PERBEDAAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN KELAS GURU S-1 UPI
DAN YANG SEDANG MENGIKUTI KUALIFIKASI AKADEMIK
PROGRAM DUAL MODE DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI DI BELITUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi
Oleh
IKI AFRIANDA
0901895
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA
FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
PERBEDAAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN KELAS GURU S-1 UPI
DAN YANG SEDANG MENGIKUTI KUALIFIKASI AKADEMIK
PROGRAM DUAL MODE DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI DI BELITUNG
Oleh:
IKI AFRIANDA
Sebuah Skripsi yang Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
© Iki Afrianda 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Januari 2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
ABSTRAK
Iki Afrianda. Judul : Perbedaan Kemampuan Pengelolaan Kelas Guru S-1 UPI Dan Yang Sedang Mengikuti Kualifikasi Akademik Program Dual Mode Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Belitung. Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. FPOK UPI. Pembimbing I : Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd. Pembimbing II : Dra. Hj Oom Rohmah, M. Pd.
Pada dasarnya permasalahan dalam penelitian ini dilatar belakangi dengan ingin diungkapkannya kemampuan guru pendidikan jasmani yang sedang mengikuti kualifikasi akademik dengan berlatar pendidikan yang belum sarjana dalam proses pengelolaan kelas pada pembelajaran pendidikan jasmani di Kabupaten Belitung. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pengelolaan kelas antara guru pendidikan jasmani yang sedang mengikuti kualifikasi akademik dengan yang sudah berlatar pendidikan sarjana. Metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian diskriptif. Sampel yang terdapat pada penelitian ini yaitu 10 guru pendidikan jasmani tingkat sekolah dasar dengan latar pendidikan sarjana dan 10 guru pendidikan jasmani tingkat sekolah dasar yang sedang mengikuti kualifikasi akademik dengan latar pendidikan yang belum sarjana. Instrumen penelitian yang digunakan berupa angket dengan jenis angket tertutup yang berisikan tentang aspek-aspek kemampuan pengelolaan kelas. Teknik pengelolaan dan analisis data dengan menggunakan uji-t. Hasil dari pengolahan data melalui uji-t tersebut diperoleh thitung = 0.454. selanjutnya nilai dari thitung tersebut dikonsultasikan dengan nilai ttabel yaitu n = 20, taraf kesalahan α = 0.05 maka diperoleh nilai ttabel = 1.73. Berdasarkan hasil analisis data tersebut, dapat diketahui bahwa kemampuan pengelolaan kelas guru pendidikan jasmani yang sedang mengikuti kualifikasi akademik memiliki kemampuan pengelolaan kelas yang setara dengan guru pendidikan jasmani yang sudah berlatar pendidikan sarjana. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan pengelolaan kelas guru yang sudah S-1 UPI dan yang sedang mengikuti kualifikasi akademik dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Belitung.
Name :Iki Afrianda
Programme : Physical Education of Health and RecreationDepartment
Faculty : Faculty of Sport and Health Education
University : Indonesia University of Education
Main Supervisor : Dra. Hj. Mimin Karmini, M.Pd.
Co. Supervisor : Dra. Hj. Oom Rohmah, M.Pd.
ABSTRACT
This research entitled, “The Difference in Management Class Ability of UPI’s
graduation and the Physical Education Teacher whom still Following Academic Qualification in Dual Mode Programme of Physical Education Learning in
Belitung,” which is the issue of the research to identify the ability of physical
education teacher who is undergraduate yet and the physical education teacher whom still following the academic qualification in the class management process of Physical Education in Belitung. The aims of the research to explore whether there are differences between the physical education teacher whom still following academic qualification and physical education teacher who has been graduated in terms of manage the class systems and this research applies descriptive qualitative method. The sample of this research is 10 teachers of elementary school degree who has been graduated and 10 teachers of elementary school degree whom still following academic qualification and undergraduate yet. The data source of this research taken from questionnaires in the form of closed-type questionnaires that contains the ability of management classroom aspects. The data are analyzed by applying t-test. The result of data analysis based on t-test is 0.454 was obtained. In addition, the value of the t-test with t-table is obtained n=20 and the error level α = 0.05, so the result of t-table is 1.73. Based on the result of data analysis, it can be seen that the ability of physical education teacher whom still following academic qualification in terms of manage the class systems as well as the physical education teacher who has been graduated. As a result, it can be concluded that there is no difference in management class ability between the
physical education teacher from UPI’s graduation and the physical education
teacher whom still following academic qualification of physical education learning in Belitung.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.
UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... Error! Bookmark not defined.
BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined.
B.Identifikasi Masalah ... Error! Bookmark not defined.
C. Batasan dan Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
1. Batasan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
2. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined.
D. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
E. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Manfaat Teoretis ... Error! Bookmark not defined.
2. Manfaat Praktis ... Error! Bookmark not defined.
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Hakekat Pengelolaan Kelas ... Error! Bookmark not defined.
1. Definisi Pengelolaan kelas ... Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan Pengelolaan Kelas ... Error! Bookmark not defined.
3. Kegiatan Pengelolaan Kelas ... Error! Bookmark not defined.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Pengelolaan Kelas ... Error! Bookmark not defined.
5. Aspek, Fungsi dan Masalah Pengelolaan Kelas .... Error! Bookmark not defined.
6. Usaha Pencegahan Masalah Dalam Pengelolaan KelasError! Bookmark not defined.
7. Pendekatan Dalam Pengelolaan Kelas .... Error! Bookmark not defined.
1. Definisi Guru ... Error! Bookmark not defined.
2. Tugas Guru ... Error! Bookmark not defined.
3. Kompetensi Guru ... Error! Bookmark not defined.
4. Kompetensi Guru Pendidikan jasmani.... Error! Bookmark not defined.
C. Hakekat Pendidikan Jasmani ... Error! Bookmark not defined.
1. Definisi Pendidikan Jasmani ... Error! Bookmark not defined.
2. Tujuan Pendidikan Jasmani ... Error! Bookmark not defined.
3. Pentingnya Pendidikan Jasmani ... Error! Bookmark not defined.
D. Hipotesis Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.
B. Teknik Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.
C. Populasi dan Sampel ... Error! Bookmark not defined.
D. Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Spesifikasi data ... Error! Bookmark not defined.
2. Penyusunan Angket ... Error! Bookmark not defined.
3. Uji Coba Angket ... Error! Bookmark not defined.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.
A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.
1. Uji Normalitas ... Error! Bookmark not defined.
2. Uji Homogenitas ... Error! Bookmark not defined.
3. Uji Signifikan ... Error! Bookmark not defined.
B. Diskusi Penemuan ... Error! Bookmark not defined.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... Error! Bookmark not defined.
A. Kesimpulan ... Error! Bookmark not defined.
B. Saran-saran ... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakangMasalah
Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Karena, pendidikan tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia melainkan mengembangkan keseluruhan potensi yang dimiliki
oleh seorang manusia. Melalui pendidikan, manusia akan memperoleh
pengetahuan, informasi, dan wawasan serta peningkatan keterampilan dan
kemampuan dalam mengembangkan potensi diri untuk menjadi manusia
seutuhnya. Sebagaimana dinyatakan Karl Japers (Tatang, 2009:20) bahwa “to be a man is to become a man” / ada sebagai manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan, 1973). Adapun manusia akan menjadi manusia hanya melalui pendidikan.
Implikasinya maka pendidikan tiada lain adalah humanisasi (upaya
memanusiakan manusia).
Didalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun
2003, disebutkan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Dengan demikian, usaha untuk mewujudkan pembentukan seorang
individu menjadi individu seutuhnya ialah tidak telepas dari peran pentingnya
pendidikan. Sebagai sebuah institusi penyelenggara pendidikan, setiap sekolah
harus mampu memberikan pelayanan pendidikan yang maksimal dan optimal.
Agar tujuan dari pendidikan nasional dapat dengan mudah terealisasikan. Seperti
contohnya, baik itu berupa pendidikan yang berkualitas maupun bermutunya suatu
2
menjadi sentral dalam peningkatan kemampuan dan keterampilan seorang
individu.
Dari banyaknya mata pelajaran yang diberikan, salah satu diantaranya
ialah mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Pendidikan
jasmani merupakan pendidikan melalui fisikal. Menurut Abduljabar (2009:6) menyatakan bahwa “pendidikan melalui fisikal adalah pendidikan melalui aktivitas fisik (aktivitas jasmani), tujuannya mencakup semua aspek
perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental dan sosial siswa.”
Selanjutnya menurut A.Baley dan David A.Field (dalam Abduljabar, 2009:7)
menekankan bahwa pendidikan fisikal yang dimaksud adalah aktivitas jasmani
yang membutuhkan upaya yang sungguh-sungguh. Lebih lanjut kedua ahli ini
menyebutkan bahwa:
Pendidikan jasmani adalah suatu proses terjadinya adaptasi dan pembelajaran secara organik, neuromuscular, intelektual, sosial, kultural, emosional, dan estetika yang dihasilkan dari proses pemilihan berbagai aktivitas jasmani.
Dengan demikian, pengertian pendidikan jasmani dapat dikategorikan
kedalam tiga kelompok bagian yaitu (Abduljabar, 2009):
1. Pendidikan jasmani dilaksanakan melalui media Fisikal, yaitu: beberapa aktivitas fisikal atau beberapa tipe gerakan tubuh.
2. Aktivitas jasmani meskipun tidak selalu, tetapi secara umum mencakup berbagai aktivitas gross motorik dan keterampilan yang tidak selalu harus didapat perbedaan yang mencolok
3. Meskipun para siswa mendapat keuntungan dari proses aktivitas fisikal, non-fisikal pun bisa diraih seperti: perkembangan intelektual, sosial, dan estetika, seperti juga perkembangan kognitif dan afektif.
Dalam konteks pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di
sekolah. Terdapat berbagai faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas dari
proses pelaksanaan tersebut yaitu terletak pada unsur-unsur dinamis yang terdapat pada sekolah itu dan lingkungannya. Menurut Yudha (2010) “unsur-unsur yang ada didalamnya adalah guru, kepala sekolah dan fasilitas pendukung PBM.” Salah satu unsur yang memiliki pengaruh dalam menentukan keberhasilan belajar
3
pembelajaran. Keberhasilan seorang siswa dalam belajar ialah tidak terlepas dari
peran seorang guru dalam memilih metode dan strategi pembelajaran serta dalam
menyiapkan fasilitas pendukung dalam kegiatan proses belajar mengajar. Maka,
kontribusi dalam mewujudkan peningkatan kualitas dari proses pembelajaran
pendidikan jasmani di sekolah ialah diperlukannya tenaga guru yang profesional
atau ahli di bidangnya yang telah menguasai kualitas ilmu dan konsep pendidikan
jasmani. Sehingga tujuan dari proses pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai
dengan baik kepada siswa.
Kualitas pengajaran dari seorang guru sangat bergantung terhadap
profesionalitas dan kompetensi yang dimilikinya. Salah satu dari sejumlah
tuntutan persyaratan minimal bagi seorang guru yang profesional ialah memiliki
kualifikasi pendidikan profesi yang memadai. Artinya, guru tersebut memiliki
latar kependidikan sarjana atau S-1 yang diperoleh melalui program pendidikan
tinggi sarjana atau diploma empat. Dikarenakan, pengakuan tentang guru dan
dosen sebagai tenaga profesional akan diberikan manakalah telah memiliki antara
lain kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik yang dipersyaratkan
(pasal 8). Sementara itu, salah satu dari sepuluh kompetensi yang harus dimiliki
oleh seorang guru ialah mengenai pengelolaan kelas. Menurut Kunandar (2007:84) yang menyatakan bahwa “kegiatan pengelolaan kelas merupakan suatu kegiatan yang erat hubungannya dengan pengajaran dan salah satu prasyarat untuk terciptanya proses belajar mengajar yang efektif.” Untuk itu keterampilan pengelolaan kelas bagi guru adalah suatu tuntutan. Maka, sudah sangat selayaknya
seorang guru harus memenuhi kompetensi dan profesionalitas tersebut. Sebab, seperti yang diungkapakan oleh Usman (2011:9) yaitu “guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal.”
4
mendapatkan kesulitan dalam melakukan pengelolaan pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan dengan tidak memadainya kualifikasi pendidikan yang dimiliki oleh
guru tersebut. Dengan kata lain bahwa guru tersebut memiliki latar kependidikan
yang rendah.
Permasalahan rendahnya latar kependidikan seorang guru merupakan
fakta persoalaan saat ini. Pernyataan tersebut didasari dari sebuah informasi yang
penulis temukan dari sebuah media surat kabar yaitu “Pos Belitung” edisi 24 april
tahun 2010 yang melaporkan bahwa ada 100 guru pendidikan olahraga sekolah
dasar dengan latar belakang pendidikan yang berbeda mengikuti peningkatan
kualifikasi guru, yaitu terdiri dari 49 orang dengan pendidikan D-2 dan 51 orang
dengan pendidikan SGO, yang berkerja sama dengan Universitas Pendidikan
Indonesia (UPI) Bandung melalui Pendekatan Dual Mode. Dual Mode ini
bertujuan untuk mendukung upaya percepatan peningkatan kualifikasi akademik
bagi guru PAUD, SD, SMP, SMA dan sederajat sesuai dengan yang
dipersyaratkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen, dan Permendiknas No. 58 tahun 2009.
Dari sumber diatas, menunjukan bahwa betapa minimnya tenaga guru
pendidikan jasmani dengan latar pendidikan sarjana. Kondisi seperti ini jelas
menjadi sebuah permasalah dan kendala dalam peningkataan mutu dan kualitas
dari pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah, karena tidak ditunjang oleh
tenaga guru yang profesional dibidangnya. Sehingga, kualitas dan mutu dari
pembelajaran pendidikan jasmani khususnya di daerah Belitung sangat
dipertanyakan sekali dengan rendahnya latar kependidikan seorang guru.
Permasalahan inilah yang menjadi dasar dalam penelitian penulis.
Penulis bermaksud ingin mengetahui perbedaan kemampuan pengelolaan kelas
antara guru dengan latar pendidikan sarjana dan yang sedang mengikuti
kualifikasi akademik dalam pembelajaran pendidikan jasmani di daerah Belitung.
Karena, Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan bahwa adanya perbedaan
kemampuan antara seorang guru yang memiliki kompetensi dan profesionalisme
yang baik dengan seorang guruberlatar kependidikan yang belum memenuhi
5
kemampuan seorang guru dalam menciptakan susana atau kondisi belajar
mengajar atau pengelolaan kelas dalam terciptanya proses belajar yang efektif
dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Maka penulis mengambil judul
penelitian yaitu “PERBEDAAN KEMAMPUAN PENGELOLAAN KELAS
GURU S-1 UPI DAN YANG SEDANG MENGIKUTI KUALIFIKASI
AKADEMIK PROGRAM DUAL MODEDALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN JASMANI DI BELITUNG.”
B. IdentifikasiMasalah
Berdasarkan dari latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka
penulis memiliki identifikasi masalah yaitu berupa:
1. Latar belakang kependidikan guru pendidikan jasmani di daerah Belitung
belum memenuhi tingkat profesionalitas.
2. Guru pendidikan jasmani di daerah Belitung belum memiliki kemampuan
pengelolaan kelas yang baik.
C. BatasandanRumusanMasalah
1. BatasanMasalah
Dalam bagian ini akan diuraikan batasan masalah penelitian, penulis
membatasi masalah penelitian pada hal-hal berikut ini.
a. Penelitian ini difokuskan pada guru pendidikan jasmani yang telah
memperoleh gelar S-1 UPI dan yang sedang mengikuti kualifikasi akademik
di daerah Belitung pada tingkatan Sekolah Dasar (SD).
b. Aspek yang diteliti ialah tentang kemampuan pengelolaan kelas dalam
pembelajaran pendidikan jasmani.
2. RumusanMasalah
Berdasarkan dari masalah di atas, maka masalah penelitian ini dapat
6
a. Apakah terdapat perbedaan kemampuan pengelolaan kelas guru yang sudah
S-1 UPI dengan yang sedang mengikuti program kualifikasi akademik dalam
proses pembelajaran pendidikan jasmani di Belitung?
D. TujuanPenelitian
Dalam bagian ini akan diuraikan mengenai tujuan penelitian, adapun
uraiannya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan pengelolaan kelas
antara guru yang sudah S-1 UPI dengan yang sedang mengikuti kualifikasi
akademik dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Belitung.
E. ManfaatPenelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dan
manfaat praktis. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.
1. ManfaatTeoretis
Sebagai sumber referensi tentang gambaran umum terhadap kemampuan
mengajar guru-guru pendidikan jasmani di daerah Belitung.
2. ManfaatPraktis
a. Sebagai bahan masukan untuk menambah wawasan keilmuan bagi guru
pendidikan jasmani yang sudah S-1 UPI dengan yang sedang mengikuti
kualifikasi akademik.
b. Menjadi bahan tolak ukur terhadap kemampuan guru yang berlatar
kependidikan S-1 UPI dengan yang sedang mengikuti kualifikasi akademik di
daerah Belitung.
c. Bagi kepala sekolah, dapat meningkatkan mutu dalam melaksanakan proses
belajar mengajar pendidikan jasmani agar guru memiliki kemampuan yang
39 BAB III
METODE PENELITIAN
A. MetodePenelitian
Penelitian ialah suatu cara ilmiah untuk memecahkan suatu masalah dan
untuk menembus batas-batas ketidaktahuan manusia. Kegiatan penelitian dengan
mengumpulkan dan memproses fakta-fakta yang ada sehingga fakta tersebut dapat
dikomunikasikan oleh peneliti dan hasil-hasilnya dapat dinikmati serta digunakan
untuk kepentingan manusia(Riduwan, 2012:1).
Bagian yang sangat penting dalam pelaksanaan sebuah penelitian ialah
menentukan prosedur atau cara untuk meneliti atau dikenal dengan istilah metode.
Menurut Masyhuri dan Zainudin (2008:151) yang menyatakan bahwa “metode
adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai
langkah-langkah sistematis.” Dalam sebuah penelitian salah satu metode yang
sering digunakan ialah metode deskriptif. Menurut Wirartha (2006:154) yang
menyatakan bahwa “penelitian deskriptif (decriptive research) hanya
menggambarkan dan meringkaskan berbagai kondisi, situasi atau berbagai
variabel.” Sedangkan Menurut Masyhuri dan Zainudin (2008:34) yang
menyatakan bahwa Ciri-ciri penelitian deskriptif, yaitu:
a. Memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena b. Menerangkan hubungan (korelasi)
c. Menguji hipotesis yang diajukan d. Membuat prediksi (forcase) kejadian
e. Memberikan arti atau makna atau implikasi pada suatu masalah yang diteliti. Jadi penelitian diskriptif mempunyai cakupan yang lebih luas.
Metode yang digunakan penulis untuk penelitian ini adalah metode
deskriptif kuantitatif. Mayer dan Greenwood (Silalahi, 2009:27) “membedakan dua jenis deskriptif, yakni deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif.” Metode
40
penjabaran dari hasil penghitungan statistika yang kemudian digambarkan
menjadi kata-kata untuk memperoleh kesimpulan.
Tipe penelitian deskriptif digunakan jika ada pengetahuan atau informasi
tentang gejalah sosial yang akan diselidiki atau dipermasalahkan. Pengetahuan
tersebut diperoleh dari survei literatur, laporan hasil penelitian, atau dari hasil
studi eksplorasi. Melalui pengetahuan dan informasi yang dimiliki tentang gejala
yang diselidiki dan dengan melakukan pengukuran yang cermat atas masalah
tersebut akan dapat dideskripsikan secara jelas dan terperinci tentang apa, siapa,
kapan, dimana, bagaimana dan mengapa dari gejala(Silalahi, 2009).
Maka, melalui penelitian ini penulis ingin mengungkap gejalah sosial
yang akan diselidiki atau dipermasalahkan yaitu berjudul perbedaan kemampuan
pengelolaan kelas guru yang S-1 UPI dan yang sedang mengikuti kualifikasi
akademik dalam pembelajaran pendidikan jasmani di Belitung.
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitiannya ialah para guru
pendidikan jasmani yang telah memiliki latar kependidikan sarjana atau S-1 UPI
dengan yang sedang mengikuti kualifikasi akademik dalam pelaksanaan
pembelajaran pendidikan jasmani di Belitung. Hal yang menjadi fokus
penelitiannya ialah tentang kemampuan pengelolaan kelas yang dimiliki oleh guru
tersebut. Adapun sebagai alat ukur (instrument) penelitian dalam menentukan
kemampuan pengelolaan kelas para guru ialah melalui angket yang berisikan
tentang indikator-indikator terhadap variabel tersebut. Angket tersebut
menggunakan tipe skala pengukuran dalam bentuk skala sikap yang salah satunya
diantaranya ialah skala likert. Dalam Riduwan (2012:12) yang menyatakan bahwa
dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian sub variabel
dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur. Akhirnya
indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk membuat
item instrumen yang berupa pertanyaan yang perlu dijawab oleh responden.
Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pertanyaan atau dukungan sikap yang
diungkap dengan kata-kata. Dalam hal ini alternatif jawabannya yaitu SL = Selalu
41
dilakukan, TP = Tidak Pernah dilakukan. Sebelum angket tersebut diberikan
kepada responden atau sampel dalam penelitian ini, terlebih dahulu angket
tersebut di uji cobakan kepada sampel yang berbeda yaitu kepada guru pendidikan
jasmani yang berlatar kependidikan sarjana untuk mengetahui tingkat validitas
dan reliabilitas dari angket tersebut. Setelah mendapatkan angket yang layak
untuk pengumpulan data, maka selanjutnya angket tersebut akan disebarkan
kepada guru pendidikan jasmani yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Data
dan hasil dari pemberian angket tersebut akan diproses dengan menggunakan
perhitungan statistika untuk menjawab rumusan masalah penelitian.
B. TeknikAnalisis Data
Menurut Sugiyono (2012:147), menyatakan bahwa “dalam penelitian
kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden
atau sumber data lain terkumpul.” Adapun kegiatan dalam analisis data ialah:
1. Mengelompokan data berdasarkan variabel dan jenis responden 2. Mentabulasi data berdasarkan variabel dari seluruh responden 3. Menyajikan data tiap variabel yang diteliti
4. Melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah
5. Melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan
Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan analisis data dibutuhkan
teknik atau cara dalam melaksanakan kegiatan tersebut. teknik analisis data dalam
penelitian kuantitatif dianalisis dengan menggunakan statistika. Dalam penelitian
ini teknik statistik yang digunakan yaitu teknik uji beda melalui uji t dua sampel
bebas. Dikarenakan, penelitian ini bertujuan untuk menguji keadaan yang terdapat
pada satu kelompok dengan kelompok lain. Adapun bentuk-bentuk teknik statistik
yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:
1. Uji Normalitas Data
Dalam Bambang Abduljabar(2010;256) untuk melakukan pengujian
terhadap data penelitian untuk mengetahui data tersebut berdistribusi normal atau
tidak salah satu diantaranya dapat dilakukan dengan uji normalitas liliefors. Uji
42
dengan mengacu pada tabel khusus Liliefors dan juga bisa mengetahui melalui
batas kritis penerimaan dan penolakan hipotesis Adapun langkah-langkah untuk
menyelesaikan analisis uji distribusi normal, yaitu sebagai berikut:
a. Membuat tabel penolong untuk mengurutkan data terkecil sampai terbesar.
Kemudian mencari rata-rata dan simpangan baku
b. Mencari Z skor dan tempatkan pada kolom Zi
c. Mencari luas Zi pada tabel Z
d. Pada kolom F(Zi), untuk luas daerah yang bertanda negatif maka 0.5 –
luas daerah, sedangkan untuk luas daerah negatif maka 0.5 + luas daerah.
e. S(Zi) adalah urutan n dibagi jumlah n
f. Hasil pengurangan F(Zi) – S(Zi) tempatkan pada kolom F(Zi)-S(Zi)
g. Mencari data/nilai yang tinggi, tanpa melihat ( - ) dan ( + ), sebagai nilai
L0
h. Membuat kriteria penerimaan dan penolakan hipotesis:
Jika L0>Ltabel, H0 ditolak dan H1 diterima artinya data tidak
berdistribusi normal
Jika L0<Ltabel, H0 Diterima dan H1 ditolak artinya data
berdistribusi normal.
i. Mencari nilai Ltabel, kemudian membandingkan nilai L0 dengan Ltabel
j. Membuat kesimpulan
2. Menguji Homogenitas dengan Dua Varians
a. Mencari nilai F
�
=
��
2
��
2Keterangan :
F = Nilai Homogenitas varians
Vb2 = Variansi besar
Vk2 = Variansi kecil
43
db1 = n1 – 1
db2 = n2 – 1
c. Menentukan F tabel dengan taraf nyata 0,05
d. Menentukan uji homogenitas dengan kriteria :
Apabila Fhitung< Ftabel, maka kedua variansi homogen
Apabila Fhitung> Ftabel, maka kedua variansi tidak homogen
3. Uji Signifikan
Menurut Akdon & Hadi (Taupiqurohman, 2012:71) tujuan t-test dua
sampel bebas adalah untuk membandingkan (membedakan) apakah kedua sampel
tersebut sama atau berbeda. Gunanya untuk menguji kemampuan generalisasi
signifikan hasil penelitian yang berupa perbandingan keadaan variabel dari dua
rata-rata sampel. Adapun rumus t-test dua sampel bebas adalah sebagai berikut:
=
1
−
2
�
[
�11
+
1�2
]
Dengan:
�
�=
�1
−
1
12+
�1
−
1
12(
�1
+
�2
−
2)
Keterangan:
1 = nilai rata-rata sampel 1
2 = nilai rata-rata sampel 2
Sg = standar deviasi gabungan
n1 = jumlah sampel 1
n2 = jumlah sampel 2
S1 = standar deviasi sampel 1
S2 = standar deviasi sampel 2
Selanjutnya, nilai thitung dibandingkan dengan ttabel pada α = 0,05 dan dk (n1+n2 –
44
(1) Jika thitung< t tabel, maka hipotesis Ho diterima, Ha ditolak
(2) Jika thitung> t tabel, maka hipotesis Ho ditolak, Ha diterima
C. PopulasidanSampel
Menurut Sugiyono (2012:80), “Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya.” Sedangkan “sampel adalah bagian dari jumlah dan karateristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.” Populasi dalam penelitian ini ialah para guru pendidikan jasmani S-1 UPI dengan yang sedang mengikuti kualifikasi
akademik di Kabupaten Belitung. Mengenai jumlah sampel yang akan digunakan,
menurut Arikunto (Taupiqurohman, 2012:53) yang mengungkapkan bahwa:
Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika subjek besar dapat diambil antara 10-15 % atau 20-25% atau lebih, tergantung dari kemampuan peneliti dilihat dari segi waktu, dana dan tenaga.
Pendapat tersebut menjadi pedoman penulis dalam menentukan jumlah
sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara
purposive sampling, sehingga sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang
guru pendidikan jasmani di Kabupaten Belitung. Dengan kategori sebagai berikut:
guru penjas dengan latar kependidikan sarjana atau S-1 UPI sebanyak 10 orang
dan guru penjas yang sedang mengikuti kualifikasi akademik dengan belum
berlatar pendidikan sarjana (S-1) sebanyak 10 orang. Dengan karateristik guru
sebagai berikut: guru pendidikan jasmani dengan status pegawai negeri, guru
pendidikan jasmani dengan status honorer, guru pendidikan jasmani yang berjenis
45
D. InstrumenPenelitian
Dalam sebuah proses penelitian, terdapat sebuah alat bantu peneliti yang
digunakan sebagai proses pengumpul data. Alat tersebut dikenal dengan istilah
instrumen atau alat ukur penelitian. Menurut Arikunto (Riduwan, 2012:32) yang
menyatakan bahwa “Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang terpenting dan
strategis kedudukannya didalam keseluruhan kegiatan penelitian.” Maka
pemilihan instrumen penelitian yang tepat akan dapat mempermudah peneliti
dalam menyusun sebuah instrumen penelitian. Menurut Riduwan (2012:32),
langkah-langkah menyusun instrumen penelitian yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi variabel-variabel dalam rumusan judul penelitian. 2. Menjabarkan variabel tersebut menjadi sub variabel/dimensi. 3. Mencari indikator/aspek setiap sub variabel.
4. Menderetkan diskriptor dari setiap indikator.
5. Merumuskan setiap deskriptor menjadi butir-butir instrumen. 6. Melengkapi instrumen dengan petunjuk pengisian dan kata
pengantar.
Instrumen atau alat ukur dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket)
dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala
sosial(Riduwan, 2012:12). Sementara itu, Riduwan (2012:25) menyatakan bahwa
“angket (Questionaire) adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan permintaan pengguna.”
Angket dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: angket terbuka dan angket tertutup.
Menurut Riduwan (2012:26) yang menyatakan bahwa “angket terbuka
(angket tidak berstruktur) ialah angket yang disajikan dalam bentuk sederhana
sehingga responden dapat memberikan isian sesuai dengan kehendak dan
keadaannya. Sedangkan, angket tertutup (angket berstruktur) adalah angket yang
disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehinga responden diminta untuk
memilih satu jawaban yang sesuai dengan karateristik dirinya dengan cara
memberikan tanda silang ( X ) atau tanda chesklist ( √ ).”
Penggunaan angket dalam hal ini memiliki beberapa keuntungan
sebagaimana dijelaskan oleh Arikunto (dalam Taupiqurohman, 2012:55) adalah
46
1) Tidak memerlukan hadirnya peneliti.
2) Dapat dibagikan secara serentak kepada benyak responden.
3) Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatnnya masing-masing, dan menurut waktu senggang responden.
4) Dapat dibuat terstandar sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu-malu.
5) Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar-benar.
Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini ialah jenis angket
tertutup (angket berstruktur). Jenis angket ini digunakan dengan maksud untuk
meminta para responden hanya memilih salah satu dari jawaban yang sesuai
dengan karateristik dirinya dengan memberikan tanda silang atau tanda checklist
(√). Angket tersebut berisikan tentang aspek-aspek yang menjadi variabel penelitian yaitu kemampuan pengelolaan kelas.
Berikut langkah-langkah yang dilakukan dalam menyusun instrumen
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Spesifikasi data a. Variabel Penelitian
Judul Penelitian: Perbedaan Kemampuan Pengelolaan Kelas Guru S-1 Upi Dan
Yang Sedang Mengikuti Kualifikasi Akademik Dalam Pembelajaran Pendidikan
Jasmani Di Belitung.
Variabel : Kemampuan pengelolaan kelas
b. Sub variabel/dimensi
1) Konsep dan konstruk
Istilah pengelolaan merupakan terjemahan dari kata management, berasal
dari kata “to manage” yang berarti mengatur, melaksanakan, mengelola,
mengendalikan, dan memperlakukan. Namun kata management sendiri sudah
diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata manajemen yang berarti sama
dengan istilah “pengelolaan”, yakni sebagai suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat diselesaikan secara efisien
dan efektif(Mariyana, dkk,2010). Ini menandakan bahwa pengelolaan identik atau
47
Menurut Husdarta (2009:45) yaitu ada tiga unsur pokok yang perlu
dikelola olah guru yaitu:
1. Manajemen tugas ajar
2. Manajemen perilaku siswa
3. Manajemen atmosfir belajar
Dari ketiga unsur tersebut, salah satu diantaranya ialah mengenai
manajemen atmosfir belajar. Istilah dari kata atmosfir ialah diartikan dengan kata
lain yaitu suasana, kondisi, atau situasi. Sehingga dengan kata lain disebut dengan
manajemen kondisi, suasana atau situasi belajar.
Dalam Syaiful (2009, 83:84) yang menyatakan bahwa dalam tugas
profesionalnya, seorang guru tidak hanya dituntut untuk hanya bisa menguasai
materi pembelajaran, metode dan strategi melainkan kemampuan dalam
menciptakan atau menyediakan situasi dan kondisi belajar yang kondusif dan
menyenangkan yang memungkinkan kegiatan belajar mengajar bisa berjalan
dengan baik sesuai perencanaan dan mencapai tujuan. Kondisi belajar yang
kondusif dapat terwujud apabila guru mampu mengatur suasana pembelajaran,
mengkondisikan siswa dan memanfaatkan atau menggunakan sarana pengajaran
serta dapat mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan. Kondisi
proses belajar mengajar yang berlangsung optimal ini harus direncanakan dan
diusahakan oleh guru secara sengaja agar dapat dihindarkan kondisi atau situasi
yang merugikan/mengganggu (usaha pencegahan) dan mengembalikan kepada
kondisi yang diharapkan (optimal) bilamana terjadi hal-hal yang merusak atau
mengganggu suasana pembelajaran disebabkan oleh tingkah laku siswa yang
menyimpang didalam kelas (usaha kuratif). Usaha guru dalam menciptakan
kondisi belajar yang optimal dikenal dengan istilah pengelolaan kelas.
Menurut Suharsimi Arikunto (1988:67) yang dikutip olah Syaiful dan
Aswan berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh penanggung jawab kegiatan belajar mengajar atau yang membantu dengan
maksud agar dicapai kondisi optimal yang diharapkan. Suharsimi memahami
pengelolaan kelas ini dari dua segi, yaitu pengelolaan yang menyangkut siswa,
48
Lebih lanjut dengan pernyataan yang senada yang dikutip oleh Tim
Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan yaitu manajemen kelas adalah kegiatan
pengelolaan perilaku murid-murid, sehingga murid-murid dapat belajar (E.C.
Wragg : v) kemudian dari Wilford A. Weber : 1986 manajemen kelas adalah: (1)
seperangkat kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban
suasana kelas melalui penggunaan disiplin (pendekatan otoriter), (2) Seperangkat
kegiatan guru untuk menciptakan dan mempertahankan ketertiban suasana kelas
melalui intimidasi (pendekatan intimidasi), (3) Seperangkat kegiatan guru untuk
memaksimalkan kebebasan siswa (pendekatan permisif), (4) Seperangkat kegiatan
guru menciptakan suasana kelas dengan cara mengikuti petunjuk/resep yang telah
disajikan (pendekatan buku masak), (5) Seperangkat kegiatan guru untuk
menciptakan suasana kelas yang efektif melalui perencanaan pembelajaran yang
bermutu dan dilaksanakan dengan baik (pendekatan instruksional), (6)
Seperangkat kegiatan guru untuk mengembangkan tingkah laku peserta didik
yang diinginkan dengan mengurangi tingkah laku yang tidak diinginkan
(pendekatan perubahan perilaku), (7) Seperangkat kegiatan guru untuk
mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan dan iklim
sosio-emosional kelas yang positif (pendekatan penciptaan iklim sosio-sosio-emosional), (8)
Seperangkat kegiatan guru untuk menumbuhkan dan mempertahankan organisasi
kelas yang efektif (pendekatan sistem sosial).
Menurut Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan yang
mengungkapkan bahwa berhasilnya manajemen kelas dalam memberikan
dukungan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran yang akan dicapai, banyak
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut melekat pada kondisi
fisik kelas dan pendukungnya, juga dipengaruhi oleh faktor non fisik
(sosio-emosional) yang melekat pada guru. Untuk mewujudkan pengelolaan kelas yang
baik, ada beberapa faktor yang mempengaruhinya antara lain:
1. Kondisi fisik
2. Kondisi sosio-emosional
3. Kondisi organisasional
49
Kondisi fisik
Kondisi sosio-emosional
Kondisi organisasional
C. Indikator setiap sub variabel
1. Kondisi fisik
a. Media/alat/sumber belajar
2. Kondisi sosio-emosional
a. Tipe kepemimpinan
b. Sikap guru
D. Kisi-kisi instrumen
Kisi-kisi instrumen dibuat berdasarkan pada karateristik-karateristik
kemampuan pengelolaan kelas yang merujuk pada indikator-indikator yang telah
[image:25.595.111.517.192.664.2]diuraikan pada pemaparan diatas.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
No Dimensi Indikator No pertanyaan
Jenis
pertanya
an
1 Kondisi
fisik Media/alat/su mber belajar 1,2,3,4,6,7,8,10,11,12,13,14,15 5,9 + -
2 Kondisi
sosio-emosion al Tipe kepemimpinan 16,17,18,19,22,23,24 21 + -
Sikap guru 25,26,27,28,29,30,31,32,33,34,3
5,36,37,43,44,45,46,47,48,49,50 38,39,40,41,42 + + - 2. PenyusunanAngket
Penyusunan angket yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan
50
dijabarkan melalui kisi-kisi instrumen. Selanjutnya, indikator tersebut dijadikan
bahan dalam menyusun butir-butir pertanyaan dalam angket. Jenis angket yang
digunakan dalam penelitian ialah jenis angket tertutup. Maka dengan demikian,
jenis angket ini mengharuskan responden untuk memilih salah satu alternatif
jawaban yang tersaji dalam setiap butir pertanyaan. Adapun alternatif jawaban
[image:26.595.113.512.251.542.2]yang tersaji pada setiap butir pertanyaan, yaitu:
Tabel 3.2 Kategori Alternatif Jawaban
Alternatif Jawaban Nilai
( + ) ( - )
SL (Selalu dilakukan)
SR (Sering dilakukan)
KK (Kadang-kadang)
JR (Jarang dilakukan)
TP (Tidak Pernah dilakukan)
5
4
3
2
1
1
2
3
4
5
3. UjiCobaAngket
Pelaksanaan uji coba angket dilakukan untuk mengukur tingkat validitas
dan reliabilitas dari setiap butir pertanyaan yang diajukan. Dikarenakan, sebuah
angket penelitian yang memenuhi syarat ialah angket yang memiliki tingkat
validitas dan reliabilitas yang baik. maka dari pengujian angket tersebut akan
diketahui dari setiap butir pertanyaan yang memiliki tingkat validitas dan
reliabilitas yang memenuhi syarat sebagai angket penelitian.
Pengujian angket ini dilaksanakan di daerah Belitung yaitu tepatnya di
Kota Tanjungpandan. Angket coba ini diberikan kepada 20 guru penjas SD yang
ada di Kota Tanjungpandan, Kab. Belitung. Kemudian, setelah memperoleh data
dari hasil pengujian angket tersebut. Maka selanjutnya dilakukan pengolahan
terhadap data tersebut dengan tujuan untuk menghitung tingkat validitas dan
51
mengolah data untuk menentukan tingkat validitas dan reliabiltas instrumen yaitu
sebagai berikut:
a. Validitas
1) Menghitung korelasi setiap butir dengan rumus, yaitu:
=
�
∑
−
(
∑
) (
∑
)
{
�
∑
2− ∑
2} {
�
∑
2−
∑
2}
Ket:
= koefesien korelasi yang dicari
= jumlah perkalian skor X dan skor Y
∑ = jumlah skor X
∑ = jumlah skor Y
� = jumlah banyaknya soal
2) Membuat keputusan dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel,
yaitu
Jika r-hitung > r-tabel berarti valid
Jika r-hitung < r-tabel berarti tidak valid
Insturmen penelitian ini memiliki jumlah responden yaitu n = 20 , jadi
nilai r-tabel menunjukan harga 0.444 dengan nilai α = 0.05. Berikut hasil uji
[image:27.595.116.512.213.752.2]validitas angket dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas
r-tabel (n = 20 dan α =0.05) = 0.444
No butir soal
r-hitung Keterangan No butir soal
r-hitung Keterangan
1 0.389 Tidak Valid 26 0.467 Valid
2 0.097 Tidak Valid 27 0.326 Tidak Valid
52
4 0.063 Tidak Valid 29 0.366 Tidak Valid
5 0.105 Tidak Valid 30 0.652 Valid
6 0.850 Valid 31 0.471 Valid
7 0.672 Valid 32 0.239 Tidak Valid
[image:28.595.114.514.112.667.2]8 -0.338 Tidak Valid 33 0.676 Valid
Tabel 3.3 Hasil Pengujian Validitas
r-tabel (n = 20 dan α =0.05) = 0.444
No butir soal
r-hitung Keterangan No butir soal
r-hitung Keterangan
9 -0.041 Tidak Valid 34 0.288 Tidak Valid
10 0.410 Tidak Valid 35 0.380 Tidak Valid
11 0.288 Tidak Valid 36 0.632 Valid
12 0.440 Tidak Valid 37 0.642 Valid
13 0.605 Valid 38 0.159 Tidak Valid
14 0.447 Valid 39 0.280 Tidak Valid
15 0.458 Valid 40 0.437 Tidak Valid
16 0.163 Tidak Valid 41 0.261 Tidak Valid
17 0.369 Tidak Valid 42 0.549 Valid
18 0.234 Tidak Valid 43 0.346 Tidak Valid
19 0.573 Valid 44 0.475 Valid
20 0.578 Valid 45 0.626 Valid
21 0.065 Tidak Valid 46 0.691 Valid
22 0.728 Valid 47 0.663 Valid
23 0.459 Valid 48 0.625 Valid
24 0.274 Tidak Valid 49 0.473 Valid
25 0.534 Valid 50 -0.046 Tidak Valid
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 50 butir pertanyaan yang
disusun terdapat 24 butir pertanyaan yang dapat digunakan sebagai alat
53
valid tidak akan digunakan, dikarenakan butir-butir pertanyaan tersebut tidak
memenuhi kriteria (kelayakan) validitas yang baik. jadi dalam instrumen
penelitian ini terdapat 24 butir pertanyaan yang akan digunakan sebagai alat
pengumpul data.
b. Reliabilitas
Adapun langkah-langkah dalam melakukan pengolahan data untuk
menentukan tingkat reliabilitas yaitu sebagai berikut:
1) Mencari nilai reliabilitas dengan menggunakan pendekatan alpha dengan
rumus:
=
�
� −
1
1
−
∑�
��
Ket:= nilai reliabilitas
� = jumlah item/butir pertanyaan atau banyaknya soal �� = jumlah varians skor tiap-tiap butir
� = varians total
Adapun langkah-langkah dalam mencari nilai reliabilitas dengan metode
alpha, yaitu:
a) Menghitung varians skor tiap-tiap item dengan rumus:
�
�=
∑
�2−
(∑ �)2�
�
Ket:�� = Varians skor tiap-tiap item
∑ �2 = Jumlah kuadrat item Xi (∑ �)2 = Jumlah item Xi dikuadratkan
� = Jumlah responden
54
c) Menghitung varians total dengan rumus:
�
=
∑
2
−
(∑ )2�
�
Ket:� = Varians total
∑ 2 = Jumlah kuadrat Xt total
(∑ )2 = Jumlah Xt total dikuadratkan
� = Jumlah responden d) Memasukan nilai alpha
2) Membuat keputusan dengan membandingkan r-hitung dengan r-tabel,
yaitu
Jika r-hitung > r-tabel berarti valid
Jika r-hitung < r-tabel berarti tidak valid
Hasil dari perhitungan dalam menentukan nilai reliabilitas dari angket uji
coba ini diperoleh r-hitung = 0.829. selanjutnya, untuk dapat memutuskan
instrumen reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r-tabel
yaitu dengan n = 20 taraf kesalahan 0.05 diperoleh r-tabel = 0.444. maka dapat
diputuskan bahwa r-hitunglebih besar dari r-tabel. Hal ini menunjukan bahwa
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari pengolahan dan analisis data, maka kesimpulan dari
hasil penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan kemampuan pengelolaan kelas
antara guru pendidikan jasmani yang sudah S-1 dengan guru pendidikan jasmani
yangsedangmengikutikualifikasiakademikdidalam pembelajaran pendidikan jasmani
di Belitung. Hal tersebut menunjukan bahwa antara guru pendidikan jasmani yang
memiliki latar pendidikan sarjana dengan guru pendidikan jasmani yang sedang
mengikuti kualifikasi akademik dengan latar pendidikan belum berlatar pendidikan
sarjana memiliki kemampuan yang sama dalam melakukan pengelolaan kelas
didalam pembelajaran pendidikan jasmani.
B. Saran-saran
Saran-saran yang bisa penulis kemukakan berkaitan dengan hasil dari
penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Bagi para guru pendidikan jasmani di Kabupaten Belitung yang sudah memiliki
latar pendidikan sarjana (S-1) untuk lebih meningkatkan keterampilan dan
kemampuan dalam melakukan pengelolaan kelas agar dapat terciptanya sebuah
kondisi yang kondusif untuk pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan
jasmani. Karena seperti yang diungkapkan oleh Saroni (2011:96) bahwa
kemampuan dalam mengelola kelas merupakan suatu kemampuan yang sangat
penting sebab sebuah kondisi pada saat melakukan kegiatan sangat terkait dengan
hasil yang diperoleh anak didik. Jika mereka dapat melakukan proses dalam
kondisi terbaik, tingkat pemahaman dan penguasaan materi pembelajaran akan
63
2. melakukan kegiatan pembelajaran, tingkat konsentrasi anak didik meningkat dan
hal tersebut terkait dengan tingkat penguasaan materinya.
3. Bagi para guru pendidikan jasmani yang sedang mengikuti kualifikasi akademik
untuk dapat mempertahankan serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan
dalam melakukan pengelolaan kelas yang didukung oleh motivasi kerja yang
tinggi walapun masih memiliki perbedaan dalam hal latar belakang
pendidikan.Seperti yang diungkapkan oleh Glickman (1981) dalam Ibrahim
Bafadal (2009:5) bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bilamana
memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk mengerjakan
dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekerja secara
profesional bilamana hanya memenuhi salah satu diantara dua persyaratan diatas.
Jadi betapa pun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekerja secara
profesional apabila tidak memilki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapun
tingginya motivasi kerja seseorang ia tidak akan sempurna dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya bilamana tidak didukung oleh kemampuan.
4. Bagi pemerintah khususnya Dinas Pendidikan dan Sekolah Dasar (SD) di
Kabupaten Belitung, hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber
informasi dan pengetahuandalam meningkatkan dan mendukung kinerja guru
dalam mengajar. Misalnya dengan secara intens terus meningkatkan kompetensi
guru baik guru yang sudah S-1 maupun dengan guru yang sedang mengikuti
kualifikasi akademik agar kualitas dari guru tersebut dapat meningkat serta
memfasilitasi kebutuhan dalam merealisasikan setiap tuntutan dalam bidang
keguruannya.
5. Bagi rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian, untuk bisa memperoleh
kepastian yang lebih mendalam mengenai kemampuan pengelolaan kelas antara
64
denganbelum berlatar pendidikan sarjana dalam pembelajaran pendidikan jasmani
maka hendaknyamenambah jumlah sampel yang lebih besar, agar hasilnya
menggambarkan lebih nyata mengenai kemampuan pengelolaan kelas antara
guru dengan latar pendidikan sarjana dan yang sedang mengikuti kualifikasi
akademik dengan belum berlatar pendidikan sarjana disebuah daerah yang
DAFTAR PUSTAKA
Abduljabar, Bambang. (2011). Pedagogi Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Abduljabar, Bambang. Dan Jajat Darajat Kusumah N. (2010). Statistika dalam Penjas. Bandung: FPOK UPI
Amtu, Onisimus. (2011). Manajemen Pendidikan Di Era Otonomi Daerah (konsep,strategi, dan implementasi). Bandung: Alfabeta
Bafadal, Ibrahim. (2009). Peningkatan Profesionlisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Bahri Djamarah, Syaiful. (2005). GURU DAN ANAK DIDIK DALAM INTERAKSI EDUKATIF Suatu Pendekatan Teoretis Psikologis. Jakarta: PT Rineka Cipta
E.C. Wragg terjemahan/saduran oleh:Anwar Jasin. (1996). Pengelolaan Kelas. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Hamzah B. Uno, H. (2008). Profesi Kependidikan (Problema,Solusi, dan Reformasi di Indonesia). Jakarta: PT Bumi Aksara
Hasibuan. Dan Moedjiono. (1988). Proses BelajarMengajar. Bandung: CV RemajdaKarya
Herlina. (2007). Pengaruh Pengelolaan Kelas Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa (Eksperimen di kelas VII MTS. Al-Matafatih Palmerah). Skripsi: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Husdarta, H.J.S. (2009). Manajemen Penjas. Bandung: Alfabeta
Kunandar. (2007). GURU PROFESIONAL Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT RAJAGRAFINDO PERSADA
Maryani, Rita. Dkk. (2010). Pengelolaan Lingkungan Belajar. Jakata: Prenada Media
M.B.A, Riduwan. (2012). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta
MP, Masyhuri. Dan M. Zainudin. (2008). METODOLOGI PENELITIAN – pendekatan prkatis dan aplikatif. Bandung: PT Refika Aditama
Mulyasa, E. (2012). Standar Kompetensi dan Sertifikasi guru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Nugraha , Eka, dkk. (2010). Didaktik Metodik Pengajaran Renang. Bandung: FPOK UPI
Rohani HM, Ahamad. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya
Sagala, Syaiful. (2009). Administrasi Pendidikan Kontemporer. Bandung: Alfabeta
Saroni, Mohammad. (2011). PERSONAL BRANDING GURU: Meningkatkan Kualitas dan Profesionalitas Guru. Jakarta: AR-RUZZ MEDIA
Silalahi, Ulber . (2009). Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Refika Aditama
Taupiqurohman. (2012). Perbedaan Kompetensi Pedagogik Guru yang Berlatar Belakang Pendidikan Penjas dengan Guru yang Berlatar Belakang Non Penjas (Guru Kelas) pada Pelaksanaan Penjas SD di Kecamatan Malausama Kabupaten Majalengka. Skripsi: FPOK UPI
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan
Tim Dosen Sejarah dan Filsafat Olahraga. (2009). Sejarah dan Filsafat Olahraga. Bandung: FPOK UPI
Uzer Usman, Moh. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya