• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK PELATIHAN PROGRAM RESCUE TERHADAP PENINGKATAN TANGGAP BENCANA PARA KADER TIM SEARCH AND RESCUE:(Studi Terhadap Kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "DAMPAK PELATIHAN PROGRAM RESCUE TERHADAP PENINGKATAN TANGGAP BENCANA PARA KADER TIM SEARCH AND RESCUE:(Studi Terhadap Kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta)."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Negeri Jakarta) TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Megister Pendidikan Luar Sekolah

Risa Santosa 1302558

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Universitas Negeri Jakarta)

Oleh Risa Santosa

Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia Bandung

©Risa Santosa 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

(3)

1302558

DAMPAK PELATIHAN PROGRAM RESCUE TERHADAP PENINGKATAN TANGGAP BENCANA PARA KADER TIM SEARCH AND RESCUE

(Studi Terhadap Kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

Pembimbing

Prof. Dr. Achmad Hufad, M. Ed NIP. 19550101 198101 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)
(5)

Universitas Negeri Jakarta)

RISA SANTOSA

Program Pendidikan Luar Sekolah, Sekolah Pasca Sarjana Universitas UPI Abstrak

Kompetensi tanggap bencana harus dimiliki oleh setiap masyarakat dan para mahasiswa khususnya di DKI Jakarta agar mampu terhindar dari bencana baik alam maupun nonalam. Pelatihan program rescue merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kompetensi para mahasiswa sehingga mampu menerapkan dan menyebarkannya kepada masyarakat dalam menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya pengabdian masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisa serta mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi dari dampak kegiatan pelatihan program rescue terhadap peningkatan tanggap bencana bagi para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta sebagai Tim Search and Rescue. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory. Informan dalam penelitian ini sebanyak 8 orang yang terdiri dari informan pangkal dan sumber informan. teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah triangulasi data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Hasil data yang didapat menunjukan, para para kader Crisi Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta menunjukan hasil yang positif, bahwa pelatihan program rescue yang mereka ikuti mampu meningkatkan keterampilan, kinerja serta peningkatan terhadap tanggap bencana yang dilakukan oleh para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam kegiatan edukasi kepada masyarakat maupun dalam kegiatan search and rescue di wilayah bencana.

(6)

(Studi Terhadap Kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta)

RISA SANTOSA

Program Pendidikan Luar Sekolah, Sekolah Pasca Sarjana Universitas UPI Abstract

Competence disaster response should be owned by every community and students especially in Jakarta to be able to avoid both natural and non-natural disasters. Rescue training program is one way to improve the competence of students so that they can apply and disseminate to the public in the running of Tri Dharma Perguruan Tinggi, especially community service. The aim of this study was to determine , assess , and analyze and describe the phenomena that occur from the impact of the rescue program of training activities to the improvement of disaster response for cadres Crisis Center, Faculty of Education, State University of Jakarta as a Search and Rescue Team. This study used a qualitative approach with grounded theory method . Informants in this study as many as 8 people consisting of the base and source informant informant. Data collection techniques in this research is data triangulation that is combining of various data collection techniques and data sources that already exist. Results of the data obtained shows , the cadres crisi Center Faculty of Education, State University of Jakarta showed positive results , that the training program rescue that they follow is able to enhance the skills , performance and improvement against disaster response conducted by cadres Crisis Center Faculty of Education University Negeri Jakarta in activities to educate people as well as in search and rescue activities in the disaster area.

(7)

DAFTAR ISI

B. Rumusan Masalah Penelitian Dan Rumusan Masalah Penelitian ...

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelatihan ... 15

4. Manfaat Pelatihan ... 16

5. Tujuan Pelatihan ... 16

6. Metode Pelatihan ... 19

7. Perencanaan Pelatihan ... 20

8. Pengorganisasian Pelatihan ... 23

(8)

B. Partisipasian dan Tempat Penelitian ... D. Langkah-langkah Pengumpulan Data ...

1. Tahapan Persiapan ... 2. Tahapan Pelaksanaan ... 3. Tahapan Memperoleh Kredibilitas Penelitian ... 4. Tahapan Pelaporan ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 70 A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ...

1. Sejarah Lembaga Crisis Center FIP UNJ ... 2. Tujuan Pelatihan Program Rescue bagi Kader ... 3. Kepengurusan Crisis Center FIP UNJ ...

70 70 72 73 B. Temuan Hasil Penelitian ...

1. Proses Pelatihan Program Rescue Bagi Para Kader ... a. Perencanaan (Planning) ... b. Pengorganisasian (Organizing) ... c. Pelaksanaan (Actuating) ... d. Pengendalian (Controlling) ...

2. Dampak pelatihan program rescue bagi para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ...

a. Perubahan serta peningkatan pengetahuan, perilaku, dan sikap yang ditandai dengan berubahnya pengetahuan, berpikir kritis, dan meningkatnya keterampilan (Head) ...

b. Kegiatan mengedukasi dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki oleh kader kepada masyarakat di daerah

rawan terjadi bencana (Heart)

...

(9)

dan pembangunan masyarakat ...

d. Kemampuan untuk hidup bersih dan sehat (Health) ...

103

107 C. Pembahasan Hasil Penelitian ...

1. Proses pelatihan program rescue yang diiukuti para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam meningkatkan pengetahuan tanggap bencana untuk mempersiapkan diri mereka sebagai tim search and rescue? ...

2. Dampak pelatihan program rescue bagi para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam menjalankan tugasnya sebagai tim search and rescue ...

110

111

117

BAB V KESIMPULAN, DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 127

B. Rekomendasi ... 128

DAFTAR PUSTAKA... 129

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sumber Daya Manusia yang terampil dan memiliki kinerja tinggi sangat diperlukan dalam era globalisasi seperti sekarang ini, sehingga mampu bersaing dalam tataran internasional. Organisasi pada masa sekarang menyadari bahwa produktivitas sumber daya manusia yang berkualitas adalah aset utama untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu pengelolaan manajemen Sumber Daya Manusia harus dioptimalkan. Perlu disadari bersama bahwa untuk mengembangkan Sumber Daya Manusia setiap organisasi memiliki keterbatasan. Oleh karena itu perlu melibatkan pihak lain dalam proses pengembangan Sumber Daya Manusia tersebut. Melalui cara inilah pelatihan dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasibuan (2001, hlm. 70) yaitu :” dengan pengembangan sumber daya manusia, maka diharapkan produktivitas kerja akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill dan managerial skill sumber daya manusia yang semakin baik”. Nasution (1982, hlm. 71) menegaskan “pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang.

Pengembangan sumber daya manusia di Indonesia dirasakan perlu dilakukan melalui berbagai macam program pendidikan dan kepelatihan agar terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, unggul, dan terampil. Terkait hal ini upaya pemerintah dalam membangun dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang dilaksanakan pada tiga jalur pendidikan, yaitu pendidikan formal, nonformal, dan informal yang menjadi satu kesatuan dalam sebuah proses pendidikan (UU RI No. 20 Tahun 2003).

(11)

yang terencana dan disengaja, (2) bahwa kebutuhan pendidikan yang dirasakan dan dinyatakan oleh seseorang merupakan ekspresi dari kebutuhan diri seseorang (individual needs), atau kebutuhan lembaga (institutional needs), dan kebutuhan masyarakat (community needs), bahkan bisa saja merupakan manifestasi dari ketiga macam kebutuhan tersebut yang saling melengkapi antara satu dengan yang lainnya.

Jakarta Rescue merupakan organisasi kemanusiaan yang didirikan pada tanggal 28 Juni 1986 oleh R. Hardianto Wardjaman. Berawal dari sebuah peristiwa tabrakan kereta api di Bintaro tahun 1986. Saat itu kereta api yang berangkat dari Rangkas Bitung dan kereta api yang berangkat dari stasiun Tanah Abang bertabrakan dan menewaskan lebih dari 100 orang penumpang. Dalam peristiwa tersebut banyak sekali korban yang berjatuhan tapi hanya sedikit yang menolong para korban kecelakaan tersebut, melihat fenomena tersebut R. Hardianto Wradjaman membentuk lembaga Non Goverment Organization (NGO) bernama Jakarta Rescue yang berfokus pada kegiatan search and rescue, serta menyelenggarakan sebuah program untuk melatih masyarakat, lembaga atau organisasi lainnya untuk ikut dalam pelatihan Program Rescue. Meskipun Jakarta Rescue didirikan di DKI Jakarta, namun bukan berarti wilayah operasi dan tugas dari Jakarta Rescue hanya di DKI Jakarta saja. Banyak kegiatan search and rescue yang dilakukan oleh para kader Jakarta Rescue di provinsi lainnya di Indonesia bahkan di luar negeri. Sedangkan pelatihan program rescue yang diselenggarakan banyak menarik banyak kalangan, organisasi atau lembaga lainnya baik dibidang yang sama search and rescue maupun di luar dari hal tersebut. Dan dari kegiatan pelatihan program rescue inilah yang menjadi cikal bakal terbentuknya crisis center fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

(12)

kerugian material maupun nonmaterial juga masih mengancam DKI Jakarta, seperti bencana kebakaran dan bencana sosial.

Program ini diikuti oleh para mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Jakarta, dan sudah menghasilkan dua angkatan dari pelatihan tersebut. Materi yang diberikan sesuai dengan tingkatan pengetahuan para kader yang akan dilatih, dan dengan kondisi daerah di mana mereka tinggal dan beraktivitas yaitu di DKI Jakarta.

DKI Jakarta merupakan salah satu daerah yang sering terkena bencana terutama banjir dan kebakaran setiap tahunnya, maka difokuskan kepada materi tentang pengantisipasian dan penyelamatan dari bencana baik banjir ataupun kebakaran. Selama ini para mahasiswa yang ada di DKI Jakarta hanya bisa membantu sebatas memberikan bantuan bahan konsumsi, dana ataupun melakukan trauma healing kepada anak-anak korban bencana. Dari fakta-fakta tersebut maka munculah sebuah gagasan untuk membentuk organisasi/lembaga Crisis Center di bawah naungan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dibidang Search and Rescue untuk menjawab tantangan tersebut. Pelayanan yang diberikan oleh lembaga Crisis Center ini bukan hanya mengirim relawan ke tempat bencana yang dikoordinasikan melalui BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) DKI Jakarta, tetapi juga memberikan edukasi kepada masyarakat agar siap menghadapi bencana yang tiba-tiba terjadi.

Berikut ini data Statistik yang didapat dari BPBD DKI Jakarta tentang berbagai bencana yang terjadi:

Gambar 1.1

Statistik Bencana Banjir Jakarta (BPBD DKI Jakarta)

157 203 132 61

2012 2013 2014 2015

Statistik Bencana Banjir di DKI

Jakarta

Kasus Banjir

(13)

Data di atas menunjukan kenaikan serta penurunan bencana banjir, walaupun adanya trend penurunan tetapi bencana akan selalu ada. Oleh karena itu masyarakat di DKI Jakarta diharuskan untuk waspada mencegahnya dan menghadapi segala bencana yang datang, untuk itulah para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ditugaskan ditengah-tengah mereka untuk memberikan edukasi tentang tanggap bencana, sehingga dapat mewujudkan masyarakat DKI Jakarta yang sadar dan tanggap bencana.

Definisi bencana menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan, adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Penanggulangan bencana sendiri menurut Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 bertujuan untuk:

1. Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari ancaman bencana; 2. Menyelaraskan peraturan perundang-undangan yang sudah ada;

3. Menjamin terselenggaranya penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh;

4. Menghargai budaya lokal;

5. Membangun partisipasi dan kemitraan publik serta swasta; mendorong semangat gotong royong, kesetiakawanan, dan kedermawanan; dan

6. Menciptakan perdamaian dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

(14)

Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta didirikan pada tahun 2011 karena adanya ide dari beberapa dosen fakultas ilmu pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang telah mengikuti kegiatan pelatihan program rescue yang diselenggarakan oleh Jakarta Rescue turut serta dalam kegiatan tanggap bencana tersebut. Setelah selesai mengikuti pelatihan program rescue tersebut para dosen yang sebagai lulusan merasakan kebermanfaatan dan kegunaannya dan karena letak kampus yang berlokasi dekat dengan tempat yang rawan terjadinya bencana lalu mereka mengajak para mahasiswanya untuk ikut serta dalam pelatihan program rescue. Setalah mahasiswa mendapatkan pelatihan para dosen yang telah mengikuti program tersebut berinisiatif untuk mendirikan sebuah wadah atau organisasi yang berfokus pada bidang search and rescue bagi para mahasiswa yang telah mengikuti kegiatan pelatihan tersebut agar memperoleh pembinaan dengan diberi nama Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Hingga saat ini Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta mengirimkan calon kader mereka untuk dididik dengan mengikuti pelatihan program rescue yang diselenggarakan oleh Lembaga Jakarta Rescue.

Mahasiswa sebagai agen perubahan (Agent Of Cange) di tengah-tengah masyarakat harus bisa melihat tantangan tersebut. Mahasiswa bisa dikatakan sebagai sebuah komunitas yang terpelajar yang ada di masyarakat, yang mempunyai kelebihan dan kesempatan yang dimilikinya mampu melakukan sesuatu yang lebih dibanding masyarakat biasa pada umumnya.

(15)

yang saat ini sering terjadi adalah bencana banjir dan juga kebakaran, bencana banjir ini berubah dari bencana musiman yang setiap tahun terjadi menjadi bencana yang bisa saja terjadi kapan saja akibat anomali cuaca, dan sampai sekarang belum ada solusi yang konkret untuk mengatasinya sehingga terjadi terus-menerus bahkan semakin melebar ke daerah yang biasanya tidak terkena banjir.

Universitas Negeri Jakarta yang merupakan satu-satunya Universitas Negeri dan berfokus pada pendidikan yang berlokasi di DKI Jakarta mempunyai tanggung jawab besar untuk menjawab permasalahan tersebut. Karena universitas ini berfokus pada pendidikan, maka cara yang ditempuh menggunakan cara pendidikan juga, yaitu dengan memberikan edukasi kepada masyarakat untuk siap menghadapi bencana baik banjir maupun kebakaran yang bisa tiba-tiba terjadi pada lingkungan mereka.

Pelatihan program rescue yang diikuti oleh para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang diselenggarakan oleh Jakarta Rescue ini diharapkan menghasilkan dampak (outcome) yang diharapkan sesuai dengan tujuan dari pelatihan tersebut. Tujuan dari pelatihan tersebut adalah mampu mengahasilkan para kader/anggota rescue yang handal dan cakap dalam kebencanaan, menguasai pengetahuan dan wawasan mengenai kebencanaan, serta mempunyai kepekaan terhadap fenomena-fenomena yang ada disekitar mereka yang berpotensi terjadinya sebuah bencana dapat membahayakan dirinya maupun masyarakat sekitarnya.

Mewujudkan harapan tersebut tentunya diperlukan sebuah persiapan yang baik agar para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta mampu memberikan edukasi kepada masyarakat terutama yang daerahnya rawan bencana tentang tanggap bencana, sehingga meminimalisir kerugian baik material dan non-material khususnya di DKI Jakarta. Oleh karena itu Program Rescue Training merupakan salah satu jalan yang harus diikuti oleh para kader, sehingga mereka memiliki kemampuan kecakapan hidup tentang pengetahuan tanggap bancana.

(16)

yang positif bagi perubahan perilaku dan cara berpikir para masyarakat serta lembaga atau organisasi di dalam kampus sendiri dalam menjalankan aktivitasnya setiap hari dengan selalu memperhatikan lingkungan disekitarnya dengan melakukan kegiatan tanggap bencana dilingkungan mereka atau dalam menjalankan tugas organisasi mereka sehingga mampu mengurangi kerugian baik materil maupun non materil apabila terjadi sebuah bencana baik alam maupun nonalam. Karena lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari.

Pelatihan program rescue yang diikuti para kader merupakan salah satu pendidikan kecakapan hidup yang menurut Kesepakatan Dakar (2000) merupakan salah satu program pendidikan nonformal yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap warga belajar dibidang tertentu dengan minat dan bakat yang dimiliki oleh warga belajar sehingga memiliki keterampilan dan kemampuan dalam bekerja. Menurut Pat Hendrick (1998) dari IOWA State University mengemukakan tentang model kecakapan hidup (Targeting Life Skill Model) yang meliputi empat kuadran yaitu 4H (Heart, Hand, Health, and Head). Kecakapan Hidup (life skill) ditujukan untuk mencapai: kemampuan untuk peduli atau perhatian kepada orang lain (Heart), kemampuan untuk bekerja dan saling memberi (Hand), kemampuan untuk hidup sehat (Health), kemampuan untuk berpikir positif dalam mencapai tujuan (Head). Sementara menurut Sudjana (2010, hlm. 35) mengemukakan bahwa pengaruh (outcomes) merupakan tujuan akhir kegiatan pendidikan nonformal meliputi; (1) Perubahan serta peningkatan pengetahuan, perilaku, dan sikap yang ditandai dengan berubahnya pengetahuan, berpikir kritis, dan meningkatnya keterampilan; (2) Membelajarkan orang lain terhadap hasil belajar yang telah dimiliki dan dirasakan manfaatnya oleh lulusan, dan ; (3) Peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan/atau pembangunan masyarakat, dalam wujud pastisipasi buah pikiran, tenaga, harta benda, dan dana.

(17)

Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta, atas dasar itulah peneliti tertarik untuk melakukan penelitian berkenaan dengan dampak program rescue training bagi para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

B. Indentifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah Penelitian 1. Indentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

a. Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai untuk menunjang program pelatihan rescue bagi para kader Crisis Center FIP UNJ.

b. Pembinaan dan pendampingan bagi para kader Crisis Center FIP UNJ belum dilakukan secara optimal.

c. Kader yang sudah dibina dan dilatih kurang percaya diri menggunakan kemampuannya untuk melakukan program tanggap bencana bersama masyarakat atau lembaga.

d. Keterbatasan peralatan rescue yang dimiliki Crisis Center FIP UNJ sehingga kurang maksimalnya tugas para kader sebagai tim search and rescue.

e. Kurangnya pendekatan para kader untuk memperkenalkan dan melaksanakan program penanggulangan bencana di lingkungan masyarakat atau lembaga.

f. Masih terbatasnya mitra yang bekerja sama dengan Crisis Center FIP UNJ seperti organisasi atau lembaga yang fokus dalam kegiatan rescue.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan indentifkasi diatas, dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana dampak pelatihan program rescue dalam peningkatkan tanggap bencana bagi para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta sebagai Tim Search and Rescue?”. Secara lebih khusus masalah dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut:

(18)

meningkatkan pengetahuan tanggap bencana untuk mempersiapkan diri mereka sebagai tim search and rescue?

b. Bagaimana dampak pelatihan program rescue bagi para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam menjalankan tugasnya sebagai tim search and rescue?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengkaji, dan menganalisa serta mendeskripsikan fenomena-fenomena yang terjadi dari dampak kegiatan pelatihan program rescue terhadap peningkatan tanggap bencana bagi para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta sebagai Tim Search and Rescue.

Berdasarkan tujuan umum tersebut, secara khusus tujuan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menggambarkan pengelolaan kegiatan pelatihan program rescue yang dilakukan oleh Jakarta Rescue untuk melatih para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam mempersiapkan para kader sebagai tim search and rescue dalam kegiatan tanggap bencana.

2. Untuk mengetahui dan menggambarkan dampak pelatihan program rescue bagi para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam menjalankan tugasnya sebagai tim search and rescue.

D. Manfaat Penelitian

(19)
(20)

E. Struktur Organisasi Tesis

Sebagai upaya untuk memudahkan dalam pemahaman dalam penelitian ini maka penulisan tesis ini disusun dengan struktur sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang meiputi latar belakang, rumusan masalah penelitian yang mencakup indentifikasi masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi tesis.

BAB II : Kajian pustaka yang terdiri dari beberapa kerangka teori yang menghubungkan judul dan permasalahan yang diteliti yakni mencakup, hakekat pendidikan nonformal, hakekat pelatihan, pelatihan program rescue, hakekat kader, hakekat dampak, dan kerangka berfikir.

BAB III : Metode penelitian, yang meliputi desain penelitian, patisipan dan tempat penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan definisi operasional. BAB IV Profil Lembaga, Temuan Hasil Penelitian, dan Pembahasan Hasil

Penelitian

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory. Jadi desain penelitian mualai dari perumusan masalah, pengumpulan data, pengolahan data sampai membuat hasil penelitian tidak menggunakan uapaya kuantifikasi atau perhitungan statistik seperti penelitian dengan pendekatan kuantitatif.

Komponen dalam metode penelitian kualitatif meliputi antara lain; alasan menggunakan metode kualitatif, tempat atau lokasi penelitian, instrumen penelitian, informan dan sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data rencana pengujian keabsahan data (Sugiyono, 2010, hlm. 145).

Metode penelitian kualitatif yang peneliti gunakan dalam penelitian ini dengan alasan karena permasalahan yang diteliti kompleks, dinamis dan penuh makna sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial yang kompleks, dinamis dan belum jelas problemnya tersebut dijaring dengan metode penelitian kuantitatif. Selain itu penggunaan metode kualitatif ini dimaksudkan untuk memahami secara mendalam tentang proses serta dampak pelatihan program rescue terhadap peningkatan tanggap bencana kader sebagai tim search and rescue.

(22)

Metode kualitatif merupakan suatu metode yang dilakukan dengan cara meneliti langsung situasi yang sedang berlangsung secara wajar tanpa adanya intervensi dari peneliti, atau manipulasi subjek penelitian sehingga diperoleh data deskriptif tentang perilaku manusia (Nasution, 2003).

Pendekatan kualitatif ini dianggap sesuai untuk digunakan dalam penelitian ini dengan pertimbangan sebagai berikut:

(1)Lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak; (2) Menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dengan responden; (3) Lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penejaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2011, hlm. 9-10).

Menurut Moleong (2011, hlm. 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena-fenomena tentang berbagai persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata maupun bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Dengan kata lain metode kualitatif lebih mengutamakan kemampuan peneliti untuk mendalami fokus permasalahan yang diteliti.

B. Partisipan dan Tempat Penelitian 1. Partisipan Penelitian

Pengambilan sumber data di dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Menurut Sugiyono (2010, hlm 300) mengemukakan bahwa

teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data atau responden dengan pertimbangan tertentu. Sumber data atau responden penelitian dapat memberikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian yaitu subjek penelitian yang mampu mengemukakan, menjelaskan, menyatakan, serta mengaplikasikan kemampuannya dalam bidang Search and Rescue berkenaan dengan aspek-aspek yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini.

(23)

mana perbedaan dampak pelatihan program rescue serta perbedaan waktu yang pada tahun angkatan pertama dihasilkan terjadi bencana banjir yang melanda hampir seluruh wilayah Jakarta dan terjadinya cukup lama seperti di tahun 2013, sedangkan angkatan kedua hanya terjadi beberapa bencana banjir yang hanya melanda beberapa lokasi tertentu dan terjadinya hanya sebentar saja di tahun 2015; (2) sumber informan lembaga, yang merupakan sumber data lain yang dapat memberikan informasi berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian yang belum terungkap dari beberapa informan dan sekaligus sebagai proses triangulasi data yang diberikan para informan, adapun yang termasuk dalam kelompok ini ialah ketua lembaga Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dan ketua lembaga dari Jakarta Rescue; (3) Sumber informan pengguna (user) yaitu masyarakat berjumlah 2 orang yang pernah menerima jasa dari para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

Penelitian ini mengambil jumlah subjek penelitian tidak ditentukan secara ketat, akan tetapi tergantung pada ketercapaian redudancy (ketuntasan atau kejenuhan data). Seperti yang dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2010, hlm. 302) bahwa penentuan responden dianggap telah memadai apabila telah sampai taraf redundancy (datanya telah jenuh, ditambah subjek lagi tidak memberikan informasi yang baru). Oleh karena itu tidak semua kader dijadikan subjek penelitian, melainkan dipilih secara purposive sampling, hanya beberapa kader Crisis Center FIP UNJ yang telah mengikuti pelatihan program rescue yang bekerja sama dengan oleh Jakarta Rescue. Sama halnya dengan sumber informan dipilih beberapa orang saja dari pihak pengurus lembaga Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta.

Spadley (1961, hlm. 61) mengemukakan bahwa pemilihan sumber data atau informan sebaiknya memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

(24)

Para subjek dalam penelitian ini dipilih untuk mendapatkan kemudahan peneliti dalam melakukan analisis dan mendapatkan hasil penelitian yang memungkinkan untuk membandingkan dan mengkonstraskan. Penambahan sumber data atau informan akan dihentikan apabila data yang ada sudah jenuh. Data yang sudah jenuh di sini maksudnya adalah apabila dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru tidak memberikan data yang baru atau berbeda dengan yang lain.

Sebelum mendeskripsikan data temuan hasil penelitian ini, terlebih dahulu peneliti melakukan pengelompokan dari para informan dan instrument yang digunakan. Kelompok 53nstrument untuk informan dikelompokan menjadi 2 kelompok yaitu kelompok Stakeholder yaitu ketua dari lembaga Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dan ketua dari Jakarta Rescue, serta kelompok Kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta. Para informan diatas dipilih karena jawaban yang diberikan paling fasih, dan memiliki nilai informasi yang bermanfaat bagi penelitian ini.

Sedangkan nama dari para stakeholder dan para kader yang menjadi informan juga akan menggunakan kode sebagai berikut:

(25)

UNJ

Penelitian ini dilakukan pada Kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta DKI Jakarta. Pemilihan lembaga ini berdasarkan ketetarikan peneliti untuk mengkaji secara mendalam mengenai dampak dari hasil pelatihan program rescue yang diikuti oleh para kader dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilan tentang kebencanaan yang dapat membantu tugas para kader sebagai Tim Search and Rescue.

Pemilihan lokasi ini didasarkan pada ketertarikan peneliti untuk mengkaji secara mendalam mengenai dampak pelatihan program rescue yang diikuti mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan yang dibina oleh Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta untuk mengatasi permasalahan bencana alam maupun nonalam di DKI Jakarta.

C. Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan yang disesuaikan dengan kebutuhan, adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu; pengamatan/observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Berikut uraian dari ketiga teknik tersebut:

1. Pengamatan/Observasi

Observasi yaitu memperlihatkan sesuatu dengan mempergunakan mata. Sedangkan Suharsimi Arikunto (1996, hlm. 146) memaparkan konsep observasi sebagai berikut:

“Observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan, meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Jadi pengobservasian dapat dilakukan melalui pengamatan, pendengaran, pencium, peraba, dan pengecap.”

(26)

dalamnya. Menurut Guba dan Lincoln (1981, hlm. 191-193) dalam Moleong (2011, hlm. 174-175) menyatakan bahwa terdapat enam alasan mengapa pada penelitian kualitatif menggunakan teknik pengamatan untuk mengumpulkan data, yaitu: (1) Teknik pengamatan ini didasarkan pada pengalaman secara langsung, (2) Teknik pengamatan juga memungkinkan melihat dan mengamati fenomena-fenomena yang terjadi kemudian mencatatnya; (3) Pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa atau fenomena yang terjadi yang berkaitan dengan pengetahuan yang proposisional maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data; (4) Sering terjadi ada keraguan pada peneliti, kemungkinan pada data yang sudah didapat ada yang keliru atau bias; (5) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mampu memahami situasi yang rumit; (6) Dalam kasus-kasus tertentu di mana teknik komunikasi lainnya tidak memungkinkan, pengamatan dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat.

Pengamatan yang terlibat dalam penelitian ini meliputi kegiatan para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Jakarta dalam proses kegiatan pelatihan program rescue bersama Jakarta Rescue. Dan pengamatan pasif yang dilakukan oleh peneliti adalah kegiatan para kader pasca mengikuti pelatihan program rescue yaitu kegiatan search and rescue saat terjadi bencana banjir di Jakarta dan kegiatan penyuluhan dan pelatihan di masyarakat.

Untuk pengumpulan data lembar pengamatan dan observasi ini menggunakan responden dari para kader dengan jumlah 15 kader. Dan di dalamnya termasuk informan pangkal dari penelitian ini, dalam pengisiannya juga melibatkan informan sekunder dengan dibantu oleh data dokumentasi yang ada. 2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu cara yang penting untuk memeriksa keakuratan data hasil observasi. Wawancara juga dapat digunakan untuk mengumpulkan sebuah informasi yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Menurut Estenberg (2002) dalam Sugiyono (2010, hlm. 317) mendefinisikan wawancara (interview) sebagai berikut “a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication

(27)

merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Wawancara dilakukan pada para kader dan pengelola lembaga Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta yang terlibat dalam kegiatan ini. Data yang dijaring melalui wawancara meliputi; (1) Perencanaan pembentukan kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta; (2) Proses pelatihan program rescue; (3) Hasil Program Rescue Training; dan (4) Dampak yang dirasakan dari pelatihan program rescue bagi para kader Ciris Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam menjalankan tugasnya.

3. Studi Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2010, hlm. 329) menjelaskan bahwa dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni yang dapat berupa gambar, patung, film, atau sesuati yang bisa dilihat maupun di pegang secara fisik. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dokumen menurut Bogdan dalam Sugiyono (2010, hlm. 329) menyatakan “In most tradition of qualitative research, the phrase personal document is used broadly to refer to any first person narrative produced by

individual which describes his or her own actions, experience and belief”. Hasil

penelitian dari dari observasi atau wawancara, akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung oleh sejarah pribadi kehidupan para kader sebagai tim search and rescue serta mahasiswa dalam kegiatan tanggap bencana di

masyarakat. “Publish autobiographhies provide a readily available source of data

for the discerning qualitative research” (Bogdan dalam Sugiyono, 2010, hlm.

329). Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada. Photograp provide strikingly descriptive data, are often used to understand the subjektive and is product are

(28)

D. Langkah-langkah Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan kegiatan, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap memperoleh kredibilitas penelitia dan tahap pelaporan, keempat tahap tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

1. Tahapan Persiapan

Tahapan persiapan ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas, nyata dan lengkap mengenai masalah yang akan diteliti. Tahapan persiapan ini diawali dengan penjajakan lapangan untuk menentukan permasalahan atau fokus penelitian. Tahapan persiapan ini secara rinci meliputi: pemilihan topik penelitian, mengkaji leteratur yang relevan, observasi lapangan sekaitan dengan topik tersebut, penyusunan serta perizinan untuk melakukan penelitian.

2. Tahapan Pelaksanaan

Pada tahapan pelaksanaan ini, peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus masalah dan tujuan penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Terkait dengan pengumpulan data ini, peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan yaitu angket, lembar wawancara, kamera foto, dan alat perekam suara.

Peneliti secara langsung mengamati dan mengikuti secara aktif jalannya kegiatan pelatihan program rescue dan kegiatan para kader di lapangan sebagai tim search and rescue dengan melakukan kegiatan tanggap bencana. Kegiatan tersebut dilakukan mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian kegiatan yang dilakukan oleh Jakarta Rescue serta Crisis Center FIP UNJ.

Peneliti melakukan wawancara langsung kepada informan dalam penelitian ini, yaitu para pengurus Jakarta Rescue, Crisis Center FIP UNJ, para Kader Crisis Center FIP UNJ, dan masyrakat yang menikmati atau pernah menerima jasa para kader dalam kegiatan tanggap bencana di daerah mereka.

(29)

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan terlibat aktif dalam semua kegiatan yang dilakukan oleh para kader Crisis Center FIP UNJ pada saat melakukan kegiatan pelatihan program rescue dan dalam peran mereka sebagai tim search and rescue dalam melakukan kegiatan tanggap bencana.

Setelah data-data yang dibutuhkan telah peneliti kumpulkan, maka selanjutnya adalah kegiatan pengolahan data hasil penelitian, seperti yang kita ketahui bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama dan setelah dari lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun data-data serta informasi yang terkumpul lalu disesuaikan dengan kajian penelitian ini yaitu mendeskripsikan proses kegiatan pelatihan program rescue dan dampaknya bagi peningkattan tanggap bencana para kader sebagai tim search and rescue. Selanjutnya data-data yang sudah terkumpul dari lapangan selanjutnya dikaji secara mendalam menggunakan teori-teori dan konsep-konsep dari beberapa ahli pendidikan yang dikemukakan pada kajian teori untuk kemudia disimpulkan dan diberikan rekomendasi pada pihak-pihak yang terkait agar bisa dipakai sebagai bahan masukan dalam melaksanakan kegiatan organisasi mereka untuk lebih produktif, efektif, dan efisien.

3. Tahapan Memperoleh Kredibilitas Penelitan

Semua data-data yang telah diperoleh dari lapangan dan dikumpulkan selama penelitian berlangsung, sebelum melakukan analisis peneliti akan menguji kredibilitas datanya terlebih dahulu, adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peneliti untuk menguji kredibilitas data tersebut meliputi:

a. Member Check

Kegiatan ini merupakan tahap seleksi dan penafsiran sebuah data. Setiap data yang diperoleh selalu dilakukan cek ulang dan diteliti kembali kepada sumber aslinya, yaitu informan penelitian. Selanjutnya data yang sudah dicek, akan diolah dan ditafsirkan. Kegiatan ini dilakukan selama penelitian berlangsung sampai penelitian ini dianggap selesai.

b. Triangulasi Data

(30)

kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data (Sugiyono, 2010, hlm. 330).

Sugiyono (2010, hlm 330) menambahkan bahwa triangulasi data berarti peneliti menggunakan banyak sumber data yang berbeda-beda. Peneliti menggunakan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk sumber data yang berbeda. Peneliti menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan wawancara lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbada.

c. Kerahasiaan

Kegiatan ini dilakukan untuk menjamin kerahasiaan semua informasi yang diberikan oleh informan penelitian, diupayakan hanya diketahui oleh peneliti. Data atau informasi yang diberikan oleh seorang informan tidak diperlihatkan kepada responden lainnya. Kerahasiaan yang dimaksud dalam penelitian ini lebih bersifat pribadi, artinya hal-hal yang menyangkut masalah-masalah pribadi responden yang terungkap dalam penelitian ini hanya akan diketahui oleh peneliti saja.

4. Tahapan Pelaporan

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dalam penulisan tesis ini, sebelum tesis ini dapat dijadikan rujukan bagi penelitian berikutnya, maka terlebih dahulu draft tesis ini dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Masukan-masukan dan saran perbaikan dari dosen pembimbing sangat bermanfaat untuk menyempurnakan draft tesis ini. Setelah draft tesis ini dirasakan oleh dosen pembimbing layak untuk mengikuti sidang, maka peneliti diperbolehkan untuk mengikuti sidang tahap satu dan sidang tahap dua, setelah dinyatakan lulus maka tesis ini pun akan dipublikasikan dalam jurnal dan dijadikan acuan bagi penelitian selanjutnya yang memiliki topik yang sama.

E. Triangulasi Data

(31)

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003, hlm. 115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif. Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Menurutnya, triangulasi meliputi empat hal, yaitu:

1) Triangulasi metode, dilakukan dengan cara membandingkan informasi atau

data dengan cara yang berdeda. Sebagaimana dikenal, dalam penelitian

kualitatif peneliti menggunakan metode wawancara, obervasi, dan survei.

Untuk memperoleh kebenaran informasi yang handal dan gambaran yang

utuh mengenai informasi tertentu, peneliti bisa menggunakan metode

wawancara bebas dan wawancara terstruktur. Atau, peneliti menggunakan

wawancara dan obervasi atau pengamatan untuk mengecek kebenarannya.

Selain itu, peneliti juga bisa menggunakan informan yang berbeda untuk

mengecek kebenaran informasi tersebut. Melalui berbagai perspektif atau

pandangan diharapkan diperoleh hasil yang mendekati kebenaran. Karena itu,

triangulasi tahap ini dilakukan jika data atau informasi yang diperoleh dari

subjek atau informan penelitian diragukan kebenarannya. Dengan demikian,

jika data itu sudah jelas, misalnya berupa teks atau naskah/transkrip film,

novel dan sejenisnya, triangulasi tidak perlu dilakukan. Namun demikian,

triangulasi aspek lainnya tetap dilakukan.

2) Triangulasi antar-peneliti, dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari

satu orang dalam pengumpulan dan analisis data. Teknik ini diakui

memperkaya khasanah pengetahuan mengenai informasi yang digali dari

subjek penelitian. Tetapi perlu diperhatikan bahwa orang yang diajak

menggali data itu harus yang telah memiliki pengalaman penelitian

dan bebas dari konflik kepentingan agar tidak justru merugikan peneliti dan

melahirkan bias baru dari triangulasi.

3) Triangulasi sumber data, adalah menggali kebenaran informai tertentu

(32)

wawancara dan observasi, peneliti bisa menggunakan observasi terlibat

(participant obervation), dokumen tertulis, arsif, dokumen sejarah, catatan

resmi, catatan atau tulisan pribadi dan gambar atau foto. Tentu

masing-masing cara itu akan menghasilkan bukti atau data yang berbeda, yang

selanjutnya akan memberikan pandangan (insights) yang berbeda pula

mengenai fenomena yang diteliti. Berbagai pandangan itu akan melahirkan

keluasan pengetahuan untuk memperoleh kebenaran handal.

4) Terakhir adalah triangulasi teori. Hasil akhir penelitian kualitatif berupa

sebuah rumusan informasi atau thesis statement. Informasi tersebut

selanjutnya dibandingkan dengan perspektif teori yang televan untuk

menghindari bias individual peneliti atas temuan atau kesimpulan yang

dihasilkan. Selain itu, triangulasi teori dapat meningkatkan kedalaman

pemahaman asalkan peneliti mampu menggali pengetahuan teoretik secara

mendalam atas hasil analisis data yang telah diperoleh. Diakui tahap ini

paling sulit sebab peneliti dituntut memiliki expert judgement ketika

membandingkan temuannya dengan perspektif tertentu, lebih-lebih

jika perbandingannya menunjukkan hasil yang jauh berbeda.

Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut peneliti menggunakan triangulasi sumber data yang dilakukan langsung pada pengurus, kader, serta masyarakat pengguna jasa (user), data yang dikumpulkan melalui teknik triangulasi ini meliputi; (1) perencanaan pelatihan; (2) pengorganiasian pelatihan; (3) pelaksanaan pelatihan; (4) pengendalian pelatihan; dan (5) dampak pelatihan program rescue yang meliputi, perubahan serta peningkatan pengetahuan, perilaku, dan sikap yang ditandai dengan berubahnya pengetahuan, berpikir kritis, dan meningkatnya keterampilan (Head), kegiatan mengedukasi dengan memanfaatkan pengetahuan yang dimiliki oleh kader kepada masyarakat di daerah rawan terjadi bencana (Hand), peningkatan partisipasi para kader dalam kegiatan sosial dan atau kemanusiaan (Heart), dan kemampuan untuk hidup sehat dan bersih (Health).

(33)

yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3) Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4) Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. F. Analisis Data

Analisis data menurut (Creswell, 2014, hlm. 274) merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian. Maksudnya, analisis data kualitatif bisa saja melibatkan proses pengumpulan data, interpretasi, dan pelaporan hasil secara serentak dan bersama-sama.

Analisis data melibatkan pengumpulan data yang terbuka, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan umum, analisis informasi dari partisipan. Model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Miles Huberman (1984, hlm. 21-23) dalam Emzir (2012, hlm. 131), yang digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

(34)

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari càtatan-catatan tertulis di lapangan. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data, berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Sebenarnya bahkan sebelum data benar-benar terkimpul, antisipasi ákan adanya reduksi data sudah tampak waktu penelitinya memutuskan (acapkali tanpa disadari sepenuhnya) kerangka konseptual wilayah penelitian, permasalahan penelitian, dan pendekátan pengumpulan data yang mana yang dipilihnya. Selama pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, rnembuat gugus-gugus, membuat partisi, menulis memo). Reduksi data/proses-transformasi ini berlanjut terus sesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun.

Penyajian data, Alur penting yang kedua dan kegiatan analisis adalah penyajian data. Miles dan Huberman membatasi suatu “penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Béraneka penyajian yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari mulai dari alat pengukur bensin, surat kabar, sampai layar komputer. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan lebih jauh mengailalisis ataukah mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dan penyajian-penyajian tersebut.

Dalam pelaksanaan penelitian Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2010,hlm. 341) yakin bahwa penyajian-penyajian yang lebih balk merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian-penyajian yang dimaksud meliputi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, dengan demikian seorang penganalisis dapat melihat apa yang sedang terjadi, dan menentukan apakah menarik kesimpulan yang benar ataukah terus melangkah melakukan analisis yang menurut saran yang dikiaskan oleh penyajian sebagai sesuatu yang mungkin berguna.

(35)

seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan. penjelasan, konfigurasi-koritigurasi yang mungkin, alur sebab- akibat, dan proposisi. Peneliti yang berkompeten akan menangani kesimpulan-kesimpulan itu dengan longgar, tetap terbuka dan skeptis, tetapi kesimpulan-kesimpulan sudah disediakan, mula-mula belum jelas, namun dengan meminjam istilah kiasik dan Glaser dan Strauss (1967) kemudian meningkat menjadi lebih rinci dan mengakar dengan kokoh. Kesimpulan-kesimpulan “final” mungkin tidak muncul sampai pengumpulan data berakhir, tergantung pada besarnya kumpulan -kumpulan catatan lapangan, pengkodeannya, penyimpanan, dan metode pencarian ulang yang digunakan, kecakapan peneliti, dan tuntutan-tuntutan pemberi dana, tetapi seringkali kesimpulan itu telah dirumuskan sebelumnya sejak awal, sekalipun seorang peneliti menyatakan telah melanjutkannya “secara induktif”.

Penarikan kesimpulan, dalam pandangan Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2010,hlm. 341), hanyalah sebagian dan satu kegiatan dan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan, atau mungkin menjadi begitu seksama dan memakan tenaga dengan peninjauan kembali serta tukar pikiran di antara teman sejawat untuk

mengembangkan “kesepakatan intersubjektif,” atau juga upaya-upaya yang luas

untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dan data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakañ validitasnya. Jika tidak demikian, yang dimiliki adalah cita-citá yang menarik mengenai sesuatu yang terjadi dan yang tidak jelas kebenaran dan kegunaannya.

Gambar 3.2

(36)

Menurut Diagram hubungan antar komponen model interaktif, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus-menerus. Masalah reduksi data penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul.

Proses seperti tersebut sesungguhnya tidak lebih rumit, berbicara secara konseptual, daripada jenis-jenis analisis yang digunakan oleh para peneliti kuantitatif. Peneliti kualitatif pun harus terpaku perhatiannya pada reduksi data (menghitung mean, standar deviasi, indeks), penyajian data (tabel korelasi, cetakan angka-angka regresi), dan penarikan kesimpulan/verifikasi (derajat signifikansi, perbedaan eksperimental/ kontrot). Soalnya ialah bahwa kegiatan itu dilakukan melalui batasan-batasan yang jelas, metode yang sudah dikenal, patokan-patokan yang memberi pedoman, dan kegiatannya lebih berupa peristiwa berturutan jika dibandingkan dengan kegiatan yang berulang atau siklus. Di sisi lain, para peneliti kualitatif nenempati posisi yang lebih bersifat longgar, dan juga lebih bersifat perintis.

G. Definisi Operasional 1. Dampak

Dampak adalah benturan, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif maupun positif) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008, hlm. 290). Dampak dalam penelitian ini merujuk pada dua pendapat yaitu dari Sudjana (2010, hlm.35) dan Pat Hendrick (1998), dua ahli ini mengungkapkan tentang dampak (outcomes) yang dicapai oleh lulusan atau warga belajar setelah mengikuti program kecakapan hidup (Life Skill).

(37)

dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, seperti buah pikiran, tenaga, harta benda, dan dana.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa dampak (outcomes) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang didapat para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta mencakup; (1) perubahan taraf hidup yang ditandai dengan perolehan pekerjaan atau berwirausaha, perolehan atau peningkatan pendapatan, kesehatan, dan penampilan diri; (2) kegiatan membelajarkan orang lain atau mengikutsertakan orang lain dalam memanfaatkan hasil belajar yang telah ia miliki; (3) peningkatan partisipasi dalam kegiatan sosial dan pembangunan masyarakat, seperti buah pikiran, tenaga, harta benda, dan dana.

2. Program

Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai:

a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai.

b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan.

c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan.

e. Strategi pelaksanaan.

Melalui program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.

A programme is collection of interrelated project designed to harmonize

and integrated various action an activities for achieving averral policy

abjectives” (suatu program adalah kumpulan proyek-proyek yang

berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.

(38)

dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996, hlm. 295).

3. Pelatihan Program Rescue

Pelatihan program rescue yang dilakukan oleh Jakarta Rescue kepada anggotanya maupun lembaga lain dan masyarakat umum adalah kegiatan kemanusiaan yang dijiwai falsafah Pancasila dan merupakan kewajiban bagi setiap Warga Negara Indonesia untuk meningkatkan kesiapsiagaan. Menurut Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Kegiatan tersebut meliputi segala upaya dan usaha pencarian, pemberian pertolongan, dan penyelamatan jiwa manusia dan harta benda yang bernilai dari segala bencana karena faktor alam dan nonalam. Kata rescue sendiri mempunyai arti untuk membebaskan atau memberikan dari setiap kurungan, kekerasan, bahaya, atau kejahatan ; untuk membebaskan dari menahan diri yang sebenarnya ; untuk menghapus atau menarik diri dari keadaan paparan kejahatan; sebagai , untuk menyelamatkan seorang tahanan dari musuh ; untuk menyelamatkan pelaut dari kehancuran. Dengan demikian Tim Search and Rescue dapat diartikan kelompok yang melakukan pencegahan dan penyelamatan kepada masyarakat yang tinggal di daerah bencana atau di daerah yang sudah terjadi bencana.

Melihat kondisi DKI Jakarta sekarang ini yang semakin padat, mulai dari jumlah penduduknya, bangunan baik itu tempat tinggal, perkantoran, maupun tempat bisnis yang saling berdekatan sehingga rawan kebakaran dan kebanyakan dari bangunan tersebut tidak dirancang untuk tahan gempa sehingga diperlukan penanganan yang baik untuk mengantisipasinya. Ditambah lagi dengan menumpuknya sampah di bantaran sungai sehingga rawan terjadinya banjir apabila hujan turun dengan deras.

(39)

khususnya di DKI Jakarta sehingga memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan untuk melakukan aksi antisipasi, penyelamatan, dan penanggulangan bencana kepada masyarakat sehingga meminimalisir terjadinya korban jiwa.

4. Pelatihan

Banyak ahli berpendapat tentang arti, tujuan dan manfaat pelatihan. Namun dari berbagai pendapat tersebut pada prinsipnya tidak jauh berbeda. Sikula dalam Sumantri (2000, hlm. 2) mendefinisikan pelatihan sebagai: “proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan cara dan prosedur yang sistematis dan terorganisir. Para peserta pelatihan akan mempelajari pengetahuan dan

keterampilan yang sifatnya praktis untuk tujuan tertentu”. Senada dengan apa

yang dikatakan Sastrodipoero (2006, hlm. 122) dalam Mustofa Kamil (2012, hlm. 152) memberikan definisi tentang pelatihan adalah

Salah satu jenis proses pembelajaran untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pengembangan sumber daya manusia, yang berlaku dalam waktu yang relatif singkat dengan merode yang lebih mengutamakan praktik daripada teori.

Menurut Good, 1973 pelatihan adalah suatu proses membantu orang lain dalam memperoleh skill dan pengetahuan (M. Saleh Marzuki, 1992 : 5). Sedangkan Michael J. Jucius dalam Moekijat (1991 : 2) menjelaskan istilah latihan untuk menunjukkan setiap proses untuk mengembangkan bakat, keterampilan dan kemampuan pegawai guna menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan tertentu.

5. Tanggap Bencana

(40)

6. Pendidikan Nonformal

Pendidikan Nonformal merupakan salah satu dari tiga jenis pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Suatu aktivitas dapat dikatakan sebagai pendidikan luar sekolah apabila diselenggarakan dan dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat (life-long education).

(41)

Risa Santosa, 2015

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui peningkatan terhadap tanggap bencana para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta sebagai tim search and rescue telah menghasilkan dampak yang positive bagi para kader dalam melaksanakan kegiatan sosial dan kemanusiaan di masyarakat yang membutuhkan sebagai tanggunjawab mereka sebagai mahasiswa untuk melaksanakan Tri Dharma Pergutuan Tinggi yang salah satu poinnya adalah melakukan pemberdayaan masyarakat. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kegiatan pelatihan program rescue mampu meningkatkan keterampilan serta kinerja para kader Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta dalam kegiatan tanggap bencana sebagai tim search and rescue dengan memberikan materi yang berhubungan langsung dengan kondisi nyata dilapangan, seperti mengajarkan pengorganisasian situasi bencana, tugas seorang rescuer dan relawan, yang diajarkan dalam materi SKPL (Sistem Komando Pengendala Lapangan).

(42)

Risa Santosa, 2015

B. Rekomendasi

Adapun saran-saran yang dapat menjadi upaya perbaikan kedepannya bagi Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta adalah sebagai berikut:

1. Perlunya kesolidan antara para Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta pengurus untuk menjalankan kegiatan tanggap bencana yang akan dilakukan.

2. Perlunya dukungan penuh dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta baik moril dan materi, karena organisasi Crisis Center Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta ini masih dikelola secara swadaya sendiri antara pengurus dan kader. 3. Perbaiki sistem kaderisasi agar tidak terpotong untuk generasi kader berikutnya.

4. Perbanyak sosialisasi kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta agar kegiatan pelatihan program rescue bisa dirasakan manfaatnya, dan juga baik untuk memperbanyak anggota dan mendapatkan calon kader yang punya kreadibilitas dan konsisten dalam melaksanakan tugasnya sebagai tim search and rescue.

5. Perbanyak menjaring mitra baik dari masyarakat, Lembaga ORNOP, dan Lembaga pemerintah yang berfokus pada kebencanaan/Search and Rescue.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar. (2006). Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education). Bandung: Alfabeta. Arikunto, Suharsimi. (1996). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek , Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. Safruddin Abdul Jabar, Cepi. (2009). Evaluasi Program Pendidikan, Pedoman Teoritis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Atmodiwiryo, Soebagio. (2002). Manajemen Pelatihan, Jakarta: PT Ardadizya Jaya.

Creswell, W. John. (2014). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Coombs Philips, H. & Ahmed, Manzoor. (1974). Attacking Rural Poverty: How Nonformal Education Can Help. The John Hopkins University Press: Baltimore.

Denzin, Norman K. & Yvonna S. Lincoln. 2009. Handbook of Qualitative Research. Terjemahan oleh Dariyanto dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Departemen Pendidikan Nasional. (1991). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 Tahun 1991 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

---. (2002). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Melalui Pendekatan Broad Based Education (BBE) Dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

---. (2003). Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

---. (2004). Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup Pendidikan Nonformal. Bagian Proyek Life Skills Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

(44)

Hamalik, Oemar. (2000). Manajemen Pelatihan Ketenagakerjaan. Jakarta: Bumi Akasara Handbook, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. (2007). Bagian 2: Ilmu Pendidikan Praktis.

Jakarta: Grasindo.

Handoko, T. Hani. (2001). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: BPFE.

Kamil, Mustofa. (2001). Model Pendidikan dan Pelatihan: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Alfabeta.

Knowles, Malcolm, S. et al, (2005). The Adult Learner: The Definitive Classic in Adult Education and Human Resource Development (6 Edition). United States of America (USA): Elsevier.

Lukman Syamsuddin. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep, Aplikasi Dalam Perencanaan, Pengawasan, Dan Pengambilan Keputusan. Jakarta Utara: PT. RajaGrafindo Persada.

Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu. (2008). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Rosda.

M. Soedomo. (2000). Pendidikan Luar Sekolah ke Arah Pengembangan Sistem Belajar Masyarakat, Jakarta: Departemen pendidikan dan kebudayaan Direktorat Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan.

M Ngalim Purwanto. (2006). Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosda Karya.

Moekijat. (1993). Evaluasi Pelatihan, Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas (Perusahaan). Bandung: Mandar Maju.

Moeliono, Ilya dkk. (2003). Menyelesaikan konflik secara partisipatif, Bandung: Studio Driya Media Perss.

Moloeng, J. (2011). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.

(45)

Saleh, Marzuki, M. (1992). Strategi dan Model Pelatihan, Suatu Pengetahuan Dasar Bagi Instruktur dan Pengelola Lembaga Pelatihan, Kursus, dan Penataran. Malang: IKIP Malang.

Siagian, Sondang. P. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. Simamora, Henry. (2000). Manajeman Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE YKPN. Sudjana, H.D. (2004). Pendidikan Non Formal, Bandung: Falah Production.

___________. (2007). Sistem dan Manajemen Pelatihan Teori dan Aplikasi: untuk Pelatihan pada Instansi Pemerintah, Perusahaan, Lembaga Swasta, dan Organisasi Kemasyarakatan. Bandung: Falah Production.

___________. (2010). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.

___________. (2010). Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Production.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Gambar

Gambar 1.1 Statistik Bencana Banjir Jakarta (BPBD DKI Jakarta)
Tabel III. 1 Informan Penelitian
Gambar 3.1 Komponen dan Analisis Data (
Gambar 3.2 Komponen-komponen Analisis Data (Interactive Model)

Referensi

Dokumen terkait

Pendekatan strategis untuk  perencanaan wisata berdasar pada komunitas yang berkelanjutan memerlukan:. • Koordinasi dengan badan-badan legislatif dan politik di tingkat lokal

Dengan apa yang telah peneliti uji tentang Perbandingan Nyala efektif dan temperatur antara potongan bambu dan jerami pada proses gasifikasi dengan isolator glass

Faktor- faktor Muhammadiyah diterima di masyarakat Minangkabau adalah karena H.Abdul Karim Amrullah dan pendiri Muhammadiyah K.H.Ahmad Dahlan merupakan sama- sama murid dari Syekh

Penelitian ini mengangkat fenomena yang terjadi dalam masyarakat karena diberlakukannya pemekaran wilayah kelurahan Kutowinangun Salatiga sesuai dengan Peraturan Daerah Kota

Ekstrak kloroform yang telah diperoleh kemudian di kromatografi lapis tipis (KLT) untuk mencari perbandingan eluen yang sesuai dan pemisahan senyawa yang

Kecamatan Kelam Pennai Kabupaten Sintang disimpulkan: Pelaksanaan tugas kepala sekolah dalam penyaluran beasiswa bagi siswa miskin jenjang sekolah dasar sudah beIjalan dengan baik,

Bill Of Capacity (BOC) atau perancangan kapasitas adalah metode Rough Cut atau perencanaan kasar yang memberikan langsung banyak jaringan antara tiap produk akhir ke dalam

Metode Goal Directed Design dikembangkan oleh Alan Cooper, konsep dari Goal Directed Design adalah menekankan tujuan pengguna dalam mendesain sebuah antarmuka,