KONTRIBUSI KECERDASAN EMOSIONAL DAN KONFORMITAS TERHADAP PERILAKU AGRESIF
PADA SUPORTER USIA DEWASA KLUB SEPAK BOLA LIGA EROPA DI KOTA BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
Oleh
Oleh
Arsyad Kasyafi Aziz
0901623
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Oleh
Arsyad Kasyafi Aziz 0900731
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan
© Arsyad Kasyafi Aziz Universitas Pendidikan Indonesia
Mei 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN
LEMBAR PERNYATAAN
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH... ii
ABSTRAK ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang ... 1
B. RumusanMasalahPenelitian ... 8
C. TujuanPenelitian ... 8
D. ManfaatPenelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. KecerdasanEmosional ... 10
1. PengertianEmosi ... 10
2. PengertianKecerdasanEmosional ... 11
3. Aspek-AspekKecerdasanEmosional ... 13
4. Faktor-Faktor yang MempengaruhiKecerdasanEmosional... 26
B. Konformitas ... 28
1. PengertianKonformitas ... 28
2. Dasar-DasarKonformitas... 30
3. Aspek-AspekKonformitas ... 30
4. Faktor-Faktor yang MempengaruhiKonformitas ... 32
3. Perkembangan Perilaku Agresif ... 44
4. Jenis-Jenis Perilaku Agresif ... 45
5. Kecenderungan PerilakuA gresif ... 49
D. Dewasa ... 50
E. Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa ... 51
F. Kerangka Berpikir ... 52
G. Hipotesis ... 54
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 55
B. Metode Penelitian... 56
C. Variabel dan Definisi Operasional ... 56
1. Variabel Penelitian ... 56
2. Definisi Operasional... 56
D. Instrumen Penelitian ... 59
1. Instrumen Kecerdasan Emosional ... 60
2. Instrumen Konformitas ... 62
3. Instrumen Perilaku Agresif ... 64
E. Kategorisasi Skala ... 66
1. Kategorisasi Skala Kecerdasan Emosional ... 66
2. Kategorisasi Skala Konformitas ... 68
3. Kategorisasi Skala Perilaku Agresif... 70
F. Proses Pengembangan Instrumen ... 72
1. Validitas ... 72
2. Uji Coba Instrumen ... 72
3. Analisis Item ... 73
G. Teknik Pengumpulan Data ... 82
H. Analisis Data ... 82
1. Uji Normalitas ... 82
2. Uji Lineritas ... 84
3. Uji Korelasi ... 85
4. Uji Koefisien Determinasi ... 86
I. TahapanPenelitian ... 87
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 88
1. Gambaran Kecerdasan Emosional Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 88
2. Gambaran Konformitas Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 95
3. Gambaran Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 102
B. Uji Statistik ... 108
1. Uji Korelasi ... 108
2. Analisis Regresi Kecerdasan Emosional dan Konformitas Terhadap Perilaku Agresif ... 112
C. Pembahasan ... 116
1. Gambaran Umum Kecerdasan Emosional Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 116
2. Gambaran Umum Konformitas Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 120
3. Gambaran Umum Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 123
4. Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Perilaku Agresif Suporter Sepak Bola Klub Liga Eropa di Kota Bandung ... 126
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan ... 132
B. Rekomendasi ... 133
DAFTAR PUSTAKA...135
ABSTRAK
Arsyad Kasyafi Aziz (0901623). Kontribusi Kecerdasan Emosional Dan Konformitas Terhadap Perilaku Agresif Pada Suporter Usia Dewasa Klub Sepak Bola Liga Eropa Di Kota Bandung. Skripsi Jurusan Psikologi FIP UPI (2014).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dan konformitas dengan perilaku agresif yang diukur berdasarkan kluster-kluster dari kecerdasan emosional dan dimensi dari konformitas. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional. Sampel penelitian yang digunakan berjumlah 60 orang yang dipilih dengan teknik
quota sampling. Instrumen yang digunakan berupa angket/kuesioner. Hasil penelitian
menunjukkan: (1) kecerdasan emosional, konformitas dan perilaku agresif supporter sepak bola klub liga Eropa di kota Bandung berada pada kategori atau tingkat sedang. (2) untuk sampel penelitian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dan perilaku agresif. (3) terdapat hubungan negatif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku agresif suporter. (4) kontribusi yang diberikan oleh kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif suporter sebesar 25,4%. Rekomendasi dari hasil penelitian ini adalah: (1) kelompok suporter dapat membuat aturan yang tegas mengenai perilaku anggotanya sehingga tidak ada lagi suporter yang berlaku anarkis. (2) suporter mampu memilih kelompok mana yang akan diikuti sehingga sesuai dengan norma yang berlaku dan nilai yang ada pada diri. (3) peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih lanjut mengenai kecerdasan emosoional, konformitas dan agresifitas dengan subjek dan metode yang berbeda dan lebih beragam.
Education, Indonesia University of Education, Bandung (2014).
The aim of this research was to reveal the relationship between Emotional Intelligence and Conformity with aggressive behavior as measured by the clusters of emotional intelligence and the dimensions of conformity . This research used quantitative approach with correlational method. The samples used in this research was 60 peoples were selected by quota sampling technique . The instrument used in this research was questionnaire. The results showed that: (1) Emotional Intelligence, Conformity and aggressive Behavior of suporter were in the average category. (2) for sampling research there was no significant relationship between Emotional Intelligence and aggressive behavior. (3) There was a significant negative relationship between conformity and aggressive behavior. (4) contributions made by emotional intelligence and conformity to the aggressive behavior of fans by 25.4%. Moreover, the suggestions of this research are: (1) group of supporters can make strict rules regarding the behavior of its members so that no prevailing anarchist supporters . (2) the fans were able to choose which groups should be followed so that according to the prevailing norms and values in themselves. (3) next researcher can find another methods and different subject for next research about relationship between emitonal intelligence and conformity with aggressive behavior.
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Saat ini, sepakbola sudah menjadi konsumsi publik setiap hari lewat tontonan
atau memainkannya secara langsung dilapangan oleh semua kalangan baik itu oleh
orang tua, remaja, bahkan anak kecil, laki-laki atau perempuan.
Pada bulan Juli 2013, banyak tim papan atas Eropa seperti Arsenal, Liverpool
dan Chelsea datang ke Indonesia untuk melakukan pertandingan persahabatan dengan
timnas Indonesia. Seperti yang dilansir oleh BBC, para pemain dari tim Eropa yang
datang ke Indonesia merasa takjub dengan antusias pada fans masing-masing tim
yang rela datang untuk menyaksikan idolanya bertanding. Ditambah dengan pesatnya
teknologi internet seperti media sosial twitter dan facebook yang memudahkan para
fans untuk memperoleh berita tentang tim kesayangannya. Hal itu menjadikan
Indonesia sebagai negara yang mempunyai fans sepakbola terbanyak khususnya para
pendukung klub liga Eropa. Para petinggi klub melakukan cara lain yaitu dengan
membuat website resmi berbahasa Indonesia. Tujuannya yaitu selain untuk
mendapatkan fans juga untuk menjadi jembatan antara fans dan klub idolanya.
Karena selain dengan menonton pertandingan lewat televisi fans bisa mengetahui info
terbaru dengan megakses website resmi yang dipermudah dengan bahasa Indonesia.
Berikut merupakan jumlah fans dari Indonesia yang mendukung klub liga Eropa.
Jumlah fans dihitung berdasarkan jumlah follower dari twitter resmi klub yang
bersangkutan per-tanggal 1 November 2013. Akun twitter dari klub Manchester
United, mempunyai jumlah fans 268.471 follower. Milanisti Indonesia yang
merupakan fans dari AC Milan yang berbasis di Italia, mempunyai jumlah follower
memperoleh follower sebanyak 8.900 yang merupakan fans dari Indonesia (Pinta,
2013).
Sumber lain menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara dengan fans
klub Liverpool terbanyak di dunia bahkan melebihi fans dari negeri asalnya yaitu
Inggris. Dengan fans lebih dari 1,3 juta Indonesia menjadi negara dengan
Liverpudlian (julukan fans Liverpool) terbanyak. Liverpudlian sendiri merupakan
panggilan dari fans Liverpool dan fans Liverpool Indonesia tergabung dalam
kelompok yang disebut dengan Bigreds (DuniaSoccer, 2013).
Salah satu klub spanyol yang terbilang sukses meraih banyak fans di
Indonesia yaitu klub Barcelona. Seperti yang ditulis oleh goal.com, fans Barcelona
dari Indonesia berjumlah lebih dari tujuh juta yang 80% diantaranya merupakan pria
diatas 35 tahun (Yanuar,2010).
Setiap suporter tentu memiliki tujuan masing-masing, salah satunya yaitu
untuk selalu mendukung tim kesayangannya serta menginginkan klub yang
didukungnya menang. Oleh karena itu biasanya mereka memberikan dukungan
dengan cara menonton pertandingan secara langsung. Menonton secara langsung atau
nonton bareng merupakan cara para suporter untuk mendukung klubnya semaksimal
mungkin. Namun demikian, ketika sepakbola yang diharapkan menjadi pemersatu
bangsa, malahan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perpecahan yang
diakibatkan oleh kerusuhan beberapa oknum suporter klub sepakbola.
Kekerasan atau kerusuhan yang terjadi tidak lepas dari apa yang dinamakan
dengan agresi. Kita sering mendengar istilah agresif.Mungkin terlintas dalam pikiran
kita segala tindakan yang berbentuk negatif, berupa kekerasan atau perilaku-perilaku
aktif. Secara umum agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan
oleh organisme terhadap organisme lain, objek lain atau bahkan pada dirinya sendiri
(Dayakisni & Hudaniah, 2003).
Agresi merupakan kata sifat dari agresif. Istilah agresif seringkali digunakan
3
motivasional yang berbeda-beda dan sama sekali tidak mempresentasikan agresif,
atau tidak dapat disebut agresif dalam pengertian yang sesungguhnya. Dengan
penggunaan istilah agresif yang simpang siur atau tidak konsisten, penguraian
tingkah laku khususnya tingkah laku yang termasuk kedalam kategori agresif menjadi
kabur, dan karenanya menjadi sulit untuk memahami apa dan bagaimana
sesungguhnya yang disebut tingkah laku agresif atau agresi itu (Koeswara,1988).
Banyak diberitakan oleh media massa mengenai kerusuhan yang terjadi antar
suporter. Mungkin biasa saja apabila kerusuhan itu dilakukan oleh para suporter klub
lokal. Hal ini menjadi menarik ketika ternyata yang melakukan tindakan agresif
merupakan pada pedukung yang hanya bisa mendukung tim kesayangannya lewat
layar kaca dan media sosial. Dan kebanyakan kerusuhan itu terjadi karena alasan
yang sederhana, namun tidak adanya kontrol emosi yang baik dari masing-masing
suporter mengakibatkan kerusuhan tidak dapat dihindari.
Terdapat beberapa kasus kekerasan yang melibatkan suporter klub liga eropa
di Indonesia.Salah satu kasus yaitu seperti yang terjadi di Makassar pada tanggal 7
Oktober 2012. Kejadian terjadi didepan warung kopi yang merupakan markas dari
para pendukung real Madrid. Hal ini dipicu oleh aksi provokatif beberapa pendukung
Barcelona dan real Madrid yang saling ejek ketika noton bareng. Merasa terpancing,
Barcelona dengan sengaja membakar jersey atau kaos kebanggaan dari real Madrid di
depan para pendukung real Madrid. Hal tersebut berakhir dengan adu jotos antar
kedua suporter walaupun tidak lama kemudian pihak kepolisian datang untuk
mengamankan suasana (Dheny, 2012).
Kasus lain diberitakan oleh situs berita olahraga detik.com, pada tanggal 2
Maret 2013, terjadi tawuran antara fans real Madrid dan Bercelona dan kabarnya
tawuran ini hampir menyamai seperti halnya tawuran ala suporter klub lokal.
Tawuran ini terjadi di kota Yogyakarta ketika menyaksikan pertandingan el clasico
antara real Madrid dan Bercelona. Kedua suporter saling gontok-gontokan dan
terjadi pada tanggal 30 Maret 2013 lalu di kota Manado, terjadi bentrok antara para
pendukung juventus yang dikenal dengan juventini dan para pendukung inter Milan
atau yang disebut interisti. Hal ini terjadi setelah acara nonton bareng yang dihadiri
oleh kedua kelompok suporter.Setelah acara selesai dengan hasil 2-1 untuk
kemenangan juventus, kedua suporter saling ejek dan berimbas pada aksi saling pukul
dan saling melempar batu (Suhandi, 2013).
Berdasarkan dari beberapa fakta diatas, terdapat beberpa persamaan yaitu
setiap kejadian tersebut terjadi karena adanya faktor provokasi dari satu kelompok ke
kelompok lain, dan hal tersebut dilakukan tidak oleh satu orang melainkan oleh
beberapa orang yang kemudian melibatkan kelompok.Menurut Lorenz (Dayaksini &
Hudaniah, 2009) hal tersebut diakibatkan olehadanya deindividuasi.
Ketika berada dalam suatu kelompok, seseorang akan cenderung untuk
melakukan deindividuasi. Seseorang dapat berperilaku agresif secara leluasa dan
intens karena mengenyampingkan peran dari aspek identitas diri atau personalitas
idividu serta lebih mengikuti pada norma yang ada dalam kelompok sampai akhirnya
perilaku agresif dilakukan dengan mengatasnamakan kelompok (Lorenz dalam
Dayaksini & Hudaniah, 2009; Myers, 2012).
Myers (2012) menyebutkan bahwa ketika seseorang berada dalam suatu
kelompok yang cukup besar, maka orang tersebut akan lebih fokus pada situasi
disekitarnya daripada dirinya sendiri. Dengan kata lain, individu akan lebih
memberikan perhatian pada apa yang terjadi disekitarnya, termasuk dengan apa yang
dilakukan dengan anggota kelompok yang lain dibanding dengan dirinya sendiri,
sehingga timbul pemikiran bahwa karena semua orang melakukan hal yang sama
maka individu tersebut akan mengikuti situasi yang ada termasuk mengikuti apa yang
dilakukan oleh anggota kelompok yang lain dibandingkan dengan apabila melakukan
suatu hal sendiri atau berbeda dengan orang lain.
Myers (2002) mengatakan bahwa tidak semua anggota kelompok ingin
5
Namun tekanan yang begitu kuat dari kelompok serta keinginan untuk tetap berada
dan diterima oleh kelompoknya, maka terjadi perubahan perilaku yang sama dengan
anggota kelompok yang lain. Hal itu dinamakan dengan konformitas.
Konformitas merupakan upaya yang sering dilakukan oleh seseorang agar
dapat diterima pada kelompoknya. Misalnya dengan berpenampilan yang sama
dengan kelompoknya atau bergabung dengan perkumpulan tertentu (Santrock, 2003).
Tidak jarang seseorang dapat merubah pola perilaku serta norma yang dianutnya agar
tidak terlihat berbeda dengan kelompoknya. Perubahan tersebut terjadi akibat adanya
interaksi dan pengaruh dari pihak lain dalam hal ini perngaruh dari lingkungannya.
Suatu tekanan yang dapat memodifikasi apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan
seseorang sehingga dapat sesuai dengan apa yang dikatakan dan dilakukan orang lain
adalah suatu tekanan konformitas (Middlebrook, 1980).
Seseorang yang agresif akan sedikit dikucilkan secara sosial oleh teman
sebayanya, maka bersama dengan orang-orang agresif lain mereka berkemungkinan
memasuki sistem sosial seperti ikut bergabung kedalam suatu kelompok tertentu yang
sering melakukan tindakan yang mengarah pada perilaku agresif. Hal ini akan
mendorong seseorang untuk lebih berperilaku agresif dan menyebabkan seseorang
terperangkap dalam situasi, dimana penerimaan sosial bergantung pada komitmen
mau atau tidaknya seseorang melakukan tindakan agresif (Krahe, 2005).
Salah satu ciri dari suatu konformitas yaitu adanya kedekatan serta timbulnya
persahabatan satu orang dengan orang lain. Kedekatan yang terjalin antarsuporter
banyak dipengaruhi oleh ikatan emosional dikarenakan kesamaan tujuan,
kesenggangan, dan kepentingan.Kemudian mereka membuat sebuah kelompok dan
memainkan peran sosialnya sebagai suporter. Hal tersebut memberikan kepuasan
kepada anggotanya dan kemudian sesama anggota akan saling mempengaruhi satu
sama lain sehingga seseorang yang tergabung dalam kelompok suporter ini cenderung
akan mengikuti norma-norama yang berlaku pada kelompok yang ia ikuti (Utomo dan
Pada dasarnya, salah satu hal yang mendorong seseorang untuk berperilaku
adalah adanya keinginan untuk diterima oleh kelompoknya atau orang-orang
disekitarnya (Mappiare, 1982). Konformitas akannampak pada saat individu lain
hadir dan pada saat itulah seorang individu akan meniru perilaku orang lain sesuai
dengan yang diharapkan dan perilaku yang berbeda akan terlihat ketika orang lain itu
tidak ada. Menurut Zanden (1984), terkadang individu konform tanpa memikirkan
dampak dari konformitas yang dilakukannya.
Salah satu penyebab terjadinya agresi oleh kelompok suporterdapat
diakibat-kan karena tidak mampunya suporter mengontrol diri atas rasa kecewa dan frustrasi
yang ada. Kecewa dan frustrasi bisa muncul ketika tim yang didukungnya kalah.
Menurut Atkinson (2010) frustrasi timbul ketika seseorang mendapat hambatan
dalam meraih tujuannya.Oleh karena itu, suporter diharapkan mampu untuk
mengontrol impuls untuk dapat menekan tindakan agresi yang diakibatkan oleh
frustrasi. Untuk dapat melakukan hal tersebut maka diperlukan apa yang dinamakan
dengan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk
mengatur emosi diri sendiri yang diakibatkan baik dari faktor internal maupun
internal. Karena apabila emosi sangat tinggi melebihi batas wajar, emosi akan
termanifestasi menjadi hal-hal yang menekan kecemasan, amarah yang meluap-luap
bahkan bisa menimbulkan depresi (Goleman, 1997:79), hal ini berhubungan dengan
tindakan agresif yang terjadi akibat tidak mampunya seseorang mengendalikan
emosinya.
Menurut Sears, Taylor dan Peplau (1997), perilaku agresif remaja disebabkan
oleh dua faktor utama yaitu adanya serangan serta frustrasi. Serangan merupakan
salah satu faktor yang paling sering menjadi penyebab agresif dan muncul dalam
bentuk serangan verbal atau serangan fisik. Hal tersebut merupakan respon dari
serangan yang muncul. Faktor penyebab agresi selanjutnya adalah frustrasi. Frustrasi
terjadi bila seseorang terhalang oleh suatu hal dalam mencapai suatu tujuan,
7
Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional merupakan pengendalian
diri, semangat dan ketekunan, serta mampu untuk memotivasi diri sendiri dan
bertahan menghadapi frustrasi, kesanggupan untuk mengendalikan dorongan hati dan
emosi, tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan menjaga agar
beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, untuk membaca perasaan
terdalam orang lain (empati) dan berdoa, untuk memelihara hubungan dengan
sebaik-baiknya, dan kemampuan untuk menyelesaikan konflik serta untuk memimpin.
Terdapat beberapa hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Ghinaya Ummul pada
tahun 2011 dengan judul hubungan antara kecerdasan emosional dengan perilaku
agresif pada siswa kelas 2 SMK 45 Lembang sebanyak 81 siswa. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki kecerdasan emosional yang
tinggi dan perilaku agresif yang rendah dan mendapatkan nilai korelasi yang negative
sebesar -0.572.Ini berarti semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki siswa
maka semakin rendah perilaku agresifnya.
Penelitian lain dilakukan oleh Halimah pada tahun 2013 tentang hubungan
antara konformitas teman sebaya terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas XII
SMA PGRI 2 Sindang Indramayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat
konformitas berada pada kategori sedang yaitu sebesar 65.30% yang berarti siswa
cukup mampu membuat keputusan untuk mengikuti atau tidak suatu nilai yang ada
dalam kelompok dan tingkat kenakalan remaja berada pada kategori sedang yaitu
66.32% yang berarti bahwa pelanggaran yang dilakukan tidak menjurus pada
tindakan kriminal. Angka koefisien korelasi dengan cronbach’s alpha sebesar 0.340
hal ini menunjukkan adanya hubungan searah antara kedua variabel.
Fakta-fakta diatas menunjukkan bahwa kecerdasan emosi dan konformitas
diperkirakan menjadi faktor penyebab terjadinya perilaku agresif pada suportersepak
bola.Perilaku agresif yang dilakukan oleh suporter mungkin akan menimbulkan
sering berperilaku agresi dengan mengatasnamakan kesetiakawanan serta maksud
untuk membela tim kesayangannnya sehingga menimbulkan pandangan negatif
terhadap suporter sepak bola, khususnya di Indonesia.Oleh karena itu, peneliti ingin
meneliti lebih lanjut mengenai masalah itu sehingga peneliti mengambil judul penelitian “kontribusi kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif pada suporter usia dewasa klub sepak bola liga Eropa di kota Bandung”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena dilapangan bahwa banyak suporter yang terlibat dalam
aksi-aksi anarkis, baik didalam atau diluar lapangan, maka peneliti ingin mengetahui
apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan perilaku
agresif, maka rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran kecerdasan emosi pada suporter sepak bola dewasa klub liga
Eropa di kota Bandung?
2. Bagaimana gambaran konformitas pada suporter sepak bola dewasa klub liga
Eropa di kota Bandung?
3. Bagaimana gambaran perilaku agresif suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa
di kota Bandung?
4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan
perilaku agresif pada suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota
Bandung?
5. Apakah terdapat hubungan antara konformitas dengan perilaku agresif pada
suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota Bandung?
6. Seberapa besar kontribusi kecerdasan emosional dan konformitas terhadap
perilaku agresif pada suporter sepak bola dewasa klub liga Eropa di kota
Bandung?
C.Tujuan Penelitian
9
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan umum dilaksanakannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara kecerdasan
emosi dan konformitas dengan perilaku agresif pada suporter klub liga Eropa di
kota Bandung dan seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh kecerdasan
emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif suporter.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dilaksanakannya penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui profil kecerdasan emosi pada suporter klub liga Eropa di
kota Bandung.
b. Untuk mengetahui gambaran konformitas pada suporter klub liga Eropa di
kota Bandung.
c. Untuk mengetahui sejauh mana perilaku agresif suporter klub liga Eropa di
kota Bandung.
d. Untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan perilaku
agresif pada suporter klub liga Eropa di kota Bandung.
e. Untuk mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku agresif
pada suporter klub liga Eropa di kota Bandung.
f. Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi kecerdasan emosional dan
konformitas terhadap perilaku agresif pada suporter usia dewasa klub liga
Eropa di kota Bandung.
D.Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini mempunyai manfaat yaitupenelitian ini diharapkan
mampu memberikan dampak positif bagi pengembangan ilmu psikologi sosial
konformitas serta perilaku agresif yang merupakan faktor dari tindakan kekerasan
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian
Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di Kota Bandung. Penelitian
dilakukan di area nonton bareng atau tempat dimana para suporter klub sering
berkumpul atau melakukan pertemuan.
Alasan peneliti melakukan penelitian di kota Bandung karena kota Bandung
meruakan salah satu kora besar yang ada di jawa Barat khususnya. Selain itu, di Kota
Bandung terdapat beberapa kelompok suporter (Suporter Club) yang sudah resmi
dengan kara lain sudah memiliki lisensi atau izin dari klub yang bersangkutan.
Populasi dalam penelitian ini adalah suporter klub liga eropa yang berjenis
kelamin laki-laki atau perempuan dan sudah dewasa dan sudah tergabung dalam
kelompok suporter. Menurut Hurlock (1999) masa dewasa awal terjadi mulai usia 18
sampai dengan usia 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan
berkurangnya kemampuan reproduktif serta pada masa dewasa individu sudah
mampu untuk mengatur kehidupan pribadinya serta sudah mampu untuk mengatur
diri dan emosinya.
Karena jumlah populasi yang tidak jelas dan jumlah anggota yang setiap hari
terus bertambah, maka untuk teknik pengambilan sampling, peneliti menggunakan
teknik nonprobability sampling dengan teknik sampling menggunakan kuota
sampling. Kuota sampling adalah teknik pengambilan sampel dari populasi
berdasarkan ciri-ciri tertentu sampai dengan jumlah (kuota) yang diinginkan
(Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan berjumlah 60 orang
baik laki-laki maupun perempuan yang merupakan anggota dari kelompok suporter
B.Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pedekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif
adalah pendekatan yang digunakan untuk meneliti sampel atau populasi tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif atau statistik yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan
(Sugiyono, 2009).
Metode yang digunakan peneliti adalah metode penelitian deskriptif dengan
teknik korelasional dimana teknik ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan antara dua variabel atau lebih (Arikunto, 2009). Dalam penelitian ini,
kecerdasan emosional dan konformitas merupakan variabel bebas (independent
variabel) dan perilaku agresif menjadi variabel terikat (dependent variabel). Merujuk
pada hal tersbeut, berarti variabel kecerdasan emosional dan variabel konformitas
merupakan variabel yang berpengaruh terhadap variabel perilaku agresif.
C.Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2009), variabel penelitian adalah suatu nilai, atribut
atau sifat dari orang, objek atau kegiatan tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk diteliti dan ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini terdapat tiga
variabel yang akan diteliti yaitu variabel kecerdasan emosional dan konformitas
sebagai variabel independen dan variabel perilaku agresif sebagai variabel
dependen.
2. Definisi Operasional
a. Definisi Operasional Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional kemampuan emosi yang meliputi kemampuan
untuk mengendalikan diri, memiliki daya tahan ketika menghadapi masalah,
57
mampu mengatur suasana hati, memiliki kemampuan untuk berempati dan
kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 2009).
Derajat skor subjek diperoleh subjek dari alat ukur mengenai kecerdasan
emosional yang disusun berdasarkan 5 dimensi sebagai berikut:
1) Kesadaran diri
Kesadaran diri yaitu kemampuan individu dalam mengetahui kesadaran
dirinya, penilaian diri dan kepercayaan diri.
2) Pengaturan Diri
Kesadaran sosial yaitu kemampuan individu untuk melakukan pengaturan
diri yang meliputi pengelolaan emosi, sifat dapat dipercaya, keluwesan
terhadap perubahan, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan.
3) Motivasi Diri
Motivasi diri yaitu kemampuan individu yang meliputi dorongan untuk
breprestasi, komitmen, inisiatif dan optimis.
4) Kesadaran sosial
Kesadaran sosial adalah kemampuan seseorang yang meliputi empati,
orientasi membantu orang lain, mengembangkan orang lain, kesadaran
politik dan kemampuan dalam menerima perbedaan.
5) Kemampuan sosial
Kemampuan sosial adalah kemampuan individu yang meliputi
kemampuan seseorang dalam mempengaruhi orang lain, kemampuan
komunikasi, kepemimpinan, katalisator perubahan, kemampuan dalam
manajemen konflik, kemampuan dalam mengatur hubungan, kolaborasi
dan kooperasi, dan kapabilitas dalam tim.
b. Definisi Operasional Konformitas
Konformitas adalah perubahan perilaku atau keyakinan sebagai hasil
nyata atau tidak Myers (2002).Derajat skor diperoleh subjek dari alat ukur
konformitas yang disusun berdasarkan indikator sebagai berikut:
1. Menghindari penolakan
Menghindari penolakan yaitu kecenderungan individu untuk
menyesuaikan perilakunya dengan periaku kelompok termasuk
aktifitasnya agar dapat diterima oleh kelompok.
2. Pemenuhan harapan kelompok
Pemenuhan harapan kelompok berarti kesediaan individu untuk
menerima perlakuan, pendapat, kebiasaan kelompok serta mengikuti
aturan kelompok.
3. Daya tarik kelompok
Daya tarik kelompok berarti ketertarikan individu pada anggota, aktifitas
dan norma kelompok.
4. Kepercayaan
Kepercayaan yaitu kepercayaan individu terhadap anggota dan aturan
kelompok serta adanya kerjasama dalam kelompok.
5. Pendapat
Pendapat disini berarti pendapat individu terhadap anggota dan aturan
kelompok serta pendapat individu mengenai kesesuaian aktifitas individu
dengan aktifitas kelompok.
c. Definisi Operasional Perilaku Agresif
Dalam penelitian ini, perilaku agresif merupakan jenis perilaku yang
dilakukan oleh subjek yang tergambar dari derajat skor skala perilaku agresif
yang diperoleh dari jawaban item pertenyaan mengenai lima komponen
utama perilaku agresif, yaitu physical aggression, verbal aggression, Anger
dan hostility.
59
Physical Agression merupakan perilaku agresif yang dapat terlihat serta
dapat diobservasi. Physical aggression adalah kecenderungan individu
untuk melakukan tindakan penyerangan secara fisik sebagai ekspresi dari
kemarahan atau bentuk ekspresi dari emosi negatif lain. Contoh dari
physical aggression yaitu memukul, menendang, mendorong, dan
lain-lain.
2. Verbal Aggression
Verbal Aggression merupakan bentuk penyerangan kepada orang lain
secara verbal yaitu melalui kata-kata. Contoh dari verbal aggression
antara lain: mencaci, mengancam, mengumpat, mengucapkan kata-kata
kasar.
3. Anger
Marah dan kesal merupakan contoh dari anger. Termasuk didalamnya
adalah irratibility yaitu meliputi sikap temperamental, kecenderungan
untuk cepat marah, serta tidak mampunyai kemampuan untuk
mengendalikan amarah.
4. Hostility
Hostility adalah jenis agresi yang tidak terlihat. Hostility terbagi kedalam
dua bagian yaitu resentment dan suspicion. Contoh dari resentment adalah
adanya rasa cemburu dan iri terhadap orang lain. Dan yang termasuk
kedalam suspicion adalah adanya ketidakpercayaan, kekhawatiran, dan
proyeksi dari rasa permusuhan terhadap orang lain.
D.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur suatu
fenomena yang diamati. Fenomena tersebut kemudian disebut sebagai variabel
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisoner yang berisi
pernyataan mengenai kecerdasan emosional yang diukur menggunakan teori yang
dikembangkan oleh Goleman dan disusun menggunakan skala Likert. Kemudian
yang diukur selanjutnya adalah mengenai konformitas dan yang terakhir peneliti
mengukur mengenai perilaku agresif yang diukur berdasarkan teori dari Buss dan
Perry (1992) yang disusun menggunakan skala Likert dengan menyertakan empat
pilihan jawaban, yaitu: SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), dan TS
(Tidak Sesuai).
1. Instrumen Kecerdasan Emosional
Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam mengukur kecerdasan
emosional adalah kuesioner yang disusun berdasarkan pada lima dimensi
kecerdasan emosional dari The Consortium for Research on Emotional
Intelligence in Organizations. Kelima dimensi tersebut antara lain, kesadaran
diri, pengaturan diri, motivasi diri, kesadaran sosial dan kemampuan sosial.
Adapun kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
61
Tabel 3.1
Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional
No Dimensi Kompetensi Jumlah Item ∑
3 Motivasi diri Dorongan berprestasi 23, 32, 33, 34
83
Pada penelitian ini, responden diminta untuk mengisi kuesioner yang
berisi beberapa pernyataan yang telah diberikan oleh peneliti. Setiap pernyataan
memiliki empat pilihan jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak
Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Responden diminta untuk memilih
salah satu dari empat alternatif jawaban yang ada pada kuesioner dengan cara
memberikan tanda ceklis (√) pada pilihan jawaban yang diinginkan.
Penyekoran dilakukan dengan memberikan skor untuk masing-masing
pernyataan yang sudah dijawab oleh responden. Pemberian skor dilakukan
dengan mengacu pada pola yang dapat dilihat pada tabel 3.2. Kemudian setelah
diperoleh skor dari masing-masing pernyataan, skor dijumlahkan sehingga
diperolah skor total dari setiap responden. Langkah selanjutnya yaitu
menghitung mean dan deviasi standar dan membuat kategori skala kecerdasan
emosional
Tabel 3.2
Skoring Instrumen Kecerdasan Emosional
No Pilihan Jawaban Nilai
63
Kuesioner yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur tingkat
konformitas dari responden adalah koesioner yang berisi mengenai beberapa
pernyataan mengenai konformitas yang berdasarkan pada teori dari Myers
(2002). Kuesioner terdiri dari 5 dimensi yaitu, menghidari penolakan,
pemenuhan harapan kelompok, daya tarik kelompok, kepercayaan dan
pendapat. Adapun kisi-kisi instrumen konformitas yang telah disusun oleh
peneliti adalah sebagai berikut.
4 Kepercayaan Kepercayaan individu terhadap
Kepercayaan individu terhadap
5 Pendapat Pendapat individu terhadap
anggota kelompok 32 19, 33 3
Cara mengisi instrumen ini yaitu dengan memberikan tanda ceklis (√) pada
salah satu alternatif jawaban yang tersedia. Setiap pernyataan mempunyai
empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai),
STS (Sangat Tidak Sesuai).
Penyekoran dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan skor pada
masing-masing pernyataan yang sudah dijawab oleh responden dengan
mengacu pada pola yang bisa dilihat pada tabel 3.4.sehingga akan diperoleh
skor total dari masing-masing responden. Langkah selanjutya yaitu mencari
mean dan deviasi standar dan membuat kategori skala konformitas.
Tabel 3.4
Skoring Instrumen Konformitas
No Pilihan Jawaban Nilai
Favorable Unfavorable
Kuesioner yang disusun oleh peneliti dalam mengukur perilaku agresif
65
mengatakan bahwa terdapat 4 hal yang termasuk kedalam perilaku agresif
yaitu, Physical Aggression, Verbal Aggression, Anger, dan Hostility.
Adapun kisi-kisi instrumen perilaku agresif yang telah disusun oleh
peneliti adalah sebagai berikut.
Tabel 3.5
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Agresif
No Dimensi Indikator Item ∑
1 Psychical Aggresion Kecenderungan individu
untuk melakukan
penyerangan secara fisik.
1, 2, 3, 19,
20, 21 6
2 Verbal Aggression Melakukan penyerangan
keada orang lain secara
3 Anger Kecenderungan untuk cepat
marah
4 Hostility Adanya rasa cemburu dan
iri terhadap orang lain
Setiap pernyataan mempunyai empat pilihan jawaban yaitu SS (Sangat Sesuai),
S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai).
Teknik skoring pada instrumen ini dilakukan dengan memberikan skor
pada masing-masing pernyataan yang telah dijawab oleh responden. Pemberian
skor mengacu pada pola yang bias dilihat pada tabel 3.6. kemudian skor dari
maing-masing responden dijumlahkan sehingga diperolah skor total untuk
masing-masng responden.
Tabel 3.6
Skoring Instrumen Perilaku Agresif
No Pilihan Jawaban Nilai
Favorable
1 SS (Sangat Sesuai) 4
2 S (Sesuai) 3
3 TS (Tidak Sesuai) 2
4 STS (Sangat Tidak Sesuai) 1
E.Kategorisasi Skala
Tujuan dari kategorisasi skala ini adalah untuk menempatkan individu
kedalam kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Banyakya kategori diagnosis yang dibuat biasanya tidak lebih
dari lima jenjang namun tidak kurang dari tiga jenjang. Azwar (2009).
1. Kategorisasi Skala Kecerdasan Emosional
Peneliti mengelompokkan sampel kedalam tiga kategori skala untuk
kecerdasan emosional dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.7
Rumusan Tiga Kategori Skala Kecerdasan Emosional
67
Tinggi X > μ + 1σ
Sedang μ - 1 σ X μ + 1σ
Rendah X < μ - 1 σ
(Azwar, 2007)
Keterangan: X= Skor subjek
µ = Mean (nilai rata-rata)
σ= Standard Deviation (Deviasi standar)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan mean dan deviasi
standar, maka didapatkan perhitungan statistik deskriptif dari instrumen
kecerdasan emosional seperti pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tebel 3.8 Variabel kecerdasan emosional memiliki rata-rata
dan standar deviasi sebesar 148, 35 dan 11,47. Maka berdasarkan data tersebut
diperoleh kategori skala sebagai berikut:
Tabel 3.9
Kategori Skala Kecerdasan Emosional
Kategori Rentang
Tinggi X > 159,82
Sedang 136,87 X 159,82
Rendah X < 136,87
Tabel 3.8
Statistik Deskriptif Kecerdasan Emosional
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
Kecerdasan
Emosional
60 127.00 186.00 148.3500 11.47854
Untuk lebih memperjelas mengenai kategorisasi skala kecerdasan
emosional, maka kategorisasi skala tersebut diuraikan berdasarkan kompetensi
– kompetensinya sebagai berikut:
Tabel 3.10
Statistik Deskritif Tiap Dimensi Kecerdasan Emosional
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
Kesadarandiri 60 12.00 19.00 15.7667 1.46561
Pengaturandiri 60 25.00 37.00 30.1667 2.82343
Motivasidiri 60 22.00 32.00 26.3000 2.35278
Kesadaransosial 60 24.00 36.00 28.3833 2.40826
Kemampuansosial 60 37.00 63.00 47.7333 4.63175
Valid N (listwise) 60
Tabel 3.11
Kategori Skala Tiap Dimensi Kecerdasan Emosional
Kategori Rentang
Kesadaran diri Pengendalian diri Motivasi diri Kesadaran sosial Kemampuan sosial
Tinggi X >17,23 X >32,99 X >28,65 X >30,79 X >52,36
Sedang 14,30 X 17,23 27,34 X 32,99 23,94 X 28,65 25,97 X 30,79 43,10 X 52,36
Rendah X <14,30 X <27,34 X <23,94 X <25,97 X <43,10
2. Kategorisasi Skala Konformitas
Peneliti mengelompokkan sampel kedalam tiga kategori skala untuk
kecerdasan emosional dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.12
Rumusan Tiga Kategori Skala Konformitas
Kategori Rentang
Tinggi X > μ + 1σ
Sedang μ - 1 σ X μ + 1σ
Rendah X < μ - 1 σ
69
Keterangan: T = Skor subjek
µ = Mean (nilai rata-rata)
σ = Standard Deviation (Deviasi standar)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan mean dan deviasi
standar, maka didapatkan perhitungan statistik deskriptif dari instrumen
kecerdasan emosional seperti pada tabel berikut ini:
Berdasarkan tebel 3.13 Variabel kecerdasan emosional memiliki rata-rata
dan standar deviasi sebesar 74,30 dan 7,45. Maka berdasarkan data tersebut
diperoleh kategori skala sebagai berikut:
Tabel 3.14
Kategori Skala Konformitas
Kategori Rentang
Tinggi X > 81,75
Sedang 66,85 X 81,75
Rendah X < 66,85
Untuk lebih memperjelas mengenai kategorisasi skala konformitas, maka
kategorisasi skala tersebut diuraikan berdasarkan dimensi-dimensinya sebagai
berikut:
Tabel 3.15
Statistik Deskriptif Tiap-Tiap Dimensi Konformitas
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
Tabel 3.13
Statistik Deskriptif Konformitas
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
konformitas 60 59.00 94.00 74.3000 7.45222
Menghindaripenolakan 60 4.00 8.00 6.2333 .78905
Pemenuhanharapankelomp
ok
60 14.00 23.00 18.4667 2.11104
Dayatarikkelompok 60 13.00 20.00 15.5833 1.60815
Kepercayaan 60 12.00 20.00 15.5000 2.01267
Pendapat 60 13.00 24.00 18.5167 2.18230
Valid N (listwise) 60
Tabel 3.16
Kategori Skala Tiap Dimensi Konformitas
Kategori
3. Kategorisasi Skala Perilaku Agresif
Peneliti mengelompokkan sampel kedalam 3 kategori skala untuk
kecerdasan emosional dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Tabel 3.17
Rumusan Tiga Kategori Skala Perilaku Agresif
Kategori Rentang
71
Sedang μ - 1 σ X μ + 1σ
Rendah X < μ - 1 σ
(Azwar, 2007)
Keterangan: X= Skor subjek
µ = Mean (nilai rata-rata)
σ = Standard Deviation (Deviasi standar)
Berdasarkan perhitungan statistik dengan menggunakan mean dan deviasi
standar, maka didapatkan perhitungan statistik deskriptif dari instrumen
kecerdasan emosional seperti pada tabel berikut ini:
Tabel 3.18
Statistik Deskriptif Perilaku Agresif
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
perilakuagresif 60 24.00 81.00 45.6333 12.59939
Valid N (listwise) 60
Berdasarkan tabel 3.18 Variabel kecerdasan emosional memiliki rata-rata
dan standar deviasi sebesar 45,63 dan 12,59. Maka berdasarkan data tersebut
diperoleh kategori skala sebagai berikut:
Tabel 3.19
Kategori Skala Perilaku Agresif
Kategori Rentang F %
Tinggi X > 58,23 7 11,67%
Sedang 33,03 X 58,23 43 71,67%
Rendah X < 33,03 10 16,67%
Untuk lebih memperjelas mengenai kategorisasi skala kecerdasan
emosional, maka kategorisasi skala tersebut diuraikan berdasarkan kompetensi
– kompetensinya sebagai berikut:
Tabel 3.20
Statistik Deskriptif Dimensi Perilaku Agresif
N Minimal Maksimal Rata-rata Std. Deviasi
Physical Aggression 60 4.00 13.00 6.6667 2.39113
Verbal Aggression 60 10.00 35.00 18.6500 6.38012
Anger 60 7.00 23.00 12.8833 3.80496
Hostility 60 3.00 11.00 7.4333 2.07786
Valid N (listwise) 60
Tabel 3.21
Kategori Skala Tiap Dimensi Perilaku Agresif
Kategori Rentang
Physical Aggression Verbal Aggression Anger Hostility
Tinggi X >9,05 X >25,03 X >16,68 X >9,51
Sedang 4,27 X 9,05 12,26 X 25,03 9,07 X 16,68 5,35 X 9,51
Rendah X <4,27 X <12,26 X <9,07 X <5,35
F. Proses Pengembangan Instrumen
1. Validitas
Validitas penting digunakan untuk mengukur sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur yang akan digunakan. Suatu alat ukur atau suatu
instrumen dikatakan memilki validitas yang tinggi apabila mampu memberikan
hasil pengukurann yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut (Azwar, 2012).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan validitas isi untuk menguji
73
professional judgement oleh dosen Jurusan Psikologi UPI Bandung. Pada
proses uji validitas ini, dilakukan seleksi item dari instrumen yang telah disusun
oleh peneliti sehingga diketahui item mana saja yang layak dan bias digunakan
serta item mana saja yang tidak layak dan harus dibuang.
2. Uji Coba Instrumen
Mutu hasil penelitian dapat diketahui berdasarkan data yang diperoleh
dari instrumen yang telah memenuhi kriteria sebagai alat ukur yang valid dan
reliabel. Sebelum digunakan, terlebih dahulu akan dilakukan uji validitas dan
uji reliabilitas terhadap instrumen yang telah disusun oleh peneliti. Tahapan ini
bertujuan untuk memastikan bahwa instrumen yang dibuat dapat memenuhi
fungsinya ketika digunakan (Azwar, 2010).
3. Analisis Item
Analisis item dilakukan dengan melihat corrected item total
correlation.Corrected item total corelation adalah korelasi antara skor item
dengan skor total dari sisa item lainnya. Item yang dipilih menjadi item final
dan bisa digunakan adalah item yang memiliki rix ≥ 0,30. (Ihsan, 2009). Namun
apabila item yang diinginkan dirasa belum cukup oleh peneliti maka peneliti
dapat menurunkan skor menjadi 0,25 sehingga item yang dibutuhkan oleh
peeliti dapat terpenuhi (Azwar, 2010).
Untuk menghitung korelasi distribusi skor item dengan distribusi skor
skala, peneliti menggunakan teknik pearson product moment dengan bantuan
software SPSS versi 19.00. adapun rumus pearson product moment adalah
sebagai berikut:
r
xy = ∑ ∑ ∑(Azwar, 2011:48)
Keterangan:
X = Angka pada variabel pertama Y = Angka pada variabel kedua N = Banyaknya subjek
Menurut Azwar (2011:148), item-item yang mencapai koefisien korelasi
rix ≥ 0,30 atau rix ≥ 0,25 dianggap sebagai item yang memiliki daya diskriminasi
yang baik. Dalam penelitian ini, batas koefisien korelasi yang digunakan adalah
0,25
a. Analisis Item Istrumen Kecerdasan Emosional
Hasil analisis item instrumen kecerdasan emosional yang dilakukan
terhadap 60 responden dapat dilihat pada tabel 3.22.
Tabel 3.22
Hasil Analisis Item Instrumen Kecerdasan Emosional
Item Layak Item Tidak Layak
1, 4, 6, 7, 8, 12, 13, 14, 15, 16,
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan software SPSS versi
19.00, dari 100 item yang telah disusun dapat diketahui bahwa terdapat 84
item layak dan dapat digunakan dan 16 item masuk kedalam kategori tidak
75
Selanjutnya, peneliti melakukan eliminasi kepada beberapa pernyataan yang
memiliki kemiripan dan kesamaan. Sehingga, kisi-kisi instrumen kecerdasan
emosional setelah dilakukan uji coba dan eliminasi adalah sebagai berikut:
Tabel 3.23
Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Setelah Uji Coba
Mengembangkan orang lain
62, 55 0 2
Kesadaran politis 57, 66 0 2
Menerima perbedaan 59 77 2
5 Kemampuan
sosial
Pengaruh 70, 78 0 2
Komunikasi 80 73 2
Kepemiminan 75, 83 0 2
Katalisator perubahan 76, 85 0 2
Manajemen konflik 86, 94 0 2
Membangun hubungan 88, 95 0 2
Kolaborasi dan kooperasi 89 98 2
Kapabilitas dalam kelompok
92, 99 0 2
77
b. Analisis ItemInstrumen Konformitas
Hasil analisis item instrumen konformitas yang telah dilakukan
terhadap 60 subjek adalah sebagai berikut:
Tabel 3.24
Hasil Analisis Item Instrumen Konformitas
Item Layak Item Tidak Layak
4, 5, 6, 7, 8, 11, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 25, 26, 27,28, 29, 30, 31, 32, 33, 35,
36, 38, 39, 40, 41, 43
1, 2, 3, 9, 10, 12, 13, 22, 23, 34, 37, 42, 44
Berdasarkan hail perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0,
dari 44 item dapat diperoleh bahwa terdapat 31 item layak dan dapat
digunakan dan 13 item dinyatakan tidak layak sehingga tidak dapat
digunakan dan harus dihapus. Selanjutnya peneliti melakukan eliminasi
lanjutan kepada beberapa pernyataan yang memiliki kesamaan atau
kemiripan. Sehingga, pada tabel 3.25 dapat dilihat kisi-kisi instrumen
Tabel 3.25
Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Setelah Uji Coba
No Dimensi Indikator Item ∑
4 Kepercayaan Kepercayaan individu terhadap
anggota kelompok 31 15 2
5 Pendapat Pendapat individu terhadap
anggota kelompok 32 19 2
Pendapat individu terhadap
aturan kelompok 35 20 2
79
aktivitas kelompok
Jumlah 24
c. Analisis Item Insrumen Perilaku Agresif
Hasil analisis item untuk instrumen perilaku agresif dapat dilihat pada
tabel 3.26 berikut ini.
Tabel 3.26
Hasil Analisis Item Instrumen Perilaku Agresif
Item Layak Item Tidak Layak
1, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12,
13, 14, 15, 16, 17, 19, 20, 21,
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29,
30, 31, 32, 33, 34, 35, 36
5, 18
Berdasarkan hasil perhitungan dengan bantuan program SPSS 19.0,
dapat diketahui bahwa terdapat 34 item layak pada instrumen perilaku
agresif dan hanya 2 item tidak layak sehingga harus dibuang dan tidak dapat
digunakan. Selanjutnya, peneliti melakukan eliminasi terhadap item yang
masuk kedalam kategori layak karena memiliki kesamaan. Adapun kisi-kisi
Tabel 3.27
Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Agresif Setelah Uji Coba
No Dimensi Indikator Item ∑
1 Psychical Aggresion Kecenderungan individu
untuk melakukan
penyerangan secara fisik.
2, 19, 20,
21 4
2 Verbal Aggression Melakukan penyerangan
keada orang lain secara
3 Anger Kecenderungan untuk cepat
marah 29, 30, 31 3
Individu tidak mampu mengndalikan amarah.
15, 16, 17,
32 4
4 Hostility Adanya rasa cemburu dan
iri terhadap orang lain
Menurut Sugiono (2005) reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau
serangkaian alat ukur yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang
dilakukan dengan alat ukur itu dilakukan secara berulang. Sebuah instrumen
atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang reliabel (reliable), yaitu mampu
menghasilkan skor yang cermat dengan error pengukuran yang kecil (Azwar,
2012).
Reliabilitas instrumen pada penelitian ini menggunakan rumus Alpha
Cronbach dengan bantuan program SPSS 19.0. perhitungan dilakukan pada
81
dikategorikan berdasarkan kriteria yang dibuat oleh Guilford (Subino, 1987),
yaitu sebagai berikut:
( Ihsan, 2009:104)
Keterangan:
= Koefisien Reliabilitas Instrumen
n = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Vi = Jumlah varians butir
Vt = Varians skor total
Tabel 3.28 Kriteria Reliabilitas
Derajat Reliabilitas Interpretasi
0,91 - 1,00 Sangat tinggi
0,71 - 0,90 Tinggi
0,41 - 0,70 Sedang
0,21 - 0,40 Rendah
< 0,20 Sangat rendah
a. Reliabilitas Instrumen Kecerdasan Emosional
Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas dengan menggunakan
tekhnik cronbach’s alpha, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,913
dengan besar koefisien tersebut berarti instrumen kecerdasan emosional
memiliki reliabilitas yang sangat tinggi sehingga dapat digunakan untuk
mengumpulkan data. Berikut adalah hasil perhitungan reliabilitas
menggunakan program SPSS 19.0.
Tabel 3.29
Reliability StatisticsKecerdasan
Emosional
b. Reliabilitas Instrumen Konformitas
Berdasarkan hasil perhitungan terhadap instrumen konformitas dengan
menggunakan tekhnik cronbach’s alpha diperoleh koefisien reliabilitas
instrumen sebesar 0,894. Hal tersebut menunjukkan bahwa instrumen
konformitas mempunyai reliabilitas yang tinggi sehingga dapat digunakan
dalam penelitian. Berikut ini merupakan hasil perhitungan reliabilitas
instrumen konformitas menggunakan program SPSS 19.0.
c. Reliabilitas Instrumen Perilaku Agresif
Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas terhadap instrumen
perilaku agresif dengan menggunakan tekhnik cronbach’s alpha diperoleh
koefisien reliabilitas sebesar 0,955. Koefesien tersebut menunjukan bahwa
instrumen perilaku agresif memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi
sehingga instrumen ini dapat digunakan sebagai pengumpul data. Berikut
merupakan hasil perhitungan reliabilitas terhadap instrumen perilaku agresif
menggunakan program SPSS 19.0.
Cronbach's
Alpha N of Items
.913 48
Tabel 3.30
Reliability StatisticKonformitas
Cronbach's
Alpha N of Items
83
Tabel 3.31
Reliability
StatisticPerilaku Agresif
Cronbach's
Alpha N of Items
.944 24
G.Teknik Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen yang berupa kuesioner.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberikan
susunan pernyataan kepada responden untuk selanjutnya dijawab oleh responden
(Sugiyono, 2012).
Untuk mengumpulkan data, peneliti akan memberikan langsung kuesioner
yang telah disiapkan kepada responden agar peneliti dapat menentukan sendiri
responden yang cocok dan peneliti mendapatkan responden yang sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan untuk mejadi sampel dalam penelitian. Selain itu,
peneliti melakukan hal tersebut untuk membangun hubungan dengan responden agar
responden dengan sukarela dan senang hati dalam menjawab kuesioner yang
diberikan. Peneliti akan memberikan kuesioner kepada suporter sepakbola klub liga
Eropa di kota Bandung.
H.Analisis Data
Pada penelitian ini, analisis korelasi digunakan untuk abalisis data. Analisis
korelasi ini menghubungkan satu variabel dengan variabel lain atau variabel X dan
variabel Y untuk melihat arah dan kekuatan hubungan linear antara dua variabel
tersebut.
Kekuatan hubungan di antara kedua variabel tersebut dinyatakan oleh
arah hubungan terlihat dari tanda negatif atau positif rxy(Azwar, 2010). Adapun
langkah-langkah dalam teknik analisis data ini adalah sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan
software SPSS dengan metode uji One Sample Kolmogorov-Smirnov dimana
jika nilai signifikansi > 0,05 (nilai Asym. Sig (2tailed) > 0,05) maka dapat
disimpulkan data berdistribusi normal. Sebaliknya, apabila nilai sigifikansi
kurang dari 0,05 maka data dikatakan berdistribusi tidak normal. Oleh karena
itu dari uji normalitas ini dapat dibuat hipotesis sebagai berikut:
Ho : Data berdistribusi normal
Ha : Data tidak berdistribusi normal
Jadi , apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > dari 0,05 maka data tersebut
dapat dikatakan berdistribusi normal (Ho diterima). Begitu sebaliknya apabila
nilainya < dari 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal (Ha
diterima).
Hasil perhitungan dibawah menunjukan nilai signifikansi (Asymp. Sig.
2-tailed) dari variabel kecerdasan emosional sebesar 0,848. Nilai signifikansi
konformitas sebesar 0,596 dan nilai signifikansi variabel perilaku agresif
sebesar 0,825. Nilai signifikansi dari ketiga variabel lebih besar dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa data dari ketiga variabel berdistribusi normal. Hasil
perhitungan uji normalitas dapat dilihat ada tabel dibawah ini.
Tabel 3.32
Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov
Kecerdasan
emosional konformitas
Perilaku
85
N 60 60 60
Normal
Parametersa,b
Mean 150.4333 75.8833 43.9833
Std. Deviation 13.29122 7.43581 10.59180
Most Extreme
Differences
Absolute .079 .099 .081
Positive .056 .099 .081
Negative -.079 -.079 -.081
Kolmogorov-Smirnov Z .612 .769 .628
Asymp. Sig. (2-tailed) .848 .596 .825
2. Uji Kelinieran/Linearitas
Uji lineritas dilakukan untuk mengetahui lineritas hubungan antara
variabel bebas dan variabel terikat juga untuk mengetahui taraf signifikansi
penyimpangan dari linearitas hubungan tersebut. Apabila nilai penyimpangan
tersebut tidak siignifikan, maka hubungan yang terjadi antar variabel adalah
linier (Hadi, 2000:14).
Suatu data dikatakan linear jika F hitung lebih besar dari F tabel.Jika F
hitung <F tabel atau probabilitas dengan taraf signifikansi 0,05, maka H0
diterima.Jika F hitung >F tabel atau probabilitas dengan taraf signifikansi 0,05,
maka H0 ditolak. Adapun hipotesis dari uji linearitas ini adalah sebagai berikut:
Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan linear antara variabel kecerdasan emosional
dan konformitas dengan variabel perilaku agresif.
Hα :Terdapat hubungan linear antara variabel kecerdasan emosional dan konformitas dengan variabel perilaku agresif.
Berdasarkan hasil perhitungan statistik, menunjukan bahwa F hitung
sebesar 9,69 dengan tingkat signifikansi yaitu 0,000. Berdasarkan tabel
diperoleh F tabel sebesar 3,15. Dari hasil diatas, diketahui bahwa nilai F hitung
lebih besar daripada Ftabel (9,69 > 3,15) maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
ini berarti terdapat hubungan linear antara variabel kecerdasan emosional dan
konformitas dengan variabel perilaku agresif.
3. Uji Kolerasi
a. Teknik Korelasi
Data yang dihasilkan pada penelitian ini berdasarkan hail perhitungan
SPSS versi 19.0 merupakan data berdistribusi normal, maka dari itu teknik
yang digunakan dalam uji korelsi dalam penelitian ini yaitu uji korelasi
pearson product-moment yang perhitungannya dibantu oleh software SPSS
versi 19.0. pearson product-moment digunakan untuk menguji hipotesis
hubungan antara satu variabel dengan variabel lain.
Menurut Sugiyono (2009), pedoman untuk menginterpretasi koefisien
korelasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.33
Uji Linearitas
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1680.608 2 840.304 9.699 .000a
Residual 4938.375 57 86.638
Total 6618.983 59
a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosional, Konformitas
b. Dependent Variable: Perilaku Agresif
Tabel 3.34
Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi
87
(Sugiyono, 2009)
b. Uji Signifikansi
Uji sinifikansi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
hubungan yang signifikan antar variabel. Dalam penelitian ini uji
signifikansi dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang
signifikan antara variabel kecerdasan emosional dan konformitas dengan
variabel perilaku agresif. Untuk mengetahui hubungan tersebut, dapat dilihat
dari tingkat signifikansi 0,05 yang mengacu pada kriteria dibawah ini:
Hipotesis
H0 : Tidak terdapat hubungan antara variabel kecerdasan emosional dan
konformitas dengan variabel perilaku agresif.
Hα : Terdapat hubungan antatra variabel kecerdasan emosional dan konformitas dengan variabel perilaku agresif.
Tabel 3.35
Kriteria signifikansi variabel Kriteria
Probabilitas > 0,05 H0 diterima
Probabilitas < 0,05 H0 ditolak
(Sugiyono, 2009)
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
4. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar
pengaruh variabel X terhadap Y. Koefisien determinasi ini biasanya
dinyatakan dalam bentuk persentase (%). Untuk mengetahui koefisien
determinasi, digunakan rumus sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
Keterangan :
KD : Koefisien determinasi r : Koefisien korelasi Pearson
I. Tahapan Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Merumuskan masalah dan tujuan penelitian
b. Studi pendahuluan atau studi pustaka, untuk mendapatkan gambaran yang
benar dan tepat mengenai kecerdasan emosional dan perilaku agresif
suporter sepakbola klub liga eropa di kota Bandung.
c. Menentukan dan menyusun instrumen kecerdasan emosi dan perilaku
agresif.
2. Tahap pengambilan data
a. Menghubungi pihak yang akan dijadikan objek penelitian.
b. Menentukan sampel penelitian.
c. Memberikan penjelasan dalam pengisian kuesioner.
d. Melakukan pengambilan data.
3. Tahap pengolahan data
a. Menghitung dan mentabulasi data yang didapat.
b. Pengolahan dengan pengujian statistik untuk menguji hipotesis penelitian
dan korelasi antar variabel penelitian.
c. Melakukan pembahasan dan menarik kesimpulan dari hasil pengujian
89
4. Tahap pembahasan
a. Menginterpretasikan dan membahas hasil anailsis statistik berdasarkan
teori-teori dan hasil penelitian terdahulu yang diajukan.
b. Membuat kesimpulan dan hasil penelitian.
5. Tahap akhir
a. Menyusun laporan hasil penelitian
b. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan hasil penelitian secara
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A.Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori, hasil penelitian, dan pengujian yang dilaksanakan
mengenai kontribusi kecerdasan emosional dan konformitas terhadap perilaku agresif
suporter usia dewasa klub sepak bola liga Eropa di kota Bandung, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara umum, kecerdasan emosional suporter sepakbola klub liga Eropa di kota
Bandung berada pada kategori sedang atau rata-rata. Artinya, suporter sudah
mampu menguasai kelima aspek dari kecerdasan emosional yaitu kesadaran diri,
pengaturan diri, motivas diri, kesadaran sosial, dan kemampuan sosial. Namun hal
tersebut masih perllu dilatih dan dikembangkan agar suporter semakin menguasai
dari kelima aspek tersebut.
2. Suporter sepakbola klub liga Eropa di kota Bandung, pada umumnya memiliki
tingkat konformitas yang sedang atau rata-rata. Hal ini berarti, suporter sudah
mampu untuk memilah-milah nilai dan norma kelompok yang baik yang sesuai
dengan dirinya. Perubahan perilaku yang terjadi tidak serat merta menghilngakan
nilai individu yang sudah ada pada dirinya atau idividualitasnya.
3. Agresifitas suporter sepakbola klub liga Eropa di kota Bandung pada umumnya
berada pada tingkat sedang atau rata-rata. Artinya, suporter masih mampu
mereduksi atau menekan agresifitasnya sehingga masih berada pada tingkat
sedang. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa faktor lain yang mampu
mereduksi agresifitas subjek.
4. Terdapat dua dimensi atau kluster dari kecerdasan emosional yang memiliki