• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

2.1.3 Diversifikasi operasi

Melihat kondisi pasar saat ini, perusahaan perusahaan berusaha untuk mendapat pangsa pasar yang baru dan memperluas pangsa pasar yang ada dengan memberikan peluang-peluang yang lebih baik sehingga perusahaan tetap memiliki keunggulan bersaing dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Salah satunya dengan melakukan diversifikasi operasi.

Perusahaan yang melakukan diversifikasi operasi bergerak pada lebih dari satu lini bisnis (multi bisnis). Diversifikasi operasi yang dimaksud terdapat dalam PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) tentang segmen operasi disebut sebagai

19

segmen usaha. Segmen usaha adalah komponen perusahaan yang dapat dibedakan dalam menghasilkan produk atau jasa (baik produk atau jasa individual maupun kelompok produk atau jasa terkait) dan komponen itu memiliki risiko dan imbalan yang berbeda dengan risiko dan imbalan segmen lain dimana informasi keuangannya dibuat secara terpisah.

Standar pelaporan segmen ini telah ditetapkan oleh PSAK No. 5 Tahun 2013 (Revisi 2009) dimana tujuan dari standar tersebut adalah untuk memberikan informasi mengenai perbedaan jenis aktivitas bisnis perusahaan dalam membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami kinerja perusahaan dengan lebih baik, menilai lebih baik kemungkinan aliran kas masa depan, dan membuat pertimbangan lebih informatif mengenai perusahaan secara keseluruhan (Radebaugh dan Street dalam Indriastuti, 2012).

Menurut PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) faktor – faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan terkait atau tidaknya produk atau jasa, meliputi.

1) Karakteristik produk atau jasa. 2) Karakteristik proses produksi.

3) Jenis atau golongan pelanggan (produk atau jasa). 4) Metode pendistribusian produk atau penyediaan jasa.

5) Jika praktis, karakteristik iklim regulasi, misalnya dalam perbankan, asuransi, atau public utilities.

PSAK No.5 Tahun 2013 (Revisi 2009) tentang segmen operasi menyebutkan bahwa segmen operasi adalah suatu komponen dari entitas.

20

1) Yang terkait dalam aktivitas bisnis dalam menghasilkan pendapatan dan menimbulkan beban.

2) Hasil operasi yang secara reguler dievaluasi oleh pembuat keputusan operasi untuk menilai segmen individual dan membuat keputusan mengenai sumber daya yang akan dialokasikan ke dalam segmen.

3) Ketika informasi keuangan terpisah tersedia yang dihasilkan oleh atau berdasarkan sistem internal.

PSAK No. 5 Tahun 2013 (Revisi 2009) menyatakan bahwa kriteria segmen yang akan dilaporkan harus memenuhi syarat kualitatif, yaitu telah teridentifikasi sebagai segmen operasi atau hasil dari dua agregasi atau lebih dan memenuhi satu dari batasan kuantitatif berikut.

1) Pendapatan yang dilaporkan adalah 10% atau lebih dari pendapatan total dari semua segmen yang dilaporkan.

2) Jumlah absolut dari laba atau rugi yang dilaporkan adalah 10% atau lebih dari gabungan laba atau rugi yang dari semua segmen operasi.

3) Jika aset adalah 10% atau lebih dari aset gabungan semua operasi.

Diversifikasi operasi dalam penelitian ini diperoleh dari pengungkapan perusahaan sesuai dengan laporan segmen operasi entitas induk dan perusahaan anak dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan. Diversifikasi operasi dihitung berdasarkan jumlah segmen operasi atau segmen usaha yang dimiliki dan dilaporkan oleh perusahaan.

21 2.1.4 Leverage

Leverage adalah rasio total utang dibandingkan total aset. Leverage

menunjukan berapa banyak utang yang digunakan untuk membiayai aset-aset perusahaan. Manajemen keuangan mengartikan leverage sebagai penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap, dengan harapan akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada beban tetapnya, sehingga keuntungan pemegang saham bertambah. Rasio leverage menggambarkan sumber dana operasi yang digunakan oleh perusahaan. Rasio leverage juga menunjukan risiko yang dihadapi perusahaan, semakin besar risiko yang dihadapi oleh perusahaan maka ketidakpastian untuk menghasilkan laba dimasa depan juga akan makin meningkat dan juga untuk memprediksi keuntungan yang kemungkinan bisa diperoleh bagi investor jika berinvestasi pada suatu perusahaan.

Rasio-rasio leverage yang mengukur seberapa banyak dana yang di supply

oleh pemilik perusahaan dalam proporsinya dengan dana yang diperoleh dari kreditor perusahaan, mempunyai beberapa implikasi (Husnan, 2008:70).

1) Para pemberi kredit akan melihat kepada modal sendiri, yang merupakan dana yang di supply oleh pemilik perusahaan, untuk melihat batas keamanan pemberian kredit.

2) Dengan menggunakan hutang pemilik mendapatkan manfaat dana tanpa harus kehilangan kendali atas perusahaan.

3) Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada beban bunga atas proporsi dana yang dibelanjai dengan pinjaman, maka keuntungan bagi pemilik modal sendiri makin besar.

22

Di dalam prakteknya rasio-rasio leverage dihitung dengan dua cara. Pertama dengan memperhatikan data yang ada di neraca, untuk mengetahui seberapa banyak dana pinjaman digunakan dalam perusahaan. Kedua, mengukur risiko hutang dari laporan rugi laba, yaitu seberapa banyak beban tetap hutang (bunga ditambah dengan pokok pinjaman) bisa ditutup oleh laba operasi.

1) Total Utang dengan Total Aset

Rasio total hutang dengan total aset umumnya disebut sebagai rasio hutang

(debt ratio), mengukur persentase penggunaan dana yang berasal dari

kreditor. Semakin tinggi rasio ini maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aset.

2) Times Interest Earned

Rasio time interest earned dihitung dengan membagi laba sebelum bunga dan

pajak dengan beban bunga. Rasio ini mengukur seberapa jauh laba bisa berkurang tanpa menyulitkan perusahaan karena perusahaan tidak mampu membayar beban bunga tahunan. Ketidakmampuan ini bisa membawa kesulitan keuangan yang serius karena secara hukum pemberi pinjaman bisa mempertimbangkan kemungkinan kebangkrutan bagi perusahaan.

3) Fixed Charge Coverage Rasio

Fixed Charge Coverage Rasio ini mirip dengan rasio times interest earned

tetapi lebih lengkap, karena mempertimbangkan sewa peralatan (lease of

23

sewa (lease) di sini adalah apabila perusahaan menggunakan suatu aset dengan tidak membelinya, tetapi sekedar menyewanya.

Menurut hipotesis utang / ekuitas (Debt / Equity Hypothesis) manajer akan berusaha untuk menghindari perjanjian utang dengan memilih metode-metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba. Berkaitan dengan leverage, salah satu alternatif sumber dana perusahaan selain menjual saham di pasar modal adalah melalui sumber dana eksternal berupa utang. Utang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Herry dan Hamin (dalam Tarjo, 2008) menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai perusahaan. Tapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru memicu bagi manajer untuk melakukan manajemen laba (Achmad et al, 2007).

Menurut Verawati (2012) utang merupakan perjanjian antara perusahaan sebagai debitur dengan kreditur. Dalam perjanjian utang ini, ada kepentingan perusahaan untuk dinilai positif oleh kreditur dalam hal kemampuan membayar utangnya. Terdapat kemungkinan bahwa adanya perjanjian kontrak utang memicu manajemen untuk meningkatkan laba dengan tujuan memperlihatkan kinerja positif pada kreditur sehingga memperoleh suntikan dana atau untuk memperoleh penjadwalan kembali pembayaran utang.

Besarnya rasio leverage dalam penelitian ini diperoleh dari perbandingan total utang perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Data ini didapatkan dalam laporan posisi keuangan perusahaan dari entitas induk dan perusahaan anak

24 2.1.5 Kepemilikan manajerial

Kepemilikan manajerial yaitu kepemilikan saham suatu perusahaan oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajer dapat diukur dari presentase kepemilikan saham oleh manajer perusahaan atas perusahaan yang bersangkutan.

Semakin besar kepemilikan manajemen dalam perusahaan maka manajemen akan cenderung untuk berusaha meningkatkan kinerjanya untuk kepentingan pemegang saham dan untuk kepentingan dirinya sendiri (Siallagan dan Machfoedz, 2006). Dengan adanya kepemilikan manajerial, manajemen tidak hanya berfungsi sebagai pengelola perusahaan namun juga sebagai pemegang saham. Kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegang saham luar dengan manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Sehingga permasalahan keagenan diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer bertindak sekaligus sebagai seorang pemilik.

Pendekatan keagenan menganggap struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu instrument atau alat yang digunakan untuk mengurangi konflik keagenan diantara beberapa klaim terhadap sebuat perusahaan. Pendekatan ketidakseimbangan informasi memandang mekanisme struktur kepemilikan manajerial sebagai suatu cara untuk mengurangi ketidakseimbangan informasi antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan melalui pengungkapan informasi didalam perusahaan. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Dengan demikian dapat

Dokumen terkait