ABSTRAK
Perusahaan adalah organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan utamanya, oleh karena itu perusahaan harus memiliki pengendalian terhadap kegiatan operasional terutama berkaitan dengan keuangan perusahaan. Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan dan analisis rasio dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi kesulitan keuangan (financial distress), karena kebangkrutan tidak akan terjadi jika tanpa adanya penyebab kebangkrutan itu sendiri. Terdapat berbagai macam metode analisis kebangkrutan dari sektor keuangan, salah satunya adalah Metode Altman Z-score. Altman z-score digunakan untuk melihat nilai Z pada dua sampel yang berbeda, kemudian untuk lebih mendukung metode Altman maka di lakukan pengujina statistika. Hasil yang didapat dari dua pengujian Altman Z-Score dan statistika SPSS menunjukan bahwa terdapat perbedaan antara dua sampel. Sehingga peneliti melanjutkan penelitian dengan uji beda pada rasio-rasio yang terkandung didalam Altman Z-Score. Hasil yang didapat dapat disimpulkan bahwa hal yang harus lebih diperhatikan perusahaan adalah working capital, retained earnings, earnings before interest and taxes, market value equity to book value dan total assets.
ABSTRACT
The Company is a commercial organization as its primary purpose, therefore the company should have control over operational activities mainly related to corporate finance. The financial statements are part of the process of financial reporting and analysis ratios can be one tool to predict the financial difficulties (financial distress), because bankruptcy will not happen if the absence of the causes of bankruptcy itself. There are different methods of analysis of the bankruptcy of the financial sector, one of which is the method of Altman Z-score. Altman z-score is used to view the value of Z in two different samples, and to better support Altman then do pengujina statistics. The results of the two tests Altman Z-Score and SPSS statistics show that there are differences between the two samples. So the researchers went on to study at the different test ratios contained in the Altman Z-Score. The results can be concluded that it should be more aware of the company is working capital, retained earnings, earnings before interest and taxes, market value of equity to book value and total assets.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1 ... 1
1. Latar Belakang Penelitian ... 1
2. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
3. Tujuan Penelitian ... 5
4. Manfaat Penelitian ... 7
5. Sistematika Penulisan ... 9
BAB 2 ... 12
2.1 Kajian Pustaka ... 12
2.1.1 Laporan Keuangan ... 12
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan ... 14
2.1.3 Financial Distress ... 17
2.1.4 Prediksi Kebangkrutan ... 21
2.2 Penelitian Terdahulu ... 24
BAB 3 ... 26
3.1 Rerangka Pemikiran ... 26
3.2 Model Penelitian ... 29
3.3 Hipotesis Penelitian ... 29
BAB 4 ... 31
4.1 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 31
4.2 Metode Penelitian ... 34
4.2.1 Metode Penelitian yang Digunakan ... 34
4.2.2 Teknik Analisis ... 35
4.3 Operasional Variabel ... 37
BAB 5 ... 39
5.1 Hasil Penelitian ... 39
5.1.1. Metode Altman Z-Score ... 39
5.1.2. Uji Perbandingan ... 43
5.1.3. Uji Hipotesis ... 47
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 48
5.3 Implikasi Manajerial ... 54
BAB 6 ... 56
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Kesulitan Keuangan ... 18
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ... 24
Tabel 3.1 Kriteria Sampel Pertama ... 32
Tabel 3.2 Sampel Pertama... 32
Tabel 3.3 Kriteria Sampel Kedua ... 33
Tabel 3.4 Sample Kedua ... 33
Tabel 3.5 Definisi Operasional Variabel ... 37
Tabel 5.1 Nilai Kelompok A ... 40
Tabel 5.2 Nilai Z kelompok B ... 41
Tabel 5.3 Uji Normalitas Pada Masing-masing Kelompok Data ... 43
Tabel 5.4 Uji Homogenitas Masing-masing Kelompok Perbandingan ... 45
Tabel 5.5 Hasil Uji Perbandingan ... 47
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perusahaan merupakan organisasi yang mencari keuntungan sebagai tujuan
utamanya walaupun tidak menutup kemungkinan mengharapkan kemakmuran
sebagai tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002). Sehingga pada dasarnya tujuan
didirikannya suatu perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan yang
maksimum. Oleh karena itu didalam perusahaan harus memiliki pengendalian
terhadap kegiatan operasional dan terutama yang berkaian dengan keuangan
perusahaan.
Kebangkrutan tidak akan terjadi jika tanpa adanya tanda-tanda penyebab
kebangkrutan itu sendiri. Menurut Marcelinda et al. (2014), perusahaan bisa
mengalami kebangkrutan karena rendahnya kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba serta ketidakmampuan perusahaan menjamin setiap hutangnya
dengan modal sendiri. Agar tidak terjadi kebangkrutan manajer keuangan
perusahaan perlu mengamati kondisi keuangan perusahaan.
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan,
suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang terjadi selama satu tahun buku yang
bersangkutan (Baridwan, 1992). Menutur James dan Moira (2005), laporan
keuangan adalah alat atau sarana utama dalam memenciptakan laporan informasi
dan para karyawan) dan pihak ekternal (bank,investor,pemerintah). Laporan
keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan (IAI, 2009). Suatu
proses akuntansi menghasilkan laporan keuangan yang dapat dijadikan sebagai
informasi baik mengenai posisi keuangan perusahaan maupun prestasi manajemen
pada periode tertentu. Laporan keuangan dapat dijadikan acuan dalam
pengambilan keputusan selain dijadikan sebagai alat pertanggung jawaban.
Menurut Ryan dan Miyosi (2013), tujuan laporan keuangan sebagai
berikut: pertama, memberikan berbagai macam informasi pada periode tertentu
(periode akuntansi/satu tahun) misalnya seperti perubahan asset perusahaan.
Kedua, Memberikan penilaian tentang kondisi perusahaan atau kinerja keuangan
perusahaan. Ketiga membantu dalam memberikan pertimbangan untuk
pihak-pihak tertentu. Setiap perusahaan diharuskan adanya laporan keuangan dimana
laporan keuangan ini dapat digunakan untuk mengetahui kinerja dan kondisi
keuangan perusahaan yang dapat digunakan untuk memprediksi adanya potensi
kebangkrutan dimasa yang akan datang.
Selain itu menurut Yuliastary dan Wirakusuma (2014), analisis rasio dapat
dijadikan alat ukur untuk membantu manajemen dalam mengevaluasi kinerja
perusahaan, semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut ditemukan, semakin
baik bagi pihak manajemen, karena dapat melakukan perbaikan dengan adanya
pencegahan sejak dini maka perusahaan akan terhindar dari kondisi financial
Financial distress merupakan kondisi dimana adanya ketidakmampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancarnya yang telah jatuh tempo
misalnya; hutang usaha, hutang pajak, hutang bank jangka pendek (Yuliastary dan
Wirakusuma 2014). Menurut Hofer dan Whitaker dalam jurnal penelitian Almilia
(2006) mendefinisikan bahwa financial distress sebagai suatu kondisi perusahaan
mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun. Sedangkan
menurut Platt dan Platt dalam jurnal penelitian Ayu dan Niki (2009)
mendefinisikan bahwa financial distress sebagai tahap penurunan kondisi
keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan maupun likuidasi. Ini
berarti financial distress terjadi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan
dengan laba menurun atau mengalami kerugian selama beberapa tahun.
Analisis rasio keuangan dapat menjadi salah satu alat untuk memprediksi
kesulitan keuangan (financial distress) yang digunakan untuk mengukur kesehatan
perusahaan. Kondisi kesulitan keuangan (financial distress) terjadi sebelum
kebangkrutan. Ketidaksiapan perusahaan dalam memprediksi financial distress
merupakan salah satu penyebab kebangkrutan perusahaan.
Menurut Yuliastary dan Wirakusuma (2014), adanya potensi kebangkrutan
yang dimiliki oleh setiap perusahaan akan memberi kekhawatiran dari berbagai
pihak baik sektor internal seperti: manajer dan karyawan, maupun pihak ekternal
perusahaan seperti: investor dan kreditur, karena dari pihak investor mereka akan
kehilangan saham yang ditanamkan diperusahaan tersebut dan pihak kreditur akan
dilunasi oleh pihak perusahaan (tak tertagih), sehingga analisis prediksi
kebangkrutan sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan investasi.
Menurut UU Kepailitan No. 4 Tahun 1998, perusahaan dinyatakan pailit
berdasarkan pada keputusan pengadilan yang berwenang atau berdasarkan
permohonan sendiri jika memiliki 2 atau lebih kreditur dan perusahaan tidak
mampu membayar sedikitnya satu utangnya yang telah jatuh tempo. Kebangkrutan
tidak akan terjadi jika tanpa adanya penyebab kebangkrutan itu sendiri.
Berdasarkan penelitian Gamayuni (2011), penyebab kebangkrutan dapat berasal
dari faktor internal dan eksternal perusahaan. Apabila perusahaan mengalami
kebangkrutan tentunya ada beberapa pihak yang akan dirugikan yaitu pihak yang
memiliki kepentingan terhadap perusahaan. Untuk meminimalisir resiko
kebangkrutan, diperlukan suatu alat atau model prediksi yang dapat digunakan
untuk memprediksi ada atau tidaknya potensi kebangkrutan perusahaan.
Menurut Purnajaya dan Merkusiwati (2014), terdapat berbagai alat analisis
kebangkrutan yang telah ditemukan, namun alat analisis kebangkrutan yang
banyak digunakan yaitu analisis Z-Score model Altman, model Springate, dan
model Zmijewski. Alasan ketiga alat analisis tersebut banyak digunakan yaitu
karena ketiga alat analisis tersebut relatif mudah untuk digunakan dan juga
memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam melakukan prediksi potensi
kebangkrutan suatu perusahaan.
dengan metode Z-Score. Penelitian Altman pada awalnya mengumpulkan 22 rasio
perusahaan yang mungkin bisa berguna untuk memprediksi kebangkrutan. Dari 22
rasio tersebut, dilakukan pengujian-pengujian untuk memilih rasio-rasio mana
yang akan digunakan dalam membuat model. Hasil pengujian rasio memilih lima
rasio yang dianggap terbaik untuk dijadikan variabel dalam model. Rasio-rasio
yang terpilih tersebut yaitu variabel X1 (working capital to total assets), variable
X2 (retained earnings to total assets), variabel X3 (earnings before interest and
taxes to total assets), variabel X4 (market value equity to book value of total debt),
dan variabel X5 (sales to total assets).
X1 digunakan untuk mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam
memenuhi segala kewajiban finansial yang harus segera dipenuhi, dengan
membandingkan modal kerja dengan total aktiva. Modal kerja diperoleh cara
dengan mengurangi Aktiva Lancar dengan Hutang Lancar. X2 digunakan untuk
mengetahui besarnya modal yang berasal dari pihak intern, untuk membiayai
operasi perusahaan. X3 menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola
total aktiva untuk mendapatkan keuntungan sebelum bunga dan pajak (EBIT). X4
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi total kewajiban jangka
panjang. X5 menunjukkan tingkat efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva
perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan tertentu. Semakin besar nilai
X5 maka efisiensi penggunaan keseluruhan aktiva didalam menghasilkan
Analisis kebangkrutan penting dilakukan dengan pertimbangan
kebangkrutan suatu perusahaan terbuka (go public) akan merugikan banyak pihak.
Pihak – pihak tersebut antara lain adalah, investor yang berinvestasi dalam bentuk
saham maupun obligasi, kreditur yang dirugikan karena terjadinya gagal bayar
(default), karyawan perusahaan tersebut karena terjadi Pemutusan Hubungan
Kerja (PHK) serta manajemen perusahaan itu sendiri (Peter dan Yoseph, 2011).
Ekbis.sindonews.com, Selasa, 5 November 2013 memberitakan dalam lima tahun
terakhir, setidaknya ada 20 perusahaan emiten yang telah dihapus pencatatan
sahamnya (delisting) dari PT Bursa Efek Indonesia (BEI). Dalam peraturan
tersebut disebutkan bahwa BEI menghapus pencatatan saham perusahaan tercatat
apabila perusahaan tercatat mengalami sekurang-kurangnya satu kondisi atau
peristiwa, yang secara signifikan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan
usaha perusahaan tercatat sebagai perusahaan terbuka. Selain itu, perusahaan
tercatat tidak dapat menunjukan indikasi pemulihan yang memadai.
Kompas 100 merupakan salah satu indeks yang terdapat di BEI. Indeks ini
bertujuan memberi manfaat bagi pada investor, pengelola portofolio serta fund
manager sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menciptakan kreatifitas
(inovasi) pengelolaan dana yang berbasis saham. Proses pemilihan 100 saham
yang masuk dalam penghitungan indeks Kompas100 ini mempertimbangkan
faktor likuiditas, kapitalisasi pasar dan kinerja fundamental dari saham-saham
dikeluarkan menujukan bahwa perusahaan tidak memenuhi kriteria yang ada di
kompas 100.
Oleh karena itu, perusahaan harus memperhatikan risiko yang
kemungkinan akan terjadi, sehingga manajer keuangan perusahaan dapat
menggunakan analisis laporan keuangan untuk mengamati kondisi keuangan
perusahaan. Analisis laporan keuangan juga bisa digunakan untuk mengamati
kondisi kebangkrutan perusahaan yaitu dengan menggunakan model prediksi
kebangkrutan (Merkusiwati dan Purnajaya 2014). (Yuliastary dan Wirakusuma
2014) Umumnya laporan keuangan sangatlah penting untuk setiap perusahaan baik
perusahaan yang telah go public maupun tidak, karena dapat digunakan untuk
mengetahui kinerja dan kondisi keuangan perusahaan sehingga dapat memprediksi
adanya potensi kebangkrutan dimasa yang akan datang.
Hasil penelitian Hadi dan Anggraeni (2008), menunjukkan bahwa model
Zmijewski tidak bisa memprediksi delisting. Sedangkan Model Altman dan Model
Springate cukup mampu memprediksi delisting secara moderat. Penelitian ini
menemukan bahwa model Altman merupakan prediktor delisting terbaik.
Di Indonesia, penelitian yang membandingkan kemampuan model
prediksi kebangkrutan untuk memprediksi delisting suatu perusahaan belum
banyak dilakukan, padahal kondisi perekonomian di Indonesia sangat rentan bagi
kelangsungan usaha suatu perusahaan. Oleh karena itu, adanya model prediksi
kebangkrutan yang dibangun dari rasio-rasio keuangan sangat diperlukan sebagai
hidup suatu perusahaan (Hadi dan Anggraeni, 2008). Berdasarkan uraian latar
belakang diatas, maka judul yang dipilih dalam mengadakan penelitian ini adalah
“ANALISIS RASIO KEUANGAN DALAM MENGUKUR FINANCIAL
DISTRESS DI INDEKS KOMPAS 100 PERIODE 2011-2014”
1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat ditarik beberapa identifikasi
sebagai berikut :
1. Apakah perusahaan yang dikeluarkan oleh Indeks Kompas 100 pada tahun
2014 mencerminkan perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan yang
diukur dengan metode Altman Z-Score?
2. Apakah perusahaan yang tetap terdaftar di Indeks Kompas 100 pada periode
2011-2014 mencerminkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat
diukur dengan metode Altman Z-Score?
3. Apakah perusahaan yang dikeluarkan oleh Indeks Kompas 100 pada tahun
2014 dengan perusahaan yang tetap terdaftar di Indeks Kompas 100 pada
periode 2011-2014 memiliki rasio-rasio keuangan yang berbeda?
1.3Tujuan Penelitian
1. Apakah metode Altman Z-Score dapat digunakan untuk mencerminkan
perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan di Indeks Kompas
2. Apakah metode Altman Z-Score dapat digunakan untuk mencerminkan
perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat di Indeks Kompas 100 pada
tahun 2011 sampai 2014.
3. Apakah variabel-variabel pendukung dari Altman Z-Score memiliki
perbedaan antara perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan
dengan perusahaan yang dalam kondisi keuangan yang sehat di Indeks
Kompas 100.
1.4Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Bagi pengembangan ilmu, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
dalam memecahkan suatu masalah serta merealisasikan teori-teori yang
diperoleh dalam bidang manajemen keuangan, khususnya tentang kondisi
keungan dengan Altman Z-Score. Bagi akademik, penelitian ini dapat
menambah sumbangan informasi pemikiran dan kajian untuk penelitian lebih
lanjut.
2. Manfaat Secara praktis
Bagi manajemen, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi
tambahan bagi perusahaan mengenai analisis kondisi keungan dengan Altman
Z-Score. Hasil analisis juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
mengambil keputusan guna melakukan persiapan dan perbaikan untuk
meminimalisir resiko- resiko yang terjadi dan memberi gambaran untuk
Bagi penulis, penelitian ini dimaksudkan sebagai pendalaman ilmu yang
telah dapatkan di bangku kuliah dan merealisasikannya kedalam kasus-kasus
nyata yang terjadi. Bagi peneliti selanjutnya, semoga penelitian ini dapat
menjadi referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai analisis kondisi
keungan Altman Z-Score.
1.5Sistematika Penulisan
Dalam penulisan tesis ini, penulis membagi ke dalam lima bab yang
masing-masing bab berisi hal-hal berikut :
Bab I. Berisi bab pendahuluan yang mencakup: latar belakang penelitian,
identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan
sistematika penulisan.
Bab II. Berisi uraian mengenai landasan teori yang digunakan, sebagai alat
analisis untuk menjelaskan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
Dalam hal ini, menjelaskan tentang teori-teori, konsep-konsep tentang Analisis
laporan keuangan, Financial Distress, Prediksi kebangkrutan.
Bab III. Berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode dalam penelitian
ini, seperti : rerangka pemikiran, model penelitian, dan hipotesis penelitian.
Bab IV. Berisi uraian mengenai latar belakang obyek penelitian. Dalam hal ini
memberikan penjelasan mencakup populasi dan teknik pengambilan sample,
metode penelitian, operasional variabel, teknik penggumpulan data,
Bab V. Berisi uraian mengenai hasil penelitian dan analisis atau pembahasan
hasil penelitian, berupa data-data yang diperoleh dari data sekunder, khususnya
pembahasan mengenai perusahaan yangdikeluarkan oleh indeks kompas 100
dengan perusahaan yang tetap berada di indeks kompas 100.
Bab VI. Berisi rangkuman hasil penelitian yang telah dibahas dalam bab-bab
sebelumya, yang ditulis dalam suatu kesimpulan serta disajikan saran-saran
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil yang diperoleh bahwa perusahaan yang dikeluarkan oleh Indeks Kompas
100 pada tahun 2014 mencerminkan perusahaan yang mengalami kesulitan
keuangan yang diukur dengan metode Altman Z-Score. Hasil menunjukan dari
tahun 2011 berturut-turut sampai 2014 adalah 2.65226, 2.42123, 1.78243,
0.91836. hasil menujukan secara terus-menerus mengalami penurunan hingga
pada tahun 2014. Sehingga metode Altman Z-Score dapat digunakan sebagai
salah satu alat ukur untuk mengetahui apakah perusahaan dalam kondisi
kesulitan keuangan.
2. Hasil yang diperoleh pada sampel yang kedua yaitu perusahaan yang tetap
berada di Indeks Kompas 100 selama empat tahunberturut-turut, menyatakan
bahwa perusahaan yang tetap terdaftar di Indeks Kompas 100 pada periode
2011-2014 mencerminkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat
diukur dengan metode Altman Z-Score. Hasil menunjukan dari tahun 2011
sampai 2014 adalah 4.60627, 4.65627, 4.17661, 4.04394. hasil menunjukan
Altman Z-Score dapat digunakan sebagai salah satu alat ukur untuk
mengetahui apakah perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat.
3. Hasil dengan menggunakan uji beda diperoleh bahwa X2 (retained earnings
to total assets), X3 (earnings before interest and taxes to total assets), X4
(market value equity to book value of total debt) terdapat perbedaan antara
perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan perusahaan
yang dalam kondisi keuangan yang sehat. Sedangkan X1 (working capital to
total assets) dan X5 (sales to total assets) tidak terdapat perbedaan antara
perusahaan yang mengalami kondisi kesulitan keuangan dengan perusahaan
yang dalam kondisi keuangan yang sehat.
6.1Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat ditarik beberapa saran yang dapat
dilakukan oleh perusahaan ataupun pihak yang terkait. Hal-hal tersebut diantaranya
sebagai berikut:
1. Bagi perusahaan, selalu mengkontrol dimana kondisi keuangan perusahaan
berada kerana kebangkrutan tidak mungkin terjadi tanpa adanya
penyebab-penyebab yang timbul sebelumnya, sehingga perusahaan bisa waspada terlebih
dahulu sebelum terjadi financial distress ataupun mengalami kebangktutan.
2. Bagi pelaku bisnis, investor dan praktisi keuangan, perhatikan kondisi
keuangan dimana kita akan berinvestasi atau sudah berinvestasi. Sehingga
3. Bagi peneliti salanjutnya dapat meneliti variabel-variabel yang lainnya selain
dari working capital to total assets, retained earnings to total assets, earnings
before interest and taxes to total assets, market value equity to book value of
total debt dan sales to total assets. Kemudian sampel dapat diperbanyak tidak
hanya di Indeks Kompas 100 dan jangka waktu periode penelitian yang lebih
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, L. S. (2006). Prediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Go Public dengan Menggunakan Analisis Multinomial Logit. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol.XII No.1. Almilia, L. S., & Kristijadi. (2003). Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi
Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Volume 7 No.2, 183-210.
Ardian, A., & khoiruddin, M. (2014). Pengaruh Analisis Kebangkrutan Model Altman Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur. Management Analysis Journal. Baridwan, Z. (2004). Intermediate Accounting. Yogyakarta: BPFE.
Dewi, A. (2004). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Ekbis.sindonews.com. (2013, November 5).
Foster, G. (1986). Financial Statement Analysis. Englewood Cliffs: New Jersey: Prentice Hall.
Gamayuni, R. R. (2011). Analisis Ketepatan Model Altman Sebagai Alat Untuk Memprediksi Kebangkrutan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 16 No.2, 176-190.
Gitosudarmo, I. (2002). Manajemen Keuangan. Yogyakarta: BPFE. Hadi, A., & Anggraeni, A. (2008). Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik
(Perbandinganantara The Zmijewski Model, The Altman Model,Dan The Springate Model). Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia, Vol. 12 No.2.
Hapsari, E. I. (2012). Kekuatan Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan Manufaktur Di Bei. Jurnal Dinamika Manajemen, 101-109. Harahap, S. S. (2007). Teori Akuntansi (Revisi Sembilan ed.). Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Harahap, S. S. (2010). Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Rajawali Persada. Ikatan Akuntan Indonesia. (2009). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. James, & Moira. (2005). Memahami Laporan Keuangan. Jakarta: PPM.
Kasmir. (2011). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Marcelinda, S. O., Paramu, H., & Puspitasari, N. (2014). Analysis on the Accuracy of Altman Z-Score Bankruptcy Prediction Model in Manufacturing Companies Listed in
Indonesia Stock Exchange. e-Journal Ekonomi dan Akuntansi, Volume 1(1), 1-3. Martha, D. R. (2013). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Financial Distress Pada
Perusahaan Sub Sektor Aneka Industri Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011. Jurnal Umrah.
Mas'ud, I., & Srengga, R. M. (2002). Analisis Rasio Keuangan Untukmemprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi Universitas Jember, 139-154.
Merkusiwati, N. K., & Purnajaya, K. D. (2014). Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan Dengan Metode Z - Score Altman, Springate, Dan Zmijewski Pada Industri
Kosmetik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 48-63.
Peter, & Yoseph. (2011). “Analisis Kebangkrutan Dengan Metode Z-Score Altman,
Springate Dan Zmijewski Pada Pt. Indofood Sukses Makmur Tbk Periode 2005 –
2009.”. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi.
Ramadhani, A. S., & Lukviarman, N. (2009). Perbandingan Anaisis Prediksi Kebangkrutan Menggunakan Model Altman Pertama, Altman Revisi, dan ALtman Modifikasi dengan Ukuran dan Umur Perusahaan sebagai Variabel Penjelas. Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13 No.1.
Ryan, & Miyosi. (2013). Membuat Laporan Keuangan Gampang. Jakarta: Dunia Cerdas. W.Tambunan, R., Dwiatmanto, & N.P, M. W. (2015). Analisis Prediksi Kebangkrutan
Perusahaan Dengan Menggunakan Metode Altman (Z-Score). Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 2 No.1.
Yuliastary, E. C., & Wirakusuma, M. G. (2014). Analisis Financial Distress Dengan Metode Z- Score Altman, Springate, Zmijewski. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 379-389.