• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA 1960-1990.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA 1960-1990."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO)

DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA 1960-1990

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Pendidikan Sejarah

oleh

Aneu Meilina Kusmayanti

NIM 1006473

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

PERANAN SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO)

DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN NAMIBIA 1960-1990

Oleh

ANEU MEILINA KUSMAYANTI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Departemen Pendidikan Sejarah

Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Aneu Meilina Kusmayanti 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

v

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) Dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia 1960-1990”. Hal yang melatarbelakangi penelitian ini adalah ketertarikan peneliti terhadap SWAPO sangat berperan sekali dalam perjalanan menuju kemerdekaan Namibia. Masalah utama yang diangkat dalam penelitian skripsi ini adalah “Bagaimana peranan South West Africa People Organization (SWAPO) dalam mewujudkan dekolonisasi di Namibia?”. Masalah utama tersebut kemudian disusun ke dalam tiga pertanyaan penelitian, yaitu (1) Bagaimana latar belakang berdirinya South West Africa People Organization (SWAPO) di Namibia ? (2) Bagaimana upaya SWAPO dalam perjuangan kemerdekaan Namibia tahun 1960-1990 ? dan (3) Bagaimana akhir perjuangan SWAPO dalam kemerdekaan Namibia? Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengenai latar belakang berdirinya South West Africa People Organization (SWAPO) di Namibia; menjelaskan mengenai upaya SWAPO dalam perjuangan kemerdekaan Namibia tahun 1960-1990 dan menjelaskan mengenai akhir perjuangan SWAPO dalam kemerdekaan Namibia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode historis dengan melakukan empat langkah penelitian yaitu, heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi literatur. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa latar belakang berdirinya SWAPO menghimpun rakyat Namibia merdeka dari penjajahan. Upaya SWAPO dalam perjuangan kemerdekaan Namibia dapat terlihat ketika SWAPO melakukan serangan bersenjata kepada Afrika Selatan yang sebelumnya para gerilyawan SWAPO dilatih terlebih dahulu dan diadakan kongres. Setelah mengalami masa yang sulit ketika Namibia berada di bawah mandat Afrika Selatan tiba saatnya bagi rakyat Namibia merasakan kebebasan dan merdeka pada 21 Maret 1990.

(5)

ABSTRACT

This thesis is titled “The Role of South West Africa People Organization (SWAPO) in Struggle Toward Namibia Independence in 1960-1990.” The matter which is backgrounded this study is researcher’s interest toward SWAPO which has vital role in struggle toward Independence of Namibia. The main problem posed in this study is: “How the role of South West Africa People Organization (SWAPO) in realizing decolonization in Namibia?” That main problem then arranged into three research questions, that are (1) How the background of South West Africa People Organization (SWAPO) establishment in Namibia? (2) How the effort of SWAPO in struggle toward Namibia Independence in 1960-1990 and (3) Explain about the final struggle of SWAPO toward Namibia Independence. The method of study which is used is historical method by conductiong four steps of research, namely: heuristic, critical, interpretation and historiography. Technique of data collection used in this study is literature study. Based on result of study, it can be known that the background of SWAPO establishment is to organize Namibia people to free from imperialism. The effort of SWAPO in struggle toward Namibia independence can be seen when SWAPO did armed attack toward South Africa, in which SWAPO guerillas was trained before and congress was held. After experiencing difficult times when Namibia is under South Africa mandate, it is time for Namibia people to feel freedom and independent in March 21 1990.

Keywords: South West Africa People Organization (SWAPO), Independence Struggle.

(6)

Vii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... .. i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Organisasi ... 9

2.2 Nasionalisme ... 14

2.3 Negara ... 15

2.4 Kemerdekaan ... 18

2.5 Teori Konflik ... 19

2.6 Penelitian Terdahulu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode dan Teknik Penelitian ... 25

3.1.1 Metode Penelitian ... 25

3.1.2 Teknik Penelitian ... 28

(7)

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian ... 29

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian ... 30

3.2.3 Proses Bimbingan / Konsultasi ... 31

3.3 Pelaksanaan Penelitian ... 32

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber) ... 32

3.3.2 Kritik Sumber ... 34

3.3.2.1 Kritik Eksternal ... 35

3.3.2.2 Kritik Internal ... 38

3.3.3 Interpretasi (Penafsiran) ... 39

3.3.4 Historiografi ... 40

BAB IV SOUTH WEST AFRICA PEOPLE ORGANIZATION (SWAPO) DAN KEMERDEKAAN NAMIBIA 4.1 Gambaran Umum Namibia ... 42

4.1.1 Kondisi Geografis ... 42

4.1.2 Kondisi Demografis ... 47

4.2 Latar Belakang Berdirinya South West Africa People Organization (SWAPO) ... 50

4.2.1 Kondisi Sosial Politik Namibia Menjelang Berdirinya SWAPO ... 50

4.2.2 Peranan Para Tokoh Nasional Namibia dalam Membangun SWAPO .. 57

4.3 Upaya SWAPO dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia Tahun 1960-1990 ... 63

4.3.1 Perjuangan SWAPO Melalui Perlawanan Fisik ... 64

4.3.1.1 Dimulainya Perjuangan Bersenjata ... 64

4.3.1.2 Pemboikotan Pemilu Bantustan ... 70

4.3.2 Perjuangan SWAPO Melalui Diplomasi ... 76

4.3.2.1 Kongres Konsultatif Tanga ... 76

4.3.2.2 Konferensi Turnhalle ... 77

4.3.3 Akhir Perjuangan SWAPO dalam Kemerdekaan Namibia ... 81

(8)

5.1 Simpulan ... 86 5.2 Rekomendasi ... 87

DAFTAR RUJUKAN ... 89

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Namibia merupakan negara mandat dari Afrika Selatan setelah Perang Dunia I. Sebelumnya, Namibia merupakan negara jajahan Jerman. Menurut Soeratman (2012, hlm. 318) kekuasaan Jerman di Afrika Barat daya hanya berlangsung kira-kira seperempat abad (1884-1919). Daerah ini kaya akan bahan-bahan pertambangan: tembaga, timah, seng besi, perak, cadmium, germanium dan vanadium. Perikanan disekitar Walfish Bay juga merupakan sumber keuangan besar. Hal itulah yang membuat Jerman berkuasa di Afrika Barat Daya atau sekarang Namibia.

Liga Bangsa Bangsa (LBB) menunjuk Afrika Selatan sebagai mandataris untuk Afrika Barat Daya. Sebagai mandataris, Afrika Selatan di beri hak penuh untuk mengatur daerah mandat tersebut. Menurut Wallbank yang dikutip oleh Soeratman (2012, hlm. 319) dalam hal ini ditentukan bahwa: (1) mandataris harus bertanggung jawab mengatur daerah mandat; kebebasan menganut keyakinan dan agama terjamin; hanya memerintah untuk mempertahankan kehendak umum dan moral, melarang perdagangan budak, senjata dan minuman keras; tidak diperkenankan mendirikan benteng-benteng atau basis-basis militer dan angkatan laut kecuali untuk tujuan penjagaan atau pertahanan daerah mandat. (2) mandataris harus menjamin memberikan kesempatan yang sama dalam perdagangan bagi semua bangsa anggota Lembaga-Lembaga Bangsa.

(10)

Namibia dari Afrika Selatan. Sam Najumo merupakan ketua dari organisasi ini. SWAPO merupakan kumpulan militan yang menentang tindakan Afrika Selatan dan gerakan untuk mendapat kemerdekaan. Organisasi ini sangat mendukung rencana agar Namibia merdeka dari pemerintahan Afrika Selatan. Keberadaan SWAPO cukup diterima dikalangan rakyat Namibia dikarenakan dengan adanya rakyat yang bergabung pada organisasi ini. SWAPO juga turut mempengaruhi kesatuan-kesatuan pekerja Namibia untuk bersama-sama menentang rezim Afrika Selatan (Farhan, t.t, diakses dari http:// www. myjurnal.my/ filebank/ published_ article /22914 /109_136.PDF) [diakses pada 17 Februari 2015].

Organisasi baru ini memutuskan untuk melawan sistem kolonial secara keseluruhan. Mereka berpendapat bahwa tugas yang paling penting adalah untuk menyingkirkan sistem kerja kontrak. Hal ini menjadi jelas bahwa masalah utama adalah kolonialisme. Kolonialisme adalah menciptakan sistem kerja kontrak. Karena adanya kolonialisme, rakyat Namibia menderita. Oleh sebab itu, SWAPO disambut oleh rakyat Namibia. SWAPO (South West Africa People Organization) muncul sebagai gerakan pembebasan tunggal di awal 1960-an

karena memiliki dukungan dari Ovambo, kelompok etnis terbesar di Namibia. SWAPO meluncurkan serangan-serangan terhadap posisi-posisi militer pemerintah Afrika Selatan. Perjuangan Namibia ada dua jalur yakni perlawanan melalui perjuangan bersenjata dan perlawanan melalui diplomasi.

Adapun beberapa sub-organisasi SWAPO di dalamnya dengan mengemban tugasnya masing-masing seperti halnya; People’s Liberation Army of Namibia (PLAN) sejak tahun 1966 telah menentang tentara Afrika Selatan dan

yang menjadi Kepala Komandan Tentara ini adalah Sam Nujoma; SWAPO Women’s Council (SWC) bertugas untuk mobilisasi perempuan Namibia; SWAPO Youth League (SYL) tugas utama dari Liga Pemuda adalah untuk

memobilisasi orang-orang muda Namibia; SWAPO Pioneer Movement (SPM)

merupakan bagian sub organ dari SYL; dan SWAPO Elders Council (SEC)

merupakan forum atau kelompok bagi para sesepuh dan mereka memastikan kalau

(11)

Perjuangan rakyat Namibia mendapat dukungan dari keputusan Mahkamah Internasional pada 1971 dan resolusi dewan keamanan pada tahun 1973 sehingga menjadi kuat eksistensinya. Hal itu tampaknya tidak dapat dipisahkan dari konflik antara PBB dengan Afrika Selatan atas wilayah Namibia. Pada tahun 1978 PBB mengakui SWAPO (South West Africa People Organization) sebagai satu-satunya wakil rakyat dari Namibia. Selain itu juga,

SWAPO mendapat dukungan dari Presiden Angola yang mengizinkan menggunakan pangkalan-pangkalan di wilayahnya.

Peranan organisasi South West Africa People Organization (SWAPO) dalam perjuangan kemerdekaan Namibia pada tahun 1960-1990 menjadi ketertarikan peneliti. Peneliti ingin melihat upaya-upaya apa saja yang dilakukan SWAPO untuk membantu kemerdekaan Namibia, peneliti ingin menggali informasi mengenai peristiwa apa saja yang terjadi pada SWAPO dari masa berdirinya sampai masa kemerdekaan Namibia, dan peneliti ingin melihat upaya SWAPO dalam pemilu Namibia tahun 1990. Peneliti mengambil rentang waktu 1960-1990, dikarenakan pada tahun 1960 SWAPO didirikan tepatnya dan tahun 1990 adalah hari kemerdekaan Namibia. Selain itu, upaya SWAPO mendorong berhasil memenangkan pemilu pertama di Namibia pada tanggal 21 Maret 1990. Hal itulah yang menjadi alasan peneliti untuk mengambil judul skripsi ini.

Peneliti mengajukan tema tentang peranan South West Africa People Organization (SWAPO) dalam perjuangan kemerdekaan di Namibia pada tahun

(12)

West Africa People Organization (SWAPO) dalam perjuangan kemerdekaan

Namibia 1960-1990” sebagai judul penelitian ini.

Peneliti mengambil permasalahan utama “Bagaimana peranan South West Africa People Organization (SWAPO) dalam mewujudkan dekolonisasi di

Namibia”? Di dalamnya berisi tentang latar belakang berdirinya South West Africa People Organization (SWAPO) di Namibia. Upaya dari SWAPO dalam

perjuangan kemerdekaan Namibia tahun 1960-1990. Akhir perjuangan SWAPO dalam perjuangan kemerdekaan Namibia. Sehingga Namibia dapat menjalankan roda pemerintahan negaranya sendiri tanpa harus menjadi mandat Afrika Selatan.

1.2 Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengangkat masalah utama yang akan diteliti adalah “Bagaimana peranan South West Africa People Organization (SWAPO) dalam mewujudkan dekolonisasi di Namibia”.

Untuk memudahkan peneliti dalam memfokuskan arah penelitian, maka peneliti mengidentifikasi masalah dalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang berdirinya South West Africa People Organization (SWAPO) di Namibia ?

2. Bagaimana upaya SWAPO dalam perjuangan kemerdekaan Namibia tahun 1960-1990 ?

3. Bagaimana akhir perjuangan SWAPO dalam kemerdekaan Namibia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dibahas di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi latar belakang berdirinya South West Africa People Organization (SWAPO) di Namibia.

(13)

3. Mengidentifikasi akhir perjuangan SWAPO dalam kemerdekaan Namibia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan memberikan kegunaan baik secara

teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis penelitian ini berguna untuk

menambah pengetahuan mengenai peranan South West Africa People

Organisation (SWAPO) dalam perjuangan kemerdekaan Namibia 1960-1990.

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk :

1. Memperkaya khasanah penelitian sejarah negara-negara Afrika tentang organisasi nasional dalam hal ini SWAPO yang berjuang menuntut kemerdekaan Namibia 1960-1990.

2. Sebagai bukti aplikasi peneliti dalam mengembangkan ilmu-ilmu yang dihasilkan selama menempuh pendidikan di Departemen Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia.

3. Memperkaya pembelajaran di sekolah mengenai Ideologi, Perang Dunia dan Pengaruhnya terhadap Gerakan Kemerdekaan di Asia dan Afrika. Hal ini sesuai dengan materi pembelajaran Sejarah Peminatan kelas XI di mana Kompetensi Dasar 3.5 yaitu “Menganalisis hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme, liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini

4. Memberikan kontribusi terhadap pengembangan penelitian sejarah negara-negara Afrika khusunya mengenai perjuangan Namibia agar terlepas dari pemerintahan Afrika Selatan.

1.5 Struktur Organisasi Skripsi

(14)

Bab I Pendahuluan. Bab ini berisi mengenai beberapa pokok pikiran yang berkaitan dengan latar belakang penelitian yang di dalamnya memaparkan penjelasan mengapa masalah yang diteliti timbul, pentingnya masalah ini diteliti, memaparkan kesenjangan antara harapan dan kenyataan yang ada, serta alasan yang membuat peneliti tertarik melakukan penelitian ini dan memilih judul “Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) dalam perjuangan kemerdekaan Namibia 1960-1990”. Pada latar belakang penelitian dirumuskan masalah yang berbentuk pertanyaan dengan tujuan untuk mempermudah peneliti dalam mengarahkan dan mengkaji pembahasan dalam skripsi ini. Dipaparkan juga, tujuan penelitian yang mana peneliti menyajikan hasil yang ingin dicapai setelah penelitian selesai dilakukan, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka. Bab ini di dalamnya memuat mengenai studi literatur-literatur yang relevan berkaitan dengan masalah yang akan dikaji. Sumber-sumber itu dijadikan rujukan dalam membahas dan menganalisis permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini. Kajian pustaka ini berisi tentang menunjukkan konsep-konsep, teori, penelitian terdahulu seperti buku-buku yang relevan. Hal ini dikarenakan dapat membantu peneliti untuk membandingkan dan memposisikan kedudukan masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang sedang diteliti disertai dengan alasan-alasannya.

Bab III Metode Penelitian. Bab ini berisi mengenai metode dan teknik yang peneliti gunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, analisis dan cara penelitiannya. Langkah awal yang peneliti lakukan adalah persiapan penelitian, penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian. Metode historis pun digunakan peneliti, dengan tahap-tahap yang meliputi heuristik, kritik internal dan eksternal terhadap sumber, interpretasi dan historiografi.

(15)

rumusan masalah yang telah ditentukan dalam bab I. Maka dari itu, bab IV ini merupakan uraian yang berisi jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian. Pembahasan ini membahas mengenai latar belakang terbentuknya SWAPO (South West Africa People Organization) di Namibia, upaya dari SWAPO dalam

perjuangan kemerdekaan Namibia tahun 1960-1990 dan akhir perjuangan SWAPO dalam kemerdekaan Namibia.

(16)

25

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan peneliti dalam menyusun skripsi yang berjudul

Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) Dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia 1960-1990”. Penelitian ini menggunakan metode historis, di dalamnya memuat tahapan pengumpulan sumber, memberikan kritik internal dan eksternal, interpretasi dan historiografi. Teknik penelitiannya, peneliti menggunakan studi literatur. Sebelum peneliti melakukan tahapan metode historis, peneliti melakukan tahapan persiapan penelitian. Dalam tahapan ini peneliti merancang dan memilih kemudian menetukan tema penelitian yang akan dikaji untuk diajukan oleh peneliti kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi.

3.1 Metode dan Teknik Penelitian

3.1.1 Metode Penelitian

Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyidikan suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti (Sjamsuddin, 2007, hlm. 13). Senada dengan pengertisn sebelumnya, Dudung Abdurahman menjelaskan bahwa metode adalah “ cara,

jalan, atau petunjuk pelaksanaan atau petunjujk teknis”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode sejarah yang merujuk pendapat dari Louis Gottschalk (1986, hlm. 32) bahwa yang dimaksud dengan metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Adapun tahap-tahap dari metode sejarah dikemukakan oleh Ismaun (2005, hlm. 34) terdiri dari empat langkah yang harus dilakukan sebagai berikut :

1. Heuristik

(17)

membaca buku-buku, artikel, sumber dari internet, membaca skripsi. Sumber-sumber yang menjadi referensi dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai tempat. Menurut Renier (dalam Abdurahman, 2007, hlm. 64) mengemukakan bahwa heuristik adalah suatu teknik, suatu seni, dan bukan suatu ilmu. Oleh karena itu, heuristik tidak mempunyai peraturan-peraturan umum.

Heuristik sering kali merupakan suatu keterampilan dalam menemukan, menangani, dan memerinci bibliografi, atau mengklasifikasi dan merawat catatan-catatan. Sumber-sumber sejarah dapat berupa sumber tertulis, sumber lisan, dan sumber benda. Sumber sejarah pun dapat dibedakan dalam sumber primer ialah sumber yang disampaikan langsung oleh pelaku atau saksi mata dan sumber sekunder adalah sumber yang disampaikan oleh bukan pelaku atau saksi mata. Pada tahapan ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan sumber tertulis maupun peta atau gambar yang relevan dengan permasalahan yang berkaitan dengan Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia 1960-1990. Sumber data yang peneliti peroleh di dapatkan dari buku-buku dan artikel media online sesuai masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian skripsi ini.

2. Kritik Sumber

Kritik sumber umumnya dilakukan terhadap sumber-sumber pertama. Kritik ini menyangkut verifikasi sumber yaitu pengujian mengenai kebenaran atau ketepatan (akurasi) dari sumber itu. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian sumber (autentisitas) yang dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern (Abdurahman, 2007, hlm. 68). Dalam metode sejarah dikenal dengan cara melakukan kritik eksternal dan kritik internal. Istilah dari kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah. Sebelum semua kesaksian yang berhasil dikumpulkan oleh sejarawan dapat digunakan untuk merekonstruksi masa lalu, maka terlebih dahulu harus dilakukan pemeriksaan yang ketat. Sedangkan yang dimaksud dengan kritik

(18)

eksternal, tiba giliran sejarawan untuk mengadakan evaluasi terhadap kesaksian itu. Ia harus memutuskan apakah kesaksian itu dapat diandalkan (reliable) atau tidak.

3. Interpretasi

Interpretasi sejarah sering disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo (dalam Abdurahman, 2007, hlm. 73). Interpretasi merupakan kegiatan penafsiran terhadap fakta-fakta sejarah, baik yang berasal dari sumber lisan ataupun sumber tulisan kemudian menghubungkannya untuk memperoleh gambaran yang jelas. Interpretasi juga dimaksudkan untuk sebuah penafsiran yang diperoleh dari hasil pemikiran dan pemahaman terhadap keterangan-keterangan yang diperoleh dari sumber-sumber. Pada tahapan ini peneliti melakukan penafsiran terhadap data-data yang telah dikritik dan makna keterhubungan antara fakta-fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah. Peneliti berusaha menyaring informasi-informasi yang ada dengan meminimalisir unsur subjektivitas.

Proses interpretasi sejarah, peneliti dapat melaksanakan interpretasi sejarah dengan cara membandingkan sumber-sumber yang telah didapatkan untuk mengungkap peristiwa-peristiwa mana yang terjadi dalam waktu yang bersamaan. Peneliti dapat mengetahui penyebab mengapa peristiwa-peristiwa sejarah terjadi membutuhkan pengetahuan tentang masa lampau. Hal ini membuat peneliti mengetahui keadaan pelaku, tindakan, dan situasi tempat peristiwa.

4. Historiografi

(19)

dengan Historiografi menurut Louis Gottschalk (1986, hlm. 32) bahwa

“rekonstruksi yang imajinatif daripada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses”. Hal ini senada dengan penjelasan dari Abdurahman (2007, hlm. 76) mengenai historiografi sebagai berikut:

Historiografi merupakan cara penelitian, pemaparan atau pelaporan hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Seperti halnya laporan penelitian ilmiah, penelitian hasil penelitian sejarah hendaknya dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai proses penelitian dari awal (fase perencanaan) sampai dengan akhir (penarikan kesimpulan).

Pada tahap historiografi yang peneliti lakukan dipenelitian skripsi ini yaitu dalam sebuah karya tulisan yang telah melalui proses pencarian, pengumpulan dan penafsiran sumber-sumber sejarah. Data-data yang telah diperoleh oleh peneliti kemudian disajikan ke dalam sebuah karya tulisan skripsi yang berjudul

“Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia 1960-1990 dan disusun berdasarkan sistematika penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia.

3.1.2. Teknik Penelitian

(20)

pada teman yang mampu menerjemahkan bahasa Inggris kedalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, peneliti dapat terbantu dengan meminta tolong kepada seorang teman dan membuat proses pengerjaan skripsi ini sedikit ringan.

Peneliti pun menggunakan metode historis yang didukung dengan penggunaan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan yang menggunakan disiplin ilmu sosial secara seimbang untuk mempermudah menganalisis masalah penelitian yang dikaji. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan ilmu bantu atau auxilliary sciences atau sister disciplines (Ismaun, 2005, hlm. 62). Ilmu bantu yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah ilmu politik dan ilmu sosiologi. Peneliti menggunakan beberapa konsep seperti organisasi, nasionalisme, negara, kemerdekaan dan teori konflik.

3.2 Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian sangat dibutuhkan dan penting sekali bagi peneliti sebelum melaksanakan penelitian secara langsung. Hal ini akan mempermudah dan memperlancar peneliti dalam pelaksanaan penelitian, karena dengan persiapan penelitian secara matang akan menentukan hasil dari penelitian tersebut. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan oleh peneliti sebelum melaksanakan penelitian lebih lanjut, yaitu penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian dan proses bimbingan dan konsultasi.

3.2.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Penentuan tema penelitian ini peneliti awalnya tertarik dengan sejarah lokal tentang pendirian sebuah Pabrik Tenun Garut (PTG) dengan mengambil

judul “Pengaruh Pabrik Tenun Garut (PTG) terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat

(21)

mengolah informasinya. Setelah itu, peneliti mulai mencari lagi untuk menentukan tema penelitian dengan berkunjung ke berbagai tempat.

Peneliti tertarik dengan seorang diktator dari Filipina yaitu pemerintahan Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos. Pada saat itu, peneliti sedang dalam pencarian beberapa tema penelitian ke barbagai tempat. Salah satu tempat yang peneliti kunjungi adalah perpustakaan Batu Api, di sana ada berbagai sumber buku, artikel, koran, majalah sejarah dari dalam negeri maupun luar negeri serta berbagai sumber buku, artikel, koran, majalah yang berkaitan dengan musik. Peneliti langsung membuat proposal dengan mengambil tema “Filipina Dalam Genggaman Seorang Diktator: Masa Pemerintahan Ferdinand Emmanuel Edralin Marcos (1965-1986)”. Pada saat penyerahan proposal kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi, proposal tersebut ditolak karena proposal penelitian dengan judul yang peneliti ajukan sedang dikerjakan oleh peneliti lainnya. Maka dari itu, peneliti mencari lagi tema penelitian lainnya.

Ketika peneliti berkunjung ke perpustakaan Dinas Sejarah Angkatan Darat di Bandung, peneliti menemukan buku Afrika Dalam Pergolakan 2 karya D. Kirdi (1983) yang isinya ada pembahasan mengenai South West Africa People Organization (SWAPO) di Namibia, Afrika Barat Daya. Setelah itu, peneliti

tertarik dengan pembahasan SWAPO, karena belum banyak penelitian Skripsi Sejarah negara bagian Afrika. Kemudian pada bulan Januari 2014 peneliti

mencoba mengajukan judul “Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) Dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia (1960-1990)” kepada Tim Pertimbangan Penelitian Skripsi (TPPS) Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Setelah judul tersebut disetujui, kemudian peneliti menyusun rancangan penelitian dalam bentuk proposal .

3.2.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

(22)

skripsi dengan judul yang berbeda-beda. Pada saat penyusunan proposal skripsi, peneliti mendapat banyak saran dan kritik dari dosen dan teman kuliah sebagai bahan perbaikan serta saling memberikan semangat dan motivasi dari teman

kuliah. Selain itu juga tak lupa do’a dari kedua orang tercinta peneliti yang selalu mendukung dan memberikan semangat ketika peneliti merasa kesulitan.

Setelah penyususnan proposal selesai, maka selanjutnya proposal diberikan ke TPPS dan peneliti mendapatkan pemberitahuan tanggal 8 Januari 2014 dari Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI melalui media sosial twitter bahwa seminar proposal akan diselenggarakan hari Jumat, 10 Januari 2014 dengan 10 mahasiswa di Lab. Pendidikan Sejarah dan hari kamis, 9 Januari 2014 untuk mengambil Surat Undangan Seminar Proposal dengan membawa dua proposal sera dua map kuning yang masing-masing nantinya akan diberikan kepada calon pembimbing I dan pembimbing II.

3.2.3 Proses Bimbingan / Konsultasi

(23)

menyusun skripsi menjadi lebih fokus. Ketika akan proses bimbingan pun tidak selalu lancar, adakalanya pembimbing membatalkan janji bimbingan skripsi dikarenakan sesuatu hal. Kendala-kendala selama akan bimbingan kadang kala terjadi seperti tidak ada balasan Short Message Service (SMS), sabar menunggu apabila ada beberapa mahasiswa yang akan bimbingan dengan pembimbing, dan penelitian skripsi setiap bab yang telah bimbingan tidak luput dari revisi bab. Namun dengan semua yang terjadi selama proses bimbingan atau konsultasi itu adalah hal yang memang wajib dilaksanakan oleh setiap mahasiswa tingkat akhir ketika menyusun skripsi.

3.3 Pelaksanaan Penelitian

Tahapan yang akan dilaksanakan oleh peneliti selanjutnya adalah melaksanakan penelitian yang sebelumnya telah menyelesaikan persiapan penelitian. Proses pelaksanaan penelitian ini sendiri telah dikemukakan sebelumnya memiliki beberapa langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh peneliti. Hal ini berdasarkan metode historis, diantaranya heuristik atau pengumpulan sumber, kritik sumber meliputi kritik eksternal dan kritik internal, interpretasi atau penafsiran dan historiografi, serta teknik penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti berupa teknik studi literatur dengan cara membaca, menganalisis berbagai sumber tertulis, seperti buku, jurnal dan artikel media online yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, sehingga dapat membantu peneliti dalam menemukan jawaban dari permasalahan yang telah dirumuskan.

3.3.1 Heuristik (Pengumpulan Sumber)

(24)

yang peneliti peroleh hanya sumber buku, jurnal dan artikel media online yang berkaitan dengan penelitian ini. Beberapa sumber-sumber yang telah dikumpulkan oleh peneliti dapat membantu dalam memecahkan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian skripsi. Pencarian atau pengumpulan sumber sejarah ini cukup memakan banyak waktu dalam proses pengerjaannya, karena sumber-sumber sejarah tersebut tidak hanya ditemukan di satu tempat saja akan tetapi di beberapa tempat. Hal ini dirasakan cukup sulit bagi peneliti karena apabila sumber sejarah tersebut tidak ditemukan maka akan menjadi beban tersendiri bagi peneliti. Oleh sebab itu, peneliti akan diuji kemampuannya dan kesabarannya dalam mencari, menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber sejarah pada tahapan heuristik ini.

Adapun beberapa tempat yang telah peneliti kunjungi dalam pencarian dan pengumpulan bahan sumber-sumber sejarah untuk penelitian diantaranya berasal dari :

a. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Di perpustakaan ini peneliti menemukan buku mengenai Sejarah Afrika yang ditulis oleh Darsiti Soeratman, buku Ensiklopedia Indonesia seri Geografi: Afrika yang disusun oleh tim Redaksi Ensiklopedia Indonesia.

b. Perpustakaan Dinas Sejarah Angkatan Darat Bandung. Peneliti hanya menemukan satu buku tentang A frika dalam pergolakan 2 karya Kirdi Dipoyudo yang diterbitkan tahun 1983 oleh CSIS di Jakarta.

c. Perpustakaan Museum Asia Afrika Bandung. Di perpustakaan ini peneliti mendapatkan buku mengenai To Be Born A Nation: The Liberation Strugggle for Namibia yang ditulis oleh pihak Departement

of Information and Publicity, SWAPO of Namibia, buku mengenai Chronologi of Namibian History: From Pre-Historical Times to

Independent Namibia karya Dierks, K, buku mengenai Namibia In

History: Junior Secondary History Book karya Mbumba, N,. &

(25)

d. Perpustakaan Pakarti Center di Jakarta. Peneliti menenmukan buku tentang The International Mandate System and Namibia yang ditulis oleh Isaak I. Dore.

e. Perpustakaan Departemen Sejarah Universitas Padjadjaran di Jatinangor dan ruangan skripsinya, namun di sana peneliti tidak menemukan sumber-sumber buku ataupun skripsi yang berkaitan dengan SWAPO, Namibia Afrika. Ketika peneliti berkunjung keperpustakaannya hanya terdapat buku-buku sejarah Indonesia, tokoh pahlawan Indonesia maupun tokoh pahlawan luar negeri, sejarah beberapa negara di Asia. Sama halnya dengan ruangan skripsi, di sana penelitian skripsi kebanyakan mengenai sejarah lokal, sejarah TNI, dan sejarah nusantara. Jadi minim sekali sejarah kawasan yang ada di sana. Hal ini membuat peneliti tidak mendapatkan data-data yang diharapkan.

f. Perpustakaan Batu Api di jalan raya Jatinangor. Tempat ini merupakaan sebuah perpustakaan dimana koleksi buku-buku, artikel, koran, majalah berkaitan dengan sejarah kawasan, sejarah lokal, sejarah Indonesia, dan sejarah musik. Di perpustakaan Batu Api peneliti tidak mendapatkan data-data mengenai SWAPO, Namibia Afrika.

3.3.2 Kritik Sumber

Setelah peneliti berusaha melaksanakan pencarian dan pengumpulan sumber-sumber sejarah, maka langkah atau metode selanjutnya adalah kritik sumber. Peneliti harus menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya yang disebut kritik sumber (Sjamsuddin, 2007, hlm. 131). Abdurahman (2007, hlm. 68) mengungkapkan keaslian sumber (autentisitas) dari sejarah dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pokok sebagai berikut:

a. Kapan sumber itu dibuat? Peneliti harus menemukan tanggal pembuatan dokumen.

(26)

c. Siapa yang membuat? Hal ini mengharuskan adanya penyelidikan atas kepengarangan. Peneliti berusaha untuk melakukan identifikasi terhadap pengarang mengenai sikap, watak, dan pendidikan.

d. Dari bahan apa sumber itu dibuat? Analisis terhadap bahan atau materi yang berlaku pada zaman tertentu bisa menunjukkan autentisitas. e. Apakah sumber itu dalam bentuk asli? Pengujian mengenai integritas

sumber merupakan hal yang sangat menentukan.

Kritik terhadap sumber-sumber sejarah dianggap penting sekali, karena peneliti dihadapkan pada situasi yang mengharuskan untuk membedakan mana hal-hal yang bersifat benar dan mana hal-hal yang bersifat palsu. Barjun & Graff (dalam Sjamsuddin, 2007, hlm. 132) mengemukakan untuk “melakukan kritik sumber seorang sejarawan harus mengerahkan segala kemampuan pikirannya, bahkan sering kali ia harus menggabungkan antara pengetahuan, sikap ragu (skeptis), percaya begitu saja, menggunakan akal sehat, dan melakukan tebakan

inteligen”. Kegiatan kritik terhadap sumber-sumber sejarah terbagi ke dalam dua aspek, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.

3.3.2.1 Kritik Eksternal

Peneliti melaksanakan langkah kritik eksternal untuk mencari informasi-informasi atau mengidentifikasi mengenai biografi peneliti sumber. Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap aspek-aspek

“luar” dari sumber sejarah. Selain itu juga, pengertian lainnya mengenai kritik

(27)

(2007, hlm. 135) bahwa “mengidentifikasi peneliti adalah langkah pertama dalam

menegakkan otentisitas”.

Peneliti melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber sejarah tertulis untuk memilih sumber buku yang berkaitan dengan permasalahan penelitian. Sumber buku-buku tersebut yang peneliti gunakan mencakup nama peneliti buku, tahun terbit, judul buku, tempat buku diterbitkan dan penerbitnya. Dalam mengkritik eksternal ini, peneliti hanya mengkategorikan berdasarkan, pertama, aspek latar belakang peneliti buku. Kedua, tahun terbit buku, ketika

sumber buku yang didapatkan peneliti adalah yang terbaru maka informasi yang diperolehpun semakin banyak. Ketiga, tempat buku diterbitkan dan penerbitnya, hal ini untuk melihat judul-judul buku yang diterbitkan oleh penerbit dan tingkat popularitas penerbit, ketika sebuah penerbit sangat populer di kalangan umum maka semakin tinggi tingkat kepercayaan terhadap isi buku.

Sumber-sumber tertulis yang peneliti dapatkan akan dilakukan proses kritik eksternal. Hal ini dilakukan untuk memperoleh keabsahan tentang keaslian sumber sejarah tersebut. Salah satunya adalah buku To Be Born A Nation: The Liberation Struggle For Namibia karya Departement of Information and

(28)

di terbitkan di negara orang lain. Buku ini akan dijadikan rujukan utama bagi peneliti yang mengkaji bagaimana pembentukan SWAPO dan proses perjuangannya sebelum kemerdekaan Namibia.

Kritik eksternal yang peneliti lakukan pada buku kedua mengenai Namibia in History: Junior Secondary History Book yang ditulis oleh Nangolo Mbumba

dan Norbert H. Noisser. Nangolo Mbumba ialah wakil sekretaris pendidikan dan budaya SWAPO di Namibia. Sedangkan Norbert H. Noisser ialah seorang anggota peneliti, Centre of African Studies, University of Bremen. Buku ini diterbitkan tahun 1988 dan diterbitkan oleh Zed Books Ltd di London and New Jersey, Pusat Pembelajaran di Afrika, Universitas Bremen. Berdasarkan pemaparan di atas hasil kritik eksternal tersebut, peneliti kurang banyak menemukan latar belakang lebih banyak lagi tentang peneliti buku tersebut, hanya mengetahui kalau Nangolo Mbumba adalah seorang wakil sekretaris pendidikan dan budaya di SWAPO dan Norbert H. Noisser adalah seorang peneliti pusat pembelajaran Afrika dari Universitas Bremen. Selain itu juga, peneliti beranggapan bahwa buku ini dapat digunakan sebagai rujukan sumber sejarah untuk mempermudah peneliti dalam mengkaji permasalahan penelitian ini.

Buku ketiga yaitu Chronology of Namibian History: From Pre-Historical Times to Independent Namibia yang ditulis oleh Dr. Klaus Dierks. Buku ini

(29)

sebuah karya tulis yang dituangkan dalam sebuah buku tentang kronologi sejarah Namibia. Tertariknya peneliti di sini dia bergabung dengan partai SWAPO yang menjadi fokus penelitian peneliti dalam skripsi ini.

3.3.2.2 Kritik Internal

Setelah peneliti melaksanakan kritik eksternal, langkah selanjutnya adalah kritik internal. Adapun yang dimaksud dengan kritik internal adalah lebih

menekankan aspek “dalam” yaitu isi dari sumber: kesaksian (testimoni) (Sjamsuddin, 2007, hlm. 143). Dengan kata lain bahwa kritik internal suatu penilaian terhadap sumber sejarah yang terpercaya dengan membandingkan fakta-fakta yang ada dalam sumber sejarah yang satu dengan sumber sejarah lainnya. Kritik internal bertujuan untuk menilai kredibilitas sumber dengan mengaitkan isinya, kemampuaan pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Sehingga peneliti dapat membandingkan isi sumber yang telah didapatkan dan menilai isi sumber tersebut benar.

Upaya peneliti dalam melakukan kritik internal adalah dengan membandingkan buku-buku yang digunakan sebagai sumber dalam penelitian ini. Peneliti melaksanakan perbandingan isi sumber salah satunya pada buku yang berjudul To Be Born A Nation: The Liberation Struggle for Namibia yang ditulis oleh Departement of Information and Publicity, SWAPO of Namibia yang diterbitkan tahun 1981. Sudah diketahui bahwa buku ini adalah karya dari sebuah lembaga dan tidak diketahui secara pasti seseorang yang menulisnya. Dalam buku ini, dijelaskan bahwa Namibia di masa lalu merupakan negara koloni di bawah pemerintahan Jerman dan Afrika Selatan sampai orang-orang Namibia melakukan perlawanan kepada negara penguasa. Penjelasan mengenai perlawanan orang-orang Namibia atau perjuangannya ada dalam isi buku ini, salah satunya adalah South West Africa People Organization (SWAPO). SWAPO sebagai perwakilan

(30)

kekuatan anti kolonial terhadap resiko konferensi serta menambah jumlah tentara perjuangan revolusi. Kritik internal dilaksanakan peneliti terhadap buku Chronology of Namibian History: From Pre-historical Times to Independent

Namibia yang ditulis oleh Klaus Dierks. Dalam buku ini diungkapkan oleh Kalus

Dierks bahwa isi buku ini terbagi dalam beberapa periode yang mana Namibia dari awal pra-sejarah sampai menjadi negara yang merdeka. Periode di mana SWAPO berada dalam Namibia berada di bawah mandat Afrika Selatan. Jadi pembahasan isinya berdasarkan garis waktu. Dari penjelasan dua buku di atas, yang membedakan adalah kalau buku To Be Born A Nation: The Liberation Struggle for Namibia yang ditulis oleh Departement of Information and Publicity,

SWAPO of Namibia bahwa latar belakang berdirinya SWAPO lebih dijelaskan dan perjuangan SWAPO ada sampai tahun 1979.

3.3.3 Interpretasi (Penafsiran)

Pada tahapan ini peneliti melakukan penafsiran terhadap data-data yang telah dikritik dan makna keterhubungan antara fakta-fakta yang diperoleh dari sumber-sumber sejarah. peneliti berusaha menyaring informasi-informasi yang ada dengan meminimalisir unsur subjektivitas. Menurut Kuntowijoyo yang dikutip oleh Abdurahman (2007, hlm. 73) interpretasi sejarah sering disebut dengan analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu analisis dan sintesis. Analisis berarti menguraikan, sedangkan sintesis berarti menyatukan. Keduanya dipandang sebagai metode utama di dalam interpretasi.

Fakta-fakta yang didapatkan dari beberapa sumber dapat berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, maka dari itu peneliti mencoba untuk menyusun dan menghubungkan fakta-fakta yang didapatkan agar menjadi satu kesatuan yang utuh. Dalam penyusunan fakta-fakta, peneliti menyesuaikan dengan pokok permasalahan mengenai Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) Dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia 1960-1990. Dari fakta-fakta

(31)

Peneliti dalam melaksanakan interpretasi menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu pendekatan dalam ilmu sejarah yang menganalisis suatu masalah dengan menggunakan bantuan dari berbagai disiplin ilmu lain, seperti ilmu sosiologi dan politik. Dari kedua ilmu tersebut, peneliti menggunakan beberapa konsep, seperti organisasi, nasionalisme, kemerdekaan, negara dan teori konflik. Peneliti menggunakan pemakaian konsep-konsep di atas bertujuan untuk membantu dalam menjelaskan peranan SWAPO dalam perjuangan kemerdekaan Namibia yang pada saat itu berada dalam mandat pemerintahan Afrika Selatan, sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang dikaji.

3.3.4 Historiografi

Tahap terakhir dalam penyusunan penelitian adalah peneliti melaksanakan historiografi (penelitian sejarah). Pada tahap ini merupakan hasil dari semua penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Di sini peneliti diharuskan untuk menuliskan cerita sejarah berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya. Fakta-fakta yang ditulis adalah berdasarkan sumber-sumber sejarah yang telah melalui proses seleksi pada tahapan sebelumnya, yakni heuristik, kritik, dan interpretasi.

Pada tahapan ini peneliti berupaya menyusun sebuah laporan penelitian sejarah dalam bentuk skripsi, sehingga penyusunan hasil penelitian yang telah dilaksanakan peneliti menjadi satu kesatuan penelitian sejarah secara utuh dan kronologis yang kemudian dibuat dalam sebuah laporan hasil penelitian disusun secara sistematis. Sistem penelitian skripsi ini disusun untuk kebutuhan studi tingkat sarjana, sehingga sistematika yang digunakan peneliti sesuai dengan buku pedoman penelitian karya ilmiah yang diterbitkan oleh Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung yang dikeluarkan pada tahun 2014. Berdasarkan petunjuk yang peneliti peroleh dari pedoman penyusunan karya ilmiah UPI Bandung, maka sistematika penelitian skripsi ini dibagi ke dalam lima bagian, yaitu:

(32)

penelitian yang menjelaskan ketertarikan dan keresahan peneliti untuk memilih judul Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) Dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia 1960-1990. Peneliti memfokuskan penelitian

dalam bab ini dengan dilengkapi rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II Kajian Pustaka, bab kedua ini di dalamnya menguraikan tentang studi literatur yang relevan berkaitan dengan masalah yang akan dikaji. Pada bab ini peneliti akan memaparkan tentang beberapa konsep dan teori yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dikaji. Adanya pemaparan konsep dan teori tersebut dapat membantu dan mempermudah peneliti dalam menganalisis permasalahan yang dikaji dalam penelitian skripsi ini.

Bab III Metode Penelitian, bab ketiga ini berisi mengenai metode dan teknik penelitian yang peneliti gunakan dalam mencari sumber-sumber, cara pengolahan sumber, analisis dan cara penelitiannya. Langkah awal yang peneliti lakukan adalah persiapan penelitian, seperti penentuan dan pengajuan tema penelitian, penyusunan rancangan penelitian dan proses bimbingan/konsultasi sampai penelitian berakhir diuraikan secara rinci. Metode historis pun digunakan peneliti, dengan tahap-tahap yang meliputi heuristik, kritik internal dan eksternal terhadap sumber, interpretasi dan historiografi.

Bab IV South West Africa People Organization (SWAPO) dan Kemerdekaan Namibia. Bab keempat ini merupakan hasil penelitian yang

dilaksanakan peneliti berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Peneliti akan memaparkan dan merekonstruksi data dan fakta dari beberapa sumber berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan dalam bab I. Maka dari itu, bab IV ini merupakan uraian yang berisi jawaban-jawaban dari permasalahan penelitian.

(33)

Pada bab terakhir ini, peneliti akan memaparkan simpulan dan rekomendasi dari penulisan skripsi yang berjudul “Peranan South West Africa People Organization (SWAPO) dalam Perjuangan Kemerdekaan Namibia Tahun

1960-1990”. Simpulan tersebut merujuk pada jawaban atas permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh peneliti pada bab sebelumnya. Terdapat tiga hal yang peneliti simpulkan berdasarkan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Adapun ketiga simpulan yang telah peneliti simpulkan di bawah ini, yaitu:

Pertama, mengenai alasan atau latar belakang berdirinya SWAPO di

(34)

oleh satu negara, melainkan masalah yang cukup panjang untuk kemerdekaan suatu negara karena melibatkan beberapa pihak dari luar.

Kedua, bentuk upaya dari SWAPO untuk kemerdekaan Namibia pada

tahun 1960-1990 terlihat ketika SWAPO mulai melancarkan perlawanan bersenjata, pemogokan para pekerja tambang, mendirikan beberapa fasilitas medis, sekolah dan universitas, mengajak rakyat Namibia yang belum bergabung dengan SWAPO dan menghadiri konferensi yang diadakan. Meskipun apa yang telah SWAPO upayakan dalam melawan Afrika Selatan, tidak luput dari berbagai tekanan dari Afrika Selatan seperti penangkapan, penindasan, pengasingan dan hukuman penjara terhadap pemimpin dan anggota SWAPO, tetapi hal tersebut tidak mengurungkan atau mengurangi rasa semangat dalam memperjuangkan kebebasan Namibia.

Ketiga, mengenai akhir dari perjuangan SWAPO dalam kemerdekaan Namibia setelah bertahun-tahun melakukan aksi-aksinya. Hal ini sampai pada periode pemilihan umun yang berada dibawah pengawasan PBB, dimana PBB mengirimkan tim misi pengawasan dengan jumlah tidak kurang dari 7.000-an personil. Dalam pemilihan umum Namibia yang pertama kali akan memilih anggota majelis konstituante yang beranggotakan 72 orang yang mengemban tugas menyusun undang-undang dasar sebagai dasar berdirinya negara Namibia Merdeka. Di Namibia terdiri dari 10 partai tetapi ada dua partai yang terbesar yaitu SWAPO yang di pimpin oleh Samuel Shafishuna Nujuma dan aliansi Demokratik Turnhalle (DTA) dipimpin oleh Dirk Mudge. Pemilihan umum yang pertama ini di menangkan oleh SWAPO dengan memperoleh 41 kursi dan DTA memperoleh 21 kursi, dan 10 kursi di duduki oleh lima partai lainnya. Dengan demikian Namibia mencapai suatu kemerdekaan pada tanggal 21 Maret 1990 yang dipilih sebagai hari kemerdekaannya.

5.2 Rekomendasi

(35)

termasuk dalam materi pembelajaran di sekolah. Materi dari penelitian ini sesuai dengan pembelajaran Sejarah Peminatan kelas XI di Kompetensi Dasar 3.5 yaitu

“Menganalisis hubungan perkembangan faham-faham besar seperti nasionalisme,

liberalisme, sosialisme, demokrasi, Pan Islamisme dengan gerakan nasionalisme di Asia-Afrika pada masa itu dan masa kini. Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam penelitian skripsi ini adalah nilai Nasionalisme, cinta tanah air, saling menghargai dan menghormati, persatuan, perjuangan dan bekerjasama. Setelah mempelajari materi pembahasan penelitian ini melalui pembelajaran sejarah di kelas diharapkan siswa mampu untuk memahami dan mengamalkan nilai pendidikan yang terkandung dalam penelitian ini. Pengalaman nilai-nilai ini pada kepribadian siswa dapat diamati oleh guru setelah guru dan siswa mempelajari dan membahas materi pembelajaran ini.

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca, baik untuk para akademisi maupun para pembaca pada umumnya mengenai permasalahan yang terjadi mengenai organisasi pembebasan dan kemerdekaan Namibia. Melalui penelitian ini juga, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelum kemerdekaan rakyat Namibia dan pembentukan organisasi SWAPO sampai memenangkan pemilu pertama di Namibia. Peneliti memberikan rekomendasi terhadap peneliti selanjutnya untuk lebih mengkaji secara lebih luas dan mendalam mengenai topik permasalahan yang diangkat peneliti.

(36)

89

DAFTAR RUJUKAN

1. Buku :

Abdurahman, D. (2007). Metodologi penelitian sejarah. Jogjakarta: Ar-Ruz Media Group.

Adnan, A.H. (2008). Perkembangan hubungan internasional di Afrika. Bandung: Angkasa.

Anderson, B. (2008). Imagined communities: Reflections on the origin and spread of nationalism. (Penerjemah). Omi Intan Naomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Budiardjo, M. (1993). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Budiardjo, M. (2004). Dasar-dasar ilmu politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Departement of Information and Publicity, SWAPO of Namibia. (1981). To be born a nation: The liberation strugggle for Namibia. London: Zed Press.

Dore, I.I. (1985). The international mandate system and Namibia. United States of America: Westview Press, Inc.

Dierks, K. (2002). Chronologi of namibian history: From pre-historical times to independent Namibia. Namibia: Namibia Scientific Society.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto. Jakarta: Yayasan Penerbit UI.

Groiler International. (1989). Negara dan bangsa: Afrika dan Asia jilid 2. Jakarta: PT.Widyadara..

Ismaun. (2005). Pengantar belajar: Sejarah sebagai ilmu dan wahana pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Kirdi, D. (1983). Afrika dalam pergolakan 2. Jakarta: CSIS.

Kusumaatmadja, M. (1978). Pengantar hukum internasional: Buku i – bagian umum. Bandung: Binacipta.

(37)

Mbumba, N,. & Norbert, H. N. (1988). Namibia in history: Junior secondary history book. London and New Jersey: Zed Books Ltd.

Nasikun. (2011). Sistem sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.

Redaksi Ensiklopedia Indonesia. (1996). Ensiklopedia Indonesia seri geografi: Afrika. Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Ritzer, G & Douglas J.G. (2010). Teori sosiologi modern. Jakarta: Kencana. Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Soekanto, S. (2007). Sosiologi suatu pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soeratman, D. (2012). Sejarah Afrika . Yogyakarta: Ombak.

Supardan, D. (2009). Pengantar ilmu sosial: Sebuah kajian pendekatan struktural. Jakarta: Bumi Aksara.

Suwardi, S.S. (1980). Inti sari hukum internasional publik. Bandung: Alumni. Suwarto, F.X & Koeshartono, D. (2009). Budaya organisasi: Kajian konsep dan

implementasi. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Thoha, M. (2002). Pembinaan organisasi: Proses, diagnosa dan intervensi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Thontowi, J & Iskandar, P. (2006). Hukum internasional kontemporer . Bandung: Refika Aditama.

Tunggal, A.R. (2013). Ilmu hubungan internasional: Politik, ekonomi, keamanan dan isu global kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Wahab, A A. (2008). Anatomi organisasi dan kepemimpinan pendidikan. Bandung: Alfabeta.

2. Jurnal :

Forrest, J. (1994). Namibia The First Postapartheid Democracy. Journal of

Democracy. Vol 5, No 3. Diakses dari

(38)

3. Surat Kabar :

Johns, M. (1989), 15 November). Namibian voters deny total power to SWAPO. The Wall Street Journal. Diakses dari http://thomas.loc.gov/cgi-bin/query/z?r101:E11DE9-213:

Tanpa nama. (1987, 2 Oktober). Cuban gift to SWAPO heralds the start of SWAPO news agency. The Namibian, hlm. 10. Diakses dari http://www.namibian.com.na/archive_pdf_19851990/1987_TheNamibian /2%20October%201987.pdf

4. Sumber online :

Basworo, H. (2012). Tinjauan yuridis keberadaan pangkalan militer asing disuatu negara (Studi terhadap kasus pangkalan militer Amerika Serikat di Okinawa Jepang tahun 1960-2012). [Online]. Diakses dari http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/Skripsi%20Handityo.B%20E1A00 8147%20FH%20Unsoed.pdf ) [diakses pada 17 Januari 2015].

Brainless. (2010). Politik apartheid sejarah kelas ras kulit hitam. [Online]. Diakses dari http: //archive.kaskus.co.id/ thread/ 6010989/0/ politik-apartheid -sejarah-kelam-ras-kulit-hitam) [diakses pada 17 Februari 2015].

Britannica. (t.t). Fish river Namibian parks and recreation areas .[Online]. Diakses dari http: //www.britannica.com/place/Namibia/images-videos/ Fish-River-Namibian-parks-and-recreation-areas/61789

Farhan, A, (t.t). Malaysia dan pertubuhan bangsa-bangsa. [Online]. Diakses dari http:// www. myjurnal.my/ filebank/ published_ article /22914 /109_136.PDF) [diakses pada 17 Februari 2015].

Ihsan, M. (2009). Nasionalisme dalam pandangan politik partai keadilan sejahtera. [Online]. Diakses dari http: // digilib.uin-suka.ac.id/ 4014/1/ BAB%20I,%20V,%20 DAFTAR%20PUSTAKA.pdf) [diakses pada 15 Oktober 2014].

Lane. (2008). SWAPO. [Online]. Diakses dari http:// davidpatricklane.typepad.com/ my_weblog/ 2008/06 [diakses pada 17 Februari 2015]

(39)

Saunders, C. (2015). Hifikepunye pohamba: presiden namibia. [Online]. Diakses dari ( http://www.britannica.com/ Hifikepunye Pohamba) [diakses pada 21 Agustus 2015].

Sururi. (2012). Arti kemerdekaan. [Online]. Diakses dari (http://warkopmbahlalar.com/5285/arti-kemerdekaan/) [diakses pada 25 Februari 2015].

Tanpa nama. (t.t). The biography adimba toivo ya toivo. [Online]. http: // andimbayatoivo. org/ about. html) [diakses pada 26 Agustus 2014].

Tanpa nama. (t.t). Namibia. [Online]. Diakses dari https : // ms.wikipedia.org / wiki/ namibia [ diakses pada 02 September 2014].

Tanpa nama. (t.t). Bab II tinjauan umum tentang subjek hukum internasional . [Online]. Diakses dari http:// repository. usu.ac.id/bitstream/ 123456789/41200/3/ Chapter%20II.pdf) [diakses pada 24 Desember 2014].

Tanpa nama. (2011). Angola negeri berlian yang penuh pergolakan. [Online]. Diakses dari http: //www.re-tawon.com/ /2011/02/ angola-negeri-berlian-yang -penuh. html) [diakses pada 24 Desember 2014].

Tanpa nama. (2005). Bab II dakwah islam dan gerakan kemerdekaan. [Online]. Diakses dari http:// library.walisongo.ac.id/ digilib/ files/disk1/ 4/jtptiain-gdl-s1-2005-nn1196032 - 162-SKRIPSI_-2.pdf) [diakses pada 17 Januari 2015].

Tanpa nama. (t.t). Namibia. [Online]. Diakses dari ( http://www.wikipedia.com ) [diakses pada 17 Februari 2015].

Tanpa Nama. (2014). SWAPO pioneers reactivated. [Online]. Diakses dari https: //www. newera. com. na/ 2014/ 08/ 18/ swapo- pioneers- reactivated/) [diakses pada 26 Agustus 2015]

Tanpa nama. (t.t). SWAPO youth league. [Online]. Diakses dari https://en. wikipedia. org/ wiki/ SWAPO-Youth-League) [diakses pada 26 Agustus 2015].

Tanpa nama. (t.t). Nangolo mbumba. [Online]. Diakses dari https://en.wikipedia.org/wiki/Nangolo_Mbumba) [diakses pada 26 Agustus 2015].

(40)

Tanpa nama. (t.t). Sam nujoma. [Online]. Diakses dari (https://en.wikipedia.org//sam-Nujoma) [diakses pada 15 Juli 2015]

The World Book Encyclopedia. (1986). Geografi Namibia. [Online]. Diakses dari (http://id.m.wikipedia.org/wiki/Geografi-Namibia) [diakses pada 13 Februari 2015].

Referensi

Dokumen terkait