponen-komponen laba untuk mendeteksi faktor-faktor yang mempengaruhi
pergerakan laba. Model ini terfokus pada pergerakan laba disekitar benchmark
yang dipakai, misalkan laba kuartal sebelumnya, untuk menguji apakah
incidence jumlah yang berada di atas maupun di bawah benchmark telah
didistribusikan secara merata, atau merefleksikan ketidakberlanjutan
kewajiban untuk menjalankan kebijakan yang telah dibuat (Sulistyanto,
2008:214).
Pengukuran manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan model
Jones yang dimodifikasi (modified Jones model). Model ini lebih mampu
mendeteksi tingkat manajemen laba dibandingkan dengan model estimasi lain
karena memberikan hasil yang lebih akurat. Model ini mempunyai standar eror
hasil regresi estimasi nilai total akrual yang paling kecil dibandingkan dengan
model lainnya (Dechow et al, 1995).
2.1.3 Diversifikasi operasi
Melihat kondisi pasar saat ini, perusahaan perusahaan berusaha untuk
mendapat pangsa pasar yang baru dan memperluas pangsa pasar yang ada dengan
memberikan peluang-peluang yang lebih baik sehingga perusahaan tetap memiliki
keunggulan bersaing dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Salah satunya
dengan melakukan diversifikasi operasi.
Perusahaan yang melakukan diversifikasi operasi bergerak pada lebih dari
satu lini bisnis (multi bisnis). Diversifikasi operasi yang dimaksud terdapat dalam
19
segmen usaha. Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan
dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun
kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan
yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain dimana informasi
keuangannya dibuat secara terpisah.
Standar pelaporan segmen ini telah ditetapkan oleh PSAK No. 5 Tahun
2013 (Revisi 2009) dimana tujuan dari standar tersebut adalah untuk memberikan
informasi mengenai perbedaan jenis aktivitas bisnis perusahaan dalam membantu
pengguna laporan keuangan untuk memahami kinerja perusahaan dengan lebih
baik, menilai lebih baik kemungkinan aliran kas masa depan, dan membuat
pertimbangan lebih informatif mengenai perusahaan secara keseluruhan
(Radebaugh dan Street dalam Indriastuti, 2012).
Menurut PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) faktor – faktor yang
dipertimbangkan dalam menentukan terkait atau tidaknya produk atau jasa,
meliputi.
1) Karakteristik produk atau jasa.
2) Karakteristik proses produksi.
3) Jenis atau golongan pelanggan (produk atau jasa).
4) Metode pendistribusian produk atau penyediaan jasa.
5) Jika praktis, karakteristik iklim regulasi, misalnya dalam perbankan, asuransi,
atau public utilities.
PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) tentang segmen operasi
20
1) Yang terkait dalam aktivitas bisnis dalam menghasilkan pendapatan dan
menimbulkan beban.
2) Hasil operasi yang secara reguler dievaluasi oleh pembuat keputusan operasi
untuk menilai segmen individual dan membuat keputusan mengenai sumber
daya yang akan dialokasikan ke dalam segmen.
3) Ketika informasi keuangan terpisah tersedia yang dihasilkan oleh atau
berdasarkan sistem internal.
PSAK No. 5 Tahun 2013 (Revisi 2009) menyatakan bahwa kriteria
segmen yang akan dilaporkan harus memenuhi syarat kualitatif, yaitu telah
teridentifikasi sebagai segmen operasi atau hasil dari dua agregasi atau lebih dan
memenuhi satu dari batasan kuantitatif berikut.
1) Pendapatan yang dilaporkan adalah 10% atau lebih dari pendapatan total dari
semua segmen yang dilaporkan.
2) Jumlah absolut dari laba atau rugi yang dilaporkan adalah 10% atau lebih dari
gabungan laba atau rugi yang dari semua segmen operasi.
3) Jika aset adalah 10% atau lebih dari aset gabungan semua operasi.
Diversifikasi operasi dalam penelitian ini diperoleh dari pengungkapan
perusahaan sesuai dengan laporan segmen operasi entitas induk dan perusahaan
anak dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan. Diversifikasi operasi
dihitung berdasarkan jumlah segmen operasi atau segmen usaha yang dimiliki dan
21 2.1.4 Leverage
Leverage adalah rasio total utang dibandingkan total aset. Leverage
menunjukan berapa banyak utang yang digunakan untuk membiayai aset-aset
perusahaan. Manajemen keuangan mengartikan leverage sebagai penggunaan
sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan
tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya, sehingga
keuntungan pemegang saham bertambah. Rasio leverage menggambarkan sumber
dana operasi yang digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukan
risiko yang dihadapi perusahaan, semakin besar risiko yang dihadapi oleh
perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba dimasa depan juga akan
makin meningkat dan juga untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan
bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan.
Rasio-rasio leverage yang mengukur seberapa banyak dana yang di supply
oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari
kreditor perusahaan, mempunyai beberapa implikasi (Husnan, 2008:70).
1) Para pemberi kredit akan melihat kepada modal sendiri, yang merupakan
dana yang di supply oleh pemilik perusahaan, untuk melihat batas keamanan
pemberian kredit.
2) Dengan menggunakan hutang pemilik mendapatkan manfaat dana tanpa harus
kehilangan kendali atas perusahaan.
3) Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada
beban bunga atas proporsi dana yang dibelanjai dengan pinjaman, maka
22
Di dalam prakteknya rasio-rasio leverage dihitung dengan dua cara.
Pertama dengan memperhatikan data yang ada di neraca, untuk mengetahui
seberapa banyak dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua, mengukur
risiko hutang dari laporan rugi laba, yaitu seberapa banyak beban tetap hutang
(bunga ditambah dengan pokok pinjaman) bisa ditutup oleh laba operasi.
1) Total Utang dengan Total Aset
Rasio total hutang dengan total aset umumnya disebut sebagai rasio hutang
(debt ratio), mengukur persentase penggunaan dana yang berasal dari
kreditor. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi,
dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio
yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk
membiayai aset.
2) Times Interest Earned
Rasio time interest earned dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan
pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa
berkurang tanpa menyulitkan perusahaan karena perusahaan tidak mampu
membayar beban bunga tahunan. Ketidakmampuan ini bisa membawa
kesulitan keuangan yang serius karena secara hukum pemberi pinjaman bisa
mempertimbangkan kemungkinan kebangkrutan bagi perusahaan.
3) Fixed Charge Coverage Rasio
Fixed Charge Coverage Rasio ini mirip dengan rasio times interest earned
tetapi lebih lengkap, karena mempertimbangkan sewa peralatan (lease of
23
sewa (lease) di sini adalah apabila perusahaan menggunakan suatu aset
dengan tidak membelinya, tetapi sekedar menyewanya.
Menurut hipotesis utang / ekuitas (Debt / Equity Hypothesis) manajer akan
berusaha untuk menghindari perjanjian utang dengan memilih metode-metode
akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Berkaitan dengan leverage, salah satu
alternatif sumber dana perusahaan selain menjual saham di pasar modal adalah
melalui sumber dana eksternal berupa utang. Utang yang dipergunakan secara
efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Herry dan Hamin (dalam
Tarjo, 2008) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai
perusahaan. Tapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur,
maka justru memicu bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Achmad et
al, 2007).
Menurut Verawati (2012) utang merupakan perjanjian antara perusahaan
sebagai debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian utang ini, ada kepentingan
perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar
utangnya. Terdapat kemungkinan bahwa adanya perjanjian kontrak utang memicu
manajemen untuk meningkatkan laba dengan tujuan memperlihatkan kinerja
positif pada kreditur sehingga memperoleh suntikan dana atau untuk memperoleh
penjadwalan kembali pembayaran utang.
Besarnya rasio leverage dalam penelitian ini diperoleh dari perbandingan
total utang perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Data ini
didapatkan dalam laporan posisi keuangan perusahaan dari entitas induk dan
24 2.1.5 Kepemilikan manajerial
Kepemilikan manajerial yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh
pihak manajemen. Kepemilikan manajer dapat diukur dari presentase kepemilikan
saham oleh manajer perusahaan atas perusahaan yang bersangkutan.
Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka
manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk
kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan
dan Machfoedz, 2006). Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak
hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang
saham. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar
dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga permasalahan
keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer bertindak sekaligus
sebagai seorang pemilik.
Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial
sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik
keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Pendekatan
ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan
manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi
antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan melalui pengungkapan
informasi didalam perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham
manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan
25
disimpulkan bahwa manajer yang mempunyai kepemilikan saham di perusahaan
akan cenderung bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena
terdapat kesamaan kepentingan antara keduanya.
Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diperoleh dalam catatan atas
laporan keuangan perusahaan dari entitas induk dan perusahaan anak pada bagian
modal saham dengan cara menghitung jumlah persentase saham yang dimiliki
oleh manajer dan dewan komisaris perusahaan.
2.2 Hipotesis Penelitian
Berikut ini akan dibahas mengenai hipotesis penelitian sebagai dugaan
sementara atas permasalahan yang ingin diuji dalam penelitian ini.
2.2.1 Pengaruh diversifikasi operasi pada manajemen laba
Perusahaan yang terdiversifikasi industri beroperasi pada segmen-segmen
bisnis yang berbeda. Manajemen perusahaan dengan segmen bisnis yang beragam
diduga pula memiliki peluang untuk melakukan manajemen laba (Indraswari,
2010) Perusahaan yang terdiversifikasi kurang transparan bila dibandingkan
perusahaan yang terfokus (Rodriguez-Perez dan Van Hemmen, 2010).
Thomas (2002) menyatakan sebuah hipotesis, yaitu hipotesis transparansi
yang mengaitkan antara diversifikasi dengan manajemen laba yang menyatakan
bahwa perusahaan yang terdiversifikasi memiliki transparansi yang rendah jika
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak terdiversifikasi, karena mereka
memiliki struktur yang lebih kompleks, ini membuat manajer memiliki dapat
26
pribadinya. Akibat perusahaan bergerak pada lebih dari satu segmen usaha
perusahaan juga riskan terhadap misalokasi investasi. Hal ini sejalan dengan
penelitian Indraswari (2010) yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan
dengan segmen bisnis yang beragam terbukti melakukan manajemen laba dengan
arah menaikan laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka hipotesis yang
diajukan adalah :
H1 : Diversifikasi operasi berpengaruh positif pada manajemen laba
2.2.2 Pengaruh leverage pada manajemen laba
Leverage dapat menjadi tolak ukur mengenai manajemen laba yang
dilakukan perusahaan. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi berarti
memiliki liabilitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan aset yang dimiliki,
hal ini mengakibatkan risiko dan tekanan yang besar pada perusahaan. Watts dan
Zimmerman (dalam Lupitasari, 2012) menyatakan bahwa manajer di perusahaan
yang berutang kemungkinan meningkatkan laba yang dilaporkan untuk
meningkatkan daya tawar perusahaan dalam negosiasi utang, mengurangi
kekhawatiran kreditur dan untuk mendapat kelonggaran batas kredit.
Shanti dan Yudhanti (2007), Tarjo (2008) dan Chin et al. (2009)
menemukan bahwa perusahaan yang memiliki financial leverage tinggi akibat
besarnya liabilitas dibandingkan aset yang dimiliki perusahaan, diduga melakukan
manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi
kewajiban membayar liabilitas pada waktunya. Berdasarkan penjelasan tersebut
27
H2 : Leverage berpengaruh positif pada manajemen laba
2.2.3 Pengaruh kepemilikan manajerial pada manajemen laba
Secara teoritis ketika kepemilikan manajemen rendah, maka insentif
terhadap kemungkinan terjadinya perilaku oportunistik manajer akan meningkat.
Beberapa penelitian mendukung bahwa manipulasi terhadap laba juga sering
dilakukan oleh manajemen. Shleifer dan Vishny (1997) menyatakan bahwa
kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif
untuk memonitor. Penyusunan laporan keuangandilakukan oleh manajemen yang
lebih mengetahui kondisi di dalam perusahaan, kondisi tersebut dapat
menimbulkan masalah karena manajemen sebagai pihak yang memberikan
informasi tentang kinerja perusahaan dievaluasi dan dihargai berdasarkan laporan
yang dibuatnya sendiri (Dechow et al, 1995) Laba yang kurang berkualitas bisa
terjadi karena dalam menjalankan bisnis perusahaan, manajemen bukan
merupakan pemilik perusahaan. Pemisahan kepemilikan ini akan dapat
menimbulkan konflik dalam pengendalian dan pelaksanaan pengelolaan
perusahaan yang menyebabkan para manajer bertindak tidak sesuai dengan
keinginan para pemilik.
Adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai
pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Kepemilikan
manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi
perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen
28
apabila seorang manajer bertindak sekaligus sebagai seorang pemilik. Besar
kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat
mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan
pemegang saham. Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan
maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk
kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan
dan Machfoedz, 2006).
Sejalan dengan pandangan di atas hasil penelitian yang dilakukan oleh
Ujiantho dan Pramuka (2007), Indirastuti (2012) serta Mahariana dan Ramantha
(2014) menemukan bahwa terdapat pengaruh yang negatif antara kepemilikan
manajerial terhadap manajemen laba. Berdasarkan penjelasan tersebut maka
hipotesis yang diajukan adalah :