SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Kimia
oleh :
Katrin Amelia Br Ginting
0900405
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Oleh
Katrin Amelia Br Ginting
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Katrin Amelia Br Ginting 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juli 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
KATRIN AMELIA BR GINTING
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :
Pembimbing I
Prof. Dr. Liliasari M. Pd NIP. 194909271978032001
Pembimbing II
Dr. Sri Mulyani M. Si NIP. 196111151986012001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kimia
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu i
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Penjelasan Istilah ... 7
BAB II MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF, KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS, DESKRIPSI LAJU REAKSI ... 8
A. Siklus Belajar (Learning Cycle) ... 8
B. Model Siklus Belajar Empiris-induktif ... 13
C. Keterampilan Berpikir Kritis ... 16
D. Deskripsi Materi Laju Reaksi... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Kerangka Pemikiran ... 27
B. Metode Penelitian... 30
C. Alur Penelitian ... 31
D. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33
E. Variabel Penelitian ... 33
F. Instrumen Penelitian... 34
G. Teknik Pengumpulan Data ... 35
H. Hipotesis Penelitian ... 36
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
A. Analisis Data ... 41
1. Analisis hasil belajar siswa ... 42
2. Analisis pemahaman konsep siswa ... 43
3. Analisis keterampilan berpikir kritis siswa ... 48
4. Analisis tanggapan siswa ... 53
B. Pembahasan ... 55
1. Keterampilan berpikir kritis siswa ... 55
2. Pemahaman konsep siswa ... 64
C. Kendala-Kendala Selama Proses Pembelajaran ... 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran ... 68
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis ... 18
Tabel 2.4 Hubungan suhu terhadap laju reaksi ... 24
Tabel 3.1 Gambaran Penelitian ... 31
Tabel 3.2 Indikator Kerampilan Berpikir Kritis...35
Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Tes...37
Tabel 3.4 Klasifikasi Data Gain Ternormalisasi...40
Tabel 3.5 Kriteria Penguasaan Konsep . ... 40
Tabel 3.6 Kriteria Kategori Angket ... 40
Tabel 4.1 Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata Hasil Pretest ... 42
Tabel 4.2 Rekapitulasi Data N-gain Hasil Belajar Siswa ... 42
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata N-gain ... 43
Tabel 4.4 Pengelompokkan Butir Soal Instrumen Tes... 44
Tabel 4.5 Rata-Rata Nilai Pretest, Posttest, dan N-gain ... 45
Tabel 4.6 Rekapitulasi Hasil Uji pada Masing-Masing Konsep ... 47
Tabel 4.7 Pengelompokkan Butir Soal Instrumen Tes... 48
Tabel 4.8 Rata-Rata Nilai Pretest, Posttest, dan N-gain ... 49
Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Uji pada Masing-masing Indikator Keterampilan Berpikir Kritis ... 52
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Belajar ... 9
Gambar 2.2 Karakteristik Pembelajaran Siklus Belajar Empiris Induktif ... 14
Gambar 2.3 (a) reaksi cepat ; (b) reaksi lambat ... 20
Gambar 2.4 Perahu Dalam Kolam ... 22
Gambar 2.5 Pengaruh Konsentrasi Terhadap Laju Reaksi ... 23
Gambar 2.6 Konsentrasi Pereaksi ... 23
Gambar 2.7 Tumbukan Efektif dan Tumbukan Tidak Efektif ... 27
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28
Gambar 3.2 Alur penelitian ... 32
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Hasil Pretest dan Posttest ... 41
Gambar 4.2 Grafik N-gain Pemahaman Masing-Masing Konsep ... 46
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu v
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran A. 1 Analisis Konsep Laju Reaksi...75
Lampiran A. 2 Label Konsep ...79
Lampiran A. 3 Validasi Butir Soal Tes Keterampilan Berpikir Kritis...94
Lampiran A. 4 Rencana Pelaksanaan Pembelalajaran...109
Lampiran A. 5 Soal Uji Coba ...143
Lampiran A. 6 Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...150
Lampiran A. 7 Soal Yang Telah Valid ...155
Lampiran A. 8 Rubrik Penilaian Alasan Pada Soal Pre-Postes...162
Lampiran A. 9 Angket...172
LAMPIRAN B PENGOLAHAN DATA Lampiran B.1 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Kontrol ...174
Lampiran B.2 Rekapitulasi Nilai Tes Kemampuan Berpikir Kritis Kelas Ekperimen ...176
Lampiran B. 3 Data Hasil Uji ...178
LAMPIRAN C DOKUMENTASI PENELITIAN Lampiran C.1 Foto-foto Penelitian ...190
Lampiran C.2 Surat Izin Penelitian ...192
Katrin Amelia Br Ginting , 2014 SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi melalui pembelajaran siklus belajar empiris-induktif. Metode yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian yang digunakan adalah pretest and posttest nonequivalent control group design, dengan subjek penelitan sebanyak 61 siswa kelas XI IPA yang terbagi kedalam dua kelas yaitu kelas eksperimen yang diberi perlakuan dengan pembelajaran menggunakan siklus belajar empiris-induktif dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional, di salah satu SMA swasta di kota Bandung, Jawa Barat. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui instrumen lembar soal pilihan ganda beralasan sebanyak 15 butir soal dan angket. Soal tersebut dikembangkan berdasarkan indikator keterampilan berpikir kritis yang diteliti yakni memfokuskan pertanyaan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi, membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan. Peningkatan berpikir kritis untuk seluruh indikator keterampilan berpikir kritis pada siswa berdasarkan n-gain yang diperoleh tergolong kedalam kategori tinggi pada kelas eksperimen sedangkan pada kelas kontrol n-gain yang diperoleh tergolong pada kategori sedang. Indikator yang terlihat paling tinggi pada kelas eksperimen adalah membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan, kemudian diikuti dengan mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, memfokuskan pertanyaan dan urutan peningkatan terakhir terdapat pada indikator mengobservasi dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan.
Kata kunci: siklus belajar empiris-induktif, berpikir kritis, laju reaksi
Abstract
This study purposes to measure students’ critical thinking development skill in reaction rate topic through empiric-inductive learning cycle. The research used is quasi-experimental. The research design using pretest and posttest nonequivalent control group design, with 61 students of XI science classses as subject and grouped into an experimental group who is given empiric-inductive learning cycle treatment and a control group who is given conventional learning treatment, in a private senior high school at Bandung, West Java. Besides, the data collection has been done by using 15 multiple choice with reasons test and questionnaire. The tests were developed based on critical thinking skill indicators which are observed, those are focusing in a question, observing and judging observation report, defining terms and judging a definition, making and investigating the judging was results. The development of students’ critical thinking skill for all indicators was based on n-gain achievement that included into high category in experimental group. On the other hand, n-gain achievement of the control group categorized into average category. The highest indicators in the experimental group were making and investigating the judging was results, defining terms and judging a definition, focusing in a question, and the last is observing and judging observation report.
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Beberapa tahun terakhir ini berpikir kritis di Indonesia telah menjadi suatu
istilah yang memiliki daya tarik sendiri dalam dunia pendidikan. Menurut Elam
(dalam McTighe & Schollenberger, 1991) keterampilan berpikir kritis telah
menjadi tujuan pendidikan tertinggi. Oleh karena itu, paradigma pembelajaran
sudah seharusnya bergeser dari pembelajaran konvensional yang menekankan
pada keterampilan berpikir tingkat rendah ke arah pembelajaran yang menekankan
pada pembelajaran tingkat tinggi, yang terlihat terutama pada keterampilan
berpikir kritis (Tsapartis dan Zoller, 2003). Karena alasan tersebut, para pendidik
menjadi lebih tertarik mengajarkan keterampilan-keterampilan berpikir dengan
berbagai cara daripada mengajarkan informasi dan konsep secara langsung. Tentu
saja pendidik bisa melakukan keduanya, tetapi di masa lalu hal yang selalu
diberikan adalah hanya konsepnya saja, meskipun kebanyakan pengajar
mengatakan bahwa mereka melakukannya secara tidak langsung, yaitu sambil
memberikan materi pelajaran.
Kualitas pelajaran kimia di Indonesia juga merupakan salah satu bahan
yang menjadi perhatian para ahli pendidikan kimia sekolah karena pelajaran kimia
di sekolah masih banyak yang belum bisa mencapai target yang diinginkan yang
terlihat dari kurangnya tanggapan kritis yang dimiliki siswa untuk semua topik
pada pelajaran kimia yang diterimanya. Menurut Samosir (2010) banyak siswa
yang menganggap bahwa kimia sangat sulit untuk dipahami. Salah satu faktor
penyebab rendahnya pemahaman dalam pelajaran kimia saat ini adalah model
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas. Dalam pembelajaran konvensional,
pendidik terlalu mendominasi siswa. Dengan kata lain guru menjadi pusat seluruh
kegiatan di dalam kelas (teacher oriented). Hal ini dapat menghambat majunya
dunia pendidikan di Indonesia, karena guru yang lebih aktif dalam kegiatan
2
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mematuhi perintah guru dan juga pembelajaran yang disampaikan oleh guru
belum mampu merangsang siswa untuk berpikir kritis.
Dalam kondisi seperti ini siswa bukan lagi dipandang sebagi subjek belajar
melainkan objek pembelajaran, sehingga siswa menjadi kurang serius dalam
memperhatikan materi pelajaran yang disampaikan pengajar dan kemampuan
berpikir kritis pada siswa menjadi tidak dapat meningkat. Padahal, siswa
seharusnya dituntut aktif untuk berpikir kritis terhadap segala hasil olahan
informasi yang diterima dalam pikirannya selama proses pembelajaran.
Keberhasilan dan kegagalan dalam belajar khususnya mata pelajaran kimia
sangat bergantung pada proses pelaksanaan pembelajaran kimia tersebut. Hal
tersebut dilihat dari hasil belajar siswa dan kemampuan berpikir kritis siswa.
Penggunaan metode, media, dan model yang tepat dalam proses belajar mengajar
dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini
dapat dilihat dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh
beberapa peneliti, seperti keberhasilan program pembelajaran yang meningkatkan
keterampilan berpikir kritis (Redhana dan Liliasari, 2008). Hal tersebut sejalan
juga dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kartika (2007) yang menyatakan
bahwa dengan menggunakan model pembelajaran discovery keterampilan berpikir
kritis siswa dapat meningkat dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Oleh karena itu guru kimia hendaknya dapat menerapkan model dan metode
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi
aktif, baik secara fisik maupun mental dalam kegiatan pembelajaran di dalam
kelas, sehingga menyebabkan siswa untuk berpikir kritis terhadap setiap informasi
yang diterimanya. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Duda (2010) yang menyatakan bahwa keterampilan berpikir kritis siswa
dapat meningkat dengan signifikan ketika pembelajaran yang dilakukan
menggunakan metode praktikum maupun diskusi kelas.
Salah satu bentuk pengembangan pembelajaran kimia yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif dan berpikir kritis adalah
pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme. Pembelajaran konstruktivisme
3
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seperti yang dinyatakan oleh Renick (dalam Suparno, 1997) bahwa seseorang
yang belajar itu membentuk pengertian-pengertian. Dalam hal ini siswa tidak
hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan, melainkan menciptakan
pengertian dan berpikir kritis. Pengetahuan ataupun pengertian dibentuk oleh
siswa secara aktif, bukan hanya diterima secara pasif dari guru mereka. Hal ini
berarti bahwa peserta didiklah yang harus aktif berpikir secara kritis, merumuskan
konsep dan mengambil makna. Sedangkan peran guru adalah membantu proses
konstruksi itu berjalan sehingga siswa dapat membentuk pengetahuannya. Salah
satu strategi pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan konstruktivisme adalah
pembelajaran siklus belajar (Heron dalam Dahar, 1989). Salah satu bentuk siklus
belajar tersebut adalah siklus belajar empiris induktif.
Siklus belajar empiris induktif terdiri dari tiga fase yaitu fase eksplorasi,
fase pengenalan istilah dan fase aplikasi konsep. Penyampaian materi
pembelajaran dilakukan secara induktif berdasarkan pengalaman atau pengamatan
yang telah dilakukan oleh siswa. Dalam fase eksplorasi siswa belajar melalui aksi
dan reaksi mereka dalam suatu situasi baru. Fase pengenalan istilah dimulai
dengan memperkenalkan suatu konsep yang berhubungan dengan fenomena yang
diselidiki. Selanjutnya siswa menggunakan atau mengaplikasikan konsep tersebut
untuk mengadakan penyelidikan lebih lanjut untuk menyelesaikan masalah.
Seperti yang dinyatakan oleh Lawson (dalam Dahar, 1989) bahwa dalam siklus
belajar empiris induktif siswa menemukan dan memeriksa suatu pola empiris
dalam suatu konteks khusus. Selanjutnya mereka mengemukan sebab-sebab yang
mungkin tentang terjadinya pola itu.
Dalam pembelajaran, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa
diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari
menemukan sendiri dengan cara mengalaminya dan berpikir kritis terhadap
informasi-informasi yang didapat. Dengan penggunaan model siklus belajar
empiris-induktif, diharapkan kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat.
Di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), salah satu materi yang harus
dipelajari dalam pelajaran kimia adalah konsep laju reaksi. Pada umumnya konsep
4
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
saja, dan untuk praktikum pun guru yang lebih banyak berperan dalam praktikum.
Hal ini dapat mengakibatkan kemampuan berpikir kritis siswa tidak meningkat
(Redhana dan Liliasari, 2008). Padahal untuk bisa meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa dalam pembelajaran laju reaksi, siswa harus dengan aktif
memahami konsep tersebut dan berpikir kritis terhadap informasi-informasi yang
didapat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui gabungan dari beberapa metode
seperti, diskusi dan praktikum atau diskusi dengan demonstrasi. Harapan pada
pembelajaran saat ini adalah siswa dapat menemukan dan memahami konsep laju
reaksi secara empiris dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis
berdasarkan pengalaman dan eksperimen yang dilakukannya. Menurut Renner
(1988) siklus belajar dapat membantu untuk pengembangan berpikir kritis siswa.
Selain itu, penelitian yang dilakukan Yasin (2007) menyimpulkan bahwa model
pembelajaran empiris-induktif dapat meningkatkan pemahaman konsep dan
keterampilan berpikir kritis siswa pada konsep asam-basa. Hal ini semakin
menguatkan bahwa keterampilan berpikir kritis dapat ditingkatkan melalui
penggunaan model siklus belajar empiris induktif karena siswa diajak secara aktif
untuk membentuk sendiri konsep laju reaksi melalui pengamatan secara langsung
terhadap objek yang sedang dipelajari. Dengan kegiatan ini siswa dirangsang
supaya mampu melahirkan gagasan-gagasan mereka dan membangun
pengetahuan sesuai dengan konsep yang telah dimilikinya serta dapat mengalami
peningkatan pada kemampuan berpikir kritis. Indikator kemampuan berpikir kritis
yang sesuai dengan topik laju reaksi yaitu: memfokuskan pertanyaan,
mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi, mendefinisikan istilah
dan mempertimbangkan suatu definisi, serta membuat dan mengkaji nilai-nilai
hasil pertimbangan.
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan dan hasil penelitian yang
relevan maka peneliti mencoba untuk melakukan penelitian mengenai
“pembelajaran siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan
5
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
maka dapat teridentifikasi beberapa masalah pada penelitian ini yaitu kebanyakan
pembelajaran di sekolah tidak menggunakan pembelajaran siklus belajar
empiris-induktif. Pembelajaran yang demikian tidak dapat memfasilitasi siswa untuk
belajar secara aktif, akibatnya keterampilan berpikir kritis siswa tidak mengalami
peningkatan yang signifikan. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
diperlukan suatu pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar secara aktif,
sekaligus dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa yaitu dengan
pembelajaran siklus belajar induktif. Pembelajaran siklus belajar
empiris-induktif sangat sesuai diterapkan pada materi kimia yang bersifat aplikatif, salah
satunya laju reaksi. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yasin (2007) yang
menyatakan bahwa penggunaan model siklus belajar empiris-induktif dalam
proses pembelajaran dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan masalah utama dalam
penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah pembelajaran model siklus belajar
empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju
reaksi? ”.
Rumusan masalah ini dikembangkan melalui lima pertanyaan penelitian,
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik
laju reaksi melalui pembelajaran siklus belajar empiris-induktif?
2. Indikator keterampilan berpikir kritis manakah yang mengalami peningkatan
melalui pembelajaran siklus belajar empiris-induktif?
3. Bagaimanakah peningkatan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran
siklus belajar empiris-induktif?
4. Bagaimanakah peningkatan pemahaman pada setiap konsep melalui
6
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran siklus belajar
empiris-induktif?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh
informasi tentang pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dalam
meningkatan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi.
D. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian terhadap pembelajaran model siklus
belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA) kelas XI pada topik laju reaksi, manfaat yang
didapat adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi tentang peningkatan beberapa indikator berpikir
kritis siswa yang tercapai melalui pembelajaran siklus belajar
empiris-induktif pada topik laju reaksi.
2. Memberikan pengetahuan bagi guru SMA dalam menjelaskan konsep pada
topik laju reaksi kepada siswa dengan penggunaan model siklus belajar
empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Memberikan gambaran kepada peneliti selanjutnya mengenai
pengembangan model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada materi kimia lainnya.
4. Memberikan gambaran kepada peneliti selanjutnya mengenai
pengembangan model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan
indikator-indikator keterampilan berpikir kritis lainnya pada materi-materi
7
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu E. Penjelasan Istilah
Untuk memberikan konsep yang sama dan menghindari kesalahan
penafsiran terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka
perlu adanya penjelasan istilah. Istilah-istilah yang dijelaskan sebagai berikut:
1. Model siklus belajar empiris-induktif diartikan sebagai suatu model
pembelajaran yang digunakan untuk membantu proses yang sistematis
dalam pembelajaran sehingga siswa dapat menemukan dan menggambarkan
suatu pola empiris dalam konteks khusus, tetapi mereka melanjutkan dengan
memberikan sebab-sebab yang memungkinkan pola itu (Dahar, 2006).
2. Berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang berdasarkan nalar yang
difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan
(Ennis,1996).
3. Model pembelajaran konvensional adalah model belajar yang dilaksanakan
dengan pengajaran secara klasikal yang menekankan pengajaran terpusat
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan diuraikan prosedur yang dilakukan untuk mengetahui
siklus belajar empiris-induktif dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa pada topik laju reaksi. Uraian tersebut meliputi: (a) kerangka pemikiran, (b)
metode penelitian, (c) alur penelitian, (d) lokasi dan subyek penelitian, (e)
variabel penelitian, (f) instrumen penelitian, (g) teknik pengumpulan data, (h)
hipotesis penelitian, (i) analisis data.
A. Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
29
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan bagan skematis pada Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa
keterampilan berpikir kritis dalam diri siswa perlu dikembangkan dengan model
pembelajaran yang sesuai. Artinya, model pembelajaran yang diterapkan
diharapkan mampu memfasilitasi peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa.
Peningkatan keterampilan berpikir kritis dalam diri siswa dapat tercapai apabila
pengalaman belajar yang diperoleh siswa memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang pada dasarnya setiap
siswa telah memilikinya. Salah satu model pembelajaran yang tepat untuk dapat
meningkatkan keterampilan berpikir kritis adalah pembelajaran siklus belajar
empiris-induktif (Yasin, 2007).
Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dirancang dengan siswa
sebagai pusat pembelajaran (student-center). Hal ini sesuai dengan teori
kontriktivisme yang memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif. Dalam
siklus belajar empiris-induktif, siswa difokuskan untuk menemukan dan
meggambarkan pola empiris dalam konteks spesifik (eksplorasi), dapat berupa
gagasan-gagasan maupun pertanyaan-pertanyan berdasarkan fenomena yang
menjadi topik pembahasan. Namun, siswa melangkah lebih jauh dengan
memunculkan penyebab-penyebab pola tersebut. Untuk menguji kebenaran dari
jawaban-jawaban yang telah diajukan siswa pada tahap awal, siswa melakukan
observasi dan mempertimbangkan hasil observasi yang telah mereka lakukan.
Dari data-data yang telah didapatkan selama melakukan observasi, siswa
melangkah untuk menemukan konsep yang sebenarnya. Ini membutuhkan
penggunaan pemikiran analogis (penggambaran dalam bentuk lain) untuk
memindahkan istilah/konsep yang dipelajari dalam konteks yang lainnya untuk
konteks yang baru ini (pengenalan istilah). Istilah-istilah mungkin dikenalkan oleh
siswa, guru atau keduannya. Pada tahap ini, kemampuan mendefinisikan suatu
istilah pada siswa dapat dikembangkan. Dengan tuntunan guru, siswa kemudian
menyaring data yang dikumpulkan selama fase eksplorasi untuk melihat apakah
30
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
hasil observasi dan penjelasan yang dilakukan oleh guru. Dari konsep yang telah
ditemukan, siswa melakukan penerapan terhadap prinsip-prinsip yang diterima
dengan cara memunculkan gagasan baru yang berkaitan dengan konsep yang
ditemukan dan mengkaji lebih dalam mengenai hasil pertimbangan (aplikasi
konsep). Dengan kata lain penjelasan konsep yang ditemukan dibuat dalam
bentuk deskriptif, tetapi tipe siklus belajar ini melangkah lebih jauh tidak hanya
dibuat dalam bentuk deskriptif namun konsep tersebut diuji
penyebab-penyebabnya, oleh karena itu dinamakan empiris-induktif. Agar pembelajaran
siklus belajar empiris-induktif dapat dilaksanakan secara sistematis, maka
ditentukan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan, meliputi
langkah eksplorasi, pengenalan istilah, dan aplikasi konsep. Langkah-langkah
tersebut dibentuk dalam sebuah siklus (Lawson. 1995).
Agar keterampilan berpikir kritis siswa dapat diketahui dengan jelas, maka
ditentukan indikator-indikator keterampilan berpikir kritis siswa yang akan
diukur. Indikator-indikator yang diteliti tersebut adalah memfokuskan
pertanyaan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan observasi,
mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi, membuat dan
mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan (Ennis, 1996).
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen. Desain penelitian
yang digunakan adalah pretest and posttest nonequivalent control group design.
Dengan menggunakan desain ini, terlebih dahulu ditentukan dua kelompok siswa
yang tersedia dalam lokasi penelitian, satu kelompok untuk kelas eksperimen dan
satu kelompok untuk kelas kontrol dengan memperkirakan bahwa kondisi kedua
kelas adalah sama yang dilihat dari nilai rata-rata (nilai ulangan harian pada
materi sebelumnya). Selanjutnya kedua kelompok siswa tersebut diberi pretest
untuk lebih meyakinkan bahwa kedua kelompok kelas tersebut memiliki
kemampuan awal yang sama. Setelah itu kedua kelompok diberi perlakuan.
31
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
belajar empiris-induktif, sedangkan kelompok kontrol diberi perlakuan berupa
pembelajaran tanpa siklus belajar empiris-induktif.
Gambaran penelitiannya tercantum dalam tabel berikut:
Tabel 3.1. Gambaran Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O1 X1 O2
Kontrol O1 X2 O2
Keterangan:
X1 = pembelajaran siklus belajar empiris-induktif
X2 = pembelajaran tanpa siklus belajar empiris-induktif
O1 dan O2 = pretest dan posttest siswa
Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif dapat berhasil meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa apabila nilai kelompok eksperimen memiliki
nilai hasil akhir yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kelompok kontrol.
Hasil dari perlakuan tersebut adalah jika nilai O2 kelas eksperimen > O2 kelas
Kontrol.
C. Alur Penelitian
Alur penelitian menggambarkan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam
penelitian. Alur penelitian ini disusun agar penelitian lebih terarah, sistematis, dan
sesuai dengan tujuan. Alur yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada
32
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Kesimpulan
Pembahasan Analisis data hasil tes dan angket
Posttest
KBM kelas eksperimen KBM kelas Kontrol
Pretest
Penyusunan RPP
Pembuatan instrumen :
Soal tes kemampuan berpikir kritis dan angket
Validasi instrumen dan uji coba tes
Analisis pembelajaran dengan model siklus belajar empiris-induktif
Analisis keterampilan berpikir kritis Analisis materi
Laju reaksi (faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi)
Revisi
33
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.2 Alur penelitian
D. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di salah satu SMA Swasta di kota Bandung.
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas XI. Sampel diambil dari dua kelas
yaitu kelas XI- IPA X (kelas eksperimen) dan kelas XI- IPA Y (kelas kontrol). X
dan Y disesuaikan dengan kelas yang memenuhi kriteria, yaitu dua kelas yang
memiliki rata-rata nilai sebelumnya sama dan hasil pretest tidak terdapat
perbedaan yang signifikan
E. Variabel penelitian
Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu variabel bebas, variabel
terikat, dan variabel kontrol. Ketiga variabel tersebut dijabarkan sebagai berikut:
1. Variabel bebas (independent variable), merupakan variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas pada penelitian ini adalah
model siklus belajar empiris-induktif. Model pembelajaran siklus belajar
empiris-induktif merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan
untuk membantu proses yang sistematis dalam pembelajaran sehingga siswa
dapat menemukan dan menggambarkan suatu pola empiris dalam konteks
khusus, lalu siswa melanjutkan dengan memberikan sebab-sebab yang
mungkin bagi pola tersebut. Kegiatan pembelajaran siklus belajar
empiris-induktif yang dilaksanakan meliputi tiga tahap, yaitu tahap eksplorasi, tahap
penjelasan istilah, dan tahap aplikasi konsep.
2. Variabel terikat (dependent variable), merupakan variabel yang dipengaruhi
oleh variabel lain. Variabel terikat pada penelitian ini adalah keterampilan
berpikir kritis. Berpikir kritis merupakan cara berpikir reflektif yang
berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus
diyakini dan dilakukan. Keterampilan berpikir kritis yang diteliti diturunkan
34
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memfokuskan pertanyaan, mengobservasi dan mempertimbangkan laporan
hasil observasi, mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan suatu definisi
serta membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan.
3. Variabel kontrol (control variable), merupakan variabel yang dikendalikan
atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel bebas terhadap variabel
terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol
dalam penelitian ini adalah siswa yang dijadikan sebagai subjek penelitian,
sekolah sebagai lokasi penelitian, guru yang mengajar, dan materi pokok
yang diajarkan yaitu laju reaksi.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis dan
angket. Tes tertulis yang diberikan bertujuan untuk mengetahui keterampilan
berpikir kritis siswa pada topik laju reaksi. Soal tertulis yang digunakan adalah
berbentuk pilihan ganda beralasan.
Soal-soal dalam instrumen penelitian dihubungkan dengan
indikator-indikator berpikir kritis yang terlihat dalam Tabel 3.2, sehingga dari jawaban yang
diberikan oleh siswa dapat dilihat apakah indikator-indikator tersebut dapat
tercapai atau tidak.
Untuk tes tertulis yang berupa butir-butir soal dan angket dilakukan
validasi. Validasi dilakukan oleh beberapa validator, agar tes tertulis yang
digunakan dapat teruji dengan benar. Setelah tes tertulis valid, maka dilakukan uji
coba soal. Uji coba soal diberikan kepada siswa lain yang telah mendapatkan
pembelajaran pada materi laju reaksi. Tujuan uji coba ialah agar tes instrumen
cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data pada
penelitian ini. Selain tes tertulis, digunakan juga angket yang merupakan teknik
pengumpulan data yang terdiri dari seperangkat pertanyaan atau pernyataan
35
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
adalah untuk mengetahui pendapat siswa terhadap pembelajaran siklus belajar
empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Tabel 3.2. Pengelompokan Butir Soal Instrumen Tes Berdasarkan Indikator
Keterampilan Berpikir Kritis.
Kelompok Indikator Sub-Indikator No.
Soal
4. Menyimpulkan 4. Membuat dan mengkaji nilai-nilai
Dalam pengumpulan data, teknik pengumpulan data yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
36
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pretest dilakukan sebelum siswa mendapat pembelajaran materi laju
reaksi. Tujuan dilakukan pretest untuk memperkuat bahwa antara kelas
eksperimen dan kelas kontrol tidak memiliki perbedaan yang signifikan pada
kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa.
2. Melakukan posttest
Posttest dilakukan setelah siswa mendapat pembelajaran materi laju reaksi
dengan menggunakan model siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen dan setelah siswa
mendapat pembelajaran tanpa siklus belajar empiris-induktif pada kelas kontrol.
Tujuan posttest untuk mengetahui bagaimana peningkatan keterampilan berpikir
kritis siswa pada pembelajaran dalam materi laju reaksi.
3. Melakukan penyebaran angket
Penyebaran angket dilakukan di luar pembelajaran setelah siswa
melakukan tes tertulis yaitu posttest. Angket yang diberikan kepada siswa
dilakukan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap program pembelajaran
siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis
siswa.
H. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka yang telah dilakukan terhadap teori-teori
penelitian yang relevan, serta kerangka pemikiran yang telah diuraikan, maka
hipotesis penelitian yang diajukan pada penelitian ini adalah pembelajaran siklus
belajar empiris-induktif pada topik laju reaksi dapat digunakan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa.
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran tanpa menggunakan siklus belajar empiris-induktif
37
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara antara kelas kontrol yang
menggunakan pembelajaran tanpa menggunakan siklus belajar empiris-induktif
dan kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran empiris-induktif.
I. Analisis Data
Data dalam penelitian ini berupa skor-skor yang diperoleh siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol pada pretest dan posttest. Untuk menganalisis data
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemberian skor mentah jawaban siswa
Adapun pemberian skor pada soal kemampuan berpikir kritis untuk setiap
jawaban pilihan ganda beralasan ditentukan berdasarkan pedoman penskoran
seperti yang disajikan dalam Tabel.3. 3
Tabel 3.3 Pedoman Pemberian Skor Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Menggunakan Skala Rating (Duda, 2010).
Kategori Skor Indikator
Skor paling tinggi 4 Pilihan benar, alasan yang diberikan benar, jelas
(fokus dan akurat)
Skor Tinggi 3 Pilihannya benar, alasan yang diberikan benar, jelas
(cukup fokus)
Skor sedang 2 Pilihannya benar, alasan yang diberikan benar,
kurang jelas (kurang fokus)
Skor rendah 1 Pilihan benar, tetapi alasan yang diberikan kurang
benar, tidak jelas (tidak fokus)
Skor paling
Rendah
38
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Mengubah skor pretest dan posttest kedalam bentuk nilai dalam persentase
Data skor mentah pada kedua kelas diolah ke dalam bentuk nilai persentase
dengan rumus:
Nilai = �� �� ℎ 100%
3. Menghitung nilai rerata keseluruhan siswa
Nilai rerata pada keseluruhan siswa pada kelas kontrol dan eksperimen
dihitung dengan rumus:
Rerata nilai = � � ��
� ℎ ��
4. Mengolah data nilai pretest menggunakan program SPSS
Pengolahan data hasil pretest secara statistik dilakukan untuk menguji
signifikansi perbedaan rata-rata antara nilai pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol dengan menggunakan program SPSS, dengan tahapan sebagai berikut:
a. Uji normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya suatu data.
Bila data yang diperoleh terdistribusi normal maka analisis statistik selanjutnya
menggunakan analisis parametrik, sedangkan bila tidak terdistribusi normal maka
digunakan analisis statistik nonparametrik.
Uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk (SW). Pemilihan
uji ini didasarkan pada dua pertimbangan. Pertama, uji Shapiro-Wilk lebik baik
digunakan ketika sampel yang diuji memiliki ukuran kecil (n < 50). Kedua,
berdasarkan penelitian Razali dan Wah (2001) mengenai perbandingan kekuatan
empat jenis tes formal untuk normalitas : uji Shapiro-Wilk (SW),
39
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
uji Shapiro-Wilk (SW) merupakan uji normalitas yang paling kuat, diikuti oleh
Anderson-Darling (AD), Lilliefors (LF) dan Kolmogorov-Smimov (KS).
Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk menggunakan program
SPSS versi 20.0 dengan penafsiran sebagai berikut:
Hipotesis:
Ho : data terdistribusi normal
H1: data terdistribusi tidak normal
Pengambilan Keputusan:
Jika signifikansi (Sig) hasil perhitungan < α (dengan α = 0,05) Ho ditolak ,
sedangkan untuk kondisi lainnya Ho diterima (Sudjana,1996).
b. Uji homogenitas atau kesamaan varians
Uji ini dilakukan jika data yang diperoleh berdistribusi normal. Tujuan
dari uji ini adalah untuk mengetahui data pretest kelas eksperimen dan kelas
kontrol memiliki varians yang homogen atau tidak homogen. Jika hasil uji ini
menunjukkan varians kedua kelas homogen maka uji perbedaan dua rerata yang
digunakan adalah uji-t, sedangkan jika tidak homogen maka digunakan uji-t’.
c. Uji perbedaan dua rerata
Pengujian ini dilakukan melalui uji-t atau t’ jika data yang diperoleh
berdistribusi normal, dan uji F menggunakan uji Mann-Whitney jika data yang
diperoleh tidak berdistribusi normal.
Pada uji perbedaan rerata ini, hipotesis dan kriteria yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Ho : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
H1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pretest pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen.
Kriteria uji:
Jika 1
40
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jika 1
2 nilai sig. (2-tailed) ≥ 0,05, maka Ho diterima.
5. Analisis nilai pretest dan posttest
Dari nilai pretest dan posttest, dihitung gain ternormalisasi <g> (n-gain)
kelompok kontrol dan eksperimen. Rata-rata gain ternormalisasi dihitung dengan
persamaan:
n-gain =
(%< > − %( >)
100− % < >
keterangan : (Hake, 2002)
% <pretest> = Rerata nilai pretest (%)
% <posttest> = Rerata nilai posttest (%)
Tinggi rendahnya gain ternormalisasi diklasifikasikan seperti pada tabel
dibawah ini:
Tabel 3.4. Klasifikasi Data Gain Ternormalisasi (Hake, 2002)
Rata-rata gain ternormalisasi Klasifikasi
<g> ≥ 0,7 Tinggi
0,7 > <g> ≥ 0,3 Sedang
<g> < 0,3 Rendah
6. Menilai tingkat pemahaman konsep siswa berdasarkan tabel 3.5
Tabel 3.5 Kriteria Penguasaan Konsep (Koenjtaraningrat, 1997)
Nilai (%) Kriteria Kemampuan
81-100 Sangat Baik
41
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat Kurang
7. Analisis Hasil Angket.
Untuk menghitung skor angket siswa, pernyatan-pernyataan
dikelompokkan menjadi sepuluh pernyataan umum. Persepsi jawaban siswa
dikelompokkan menjadi setuju (sangat setuju) dan tidak setuju ( ragu-ragu, tidak
setuju dan sangat tidak setuju). Data yang diperoleh diubah kedalam bentuk
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 68
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan hasil penelitian yang telah
dilakukan. Selain itu, juga akan dikemukakan saran-saran untuk perbaikan
penelitian dan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan temuan penelitian, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif lebih efektif meningkatkan
berpikir kritis siswa secara signifikan pada kelas eksperimen dibandingkan
dengan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol dengan n-gain kelas
eksperimen tergolong klasifikasi tinggi (0,80), dan n-gain kelas kontrol
tergolong klasifikasi sedang (0,37).
2. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif lebih efektif meningkatkan
keterampilan berpikir kritis siswa dalam beberapa indikator yaitu
memfokuskan pertanyaan tergolong klasifikasi tinggi (n-gain: 0,80),
mengobservasi dan mempertimbangkan observasi termasuk dalam
klasifikasi tinggi (n-gain: 0,70), mendefinisikan istilah dan
mempertimbangkan suatu definisi tergolong dalam klasifikasi tinggi
(n-gain: 0,80), serta membuat dan mengkaji nilai-nilai hasil pertimbangan
tergolong dalam klasifikasi tinggi (n-gain: 0,83) dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional.
3. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif lebih efektif dalam
meningkatkan pemahaman konsep siswa secara signifikan pada kelas
eksperimen dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol dengan n-gain kelas eksperimen tergolong klasifikasi tinggi (0,80),
dan n-gain kelas kontrol tergolong klasifikasi sedang (0,37).
4. Peningkatan pemahaman setiap konsep yang diteliti pada seluruh siswa
69
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
0,88), persamaan laju reaksi (n-gain: 0,90), faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi (n-gain: 0,84), dan teori tumbukan (n-gain:
0,86). Pencapaian siswa pada keempat subkonsep tersebut tergolong dalam
klasifikasi tinggi.
5. Pembelajaran siklus belajar empiris-induktif mendapat persepsi yang
positif dari siswa. Sebagian besar siswa (70 %) merasa pembelajaran
siklus belajar empiris-induktif dapat memotivasi dan membantu dalam
pembelajaran materi laju reaksi.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi guru, pemahaman konsep siswa pada materi prasyarat harus
benar-benar diperhatikan sebelum penerapan pembelajaran siklus
belajar empiris-induktif.
2. Bagi guru, hendaknya dibuat perencanaan pembelajaran yang khusus
untuk pembelajaran siklus belajar empiris-induktif yang berbeda
dengan perencanaan yang biasa agar dapat menumbuhkan kemampuan
analisi siswa lebih baik. Selain itu, pembiasaan pembelajaran model
siklus belajar juga penting dilakukan guna menunjang peningkatan
keterampilan berpikir kritis siswa selain pada indikator dalam
penelitian ini.
3. Bagi peneliti, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut berupa analisis
untuk mengetahui peningkatan keterampilan berpikir kritis pada
indikator-indikator yang lainnya dan dapat dilakukan penelitian
terhadap subjek penelitian dengan ukuran sampel yang lebih besar agar
diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat. Selain itu, dapat pula
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 71
DAFTAR PUSTAKA
Amin, M. (1994). Ortopedagogik Anak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tenaga Guru
Anderson,L.W, dan Krathwohl D.R.(2001). A Taxonomy for Learning, Teaching.
And Assessing: A Revision Of Bloom’s Taxonomy of educational Objectives.
New York :Longman
Baihaqi (2005). Peningkatan penguasaan konsep siswa SMP kelas II pada sub pokok bahasan lensa dengan model pembelajaran berbasis praktikum. Tesis pada SPs UPI. Tidak diterbitkan
Dahar, R.W . (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta : Erlangga
Dahar, R.W . (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran . Jakarta : Erlangga
Dasna, I.W dan Sutrisno.(2006). Model-model Pembelajaran Konstruktivistik
dalam Pengajaran Kimia. Malang: Jurusan Kimia FMIPA UM
Donaldson,M. (2006).Virtual Destination an Student Learning in Middle School:
A Case Study of Biology Museum Online. New York : Cambria Press.
Duda, H. J. (2010). Pembelajaran berbasis praktikum dan asesmennya pada konsep sistem peredaran darah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa. Tesis Magister SPs UPI: Tidak Diterbitkan.
Dwiyanti,G. (2010). Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas X dan XI pada
Pembelajaran Kimia Menggunakan Metode Praktikum. [Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA%20JUR%20PEND%20KIMIA/19562
061983032%20GEBI%20DWIYANTI [28 Januari 2013]
Ennis,R.H. (1989). Goal For A Critical Thinking Curriculum In A.L. Costa (Ed)
Develoving Minds A Resource Book For Teacher Thinking. Alexandria:
ASCD, 55-56.
Ennis,R.H. (1996). Critical Thinking.. United States of America: Prentice Hall,Upper saddle River.
71
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fisher, A. (2008). Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta. Erlangga .
Glaser, E (1941) An Experiment In The Development Of Critical Thinking. Advanced School Of Education At Teacher’s College: Columbia University.
Hake, R. R.(1998). Interaktive engagement methods in introductory mechanichs
course. [online]. Tersedia : http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf,accessed on [3 Maret 2011 ].
Hanuscin,D.L, Michele H. L. (2007). “Using a Learning Cycle Approach to Teaching the Learning Cycle to Preservice Elementary Teachers.”Journal of the Association for Science Teacher Education. 13,(6), 1-9.
Karplus, R. (1980). “Science Teaching and The Development of Reasoning”. Journal of Research in Science Teaching, 14(2), 169-175
Kartika, I. 2007. Peningkatan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA Melalui Pembelajaran Fisika Berbasis Penemuan (Discovery). Skripsi Jurusan Fisika FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Keenan, et al. (1991). Ilmu Kimia Untuk Universitas. (Edisi 6 Jilid 1 ). Jakarta : Erlangga.
Koenjtaraningrat. (1997). Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Lawson, A. E., Abraham, M. R., dan Renner, J. W. (1989). “A theory of instruction: Using the learning cycle to teach science concepts and thinking skills[Monograph, Number One]”.Journal of Research in Science Teaching. 30,(5), 129-152
Lawson, A. E. (1995). Science Teaching and The development of Thinking. Belmont , CA, USA: Wadsworth.
Lewis, R,. Wynne E. (2006). Chemistry,. Edisi ketiga.New York : Palgrave Macmillan.
72
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Liliasari. (2011). The Development Of Generic Science Skills To Enhance
Students’ Critical Thinking Ability: Chemistry Education Department Mathematics and Science Faculty IUE.
[online]. Tersedia: http://www.upi.edu/liliasari@upi.edu.html [12 desember 2012].
McTighe, J. & Schollenberger, J. 1991. Why teach thinking? A atatement of rational. Dalam A. L. Costa (Ed.). Developing mind: A resource book for
teahing thinking. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Narbuko, C,. Abu, A. (2004). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Paul, R., Fisher. A. dan Nosich, G. (1993). WorkshopOn Critical Thinking
Strategies. Foundation For Critical Thinking, Sonoma State University,
CA.
Poedjiadi, A. (1999). Pendekatan Sains-Teknolgi Masyarakat Dalam Pendidikan
Sebagai Upaya Meningkatkan Literasi Sains Dan Teknologi. Ujung
Pandang: Seminar Nasional Hasil Penelitian Pendidikan MIPA III.
Purba.M . (2007). Kimia Untuk SMA Kelas XI semester 1. Jakarta: Erlangga
Puspita. G.N. (2008). The use of interactive multimedia in learning of animal reproduction to improve concept mastery and critical thinking of 9th grade student. Tesis Magister Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana UPI:tidak diterbitkan.
Qisthy. N.(2012). Program bimbingan pibadi sosial berdasarkan identitas interpersonal peserta didik. Skripsi Program Studi Psikologi Pendidikan Dan Bimbingan FIP UPI: tidak diterbitkan.
Razali, N.M. dan Wah, Y. B. (2011) “Power Comparisons of Shapiro-Wilk, Kolmogorov-Smirnov, Lilliefors and Anderson Darling Test,” Journal of Statistical Modelling and Analytics, vol. 2(1), hal. 21-33,
Redhana, I W. dan Liliasari.(2008). Program Pembelajaran Keterampilan Berpikir Kritis pada Topik Laju Reaksi Untuk Siswa SMA.Forum
Kependidikan, Vol. 27, 2 Maret 2008. Bandung: Universitas Pendidikan
73
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Renner & Abraham. (1988). ”The Necessity of Each Phase of the Learning Cycle
in Teaching High Scool Physics”. Journal of the Research in Science
Teaching. 25 (1), 39-57.
Rustaman, N, et,al.(2005). Strategi belajar mengajar Biologi. Bandung : JICA.
Samosir, H. (2010). Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain-Write (POEW) untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA. Tesis Pendidikan IPA. Bandung: UPI.
Sanjaya, W. (2002). Pengembangan Model Pembelajaran Metode Klinis Bagi Peningkatan Kemampuan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar. Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: UPI, Tidak Diterbitkan
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sukmana, R.W, (2008). Perbandingan hasil belajar siswa menggunakan multimedia ilustrasi statis dan animasi pada pembelajaran reproduksi sel.
Tesis Magister pada SPs UPI: Tidak Diterbitkan
Suparno, P. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.
Suryosubroto. (2009). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta:Rineka Cipta.
Syukri. (1999).Kimia Dasar 1. Bandung:Penerbit ITB.
Tim Penyusun Universitas Pendidikan Indonesia. (2009). Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah, Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Treagust, T. , Goh and Chia. (2002). “Development and Application of a Two-tier
Multiple Choice Diagnostic Instrument to Assess High School Student’s
Understanding of Inorganic Chemistry Qualitative Analysis”. Journal of
74
Katrin Amelia Br Ginting , 2014
SIKLUS BELAJAR EMPIRIS-INDUKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA TOPIK LAJU REAKSI
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Trowbridge I, W . Bybee R, W (1990). Becoming a Secondary school Science
Teacher. Columbus, Ohio, USA: Merril
Tsapartis, G. & Zoller, U. 2003. Evaluation of higher vs. lower-order cognitive skills-type examination in chemistry: Implications for university in-class assessment and examination. U. chem. Ed. 7, 50-57.
Wahyu, W., et,al. (2007). Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Woolnough, B. (1985). Practical Work In Science. Cambridge : Cambridge University Press.
Yasin, A. (2007). Siklus belajar empiris-induktif untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan penguasaan konsep siswa pada materi asam-basa. Tesis Magister Program Studi Pendidikan IPA Program Pascasarjana UPI:tidak diterbitkan.
Zayeri, A. , Rangi and Khosravi. (2010). Development and Evaluation of a New Questionnaire for Rating of Cognitive Failures at Work. International
Journal of Occupational Hygiene. 3, (1), 6-11.
Zohar, A. (1994). The Effect of The Biology Critical Thinking Project on The Development of Critical Thinking. Journal of Researching Science