SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Sosiologi
Oleh
GYTHA LARASATI JERRY 1005427
JURUSAN PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
GythaLarasati Jerry
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas PendidikanIlmuPengetahuanSosial
© GythaLarasati Jerry 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ………... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ……… viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
F. Struktur Organisasi Skripsi ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11
A. Kenakalan Remaja ... 11
1. Remaja dan Perkembangannya ... 11
2. Pengertian Kenakalan Remaja ... ... 14
3. Jenis-jenis Kenakalan Remaja ... 15
B. Teori Penyimpangan Sosial ... 17
1. Definisi Penyimpangan Sosial atau Perilaku Menyimpang …. 17
2. Batasan Perilaku Menyimpang ………. 19
3. Kategori Perilaku Menyimpang ……… 20
4. Subkultur Menyimpang ……… 21
C. Teori Pertukaran ... 21
1. Teori Pertukaran George Homans ……… 22
D. Kelompok Sosial ………. 25
1. Pengertian Kelompok Sosial ……….... 25
2. Karakteristik dan Faktor Pembentuk Kelompok Sosial ……... 26
3. Tipe-Tipe Kelompok Sosial ……….. 28
5. Dinamika Kelompok Sosial ... .. 32
6. Peran Kelompok dalam Pembentukan Kepribadian ………….. 35
E. Kelompok Pertemanan ……….. ... 36
1. Pengertian Kelompok Pertemanan ……….. 36
2. Jenis-Jenis Kelompok Sebaya ………. 39
3. Ciri-ciri Kelompok Pertemanan atau Kelompok Sebaya ……… 40
4. Fungsi Kelompok Pertemanan atau Kelompok Sebaya ……….. 41
G. Penelitian Terdahulu ... ... 43
BAB III METODE PENELITIAN ... 46
A. Pendekatan dan Metode Penelitian... 46
B. Teknik Penelitian dan Pengumpulan Data ... 50
1. Wawancara ... 50
2. Observasi ... 52
3. Studi Literatur ………... 53
C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 53
1. Lokasi Penelitian ... 53
2. Subjek Penelitian ... 54
D. Prosedur Penelitian ... 55
1. Tahap Pra Penelitian ... 55
a. Prosedur Administrasi Penelitian ……….. 55
b. Persiapan Penelitian ………... 56
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 56
E. Analisis Data ... 57
1. Reduksi Data ... 57
2. Penyajian Data ... 57
3. Menarik Kesimpulan/Verifikasi ... 57
F. Uji Keabsahan Data ……..……….. 58
1. Pengecekan Anggota (Member Chek) ……… 58
2. Triangulasi ……….. 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 60
A. Gambaran Umum SMK Vijaya Kusuma Bandung ……… 60
1. Sejarah SMK Vijaya Kusuma Bandung ……… 60
2. Identitas Sekolah ……… 61
3. Visi SMK Vijaya Kusuma Bandung ………. 62
4. Misi SMK Vijaya Kusuma Bandung ………. 62
5. Tujuan SMK Vijaya Kusuma Bandung ………. 62
6. Sarana Pendukung Pendidikan SMK Vijaya Kusuma Bandung 63 7. Kegiatan Ekstrakulikuler Siswa ……….. 63
B. Deskripsi Hasil Penelitian ……….. 64
Hasil Observasi ……… 64
Hasil Wawancara ………. 67
C. Pembahasan Hasil Penelitian ………. 97
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ……… ... 123
A. Simpulan ……….. 123
B. Saran ……… 125
DAFTAR PUSTAKA ……….. 127
LAMPIRAN I ……….. 131
LAMPIRAN II ... …. 135
LAMPIRAN III ………... 149
LAMPIRAN IV ………... 155
1005427
ABSTRAK
Penelitian ini memaparkan kenakalan remaja akibat kelompok pertemanan siswa pada siswa SMK Vijaya Kusuma Bandung yang pernah tercatat pada buku kasus sekolah dan sekaligus tergabung dalam sebuah kelompok pertemanan. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui penyebab kelompok pertemanan siswa memiliki pengaruh dalam memicu terjadinya tindak kenakalan remaja. Terutama tindak kenakalan yang dilakukan oleh siswa jurusan otomotif di SMK Vijaya Kusuma Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menggunakan wawancara dan observasi sebagai alat pengumpul data yang dilakukan peneliti terhadap informan penelitian. Selain dari itu juga diperoleh data kenakalan yang dilakukan siswa melalui buku kasus pihak Bimbingan dan Konseling sekolah. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 7 orang siswa otomotif sebagai informan pokok. Serta Kepala sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, dan guru BK sebagai informan pangkal. Untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan oleh peneliti adalah menggunakan pedoman wawancara yang sudah dirancang sedemikian rupa berdasarkan kisi-kisi instrumen penelitian. Selain itu juga didukung oleh hasil observasi yang sudah dilakukan oleh peneliti selama 4 bulan. Untuk menguji keabsahan data dilakukan wawancara berkali-kali kepada informan untuk memastikan bahwa jawaban informan sudah pasti, melalui memberchek dan triangulasi. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa kenakalan remaja yang terjadi akibat pengaruh norma dan perilaku kelompok yang mereka masuki. Dengan adanya proses pertukaran di dalam kelompok menyebabkan anggota kelompok mau mematuhi norma yang diciptakan oleh kelompok itu sendiri agar ia mendapatkan reward dan menghindari hukuman dari kelompoknya tersebut. Selain itu, solidaritas kelompok juga merupakan salah satu hal yang paling dijunjung tinggi oleh kelompok pertemanan remaja.
Juvenile Delinquency As A Result Of Friendship Groups Of Students
Gytha Larasati Jerry
1005427
ABSTRACT
This research exposes juvenile delinquency as a result of friendship groups of students on student SMK Vijaya Kusuma in Bandung ever recorded on the books of the school cases and at once joined in a friendship group. The purpose of this research was done to determine the cause of friendship groups have influence in students triggered acts of juvenile delinquency. Primarily acts of delinquency perpetrated by students majoring in automotive in SMK Vijaya Kusuma in Bandung. Research methods used in this research are methods of qualitative approach with case studies. Using interviews and observations as a means of collecting the data that researchers conducted against the informant research. Aside from it also obtained data on delinquency committed students through the book of guidance and Counseling parties case school. The subject of the research in this study was the automotive students as the main informant. As well as the Principal, Vice Principal, and counsellor teacher as the base of the informant. To answer the problem formulation has been established by researchers are using the interview guide was designed based on the lattice research instrument. Besides that also supported by the observation that has been carried out by researchers for four months. To test the validity of the data is done many times to interview informants to make sure that the informant was certainly answer, through memberchek and triangulation. Of research results can be known that juvenile delinquency that results from the influence of norms and behaviors of the group which they entered. With the Exchange process within the group led to the members of the Group want to abide by the norms created by the group itself in order to get the reward and avoid punishment from the Group. In addition, the solidarity group is also one of the most high esteem by friendship groups of teenagers.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah kenakalan remaja merupakan salah satu bagian dari
masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Kenakalan remaja dapat
dikategorikan sebagai perilaku menyimpang, karena suatu perbuatan mengabaikan
norma sosial yang berlaku secara umum.
Remaja merupakan generasi penerus bangsa yang diharapkan dapat
menggantikan generasi-generasi terdahulu dengan kualitas kinerja dan mental
yang lebih baik. Remajalah yang nantinya akan memajukan bangsa. Rijalihadi (9
Februari 2011) dalam artikelnya yang berjudul Fenomena Kenakalan Remaja Di
Indonesia menyatakan bahwa “Berdasarkan Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 %
dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal tersebut tentu saja dapat
menjadi asset bagi bangsa Indonesia jika remaja tersebut menunjukkan potensi
diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi bencana bagi bangsa ini jika
remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam
kenakalan remaja. Namun, melihat kondisi remaja saat ini, harapan remaja
sebagai generasi penerus bangsa yang menentukan kualitas negara di masa yang
akan datang sepertinya sulit untuk diwujudkan. Perilaku nakal dan menyimpang
dikalangan remaja saat ini cenderung mencapai titik kritis. Telah banyak remaja
yang terjerumus ke dalam kehidupan yang dapat merusak masa depannya.
Salah satu faktor penyebab terjadinya tindak kenakalan remaja adalah
pergaulan remaja dengan kelompok pertemanan yang menyimpang. Banyaknya
kelompok-kelompok remaja yang melakukan perilaku menyimpang semakin
meyakinkan kita bahwa lingkungan pertemanan memiliki andil yang cukup besar
dalam menimbulkan terjadinya tindak kenakalan. Kelompok-kelompok remaja
tersebut dengan mudahnya melakukan perbuatan-perbuatan yang dianggap
bertentangan dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Manusia adalah makhluk sosial yang menyebabkan manusia tersebut
berkelompok. Kelompok-kelompok sosial yang terbentuk berasal dari berbagai
faktor. Setiadi dan Kolip (2011, hlm. 102) menyatakan bahwa:
Faktor yang membentuk kelompok sosial dapat dilihat dari beberapa faktor. Faktor yang pertama yaitu hubungan kedekatan. Hubungan
kedekatan akan terkait dengan faktor geografis. Semakin dekat jarak geografis antara dua orang semakin mungkin mereka memiliki tingkat keseringan berinteraksi seperti saling melihat, berbicara, dan berasosiasi. Faktor yang kedua adalah adanya kesamaan. Selain hubungan kedekatan secara fisik, terdapat faktor kesamaan antar mereka yang menimbulkan rasa keanggotaan. Ada kecendrungan manusia untuk memilih berhubungan dengan orang yang memiliki kesamaan, seperti kesamaan minat, agama/kepercayaan, nilai, usia, tingkat pendidikan, dan karakter personel lainnya.
Masa remaja adalah salah satu tahap di mana individu akan merasa sangat butuh
untuk membentuk maupun memasuki suatu kelompok untuk mempelajari orang
lain dan menemukan jati dirinya sendiri. Pemilihan kelompok yang akan dimasuki
oleh remaja tersebut pun berdasarkan oleh kesamaan-kesamaan yang mereka
miliki, termasuk rasa nyaman berada di dalam kelompok tersebut, sehingga
konformitas dalam berkelompok menjadi hal yang paling penting bagi remaja.
Kelompok memberikan sugesti kepada tiap anggota kelompoknya untuk
memunculkan norma kelompok di dalam diri mereka masing-masing, apalagi
pada diri remaja yang masih berupaya mencari konsep dirinya, mereka akan
sangat mudah untuk tersugesti terhadap hal apa saja yang menurut mereka
membuat dirinya nyaman dan bernilai. Dirdjosisworo (1985, hlm. 196)
mengungkapkan bahwa:
Faktor pergaulan adalah faktor yang sangat berpengaruh atas pertumbuhan anak-anak seperti dikemukakan oleh Sheldon dan Eleanor Clusck:
“Lebih dari 95% anak-anak nakal adalah mereka yang telah
berhubungan dengan “bad companious” and “bad habits”.
Norma dan aturan yang berlaku di dalam kelompok remaja dibuat berdasarkan
pandangan kelompok itu sendiri, tanpa berpedoman kepada norma yang berlaku
dimasyarakat, sehingga dengan adanya kelompok yang memiliki norma dan
perilaku menyimpang menyebabkan kenakalan remaja pun akan terus terjadi.
Pada artikel yang berjudul Fenomena Kenakalan Remaja Di Indonesia yang
BNN bekerjasama dengan UI menyatakan jumlah penyalahguna narkoba sebesar
1,5% dari populasi atau 3,2 juta orang, terdiri dari 69% kelompok teratur pakai
dan 31% kelompok pecandu dengan proporsi laki laki sebesar 79%, perempuan
21%”.
Umaroh (29 Desember 2013) pada Jurnal Kenakalan Remaja menuliskan
bahwa “Penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara tahun 2000-2002, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan
91,5% di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali. Data ini
didukung beberapa hasil penelitian bahwa terdapat 98% mahasiswi Yogyakarta
yang melakukan seks pra nikah mengaku pernah melakukan aborsi. Secara
kumulatif, aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun.
Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh wanita yang belum menikah, sekitar
10-30% adalah para remaja. Artinya, ada 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang
diperkirakan melakukan aborsi setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkan,
tiap hari 100 remaja melakukan aborsi dan jumlah kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD) pada remaja meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus
setiap tahun”.
SMK Vijaya Kusuma merupakan salah satu Sekolah Menengah Kejuruan
yang berada di Kota Bandung, sekolah ini memiliki 2 jurusan kompetensi
keahlian, yaitu jurusan Teknik Kendaraan Ringan (Otomotif) dan Teknik
Komputer Jaringan (TKJ). Siswa laki-laki di sekolah ini lebih banyak jumlahnya
dibandingkan siswa perempuan. Pelanggaran dan kenakalan di sekolah ini terjadi
secara terus menerus, yang pada umumnya di lakukan oleh siswa laki-laki dari
jurusan Teknik Kendaraan Ringan. Berdasarkan pencatatan pada buku kasus
sekolah, beberapa jenis kenakalan yang pernah terjadi adalah sebagai berikut:
1. Bolos sekolah. Siswa bolos dari sekolah selama 16 hari bahkan ada pula
siswa yang tidak masuk sekolah selama sebulan.
2. Kabur pada saat jam pelajaran.
3. Merokok di sekitar wilayah sekolah dan kamar mandi sekolah.
4. Terlambat datang ke sekolah
6. Berkelahi
7. Kabur dari sekolah
8. Menyimpan gambar porno di dalam handphone
9. Meminum-minuman keras
10.Bergabung dengan genk motor yang menyimpang
Salah satu tindak kenakalan yang terjadi akhir-akhir ini adalah sekelompok
siswa yang ketahuan oleh pihak sekolah meminum-minuman keras, dan
bergabungnya siswa ke dalam genk motor yang berperilaku negatif. Kenakalan
remaja yang terjadi lebih sering dilakukan secara berkelompok, karena remaja
merasa mendapatkan penguatan dari kelompoknya dan menjadi lebih berani. Pada
umumnya, siswa berasal dari keluarga dengan tingkat ekonomi menengah
kebawah, namun mereka tetap ingin bergabung dengan kelompok-kelompok
pertemanan yang ada walaupun harus mengeluarkan uang dalam menjalankan
kegiatan kelompoknya. Tambunan (1982, hlm. 72) mengungkapkan bahwa:
Untuk sekedar melepaskan kerisauan hati terhadap keluarganya, remaja akan bergabung dengan kelompok anak-anak remaja lain yang mungkin senasib dengan dirinya, disinilah dia kemudian memperhambakan dirinya hanya untuk mendapatkan tempat di dalam kelompok. Sebagai anggota yang baru ia harus tunduk, dan harus mau melakukan apa saja yang dikehendaki kepala kelompok.
Pernyataan Tambunan tersebut didukung oleh Gardner (1996, hlm. 30) yang
menyatakan bahwa “Orang-orang muda (remaja) bertindak sesuka hatinya dan begitu memuja identitas kelompoknya serta penerimaan kelompok terhadap
dirinya”.
Penghargaan yang didapat oleh individu di dalam kelompoknya
menyebabkan ia secara tidak sadar akan „membayar‟ penghargaan tersebut dengan
mengaplikasikan norma dan aturan kelompok dalam dirinya. Apabila individu
tidak menerima penghargaan dari kelompoknya, maka ia bisa saja menjadi tidak
nyaman berada di kelompok tersebut dan akan berupaya untuk mencari kelompok
Tarde (dalam Budimansyah 2009, hlm. 82) menyatakan bahwa:
Manusia itu semuanya melakukan hubungan sosial (social interaction), yaitu berkisar pada proses contoh mencontoh, dalam sosial. Lingkungan yang buruk akan cenderung menghasilkan manusia-manusia melakukan hal-hal yang buruk, demikian pula sebaliknya.
Pelanggaran yang dilakukan oleh siswa SMK Vijaya Kusuma tetap saja terjadi,
padahal sekolah ini terletak di wilayah yang ramai, dan berada di sekitar Kampus
UPI yang mencetak para pendidik bangsa. Hal ini memperlihatkan bahwa
masyarakat sekitar belum bisa berperan menjadi pengontrol sosial yang baik
dalam mencegah terjadinya tindak kenakalan remaja. Jika tindak kenakalan ini
terus menerus dibiarkan terjadi, maka mungkin saja remaja ini akan tumbuh
menjadi individu dengan kepribadian yang buruk.
Kelompok merupakan tempat remaja bersosialisasi dan berinteraksi
menyebabkan remaja tersebut memilih untuk mengikuti aturan kelompoknya
masing-masing. Jika aturan itu bersifat menyimpang, maka bentuk pengabaian
norma seperti kenakalan remaja adalah wujud perilaku kelompoknya. Dalam
penelitian yang berjudul Pengaruh Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku
Menyimpang Siswa di Sekolah (Studi Deskriptif Analitik di SMA Kartika
Siliwangi II Bandung Kelas XI) pada tahun 2009 oleh Yunita Pratiwi dapat
disimpulkan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya yang menyimpang
menyebabkan siswa juga melakukan perilaku yang menyimpang. Realitasnya
sebuah interaksi tidak selalu menjamin bahwa seseorang itu akan merasa akrab
dan mudah saling mempengaruhi dengan orang lain tanpa ada nya
keuntungan-keuntungan yang mereka dapatkan dari hubungan tersebut.
Kenakalan remaja yang terjadi ini memperlihatkan mulai bobroknya moral
generasi penerus bangsa. Jika dari remaja saja individu sudah melakukan tindakan
kenakalan, lalu nanti disetiap tahapan kehidupannya ia akan dengan mudah
melakukan penyimpangan atau pelanggaran terhadap aturan dan norma yang
berlaku dimasyarakat. Selain itu, tindak kenakalan yang terjadi ini juga
berpengaruh terhadap pembelajaran siswa. Siswa yang melakukan tindak
kenakalan memiliki motivasi dan minat belajar yang rendah, sehingga banyak
Berdasarkan pencatatan buku kasus sekolah, pernah ada siswa yang bolos dari
sekolah hingga satu bulan lamanya. Perilaku ini pun lama kelamaan bisa saja
menular kepada siswa lainnya, karena interaksi antar siswa yang terjadi saling
mempengaruhi satu sama lain.
Semakin meningkatnya kasus kenakalan remaja yang terjadi pada saat ini,
membuat kita semakin khawatir pula dengan masa depan bangsa Indonesia.
Dengan memperhatikan salah satu faktor penyebab terjadinya kenakalan itu
adalah tergabungnya remaja tersebut ke dalam sebuah kelompok yang memiliki
norma dan perilaku kelompok yang menyimpang. Untuk itu, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Kenakalan Remaja Akibat Kelompok
Pertemanan Siswa (Studi Kasus pada Siswa SMK Vijaya Kusuma Bandung)”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan dan melihat
kondisi yang terjadi di lapangan, dapat disimpulkan identifikasi masalah sebagai
berikut:
1. Tindak kenakalan remaja yang akhir-akhir ini semakin mengkhawatirkan.
Siswa dengan mudahnya melakukan pelanggaran dengan cara
mengabaikan norma dan aturan yang berlaku di sekolah, terbukti dengan
pelanggaran tata tertib sekolah yang hampir setiap hari terjadi.
2. Kenakalan yang dilakukan siswa tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi
juga di luar lingkungan sekolah. Selain itu, siswa lebih sering melakukan
tindak kenakalan bersama teman-teman kelompoknya.
3. Sekelompok siswa yang ketahuan oleh pihak sekolah meminum-minuman
keras. Dengan uang seadanya sekelompok siswa tersebut beriuran untuk
dapat membeli minuman keras. Walaupun siswa berasal dari keluarga
yang berekonomi menengah kebawah, ia tetap mau mengeluarkan uang
untuk mengikuti kebiasan negatif kelompoknya.
4. Siswa banyak tergabung sebagai anggota genk motor yang memiliki
norma dan perilaku menyimpang. Norma dan perilaku tersebut sudah
menjadi kebiasaan oleh anggotanya, sehingga perbuatan-perbuatan yang
C. Rumusan Masalah Penelitian
Untuk memperoleh hasil penelitian yang sesuai sasaran, dan tujuan yang
hendak dicapai peneliti, maka rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah
“bagaimanakah bentuk kenakalan remaja akibat kelompok pertemanan siswa SMK Vijaya Kusuma Bandung?”
Agar ruang lingkup penelitian konsisten pada masalah yang diteliti dan
tidak terlalu luas ruang lingkupnya serta terarah pada tujuan yang hendak dicapai
maka peneliti merasa perlu membatasi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran tindak kenakalan remaja akibat kelompok
pertemanan siswa SMK Vijaya Kusuma Bandung?
2. Bagaimana wujud perilaku dan norma yang dibentuk oleh
kelompok-kelompok pertemanan siswa SMK Vijaya Kusuma Bandung?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan individu mau mematuhi norma
dalam kelompok pertemanannya?
4. Bagaimana andil kelompok pertemanan tersebut dalam memicu timbulnya
kenakalan remaja?
5. Upaya apa saja yang dilakukan pihak sekolah untuk menanggulangi
terjadinya tindak kenakalan remaja?
D. Tujuan Penelitian
1) Tujuan umum:
Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk memahami tentang
tindak kenakalan remaja akibat kelompok pertemanan siswa. Dalam
penelitian ini peneliti melakukan studi kasus pada siswa SMK Vijaya
Kusuma Bandung.
2) Tujuan khusus:
a) Mendeskripsikan tindak kenakalan remaja akibat kelompok
pertemanan siswa SMK Vijaya Kusuma Bandung.
b) Mendeskripsikan wujud perilaku dan norma yang dibentuk oleh
kelompok-kelompok pertemanan siswa SMK Vijaya Kusuma
c) Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab individu di dalam kelompok
mau mematuhi norma kelompok.
d) Mengetahui andil kelompok pertemanan tersebut dalam memicu
timbulnya kenakalan remaja.
e) Mengidentifikasi upaya yang dilakukan pihak sekolah untuk
menanggulangi terjadinya tindak kenakalan remaja.
E. Manfaat Penelitian
1) Manfaat teoritis
Dapat memberikan sumbangan pemikiran atau bahan kajian dalam
dunia ilmu Sosiologi terutama dalam hal yang berkaitan dengan konsep
perilaku menyimpang, proses sosial, dan proses pertukaran antar individu
di dalam kelompok.
2) Manfaat praktis
Manfaat penelitian secara praktis dibagi kepada pihak sekolah, orang
tua, dan masyarakat. Manfaat-manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pihak sekolah
Sebagai upaya perbaikan dan peningkatan bagi Kepala Sekolah,
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, dan guru dalam upaya
pencegahan dan meminimalisir terjadinya tindak kenakalan remaja
di sekolah yang bersumber dari kelompok-kelompok sosial
pertemanan yang dimiliki siswa, dengan pengendalian atau kontrol
sosial terhadap kelompok-kelompok tersebut, dan terkhusus
kepada siswa itu sendiri.
b. Orang tua
Sebagai upaya dalam membentuk kepribadian dan moral anak,
dengan cara mengawasi pergaulan anak dan melakukan
komunikasi yang intensif dengan anak.
c. Masyarakat
Sebagai upaya memperluas wawasan dan pengetahuan masyarakat
F. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi atau sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. BAB I Pendahuluan
Pendahuluan merupakan bagian awal dalam penyusunan skripsi yang
berisi: latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, serta struktur organisasi penelitian.
2. BAB II Kajian Pustaka
Kajian pustaka mempunyai peran yang sangat penting. Melalui kajian
pustaka ditunjukkan “the state of the art” dari teori yang sedang dikaji dan kedudukan masalah penelitian dalam bidang ilmu yang diteliti. Dalam kajian
pustaka, peneliti membandingkan, mengontraskan, dan memposisikan kedudukan
masing-masing penelitian yang dikaji dikaitkan dengan masalah yang diteliti.
3. BAB III Metode Penelitian
Pada BAB metode penelitian ini akan menjelaskan mengenai metodologi
yang ingin digunakan dan jenis penelitian apa yang dipilih oleh penulis. Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan
kualitatif.
4. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada BAB 1V ini berisikan tentang pengolahan atau analisis data dan
pembahasan atau analisis temuan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan
tahap-tahap yang telah ditentukan. Di dalam penelitian ini, pengolahan data dilakukan
dengan metode penelitian kualitatif. Pembahasan dalam BAB ini dikaitkan dengan
teori-teori terkait yang telah dibahas pada BAB II Kajian Pustaka.
5. BAB V Kesimpulan dan Saran
Pada BAB V akan disajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap
hasil analisis temuan penelitian. Ada dua alternatif cara penulisan kesimpulan,
yakni dengan cara butir demi butir, atau dengan cara uraian padat. Kesimpulan
harus menjawab pertanyaan penelitian atau rumusan masalah. Saran atau
rekomendasi yang ditulis setelah kesimpulan dapat ditujukkan kepada para
kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya,
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan cara untuk menemukan kebenaran dengan
cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dan diperoleh secara sistematis. Menurut Sugiyono (2006, hlm. 2) “Metode penelitian pada dasarnya merupakan
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaantertentu”.
Berdasarkan penjelasan diatas penulis berpendapat bahwa terdapat empat
kata kunci yang mewakili pengertian dari sebuah metode penelitian, yaitu cara
ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Hal ini berarti penelitian tersebut dilakukan
dengan cara yang ilmiah dengan menemukan data-data yang membantu untuk
mencapai tujuan dan kegunaan yang telah dirumuskan oleh peneliti. Data yang
diperoleh oleh peneliti adalah data yang bisa dipertanggung jawabkan
kebenarannya, yaitu sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Metode penelitian dapat dikategorikan menjadi penelitian dasar dan
penelitian terapan. Suriasumantri (dalam Sugiyono 2006, hlm. 5) menyatakan bahwa “Penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian
terapan adalah bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis”.
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian
itu digunakan sesuai dengan masalah atau tujuan penelitian yang hendak dicapai
oleh peneliti, sehingga hasil penelitiannya tersebut dapat memiliki kegunaan dan
manfaat untuk masyarakat dan dunia pendidikan.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode studi
kasus dengan pendekatan kualitatif. Wirartha (2006, hlm. 144) mengungkapkan bahwa “Sifat khas studi kasus adalah menggunakan pendekatan yang bertujuan mempertahankan keutuhan (wholeness) objek penelitian”. Selanjutnya, Wirartha
Penelitian difokuskan pada satu unit analisis yang dianggap sebagai kasus. Fokus utama studi kasus adalah menjawab menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana.
Metode studi kasus digunakan karena penelitian ini mengkaji secara utuh
mengenai kasus kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa yang tergabung
dalam sebuah kelompok pertemanan.
Berdasarkan alasan yang telah dikemukakan di atas, maka penulis pun
memiliki alasan untuk memilih metode yang tepat digunakan di dalam penelitian
ini adalah metode penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Sugiyono (2006, hlm. 9) menyatakan bahwasanya:
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generaliasi.
Sugiyono (2006, hlm. 231) mengungkapkan bahwa: “masalah” dalam penelitian
kualitatif masih bersifat sementara, tentativ dan akan berkembang atau berganti
setelah peneliti berada di lapangan. Dalam penelitian kualitatif, akan terjadi tiga kemungkinan terhadap “masalah” yang dibawa oleh peneliti dalam penelitian. Yang pertama masalah yang dibawa oleh peneliti tetap, sehingga sejak awal sampai akhir penelitian sama. Yang kedua “masalah” yang dibawa peneliti setelah memasuki penelitian berkembang yaitu memperluas atau memperdalam masalah yang telah disiapkan. Yang ketiga “masalah” yang dibawa peneliti setelah memasuki lapangan berubah total, sehingga harus “ganti” masalah.
Berdasarkan pendapat Sugiyono diatas, penulis berpendapat bahwa
penelitian kualitatif ini masalah yang akan diteliti bersifat sementara, belum pasti,
dan akan mengalami perubahan-perubahan lainnya, sehingga peneliti harus jeli
dalam menemukan masalah dalam penelitian kualitatif ini, sehingga jika masalah
mengganti masalah yang akan dikaji atau mencari tempat lain yang sedang
mengalami masalah yang akan diteliti oleh peneliti tersebut.
Sugiyono (2006, hlm. 233) mengungkapkan bahwasanya:
Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek itu bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi sosial yang diteliti yang meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis.
Pemilihan menggunakan penelitian kualitatif karena berdasarkan atas beberapa
pertimbangan yang dijabarkan oleh Moleong (2007, hlm. 9), yaitu:
1. Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak.
2. Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden.
3. Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan tahap pola-pola nilai yang dihadapi.
Penulis mengemukakan alasan dalam menggunakan pendekatan kualitatif di
dalam penelitian ini adalah agar penulis mendapatkan galian masalah yang lebih
mendalam, selain itu penulis ingin melakukan interaksi langsung dengan sumber
data yang berada di lapangan.
Sugiyono (2006, hlm. 240) mengungkapkan bahwa “Dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti
kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang
berkembang di lapangan”. Peneliti harus memiliki wawasan yang luas dan
benar-benar menguasai teori sebelum memulai untuk turun ke lapangan, agar peneliti
dapat memahami secara mendalam fenomena yang sedang terjadi.
Instrumen utama dalam sebuah penelitian kualitatif adalah peneliti itu
sendiri, karena peneliti lah yang terjun langsung ke lapangan dengan wawancara
dan observasi (pengamatan). Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono
(2006, hlm. 251) bahwa “Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
temuannya”. Selanjutnya, masih diungkapkan oleh Sugiyono (2006, hlm. 241)
bahwa “Untuk dapat menjadi instrumen penelitian yang baik, peneliti kualitatif
dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, baik wawasan teoritis maupun
wawasan yang terkait dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai,
budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada
konteks sosial tersebut”.
Alasan menjadikan peneliti sebagai instrumen penelitian sendiri adalah
seperti yang dikemukakan oleh Nasution (dalam Sugiyono 2006, hlm. 251)
sebagai berikut:
“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunyabelum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secra pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya”
Menurut Nasution (dalam Sugiyono 2006, hlm. 252) peneliti sebagai instrument
penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian.
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu isntrumen berupa test atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya, menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrument dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
7. Dalam penelitian dengan menggunakan test atau angket yang bersifat kuantitatif yang diutamakan adalah respon yang dapat dikuantifikasi agar dapat diolah secara statistik, sedangkan yang menyimpang dari itu tidak dihiraukan. Dengan manusia sebagai instrument, respon yang aneh. Yang menyimpang justru diberi perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
B. Teknik Penelitian Dan Pengumpulan Data
Peneliti adalah sebagai instrumen utama dalam penelitian kualitatif.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sugiyono (2006, hlm. 252) bahwa:
Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka kemungkinan akan dikembangkan instrumen penelitian sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.
Berdasarkan pendapat Sugiyono di atas, penulis menyimpulkan bahwa peneliti
adalah instrumen utama dalam penelitian kualitatif, sehingga segala hal yang ada
di lapangan nantinya peneliti lah yang dapat menemukan makna dan
menafsirkannya, yang nantinya wawancara dan observasi adalah sebagai
instrumen pendukung peneliti.
Selama peneliti melakukan penelitian, peneliti hendaknya menyatu dengan
sumber data. Dalam penelitian kualitatif, peneliti langsung terjun ke lapangan
untuk mengumpulkan data dalam kondisi yang alamiah. Pengumpulan data yang
dilakukan oleh peneliti adalah melalui observasi, wawancara, dan studi literatur.
Teknik penelitian untuk pengumpulan data yang digunakan peneliti
diuraikan sebagai berikut:
1. Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya
jawab terhadap informan penelitian. Esterberg (dalam Sugiyono 2006, hlm. 260)
mendefinisikan “Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna
Selanjutnya Stainback (dalam Sugiyono 2006, hlm. 261) mengemukakan
bahwa “Dengan wawancara peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena
yang terjadi, di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi”.
Wawancara dilakukan tujuan utamanya adalah untuk mengenali informan
penelitian dan mendapatkan data berupa bagaimana kenakalan remaja pada
kelompok pertemanan siswa. Dalam melakukan wawancara, peneliti itu sendiri
sebelumnya harus berada dalam posisi yang netral, agar tidak menghasilkan data
yang bias atau menyimpang dari yang seharusnya. Seperti yang dikemukakan oleh
Sugiyono (2006, hlm. 264) bahwa “Kebiasan data ini akan tergantung pada
pewawancara, yang diwawancarai, situasi, dan kondisi pada saat wawancara”.
Untuk mendapatkan data yang bermanfaat, yang kemudian data tersebut
dapat dianalisis, maka peneliti hendaknya melakukan wawancara dengan teliti dan
mendalam sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disiapkan dan terfokus
pada masalah yang dikaji dalam penelitian.
Teknik wawancara yang peneliti gunakan adalah wawancara terstruktur
dengan keadaan yang nonformal. Sugiyono (2006, hlm. 262) menyatakan bahwa “Dengan wawancara terstruktur ini setiap informan diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya”. Dalam melakukan wawancara peneliti akan
menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan, dan juga menggunakan
alat bantu perekam. Peneliti melakukan wawancara secara terbuka dan dilakukan
sesuai dengan situasi dan kondisi subjek yang akan diwawancarai. Peneliti juga
langsung mengadakan wawancara kepada para informan yang telah ditetapkan
untuk memperoleh data yang diperlukan sesuai dengan fokus masalah yang telah
ditentukan dalam penelitian.
Wawancara terstruktur yang dilakukan oleh peneliti menggunakan
perdoman wawancara yan telah disiapkan sebelumnya. Lalu peneliti dibantu oleh
Guru Bimbingan dan Konseling sekolah memilih anak-anak yang akan dijadikan
informan wawancara sesuai dengan karakteristik yang telah ditentukan oleh
peneliti sesuai dengan fokus masalah penelitian. Wawancara ini bersifat
pertanyaan peneliti. Wawancara yang dilakukan tidak terpaku pada
pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun dalam pedoman wawancara, namun tidak
melenceng ataupun mengurangi maksud dan tujuan dari rumusan pedoman
wawancara yang telah disusun.
2. Observasi
Observasi atau dapat disebut sebagai pengamatan merupakan suatu teknik
pengumpulan data yang sangat berkontribusi dalam sebuah penelitian kualitatif.
Pada saat melakukan sebuah observasi, peneliti akan melihat, mendengar, dan
memahami fenomena sosial yang diteliti. Nasution (dalam Sugiyono 2006, hlm. 254) menyatakan bahwa “Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan”.
Patilima (2011, hlm. 63) mengungkapkan bahwa “Metode pengamatan
merupakan sebuah teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti turun ke
lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku,
kegiatan, benda-benda, waktu, peristiwa, tujuan, dan perasaan”. Pengamatan
membuat peneliti melihat dan mendengarkan proses yang terjadi di lapangan,
sehingga dapat membantu peneliti itu sendiri untuk mengumpulkan data. Terkait
dengan pernyataan diatas, Bungin (2010, hlm. 115) mengungkapkan “Definisi
dari observasi adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya seperti
telinga, penciuman, mulut, dan kulit”.
Menurut Suparlan (dalam Patilima 2011, hlm. 63) ada delapan hal penting
yang harus diperhatikan oleh peneliti yang menggunakan metode pengamatan,
yakni:
1. ruang atau tempat. Setiap kegiatan, meletakkan sesuatu benda, dan orang dan hewan tinggal, pastim membutuhkan ruang dan tempat. Tugas dari si peneliti adalah mengamati ruang atau tempat tersebut untuk dicatat atau digambar.
2. pelaku. Peneliti mengamati ciri-ciri pelaku yang ada di ruang atau tempat. Ciri cirri tersebut dibutuhkan untuk mengkategorikan pelaku yang melakukan interaksi.
4. benda-benda atau alat-alat. Peneliti mencatat semua benda atau alat-alat yang digunakan oleh pelaku untuk berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan kegiatan pelaku.
5. waktu. Peneliti mencatat setiap tahapan-tahapan waktu dari sebuah kegiatan. Bila memungkinkan, dibuatkan kronologi dari setiap kegiatan untuk mempermudah melakukan pengamatan selanjutnya, selain juga mempermudah menganalisis data berdasarkan deret waktu. 6. peristiwa. Peneliti mencatat peristiwa-peristiwa yang terjadi selama
kegiatan pelaku. Meskipun peristiwa tersebut tidak menjadi perhatian atau peristiwa biasa saja, namun peristiwa tersebut sangat penting dalam penelitian.
7. tujuan. Peneliti mencatat tujuan dari setiap kegiatan yang ada. Kalau perlu mencatat tujuan dari setiap bagian kegiatan.
8. perasaan. Peneliti perlu juga mencatatkan perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap peserta atau pelaku kegiatan, baik dalam bahasa verbal maupun non verbal yang berkaitan dengan perasaan atau emosi.
Dalam melakukan observasi atau pengamatan, peneliti juga memiliki sebuah
instrumen observasi atau pengamatan yang telah disiapkan sesuai dengan masalah
yang akan diteliti. Instrumen observasi atau pengamatan tersebut akan membantu
peneliti untuk menggali dan menemukan data-data yang akan dianalisis pada
tahap selanjutnya oleh peneliti. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi
atau pengamatan terhadap perilaku siswa baik dalam melakukan interaksi
pertemanan, maupun dalam proses belajar di sekolah.
3. Studi Literatur
Studi literatur merupakan sebuah teknik pengumpulan data untuk
menjabarkan berbagai teori yang relevan dengan permasalahan yang dikaji dalam
sebuah penelitian dan dapat digunakan sebagai bahan-bahan dalam pembahasan
penelitian, yang mana teori ini nantinya akan dikaitkan dengan temuan-temuan
peneliti di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti membaca dan mempelajari
buku-buku yang memiliki keterkaitan dengan masalah yang diteliti, lalu
ditambahkan pula dengan jurnal, dan penelitian-penelitian terdahulu yang sejenis.
Hal ini bertujuan untuk mendapatkan penguatan data hasil penelitian ini.
C. Lokasi Dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sekolah
Setiabudi No. 238, Bandung. Alasan penulis untuk memilih SMK Vijaya Kusuma
Bandung sebagai lokasi penelitian yakni, karena SMK Vijaya Kusuma Bandung
memiliki siswa laki-laki yang lebih banyak dibandingkan siswa perempuannya
yang disebabkan oleh jurusan kompetensi keahlian yang memang lebih banyak
diminati oleh anak laki-laki. Lalu SMK Vijaya Kusuma ini adalah salah satu
sekolah yang terletak di Kota Bandung, namun belum banyak dikenali oleh
masyarakat, dan memiliki fasilitas serta sarana dan prasarana sekolah yang masih
minim. Siswa yang bersekolah di SMK Vijaya Kusuma Bandung ini pada
umumnya berasal dari keluarga ekonomi menengah kebawah. Kasus kenakalan
atau pelanggaran yang terjadi di sekolah ini cukup sering terjadi, hal-hal tersebut
yang menyebabkan penulis tertarik untuk melakukan penelitian di sekolah ini.
2. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini adalah beberapa siswa
SMK Vijaya Kusuma Bandung yang pernah terlibat dalam tindak kenakalan
remaja, Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, dan Guru BK.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan istilah informan pokok dan
informan pangkal dalam mengklasifikasikan subjek penelitian. Informan pokok
merupakan sumber data utama dalam penelitian ini, sehingga sebagian besar
jawaban dari rumusan masalah dapat digali melalui informan pokok. Siswa di
dalam penelitian ini adalah sebagai informan pokok. Sedangkan dari informan
pangkal, kita akan mendapatkan informasi mengenai informan pokok dan
data-data yang mendukung serta menguatkan penjelasan sumber data-data utama. Informan
pangkal dalam penelitian ini, yaitu Guru BK, Kepala Sekolah, dan Wakil Kepala
Sekolah Bidang Kesiswaan.
Pemilihan siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah berdasarkan
indikator yang telah ditetapkan oleh peneliti, dan peneliti pun dibantu oleh Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Guru BK sekolah untuk menemukan
anak-anak yang sesuai dengan indikator tersebut. Hal ini sesuai dengan teknik
sampling yang digunakan oleh peneliti, yaitu teknik purposive sampling dan snow
ball sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
digunakan pada saat penentuan informan pangkal dan siswa subjek penelitian
berdasarkan indikator. Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang
mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar, Sugiyono (2006, hlm. 95).
Ketika siswa telah ditentukan melalui teknik purposive sampling, lalu nanti
informasi tambahan mengenai penelitian tersebut akan didapatkan melalui warga
sekolah lainnya yang akan dijadikan informan pula oleh peneliti, sampai pada titik
jenuh data, yaitu peneliti tidak menemukan informasi yang baru lagi.
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Pra Penelitian
Sebelum melakukan tahap pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan
tahap pra penelitian terlebih dahulu. Langkah-langkah yang dilakukan peneliti
pada tahap pra penelitian ini meliputi: memilih masalah yang menarik untuk
diteliti, menentukan judul, membuat rumusan masalah, menentukan pendekatan
metode penelitian, menentukan lokasi dan subjek penelitian, melakukan studi
pendahuluan, mengumpulkan data, lalu membuat dan menyusun proposal
penelitian.
Tahapan yang ditempuh peneliti sebelum melaksanakan penelitian, yakni sebagai
berikut:
a. Prosedur Administrasi Penelitian.
Prosedur perijinan yang penulis tempuh dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada ketua jurusan
Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI.
2) Dengan membawa surat rekomendasi izin penelitian dari jurusan, penulis
meminta surat izin pemberitahuan penelitian tahap selanjutnya kepada
Badan Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat.
3) Setelah mendapatkan surat izin pemberitahuan penelitian dari Badan
Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat dengan suratnya
No.070/3273/BKBPM, penulis lalu mengajukan surat ini kepada Dinas
4) Setelah memberikan surat izin pemberitahuan penelitian dari Badan
Kesatuan Bangsa dan Pemberdayaan Masyarakat kepada Dinas Pendidikan
Kota Bandung, penulis kemudian mendapatkan surat izin penelitian skripsi
dengan suratnya No.070/5508-Disdik/2013.
5) Setelah mendapatkan surat izin penelitian dari Dinas Pendidikan Kota
Bandung kemudian penulis memberikan surat tersebut kepada Kepala
Sekolah SMK Vijayakusuma Bandung Jl. Dr. Setiabudi No. 238,
Bandung.
b. Persiapan Penelitian
Beberapa tahap persiapan sebelum melakukan penelitian yang
dilaksanakan oleh penulis, adalah sebagai berikut:
1) Menyusun beberapa pertanyaan yang akan ditanyakan kepada Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Guru BK sekolah, untuk
mengetahui sedikit gambaran umum mengenai perilaku siswa.
2) Pertanyaan yang akan ditanyakan tersebut sebelumnya telah didiskusikan
terlebih dahulu kepada Dosen Pembimbing, supaya lebih terfokus kepada
masalah yang akan diteliti dan dalam pemilihan redaksi kalimat yang
pantas.
3) Menemui Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan dan Guru BK sekolah
untuk mengetahui mengenai perilaku siswa, dan menemukan anak yang
akan dijadikan sebagai subjek penelitian sesuai dengan indikator yang
telah ditentukan penulis.
4) Mempersiapkan perizinan penelitian yang diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Setelah melakukan tahap persiapan untuk penelitian, maka peneliti pun
memasuki lokasi penelitian untuk memulai pelaksanaan penelitian. Pada tahap ini
peneliti melakukan observasi dan pendekatan kepada pihak sekolah serta
siswa-siswa yang akan menjadi subjek penelitian, hal ini dilakukan agar informan
nantinya akan lebih terbuka kepada peneliti. Penggalian informasi pun dilakukan
Penelitian dilakukan penulis terhadap siswa-siswa SMK Vijaya Kusuma
Bandung yang beralamat di Jl. Dr. Setiabudi No. 238, Bandung. Dengan lebih
mengkhusukan penelitian terhadap siswa-siswa yang melakukan tindak kenakalan
dan pernah bergabung dalam sebuah kelompok pertemanan.
E. Analisis Data
Patilima (2011, hlm. 92) mengungkapkan bahwa “Pada analisis data kualitatif, peneliti membangun kata-kata dari hasil wawancara atau pengamatan
terhadap data yang dibutuhkan untuk dideskripsikan atau dirangkum”.
Untuk analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara
bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan simpulan/verifikasi hal
ini diungkapkan oleh Miles dan Huberman (1992, hlm. 16):
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Secara sederhana dapat dijelaskan: dengan “reduksi data’ kita ridak perlu mengartikannya sebagai kuantifikasi.
b. Penyajian data
“Penyajian” sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan—lebih jauh menganalisis ataukah mengambil tindakan—berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut.
c. Menarik kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu mungkin sesingkat pemikiran kembali yang melintas dalam pikiran penganalisis selama ia menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenarannya, kekokohannya, dan kecocokannya, yakni yang merupakan validitasnya.
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Tahap yang
pertama yaitu reduksi data, reduksi data dilakukan untuk memfokuskan data yang
didapat sesuai dengan masalah yang telah ditentukan peneliti. Setelah dilakukan
reduksi data, tahap selanjutnya yaitu penyajian data, dan tahapan yang terakhir
F. Uji Keabsahan Data
Pengujian keabsahan data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Pengecekan anggota (member chek)
Moleong (2007, hlm. 335) mengungkapkan bahwa pengecekan dengan
anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat penting
dalam pemerikasaan derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota
yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran, dan kesimpulan.
2. Triangulasi
Moleong (2007, hlm.330) mengungkapkan bahwa teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebgai pembanding terhadap data itu.
Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian kualitatif, didasarkan
atas empat tekhnik. Moleong (2007, hlm. 324) menyatakan bahwa ada empat
kriteria yang digunakan, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
G. Alur Pikir
Memilih topik kajian penelitian Menyusun
proposal penelitian
Mengkaji isu-isu yang sedang
berkembang
Observasi awal peneliti
Secara resmi memasuki lokasi penelitian
Perumusan masalah
Menyusun pedoman wawancara dan observasi, serta
Memilih informan penelitian
Menyusun kajian pustaka dan metode penelitian
Pengumpulan data (wawancara dan observasi)
Analisis data (reduksi data, display data, dan
verifikasi data)
Dekripsi hasil penelitian dan pembahasan
Uji keabsahan data
Purposive dan
snowball sampling
Informan pokok: 7 orang siswa
Informan pangkal: Kepala sekolah.
wakil kepala sekolah bidang kesiswaan, dan guru BK Teori Pertukaran dalam
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh
penulis. Maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Gambaran tindak kenakalan remaja yang terjadi akibat pengaruh
kelompok pertemanan adalah bergabung dengan genk motor dan melakukan
perilaku-perilaku kelompok yang menyimpang seperti tawuran dengan genk
motor yang lain, meminum-minuman keras bersama teman-teman kelompok,
merokok, melanggar tata tertib lalu lintas seperti menerobos lampu merah, tidak
menggunakan helm pada saat berkendara, terkena razia karena memodifikasi
motor tanpa izin dan bentuk kenakalan pelanggaran status seperti bolos dari
sekolah bersama-sama, tidak memakai atribut seragam sekolah, tidak
mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru, dan berkata-kata yang tidak
sopan, dan berbohong.
Wujud perilaku dan norma yang dibentuk oleh kelompok-kelompok
pertemanan yang dimiliki siswa terbagi menjadi perilaku yang negatif dan
perilaku yang positif. Perilaku negatif merupakan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma yang berlaku pada masyarakat secara umum. Kelompok
pertemanan remaja ini hanya memikirkan kesenangan yang didapatkan tanpa
berpedoman kepada norma-norma masyarakat. Perilaku dan norma tersebut
adalah mengadakan pertemuan rutin dan nongkrong hingga larut malam. Remaja
yang tergabung sebagai anggota genk motor akan mengikuti perilaku dan norma
yang dibentuk oleh genknya itu sendiri. Anggota genk motor akan mengikuti
ospek sebelum benar-benar bergabung sebagai anggota resmi, ospek yang dilalui
pun memiliki cara-cara yang berbeda tiap genknya, selain itu anggota genk motor
akan melakukan konvoi, meminum-minuman keras, melakukan tawuran dengan
anggota genk lain, serta melakukan aksi brutal yang dapat mengganggu
sama-sama merencanakan untuk bolos dari sekolah, bermain playstation, dan
merokok. Selain perilaku yang negatif juga terdapat kelompok yang melakukan
perilaku dan norma yang bersifat positif, seperti kelompok yang anggotanya
sering mengadakan belajar bersama, olahraga atau mengadakan hiking, aktif
mengikuti kegiatan organisasi sekolah, dan kelompok yang menyenangi hal-hal
yang berhubungan dengan Jepang, sehingga mereka mempelajari berbagai macam
tentang Jepang.
Faktor-faktor yang menyebabkan individu mau mematuhi norma dalam
kelompok pertemanannya adalah perasaan nyaman yang ia dapatkan di dalam
kelompok, penghargaan-penghargaan yang di dapatkan di dalam kelompok,
solidaritas yang terjadi dalam kelompok, adanya ancaman dari anggota kelompok
lainnya jika ia tidak mematuhi norma kelompok, sanksi dan hukuman dari
anggota lainnya jika ia tidak mematuhi norma kelompok, dan perasaan ingin
dianggap dalam kelompoknya itu. Reward dan hukuman yang didapatkan oleh
anggota kelompok juga menyebabkan anggota mau mematuhi norma dalam
kelompok pertemanannya.
Kelompok pertemanan yang dimasuki remaja memiliki andil yang cukup
besar dalam memicu timbulnya kenakalan remaja. Adanya proses pertukaran di
dalam kelompok menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang, akibat
terdapatnya norma yang menyimpang di dalam kelompok itu yang harus
dijalankan anggotanya agar mendapatkan penghargaan dari kelompok. Selain itu,
adanya rasa kebersamaan dan solidaritas kelompok juga menyebabkan kelompok
memiliki andil yang cukup besar dalam mempengaruhi perilaku anggotanya.
Upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah untuk menanggulangi terjadinya
tindak kenakalan remaja terbagi menjadi dua, yaitu upaya preventif dan upaya
pembinaan. Upaya preventif dilakukan untuk mencegah terjadinya kenakalan
remaja, sedangkan upaya pembinaan dilakukan kepada remaja yang belum pernah
melakukan tindak kenakalan, dan kepada remaja yang sudah pernah melakukan
tindak kenakalan agar ia tidak mengulangi lagi kenakalannya. Bentuk upaya
preventif yang dilakukan oleh pihak sekolah adalah dengan pelaksanaan apel rutin
pengarahan-pengarahan oleh pihak sekolah kepada siswa mengenai tata tertib sekolah.
Sedangkan bentuk upaya pembinaan ditekankan pada pembinaan mental,
kepribadian, termasuk kepribadiaan beragama siswa. Selain itu, hukuman atau
sanksi yang diterapkan oleh pihak sekolah merupakan salah satu bentuk upaya
pembinaan yang diberikan oleh pihak sekolah.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ditarik penulis, maka penulis mengajukan
beberapa saran yang dapat bermanfaat untuk pihak-pihak yang memerlukannya.
Saran-saran tersebut sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Siswa seharusnya memilih kelompok pertemanan yang memiliki kegiatan
positif dan terarah. Selain itu, seharusnya siswa dapat mengontrol emosi diri
sendiri dan lebih meningkatkan kegiatan beragama agar memiliki pertahanan
diri yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh hal-hal yang negatif.
2. Bagi Pihak Sekolah
Sekolah sebaiknya menciptakan suasana sekolah yang menyenangkan dengan
meningkatkan fasilitas sekolah dalam menunjang kegiatan pembelajaran
siswa, agar siswa lebih termotivasi untuk bersekolah. Selain itu, seharusnya
ekstrakurikuler yang telah dibentuk sekolah berjalan dengan aktif dan bisa
diikuti oleh seluruh siswa.
3. Bagi Orang Tua
Orang tua sebaiknya lebih memperhatikan pergaulan anaknya, dengan
membatasi jam bermain atau jam malam anak dan melakukan komunikasi
rutin kepada anak. Selain itu, orang tua sebaiknya benar-benar mengetahui
minat dan bakat yang dimiliki anaknya, sehingga dapat mengikutsertakan
anaknya ke dalam kelompok positif yang sesuai dengan minat dan bakat yang
dimiliki.
4. Bagi Masyarakat
Masyarakat sebaiknya lebih memperhatikan perilaku remaja yang sering
terjadi akhir-akhir ini, sehingga jika remaja melakukan tindak kenakalan,
itu, masyarakat sebaiknya tidak mendirikan warnet ataupun tempat rental
playstation di sekitar wilayah sekolah agar siswa tidak lagi menjadikannya
sebagai tempat untuk bolos bersekolah.
5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya menambah fokus penelitiannya kepada
perbandingan konformitas kelompok yang dimiliki oleh kelompok remaja
dengan status ekonomi yang berbeda-beda. Lalu, mengembangkan
penelitiannya tidak hanya pada kelompok informal saja namun juga kepada
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, A. (2007). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Al-Mighwar, M. (2011). Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia.
Budimansyah, D. (2009). Pengantar Kriminologi. Bandung: Laboratorium PKn UPI.
Bungin, B. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Boeree, C.G. (2010). Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismasophie.
Dirdjosisworo, S. (1985). Sosiologi. Bandung: Alumni.
Gardner, E.J. (1996). Memahami Gejolak Masa Remaja. Jakarta: Penerbit Mitra Utama.
Halimah. (2013). Hubungan antara Konformitas Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja. Skripsi pada Jurusan Psikologi FIP UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Henslin, J.M. (2007). Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Huberman A. M dan Miles B. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Kartono, K. (2011). Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Kartono, K. (2011). Patologi Sosial. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Narwoko, J.D. dan Suyanto, B. (2007). Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan. Jakarta: Kencana.
Naszir, N. (2008). Sosiologi. Bandung: Widya Padjadjaran.
Nurhayati. (2007). Studi tentang Hubungan Kelompok Teman Sebaya Dengan Perilaku Moral Remaja di SMA Pasundan 8 Bandung (Studi Kasus pada Siswa Kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung). Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Moleong, L.J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Patilima, H. (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Siliwangi II Bandung Kelas XI). Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Ramadhan, M.F. (2010). Latar Belakang Sosial Kenakalan Remaja di Kota Bandung (Studi Deskriptif pada Siswa SMK di Kota Bandung). Skripsi pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Ritzer, G., dan Goodman, J.D. (2010). Teori Sosiologi Modern. Jakarta: Kencana.
Salim, A. (2008). Pengantar Sosiologi Mikro. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Santosa, S. (1999). Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.
Setiadi, E.M. dan Kolip, U. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana.
Soekanto, S. (2003). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Sudarsono. (2008). Kenakalan Remaja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Syani, A. (1987). Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial. Jakarta: Fajar Agung
Tambunan, H.E. (1982). Mencegah Kenakalan Remaja. Bandung: Indonesia Publishing House.
Willis, S.S. (2010). Remaja dan Masalahnya. Bandung: Alfabeta.
Wirartha, I. M. (2006). Metodologi Penelitia Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Sumber Jurnal:
Adila, N. (2009). Jurnal: Pengaruh Kontrol Sosial Terhadap Perilaku Bullying Pelajar di Sekolah Menengah Pertama. Depok: Departemen Kriminologi FISIP Universitas Indonesia.
Amelia, R. (2013). Jurnal: Kenakalan Remaja Di Kota Pekanbaru (Studi Kasus Di Kelurahan Labuh Batu Timur Kecamatan Payung Sekaki).
Sumber Internet:
Rijalihadi. (2011). Artikel: Fenomena Kenakalan Remaja di Indonesia. Nusa Tenggara Barat: BKKBN NTB.
Umaroh, Z. (2013). Jurnal: Kenakalan Remaja. Semarang: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang
Kenakalan Remaja Hingga Sekarang Siswa lebih sering
melakukan tindak
Sekolah terletak di lingkungan yang padat penduduk Terdapat area bisnis
dan komplek TNI Siswa lebih sering
tempat rental warnet
Siswa lebih sering melakukan tindak
Siswa Lingkungan padat penduduk Tidak begitu akrab
dengan saudara Siswa lebih sering
melakukan tindak kenakalan bersama kelompok
Siswa lebih sering melakukan tindak
Informan Faktor Penyebab Remaja Nilai Dan Norma Yang
Dianut Bersama Oleh dan peran di dalam kelompok
Berawal dari ajakan teman-teman atau saudara, lalu selanjutnya mengikuti alurnya saja
Adanya kesamaan dalam hal pemikiran
Dibuat untuk
mendapatkan kesenangan Untuk mengatur perilaku
anggota kelompok
Guru BK Ingin keberadaannya dianggap
Dapat melakukan segala hal bersama teman kelompok Mendapatkan peran di
dalam kelompok
Bergaul dengan orang lain
Diajak oleh teman atau pun saudara
Adanya kesamaan dalam hal pemikiran
Dibuat untuk
mendapatkan kesenangan Untuk mengatur perilaku
Mendapatkan kesenangan
Mendapatkan identitas di dalam kelompok Lebih senang bersama
teman-teman
dibandingkan keluarga Tempat berbagi cerita
saudara
Agar unik dan berbeda dengan kelompok lainnya
Membuat kegiatan yang menyenangkan dan lebih percaya diri, bisa menyelesaikan masalah bersama teman-teman Dampak negatif: ketika
bergabung dengan genk berada di rumah, malas untuk bersekolah, sering melakukan tindak kenakalan
Tabel 2 Wujud Perilaku Dan Norma Yang Dibentuk Oleh Kelompok-Kelompok Pertemanan
Informan Hubungan Sosial Antar Anggota
Tidak dianggap lagi di dalam kelompok Ancaman dari anggota
kelompok lainnya
lebih dari anggota lainnya Siswa Interaksi yang
akrab
Tidak dianggap lagi di dalam kelompok Dibeda-bedakan di
dalam kelompok Adanya sindiran dari
anggota lain
Norma dibuat untuk bersenang-senang Setiap anggota harus
menjalankan norma tersebut
menjadi mudah Dianggap tidak solider
Kepribadian
Tabel 3 Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Individu Mau Mematuhi Norma Dalam Kelompok Pertemanan
Informan Pengaruh Kelompok Dalam Kenakalan Remaja
Remaja mulai mencari jati diri sendiri di dalam kelompok
Tidak ada larangan yang kuat dalam kelompok
Solidaritas adalah hal yang paling dijunjung Di luar lingkungan
sekolah siswa sering melakukan tindak kenakalan bersama kelompoknya (genk